DISUSUN OLEH:
M RIZQI PUTRA MAHENDRA
G41150492
B
BAB 1. PENDAHULUAN....................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 3
1.3 Tujuan Makalah................................................................................................... 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................... 4
2.1 Pengertian Rumah Sakit ...................................................................................... 4
2.2 Rekam Medis....................................................................................................... 4
2.2.1 Tujuan Rekam Medis................................................................................... 4
2.2.2 Jenis dan Isi Rekam Medis........................................................................... 6
2.3 Pengertian Diagnosis-Related Group (DRG) ....................................................... 8
2.4 Pengertian Indonesian Case Base Groups (INA-CBG's) ....................................... 8
2.5 Billing System ...................................................................................................... 9
BAB 3. PEMBAHASAN....................................................................................................... 11
3.1 Kebijakan Tentang Implementasi Billing Process and Procedures di Rumah Sakit
13
3.2 Pihak yang bertanggung jawab terkait Implementasi Billing Process and
Procedures di Rumah Sakit .................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. 15
BAB 1. PENDAHULUAN
1
2
dilakukan dengan menggunakan software grouper. Sistem casemix saat ini banyak
digunakan sebagai dasar sistem pembayaran kesehatan di negara-negara maju dan
sedang dikembangkan di negara-negara berkembang. Dalam implementasi Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) telah diatur pola pembayaran kepada fasilitas kesehatan tingkat
lanjutan adalah dengan INA-CBGs sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun
2013 tentang Jaminan Kesehatan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden
Nomor 111 Tahun 2013. Untuk tarif yang berlaku pada 1 Januari 2014, telah dilakukan
penyesuaian dari tarif INA-CBG Jamkesmas dan telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 69 Tahun 2013 tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan pada
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan dalam
penyelenggaraan Jaminan Kesehatan.
Salah satu penerapan Hospital Information System (HIS) adalah Billing system.
Billing system merupakan suatu sistem yang sangat penting dalam kehidupan dan
pertumbuhan suatu rumah sakit, khususnya dalam hal kelancaran dan stabilisasi
keuangan dalam sebuah rumah sakit. Billing system merupakan salah satu sistem
penagihan berbasis eletronik yang dikembangkan dengan tujuan agar dapat
mempermudah dan mempercepat sistem penagihan biaya perawatan yang telah
dilakukan kepada pasien mulai dari pendaftaran, pelayanan kesehatan hingga pasien
pulang. Dengan adanya billing sistem ini rumah sakit juga dapat memperoleh informasi
mengenai jumlah kunjungan pasien dan jumlah pendapatan yang diperoleh rumah sakit
dari pelayanan yang telah dilakukan oleh rumah sakit. Billing system ini di design
sedemikian rupa sehingga dapat mengakomodasi dan menghitung biaya yang harus
dibayar oleh pasien secara otomatis.
keterlambatan pelaporan data dan informasi billing system baik kepada pasien maupun
kepada lingkup rumah sakit, khususnya bagian keuangan. Hal ini menunjukan
ketidakefektifan pemberian layanan rumah sakit kepada pasien. Sebagai institusi
kesehatan pemerintah, RSUD dr. T. C. Hillers menerapkan penggunaan billing system
dengan tujuan agar data dan informasi mengenai pendapatan dan biaya pelayanan rumah
sakit kepada pasien dapat diproses secara cepat, tepat dan akurat sehingga dapat
memberikan kinerja pelayanan kesehatan yang efektif dan efisisen baik untuk rumah sakit
maupun kepada pasien. Namun dalam penerapannya manfaat yang diperoleh tidak sesuai
dengan yang diharapkan oleh rumah sakit. Pihak rumah sakit mengemukakan bahwa
penerapan billing system di RSUD dr. T. C. Hillers Maumere belum efektif dan sesuai
dengan tujuan rumah sakit yaitu meningkatkan kualitas layanan karena dalam prakteknya
informasi yang dihasilkan oleh sistem ini belum akurat. Selain itu masih terjadi
keterlambatan pelaporan informasi rumah sakit. Masalah lain yang sering dihadapi
selama penerapan billing system juga terletak pada keterlambatan dalam sistem
pelaporan rangkaian data administrasi, keterlambatan pengambilan keputusan oleh
petinggi rumah sakit, serta kerugian yang dialami oleh rumah sakit akibat kesalahan dalam
claim asuransi. Penerapan billing system di RSUD dr. T. C. Hillers Maumere belum efektif
karena baru diterapkan untuk bagian rawat inap dan rawat jalan, jadi billing system yang
diterapkan di RSUD dr. T. C. Hillers ini belum terintegrasi dengan semua unit-unit
penunjang layanan di RSUD dr. T. C. Hillers Maumere.
5) Aspek Penelitian
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai penelitian karena isinya menyangkut
data dan informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek pendukung penelitian dan
pengembangan ilmu pengetahuan dibidang kesehatan
6) Aspek Pendidikan
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai pendidikan, karena isinya
menyangkut data atau informasi tentang perkembangan kronologis dan kegiatan
pelayanan medis yang diberikan kepada pasien, informasi tersebut dapat
dipergunakan sebagai bahan/referensi pengajaran dibidang profesi pendidikan
kesehatan.
7) Aspek Dokumentasi
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai dokumentasi, karena isinya
menyangkut sumber ingatan yang harus didokumentasikan dan dipakai sebagai bahan
pertanggung jawaban dan Iaporan rumah sakit. Perkembangan ilmu pangetahuan dan
teknologi informasi dapat diaplikasikan penerapannya didalam penyelenggaraan dan
pengelolaan rekam medis yang cukup efektif dan efisien. Pendokumentasian data
medis seorang pasien dapat diiaksanakan dengan mudah dan efektif sesuai aturan
serta prosedur yang telah ditetapkan (Depkes, 2008).
Isi rekam medis untuk pasien rawat jalan pada sarana pelayanan kesehatan
sekurang – kurangnya meliputi:
a. Identitas pasien;
b. Tanggal dan waktu;
c. Hasil anamnesis, mencakup sekurang – kurangnya keluhan dan riwayat penyakit;
d. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medis;
e. Diagnosis;
f. Rencana Penatalaksanaan;
g. Pengobatan dan atau tindakan;
h. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien;
i. Untuk pasien kasus gigi di lengkapi dengan odontogram klinik;
j. Persetujuan tindakan bila diperlukan.
Isi rekam medis untuk pasien rawat inap dan perawatan satu hari sekurang –
kurangnya memuat:
a. Identitas pasien;
b. Tanggal dan waktu;
c. Hasil anamnesis, mencakup sekurang – kurangnya keluha dan riwayat penyakit;
d. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medis;
e. Diagnosis;
f. Rencana Penatalaksana;
g. Pengobatan dan atau tindakan;
h. Persetujuan tindakan bila diperlukan;
i. Catatan observasi klinis dan hasil pengobatan;
j. Ringkasan Pulang (discharge summary);
k. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan tertentu
yang memberikan pelayanan kesehatan;
l. Pelayanan lain yang dilakukan oleh tenaga kesehatan tertentu;
m. Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik.
Selanjutnya isi rekam medis untuk pasien gawat darurat, sekurang – kurangnya
memuat:
a. Identittas pasien;
b. Kondisi saat pasien tiba di sarana pelayanan kesehatan;
c. Identitas pengantar pasien;
d. Tanggal dan Waktu;
e. Hasil anamnesis, mencakup sekurang – kurangnya keluha dan riwayat penyakit;
f. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medis;
g. Diagnosis;
h. Pengobatan dan atau tindakan;
i. Ringkasan kondisi pasien sebelum meninggalkan pelayanan unit gawat darurat
dan rencanan tindak lanjut;
j. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan tertentu
yang memberikan pelayanan kesehatan;
k. Sarana transportasi yang digunakan bagi pasien yang akan dipindahkan ke
sarana pelayanan kesehatan lain;
l. Pelayanan lain yag telah diberikan kepada pasien
a. Arahan
Verivikasi bahwa pasien yang mendapatkan pelayanan kesehatan memiliki jasa
asuransi kesehatan.
b. Otorisasi Pembayar
Untuk beberapa pelayanan kesehatan harus memerlukan beberapa persetujuan pra
persetujan tes
2. Kunjungan Pasien
Laporan berfungsi sebagai dokumnetasi untuk kunjungan pasien
3. Persyaratan Penagihan atau Billing requirements
a. Arahan
Verivikasi bahwa pasien yang mendapatkan pelayanan kesehatan memiliki jasa
asuransi kesehatan.
b. Otorisasi Pembayar
Untuk beberapa pelayanan kesehatan harus memerlukan beberapa persetujuan pra
persetujan tes
2. Kunjungan Pasien
Laporan berfungsi sebagai dokumnetasi untuk kunjungan pasien
3. Persyaratan Penagihan atau Billing requirements
Pada saat bagian keuangan mendapatakan informasi bahwa pasien rawat inap
akan keluar rumah sakit atau meninggal, maka pembuatan rekening pasien segera
dimulai. Lebih cepat pihak yang bertanggung jawab atas biaya pasien mengetahui
jumlah yang harus dibayar, lebih besar kemungkinan pembayaran yang akan diterima.
Jadi penting sekali penataan rekening pasien secara tepat dan akurat. Selama pasien
masih menerima pelyanan, rekeningnya hars selalu di perbahaurui dengan pembebanan
biayanya. Apabila psaien tersebut sudah diijinkan untuk pulang, maka rekening pasien
tesebut harus disiapkan untuk di tagihkan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan tagihan pada saat pasien
akkan meninggalkan rumah sakit adalah sebagai berikut:
Atik Dwi Noviyanti dKK. Mahasiswa Apikes Mitra Husada Karanganyar, RSUD dr Soeroto
Ngawi. Ngawi
Permenkes nomor 27 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Sistem Indonesian Case
Base Groups (INA-CBGs)
.
Thabrany, Hasbullah.2014. Jaminan Kesehatan Nasional.Jakarta : Rajawali Pers
Yulita M, Purwaningsih Diah, Setiawan H. Diagnosis-Related Group (Drg)
Pengaruhnya Terhadap Mutu Layanan Keperawatan. Universitas Diponegoro
Semarang. Semarang. 2015