Anda di halaman 1dari 12

Perbandingan Nilai Arus Puncak Ekspirasi

Antara Perokok dan Bukan Perokok

Slamet Santosa*, Joko Purwito** , Jahja Teguh Widjaja***


* Bagian Biokimia, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha
** Mahasiswa Semester VIII Fakultas Kedokteran, UK. Maranatha
***Bagian Penyakit Dalam (Pulmonologi) Fakultas Kedokteran, UK. Maranatha

Abstrak
Rokok dapat menyebabkan inflamasi, fibrosis, metaplasia sel goblet, hipertropi otot
polos dan obstruksi jalan napas sehingga mengakibatkan terganggunya faal paru. Salah satu
cara untuk mengetahui fungsi faal paru adalah melalui pemeriksaan arus puncak ekspirasi
(APE).
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh rokok terhadap fungsi faal paru
yang dinilai melalui pengukuran APE.
Penelitian ini bersifat observasional analitik, menggunakan metoda potong silang
dengan membandingkan 2 kelompok penelitian, perokok (n=20) dan bukan perokok (n=20)
sesuai kriteria penelitian (matching gender, umur dan tinggi badan). Setiap subyek penelitian
diukur nilai APE-nya dengan alat Peak Flow Meter. Analisis data dilakukan dengan
menghitung rata-rata (mean) dan standar deviasi (SD) nilai APE masing-masing kelompok
dan dilanjutkan dengan uji beda 2 nilai rata-rata melalui uji “t” tidak berpasangan pada selang
kepercayaan (CI) 99 %.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai APE kelompok perokok 496 (17,9) L/min
dengan nilai prediksinya 85,1% ; sedangkan bukan perokok 589,5 (31,9) L/min dengan nilai
prediksinya 108,9%. Nilai t hitung (11,441) lebih besar daripada t tabel (2,539). Dapat
disimpulkan bahwa nilai APE perokok lebih kecil daripada bukan perokok

Kata kunci : rokok, Nilai Arus Puncak Ekspirasi

Pendahuluan darah; (3) transpor O2 dan CO2


Pernapasan adalah pergerakan dalam darah dan cairan tubuh;
masuknya oksigen (O2) dan (4) pengaturan pernapasan oleh
keluarnya karbondioksida (CO2) pusat pernapasan.(Guyton,1996)
dari paru-paru. (Sylvia,1995). Paru-paru dan saluran perna-
Proses pernapasan ini terdiri pasan merupakan organ yang
dari empat peristiwa fungsional bertanggung jawab terhadap
utama yaitu : (1) ventilasi paru, proses pernapasan. Banyak pe-
yang berarti masuk dan keluar- nyakit obstruksi paru disebab-
nya gas O2 dan CO2; (2) difusi O2 kan oleh penyempitan bronkus,
dan CO2 antara alveoli dan dan ternyata hal ini disebabkan

59
JKM.
Vol. 3, No.2, Februari 2004

oleh dua hal yaitu : (1) diame- pirasi paling kuat; besarnya
ternya kecil ; (2) dindingnya sekitar 1200 mL
memiliki otot polos dengan per- Sedangkan untuk menguraikan
sentase yang cukup besar, se- peristiwa-peristiwa dalam siklus
hingga mudah berkonstriksi. paru, kadang-kadang perlu me-
(Guyton,1996) nyatukan dua atau lebih volume
Untuk memudahkan penger- di atas. Kombinasi seperti itu
tian peristiwa ventilasi paru, disebut kapasitas paru. Kapa-
maka udara dalam paru dapat sitas paru tersebut dibagi juga
dibagi menjadi empat volume menjadi empat yaitu :
dan empat kapasitas. Empat 1. Kapasitas inspirasi adalah
macam volume tersebut jika volume alun napas ditambah
semuanya dijumlahkan, sama volume cadangan inspirasi.
dengan volume maksimal paru- Ini adalah jumlah udara yang
paru yang sedang mengembang dapat dihirup oleh sese-
atau disebut juga total lung orang, dimulai pada tingkat
capacity, dan arti dari masing- ekspirasi normal dan pe-
masing volume tersebut adalah ngembangan paru sampai
sebagai berikut : jumlah maksimum; sekitar
1. Volume alun napas (tidal) 3500 mL.
yaitu volume udara yang 2. Kapasitas residu fungsional
diins-pirasi atau diekspirasi adalah volume cadangan
setiap kali bernapas normal; ekspirasi ditambah volume
be-sarnya sekitar 500 mL residu. Ini adalah jumlah u-
2. Volume cadangan inspirasi dara yang tersisa dalam paru
yaitu volume udara ekstra pada akhir ekspirasi normal;
yang dapat diinspirasi sete- sekitar 2300 mL.
lah dan di atas volume alun 3. Kapasitas vital (KV) adalah
napas normal; besarnya seki- volume cadangan inspirasi
tar 3000 mL ditambah volume alun napas
3. Volume cadangan ekspirasi ya- dan volume cadangan eks-
itu volume udara ekstra yang pirasi. Ini adalah jumlah
dapat diekspirasi secara kuat udara maksimum yang
pada akhir ekspirasi alun dapat dikeluarkan seseorang
napas normal; besarnya seki- dari paru, setelah terlebih
tar 1100 mL dahulu mengisi paru secara
4. Volume residu yaitu volume maksi-mum dan kemudian
udara yang masih tetap bera- menge-luarkan sebanyak-
da dalam paru setelah eks- banyaknya ; sekitar 4600 mL.

60
Perbandingan Nilai Arus Puncak Ekspirasi
Antara Perokok dan Bukan Perokok
Slamet Santosa, Joko Purwito, Jahja Teguh Widjaja

4. Kapasitas paru total adalah detik pertama menunjukkan


volume maksimal di mana adanya gangguan fungsi
paru dapat dikembangkan yang berat. VEP sebaiknya
sebesar mungkin dengan ins- selalu dihubungkan dengan
pirasi paksa, jumlah ini sama KVP atau KV. Individu nor-
dengan kapasitas vital di- mal dapat menghembuskan
tambah volume residu; seki- napas sekitar 80% dari ka-
tar 5800 mL. pasitas vitalnya dalam satu
Selain itu, kita juga mengenal detik, dinyatakan sebagai
beberapa istilah lain seperti : rasio VEP1/KVP. Tidak ba-
1. Kapasitas vital paksa (KVP), nyak perbedaan apakah KVP
yaitu pengukuran kapasitas atau KV yang dipergunakan
vital yang didapat pada sebagai rasio, hasilnya ku-
ekspirasi yang dilakukan se- rang lebih sama. Rasio ini
cepat dan sekuat mungkin. besar sekali manfaatnya un-
Volume udara ini dalam kea- tuk membedakan antara
daan normal nilainya kurang penyakit-penyakit yang me-
lebih sama dengan kapasitas nyebabkan obstruksi saluran
vital, tetapi pada orang yang napas dan penyakit-penyakit
menderita obstruksi saluran yang menyebabkan paru-
napas akan mengalami pe- paru tidak dapat mengem-
ngurangan yang nyata kare- bang sepenuhnya. Pada pe-
na penutupan prematur sa- nyakit obstruktif seperti
luran napas yang kecil dan bronkitis kronik atau emfise-
akibat udara yang terperang- ma, terjadi pengurangan
kap. (Sylvia, 1995). VEP1 yang lebih besar diban-
2. Volume Ekspirasi Paksa (VEP), dingkan dengan kapasitas vi-
yaitu volume udara yang tal (kapasitas vital mungkin
dapat diekspirasikan dalam normal), sehingga rasio
waktu standar selama tin- VEP1/KVP kurang dari 80%.
dakan KVP. Biasanya VEP Pada obstruksi saluran napas
diukur selama detik pertama yang lebih berat, seperti yang
ekspirasi yang dipaksakan, sering terjadi pada asma
ini disebut VEP1. VEP me- akut, kapasitas ini dapat ber-
rupakan petunjuk yang sa- kurang menjadi 20%. Pada
ngat berharga untuk menge- penyakit restriktif parenkim
tahui adanya gangguan ka- paru-paru misalnya sarkoi-
pasitas ventilasi dan nilai dosis, maka baik VEP1 dan
yang kurang dari 1L selama KVP atau KV mengalami

61
JKM.
Vol. 3, No.2, Februari 2004

penurunan dengan perban- Pada penyakit paru-paru


dingan yang kurang lebih tersebut aliran udara pada saat
sama, dan perbandingan pengeluaran akan mengalami
VEP1/KV tetap sekitar 80% penurunan karena penyem-
atau lebih (Sylvia, 1995). pitan atau obstruksi jalan napas.
3. Arus puncak ekspirasi (APE), APE ini memiliki harga skala
yaitu mengukur seberapa yang dipengaruhi oleh beberapa
besar kekuatan seseorang faktor, yaitu tinggi badan, umur
mengeluarkan udara dengan dan jenis kelamin. Seseorang
ekspirasi maksimal. Ini ada- dikatakan masih dalam batas
lah salah satu cara mengukur skala normal, jika nilai prediksi
fungsi jalan udara yang pada APE-nya antara 80% - 120%.
umumnya dipengaruhi oleh Nilai prediksi adalah hasil bagi
banyak penyakit, seperti as- nilai aktual APE subyek
ma dan penyakit paru penelitian dengan nilai normal
obstruktif kronis (PPOK). APE standarnya, lalu dikalikan
(www.1.uphealth.com/health/ 100% (gambar 1).
peakekspiratory (www.Olivija.com/ peakflow).
flowratehtmdefinition).

Gambar 1. Diagram nilai arus puncak ekspirasi

62
Perbandingan Nilai Arus Puncak Ekspirasi
Antara Perokok dan Bukan Perokok
Slamet Santosa, Joko Purwito, Jahja Teguh Widjaja

Ditinjau dari sisi kesehatan, me- hirnya mengakibatkan tergang-


rokok merupakan kegiatan yang gunya faal paru. (GOLD, 2001)
tidak ada gunanya sebab dapat Asap rokok merupakan radikal
mengganggu sistim kerja organ bebas yang mengandung lebih
tubuh, di antaranya paru – paru. dari 1500 bahan yang merupa-
Namun dengan semakin cang- kan campuran kompleks. Asap
gihnya dunia periklanan, jumlah rokok yang dihisap terdiri dari 2
perokok di Indonesia semakin komponen, yaitu yang cepat me-
meningkat. Sebagian besar pero- nguap berbentuk gas dan kom-
kok ini berusia muda, yakni 44% ponen yang bersama gas terkon-
perokok berusia 10 – 19 tahun densasi menjadi komponen par-
dan 37% perokok berusia 20 – 29 tikulat, dengan demikian asap
tahun. (Dharmais, 2003) rokok yang terhisap dapat beru-
Rokok mengandung seti- pa gas sejumlah 85% dan
daknya 200 elemen yang berba- sisanya berupa partikel dan zat
haya bagi kesehatan (gambar 2) yang menyebabkan penyakit
dan dapat menimbulkan proses paru. Racun utama yang
inflamasi, fibrosis, metaplasia sel terdapat didalam rokok yaitu
goblet, hipertropi otot polos dan tar, nikotin, dan karbon
obstruksi jalan napas yang ak- monoksida.

Gambar 2. Zat-zat berbahaya dalam rokok

63
JKM.
Vol. 3, No.2, Februari 2004

Asap rokok yang masuk mencari pasangan elektronnya


ke dalam saluran pernapasan supaya susunan atomnya stabil,
dapat menyebabkan gangguan jika asap rokok ini masuk ke
refleks saluran napas, gangguan dalam saluran napas maka asap
fungsi silier (siliotoksik) dan rokok ini akan mencari dan me-
meningkatkan produksi mukus. ngambil elektron yang berasal
(Dastyawan, 2000). Adanya pe- dari saluran napas, misalnya
ngurangan nilai rata-rata arus dari epitel bronkus, akibatnya
puncak ekspirasi pada perokok timbul proses inflamasi. Epitel
merupakan pertanda akan ter- yang rusak akan mengalami
jadinya penyakit obstruksi paru proses regenerasi, namun digan-
kelak. Di samping itu kemung- ti dengan jaringan ikat sehingga
kinan ada faktor lain yang ber- terjadilah proses fibrosis.
peran dalam terjadinya penyakit Pada saat merokok, ber-
paru obstruktif pada perokok, bagai bahan kimia terserap
antara lain kepekaan seseorang, masuk dan bila terjadi dalam
adanya infeksi napas berulang jangka waktu lama akan terjadi
dan cara merokok.(Franklin dan penghambatan kerja paru, mi-
Lowell, 1961) Pada perokok salnya karbon monoksida, kebe-
didapatkan pengurangan han- radaannya dalam paru akan
taran udara pada saluran per- mengurangi kemampuan darah
napasan. Perokok berat jelas untuk mengikat oksigen dari
menunjukkan adanya bronko- paru. Hal ini terjadi karena sel
konstriksi dibandingkan dengan darah merah memiliki afinitas
perokok ringan atau bukan pe- yang lebih kuat terhadap karbon
rokok. Demikian pula perokok monoksida dibandingkan de-
yang menghisap rokok dalam- ngan oksigen. Selain karbon mo-
dalam, akan memperlihatkan noksida, tar dan bahan-bahan
respon bronkokonstriksi lebih kimia pengganggu lainnya juga
jelas. Adanya gangguan han- akan menyelimuti paru-paru
taran udara pada perokok ter- dan pada saat bersamaan akan
nyata bukan merupakan efek terjadi pengurangan kekenyalan
langsung dari asap rokok tetapi kantung udara di dalamnya. Hal
akibat hipersekresi mukus yang ini menyebabkan hanya sejum-
disebabkan oleh asap rokok. lah kecil udara yang dapat dihi-
(Guyatt, 1970) Asap rokok meru- rup, sehingga pertukaran udara
pakan suatu radikal bebas yang tidak berjalan lancar. Keadaan
memiliki satu atau lebih elektron ini menyebabkan sesak napas
bebas. Elektron bebas ini akan

64
Perbandingan Nilai Arus Puncak Ekspirasi
Antara Perokok dan Bukan Perokok
Slamet Santosa, Joko Purwito, Jahja Teguh Widjaja

dan batuk hebat dalam waktu Tujuan penelitian yang


lama. bersifat observasional analitik
Terdapat beberapa meto- dengan metode potong silang ini
de untuk menguji faal paru, dari adalah untuk mendapatkan in-
yang paling sederhana hingga formasi yang lebih lengkap dan
yang paling rumit. Biasanya uji jelas mengenai pengaruh rokok
faal paru ini menggunakan alat terhadap faal paru.
spirometer. Alat ini digunakan
untuk mengukur besarnya
volume udara yang dikeluarkan Subyek, alat dan cara kerja
dalam 1 detik (VEP1). Nilai Subyek penelitian terdiri
VEP1 ini merupakan ukuran dari 20 mahasiswa perokok dan
terbaik untuk menilai faal paru, 20 mahasiswa bukan perokok
namun alat ini tidak praktis, Fakultas Kedokteran UK Mara-
terlalu mahal dan biasanya ha- natha yang bersedia menjadi
nya terdapat di klinik atau subyek penelitian secara suka-
rumah sakit. Untuk mengatasi rela.
hal tersebut maka digunakan Kriteria inklusi :
alat lain, yaitu peak flow meter. ƒ Jenis kelamin laki – laki
Alat ini berbentuk tabung kecil, ƒ Usia antara 19 – 24 tahun
mudah dibawa, praktis dan ƒ Tinggi badan antara 160 - 180
disertai indikator yang mem- cm
punyai satuan L/min. Alat ini ƒ Perokok aktif sejak minimal 1
berfungsi untuk mengukur arus tahun sebelum penelitian ini
puncak ekspirasi (APE), dan ƒ Jumlah rokok yang dihisap
nilai. APE ini berkorelasi dengan minimal 6 batang/hari
VEP1. Peak flow meter tidak Kriteria eksklusi :
hanya dapat digunakan di ru- ƒ Penderita asma, penyakit
mah sakit maupun klinik saja, jantung, PPOK
tapi dapat juga digunakan di Alat yang digunakan
rumah ataupun di kantor untuk dalam penelitian ini adalah Peak
membantu mendiagnosis asma, Flow Meter buatan Clement
mendeteksi PPOK dan evaluasi Clarke International Ltd.
terhadap respon terapi serta Cara kerja :
dapat memberikan peringatan (www.NorthernRespiratorySpeciali
lebih dini terhadap pasien jika st.com)
terjadi perubahan pada fungsi ƒ Subyek penelitian dalam
parunya. posisi berdiri dan tenang

65
JKM.
Vol. 3, No.2, Februari 2004

sambil memegang peak flow kuat dan cepat semaksimal


meter mungkin
ƒ Tempatkan indikator pada ƒ Catat angka pada skalanya,
pangkal dari skala peak flow lakukan percobaan ini tiga
meter kali
ƒ Lakukan inspirasi dalam ƒ Ambil nilai yang tertinggi
ƒ Letakkan corong peniup peak
flow meter dalam mulut. Ja-
ngan sampai lidah menutup Hasil dan Pembahasan
corong peniup 1. Karakteristik Subyek Penelitian
ƒ Ekspirasikan semua udara Berdasarkan Usia danTinggi
yang telah diinspirasi secara Badan

Tabel 1. Karakteristik Subyek Penelitian


Perokok Bukan Perokok t
( n = 20 ) ( n = 20 )
Usia (tahun) :
- Mean (X) 21,55 21,25
- SD 1,4 1,3 0.461
- Rentang 19 – 24 19 – 23

Tinggi Badan
(cm) :
- Mean (X) 169,6 171,1
- SD 4,1 4,9 1,035
- Rentang 163 – 180 162 – 180

Lama merokok
(tahun) :
1–2 -
3–4 2
5–6 11
7–8 6
9 – 10 1

Jumlah rokok
(batang/hari) :
5 – 10 3
11 – 15 4
16 – 20 9
>20 4

66
Perbandingan Nilai Arus Puncak Ekspirasi
Antara Perokok dan Bukan Perokok
Slamet Santosa, Joko Purwito, Jahja Teguh Widjaja

Tampak bahwa dari fak- dengan jumlah rokok yang


tor usia tidak ada perbedaan dihisap dalam sehari antara 16 –
yang bermakna antara kedua ke- 20 batang.
lompok, t hitung (0.461) lebih
kecil daripada t tabel (2.539). 2. Perbandingan antara Nilai APE
Demikian pula faktor tinggi dengan Indeks Brinkman
badan tidak ada perbedaan yang Indeks Brinkman adalah jumlah
bermakna antara kedua rokok yang dihisap sehari
kelompok, t hitung (1,035) lebih dikali-kan lama merokok (dalam
kecil daripada t tabel (2.539), tahun). Berdasarkan Indeks
sehingga kedua kelompok dapat Brinkman, perokok dapat dika-
dikatakan homogen dan peneli- tegorikan dalam :
tian dapat dilaksanakan. Ringan : 0 – 200
Juga terlihat bahwa subyek Sedang : 200 – 600
penelitian paling banyak sudah Berat : > 600
merokok selama 5 – 6 tahun

Tabel 2. Perbandingan antara Nilai APE dengan Indeks Brinkman

NO Nilai APE Indeks Brinkman


L/M %
1 460 80,7 200
2 470 81,0 200
3 480 84,2 200
4 490 81,6 147
5 490 81,6 147
6 490 83,1 140
7 490 83,1 114
8 490 85,9 102
9 490 85,2 120
10 490 81,6 128
11 490 85,9 90
12 500 86,2 85
13 500 83,3 85
14 500 86,9 70
15 500 87,7 78
16 500 83,3 75
17 500 89,2 66
18 530 88,3 42
19 530 92,9 15
20 530 89,8 40

67
JKM.
Vol. 3, No.2, Februari 2004

Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa yang mengakibatkan terganggu-


terdapat hubungan antara in- nya fungsi faal paru.
deks Brinkman dengan nilai Juga terlihat bahwa t hi-
APE, yaitu makin besar indeks tung (11,441) lebih besar dari-
Brinkman, maka makin kecil pada t tabel (2,539) pada selang
nilai APE-nya. Lama merokok kepercayaan 99%, sehingga seca-
dan jumlah rokok yang dihisap ra stasistik terdapat perbedaan
seseorang sangat berpengaruh nilai APE yang bermakna di
terhadap fungsi faal paru, makin antara kedua kelompok.
lama dan makin banyak orang
tersebut merokok, maka makin
besar kemungkinan untuk ter- Pengujian Hipotesis
jadi kelainan pada saluran per- Hipotesis Penelitian : Nilai arus
napasannya. puncak ekspirasi (APE) perokok
lebih kecil daripada nilai APE
3. Perbandingan nilai APE antara bukan perokok
Perokok dan Bukan Perokok.
Pada tabel 3 tampak bahwa rata-
rata nilai aktual dan nilai pre- Hipotesis Statistik:
diksi APE pada perokok lebih H0 : APE perokok ≥ APE bukan
kecil dibandingkan bukan pero- perokok
kok, hal ini kemungkinan dise- H1 : APE perokok < APE bukan
babkan karena saluran perna- perokok
pasan perokok telah mengalami
inflamasi, fibrosis, metaplasia sel
goblet, dan hipertrofi otot polos

Tabel 3. Nilai rata rata APE Perokok dan Bukan Perokok.


Perokok Bukan Perokok t
( n = 20 ) ( n = 20 )

Mean (X) :
- Nilai aktual 496 L/min 589.5 L/min 11,441
- Nilai prediksi 85,1% 108,9%

Standar Deviasi 17,9 31,9


Rentang 460 – 530 550 – 650

68
Perbandingan Nilai Arus Puncak Ekspirasi
Antara Perokok dan Bukan Perokok
Slamet Santosa, Joko Purwito, Jahja Teguh Widjaja

Kriteria uji : Anonim. 2003. How To Use A Peak Flow


Meter. Available from :
Tolak H0 bila t hitung > t tabel, www.NorthernRespiratorySpecial
dan terima dalam hal sebalik- ist.com
nya. Anonim. 2003. Peak Expiratory Flow
Definitions. Available from :
APE : t hitung = 11,441 www.1.uphealth.com/healthpeakf
t tabel 1% = 2,539 lowexpiratoryflowratedefinitionht
Jadi : t hitung > t tabel → tolak m
Dastyawan B, 2000. Pengaruh Asap Rokok
H0 Terhadap Saluran Pernapasan.
Jakarta : Bagian Paru FKUI/RS
Persahabatan, 31 – 37.
Franklin W, Lowell FC, 1961.
Kesimpulan dan Saran Unrecognised airway obstruction
Dapat disimpulkan bah- associated with smoking : A
wa rokok mempengaruhi faal probable foresunner of obstructive
pulmonary emphysema. Am. Rev
paru, dan hal ini dapat dilihat Respir Dis ; 54 : 379 – 380
dari lebih kecilnya nilai aktual Global Initiative for Chronic Obstructive
dan nilai prediksi APE perokok Lung Disease (GOLD), 2001.
Global strategy for the diagnosis,
dibandingkan dengan bukan management, and prevention of
perokok. chronic obstructive pulmonary
Dengan demikian diha- disease. National Institutes of
Health.
rapkan agar masyarakat dapat Guyatt,. 1970. Relationship of airway
menghentikan kebiasaan mero- conductance and immediate
change on smoking habits and
kok.
symptoms of chronic bronchitis.
Am Rev Respir Dis ; 101 : 49 – 50
Guyton & Hall (ed), 1996. Buku Ajar
Daftar Pustaka Fisiologi Kedokteran. Edisi 9 Jakarta:
EGC , 597– 609.
Anonim. 2003. Infokanker. www.Info-
Sylvia & Wilson, 1995. Patofisiologi : Konsep
kanker.dharmais.coid/Info kanker
klinis proses-proses penyakit. Edisi 4.
/ paru2html
Jakarta : EGC, 645 – 675.
Anonim. 2003. Peak flow (cited 2 Mei 2003)
; 1 : (12 screens). Available from:
www.Olivija.com/peakflow

69
70

70

Anda mungkin juga menyukai