SAMPUL............................................................................................................ i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
I.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
I.2 Tujuan ........................................................................................................... 2
I.3 Manfaat ......................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 3
II.1 Pengertian dan Sejarah IB............................................................................ 3
II.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi IB......................................................... 4
II.3 Teknik Pelaksanaan IB................................................................................. 6
II.4 Kelebihan dan Kekurangan IB..................................................................... 7
BAB III MATERI DAN METODE................................................................. 11
III.1 Alat.............................................................................................................. 11
III.2 Bahan........................................................................................................... 11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................... 12
IV.1 Hasil ........................................................................................................... 12
IV.2 Pembahasan ................................................................................................ 13
BAB V PENUTUP............................................................................................. 14
V.1 Kesimpulan................................................................................................... 14
V.2 Saran............................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 15
LAMPIRAN....................................................................................................... 16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
saluran reproduksi betina dan pada waktu yang tepat pula, sehingga spermatozoa
yang berkualitas baik dapat bertemu dengan sel telur untuk terjadinya pembuahan.
Upaya yang dilakukan agar penempatan semen di saluran reproduksi betina dapat
dilakukan secara tepat waktu adalah dengan melaksanakan program sinkronisasi
berahi (Inounu, 2014).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka praktikum ini dilakukan untuk
mengetahui fungsi dari alat dan bahan untuk melakukan inseminasi buatan,
memahami prosedur yang dilakukan selama inseminasi buatan dan mengetahui
keuntungan dan kerugian inseminasi buatan.
I.2. Tujuan
Mengetahui alat dan bahan, prosedur pelaksanaan inseminasi buatan, dan
keuntungan serta kerugiannya.
I.3. Manfaat
Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui fungsi dari alat dan bahan
untuk melakukan inseminasi buatan, memahami prosedur yang dilakukan selama
inseminasi buatan dan mengetahui keuntungan dan kerugian inseminasi buatan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
II.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi IB
4
II.3. Teknik Pelaksanaan IB
a. Inseminasi Vagina
Dengan teknik inseminasi vagina, sperma dideposisikan pada bagian vagina
dengan menggunakan pipet sepanjang kurang lebih 40 cm pada sapi dan
kerbau, sedang pada domba dan kambing dengan pipet sepanjang kurang lebih
20 cm. Teknik ini tentu saja mudah dilakukan, tetapi hasilnya kurang baik dan
memerlukan sperma yang lebih banyak daripada cara yang lain. Deposisi
sperma dengan cara ini disemprotkan di bagian akhir vagina atau di pangkal
serviks (Ismaya, 2014).
b. Inseminasi Transerviks
Pada kambing dan domba metode ini dilakukan dengan menggunakan
spikulum untuk melihat posisi serviks, kemudian insemination gun dimasukkan
hingga mencapai serviks, sedangkan pada babi menggunakan kateter dan
dimasukkan hingga ke dalam uterus (Susilawati, 2013).
c. Inseminasi Retroserviks
Inseminasi retroserviks telah berkembang dengan baik terutama pada sapi dan
kerbau dan banyak digunakan karena lebih praktis dan hasilnya sangat baik.
Tangan kiri dimasukkan ke rektum untuk memegang serviks. Bila serviks telah
dipegang maka pipet inseminasi dimasukkan pada lubang serviks hingga
midcervix atau sampai corpus utery (Ismaya, 2014).
d. Inseminasi Intrauterin
Inseminasi intrauterin dapat dilakukan dengan cara kateter transervikal non-
surgical atau dengan deposisi semen melalui laparotomi. Walaupun begitu,
penggunaan kateter pada cervix uteri pada anjing betina merupakan prosedur
yang sulit dan membutuhkan keterampilan (Manafi, 2011).
5
II.4. Kelebihan dan Kekurangan Inseminasi Buatan
a. Kelebihan inseminasi buatan
Kelebihan dari inseminasi buatan antara lain sebagai berikut (Afiati et al.,
2013):
1. Meningkatkan mutu genetik sapi lokal: dengan menginseminasi ternak lokal
yang kualitas genetiknya kurang bagus, akan menghasilkan keturunan yang
lebih bagus. Apabila IB itu terus dilaksanakan secara meluas, akan
dihasilkan ternak unggul dalam jumlah massal.
2. Mengatasi masalah kekurangan pejantan unggul: tidak perlu membawa
pejantan unggul ke kandang betina, cukup semen beku yang akan
diinseminasikan oleh inseminator.
3. Mengatur jarak kebuntingan ternak: kebuntingan dan kelahiran anak dapat
diatur sehingga anak yang lahir dapat diatur saat kondisi pakan tersedia.
4. Mengurangi penyebaran penyakit kelamin: spermatozoa yang ditampung
untuk diinseminasikan ke ternak betina dipastikan bebas dari penyakit.
5. Peternak bisa memilih jenis keturunan: khusus ternak besar, seperti kuda,
sapi dan kerbau, petani dapat memilih jenis spermatozoa beku sesuai dengan
keinginan.
6. Peternak dapat memilih jenis kelamin pedet: penetuan jenis kelamin pedet
telah dilaksanakan melalui teknologi IB menggunakan sperma sexing.
7. Mencegah terjadinya kawon sedarah (inbreeding): inbreeding dapat
dihindari karena spermatozoa yang digunakan tidak memiliki hubungan
keluarga dengan ternak betina.
b. Kekurangan inseminasi buatan
Jika sperma tercemar dengan bibit penyakit kelamin, akan terjadi
penyebaran penyakit secara cepat dan meluas. Jika inseminator kurang terampil
maka akan terjadi pengulangan IB. Apabila inseminator kurang kasar atau
ceroboh dalam melakukan inseminasi dapat menyebabkan luka pada bagian
dalam alat reproduksi sapi atau kerbau sehingga dapat terjadi infeksi.
Gangguan pada alat reprodukasi dapat menurunkan efisiensi reproduksi. Pada
kasus induk yang sudah bunting, tetapi masih menunjukkan gejala berahi,
apabila induk tersebut dikawin suntik pada bagian corpus uteri atau lebih
dalam lagi dapat terjadi abortus (Ismaya, 2014).
6
BAB III
MATERI DAN METODE
III.1. Materi
III.1.1. Alat
a. Container 1 buah.
b. Ember 1 buah.
c. Insemination gun 1 buah.
d. Pinset 1 buah.
e. Straw cutter 1 buah.
f. Termometer 1 buah.
III.1.2.1. Bahan
a. Air hangat 1 gelas.
b. Gloves 1 pasang.
c. Plastic sheath IB 1 buah.
d. Sabun 1 botol.
e. Straw 1 buah
f. Tissue 1 pack.
III.2. Metode
a. Sebelum melaksanakan prosedur IB maka semen harus dicairkan (thawing)
terlebih dahulu dengan mengeluarkan semen beku dari nitrogen cair dan
memasukkannya dalam air.
b. Setelah di-thawing, straw dikeluarkan dari air kemudian dikeringkan dengan
tissu.
c. Kemudian straw dimasukkan dalam gun, dan ujung yang mencuat dipotong
dengan menggunakan gunting bersih.
d. Setelah itu plastic sheath dimasukkan pada gun yang sudah berisi straw.
e. Sapi dipersiapkan (dimasukkan) dalam kandang jepit, ekor diikat.
f. Memakai sarung tangan (glove) pada tangan yang akan dimasukkan ke dalam
rektum.
g. Tangan dimasukkan ke rektum, hingga dapat menjangkau dan memegang leher
rahim (serviks), apabila dalam rektum banyak kotoran harus dikeluarkan lebih
dahulu.
h. Semen disuntikkan/disemprotkan pada badan uterus.
i. Setelah semua prosedur tersebut dilaksanakan maka keluarkanlah gun dari
uterus dan serviks dengan perlahan-lahan.
7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Hasil
8
IV.2. Pembahasan
Sebelum inseminasi, straw semen ditarik kembali dari penyimpanan
nitrogen liquid. Kemudian straw dicairkan dengan air hangat bersuhu 37°C - 38°C
selama 5-30 detik. Setelah di-thawing, straw dikeluarkan dari air hangat kemudian
dikeringkan menggunakan tisu dengan posisi searah. Kemudian straw
dimasukkan dalam gun, dan ujung yang mencuat dipotong dengan menggunakan
straw cutter atau gunting. Setelah itu plastic sheath dimasukkan pada gun yang
sudah berisi semen beku/straw. Sapi dipersiapkan (dimasukkan) dalam kandang
jepit. Petugas Inseminasi Buatan (IB) memakai sarung tangan (glove) pada tangan
yang akan dimasukkan ke dalam rectum. Tangan petugas Inseminasi Buatan (IB)
dimasukkan ke rectum, hingga dapat menjangkau dan memegang leher rahim
(cervix), apabila dalam rectum banyak kotoran harus dikeluarkan lebih dahulu.
Semen disuntikkan/disemprotkan pada badan uterus yaitu pada daerah yang
disebut dengan posisi ke empat. Setelah semua prosedur tersebut dilaksanakan
maka keluarkanlah gun dari uterus dan cervix dengan perlahan-lahan.
9
BAB V
PENUTUP
V.1. Kesimpulan
1. Inseminasi buatan adalah teknik di mana sperma dikumpulkan dari jantan,
diproses, disimpan dan secara artifisial dimasukkan ke dalam saluran
reproduksi betina pada waktu yang tepat untuk tujuan pembuahan.
2. Keberhasilan Inseminasi Buatan di pengaruhi oleh beberapa hal yaitu kualitas
semen, sumber daya manusia dan fisiologi sapi betina.
3. Teknik pelaksanaan IB terbagi atas empat macam yaitu inseminasi vagina,
inseminasi transerviks, inseminasi retroserviks, dan inseminasi intrauterin.
4. Kelebihan dari inseminasi buatan yaitu meningkatkan mutu genetik sapi lokal
dengan menginseminasi ternak lokal yang kualitas genetiknya kurang bagus,
sedangkan kekurangan dari inseminasi buatan yaitu sperma tercemar dengan
bibit penyakit kelamin, akan terjadi penyebaran penyakit secara cepat dan
meluas.
V.2. Saran
Untuk praktikum, sebaiknya waktu asisten untuk menjelaskan materi
diperpanjang agar praktikan dapat lebih banyak mendapat ilmu di unit tersebut.
Dan untuk asisten diharpkan agar dapat menjelaskan materi dengan lebih baik
agar praktikan dapat memahami materi yang dipraktikumkan.
10
DAFTAR PUSTAKA
Afiati, F., Herdis dan S. Said. 2013. Pembibitan Ternak dengan Inseminasi
Buatan. Jakarta: Penebar Swadaya.
Hastuti, D. 2008. Tingkat Keberhasilan Inseminasi Buatan Sapi Potong Ditinjau
dari Angka Konsepsi dan Service Per Conception. Mediagro. 4(1): 12-20.
Inounu, I. 2014. Upaya Meningkatkan Keberhasilan Inseminasi Buatan pada
Ternak Ruminansia Kecil. Wartazoa. 24(4): 201-209.
Ismaya. 2014. Bioteknologi Inseminasi Buatan pada Sapi dan Kerbau. Gadjah
Yogyakarta: Mada University Press.
Manafi, M. 2011. Artificial Insemination in Farm Animals. Rijeka (India): Intech.
Mohammed, A. 2018. Artificial Insemination and its Economical Significancy in
Dairy Cattle: Review. International Journal of Research Studies in
Microbiology and Biotechnology. 4(1): 30-43.
Patel, G. K., N. Haque, M. Madhavatar, A. K. Chaudhari, D. K. Patel, N.
Bhalakiya, N. Jamnesha, P. Patel dan R. Kumar. 2017. Artificial
Insemination: A Tool to Improve Livestock Productivity. Journal of
Pharmacognosy and Phytochemistry. 1(2017): 307-313.
Susilawati, T. 2011. Spermatology. Malang: UB Press.
Susilawati, T. 2013. Pedoman Inseminasi Buatan pada Ternak. Malang: UB Press.
Susilawati, T., N. Isnaini, A. P. A. Yekti, I. Nurjanah, Errico dan N. da Costa.
2016. Keberhasilan Inseminasi Buatan Menggunakan Semen Beku dan
Semen Cair pada Sapi Peranakan Ongole. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan. 26
(3): 14 – 19.
11