Anda di halaman 1dari 12

DAFTAR ISI

SAMPUL............................................................................................................ i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
I.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
I.2 Tujuan ........................................................................................................... 2
I.3 Manfaat ......................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 3
II.1 Pengertian dan Sejarah IB............................................................................ 3
II.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi IB......................................................... 4
II.3 Teknik Pelaksanaan IB................................................................................. 6
II.4 Kelebihan dan Kekurangan IB..................................................................... 7
BAB III MATERI DAN METODE................................................................. 11
III.1 Alat.............................................................................................................. 11
III.2 Bahan........................................................................................................... 11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................... 12
IV.1 Hasil ........................................................................................................... 12
IV.2 Pembahasan ................................................................................................ 13
BAB V PENUTUP............................................................................................. 14
V.1 Kesimpulan................................................................................................... 14
V.2 Saran............................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 15
LAMPIRAN....................................................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Populasi penduduk di Indonesia semakin meningkat seiring dengan
peningkatan pendapatan masyarakat, hal tersebut menyebabkan konsumsi daging
sapi cenderung meningkat. Pemenuhan daging dalam negeri akan terus terhambat
bila terjadi kekurangan sapi bakalan yang akan digemukkan dan sering terjadinya
pemotongan sapi betina produktif, sehingga mengakibatkan populasi sapi di
Indonesia mengalami penurunan (Susilawati et al., 2016).
Populasi sebanyak itu belum mampu mencukupi kebutuhan konsumen,
sehingga antisipasi yang dilakukaan pemerintah adalah impor daging dan impor
bakalan untuk digemukkan. Selain impor daging dan sapi bakalan, usaha
produktivitas sapi pedaging sampai saat ini masih terus dikembangkan, baik dari
segi produksi daging, kualitas daging dan perbaikan reproduksi ternak, namun
kenyataannya masih belum optimal. Cara untuk mempercepat peningkatan
populasi sapi pedaging dengan mengoptimalkan teknologi IB (Susilawati et al.,
2016).
Sektor peternakan adalah salah satu segmen yang paling cepat berkembang
dari ekonomi pertanian khususnya di negara berkembang. Meskipun Inseminasi
Buatan (IB) telah dianggap sebagai alat yang menjanjikan untuk meningkatkan
potensi genetik dari hewan perah, namun, banyak petani di lapangan yang tidak
menyadari teknologi dengan variasi regional yang sangat besar dalam hal tingkat
pengetahuan dan adopsi teknologi yang menjanjikan ini (Mohammed, 2018).
Inseminasi buatan adalah teknik di mana sperma dikumpulkan dari jantan,
diproses, disimpan dan secara artifisial dimasukkan ke dalam saluran reproduksi
betina pada waktu yang tepat untuk tujuan pembuahan. IB adalah metode
pemuliaan yang paling umum dijaga secara domestik, seperti sapi perah, babi dan
kalkun. IB meningkat pada kuda, sapi potong dan domba, dan telah dilaporkan
pada spesies domestik lainnya seperti anjing, kambing, rusa dan kerbau. Ini juga
telah digunakan kadang-kadang dalam pelestarian konservasi spesies langka atau
terancam punah, misalnya, primata, gajah dan kucing liar. Inseminasi buatan
sebagai sarana perbaikan ternak sekarang diterima dan digunakan di seluruh dunia
(Patel et al., 2017).
IB memainkan peran penting untuk meningkatkan kapasitas produksi sapi
dan merupakan cara perbaikan genetika yang tepat dan termurah dan realisasi
program pemuliaan harus terorganisasi dengan baik dan bersemangat dengan cara
yang sangat andal dan IB berfungsi penuh ketika berkerja dengan peternakan yang
baik seperti deteksi panas yang efektif (Mohammed, 2018).
Dengan metode IB juga dimungkinkan untuk memanfaatkan seekor
pejantan untuk mengawini banyak betina dengan cara mengencerkan sperma,
disamping itu, metode IB juga dapat dimanfaatkan untuk melakukan perkawinan
silang dengan pejantanpejantan yang berasal dari daerah yang berbeda iklim, serta
untuk keperluan cryopreservation (Inounu, 2014).
Pada dasarnya, kesuksesan suatu program IB tergantung kualitas semen
yang digunakan, ketepatan penempatan spermatozoa pada lokasi yang tepat di

1
saluran reproduksi betina dan pada waktu yang tepat pula, sehingga spermatozoa
yang berkualitas baik dapat bertemu dengan sel telur untuk terjadinya pembuahan.
Upaya yang dilakukan agar penempatan semen di saluran reproduksi betina dapat
dilakukan secara tepat waktu adalah dengan melaksanakan program sinkronisasi
berahi (Inounu, 2014).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka praktikum ini dilakukan untuk
mengetahui fungsi dari alat dan bahan untuk melakukan inseminasi buatan,
memahami prosedur yang dilakukan selama inseminasi buatan dan mengetahui
keuntungan dan kerugian inseminasi buatan.

I.2. Tujuan
Mengetahui alat dan bahan, prosedur pelaksanaan inseminasi buatan, dan
keuntungan serta kerugiannya.

I.3. Manfaat
Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui fungsi dari alat dan bahan
untuk melakukan inseminasi buatan, memahami prosedur yang dilakukan selama
inseminasi buatan dan mengetahui keuntungan dan kerugian inseminasi buatan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Pengertian dan Sejarah IB


II.1.1. Pengertian IB
Inseminasi buatan adalah teknik di mana sperma dikumpulkan dari jantan,
diproses, disimpan dan secara artifisial dimasukkan ke dalam saluran reproduksi
betina pada waktu yang tepat untuk tujuan pembuahan. IB adalah metode
pemuliaan yang paling umum dijaga secara domestik, seperti sapi perah, babi dan
kalkun. IB meningkat pada kuda, sapi potong dan domba, dan telah dilaporkan
pada spesies domestik lainnya seperti anjing, kambing, rusa dan kerbau (Patel et
al., 2017).
IB adalah usaha manusia memasukkan sperma ke dalam saluran
reproduksi betina dengan menggunakan peralatan khusus. IB dikatakan berhasil
bila sapi induk yang dilakukan IB menjadi bunting. Masa bunting/periode
kebuntingan sapi (gestation period) yaitu jangka waktu sejak terjadi pembuahan
sperma terhadap sel telur sampai anak dilahirkan (Hastuti, 2008).
II.1.2. Sejarah IB
Lazzaro Spallanzani (1780) melaporkan penggunaan pertama IB yang
berhasil. Dia mulai bereksperimen dengan anjing. Ketika seekor anjing betina
memanifestasikan tanda-tanda panas, dia menggunakan air mani pada suhu tubuh
untuk menginseminasi anjing betina. Enam puluh dua hari kemudian dia
melahirkan tiga anak anjing. Dia juga disebut "Bapak Inseminasi Buatan
Modern". Pada tahun 1922, E.I. Ivanoff, penyelidik Rusia terkemuka dan perintis
dalam inseminasi buatan, adalah orang pertama yang berhasil melaksanakan IB
ternak dan domba. Ivanoff bekerja dengan peternakan pejantan. Ia memperoleh
hasil yang sukses dengan 10 ekor sapi. Dokter hewan Denmark (1937)
mengembangkan metode fiksasi rectovaginal/cervical pertama inseminasi buatan.
Di India, pertama kali, AI dilakukan oleh Sampat Kumaran (1939) di 'Palace
Dairy Farm Mysore'. Dia diinseminasi sejumlah besar sapi Halliker dengan air
mani Friesian Holstein dan mendapat 33 sapi hamil. Philips dan Lardy (1940)
mengembangkan pengencer fosfat kuning telur untuk menjaga kesuburan dan
motilitas spermatozoa banteng yang didinginkan. Salisbury dkk. (1941)
dikembangkan pengencer sitrat kuning telur. Betis kerbau pertama melalui AI
(1943) lahir di Institut Pertanian Allahabad. Polge, Smith dan Parkes (1949)
menemukan efek cryoprotective dari gliserol dalam teknologi semen beku. Cassou
(1964) meningkatkan pipet dengan mengurangi ukurannya dan menamainya
sebagai pipet Prancis sedang. Ukuran pipet itu 135 mm panjang dan 2,8 mm
diameter dengan 0,5 ml kapasitas semen. Cassou (1968) selanjutnya mengurangi
ukuran pipet hingga diameter 2 mm dengan kapasitas 0,25 ml dan menamakannya
sebagai pipet Perancis mini. Ini adalah beberapa tonggak penting dalam sejarah
inseminasi buatan (Patel et al., 2017).
Keberhasilan teknologi IB terletak pada efisiensi pengumpulan semen dan
pelestarian. Oleh karena itu, sebelum menjelaskan proses inseminasi buatan,
proses pengumpulan semen, evaluasi, penyimpanan, dll dijelaskan secara bertahap
di sini (Patel et al., 2017).

3
II.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi IB

Gambar II.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi IB (Susilawati, 2011).

Inseminasi Buatan (IB) pada sapi merupakan yang pertama kali


berkembang dan hingga saat ini banyak di aplikasikan pada masyarakat dan
terbukti dapat meningkatkan produktivitas sapi, Selain pada sapi IB juga telah
dilaksanakan pada beberapa ternak yang lain yaitu kuda, kambing, babi dan
berbagai jenis unggas. Keberhasilan Inseminasi Buatan di pengaruhi oleh
beberapa hal yaitu (Susilawati, 2011):
a. Kualitas semen
Parameter kualitas semen yang terpenting adalah konsentrasi dan motilitas
progressifnya atau total spermatozoa yang bergerak kedepan karena hanya
spermatozoa yang progressif saja yang mampu untuk melakukan fertilisasi.
b. Sumber daya manusia
Yang dimaksud manusianya adalah Inseminator dan peternaknya. Inseminator
menentukan keberhasilan inseminasi buatan terutama di dalam (1) teknik
thawing semen beku; (2) deposisi semen; (3) ketepatan waktu IB.
c. Fisiologi sapi betina
Keberhasilan dari IB salah satunya yang terpenting adalah kondisi fisiologi
sapi betinanya. Kondisi fisiologi ini dipengaruhi oleh faktor genetik dan
lingkungan.
1. Faktor genetik; faktor genetik ini bervariasi di antara bangsa dan
individunya, hal ini berhubungan juga dengan ketahanan di daerah tropis.
Ternak lokal mempunyai adaptasi yang lebih baik dibandingkan ternak dari
daerah sub tropis, hal ini akan berdampak pada reproduksinya, karena
keberhasilan reproduksi ditentukan oleh fisiologi reproduksinya yaitu
dipengaruhi kondisi hormonal dan neurohormonalnya. Sebagai contoh
adalah keturunan F2 dari sapi Limousin dan Simental, juga sapi Brahman
Cross ex import sebagian besar adalah sub fertil (S/C nya tinggi).
2. Faktor Lingkungan; lingkungan yang mendukung berdampak langsung
pada ternaknya dan secara tidak langsung kepada pakannya, sehingga untuk
daerah yang sejuk dan subur akan lebih mendukung keberhasilan
reproduksinya, dibandingkan di daerah yang panas.

4
II.3. Teknik Pelaksanaan IB

Gambar II.2. Teknik pelaksanaan IB (Nijhoff, 2010).

a. Inseminasi Vagina
Dengan teknik inseminasi vagina, sperma dideposisikan pada bagian vagina
dengan menggunakan pipet sepanjang kurang lebih 40 cm pada sapi dan
kerbau, sedang pada domba dan kambing dengan pipet sepanjang kurang lebih
20 cm. Teknik ini tentu saja mudah dilakukan, tetapi hasilnya kurang baik dan
memerlukan sperma yang lebih banyak daripada cara yang lain. Deposisi
sperma dengan cara ini disemprotkan di bagian akhir vagina atau di pangkal
serviks (Ismaya, 2014).
b. Inseminasi Transerviks
Pada kambing dan domba metode ini dilakukan dengan menggunakan
spikulum untuk melihat posisi serviks, kemudian insemination gun dimasukkan
hingga mencapai serviks, sedangkan pada babi menggunakan kateter dan
dimasukkan hingga ke dalam uterus (Susilawati, 2013).
c. Inseminasi Retroserviks
Inseminasi retroserviks telah berkembang dengan baik terutama pada sapi dan
kerbau dan banyak digunakan karena lebih praktis dan hasilnya sangat baik.
Tangan kiri dimasukkan ke rektum untuk memegang serviks. Bila serviks telah
dipegang maka pipet inseminasi dimasukkan pada lubang serviks hingga
midcervix atau sampai corpus utery (Ismaya, 2014).
d. Inseminasi Intrauterin
Inseminasi intrauterin dapat dilakukan dengan cara kateter transervikal non-
surgical atau dengan deposisi semen melalui laparotomi. Walaupun begitu,
penggunaan kateter pada cervix uteri pada anjing betina merupakan prosedur
yang sulit dan membutuhkan keterampilan (Manafi, 2011).

5
II.4. Kelebihan dan Kekurangan Inseminasi Buatan
a. Kelebihan inseminasi buatan
Kelebihan dari inseminasi buatan antara lain sebagai berikut (Afiati et al.,
2013):
1. Meningkatkan mutu genetik sapi lokal: dengan menginseminasi ternak lokal
yang kualitas genetiknya kurang bagus, akan menghasilkan keturunan yang
lebih bagus. Apabila IB itu terus dilaksanakan secara meluas, akan
dihasilkan ternak unggul dalam jumlah massal.
2. Mengatasi masalah kekurangan pejantan unggul: tidak perlu membawa
pejantan unggul ke kandang betina, cukup semen beku yang akan
diinseminasikan oleh inseminator.
3. Mengatur jarak kebuntingan ternak: kebuntingan dan kelahiran anak dapat
diatur sehingga anak yang lahir dapat diatur saat kondisi pakan tersedia.
4. Mengurangi penyebaran penyakit kelamin: spermatozoa yang ditampung
untuk diinseminasikan ke ternak betina dipastikan bebas dari penyakit.
5. Peternak bisa memilih jenis keturunan: khusus ternak besar, seperti kuda,
sapi dan kerbau, petani dapat memilih jenis spermatozoa beku sesuai dengan
keinginan.
6. Peternak dapat memilih jenis kelamin pedet: penetuan jenis kelamin pedet
telah dilaksanakan melalui teknologi IB menggunakan sperma sexing.
7. Mencegah terjadinya kawon sedarah (inbreeding): inbreeding dapat
dihindari karena spermatozoa yang digunakan tidak memiliki hubungan
keluarga dengan ternak betina.
b. Kekurangan inseminasi buatan
Jika sperma tercemar dengan bibit penyakit kelamin, akan terjadi
penyebaran penyakit secara cepat dan meluas. Jika inseminator kurang terampil
maka akan terjadi pengulangan IB. Apabila inseminator kurang kasar atau
ceroboh dalam melakukan inseminasi dapat menyebabkan luka pada bagian
dalam alat reproduksi sapi atau kerbau sehingga dapat terjadi infeksi.
Gangguan pada alat reprodukasi dapat menurunkan efisiensi reproduksi. Pada
kasus induk yang sudah bunting, tetapi masih menunjukkan gejala berahi,
apabila induk tersebut dikawin suntik pada bagian corpus uteri atau lebih
dalam lagi dapat terjadi abortus (Ismaya, 2014).

6
BAB III
MATERI DAN METODE

III.1. Materi
III.1.1. Alat
a. Container 1 buah.
b. Ember 1 buah.
c. Insemination gun 1 buah.
d. Pinset 1 buah.
e. Straw cutter 1 buah.
f. Termometer 1 buah.
III.1.2.1. Bahan
a. Air hangat 1 gelas.
b. Gloves 1 pasang.
c. Plastic sheath IB 1 buah.
d. Sabun 1 botol.
e. Straw 1 buah
f. Tissue 1 pack.

III.2. Metode
a. Sebelum melaksanakan prosedur IB maka semen harus dicairkan (thawing)
terlebih dahulu dengan mengeluarkan semen beku dari nitrogen cair dan
memasukkannya dalam air.
b. Setelah di-thawing, straw dikeluarkan dari air kemudian dikeringkan dengan
tissu.
c. Kemudian straw dimasukkan dalam gun, dan ujung yang mencuat dipotong
dengan menggunakan gunting bersih.
d. Setelah itu plastic sheath dimasukkan pada gun yang sudah berisi straw.
e. Sapi dipersiapkan (dimasukkan) dalam kandang jepit, ekor diikat.
f. Memakai sarung tangan (glove) pada tangan yang akan dimasukkan ke dalam
rektum.
g. Tangan dimasukkan ke rektum, hingga dapat menjangkau dan memegang leher
rahim (serviks), apabila dalam rektum banyak kotoran harus dikeluarkan lebih
dahulu.
h. Semen disuntikkan/disemprotkan pada badan uterus.
i. Setelah semua prosedur tersebut dilaksanakan maka keluarkanlah gun dari
uterus dan serviks dengan perlahan-lahan.

7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Hasil

Gambar IV.1. Alat dan bahan inseminasi buatan

Gambar IV.2. Proses merogoh

Gambar IV.3. Proses inseminasi buatan

8
IV.2. Pembahasan
Sebelum inseminasi, straw semen ditarik kembali dari penyimpanan
nitrogen liquid. Kemudian straw dicairkan dengan air hangat bersuhu 37°C - 38°C
selama 5-30 detik. Setelah di-thawing, straw dikeluarkan dari air hangat kemudian
dikeringkan menggunakan tisu dengan posisi searah. Kemudian straw
dimasukkan dalam gun, dan ujung yang mencuat dipotong dengan menggunakan
straw cutter atau gunting. Setelah itu plastic sheath dimasukkan pada gun yang
sudah berisi semen beku/straw. Sapi dipersiapkan (dimasukkan) dalam kandang
jepit. Petugas Inseminasi Buatan (IB) memakai sarung tangan (glove) pada tangan
yang akan dimasukkan ke dalam rectum. Tangan petugas Inseminasi Buatan (IB)
dimasukkan ke rectum, hingga dapat menjangkau dan memegang leher rahim
(cervix), apabila dalam rectum banyak kotoran harus dikeluarkan lebih dahulu.
Semen disuntikkan/disemprotkan pada badan uterus yaitu pada daerah yang
disebut dengan posisi ke empat. Setelah semua prosedur tersebut dilaksanakan
maka keluarkanlah gun dari uterus dan cervix dengan perlahan-lahan.

9
BAB V
PENUTUP

V.1. Kesimpulan
1. Inseminasi buatan adalah teknik di mana sperma dikumpulkan dari jantan,
diproses, disimpan dan secara artifisial dimasukkan ke dalam saluran
reproduksi betina pada waktu yang tepat untuk tujuan pembuahan.
2. Keberhasilan Inseminasi Buatan di pengaruhi oleh beberapa hal yaitu kualitas
semen, sumber daya manusia dan fisiologi sapi betina.
3. Teknik pelaksanaan IB terbagi atas empat macam yaitu inseminasi vagina,
inseminasi transerviks, inseminasi retroserviks, dan inseminasi intrauterin.
4. Kelebihan dari inseminasi buatan yaitu meningkatkan mutu genetik sapi lokal
dengan menginseminasi ternak lokal yang kualitas genetiknya kurang bagus,
sedangkan kekurangan dari inseminasi buatan yaitu sperma tercemar dengan
bibit penyakit kelamin, akan terjadi penyebaran penyakit secara cepat dan
meluas.

V.2. Saran
Untuk praktikum, sebaiknya waktu asisten untuk menjelaskan materi
diperpanjang agar praktikan dapat lebih banyak mendapat ilmu di unit tersebut.
Dan untuk asisten diharpkan agar dapat menjelaskan materi dengan lebih baik
agar praktikan dapat memahami materi yang dipraktikumkan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Afiati, F., Herdis dan S. Said. 2013. Pembibitan Ternak dengan Inseminasi
Buatan. Jakarta: Penebar Swadaya.
Hastuti, D. 2008. Tingkat Keberhasilan Inseminasi Buatan Sapi Potong Ditinjau
dari Angka Konsepsi dan Service Per Conception. Mediagro. 4(1): 12-20.
Inounu, I. 2014. Upaya Meningkatkan Keberhasilan Inseminasi Buatan pada
Ternak Ruminansia Kecil. Wartazoa. 24(4): 201-209.
Ismaya. 2014. Bioteknologi Inseminasi Buatan pada Sapi dan Kerbau. Gadjah
Yogyakarta: Mada University Press.
Manafi, M. 2011. Artificial Insemination in Farm Animals. Rijeka (India): Intech.
Mohammed, A. 2018. Artificial Insemination and its Economical Significancy in
Dairy Cattle: Review. International Journal of Research Studies in
Microbiology and Biotechnology. 4(1): 30-43.
Patel, G. K., N. Haque, M. Madhavatar, A. K. Chaudhari, D. K. Patel, N.
Bhalakiya, N. Jamnesha, P. Patel dan R. Kumar. 2017. Artificial
Insemination: A Tool to Improve Livestock Productivity. Journal of
Pharmacognosy and Phytochemistry. 1(2017): 307-313.
Susilawati, T. 2011. Spermatology. Malang: UB Press.
Susilawati, T. 2013. Pedoman Inseminasi Buatan pada Ternak. Malang: UB Press.
Susilawati, T., N. Isnaini, A. P. A. Yekti, I. Nurjanah, Errico dan N. da Costa.
2016. Keberhasilan Inseminasi Buatan Menggunakan Semen Beku dan
Semen Cair pada Sapi Peranakan Ongole. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan. 26
(3): 14 – 19.

11

Anda mungkin juga menyukai