PENUTUP
Sebagai seorang pembaharu (modernis), ide dan pemikiran Abduh mencakup dalam
berbagai bidang. Pemikiran Abduh meliputi segi politik dan kebangsaan, social
kemasyarakatan, pendidikan, serta akidah dan keyakinan. Walaupun pemikirannya mencakup
berbagai segi, namun bila diteliti dalam menggagas ide-ide pembaharuannya, Abduh lebih
menitikberatkan pada bidang pendidikan.
Pembaharuan Di bidang Pendidikan, antara lain:
Sistem dan Struktur Lembaga Pendidikan
Kurikulum
Pembaharuan di Bidang Sosial Keagamaan,antara lain:
Umat Islam harus kembali kepada ajaran- ajaran Islam yang sesungguhnya (Al-Qur’an dan
Sunnah) dan membersihkan segala macam bentuk bid’ah dan khurafat.
Akal mempunyai kedudukan yang sangat tinggi dalam agama Islam.
Ajaran Islam sesuai dengan pengetahuan modern begitu pula ilmu pengetahuan modern pasti
sesuai dengan ajaran Islam.
Pembaharuan di Bidang Politik, antara lain:
Dalam hal kekuasaan perlunya perubahan pemerintahan dari otoriter dan tidak dibatasi oleh
peraturan perundang-undangan kepada pemerintahan yang konstitusional.
Dalam program Partai Nasional Mesir yang dirumuskannya, ditegaskan bahwa Partai Nasional
adalah partai politik, bukan partai agama.
Kepala negara adalah penguasa sipil yang diangkat dan diberhentikan oleh rakyat
DAFTAR PUSTAKA
http://kabarwashliyah.com/2013/03/31/inovasi-pendidikan-islam-muhammad-
abduh/#sthash.GtZou7gH.dpuf
http://makalahmajannaii.blogspot.com/2012/06/muhammad-abduh-usaha-
pembaharuan.html
http://mahmued123.blogspot.com/2011/03/pemikiran-mohammad-abduh-dalam.html
[4] http://mahmued123.blogspot.com/2011/03/pemikiran-mohammad-abduh-dalam.html di
akses pd senin ,jam 12.44
[5] http://kabarwashliyah.com/2013/03/31/inovasi-pendidikan-islam-muhammad-
abduh/#sthash.GtZou7gH.dpuf di akses pada senin jam 13.12
[6]http://mahmued123.blogspot.com/2011/03/pemikiran-mohammad-abduh-dalam.html di
akses pd senin ,jam 12.44
Diposkan oleh Ruswati Suwarni di Maret 04, 2015
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Label: makalah, MOHAMMAD ABDUH DAN USAHA PEMBAHARUAN PENDIDIKAN
DI MESIR, sejarah pendidikan islam, SPI, tugas kuliah
Poskan Komentar
Archives
► 2016 (29)
▼ 2015 (55)
o ► Oktober (1)
o ► Agustus (4)
o ► Juli (3)
o ► Juni (7)
o ► Mei (3)
o ► April (7)
o ▼ Maret (28)
Yakin dan Percaya dengan janji
pararararam
LAPORAN PPL
PRINSIP-PRINSIP DALAM PENERAPAN STRATEGI
PEMBELAJA...
MOHAMMAD ABDUH DAN USAHA PEMBAHARUAN
PENDIDIKAN D...
EMANSIPASI PENDIDIKAN BAGI KAUM MISKIN
PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF (THE EFFECTIVE LESSON)
LINGKUNGAN EKEKTIF DALAM PEMBELAJARAN
PEMBELAJARAN PUASA, AMALIYAH RAMADHAN, DAN
SHALAT ...
PENDIDIKAN ISLAM KONTEMPORER
OBJEK KAJIAN ILMU KALAM
PERENCANAAN EVALUASI HASIL BELAJAR
PENGOLAHAN NILAI HASIL BELAJAR
METODE, TEKNIK, DAN INSTRUMEN PENILAIAN HASIL
BELA...
PRINSIP-PRINSIP DAN PENDEKATAAN DALAM PENILAIAN
HA...
PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM
PENGEMBANGAN...
PENGARUH KRISIS AIR DAN PANGAN TERHADAP
PENDIDIKAN...
Muzaro'ah, Musaqoh, Mukhabarah
Kemampuan menganalisis instrumen Penilaian hasil ...
Urgensi pendidikan didalam lingkungan keluarga
laporan kegiatan kuliah kerja lapangan
Laporan Observasi Malang
prinsip-prinsip dalam penerapan strategi pembelaja...
Guru Seyogyanya Memiliki Buku Pegangan
japanese multiplication trick
aplikasi pembelajaran kreatif matematika
ketrampilan mengadakan variasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
o ► Februari (2)
► 2014 (9)
► 2013 (34)
Tentang Gue
gue suka bakso dan paling nggak suka sama boneka. just it
Translate
iuss.kuntring. Tema Kelembutan. Diberdayakan oleh Blogger.
hujan itu satu persennya cuma air sembilan puluh sembilannya kenangan
PENUTUP
Sebagai seorang pembaharu (modernis), ide dan pemikiran Abduh mencakup dalam
berbagai bidang. Pemikiran Abduh meliputi segi politik dan kebangsaan, social
kemasyarakatan, pendidikan, serta akidah dan keyakinan. Walaupun pemikirannya mencakup
berbagai segi, namun bila diteliti dalam menggagas ide-ide pembaharuannya, Abduh lebih
menitikberatkan pada bidang pendidikan.
Pembaharuan Di bidang Pendidikan, antara lain:
Sistem dan Struktur Lembaga Pendidikan
Kurikulum
Pembaharuan di Bidang Sosial Keagamaan,antara lain:
Umat Islam harus kembali kepada ajaran- ajaran Islam yang sesungguhnya (Al-Qur’an dan
Sunnah) dan membersihkan segala macam bentuk bid’ah dan khurafat.
Akal mempunyai kedudukan yang sangat tinggi dalam agama Islam.
Ajaran Islam sesuai dengan pengetahuan modern begitu pula ilmu pengetahuan modern pasti
sesuai dengan ajaran Islam.
Pembaharuan di Bidang Politik, antara lain:
Dalam hal kekuasaan perlunya perubahan pemerintahan dari otoriter dan tidak dibatasi oleh
peraturan perundang-undangan kepada pemerintahan yang konstitusional.
Dalam program Partai Nasional Mesir yang dirumuskannya, ditegaskan bahwa Partai Nasional
adalah partai politik, bukan partai agama.
Kepala negara adalah penguasa sipil yang diangkat dan diberhentikan oleh rakyat
DAFTAR PUSTAKA
http://kabarwashliyah.com/2013/03/31/inovasi-pendidikan-islam-muhammad-
abduh/#sthash.GtZou7gH.dpuf
http://makalahmajannaii.blogspot.com/2012/06/muhammad-abduh-usaha-
pembaharuan.html
http://mahmued123.blogspot.com/2011/03/pemikiran-mohammad-abduh-dalam.html
[4] http://mahmued123.blogspot.com/2011/03/pemikiran-mohammad-abduh-dalam.html di
akses pd senin ,jam 12.44
[5] http://kabarwashliyah.com/2013/03/31/inovasi-pendidikan-islam-muhammad-
abduh/#sthash.GtZou7gH.dpuf di akses pada senin jam 13.12
[6]http://mahmued123.blogspot.com/2011/03/pemikiran-mohammad-abduh-dalam.html di
akses pd senin ,jam 12.44
Diposkan oleh Ruswati Suwarni di Maret 04, 2015
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Label: makalah, MOHAMMAD ABDUH DAN USAHA PEMBAHARUAN PENDIDIKAN
DI MESIR, sejarah pendidikan islam, SPI, tugas kuliah
Poskan Komentar
Archives
► 2016 (29)
▼ 2015 (55)
o ► Oktober (1)
o ► Agustus (4)
o ► Juli (3)
o ► Juni (7)
o ► Mei (3)
o ► April (7)
o ▼ Maret (28)
Yakin dan Percaya dengan janji
pararararam
LAPORAN PPL
PRINSIP-PRINSIP DALAM PENERAPAN STRATEGI
PEMBELAJA...
MOHAMMAD ABDUH DAN USAHA PEMBAHARUAN
PENDIDIKAN D...
EMANSIPASI PENDIDIKAN BAGI KAUM MISKIN
PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF (THE EFFECTIVE LESSON)
LINGKUNGAN EKEKTIF DALAM PEMBELAJARAN
PEMBELAJARAN PUASA, AMALIYAH RAMADHAN, DAN
SHALAT ...
PENDIDIKAN ISLAM KONTEMPORER
OBJEK KAJIAN ILMU KALAM
PERENCANAAN EVALUASI HASIL BELAJAR
PENGOLAHAN NILAI HASIL BELAJAR
METODE, TEKNIK, DAN INSTRUMEN PENILAIAN HASIL
BELA...
PRINSIP-PRINSIP DAN PENDEKATAAN DALAM PENILAIAN
HA...
PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM
PENGEMBANGAN...
PENGARUH KRISIS AIR DAN PANGAN TERHADAP
PENDIDIKAN...
Muzaro'ah, Musaqoh, Mukhabarah
Kemampuan menganalisis instrumen Penilaian hasil ...
Urgensi pendidikan didalam lingkungan keluarga
laporan kegiatan kuliah kerja lapangan
Laporan Observasi Malang
prinsip-prinsip dalam penerapan strategi pembelaja...
Guru Seyogyanya Memiliki Buku Pegangan
japanese multiplication trick
aplikasi pembelajaran kreatif matematika
ketrampilan mengadakan variasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
o ► Februari (2)
► 2014 (9)
► 2013 (34)
Tentang Gue
gue suka bakso dan paling nggak suka sama boneka. just it
Translate
iuss.kuntring. Tema Kelembutan. Diberdayakan oleh Blogger.
About Me
Privacy Policy
Disclaimer
Home
Sumbang Makalah
Pasang Iklan
Daftar isi
Hubungi Kami
Follow
Bantuan
Home Makalah MUHAMMAD ABDUH | USAHA PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI MESIR
A. PENDAHULUAN
Gagasan pembaruan Islam sesungguhnya muncul pada akhir abad 18 dan awal abad 19 Masehi. Dari
sekian para pembaru, Muhammad Abduh (1849-1905) adalah tokoh yang monumentaldan paling
bersemangat melakukan pembaruan bagi duni Islam. Muhammad Abduh sebagai tokoh
pembaharuan dalam Islam patut dikenang dan diteladani, karena ia telah banyak berjuang untuk
merobah kebiasaan masyarakat yang sebelum bersikap statis menjadi dinamis.[1]
Muhammad Abduh sebagai seorang pembaharu dalam pendidikan, ada beberapa masalah yang ia
temukan dilapangan yang menurutnya menyimpang dan menjadi penyebab kemunduran umat
Islam, diantara masalah-masalah tersebut adalah masalah kurikulum, metode mengajar dan
pendidikan wanita.
Kurikulum merupakan masalah yang sangat perlu diperhatikan karena tanpa kurikulum yang sesuai
dengan apa yang diharapkan, maka semua itu tidak akan terwujud dengan baik. Demikian pula
kenyataan yang dialaminya didalam mendapatkan pendidikan pada madrasah-madrasah di Mesir,
artinya kurikulum di Mesir terjadi pada dualisme atau perbedaan yang sangat mendasar antara
kurikulum di madrasah dengan kurikulum di sekolah yang didirikan pemerintah. Metode mengajar
para gurupun menjadi perhatiannya, karena pada waktu ia belajar, ia merasa bosan dengan metode
hafalan melulu pada sekolah agama, sehingga ia tidak tinggal diam dan mencoba merobah metode
hafalan tersebut dengan metode diskusi.
Dalam pembaruan Muhammad Abduh juga memperhatikan pendidikan pada masalah wanita, yang
menurutnya pada saat itu wanita telah dirampas oleh laki-laki. Dari beberapa permasalahan diatas,
maka dalam makalah sederhana ini penulis akan mencoba untuk membahasnya tentang
pembaharuan yang dilakukan Muhammad Abduh terhadap pendidikan Islam di Mesir
Muhammad Abduh lahir pada tahun 1848 M/ 1265 H disebuah desa di Propinsi Gharbiyyah Mesir
Hilir. Ayahnya bernama Muhammad ‘Abduh ibn Hasan Khairullah. Abduh lahir dilingkungan keluarga
petani yang hidup sederhana, taat dan cinta ilmu pengetahuan. Orang tuanya berasal dari kota
Mahallaj Nashr. Situasi politik yang tidak stabil menyebabkan orang tuanya berpindah-pindah, dan
kembali ke Mahallaj Nashr setelah situasi poltiki mengizinkan.
Masa pendidikannya dimulai dengan pelajatan dasar membaca dan menulis yang didapatnya dari
orang tuanya. Kemudian sebagai pelajaran lanjutan ia belajar Qur’an pada seorang hafiz. Dalam
masa waktu dua tahun ia telah menjadi seorang yang hafal al-Qur’an[2] Pendidikan selanjutnya
ditempuhnya di Thanta, sebuah lembaga pendidikan mesjid Ahmadi.[3]
Ditempat ini ia mengikuti pelajaran yang diberikan dengan rasa tidak puas, bahkan membawanya
pada rasa putus asa untuk mendapatkan ilmu. Ia tidak puas dengan metode pengajaran yang
diterapkan yang mementingkan hafalan tanpa pengertian[4] bahkan ia berpikir lebih baik tidak
belajar dari pada menghabiskan waktu menghafal istilah-istilah nahu dan fiqih yang tidak
dipahaminya, sehingga ia kembali ke Mahallaj Nashr (kampungnya) dan hidup sebagai petani serta
melangsungkan pernikahan dalam usia 16 tahun. [5]
Orang tuanya tidak menyetujui langkah yang diambilnya, dan memerintahkan agar kembali ke
Mesjid Ahmad di Thanta. Dengan terpakasa diturutinya juga kemauan orang tuanya, namun
ditengah perjalanan di justru berbelok kea rah lain, yaitu sebuah desa tempat tinggal pamannya
yaitu Syeikh Darwsy Khadir (paman dari ayah Muhammad Abduh), Syekh Darwsy tahu sebab-sebah
keengganan Abduh untuk belajar di Thanta, maka ia selalu membujuk Muhammad Abduh supaya
membaca buku bersama-samanya.
Muhammad Abduh menceritakan sebagaimana yang dikutip oleh Harun Nasution dari kitab ;
Muzakirat al-Iman Muhammad Abduh, bahwa ia pada saat itu benci melihat buku, dan buku yang
diberikan Darwsy ia lempar jauh-jauh. Buku itu dipungut lagi oleh Darwsy dan diberikan lagi pada
Abduh, Darwsy selalu sabar menghadapi Abduh, dan akhirnya M.Abduh mau juga membaca buku
tersebut beberapa baris. Setiap barisnya Darwisy memberikan penjelasan luas tentang arti dan
maksud yang dikandung kalimat tersebut. Akhinya Muhammad Abduh berubah sikapnya terhadap
buku dan ilmu pengetahuan. Dia mulai paham dengan apa yang dibacanya, kemudian ia kembali ke
Thanta yaitu pada bulan oktober 1865 M/ 1286 H[6]
Metode pengajaran yang digunakn oleh Jamaluddin adalah metode praktis (‘maliyyah) yang
mengutamakan pemberian pengertian dengan cara diskusi. Metode itulah tampaknya yang
diterapkan Abduh setelah ia jadi pendidik. Selain pengetahuan teoritis Jamaluddin juga mengajarkan
pengetahuan praktis, seperti berpidato, menulis artikel dan sebagainya. Sehingga dengan demikian,
membawanya tampil didepan public, juga secara langsung melihat situasi sosial politik negaranya.
[8]
Meskipun dia aktif mencari ilmu di luar al-Azhar, di al-Azar sendiripun ia tidak melalaikan tugasnya
sebagai mahasiswa sehinga ia meraih gelar ‘alim pada tahun 1877,Tahun 1877-1882, ia di asingkan
di Bairut, karena ia terlibat politik,di pengasingan ini ia punya kegiatan sebagai guru dan penulis.
Karirnya sebagai guru ia tempuhnya di tiga lembaga pendidikan formal yaitu al-azhar, Dar al-Ulum
dan perguruan bahasa Khedevi. Ia mengajarkan berbagai mata pelajaran seperti teologi, sejarah,
ilmu politik dan kesusastraan Arab [9]
Tampaknya ada dua hal yang ditekankannya dalam memberikan pengajaran, yaitu metode diskusi
yang diwarisi dari gurunya Jamaluddin dan semangat pembaharuan yang ditanamkannya dalam
setiap mata pelajaran. Tujan pengajaran yang demikian yang menjadi salah satu sebab dicurigai oleh
Khedevi, dianggap tidak mendukung kebijaksanaan pemerintahan dan bekerjasama dengan inggris,
sehingga ia tidak mengajar lagi di Dar al-Ulum dan lembaga bahasa. Namun disisi lain karirnya
menanjak, lebih-lebih setelah diangkat menjadi pimpinan redaksi surat kabar al-waqai’ al-Mishriyyah
yang merupakan salah satu organ pemerintah. Jabatan ini membuat ia mudah melancarkan kritikan
terhadap pemerintahan dengan artikel-artikel yang dituliskannya, baik masalah agama, sosial, politik
dan kebudayaan. Media ini juga telah mengantarkannya pada politik praktis sehingga ia dituduh
terlibat dalam pemberontakan yang dipimpin oleh ‘Urabi Pasya pada tahun 1882, sehingga ia
diasingkan keluar negeri. Namun ia tetap tidak tinggal diam bahkan sasarannya tidak hanya
masyarakat Mesir tapi dakwanya malah mendunia, sehingga ia bersama Jamaluddin menerbitkan
majalah dan membentuk gerakan yang disebut dengan al’Urwat al-wusqa. Ide yang terkandung
dalam gerakan tersebut tetap sama yaitu membangkitkan semangat umat Islam untuk melawan
kekuasaan barat. Namun gerakan majalah tersebut tidak lama karena dilarang oleh pemerintah
colonial. Pada tahun 1834 ia kembali ke Beirut.[10]
Kegiatan pembelajaran dilanjutkannya lagi setelah ada di Beirut menterjemah kitab-kitab kedalam
bahasa Arab juga ia lakukan. Sehingga di kota ini ia menyelesaikan penulisan buku yang termasyur
Risalat at-tauhid yang ditulisnya semasa mengajar di Madrasah Sulthaniah, disamping beberapa
buku terjemahan yang lain . Tahun 1888 ia kembali ke Mesir setelah selesai masa pengasingan.
Pembaharuan yang kedua yang dilakukannya sebagai mufti di tahun 1899 menggantikan Syejh
Hasanuddin al-Nadawi. Usaha yang pertama yang dilakukannya disini adalah memperbaiki
pandangan masyarakat bahkan pandangan mufti sendiri tentang kedudukan mereka sebagai hakim.
Mufti-mufti sebelumnya berpandangan, bahwa sebagai mufti betugas sebagai penasehat hukum
bagi kepentingan Negara. Diluar itu seakan meraka melepaskan diri dari orang yang mencari
kepastian hukum[11]. Mufti baginya bukan hanya berkhidmat pada Negara, tetapi juga pada
masyarakat luas. Dengan demikian kehadiran Muhammad Abduh tidak hanya dibutuhkan oleh
Negara tapi juga oleh masyarakat luas.
Bisa dikatakan pembaharuan yang ketiga yang dilakukannya ialah dibuktikan dengan didirikannya
organisasi sosial yang bernama al-Jami’at al-Khairiyyah al-Isskamiyyah pada tahun 1892. Organisasi
ini bertujuan untuk menyantuni fakir miskin dan anak yang tidak mampu dibiayai oleh orang tuanya.
Wakaf merupakan salah satu institusi yang tidak luput dari perhatiannya, sehingga ia membentuk
majlis administrasi wakaf sehingga ia berhasil memperbaiki perangkat mesjid.[12]
Dalam kenyataan tidak semua ide dan pemikiran pembaharuan yang dibawanya dapat diterima oleh
penguasa dan pihak al-Azhar. Penghalang yang utama yang dihadapinya adalah para ulama yang
berpikiran statis beserta masyarakat awam yang mereka pengaruhi. Khedewi sendiripun akhirnya
tidak setuju dengan pembaharuan fisik yang dibawa Muhammad Abduh terutama tentang institusi
wakaf yang menyangkut masalah keuangan.
Dalam hal banyak rintangan tersebut Abduh jatuh sakit dan meninggal pada 8 Jumadil awal 1323 H/
11 Juli 1905, jenazah Muhammad Abduh dikebumikan di Kairo (Pemakaman Negara). Dari uraian-
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi pemikiran Muhammad Abduh
adalah :
v Faktor sosial, berupa sikap hidup yang dibentuk oleh keluarga dan gurunya terutama Syekh
Darwisy dan Sayyid Jamaludin al-Afghani, disamping itu lingkungan sekolah di Thanta dan Mesir
tempat ia menemukan sistem pendidikan yang tidak efektif, serta dengan keagamaan yang statis
dan fikiran-fikiran yang fatalistic
v Faktor kebudayaan, berupa ilmu yang diperolehnya selama belajar disekolah-sekolah formal dari
Jamaludin al-Afghani, serta pengalaman yang ditimbanya dari barat.
v Faktor politik yang bersumber dari situasi politik dimasanya, sejak dilingkungan keluarganya di
Mukallaf Nashr.
Ketika faktor tersebut yang melatar belakangi lahirnya pemikiran Muhammad Abduh dalam berbagai
bidang, teologi, syari’ah, pendidikan, sosial politik dan sebagainya. Pemikiran yang berkaitan dengan
teologi difokuskan pada perbuatan manusia (af’al –‘ibad) qada dan qadar serta sifat-sifat Tuhan.
Perbuatan manusia bertolak dari satu dedukasi bahwa manusia adalah makhluk yang bebas memilih
perbuatan. Menurut Muhammad Abduh ada tiga unsur yang mendukung suatu perbuatan yaitu akal,
kemauan dan daya. Ketiganya merupakan ciptaan Tuhan bagi manusia yang dapat dipergunakan
dengan bebas [13]
Qada dan qadar menurut Abduh adalah salah satu pokok aqidah dalam agama, yang harus diberi
pengertian yang benar, karena aqidah bertempat dihati (Qalbiyyah). Ia akan terpantul dalam sikap
dan perbuatan. Dari itulah aqidah qada dan qadar yang benar bisa memantulkan sikap hidup yang
dinamis, sedangkan aqidah yang menyimpang akan menimbulkan sikap tidak menguntungkan,
fatalistis, bahkan pemahaman yang salah terhadap ajaran-ajaran agama yang lain. Keyakinan
terhadap qada dan qadar yang menyimpang kata Abduh telah membawa kehancuran dalam sejarah
umat islam, sama halnya dengan aqidah yang benar telah mengantarkan umat Islam pada masa-
masa kejayaan.
Untuk mengimbangi serangan Kristen atas Islam, Muhammad Abduh berusaha mencoba
mendefinisikan kembali (redefinisi) ajaran Islam yang berbeda dengan Kristen. Upayanya ini
merupakan kebenaran bukti penggunaan pendekatan apologetiknya. Menurut Yvonne Haddad,
Muhammad Abduh telah berhasil mengungkapkan delapan keunggulan Islam atas Kristen yaitu :
1. Islam menegaskan bahwa menyakini keesaan Allah dan membenarkan risalah Muhammad
merupakan kebenaran inti ajaran Islam.
2. Kaum Muslim sepakat bahwa akal dan wahyu berjalan tidak saling bertentangan, karena keduanya
berasal dari sumber yang sama.
3. Islam sangat terbuka atas berbagai interprestasi. Oleh karena itu, Islam tidak membenarkan
adanya saling mengafirkan di antara kaum muslim.
4. Islam tidak membenarkan seseorang menyerukan risalah Islam kepada orang lain, kecuali dengan
bukti.
6. Islam melindungi dakwah dan risalah, dan menghentikan perpecahan dan fitnah.
7. Islam adalah agama kasih sayang, persahabatan, dan mawaddah kepada orang yangb berbeda
doktrinnya.
Gerakan pembaharuan Islam yang dilakukan oleh Muhammad Abduh tidak terlepas dari karekter
dan wataknya yang cinta pada ilmu pengetahuan. Gibb dalam salah satu karya terkenalnya, Modern
Trends in Islam, menyebutkan empat agenda pembaharuan Muhammad Abduh. Keempat agenda itu
adalah pemurnian Islam dari berbagai pengaruh ajaran dana amalan yang tidak benar. Yaitu :
1. Furifikasi
Purifikasi atau pemurnian ajaran Islam telah mendapat tekanan serius dari Muhammad Abduh
berkaitan dengan munculnya bid`ah dan khurafah yang masuk dalam kehidupan beragama kaum
muslim. Kaum muslim tak perlu mempercayai adanyah karamah yang dimiliki para wali atau
kemampuan mereka sebagai perantara (wasilah) kepada Allah. Dalam pandangan Muhmmad Abduh,
seorang muslim diwajibkan mengindarkan diri dari perbuatan dari perbuatan Syirik (lihat QS.6:79).
[15]
2. Reformasi
Reformasi pendidikan tinggi Islam difokuskan Muahammad Abduh pada universitas almamaternya,
Al-Azhar. Muhammad Abduh menyatakan bahwa kewajiban belajar itu tidak hanya mempelajari
buku-buku klasik berbahasa Arab yang berisi dogma ilmu kalam untuk membela Islam. Akan tetapi,
kewajiban belajar juga terletak pada mempelajari sain-sain modern, serta sejarah dan agama Eropa,
agar diketahui sebaba-sebab kemajuan yang telah mereka capai.[16]
Usaha awal reformasi Muhammad Abduh adalah memperjuangan mata kuliah filsafat agar diajarkan
di Al-Azhar. Dengan belajar filsafat, semangat intelektualisme Islam yang padam diharapkan dapat
dihiduipkan kembali[17]
3. Pembelaan Islam
Muhammad Abduh lewat Risalah Al-Tauhidny tetap mempertahankan potret diri Islam. Hasratnya
untuk menghilangkan unsur-unsur asing merupakan bukti bahwa dia tetap yakin dengan
kemandirian Islam. Muhammad Abduh terlihat tidak pernah menaruh perhatian terhadap paham-
paham filsafat anti agama yang marak di Eropa. Dia lebih tertarik memperhatikan serangan-serangan
terhadap agama Islam dari sudut keilmuan. Muhammad Abduh berusaha mempertahankan potret
Islam dengan menegaskan bahwa jika pikiran dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Hasil yang
dicapainya otomatis akan selaras dengan kebenaran illahi yang dipelajari melalui agama
4. Reformulasi
Agenda reformulasi tersebut dilasanakan Muhmmad Abduh dengan cara membuka kembali pintu
ijtihadd. Menurutnya, kemunduran kaum muslim disebabkan oleh dua faktor yaitu intelnal dan
eksternal. Muhammad Abduh dengan refomulasinya menegaskan bahwa Islam telah
membangkitkan akal pikiran manusia dari tidur panjangnya. Manusia tercipta dalam keadaan dalam
keadaan tidak terkekang.
Pembaruan pendidikan Muhammad Abduh tampaknya lebih dilatar belakangi oleh faktor situasi
sosial keagamaan dan situasi pendidikan itu sendiri yang ada pada saat itu. Situasi sosial keagamaan
dalam hal ini adalah sikap yang umumnya diambil oleh umat Islam di Mesir dalam memahami dan
meaksanakan ajaran agama dalam kehidupan mereka sehari-hari. Krisis yang menimpa umat Islam
saat itu bukan hanya dalam bidang aqidah dan Syariah, tetapi juga akhlak, moral. Hal itu terlihat
dalam penekanan terhadap hak-hak wanita, penguasaan terhadap martabat dan harga diri mereka
yang ditinggikan oleh Islam. Keizinan yang diberikan Syari’ah untuk beristri lebih dari satu ditafsirkan
dengan mengenyampingkan syarat-syarat bagi terbuka izin tersebut. Poligamipun menjadi sumber
kemelaratan wanita dan anak-anak. Perkawinan seakan menjadi sebuah institusi yang mengikat
mereka dalam derita dan kesengsaraan.[18]
Pemikiran Muhammad Abduh sesuai dengan sistem pendidikan yang ada saat itu, sehingga pada
abad ke 19 Muhammad Ali memulai pembaharuan pendidikan di Mesir. Pembaharuan yang
timpang, yang hanya menekankan perkembangan aspek intelek mewariskan dua tipe pendidikan
pada abad ke 20, tipe pertama adalah sekolah-sekolah agama dengan al-azhar sebagai lembaga
pendidikan yang tinggi. Sedangkan tipe kedua adalah sekolah-sekolah modern, baik yang dibanguan
oleh pemerintah mesir maupun yang didirikan oleh bangsa Asing. Kedua tipe tersebut tida punya
hubungan antara satu dengan yang lainnya, masing-masing berdiri sendiri dalam memenuhi
kebutuhan dan mendapai tujuan pendidikannya. Sekolah-sekolah agama berjalan diatas garis
tradisional baik dalam kurikulum maupun metode pengajaran yang diterapkan.Ilmu-ilmu barat tidak
diberikan disekolah-sekolah agama, dengan demikian pendidikan agama kala itu tidak
mementingkan perkembangan intelektual, padahal Islam mengajarkan untuk mengembangkan
aspek jiwa tersebut sejajar dengan perkembangan aspek jiwa yang lain.
Sistem pendidikan yang terjadi pa sekolah-sekolah pemerintah dipihak lain tampil dengan kurikulum
yang memberikan ilmu pengetahuan barat sepenuhnya, tanpa memasukkan ilmu pengetahuan
agama kedalam kurikulum tersebut. Selain terjadinya kasus-kasus yang demikian, dualisme
pendidikan yang demikian melahirkan dua kelas sosial dengan spirit yang berbeda. Tipe sekolah yang
pertama memproduksi para ulama serta tokoh masyarakat yang enggan menerima perubahan dan
cenderung untuk mempertahankan tradisi. Tipe sekolah yang kedua melahirkan kelas elite generasi
muda, hasil pendidikan yang dimulai pada abad ke 19. dengan ilmu-ilmu barat yang mereka peroleh
dapat menerima ide-ide yang datang dari barat. Muhammad Abduh melihat segi-segi negatf dari
kedua bentuk pemikiran tersebut. Ia memandang bahwa pemikiran yang pertama tidak dapat
dipertahankan lagi, jika dipertahankan juga akan menyebabkan umat Islam tertinggal jauh, terdesak
oleh arus kehidupan dan pemikiran modern. Sedangkan pemikiran kedua justru adanya bahaya yang
mengancam sendi-sendi agama dan morall yang akan tergoyahkan oleh pemikiran modern yang
mereka serap. Dari situlah Muhammad Abduh melihat pentingnya mengadakan perbaikan di dua
instansi tersebut, sehingga jurang yang lebar bisa dipersempit.
Situasi yang demikian melahirkan pemikiran Muhammad Abduh dalam bidang pemikiran formal dan
non formal. Dalam bidang pendidikan formal tujuannya yang esensi adalah menghapuskan dualisme
pendidikan yang tampak dengan adanya kedua institusi diatas, untuk itu ia bertolak dari tujuan
pendidikan yang dirumuskan sebagai berikut :
Tujuan pendidikan adalah mendidik akal dan jiwa dan menyampaikannya kepada batas-batas
kemungkinan seseorang mencapai kebahagiaan hidup didunia dan akhirat”[19]
Disamping pendidikan akal ia juga mementingkan pendidikan spiritual agar lahir generasi yang
mampu berpikir dan punya akhlak yang mulia dan jiwa yang bersih. Tujuan pendidikan yang
demikian ia wujudkan dalam seperangkat kurikulum sejak dari tingkat dasar sampai ketingkat atas.
Kurikulum tersebut adalah :
1. Kurikulum al-Azhar
Kurikulum perguruan tinggi al-Azhar disesuaikannya dengan kebutuhan masyarakat pada masa itu.
Dalam hal ini, ia memasukkan ilmu filsafat, logika dan ilmu pengetahuan modern ke dalam kurikulum
al-Azhar. Upaya ini dilakukan agar out-putnya dapat menjadi ulama modern[20]
Ia beranggapan bahwa dasar pembentukan jiwa agama hendaknya sudah dimulai semenjak masa
kanak-kanak. Oleh karena itu, mata pelajaran agama hendaknya dijadikan sebagai inti semua mata
pelajaran. Pandangan ini mengacu pada anggapan bahwa ajaran agama (Islam) merupakan dasar
pembentukan jiwa dan pribadi muslim. Dengan memiliki jiwa kepribadian muslim, rakyat Mesir akan
memiliki jiwa kebersamaan dan nasionalisme untuk dapat mengembangkan sikap hidup yang lebih
baik, sekaligus dapat meraih kemajuan.
2. Tingkat Atas
ia mendirikan sekolah menegah pemerintah untuk menghasilkan ahli dalam berbagai lapangan
administrasi, militer, kesehatan, peridustrian dan sebagainya. Melalui lembaga pendidikan ini,
Abduh merasa perlu untuk memasukan beberapa materi, khususnya pendidikan agama. Sejarah
Islam, dan kebudayaan Islam.
Di Madrsah-madrash yang berada di bawah naungan al-Azhar, Abduh mengajarkan ilmu Mantiq,
Falsafah dan tauhid, sedangkan selama ini al-Azhar memandang ilmu Mantiq dan Falsafah itu
sebagai barang haram. Dirumahnya Abduh mengajarkan pula kitab Thazib al-akhlak susunan ibn
Maskawayh. Dan kitab sejarah Peradaban Eropa susunan seorang Perancis yang telah diterjemahkan
ke dalam bahasa Arab dengan judul al-Tuhfat al-Adaabiyah fi Tarikh Tamaddun al-Mamalik al-
Awribiyah[21]
Ketiga paket kurikulum diatas merupakan gambaran umum dari kurikulum pelajaran agama yang
diberikan dalam setiap tingkat. Dalam hal ini Muhammad Abduh tidak memasukkan ilmu-ilmu barat
kedalam kurikulum yang direncanakan. Dengan demikian dalam bidang pendidikan formal
Muahmmad Abduh menekankan pemberian pengetahuan yang pokok, yaitu fiqih, sejarah Islam,
akhlak dan bahasa.
Meskipun agaknya kurikulum yang dirancang Muhammad Abduh sukar diterapkan secara utuh,
lebih-lebih disekolah umum seperti yang diharapkannya, tetapi dari materi-materi pelajaran yang
demikian dapat dijangkau pemikirannya yang menghargai ilmu-ilmu agama, sama dengan
penilaiannya terhadap ilmu-ilmu yang datang dari barat. Ia menginginkan agar sekolah-sekolah
umum menerapkan kurikulum yang demikian, sama halnya dengan keinginannya agar al-Azhar
merubah sistem pengajarannya, antara lain dengan menerapkan ilmu-ilmu yang datang dari barat.
Dalam bidang metode pengajaran iapun membawa cara baru dalam dunia pendidikan saat itu. Ia
mengkritik dengan tajam penetarapan metode hafalan tanpa pengertian yang umumnya
dipraktekkan disekolah-sekolah saat itu, terutama sekolah agama. Ia tidak menjelaskan dalam
tulisan-tulisannya metode apa yang sebaiknya diterapkan, tetapi dari apa yang dipraktekkannya
ketika ia mengajar di al-Azhar tampaknya bahwa ia menerapkan metode diskusi untuk memberikan
pengertian yang mendalam pada muridnya. Ia menekankan pentingnya pemberian pengertian dalam
setiap pelajaran yang diberikan. Ia memperingatkan para pendidik untuk tidak mengajar murid
dengan metode menghafal, karena metode demikian hanya akan merusak daya nalar, seperti yang
dialaminya ketika belajar di sekolah formasi di Mesjid Ahmadi di Thanta.
Pemikiran Muhammad Abduh yang lain adalah tentang pendidikan wanita. Menurutnya wanita
haruslah mendapatkan pendidikan yang sama dengan lelaki. Mereka, lelaki, wanita mendapat hak
yang sama dari Allah, sesuai dengan firmanNya QS (2) al-Baqarah :228 serta dalam QS: (33) al-Ahzab
:35 dalam pandangan Abduh ayat tersebut mensejajarkan lelaku dan wanita dalam hal mendapatkan
keampunan dan apabila yang diberikan Allah atas perbuatan yang smaa, baik yang bersifat
keduniaan maupun agama. Dari sini ia bertolak bahwa perempuan pun punya hak mendapatkan
pendidikan yang sama dengan laki-laki. Katanya wanita harus dilepaskan dari rantai kebodohan,
maka dari itu ia perlu diberikan pendidikan.
Dalam bidang pendidikan non formal Muhammad Abduh menyebutkan usaha perbaikan (ishlah).
Dalam hal ini Abduh melihat perlunya campur tangan pemerintah terutama dalam hal
mempersiapkan para pendakwah. Tugas mereka yang utama adalah :
3. meniupkan kedalam jiwa mereka cinta pada Negara, tanah air dan pemimpin
Di luar pendidikan formalpun Abduh menekankan pentingnya pendidikan akal dan mempelajari
ilmu-ilmu yang datang dari Barat. Disamping itu Abduhpun menggalakkan umat islam mempelajari
ilmu-ilmu modern
Jika Anda Tertarik untuk mengcopy Makalah ini, maka secara ikhlas saya mengijnkannya, tapi saya
berharap sobat menaruh link saya ya..saya yakin Sobat orang yang baik. selain Makalah
MUHAMMAD ABDUH | USAHA PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI MESIR , anda dapat
membaca Makalah lainnya di Aneka Ragam Makalah. dan Jika Anda Ingin Berbagi Makalah Anda ke
blog saya silahkan anda klik disini.Salam saya Ibrahim Lubis. email :ibrahimstwo0@gmail.com
Tweet
✚
Mau Makalah Gratis! Silahkan Tulis Email Anda.
Enter your
Print PDF
Related Post:
Landasan Ontologi | Epistemologi Dan Aksiologi Dalam Filsafat Ilmu
Next
Profesi Pendidikan di Indonesia Previous
PERAN PENDIDIKAN SEBAGAI MODAL UTAMA MEMBANGUN KARAKTER BANGSA
Arsip Makalah
1. Agama Islam
2. Antara Manusia Dan Agama
3. Diversifikasi Pendidikan Agama Dan Keagamaan
4. Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
5. Islam dan Iman
6. Konsep Ruang Lingkup Pengantar Studi Islam
7. Makalah Agama Islam
8. Makalah Agama Islam | Dinul Islam
9. Makalah Aktivitas Keagamaan
10. Makalah Korupsi Dalam Perspektif Islam
11. Makalah Pendidikan Keagamaan Luar Sekolah
12. Manajemen Pendidikan Agama Islam | Lembaga Non Formal
13. Pelaksanaan Pendidikan Keagamaan
14. Pendidikan Agama Dalam Kebijakan Pendidikan Islam
15. Pendidikan Agama sebagai Pembudayaan Dan Pemberdayaan
16. Pengertian Riddah
17. Psikologi Agama
18. Relasi Negara | Agama dan Pendidikan
19. Ruang Lingkup Pengantar Studi Agama Islam
1. Anatomi Katak
2. Cara Perawat Dalam Merawat Pasien HIV AIDS
3. Contoh Proposal PTK 2013
4. Investasi Pendidikan dengan Pertumbuhan Ekonomi
5. Makalah Tentang Penelitian Ilmiah
6. Metode Bermain Peran
7. Metode Dalam Penelitian Eksperimen
8. Metode Penelitian Eksperimen
9. Pedoman Penelitian Fakultas Kedokteran
10. Penelitian Tindakan Kelas
11. Penelitian Tindakan Kelas Dan Struktur Penulisannya
12. Penelitian dan Pengembangan Hukum Adat
13. Pengertian Perencanaan
14. Perekonomian Masyarakat melalui Kolam Pemancingan
15. Proposal PTK | Penelitian Tindakan Kelas Terbaru
Kategori
Makalah Terlaris
Copyright © 2012. Aneka Ragam Makalah - All Rights Reserved | Template Created by Kompi Ajaib |
Modified by Ibrahim Lubis
v
AR Ghulam
Menu
Skip to content
Beranda
About
Contact
Forum
By mbeyink
Muhammad Abduh
MAKALAH
PMDI
Disusun oleh :
USHULUDDIN AKHLAK-TASAWUF
(STAIN) PEKALONGAN
2011-2012
BAB I
PENDAHULUAN
Muhammad abduh adalah anak dari Abduh Khairullah yang tinggal didesa biasa yang tidak
mementingkan tempat dan tanggal lahir anak-anaknya. Setelah muhammad Abduh menginjak
dewasa, Abduh terpaksa meninggalkan kampung halamannya, setelah kakeknya meninggal dunia.
Ajaran-ajaran muhammad Abduh mempengaruhi dunia Islam pada umumnya terutama dunia arab
melalui karangan muhammad abduh sendiri, dan melalui tulisan-tulisan muridnya seperti
muhammad Rida dengan majalah al-manar dan tafsir al-manar, Qasim Amin dengan buku tahrir al-
mar’ah, farid wajdi dengan Dairah al-ma’arif dan karangan-karangan lainnya. Syekh Tantowi Jauhari,
kaum intelek atasan mesir seperti Muhammad Husen Haikal dengan bukunya hidayah Muhammad
Abu Bakar, Abbas Mahmud al-Akkad, Ibrahim A. Kadir al-Mazin, Mustafa Abd al-Razik, Ali Abd al-
Razik dan tak boleh dilupakan saat Zaghlul bapak kemerdekaan mesir .
B. Rumusan masalah
BAB II
PEMBAHASAN
Muhammad Abduh lahri didesa Mahallat, Propinsi Gharbiyah, Mesir pada tahun 1265 H atau 1849
M. Dengan Ayahnya bernama Abduh Ibn Hasan Khairullah, berasal turki dan ibunya seorang
arabyang silsilahnya sampai pada Umar bin Khattab. Muhammad abduh berasal dari keluarga petani
yang sederhana taat beibadah dan cinta ilmu.[1]
Sejak kecil ia belajar membaca dan menulis dengan orang tuanya sendiri . dalam waktu dua tahun ia
sudah hafal seluruh isi al-Qur’an. Muhammad abduh meneruskan pendidikannya di Thanta, tetapi ia
tidak cocok dengan sistem pengajarannya karena mengutamakan hafalan tanpa pemahaman dan
pengertian. Akhirnya ia pulang kerumahnya tetapi oleh orang tuanya tetap meminta Muhammda
Abduh melanjutkan sekolahnya . maka ia kembali ke Thanta dan belajar kepada Syekh Darwisi.
Di Paris ia semakin bersemangat melancarkan kegiatan politik dan dakwahnya yang tidak hanya
ditujukan untuk mesir namun untuk seluruh umat islam di dunia. Bersama jamaludin al-afgani ia
menerbitkan majalah dan gerakan yang disebut dengan al-urwatul wutsqo. Ide gerakan ini
membangkitnkan semangat umat islam didunia untuk melawan barat. Sayangnya usia majalah in
tidak lama sebab pemerintah barat melarang majalah ini masuk kedaerah-daerah yang dikuasainya .
setelah penerbitannya dihentikan, Muhammad Abduh ke Tunis, kemudian kembali ke Bairut, dan
disanalah ia menyelesaikan karyanya yang berjudul risalah al-tauhid dan menulis beberapa buah
buku lainnya . [3]
a. Latar belakang
Keadaan masyarakat Eropa sesungguhnya telah menanamkan benih pengaruhnya sejak kedatangan
ekspedisi prancis (Napoleon) ke Mesir pada tahu 1798. Namun secara jelas mulai dirasakan
Muhammad Abduh pada saat ia menimba ilmu gerbang Al-Azhar. Waktu itu, lembaga pendidikan
tersebut para pembina dan ulamanya telah terbagi kedalam dua kelompok. Kelompok pertama
menganut pola taqlid,yang mana kelompok ini adalah yang mayoritas, yakni mengajarkan kepada
siswa bahwa pendapat-pendapat ulama terdahulu hanya sekedar dihapal, tanpa mengantarkan pada
usaha penelitian, perbandingan dan pentarjihan. Sedangkan kelompok kedua menganut pola tajdid
(pembaharu) yang menitik beratkan uraian-uraian mereka ke arah penalaran dan pengembangan
rasa.kelompok ini adalah kelompok minoritas.
Pengetahuan Abduh tentang ilmu tasawuf dan dukungan Syekh Darwisy agar ia selalu mempelajari
berbagai bidang ilmu, yang dipelajari ketika masih muda dulu, maka tidak mengherankan jika Abduh
lebih memihak kepada kelompok minoritas yang ketika itu dipelopori oleh Syekh Hasan Al -Thawil
yang telah mengajarkan filsafat dan logika jauh sebelum Al-Azhar mengenalnya. [4]
Pada sisi lain pertemuan Abduh dengan Al-Afgani menjadikan Abduh aktif dalam berbagai bidang
sosial dan politik, dan kemudian mengantarkannya untuk bertempat tinggal di Paris, menguasai
bahasa Prancis, menghayati kehidupan masyarakatnya, serta berkomonikasi dengan pemikir-pemikir
Eropa ketika itu.
b. Tujuan pembaharuan
1. Modernisasi
Dari latar belakangnya, Abduh berusaha merombak dan melakukan penyesuaian ajaran Islam
dengan tuntutan zaman, seperti penyesuaian dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
tekhnologi. Ide penyesuaian inilah yang pada akhirnya disebut dengan moderniasasi. Sumber dari
gagasan modernisasi Abduh tersebut bersumber dari penentangannya terhadap taqlid.
2. Purifikasi
Purifikasi atau pemurnian ajaran islam telah mendapat tekanan serius dari Muhammad
Abduh berkaitan dengan munculnya bid’ah dan khurafah yang masuk dalam kehidupan beragama
kaum muslimin.
3. Reformasi
Terhadap sekolah agama, seperti Al-Azhar, Muhammad Abduh menyarankan agar melakukan
perubahan menjadi lembaga pendidikan yang mengikuti sistem pendidikan modern. Sebagai langkah
awal, ia telah memperkenalkan ilmu-ilmu Barat kepada Al-Azhar, disamping tetap menghidupkan
ilmu-ilmu Islam klasik yang orisinil, seperti Muqodimah karya Ibnu Khaldun.
Reformasi pendidikan pada perguruan tinggi Islam yang dilakukan Muhammad Abduh memfokuskan
pada Universitas almamaternya, Al-Azhar. menurutnya bahwa kewajiban belajar itu tidak hanya
mempelajari buku-buku kelasik berbahasa Arab yang berisi dogma ilmu kalam untuk membela Islam.
Namun juga harus mempelajari sains-sains modern, serta sejarah dan agama Eropa, agar diketahui
sebab-sebab kemajuan yang telah mereka capai.
Usaha awal reformasi Muhammad Abduh adalah memperjuangkan matakuliah filsafat agar diajarkan
di Al-Azhar. Dengan belajar filsafat, semangat intlektualisme Islam yang vakum selama beberapa
dekade diharapkan hidup kembali. .[5]
4. Pembelaan Islam
Melalui Risalah Al-Tauhidny, Muhammad Abduh tetap mempertahankan potret diri Islam.
Hasratnya untuk menghilangkan unsur-unsur asing merupakan bukti ia tetap yakin dengan
kemandirian Islam.
5. Reformulasi
Muhammad Abduh melakukan reformulasi dengan cara membuka kembali pintu ijtihad.
Menurutnya, kemunduran kaum muslim disebabkan oleh dua faktor, yaitu internal dan ekternal.
Muhammad Abduh dengan reformulasinya menegaskan bahwa Islam telah membangkitkan akal
pikiran manusia dari tidur panjangnya.[6]
C. Konsep Muta’zilahisme
Tulisan-tulisan tentang teologi pemikran Muhammad Abduh telah muncul dalam berbagi majalah,
namun tak satupun tulisan yang menjelaskan corak sebenarnya tentang teologi Muhammad
Abduh.karena memang hanya membahas pendapat-pendapat teologi Muhammad Abduh bukan
sistem teologinya .
Dengan memperbandingkan pendapat teologi tertentu dengan teologi sejenis dari aliran-aliran yang
ada, para penulis berbeda kesimpulannya tentang teologi pembaharuan ini.
Menurut adams, teologi Muhammad Abduh termasuk kedalam aliran Ahlusunnah. Tambahnya, pada
dasarnya memang tidak jauh berbeda dengan teologi pada umumnya yang diterima. Lebih jauh
horten berpendapat bahwa Muhammad Abduh dalam banyak hal mengikuti Ahlusunnah secara
ekstrim. Menurut Hourani menyebutkan bahwa teologi Muhammad Abduh bercorak al-Ghazali dan
al-Maturidi, serta dipengaruhi Muta’zilah.[7]
Mengetahui corak teoliginya sebenarnya sangat penting karena untuk mengetahui relevansi
pemikiran-pemikiran pembaharuannya dengan zaman kemajuan ilmu pengetahuan dan dan
teknologi yang sangat pesat dewasa ini.
Dalam buku Risalah al-Tawhid dan Hasyiah ala Sharh al-Dawwani li Al-Aqaid al-Adudiah dapat di
tarik kesimpulannya . kalau dalamRisalah ia berpendapat netral, sedang didalam Hasyiah ia
memihak. Buku ini akan membantu mengetahui corak teologi Muhammad Abduh yang sebenarnya
.[8]
BAB III
KESIMPULAN
Syeikh Muhammad Abduh berjasa dalam memberi gambaran yang jelas tentang keperluan
umat Islam kepada pembaharuan, khususnya dalam bidang pendidikan. Ide pembaharuan Syeikh
Muhammad Abduh dalam bidang pendidikan, khususnya di Universitas Al-Azhar telah memberi
kesan yang mendalam terhadap perkembangan ilmu pengetahuan umat Islam. mengganti metode
pengajaran yang bersifat hafalan kepada penalaran atau lebih dekat dengan diskusi.
Masalah persatuan umat Islam difokuskan kepada masalah-masalah pokok dan penting kaum
Muslimin, penekanan akan peran akal dan menghindari bertaqlid, mendinamiskan peran ijtihad dan
penekanan terhadap masalah kemerosotan masyarakat Muslim dan penyimpangan-penyimpangan
terhadap ajaran Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Nasution, Harun.1996. Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta:
Bulan Bintang.
Nasution, Harun.1987. Muhammad Abduh dan Teologi Rasional Mu’tazilah, Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia.
Nizar, Samsul. 2009. Sejarah Pendidikan Islam; Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era
Rsullullah Sampai Indonesia, Jakarta: Kencana.
Rahman, Fazlur. 1995. Islam dan Modernitas: Tentang Transformasi Intlektual, terj. Ashin
Muhammad, Bandung: Pustaka.
[5] Fazlur Rahman, Islam dan Modernitas: Tentang Transformasi ... , h,70
Iklan
Share this:
Facebook
Twitter
Terkait
← ISLAM DI ANDALUS
Ilmu kalam →
Tinggalkan Balasan
Cari
Tulisan Terbaru
Menu Utama
About
Contact
Forum
situs Pribadi
Kategori
Artikel
o Kumpulan Sms Gokil
o Kumpulan SMS Gombal
o Puisi
Puisi untuk nta :D
Siluet Cinta
Seputar agama Islam
o Ilmu Kalam
o Lama Masa Haid
o Sejarah Peradaban Islam
o tokoh : Muhammad Abduh
Tasawuf
o 1. Mengenal Tasawuf
o 2. Landasan Tasawuf
o 3. Kedudukan Tasawuf dalam Islam
o 4. Media Meraih Kecerdasan Intelektual
Arsip
Blog di WordPress.com.