Anda di halaman 1dari 52

Rabu, 04 Maret 2015

MOHAMMAD ABDUH DAN USAHA PEMBAHARUAN PENDIDIKAN DI


MESIR

MOHAMMAD ABDUH DAN USAHA PEMBAHARUAN PENDIDIKAN DI MESIR

Makalah Ini Dibuat Guna Memenuhi Tugas Terstruktur


Mata Kuliah : Sejarah Pendidikan Islam
Dosen Pengampu : Dra. Hj. Mahmudah, M. Pd. I
Oleh :
Apriati Rosita (1123305003)
Wantia Khikmah ( 1123305005)
Ruswati ( 1123305031)
TARBIYAH / 4 PGMI-A
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PURWOKERTO
TAHUN 2013
A. PENDAHULUAN
Muhammad Abduh termasuk salah satu pembaharu agama dan sosial di Mesir pada
abad ke-20 yang pengaruhnya sangat besar di dunia Islam. Dialah penganjar yang sukses
dalam membuka pintu ijtihad untuk menyesuaikan Islam dengan tuntutan zaman modern.
Di dunia Islam ia terkenal dengan pembaharuannya di bidang keagamaan, dialah yang
menyerukan umat Islam untuk kembali kepada Al Quran dan Assunnah as Sahihah. Ia juga
terkenal dengan pembaharuannya dibidang pergerakan politik.
Di samping ia dikenal sebagai pembaharu dibidang keagamaan dan pergerakan
(politik), Ia juga sebagai pembaharu dibidang pendidikan Isalam, dimana Ia pernah menjabat
Syekh atau rektor Universitas AlAzhar di Cairo Mesir. Pada masa menjabat rektor inilah Ia
mengadakan pembaharuan-pembaharuan di Universitas tersebut,yang pengaruhnya sangat
luas di dunia Islam. Dan usaha–usaha pembaharuan inilah yang akan dibahas dalam makalah.

B. BIOGRAFI MUHAMMAD ABDUH


Muhammad Abduh lahir pada tahun 1848 M/ 1265 H di sebuah desa di Propinsi
Gharbiyyah Mesir Hilir. Ayahnya bernama Muhammad ‘Abduh ibn Hasan Khairullah.
Abduh lahir di lingkungan keluarga petani yang hidup sederhana, taat dan cinta ilmu
pengetahuan.
Masa pendidikannya dimulai dengan pelajaran dasar membaca dan menulis yang
didapatnya dari orang tuanya. Kemudian sebagai pelajaran lanjutan ia belajar Qur’an pada
seorang hafid. Dalam masa waktu dua tahun ia telah menjadi seorang yang hafal al-Qur’an.
Pendidikan selanjutnya ditempuhnya di Thanta, sebuah lembaga pendidikan mesjid Ahmadi.
Di tempat ini ia mengikuti pelajaran yang diberikan dengan rasa tidak puas, bahkan
membawanya pada rasa putus asa untuk mendapatkan ilmu. Ia tidak puas dengan metode
pengajaran yang diterapkan yang mementingkan hafalan tanpa pengertian, bahkan ia berpikir
lebih baik tidak belajar dari pada menghabiskan waktu menghafal istilah-istilah nahwu dan
fiqih yang tidak dipahaminya, sehingga ia kembali ke Mahallaj Nashr (kampungnya) dan
hidup sebagai petani serta melangsungkan pernikahan dalam usia 16 tahun.[1]
Tidak lama kemudian, ia kembali ke Tanta setelah mendapat nasihat dari pamanya
Syekh Darwis seorang penganut tarekat Sanusiyah. Setelah menyelesaikan studi di Tanta,
pada tahun 1866 Muhammad Abduh melanjutkan studinya di Al-Azhar dan selesai pada
tahun 1877 dengan mencapai gelar Alim.
Setelah tamat dari Al-Azhar, Muhammad Abduh kemudian mengajar di
almamaternya dan Darul Ulum, disamping mengajar di rumahnya. Di antara buku yang
diajarkannya adalah buku akhlak karangan Ibnu Maskawih, buku Muqaddimah karangan
Ibnu Khaldun dan sejarah kebudayaan Eropa karangan Guizote yang diterjemahkan oleh Al-
Thanthawi.[2]
Mohammad Abduh jatuh sakit dan meninggal pada 8 Jumadil awal 1323 H/ 11 Juli
1905, jenazah Muhammad Abduh dikebumikan di Kairo (Pemakaman Negara).[3]

C. Sejarah Perjuangan dan Kehidupan Politik.


Setelah Abduh menyelesaikan studinya di al Azhar pada tahun 1877, atas usaha
Perdana Menteri Mesir, Riadl Pasya, ia di angkat menjadi dosen pada Universitas Darul
Ulum dan Universitas al Azhar. Dalam memangku jabatannya itu, ia terus mengadakan
perubahan-perubahan yang radikal. Dia menggugat model lama dalam bidang pengajaran dan
dalam memahami dasar-dasar keagamaan sebagaimana yang dialaminya sewaktu belajar di
masjid Al-Ahmadi dan di Al-Azhar. Dia menghendaki adanya sistim pendidikan yang
mendorong tumbuhnya kebebasan berpikir, menyerap ilmu-ilmu modern dan membuang
cara-cara lama yang kolot. Sebagai murid Jamaluddin Al-Afghani, maka pikiran politiknya
pun sangat dekat dengannya. Al-Afghany adalah seorang revolusioner yang secara serius
memandang penting bangkitnya bangsa-bangsa timur guna melawan dominasi Barat.
Pada tahun 1879, pemerintahan Mesir berganti dengan turunnya Chedive Ismail dan
digantikan puteranya, Taufiq Pasya. Pemerintahan yang baru ini sangat kolot dan reaksioner
sehingga berdampak pada dipecatnya Abduh dari jabatannya dan diusirnya Al Afghany dari
Mesir. Tetapi pada tahun berikutnya Abduh kembali mendapatkan tugas dari pemerintah
untuk memimpin penerbitan majalah "al Wakai' al Mishriyah". Kesempatan ini dimanfaatkan
Abduh untuk menuangkan isi hatinya dalam bentuk artikel-artikel serta pemerintah tentang
nasib rakyat, pendidikan dan pengajaran di Mesir.
Pada tahun 1882, Abduh dibuang ke Syiria (Beirut) karena dianggap ikut andil dalam
pemberontakan yang terjadi di Mesir pada saat itu. Disini ia mendapat kesempatan untuk
mengajar di Universitas Sulthaniyah selama kurang lebih satu tahun.
Pada permulaan tahun 1884, Abduh pergi ke Paris atas panggilan Al Afghany yang
pada waktu itu telah berada di sana. Bersama Al Afghany, disusunlah sebuah gerakan untuk
memberikan kesadaran kepada seluruh umat Islam yang bernama "al 'Urwatul Wutsqa".
Untuk mencapai cita-cita gerakan tersebut, diterbitkanlah pula sebuah majalah yang juga
diberi nama "al 'Urwatul Wutsqa". Suara kebebasan yang ditiupkan Al Afghany dan Abduh
melalui majalah ini menggema ke seluruh dunia dan memberikan pengaruh yang cukup kuat
terhadap kebangkitan umat Islam. Dalam waktu yang sangat singkat, kaum imperialis merasa
khawatir atas gerakan ini dan akhirnya pemerintah Inggris melarang majalah tersebut masuk
ke wilayah Mesir dan India.
Pada akhir tahun 1884, setelah majalah tersebut terbit pada edisi ke-18, pemerintah
Perancis melarang diterbitkannya kembali majalah 'Urwatul Wutsqa. Kemudian Abduh
diperbolehkan kembali ke Mesir dan al Afghany melanjutkan pengembaraannya ke Eropa.
Setelah kembali ke Mesir, Abduh kembali diberi jabatan penting oleh pemerintah
Mesir. Ia juga membuat perbaikan-perbaikan di Universitas Al-Azhar. Puncaknya, pada
tanggal 3 Juni 1899, Abduh mendapatkan kepercayaan dari pemerintah Mesir untuk
menduduki jabatan sebagai Mufti Mesir. Kesempatan ini dimanfaatkan Abduh untuk kembali
berjuang meniupkan ruh perubahan dan kebangkitan kepada umat Islam.[4]

D. Ide-Ide Pembaharuan Muhammad Abduh[5]


Sebagai seorang pembaharu (modernis), ide dan pemikiran Abduh mencakup dalam
berbagai bidang. Menurut Al-Bahiy, pemikiran Abduh meliputi Segi politik dan kebangsaan,
social kemasyarakatan, pendidikan, serta akidah dan keyakinan. Walaupun pemikirannya
mencakup berbagai segi, namun bila diteliti dalam menggagas ide-ide pembaharuannya,
Abduh lebih menitikberatkan (concern) pada bidang pendidikan.
1. Pembaharuan Di bidang Pendidikan
a. Sistem dan Struktur Lembaga Pendidikan
Muhammad Abduh melihat bahwa semenjak kemunduran Islam, sistem pendidikan yang
berlaku di seluruh dunia Islam umumnya dan di Al-Azhar khususnya lebih bercorak dualisme
(artinya: pendidikan madrasah yang menolak pelajaran-pelajaran umum dan pendidikan
modern berbasis barat yang tidak mengajarkan ilmu agama). Bila diteliti secara saksama,
corak pendidikan yang demikian lebih banyak dampak negatifnya dalam dunia pendidikan.
Abduh berusaha menghapus dikotomi ini.
Dengan melakukan lintas disiplin ilmu antar kurikulum madrasah dan sekolah, maka
jurang pemisah antara golongan ulama dan ilmuwan modern akan dapat diperkecil.
Pembaharuan pendidikan ini dilakukan dengan menata kembali struktur pendidikan di Al-
Azhar, kemudian di sejumlah institusi pendidikan lain yang berada di Thanta, Dassuq,
Dimyat dan Iskandariyah. Abduh
berharap, melalui upayanya melakukan pembaharuan di lembaga pendidikan Al-Azhar, maka
pendidikan di dunia Islam akan mengikutinya. Sebab menurut pertimbangannya, Al-Azhar
merupakan lambang dan panutan pendidikan Islam di Mesir secara khusus dan dunia Islam
secara umum.
b. Kurikulum
 Kurikulum Al-Azhar
Kurikulum perguruan tinggi Al-Azhar disesuaikannya dengan kebutuhan masyarakat pada
masa itu. Dalam hal ini ia memasukkan ilmu filsafat, logika dan ilmu pengetahuan modern ke
dalam kurikulum Al-Azhar. Upaya ini dilakukan agar out- putnya dapat menjadi ulama
modern.
 Kurikulum Sekolah Dasar
Ia beranggapan bahwa dasar pembentukan jiwa agama hendaknya sudah dimulai semenjak
masa kanak-kanak. Oleh karena itu, mata pelajaran agama hendaknya dijadikan sebagai inti
semua mata pelajaran. Pandangan ini mengacu pada anggapan bahwa ajaran agama (Islam)
merupakan dasar pembentukan jiwa dan pribadi muslim. Dengan memiliki jiwa keperibadian
muslim, rakyat Mesir akan memiliki jiwa kebersamaan dan nasionalisme untuk dapat
mengembangkan sikap hidup yang baik, sekaligus dapat meraih kemajuan.

 Kurikulum Sekolah Menengah dan Sekolah Kejuruaan


Ia mendirikan sekolah menengah pemerintahan untuk menghasilkan tenaga ahli dalam
berbagai lapangan administrasi, militer, kesehatan, perindustrian dan sebagainya. Melalui
lembaga pendidikan ini, Abduh merasa perlu untuk memasukkan beberapa materi, khususnya
pendidikan agama, sejarah Islam, dan kebudayaan Islam. Dengan tujuan agar lahir tenaga-
tenaga ahli yang berwawasan keagamaan.
Di madrasah-madrasah yang berada di bawah naungan Al-Azhar, Abduh mengajarkan Ilmu
Mantiq, Falsafah dan Tauhid. Sedangkan selama ini Al-Azhar memandang Ilmu Mantiq dan
Falsafah itu sebagai barang haram.
Ide-ide pembaharuan Muhammad Abduh di bidang pendidikan tidak berjalan mulus.
Terutama usahanya untuk menghapuskan dikotomi antara pendidikan agama dan pendidikan
umum, mendapat tantangan keras dari guru-guru besar di Al-Azhar. Mereka menganggap
bahwa pendidikan agama-lah yang utama untuk dipelajari, sementara pendidikan umum itu
haram dan tak layak untuk dipelajari.
2. Pembaharuan di Bidang Sosial Keagamaan
Menurut Muhammad Abduh sebab yang membawa kemunduran umat Islam adalah
faham jumud (beku, statis) yang terdapat di kalangan umat Islam. Karena faham jumud inilah
umat Islam tidak mau berfikir dinamis untuk mencapai kemajuan. Karena umat Islam bersifat
statis dan berbegang teguh pada tradisi, sehingga merasa tidak memerlukan perubahan. Untuk
mencerahkan umat Islam
dari kejumudan itu, Muhammad Abduh menerbitkan majalah Al-Manar yang mana
penerbitan majalah ini diteruskan oleh muridnya yaitu Rasyid Ridha yang kemudian menjadi
Tafsir Al-Manar.
Pembaharuan Muhammad Abduh pada bidang keagamaan antara lain :
 Umat Islam harus kembali kepada ajaran- ajaran Islam yang sesungguhnya (Al-Qur’an dan
Sunnah) dan membersihkan segala macam bentuk bid’ah dan khurafat. Umat Islam harus
berani membuka pintu ijtihad untuk menjawab berbagai persoalan yang dihadapi. Mereka
harus melakukan interpretas ulang terhadap pendapat-pendapat ulama masa lalu. Pendapat
ulama tidaklah mutlak benar dan mengikat.
Menurut Abduh ajaran Islam terbagi dua, yaitu masalah ibadah yang tidak banyak
memerlukan ijtihad dan masalah muamalah (sosial kemasyarakatan) yang menjadi lapangan
ijtihad. Untuk masalah yang kedua ini umat Islam tidak perlu mempertahankan pendapat
ulama masa lalu, apabila tidak sesuai dengan kondisi sekarang. Pintu ijtihad harus dibuka
seluas-luasnya terhadap masalah ini.
 Akal mempunyai kedudukan yang sangat tinggi dalam agama Islam. “Agama adalah sejalan
dengan akal dan tidak ada agama bagi orang yang tidak menggunakan akal”. Dari akal akan
terungkap misteri alam semesta yang diciptakan Allah untuk kesejahteraan manusia itu
sendiri. Hanya dengan ketinggian akal dan ilmu manusia mampu mendudukkan dirinya
sebagai makhluk yang tunduk dan berbakti kepada sang pencipta.
 Ajaran Islam sesuai dengan pengetahuan modern begitu pula ilmu pengetahuan modern pasti
sesuai dengan ajaran Islam.
3. Pembaharuan di Bidang Politik
Selain mengajar, Abduh juga aktif dalam gerakan politik. Ia membantu Jamaluddin
Al-Afghani dalam menentang penguasa Khedevi Taufiq. Akibatnya, Abduh dibuang ke luar
Kairo setelah sebelumnya pada tahun 1879 Jamaluddin Al-Afghani disusir dari Mesir.
Namun setahun kemudian Abduh diizinkan kembali ke Kairo dan diangkat menjadi redaktur
untuk surat kabar Al-Waqa’I
Al- Mishriyah. Abduh tidak hanya memuat berita-berita perkembangan terkini Mesir, tetapi
juga artikel-artikel tentang sosial, politik, pendidikan, hukum, kebudayaan dan agama. Di
bawah kepemimpinan Abduh surat kabar ini sangat berpengaruh dalam membentuik opini
publik, terutama semangat nasionalisme Mesir dan penentangan terhadap penguasaan Mesir
atas Inggris. Selain itu, penguasa Mesir ketika itu sudah sangat jauh dalam kebijakan yang
sangat pro-Inggris.
Kondisi demikian membangkitkan semangat nasionalisme Abduh untuk menanamkan
kebenciannya pada Inggris. Ia ikut mendukung gerakan pemberontakan kaum nasionalis
Mesir di bawah pimpinan Urabi Pasha. Namun pemberontakan ini gagal dan akibatnya
Abduh diasingkan dari Mesir pada tahun 1882. Dalam keadaan demikian, Abduh
memperoleh undangan dari Jamaluddin Al-Afghani untuk bergabung bersamanya di Paris.
Mereka menggerakkan umat Islam dunia dengan membentuk organisasi al-Urwah al-
Wutsqa (tali yang kukuh), yang bertujuan menyatukan umat Islam melepaskan mereka dari
perpecahan dan cengkraman bangsa-bangsa Barat. Organisasi ini juga menerbitkan jurnal
dengan nama yang sama dengan organisasinya. Jurnal ini bertujuan menggerakkan umat
Islam. Namun jurnal ini hanya bertahan delapan bulan dan organisasinyapun bubar. Ia
kembali ke Beirut dan menjadi guru di sana. Selain itu ia juga menyampaikan berbagai
ceramah. Salah satu hasil ceramanya di Beirut yang dibukukan adalah Risalah al- Tauhid.
Adapun ide-ide pembaruan Abduh di bidang politik antara lain sebagai berikut:
 Dalam hal kekuasaan, Abduh memandang perlunya perubahan pemerintahan dari otoriter
dan tidak dibatasi oleh peraturan perundang-undangan kepada pemerintahan yang
konstitusional. Karena menurutnya, tanpa adanya konstitusi, maka akan timbul kesewenang-
wenangan. Untuk itu Abduh menekankan perlunya lembaga perwakilan untuk mengontrol
kekuasaan dengan memegang prinsip musyawarah yang dipandang dapat mewujudkan
kehidupan politik yang demokratis.
 Dalam program Partai Nasional Mesir yang dirumuskannya, ditegaskan bahwa Partai
Nasional adalah partai politik, bukan partai agama. Yang mana keaggotaannya terdiri atas
orang-orang dari berbagai kepercayaan dan mazhab, termasuk orang kristen dan yahudi.
Partai ini didasarkan atas kesadaran bahwa semua orang Mesir itu saudara, dan hak-hak
mereka dalam politik dan hukum sama.
 Menurut Abduh, kepala negara adalah penguasa sipil yang diangkat dan diberhentikan oleh
rakyat. Karena itu, Abduh menegaskan bahwa rakyat boleh menggulingkan penguasa bila ia
bertindak tidak adil.
E. Metode Muhammad Abduh dalam pembaharuan
Dalam melakukan perbaikan Muhammad Abduh memandang bahwa suatu perbaikan
tidaklah selamanya datang melalui revolusi atau cara serupa. Seperti halnya perubahan
sesuatu secara cepat dan drastis. Akan tetapi juga dilakukan melalui perbaikan metode
pemikiran pada umat islam melaui pendidikan, pembelajaran,dan perbaikan akhlaq. Juga
dengan pembentukan masyarakat yang berbudaya dan berfikir yang bisa melakukan
pembaharuan dalam agamanya. Sehingga dengannya akan tercipta rasa aman dan keteguhan
dalam menjalankan agama islam. Muhammad Abduh menilai bahwa cara ini akan
membutuhkan waktu lebih panjang dan lebih rumit. Akan tetapi memberikan dampak
perbaikan yang lebih besar dibanding melalui politik dan perubahan secara besar-besaran
dalam mewujudkan suatu kebangkitan dan kemajuan. Sebagaimana telah didefinisikan bahwa
pembaharuan (tajdid) adalah kebangkitan dan penghidupan kembali dalam bidang keilmuan
Islam dan aplikasi sebagaimana pada zaman Rasullullah dan para sahabat yang selama ini
sempat hilang, terlupakan, bahkan terhapus dari umat Islam.
Sebagaimana telah diungkapkan oleh Muhammad Abduh bahwa metodenya dalam
perbaikan adalah jalan tengah. Dalam hal ini beliau membagi umat Islam kepada 2 bagian
yaitu:
1. Mereka yang condong kepada ilmu-ilmu agama dan apa yang berhubungan dengan itu
semua. Mereka itu yang biasa disebut al-muqallid.
2. Mereka yang condong pada ilmu-ilmu dunia. Yang silau dan kagum akan barat serta
berbagai disiplin ilmu yang dimiliki,dan kemajuannya dalam bidang materi.
Metode dalam pembaharuan yang digunakan oleh Muhammad Abduh adalah
mengambil jalan tengah antara kedua kelompok di atas. Menyeimbangkan antara kedua jalan
tersebut yaitu antara kelompok yang berpegang teguh pada kejumudan taqlid dan mereka
yang berlebihan dalam mengikuti barat baik itu pada budaya dan disiplin ilmu yang mereka
miliki. Sebagaimana yang diungkapan oleh Muhammad Abduh dalam metode
pembaharuannya: “sesungguhnya aku menyeru kepada kebebasan berfikir dari ikatan
belenggu taqlid dan memahami agama sebagaimana salaful ummat terdahulu”. Yang
dimaksud dengan salaful umat di sini adalah kembali kepada sumber-sumber yang asli yaitu
al-Qur’an dan al-Hadist sebagaimana yang dipraktikkan oleh para salafus shaleh
terdahulu.[6]

PENUTUP
Sebagai seorang pembaharu (modernis), ide dan pemikiran Abduh mencakup dalam
berbagai bidang. Pemikiran Abduh meliputi segi politik dan kebangsaan, social
kemasyarakatan, pendidikan, serta akidah dan keyakinan. Walaupun pemikirannya mencakup
berbagai segi, namun bila diteliti dalam menggagas ide-ide pembaharuannya, Abduh lebih
menitikberatkan pada bidang pendidikan.
Pembaharuan Di bidang Pendidikan, antara lain:
 Sistem dan Struktur Lembaga Pendidikan
 Kurikulum
Pembaharuan di Bidang Sosial Keagamaan,antara lain:
 Umat Islam harus kembali kepada ajaran- ajaran Islam yang sesungguhnya (Al-Qur’an dan
Sunnah) dan membersihkan segala macam bentuk bid’ah dan khurafat.
 Akal mempunyai kedudukan yang sangat tinggi dalam agama Islam.
 Ajaran Islam sesuai dengan pengetahuan modern begitu pula ilmu pengetahuan modern pasti
sesuai dengan ajaran Islam.
Pembaharuan di Bidang Politik, antara lain:
 Dalam hal kekuasaan perlunya perubahan pemerintahan dari otoriter dan tidak dibatasi oleh
peraturan perundang-undangan kepada pemerintahan yang konstitusional.
 Dalam program Partai Nasional Mesir yang dirumuskannya, ditegaskan bahwa Partai Nasional
adalah partai politik, bukan partai agama.
 Kepala negara adalah penguasa sipil yang diangkat dan diberhentikan oleh rakyat

DAFTAR PUSTAKA

http://kabarwashliyah.com/2013/03/31/inovasi-pendidikan-islam-muhammad-
abduh/#sthash.GtZou7gH.dpuf
http://makalahmajannaii.blogspot.com/2012/06/muhammad-abduh-usaha-
pembaharuan.html
http://mahmued123.blogspot.com/2011/03/pemikiran-mohammad-abduh-dalam.html

[1] http://makalahmajannaii.blogspot.com/2012/06/muhammad-abduh-usaha-pembaharuan.html di akses pada


senin jam 12.42

[2] http://mahmued123.blogspot.com/2011/03/pemikiran-mohammad-abduh-dalam.html di akses pd senin ,jam


12.44
[3] http://makalahmajannaii.blogspot.com/2012/06/muhammad-abduh-usaha-pembaharuan.html di akses pada
senin jam 12.42

[4] http://mahmued123.blogspot.com/2011/03/pemikiran-mohammad-abduh-dalam.html di
akses pd senin ,jam 12.44
[5] http://kabarwashliyah.com/2013/03/31/inovasi-pendidikan-islam-muhammad-
abduh/#sthash.GtZou7gH.dpuf di akses pada senin jam 13.12

[6]http://mahmued123.blogspot.com/2011/03/pemikiran-mohammad-abduh-dalam.html di
akses pd senin ,jam 12.44
Diposkan oleh Ruswati Suwarni di Maret 04, 2015
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Label: makalah, MOHAMMAD ABDUH DAN USAHA PEMBAHARUAN PENDIDIKAN
DI MESIR, sejarah pendidikan islam, SPI, tugas kuliah

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Archives
 ► 2016 (29)

 ▼ 2015 (55)
o ► Oktober (1)
o ► Agustus (4)
o ► Juli (3)
o ► Juni (7)
o ► Mei (3)
o ► April (7)
o ▼ Maret (28)
 Yakin dan Percaya dengan janji
 pararararam
 LAPORAN PPL
 PRINSIP-PRINSIP DALAM PENERAPAN STRATEGI
PEMBELAJA...
 MOHAMMAD ABDUH DAN USAHA PEMBAHARUAN
PENDIDIKAN D...
 EMANSIPASI PENDIDIKAN BAGI KAUM MISKIN
 PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF (THE EFFECTIVE LESSON)
 LINGKUNGAN EKEKTIF DALAM PEMBELAJARAN
 PEMBELAJARAN PUASA, AMALIYAH RAMADHAN, DAN
SHALAT ...
 PENDIDIKAN ISLAM KONTEMPORER
 OBJEK KAJIAN ILMU KALAM
 PERENCANAAN EVALUASI HASIL BELAJAR
PENGOLAHAN NILAI HASIL BELAJAR
METODE, TEKNIK, DAN INSTRUMEN PENILAIAN HASIL
BELA...
 PRINSIP-PRINSIP DAN PENDEKATAAN DALAM PENILAIAN
HA...
 PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM
PENGEMBANGAN...
 PENGARUH KRISIS AIR DAN PANGAN TERHADAP
PENDIDIKAN...
 Muzaro'ah, Musaqoh, Mukhabarah
 Kemampuan menganalisis instrumen Penilaian hasil ...
 Urgensi pendidikan didalam lingkungan keluarga
 laporan kegiatan kuliah kerja lapangan
 Laporan Observasi Malang
 prinsip-prinsip dalam penerapan strategi pembelaja...
 Guru Seyogyanya Memiliki Buku Pegangan
 japanese multiplication trick
 aplikasi pembelajaran kreatif matematika
 ketrampilan mengadakan variasi
 Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
o ► Februari (2)

 ► 2014 (9)

 ► 2013 (34)

Tentang Gue

gue suka bakso dan paling nggak suka sama boneka. just it

saat kita memilih jatuh cinta


seharusnya, ketika seseorang memutuskan untuk mencintai alangkah baiknya jika mereka
mengerti lebih dulu apa arti kata "tinggal". hingga mereka tidak akan pernah memberikan
imbuhan apapun pada kata itu. karena jika mereka mengerti itu tidak akan ada istilah
menyakiti-disakiti didunia ini, karena mereka hanya akan tinggal tanpa harus meninggalkan
ataupun ditinggalkan.

Translate
iuss.kuntring. Tema Kelembutan. Diberdayakan oleh Blogger.
hujan itu satu persennya cuma air sembilan puluh sembilannya kenangan

Rabu, 04 Maret 2015


MOHAMMAD ABDUH DAN USAHA PEMBAHARUAN PENDIDIKAN DI
MESIR

MOHAMMAD ABDUH DAN USAHA PEMBAHARUAN PENDIDIKAN DI MESIR

Makalah Ini Dibuat Guna Memenuhi Tugas Terstruktur


Mata Kuliah : Sejarah Pendidikan Islam
Dosen Pengampu : Dra. Hj. Mahmudah, M. Pd. I
Oleh :
Apriati Rosita (1123305003)
Wantia Khikmah ( 1123305005)
Ruswati ( 1123305031)
TARBIYAH / 4 PGMI-A
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PURWOKERTO
TAHUN 2013
A. PENDAHULUAN
Muhammad Abduh termasuk salah satu pembaharu agama dan sosial di Mesir pada
abad ke-20 yang pengaruhnya sangat besar di dunia Islam. Dialah penganjar yang sukses
dalam membuka pintu ijtihad untuk menyesuaikan Islam dengan tuntutan zaman modern.
Di dunia Islam ia terkenal dengan pembaharuannya di bidang keagamaan, dialah yang
menyerukan umat Islam untuk kembali kepada Al Quran dan Assunnah as Sahihah. Ia juga
terkenal dengan pembaharuannya dibidang pergerakan politik.
Di samping ia dikenal sebagai pembaharu dibidang keagamaan dan pergerakan
(politik), Ia juga sebagai pembaharu dibidang pendidikan Isalam, dimana Ia pernah menjabat
Syekh atau rektor Universitas AlAzhar di Cairo Mesir. Pada masa menjabat rektor inilah Ia
mengadakan pembaharuan-pembaharuan di Universitas tersebut,yang pengaruhnya sangat
luas di dunia Islam. Dan usaha–usaha pembaharuan inilah yang akan dibahas dalam makalah.

B. BIOGRAFI MUHAMMAD ABDUH


Muhammad Abduh lahir pada tahun 1848 M/ 1265 H di sebuah desa di Propinsi
Gharbiyyah Mesir Hilir. Ayahnya bernama Muhammad ‘Abduh ibn Hasan Khairullah.
Abduh lahir di lingkungan keluarga petani yang hidup sederhana, taat dan cinta ilmu
pengetahuan.
Masa pendidikannya dimulai dengan pelajaran dasar membaca dan menulis yang
didapatnya dari orang tuanya. Kemudian sebagai pelajaran lanjutan ia belajar Qur’an pada
seorang hafid. Dalam masa waktu dua tahun ia telah menjadi seorang yang hafal al-Qur’an.
Pendidikan selanjutnya ditempuhnya di Thanta, sebuah lembaga pendidikan mesjid Ahmadi.
Di tempat ini ia mengikuti pelajaran yang diberikan dengan rasa tidak puas, bahkan
membawanya pada rasa putus asa untuk mendapatkan ilmu. Ia tidak puas dengan metode
pengajaran yang diterapkan yang mementingkan hafalan tanpa pengertian, bahkan ia berpikir
lebih baik tidak belajar dari pada menghabiskan waktu menghafal istilah-istilah nahwu dan
fiqih yang tidak dipahaminya, sehingga ia kembali ke Mahallaj Nashr (kampungnya) dan
hidup sebagai petani serta melangsungkan pernikahan dalam usia 16 tahun.[1]
Tidak lama kemudian, ia kembali ke Tanta setelah mendapat nasihat dari pamanya
Syekh Darwis seorang penganut tarekat Sanusiyah. Setelah menyelesaikan studi di Tanta,
pada tahun 1866 Muhammad Abduh melanjutkan studinya di Al-Azhar dan selesai pada
tahun 1877 dengan mencapai gelar Alim.
Setelah tamat dari Al-Azhar, Muhammad Abduh kemudian mengajar di
almamaternya dan Darul Ulum, disamping mengajar di rumahnya. Di antara buku yang
diajarkannya adalah buku akhlak karangan Ibnu Maskawih, buku Muqaddimah karangan
Ibnu Khaldun dan sejarah kebudayaan Eropa karangan Guizote yang diterjemahkan oleh Al-
Thanthawi.[2]
Mohammad Abduh jatuh sakit dan meninggal pada 8 Jumadil awal 1323 H/ 11 Juli
1905, jenazah Muhammad Abduh dikebumikan di Kairo (Pemakaman Negara).[3]

C. Sejarah Perjuangan dan Kehidupan Politik.


Setelah Abduh menyelesaikan studinya di al Azhar pada tahun 1877, atas usaha
Perdana Menteri Mesir, Riadl Pasya, ia di angkat menjadi dosen pada Universitas Darul
Ulum dan Universitas al Azhar. Dalam memangku jabatannya itu, ia terus mengadakan
perubahan-perubahan yang radikal. Dia menggugat model lama dalam bidang pengajaran dan
dalam memahami dasar-dasar keagamaan sebagaimana yang dialaminya sewaktu belajar di
masjid Al-Ahmadi dan di Al-Azhar. Dia menghendaki adanya sistim pendidikan yang
mendorong tumbuhnya kebebasan berpikir, menyerap ilmu-ilmu modern dan membuang
cara-cara lama yang kolot. Sebagai murid Jamaluddin Al-Afghani, maka pikiran politiknya
pun sangat dekat dengannya. Al-Afghany adalah seorang revolusioner yang secara serius
memandang penting bangkitnya bangsa-bangsa timur guna melawan dominasi Barat.
Pada tahun 1879, pemerintahan Mesir berganti dengan turunnya Chedive Ismail dan
digantikan puteranya, Taufiq Pasya. Pemerintahan yang baru ini sangat kolot dan reaksioner
sehingga berdampak pada dipecatnya Abduh dari jabatannya dan diusirnya Al Afghany dari
Mesir. Tetapi pada tahun berikutnya Abduh kembali mendapatkan tugas dari pemerintah
untuk memimpin penerbitan majalah "al Wakai' al Mishriyah". Kesempatan ini dimanfaatkan
Abduh untuk menuangkan isi hatinya dalam bentuk artikel-artikel serta pemerintah tentang
nasib rakyat, pendidikan dan pengajaran di Mesir.
Pada tahun 1882, Abduh dibuang ke Syiria (Beirut) karena dianggap ikut andil dalam
pemberontakan yang terjadi di Mesir pada saat itu. Disini ia mendapat kesempatan untuk
mengajar di Universitas Sulthaniyah selama kurang lebih satu tahun.
Pada permulaan tahun 1884, Abduh pergi ke Paris atas panggilan Al Afghany yang
pada waktu itu telah berada di sana. Bersama Al Afghany, disusunlah sebuah gerakan untuk
memberikan kesadaran kepada seluruh umat Islam yang bernama "al 'Urwatul Wutsqa".
Untuk mencapai cita-cita gerakan tersebut, diterbitkanlah pula sebuah majalah yang juga
diberi nama "al 'Urwatul Wutsqa". Suara kebebasan yang ditiupkan Al Afghany dan Abduh
melalui majalah ini menggema ke seluruh dunia dan memberikan pengaruh yang cukup kuat
terhadap kebangkitan umat Islam. Dalam waktu yang sangat singkat, kaum imperialis merasa
khawatir atas gerakan ini dan akhirnya pemerintah Inggris melarang majalah tersebut masuk
ke wilayah Mesir dan India.
Pada akhir tahun 1884, setelah majalah tersebut terbit pada edisi ke-18, pemerintah
Perancis melarang diterbitkannya kembali majalah 'Urwatul Wutsqa. Kemudian Abduh
diperbolehkan kembali ke Mesir dan al Afghany melanjutkan pengembaraannya ke Eropa.
Setelah kembali ke Mesir, Abduh kembali diberi jabatan penting oleh pemerintah
Mesir. Ia juga membuat perbaikan-perbaikan di Universitas Al-Azhar. Puncaknya, pada
tanggal 3 Juni 1899, Abduh mendapatkan kepercayaan dari pemerintah Mesir untuk
menduduki jabatan sebagai Mufti Mesir. Kesempatan ini dimanfaatkan Abduh untuk kembali
berjuang meniupkan ruh perubahan dan kebangkitan kepada umat Islam.[4]

D. Ide-Ide Pembaharuan Muhammad Abduh[5]


Sebagai seorang pembaharu (modernis), ide dan pemikiran Abduh mencakup dalam
berbagai bidang. Menurut Al-Bahiy, pemikiran Abduh meliputi Segi politik dan kebangsaan,
social kemasyarakatan, pendidikan, serta akidah dan keyakinan. Walaupun pemikirannya
mencakup berbagai segi, namun bila diteliti dalam menggagas ide-ide pembaharuannya,
Abduh lebih menitikberatkan (concern) pada bidang pendidikan.
1. Pembaharuan Di bidang Pendidikan
a. Sistem dan Struktur Lembaga Pendidikan
Muhammad Abduh melihat bahwa semenjak kemunduran Islam, sistem pendidikan yang
berlaku di seluruh dunia Islam umumnya dan di Al-Azhar khususnya lebih bercorak dualisme
(artinya: pendidikan madrasah yang menolak pelajaran-pelajaran umum dan pendidikan
modern berbasis barat yang tidak mengajarkan ilmu agama). Bila diteliti secara saksama,
corak pendidikan yang demikian lebih banyak dampak negatifnya dalam dunia pendidikan.
Abduh berusaha menghapus dikotomi ini.
Dengan melakukan lintas disiplin ilmu antar kurikulum madrasah dan sekolah, maka
jurang pemisah antara golongan ulama dan ilmuwan modern akan dapat diperkecil.
Pembaharuan pendidikan ini dilakukan dengan menata kembali struktur pendidikan di Al-
Azhar, kemudian di sejumlah institusi pendidikan lain yang berada di Thanta, Dassuq,
Dimyat dan Iskandariyah. Abduh
berharap, melalui upayanya melakukan pembaharuan di lembaga pendidikan Al-Azhar, maka
pendidikan di dunia Islam akan mengikutinya. Sebab menurut pertimbangannya, Al-Azhar
merupakan lambang dan panutan pendidikan Islam di Mesir secara khusus dan dunia Islam
secara umum.
b. Kurikulum
 Kurikulum Al-Azhar
Kurikulum perguruan tinggi Al-Azhar disesuaikannya dengan kebutuhan masyarakat pada
masa itu. Dalam hal ini ia memasukkan ilmu filsafat, logika dan ilmu pengetahuan modern ke
dalam kurikulum Al-Azhar. Upaya ini dilakukan agar out- putnya dapat menjadi ulama
modern.
 Kurikulum Sekolah Dasar
Ia beranggapan bahwa dasar pembentukan jiwa agama hendaknya sudah dimulai semenjak
masa kanak-kanak. Oleh karena itu, mata pelajaran agama hendaknya dijadikan sebagai inti
semua mata pelajaran. Pandangan ini mengacu pada anggapan bahwa ajaran agama (Islam)
merupakan dasar pembentukan jiwa dan pribadi muslim. Dengan memiliki jiwa keperibadian
muslim, rakyat Mesir akan memiliki jiwa kebersamaan dan nasionalisme untuk dapat
mengembangkan sikap hidup yang baik, sekaligus dapat meraih kemajuan.

 Kurikulum Sekolah Menengah dan Sekolah Kejuruaan


Ia mendirikan sekolah menengah pemerintahan untuk menghasilkan tenaga ahli dalam
berbagai lapangan administrasi, militer, kesehatan, perindustrian dan sebagainya. Melalui
lembaga pendidikan ini, Abduh merasa perlu untuk memasukkan beberapa materi, khususnya
pendidikan agama, sejarah Islam, dan kebudayaan Islam. Dengan tujuan agar lahir tenaga-
tenaga ahli yang berwawasan keagamaan.
Di madrasah-madrasah yang berada di bawah naungan Al-Azhar, Abduh mengajarkan Ilmu
Mantiq, Falsafah dan Tauhid. Sedangkan selama ini Al-Azhar memandang Ilmu Mantiq dan
Falsafah itu sebagai barang haram.
Ide-ide pembaharuan Muhammad Abduh di bidang pendidikan tidak berjalan mulus.
Terutama usahanya untuk menghapuskan dikotomi antara pendidikan agama dan pendidikan
umum, mendapat tantangan keras dari guru-guru besar di Al-Azhar. Mereka menganggap
bahwa pendidikan agama-lah yang utama untuk dipelajari, sementara pendidikan umum itu
haram dan tak layak untuk dipelajari.
2. Pembaharuan di Bidang Sosial Keagamaan
Menurut Muhammad Abduh sebab yang membawa kemunduran umat Islam adalah
faham jumud (beku, statis) yang terdapat di kalangan umat Islam. Karena faham jumud inilah
umat Islam tidak mau berfikir dinamis untuk mencapai kemajuan. Karena umat Islam bersifat
statis dan berbegang teguh pada tradisi, sehingga merasa tidak memerlukan perubahan. Untuk
mencerahkan umat Islam
dari kejumudan itu, Muhammad Abduh menerbitkan majalah Al-Manar yang mana
penerbitan majalah ini diteruskan oleh muridnya yaitu Rasyid Ridha yang kemudian menjadi
Tafsir Al-Manar.
Pembaharuan Muhammad Abduh pada bidang keagamaan antara lain :
 Umat Islam harus kembali kepada ajaran- ajaran Islam yang sesungguhnya (Al-Qur’an dan
Sunnah) dan membersihkan segala macam bentuk bid’ah dan khurafat. Umat Islam harus
berani membuka pintu ijtihad untuk menjawab berbagai persoalan yang dihadapi. Mereka
harus melakukan interpretas ulang terhadap pendapat-pendapat ulama masa lalu. Pendapat
ulama tidaklah mutlak benar dan mengikat.
Menurut Abduh ajaran Islam terbagi dua, yaitu masalah ibadah yang tidak banyak
memerlukan ijtihad dan masalah muamalah (sosial kemasyarakatan) yang menjadi lapangan
ijtihad. Untuk masalah yang kedua ini umat Islam tidak perlu mempertahankan pendapat
ulama masa lalu, apabila tidak sesuai dengan kondisi sekarang. Pintu ijtihad harus dibuka
seluas-luasnya terhadap masalah ini.
 Akal mempunyai kedudukan yang sangat tinggi dalam agama Islam. “Agama adalah sejalan
dengan akal dan tidak ada agama bagi orang yang tidak menggunakan akal”. Dari akal akan
terungkap misteri alam semesta yang diciptakan Allah untuk kesejahteraan manusia itu
sendiri. Hanya dengan ketinggian akal dan ilmu manusia mampu mendudukkan dirinya
sebagai makhluk yang tunduk dan berbakti kepada sang pencipta.
 Ajaran Islam sesuai dengan pengetahuan modern begitu pula ilmu pengetahuan modern pasti
sesuai dengan ajaran Islam.
3. Pembaharuan di Bidang Politik
Selain mengajar, Abduh juga aktif dalam gerakan politik. Ia membantu Jamaluddin
Al-Afghani dalam menentang penguasa Khedevi Taufiq. Akibatnya, Abduh dibuang ke luar
Kairo setelah sebelumnya pada tahun 1879 Jamaluddin Al-Afghani disusir dari Mesir.
Namun setahun kemudian Abduh diizinkan kembali ke Kairo dan diangkat menjadi redaktur
untuk surat kabar Al-Waqa’I
Al- Mishriyah. Abduh tidak hanya memuat berita-berita perkembangan terkini Mesir, tetapi
juga artikel-artikel tentang sosial, politik, pendidikan, hukum, kebudayaan dan agama. Di
bawah kepemimpinan Abduh surat kabar ini sangat berpengaruh dalam membentuik opini
publik, terutama semangat nasionalisme Mesir dan penentangan terhadap penguasaan Mesir
atas Inggris. Selain itu, penguasa Mesir ketika itu sudah sangat jauh dalam kebijakan yang
sangat pro-Inggris.
Kondisi demikian membangkitkan semangat nasionalisme Abduh untuk menanamkan
kebenciannya pada Inggris. Ia ikut mendukung gerakan pemberontakan kaum nasionalis
Mesir di bawah pimpinan Urabi Pasha. Namun pemberontakan ini gagal dan akibatnya
Abduh diasingkan dari Mesir pada tahun 1882. Dalam keadaan demikian, Abduh
memperoleh undangan dari Jamaluddin Al-Afghani untuk bergabung bersamanya di Paris.
Mereka menggerakkan umat Islam dunia dengan membentuk organisasi al-Urwah al-
Wutsqa (tali yang kukuh), yang bertujuan menyatukan umat Islam melepaskan mereka dari
perpecahan dan cengkraman bangsa-bangsa Barat. Organisasi ini juga menerbitkan jurnal
dengan nama yang sama dengan organisasinya. Jurnal ini bertujuan menggerakkan umat
Islam. Namun jurnal ini hanya bertahan delapan bulan dan organisasinyapun bubar. Ia
kembali ke Beirut dan menjadi guru di sana. Selain itu ia juga menyampaikan berbagai
ceramah. Salah satu hasil ceramanya di Beirut yang dibukukan adalah Risalah al- Tauhid.
Adapun ide-ide pembaruan Abduh di bidang politik antara lain sebagai berikut:
 Dalam hal kekuasaan, Abduh memandang perlunya perubahan pemerintahan dari otoriter
dan tidak dibatasi oleh peraturan perundang-undangan kepada pemerintahan yang
konstitusional. Karena menurutnya, tanpa adanya konstitusi, maka akan timbul kesewenang-
wenangan. Untuk itu Abduh menekankan perlunya lembaga perwakilan untuk mengontrol
kekuasaan dengan memegang prinsip musyawarah yang dipandang dapat mewujudkan
kehidupan politik yang demokratis.
 Dalam program Partai Nasional Mesir yang dirumuskannya, ditegaskan bahwa Partai
Nasional adalah partai politik, bukan partai agama. Yang mana keaggotaannya terdiri atas
orang-orang dari berbagai kepercayaan dan mazhab, termasuk orang kristen dan yahudi.
Partai ini didasarkan atas kesadaran bahwa semua orang Mesir itu saudara, dan hak-hak
mereka dalam politik dan hukum sama.
 Menurut Abduh, kepala negara adalah penguasa sipil yang diangkat dan diberhentikan oleh
rakyat. Karena itu, Abduh menegaskan bahwa rakyat boleh menggulingkan penguasa bila ia
bertindak tidak adil.
E. Metode Muhammad Abduh dalam pembaharuan
Dalam melakukan perbaikan Muhammad Abduh memandang bahwa suatu perbaikan
tidaklah selamanya datang melalui revolusi atau cara serupa. Seperti halnya perubahan
sesuatu secara cepat dan drastis. Akan tetapi juga dilakukan melalui perbaikan metode
pemikiran pada umat islam melaui pendidikan, pembelajaran,dan perbaikan akhlaq. Juga
dengan pembentukan masyarakat yang berbudaya dan berfikir yang bisa melakukan
pembaharuan dalam agamanya. Sehingga dengannya akan tercipta rasa aman dan keteguhan
dalam menjalankan agama islam. Muhammad Abduh menilai bahwa cara ini akan
membutuhkan waktu lebih panjang dan lebih rumit. Akan tetapi memberikan dampak
perbaikan yang lebih besar dibanding melalui politik dan perubahan secara besar-besaran
dalam mewujudkan suatu kebangkitan dan kemajuan. Sebagaimana telah didefinisikan bahwa
pembaharuan (tajdid) adalah kebangkitan dan penghidupan kembali dalam bidang keilmuan
Islam dan aplikasi sebagaimana pada zaman Rasullullah dan para sahabat yang selama ini
sempat hilang, terlupakan, bahkan terhapus dari umat Islam.
Sebagaimana telah diungkapkan oleh Muhammad Abduh bahwa metodenya dalam
perbaikan adalah jalan tengah. Dalam hal ini beliau membagi umat Islam kepada 2 bagian
yaitu:
1. Mereka yang condong kepada ilmu-ilmu agama dan apa yang berhubungan dengan itu
semua. Mereka itu yang biasa disebut al-muqallid.
2. Mereka yang condong pada ilmu-ilmu dunia. Yang silau dan kagum akan barat serta
berbagai disiplin ilmu yang dimiliki,dan kemajuannya dalam bidang materi.
Metode dalam pembaharuan yang digunakan oleh Muhammad Abduh adalah
mengambil jalan tengah antara kedua kelompok di atas. Menyeimbangkan antara kedua jalan
tersebut yaitu antara kelompok yang berpegang teguh pada kejumudan taqlid dan mereka
yang berlebihan dalam mengikuti barat baik itu pada budaya dan disiplin ilmu yang mereka
miliki. Sebagaimana yang diungkapan oleh Muhammad Abduh dalam metode
pembaharuannya: “sesungguhnya aku menyeru kepada kebebasan berfikir dari ikatan
belenggu taqlid dan memahami agama sebagaimana salaful ummat terdahulu”. Yang
dimaksud dengan salaful umat di sini adalah kembali kepada sumber-sumber yang asli yaitu
al-Qur’an dan al-Hadist sebagaimana yang dipraktikkan oleh para salafus shaleh
terdahulu.[6]

PENUTUP
Sebagai seorang pembaharu (modernis), ide dan pemikiran Abduh mencakup dalam
berbagai bidang. Pemikiran Abduh meliputi segi politik dan kebangsaan, social
kemasyarakatan, pendidikan, serta akidah dan keyakinan. Walaupun pemikirannya mencakup
berbagai segi, namun bila diteliti dalam menggagas ide-ide pembaharuannya, Abduh lebih
menitikberatkan pada bidang pendidikan.
Pembaharuan Di bidang Pendidikan, antara lain:
 Sistem dan Struktur Lembaga Pendidikan
 Kurikulum
Pembaharuan di Bidang Sosial Keagamaan,antara lain:
 Umat Islam harus kembali kepada ajaran- ajaran Islam yang sesungguhnya (Al-Qur’an dan
Sunnah) dan membersihkan segala macam bentuk bid’ah dan khurafat.
 Akal mempunyai kedudukan yang sangat tinggi dalam agama Islam.
 Ajaran Islam sesuai dengan pengetahuan modern begitu pula ilmu pengetahuan modern pasti
sesuai dengan ajaran Islam.
Pembaharuan di Bidang Politik, antara lain:
 Dalam hal kekuasaan perlunya perubahan pemerintahan dari otoriter dan tidak dibatasi oleh
peraturan perundang-undangan kepada pemerintahan yang konstitusional.
 Dalam program Partai Nasional Mesir yang dirumuskannya, ditegaskan bahwa Partai Nasional
adalah partai politik, bukan partai agama.
 Kepala negara adalah penguasa sipil yang diangkat dan diberhentikan oleh rakyat

DAFTAR PUSTAKA

http://kabarwashliyah.com/2013/03/31/inovasi-pendidikan-islam-muhammad-
abduh/#sthash.GtZou7gH.dpuf
http://makalahmajannaii.blogspot.com/2012/06/muhammad-abduh-usaha-
pembaharuan.html
http://mahmued123.blogspot.com/2011/03/pemikiran-mohammad-abduh-dalam.html

[1] http://makalahmajannaii.blogspot.com/2012/06/muhammad-abduh-usaha-pembaharuan.html di akses pada


senin jam 12.42

[2] http://mahmued123.blogspot.com/2011/03/pemikiran-mohammad-abduh-dalam.html di akses pd senin ,jam


12.44
[3] http://makalahmajannaii.blogspot.com/2012/06/muhammad-abduh-usaha-pembaharuan.html di akses pada
senin jam 12.42

[4] http://mahmued123.blogspot.com/2011/03/pemikiran-mohammad-abduh-dalam.html di
akses pd senin ,jam 12.44
[5] http://kabarwashliyah.com/2013/03/31/inovasi-pendidikan-islam-muhammad-
abduh/#sthash.GtZou7gH.dpuf di akses pada senin jam 13.12

[6]http://mahmued123.blogspot.com/2011/03/pemikiran-mohammad-abduh-dalam.html di
akses pd senin ,jam 12.44
Diposkan oleh Ruswati Suwarni di Maret 04, 2015
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Label: makalah, MOHAMMAD ABDUH DAN USAHA PEMBAHARUAN PENDIDIKAN
DI MESIR, sejarah pendidikan islam, SPI, tugas kuliah

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Archives
 ► 2016 (29)

 ▼ 2015 (55)
o ► Oktober (1)
o ► Agustus (4)
o ► Juli (3)
o ► Juni (7)
o ► Mei (3)
o ► April (7)
o ▼ Maret (28)
 Yakin dan Percaya dengan janji
 pararararam
 LAPORAN PPL
 PRINSIP-PRINSIP DALAM PENERAPAN STRATEGI
PEMBELAJA...
 MOHAMMAD ABDUH DAN USAHA PEMBAHARUAN
PENDIDIKAN D...
 EMANSIPASI PENDIDIKAN BAGI KAUM MISKIN
 PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF (THE EFFECTIVE LESSON)
 LINGKUNGAN EKEKTIF DALAM PEMBELAJARAN
 PEMBELAJARAN PUASA, AMALIYAH RAMADHAN, DAN
SHALAT ...
 PENDIDIKAN ISLAM KONTEMPORER
 OBJEK KAJIAN ILMU KALAM
 PERENCANAAN EVALUASI HASIL BELAJAR
PENGOLAHAN NILAI HASIL BELAJAR
METODE, TEKNIK, DAN INSTRUMEN PENILAIAN HASIL
BELA...
 PRINSIP-PRINSIP DAN PENDEKATAAN DALAM PENILAIAN
HA...
 PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM
PENGEMBANGAN...
 PENGARUH KRISIS AIR DAN PANGAN TERHADAP
PENDIDIKAN...
 Muzaro'ah, Musaqoh, Mukhabarah
 Kemampuan menganalisis instrumen Penilaian hasil ...
 Urgensi pendidikan didalam lingkungan keluarga
 laporan kegiatan kuliah kerja lapangan
 Laporan Observasi Malang
 prinsip-prinsip dalam penerapan strategi pembelaja...
 Guru Seyogyanya Memiliki Buku Pegangan
 japanese multiplication trick
 aplikasi pembelajaran kreatif matematika
 ketrampilan mengadakan variasi
 Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
o ► Februari (2)

 ► 2014 (9)

 ► 2013 (34)

Tentang Gue

gue suka bakso dan paling nggak suka sama boneka. just it

saat kita memilih jatuh cinta


seharusnya, ketika seseorang memutuskan untuk mencintai alangkah baiknya jika mereka
mengerti lebih dulu apa arti kata "tinggal". hingga mereka tidak akan pernah memberikan
imbuhan apapun pada kata itu. karena jika mereka mengerti itu tidak akan ada istilah
menyakiti-disakiti didunia ini, karena mereka hanya akan tinggal tanpa harus meninggalkan
ataupun ditinggalkan.

Translate
iuss.kuntring. Tema Kelembutan. Diberdayakan oleh Blogger.
 About Me
 Privacy Policy
 Disclaimer

Cari Makalah Klik Disini!

Aneka Ragam Makalah

 Home
 Sumbang Makalah
 Pasang Iklan
 Daftar isi
 Hubungi Kami
 Follow
 Bantuan
Home Makalah MUHAMMAD ABDUH | USAHA PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI MESIR

MUHAMMAD ABDUH | USAHA PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI


MESIR

A. PENDAHULUAN

Gagasan pembaruan Islam sesungguhnya muncul pada akhir abad 18 dan awal abad 19 Masehi. Dari
sekian para pembaru, Muhammad Abduh (1849-1905) adalah tokoh yang monumentaldan paling
bersemangat melakukan pembaruan bagi duni Islam. Muhammad Abduh sebagai tokoh
pembaharuan dalam Islam patut dikenang dan diteladani, karena ia telah banyak berjuang untuk
merobah kebiasaan masyarakat yang sebelum bersikap statis menjadi dinamis.[1]

Muhammad Abduh sebagai seorang pembaharu dalam pendidikan, ada beberapa masalah yang ia
temukan dilapangan yang menurutnya menyimpang dan menjadi penyebab kemunduran umat
Islam, diantara masalah-masalah tersebut adalah masalah kurikulum, metode mengajar dan
pendidikan wanita.

Kurikulum merupakan masalah yang sangat perlu diperhatikan karena tanpa kurikulum yang sesuai
dengan apa yang diharapkan, maka semua itu tidak akan terwujud dengan baik. Demikian pula
kenyataan yang dialaminya didalam mendapatkan pendidikan pada madrasah-madrasah di Mesir,
artinya kurikulum di Mesir terjadi pada dualisme atau perbedaan yang sangat mendasar antara
kurikulum di madrasah dengan kurikulum di sekolah yang didirikan pemerintah. Metode mengajar
para gurupun menjadi perhatiannya, karena pada waktu ia belajar, ia merasa bosan dengan metode
hafalan melulu pada sekolah agama, sehingga ia tidak tinggal diam dan mencoba merobah metode
hafalan tersebut dengan metode diskusi.

Dalam pembaruan Muhammad Abduh juga memperhatikan pendidikan pada masalah wanita, yang
menurutnya pada saat itu wanita telah dirampas oleh laki-laki. Dari beberapa permasalahan diatas,
maka dalam makalah sederhana ini penulis akan mencoba untuk membahasnya tentang
pembaharuan yang dilakukan Muhammad Abduh terhadap pendidikan Islam di Mesir

B. BIOGRAFI MUHAMMAD ABDUH

Muhammad Abduh lahir pada tahun 1848 M/ 1265 H disebuah desa di Propinsi Gharbiyyah Mesir
Hilir. Ayahnya bernama Muhammad ‘Abduh ibn Hasan Khairullah. Abduh lahir dilingkungan keluarga
petani yang hidup sederhana, taat dan cinta ilmu pengetahuan. Orang tuanya berasal dari kota
Mahallaj Nashr. Situasi politik yang tidak stabil menyebabkan orang tuanya berpindah-pindah, dan
kembali ke Mahallaj Nashr setelah situasi poltiki mengizinkan.

Masa pendidikannya dimulai dengan pelajatan dasar membaca dan menulis yang didapatnya dari
orang tuanya. Kemudian sebagai pelajaran lanjutan ia belajar Qur’an pada seorang hafiz. Dalam
masa waktu dua tahun ia telah menjadi seorang yang hafal al-Qur’an[2] Pendidikan selanjutnya
ditempuhnya di Thanta, sebuah lembaga pendidikan mesjid Ahmadi.[3]

Ditempat ini ia mengikuti pelajaran yang diberikan dengan rasa tidak puas, bahkan membawanya
pada rasa putus asa untuk mendapatkan ilmu. Ia tidak puas dengan metode pengajaran yang
diterapkan yang mementingkan hafalan tanpa pengertian[4] bahkan ia berpikir lebih baik tidak
belajar dari pada menghabiskan waktu menghafal istilah-istilah nahu dan fiqih yang tidak
dipahaminya, sehingga ia kembali ke Mahallaj Nashr (kampungnya) dan hidup sebagai petani serta
melangsungkan pernikahan dalam usia 16 tahun. [5]
Orang tuanya tidak menyetujui langkah yang diambilnya, dan memerintahkan agar kembali ke
Mesjid Ahmad di Thanta. Dengan terpakasa diturutinya juga kemauan orang tuanya, namun
ditengah perjalanan di justru berbelok kea rah lain, yaitu sebuah desa tempat tinggal pamannya
yaitu Syeikh Darwsy Khadir (paman dari ayah Muhammad Abduh), Syekh Darwsy tahu sebab-sebah
keengganan Abduh untuk belajar di Thanta, maka ia selalu membujuk Muhammad Abduh supaya
membaca buku bersama-samanya.

Muhammad Abduh menceritakan sebagaimana yang dikutip oleh Harun Nasution dari kitab ;
Muzakirat al-Iman Muhammad Abduh, bahwa ia pada saat itu benci melihat buku, dan buku yang
diberikan Darwsy ia lempar jauh-jauh. Buku itu dipungut lagi oleh Darwsy dan diberikan lagi pada
Abduh, Darwsy selalu sabar menghadapi Abduh, dan akhirnya M.Abduh mau juga membaca buku
tersebut beberapa baris. Setiap barisnya Darwisy memberikan penjelasan luas tentang arti dan
maksud yang dikandung kalimat tersebut. Akhinya Muhammad Abduh berubah sikapnya terhadap
buku dan ilmu pengetahuan. Dia mulai paham dengan apa yang dibacanya, kemudian ia kembali ke
Thanta yaitu pada bulan oktober 1865 M/ 1286 H[6]

Muhammad Abduh melanjutkan pendidikan di Thanta, akan tetapi 6 bulan di Thanta ia


meninggalkan Thanta dan menuju al-azhar yang diyakininya al-Azhar adalah tempat mencari ilmu
yang sesuai untuknya. Di al-Azhar, ia hanya mendapatkan pelajara ilmu-ilmu agama saja, disinipun ia
menemukan metode yang sama dengan Thanta. Hal ini membuatnya kembali kecewa. Dalam salah
satu tulisannya ia melemparkan rasa kekecewaannya tersebut dengan menyatakan bahwa metode
pengajaran yang verbalis itu telah merusak akal dan daya nalarnya.[7] Rasa kecewa itulah agaknya
yang menyebabkannya menekuni dunia mistik dan hidup sebagai sufi Tahun 1871 Abduh bertemu
dengan sayyid Jamaludin a.Afghani yang dating ke Mesir pada tahun itu, Dari jamaluddin, ia
mendapatkan ilmu pengetahuan falsafat, ilmu kalam dan ilmu pasti, meskipun sebelumnya ia telah
mendapatkan ilmu tersebut di luar al-Azhar. Metode yang dipakai jamalludin yang telah lama
dicarinya selama ini, sehingga ia lebih puas menerima ilmu dari guru barunya tersebut. Seperti ia
ungkapkan bahwa Jamaluddin telah melepaskannya dari kegoncangan kejiwaan yang dialaminya.

Metode pengajaran yang digunakn oleh Jamaluddin adalah metode praktis (‘maliyyah) yang
mengutamakan pemberian pengertian dengan cara diskusi. Metode itulah tampaknya yang
diterapkan Abduh setelah ia jadi pendidik. Selain pengetahuan teoritis Jamaluddin juga mengajarkan
pengetahuan praktis, seperti berpidato, menulis artikel dan sebagainya. Sehingga dengan demikian,
membawanya tampil didepan public, juga secara langsung melihat situasi sosial politik negaranya.
[8]
Meskipun dia aktif mencari ilmu di luar al-Azhar, di al-Azar sendiripun ia tidak melalaikan tugasnya
sebagai mahasiswa sehinga ia meraih gelar ‘alim pada tahun 1877,Tahun 1877-1882, ia di asingkan
di Bairut, karena ia terlibat politik,di pengasingan ini ia punya kegiatan sebagai guru dan penulis.

Karirnya sebagai guru ia tempuhnya di tiga lembaga pendidikan formal yaitu al-azhar, Dar al-Ulum
dan perguruan bahasa Khedevi. Ia mengajarkan berbagai mata pelajaran seperti teologi, sejarah,
ilmu politik dan kesusastraan Arab [9]

Tampaknya ada dua hal yang ditekankannya dalam memberikan pengajaran, yaitu metode diskusi
yang diwarisi dari gurunya Jamaluddin dan semangat pembaharuan yang ditanamkannya dalam
setiap mata pelajaran. Tujan pengajaran yang demikian yang menjadi salah satu sebab dicurigai oleh
Khedevi, dianggap tidak mendukung kebijaksanaan pemerintahan dan bekerjasama dengan inggris,
sehingga ia tidak mengajar lagi di Dar al-Ulum dan lembaga bahasa. Namun disisi lain karirnya
menanjak, lebih-lebih setelah diangkat menjadi pimpinan redaksi surat kabar al-waqai’ al-Mishriyyah
yang merupakan salah satu organ pemerintah. Jabatan ini membuat ia mudah melancarkan kritikan
terhadap pemerintahan dengan artikel-artikel yang dituliskannya, baik masalah agama, sosial, politik
dan kebudayaan. Media ini juga telah mengantarkannya pada politik praktis sehingga ia dituduh
terlibat dalam pemberontakan yang dipimpin oleh ‘Urabi Pasya pada tahun 1882, sehingga ia
diasingkan keluar negeri. Namun ia tetap tidak tinggal diam bahkan sasarannya tidak hanya
masyarakat Mesir tapi dakwanya malah mendunia, sehingga ia bersama Jamaluddin menerbitkan
majalah dan membentuk gerakan yang disebut dengan al’Urwat al-wusqa. Ide yang terkandung
dalam gerakan tersebut tetap sama yaitu membangkitkan semangat umat Islam untuk melawan
kekuasaan barat. Namun gerakan majalah tersebut tidak lama karena dilarang oleh pemerintah
colonial. Pada tahun 1834 ia kembali ke Beirut.[10]

Kegiatan pembelajaran dilanjutkannya lagi setelah ada di Beirut menterjemah kitab-kitab kedalam
bahasa Arab juga ia lakukan. Sehingga di kota ini ia menyelesaikan penulisan buku yang termasyur
Risalat at-tauhid yang ditulisnya semasa mengajar di Madrasah Sulthaniah, disamping beberapa
buku terjemahan yang lain . Tahun 1888 ia kembali ke Mesir setelah selesai masa pengasingan.
Pembaharuan yang kedua yang dilakukannya sebagai mufti di tahun 1899 menggantikan Syejh
Hasanuddin al-Nadawi. Usaha yang pertama yang dilakukannya disini adalah memperbaiki
pandangan masyarakat bahkan pandangan mufti sendiri tentang kedudukan mereka sebagai hakim.
Mufti-mufti sebelumnya berpandangan, bahwa sebagai mufti betugas sebagai penasehat hukum
bagi kepentingan Negara. Diluar itu seakan meraka melepaskan diri dari orang yang mencari
kepastian hukum[11]. Mufti baginya bukan hanya berkhidmat pada Negara, tetapi juga pada
masyarakat luas. Dengan demikian kehadiran Muhammad Abduh tidak hanya dibutuhkan oleh
Negara tapi juga oleh masyarakat luas.

Bisa dikatakan pembaharuan yang ketiga yang dilakukannya ialah dibuktikan dengan didirikannya
organisasi sosial yang bernama al-Jami’at al-Khairiyyah al-Isskamiyyah pada tahun 1892. Organisasi
ini bertujuan untuk menyantuni fakir miskin dan anak yang tidak mampu dibiayai oleh orang tuanya.
Wakaf merupakan salah satu institusi yang tidak luput dari perhatiannya, sehingga ia membentuk
majlis administrasi wakaf sehingga ia berhasil memperbaiki perangkat mesjid.[12]

Dalam kenyataan tidak semua ide dan pemikiran pembaharuan yang dibawanya dapat diterima oleh
penguasa dan pihak al-Azhar. Penghalang yang utama yang dihadapinya adalah para ulama yang
berpikiran statis beserta masyarakat awam yang mereka pengaruhi. Khedewi sendiripun akhirnya
tidak setuju dengan pembaharuan fisik yang dibawa Muhammad Abduh terutama tentang institusi
wakaf yang menyangkut masalah keuangan.

Dalam hal banyak rintangan tersebut Abduh jatuh sakit dan meninggal pada 8 Jumadil awal 1323 H/
11 Juli 1905, jenazah Muhammad Abduh dikebumikan di Kairo (Pemakaman Negara). Dari uraian-
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi pemikiran Muhammad Abduh
adalah :

v Faktor sosial, berupa sikap hidup yang dibentuk oleh keluarga dan gurunya terutama Syekh
Darwisy dan Sayyid Jamaludin al-Afghani, disamping itu lingkungan sekolah di Thanta dan Mesir
tempat ia menemukan sistem pendidikan yang tidak efektif, serta dengan keagamaan yang statis
dan fikiran-fikiran yang fatalistic
v Faktor kebudayaan, berupa ilmu yang diperolehnya selama belajar disekolah-sekolah formal dari
Jamaludin al-Afghani, serta pengalaman yang ditimbanya dari barat.

v Faktor politik yang bersumber dari situasi politik dimasanya, sejak dilingkungan keluarganya di
Mukallaf Nashr.

Ketika faktor tersebut yang melatar belakangi lahirnya pemikiran Muhammad Abduh dalam berbagai
bidang, teologi, syari’ah, pendidikan, sosial politik dan sebagainya. Pemikiran yang berkaitan dengan
teologi difokuskan pada perbuatan manusia (af’al –‘ibad) qada dan qadar serta sifat-sifat Tuhan.

Perbuatan manusia bertolak dari satu dedukasi bahwa manusia adalah makhluk yang bebas memilih
perbuatan. Menurut Muhammad Abduh ada tiga unsur yang mendukung suatu perbuatan yaitu akal,
kemauan dan daya. Ketiganya merupakan ciptaan Tuhan bagi manusia yang dapat dipergunakan
dengan bebas [13]

Qada dan qadar menurut Abduh adalah salah satu pokok aqidah dalam agama, yang harus diberi
pengertian yang benar, karena aqidah bertempat dihati (Qalbiyyah). Ia akan terpantul dalam sikap
dan perbuatan. Dari itulah aqidah qada dan qadar yang benar bisa memantulkan sikap hidup yang
dinamis, sedangkan aqidah yang menyimpang akan menimbulkan sikap tidak menguntungkan,
fatalistis, bahkan pemahaman yang salah terhadap ajaran-ajaran agama yang lain. Keyakinan
terhadap qada dan qadar yang menyimpang kata Abduh telah membawa kehancuran dalam sejarah
umat islam, sama halnya dengan aqidah yang benar telah mengantarkan umat Islam pada masa-
masa kejayaan.

Untuk mengimbangi serangan Kristen atas Islam, Muhammad Abduh berusaha mencoba
mendefinisikan kembali (redefinisi) ajaran Islam yang berbeda dengan Kristen. Upayanya ini
merupakan kebenaran bukti penggunaan pendekatan apologetiknya. Menurut Yvonne Haddad,
Muhammad Abduh telah berhasil mengungkapkan delapan keunggulan Islam atas Kristen yaitu :
1. Islam menegaskan bahwa menyakini keesaan Allah dan membenarkan risalah Muhammad
merupakan kebenaran inti ajaran Islam.

2. Kaum Muslim sepakat bahwa akal dan wahyu berjalan tidak saling bertentangan, karena keduanya
berasal dari sumber yang sama.

3. Islam sangat terbuka atas berbagai interprestasi. Oleh karena itu, Islam tidak membenarkan
adanya saling mengafirkan di antara kaum muslim.

4. Islam tidak membenarkan seseorang menyerukan risalah Islam kepada orang lain, kecuali dengan
bukti.

5. Islam diperintahkan untuk menumbangkan otoritas agama,karena satu-satunya hubungan sejati


adalah hubungan manusia dengan tuhannya secara langsung.

6. Islam melindungi dakwah dan risalah, dan menghentikan perpecahan dan fitnah.

7. Islam adalah agama kasih sayang, persahabatan, dan mawaddah kepada orang yangb berbeda
doktrinnya.

8. Islam memadukan antara kesejahteraan dunia dan akhirat.[14]


Banyak penulis berpendapat bahwa Muhammad abduh cenderung mu’tazilah. Sedangkan syari’ah
yang ditekan Abduh adalah pada persoalan ijtihad, yaitu corak usaha yang ditempuh dalam
memahami Syari’ah untuk memahami kepastian hukum. Pemikiran Muhammad Abduh dalam
masalah ini ada dua hal yaitu pandangan ijtihat dan mazhab fiqih serta ijtihabnya Muhammad Abduh

C. Pemikiran dan Pembaharuan Muhammad Abduh dalam Pendidikan Islam di Mesir

Gerakan pembaharuan Islam yang dilakukan oleh Muhammad Abduh tidak terlepas dari karekter
dan wataknya yang cinta pada ilmu pengetahuan. Gibb dalam salah satu karya terkenalnya, Modern
Trends in Islam, menyebutkan empat agenda pembaharuan Muhammad Abduh. Keempat agenda itu
adalah pemurnian Islam dari berbagai pengaruh ajaran dana amalan yang tidak benar. Yaitu :

1. Furifikasi

Purifikasi atau pemurnian ajaran Islam telah mendapat tekanan serius dari Muhammad Abduh
berkaitan dengan munculnya bid`ah dan khurafah yang masuk dalam kehidupan beragama kaum
muslim. Kaum muslim tak perlu mempercayai adanyah karamah yang dimiliki para wali atau
kemampuan mereka sebagai perantara (wasilah) kepada Allah. Dalam pandangan Muhmmad Abduh,
seorang muslim diwajibkan mengindarkan diri dari perbuatan dari perbuatan Syirik (lihat QS.6:79).
[15]

2. Reformasi
Reformasi pendidikan tinggi Islam difokuskan Muahammad Abduh pada universitas almamaternya,
Al-Azhar. Muhammad Abduh menyatakan bahwa kewajiban belajar itu tidak hanya mempelajari
buku-buku klasik berbahasa Arab yang berisi dogma ilmu kalam untuk membela Islam. Akan tetapi,
kewajiban belajar juga terletak pada mempelajari sain-sain modern, serta sejarah dan agama Eropa,
agar diketahui sebaba-sebab kemajuan yang telah mereka capai.[16]

Usaha awal reformasi Muhammad Abduh adalah memperjuangan mata kuliah filsafat agar diajarkan
di Al-Azhar. Dengan belajar filsafat, semangat intelektualisme Islam yang padam diharapkan dapat
dihiduipkan kembali[17]

3. Pembelaan Islam

Muhammad Abduh lewat Risalah Al-Tauhidny tetap mempertahankan potret diri Islam. Hasratnya
untuk menghilangkan unsur-unsur asing merupakan bukti bahwa dia tetap yakin dengan
kemandirian Islam. Muhammad Abduh terlihat tidak pernah menaruh perhatian terhadap paham-
paham filsafat anti agama yang marak di Eropa. Dia lebih tertarik memperhatikan serangan-serangan
terhadap agama Islam dari sudut keilmuan. Muhammad Abduh berusaha mempertahankan potret
Islam dengan menegaskan bahwa jika pikiran dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Hasil yang
dicapainya otomatis akan selaras dengan kebenaran illahi yang dipelajari melalui agama

4. Reformulasi

Agenda reformulasi tersebut dilasanakan Muhmmad Abduh dengan cara membuka kembali pintu
ijtihadd. Menurutnya, kemunduran kaum muslim disebabkan oleh dua faktor yaitu intelnal dan
eksternal. Muhammad Abduh dengan refomulasinya menegaskan bahwa Islam telah
membangkitkan akal pikiran manusia dari tidur panjangnya. Manusia tercipta dalam keadaan dalam
keadaan tidak terkekang.
Pembaruan pendidikan Muhammad Abduh tampaknya lebih dilatar belakangi oleh faktor situasi
sosial keagamaan dan situasi pendidikan itu sendiri yang ada pada saat itu. Situasi sosial keagamaan
dalam hal ini adalah sikap yang umumnya diambil oleh umat Islam di Mesir dalam memahami dan
meaksanakan ajaran agama dalam kehidupan mereka sehari-hari. Krisis yang menimpa umat Islam
saat itu bukan hanya dalam bidang aqidah dan Syariah, tetapi juga akhlak, moral. Hal itu terlihat
dalam penekanan terhadap hak-hak wanita, penguasaan terhadap martabat dan harga diri mereka
yang ditinggikan oleh Islam. Keizinan yang diberikan Syari’ah untuk beristri lebih dari satu ditafsirkan
dengan mengenyampingkan syarat-syarat bagi terbuka izin tersebut. Poligamipun menjadi sumber
kemelaratan wanita dan anak-anak. Perkawinan seakan menjadi sebuah institusi yang mengikat
mereka dalam derita dan kesengsaraan.[18]

Pemikiran Muhammad Abduh sesuai dengan sistem pendidikan yang ada saat itu, sehingga pada
abad ke 19 Muhammad Ali memulai pembaharuan pendidikan di Mesir. Pembaharuan yang
timpang, yang hanya menekankan perkembangan aspek intelek mewariskan dua tipe pendidikan
pada abad ke 20, tipe pertama adalah sekolah-sekolah agama dengan al-azhar sebagai lembaga
pendidikan yang tinggi. Sedangkan tipe kedua adalah sekolah-sekolah modern, baik yang dibanguan
oleh pemerintah mesir maupun yang didirikan oleh bangsa Asing. Kedua tipe tersebut tida punya
hubungan antara satu dengan yang lainnya, masing-masing berdiri sendiri dalam memenuhi
kebutuhan dan mendapai tujuan pendidikannya. Sekolah-sekolah agama berjalan diatas garis
tradisional baik dalam kurikulum maupun metode pengajaran yang diterapkan.Ilmu-ilmu barat tidak
diberikan disekolah-sekolah agama, dengan demikian pendidikan agama kala itu tidak
mementingkan perkembangan intelektual, padahal Islam mengajarkan untuk mengembangkan
aspek jiwa tersebut sejajar dengan perkembangan aspek jiwa yang lain.

Sistem pendidikan yang terjadi pa sekolah-sekolah pemerintah dipihak lain tampil dengan kurikulum
yang memberikan ilmu pengetahuan barat sepenuhnya, tanpa memasukkan ilmu pengetahuan
agama kedalam kurikulum tersebut. Selain terjadinya kasus-kasus yang demikian, dualisme
pendidikan yang demikian melahirkan dua kelas sosial dengan spirit yang berbeda. Tipe sekolah yang
pertama memproduksi para ulama serta tokoh masyarakat yang enggan menerima perubahan dan
cenderung untuk mempertahankan tradisi. Tipe sekolah yang kedua melahirkan kelas elite generasi
muda, hasil pendidikan yang dimulai pada abad ke 19. dengan ilmu-ilmu barat yang mereka peroleh
dapat menerima ide-ide yang datang dari barat. Muhammad Abduh melihat segi-segi negatf dari
kedua bentuk pemikiran tersebut. Ia memandang bahwa pemikiran yang pertama tidak dapat
dipertahankan lagi, jika dipertahankan juga akan menyebabkan umat Islam tertinggal jauh, terdesak
oleh arus kehidupan dan pemikiran modern. Sedangkan pemikiran kedua justru adanya bahaya yang
mengancam sendi-sendi agama dan morall yang akan tergoyahkan oleh pemikiran modern yang
mereka serap. Dari situlah Muhammad Abduh melihat pentingnya mengadakan perbaikan di dua
instansi tersebut, sehingga jurang yang lebar bisa dipersempit.
Situasi yang demikian melahirkan pemikiran Muhammad Abduh dalam bidang pemikiran formal dan
non formal. Dalam bidang pendidikan formal tujuannya yang esensi adalah menghapuskan dualisme
pendidikan yang tampak dengan adanya kedua institusi diatas, untuk itu ia bertolak dari tujuan
pendidikan yang dirumuskan sebagai berikut :

Tujuan pendidikan adalah mendidik akal dan jiwa dan menyampaikannya kepada batas-batas
kemungkinan seseorang mencapai kebahagiaan hidup didunia dan akhirat”[19]

Disamping pendidikan akal ia juga mementingkan pendidikan spiritual agar lahir generasi yang
mampu berpikir dan punya akhlak yang mulia dan jiwa yang bersih. Tujuan pendidikan yang
demikian ia wujudkan dalam seperangkat kurikulum sejak dari tingkat dasar sampai ketingkat atas.
Kurikulum tersebut adalah :

1. Kurikulum al-Azhar

Kurikulum perguruan tinggi al-Azhar disesuaikannya dengan kebutuhan masyarakat pada masa itu.
Dalam hal ini, ia memasukkan ilmu filsafat, logika dan ilmu pengetahuan modern ke dalam kurikulum
al-Azhar. Upaya ini dilakukan agar out-putnya dapat menjadi ulama modern[20]

2. Tingkat Sekolah Dasar

Ia beranggapan bahwa dasar pembentukan jiwa agama hendaknya sudah dimulai semenjak masa
kanak-kanak. Oleh karena itu, mata pelajaran agama hendaknya dijadikan sebagai inti semua mata
pelajaran. Pandangan ini mengacu pada anggapan bahwa ajaran agama (Islam) merupakan dasar
pembentukan jiwa dan pribadi muslim. Dengan memiliki jiwa kepribadian muslim, rakyat Mesir akan
memiliki jiwa kebersamaan dan nasionalisme untuk dapat mengembangkan sikap hidup yang lebih
baik, sekaligus dapat meraih kemajuan.

2. Tingkat Atas

ia mendirikan sekolah menegah pemerintah untuk menghasilkan ahli dalam berbagai lapangan
administrasi, militer, kesehatan, peridustrian dan sebagainya. Melalui lembaga pendidikan ini,
Abduh merasa perlu untuk memasukan beberapa materi, khususnya pendidikan agama. Sejarah
Islam, dan kebudayaan Islam.

Di Madrsah-madrash yang berada di bawah naungan al-Azhar, Abduh mengajarkan ilmu Mantiq,
Falsafah dan tauhid, sedangkan selama ini al-Azhar memandang ilmu Mantiq dan Falsafah itu
sebagai barang haram. Dirumahnya Abduh mengajarkan pula kitab Thazib al-akhlak susunan ibn
Maskawayh. Dan kitab sejarah Peradaban Eropa susunan seorang Perancis yang telah diterjemahkan
ke dalam bahasa Arab dengan judul al-Tuhfat al-Adaabiyah fi Tarikh Tamaddun al-Mamalik al-
Awribiyah[21]

Ketiga paket kurikulum diatas merupakan gambaran umum dari kurikulum pelajaran agama yang
diberikan dalam setiap tingkat. Dalam hal ini Muhammad Abduh tidak memasukkan ilmu-ilmu barat
kedalam kurikulum yang direncanakan. Dengan demikian dalam bidang pendidikan formal
Muahmmad Abduh menekankan pemberian pengetahuan yang pokok, yaitu fiqih, sejarah Islam,
akhlak dan bahasa.

Meskipun agaknya kurikulum yang dirancang Muhammad Abduh sukar diterapkan secara utuh,
lebih-lebih disekolah umum seperti yang diharapkannya, tetapi dari materi-materi pelajaran yang
demikian dapat dijangkau pemikirannya yang menghargai ilmu-ilmu agama, sama dengan
penilaiannya terhadap ilmu-ilmu yang datang dari barat. Ia menginginkan agar sekolah-sekolah
umum menerapkan kurikulum yang demikian, sama halnya dengan keinginannya agar al-Azhar
merubah sistem pengajarannya, antara lain dengan menerapkan ilmu-ilmu yang datang dari barat.

Dalam bidang metode pengajaran iapun membawa cara baru dalam dunia pendidikan saat itu. Ia
mengkritik dengan tajam penetarapan metode hafalan tanpa pengertian yang umumnya
dipraktekkan disekolah-sekolah saat itu, terutama sekolah agama. Ia tidak menjelaskan dalam
tulisan-tulisannya metode apa yang sebaiknya diterapkan, tetapi dari apa yang dipraktekkannya
ketika ia mengajar di al-Azhar tampaknya bahwa ia menerapkan metode diskusi untuk memberikan
pengertian yang mendalam pada muridnya. Ia menekankan pentingnya pemberian pengertian dalam
setiap pelajaran yang diberikan. Ia memperingatkan para pendidik untuk tidak mengajar murid
dengan metode menghafal, karena metode demikian hanya akan merusak daya nalar, seperti yang
dialaminya ketika belajar di sekolah formasi di Mesjid Ahmadi di Thanta.

Pemikiran Muhammad Abduh yang lain adalah tentang pendidikan wanita. Menurutnya wanita
haruslah mendapatkan pendidikan yang sama dengan lelaki. Mereka, lelaki, wanita mendapat hak
yang sama dari Allah, sesuai dengan firmanNya QS (2) al-Baqarah :228 serta dalam QS: (33) al-Ahzab
:35 dalam pandangan Abduh ayat tersebut mensejajarkan lelaku dan wanita dalam hal mendapatkan
keampunan dan apabila yang diberikan Allah atas perbuatan yang smaa, baik yang bersifat
keduniaan maupun agama. Dari sini ia bertolak bahwa perempuan pun punya hak mendapatkan
pendidikan yang sama dengan laki-laki. Katanya wanita harus dilepaskan dari rantai kebodohan,
maka dari itu ia perlu diberikan pendidikan.

Dalam bidang pendidikan non formal Muhammad Abduh menyebutkan usaha perbaikan (ishlah).
Dalam hal ini Abduh melihat perlunya campur tangan pemerintah terutama dalam hal
mempersiapkan para pendakwah. Tugas mereka yang utama adalah :

1. Menyampaikan kewajiban dan pentingnya belajar


2. mendidik mereka dengan memberikan pelajaran tentang apa yang mereka lupakan atau yang
belum mereka ketahui

3. meniupkan kedalam jiwa mereka cinta pada Negara, tanah air dan pemimpin

Di luar pendidikan formalpun Abduh menekankan pentingnya pendidikan akal dan mempelajari
ilmu-ilmu yang datang dari Barat. Disamping itu Abduhpun menggalakkan umat islam mempelajari
ilmu-ilmu modern

Jika Anda Tertarik untuk mengcopy Makalah ini, maka secara ikhlas saya mengijnkannya, tapi saya
berharap sobat menaruh link saya ya..saya yakin Sobat orang yang baik. selain Makalah
MUHAMMAD ABDUH | USAHA PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI MESIR , anda dapat
membaca Makalah lainnya di Aneka Ragam Makalah. dan Jika Anda Ingin Berbagi Makalah Anda ke
blog saya silahkan anda klik disini.Salam saya Ibrahim Lubis. email :ibrahimstwo0@gmail.com

SHARE THIS ARTICLE :

Tweet


Mau Makalah Gratis! Silahkan Tulis Email Anda.

Enter your

Print PDF

Related Post:

Makalah Khamr | minuman keras

Makalah Wali Nikah

Perbandingan Ilmiah Al quran dan Ilmu Pengetahuan

Makalah Kenakalan Remaja

Sejarah Perkembangan Sistem Politik Indonesia


Makalah Pengajaran Bahasa Komunikatif

Makalah Perkembangan Keberagamaan Anak

Makalah Pengantar Filsafat

Hukum Musik dan Nyanyian

Makalah Sejarah Perang Salib

Makalah Corak Akidah dalam Kehidupan


Landasan Ontologi | Epistemologi Dan Aksiologi Dalam Filsafat Ilmu

Next
Profesi Pendidikan di Indonesia Previous
PERAN PENDIDIKAN SEBAGAI MODAL UTAMA MEMBANGUN KARAKTER BANGSA

Arsip Makalah

Makalah Tentang Agama

1. Agama Islam
2. Antara Manusia Dan Agama
3. Diversifikasi Pendidikan Agama Dan Keagamaan
4. Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
5. Islam dan Iman
6. Konsep Ruang Lingkup Pengantar Studi Islam
7. Makalah Agama Islam
8. Makalah Agama Islam | Dinul Islam
9. Makalah Aktivitas Keagamaan
10. Makalah Korupsi Dalam Perspektif Islam
11. Makalah Pendidikan Keagamaan Luar Sekolah
12. Manajemen Pendidikan Agama Islam | Lembaga Non Formal
13. Pelaksanaan Pendidikan Keagamaan
14. Pendidikan Agama Dalam Kebijakan Pendidikan Islam
15. Pendidikan Agama sebagai Pembudayaan Dan Pemberdayaan
16. Pengertian Riddah
17. Psikologi Agama
18. Relasi Negara | Agama dan Pendidikan
19. Ruang Lingkup Pengantar Studi Agama Islam

Makalah Tentang Pendidikan

1. Akar Historis Dualisme Dalam Sistem Pendidikan di Indonesia


2. Akreditasi Program Studi Pada Program Diploma
3. Arti Pendidikan
4. Bahan Ajar atau Materi Pelajaran
5. Dasar dan Tujuan Pendidikan
6. Dikotomi Dan Dualisme Pendidikan
7. Diversifikasi Pendidikan Agama Dan Keagamaan
8. Dualisme Sistem Pendidikan Islam
9. Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
10. Fungsi Keluarga Dalam Pendidikan Budi Pekerti
11. Ganjaran dan Hukuman dalam Pendidikan
12. Hubungan Politik Dan Pendidikan | Makalah
13. Ilmu Pendidikan
14. Ilmu Pendidikan Dan Perpustakaan
15. Integrasi Pendidikan Agama Dan Umum | Dualisme Pendidikan
16. Kepemimpinan Visioner | Kharismatik dan Teori Atribusi
17. Konsep Pendidikan Murtadha Muthahhari
18. Kurikulum Satuan Pendidikan Madrasah Aliyah
19. Landasan Bimbingan dan Konseling
20. Makalah Dampak Rokok dan Merokok
21. Makalah Dualisme Pendidikan
22. Makalah Esensi Manusia dalam Pendidikan Islam
23. Makalah Globalisasi
24. Makalah Hakikat Pendidikan
25. Makalah Hubungan Politik Dengan Pendidikan
26. Makalah Insektisida
27. Makalah Intelegensi dalam Psikologi Pendidikan
28. Makalah Karakteristik Belajar yang Efektif
29. Makalah Kondisi Pembelajaran Efektif
30. Makalah Landasan Pendidikan
31. Makalah Metode Pendidikan Islam
32. Makalah Paragraf Narasi
33. Makalah Pendidikan
34. Makalah Pendidikan Keagamaan Luar Sekolah
35. Makalah Pendidikan Multikulturalisme
36. Makalah Pengertian Paragraf dan Perkembangannya
37. Makalah Peran Pendidikan Anak Usia Dini | PAUD
38. Makalah Strategi Pembelajaran Efektif
39. Makalah Tujuan Pendidikan
40. Makalah Wajib Belajar
41. Makalah Wayang Sebagai Media Pendidikan dan Pengajaran
42. Makna Dan Sejarah Pancasila
43. Mengenal Tujuan Pendidikan
44. Menuju Kehidupan harmonis dalam masyarakat Majemuk
45. Pembangunan Pendidikan Indonesia
46. Pemberantasan Buta Aksara | Wajib Belajar Dan Lainnya
47. Pendidik Dalam Perspektif Filosofis
48. Pendidikan Agama sebagai Pembudayaan Dan Pemberdayaan
49. Pendidikan Anak Usia Dini
50. Pendidikan Dan Pelatihan Prajabatan
51. Pendidikan Di Indonesia
52. Pendidikan IPA Dan Perkembangannya
53. Pendidikan Kependudukan Dan Lingkungan Hidup
54. Pendidikan Luar Sekolah | Ilmu Pendidikan
55. Pendidikan Moral
56. Pendidikan Nasional
57. Pendidikan Non Formal
58. Pendidikan Pada Anak Usia Dini Di Indonesia
59. Pendidikan Profetik dalam membangun jati diri
60. Pendidikan Seumur Hidup
61. Pendidikan dalam Ganjaran dan Hukuman
62. Pengaruh Globalisasi Dan Pentingnya Pendidikan Agama Di Sekolah
63. Pengelolaan Kegiatan Di Lembaga Paud
64. Pengertian Ilmu Bahasa | Linguistik
65. Pengertian Pembelajaran Efektif
66. Pengertian Pendidik dan Peserta Didik
67. Pengertian Pendidikan
68. Peran Keluarga dalam Pendidikan Karakter Anak
69. Peran dan Peranan kepemimpinan dalam Pendidikan
70. Peranan Ayah Dalam Pendidikan Anak
71. Perbedaan Ilmu Dengan Pengetahuan
72. Problematika Pendidikan Indonesia Dan Ide Paradigma Baru
73. Problematika Sistem Pendidikan Indonesia
74. Psikologi Agama
75. Relasi Negara | Agama dan Pendidikan
76. Ruang Lingkup Pengelolaan Kegiatan Di Lembaga Paud
77. Sistem Kebijakan Pendidikan
78. Teknologi dalam Pendidikan
79. The Centre Of Excellence Pada Madrasah
80. Upaya Memelihara Kondisi dan Suasana Belajar yang Efektif
81. Visi Misi Sistem Pendidikan Nasional

Makalah Tentang Penelitian

1. Anatomi Katak
2. Cara Perawat Dalam Merawat Pasien HIV AIDS
3. Contoh Proposal PTK 2013
4. Investasi Pendidikan dengan Pertumbuhan Ekonomi
5. Makalah Tentang Penelitian Ilmiah
6. Metode Bermain Peran
7. Metode Dalam Penelitian Eksperimen
8. Metode Penelitian Eksperimen
9. Pedoman Penelitian Fakultas Kedokteran
10. Penelitian Tindakan Kelas
11. Penelitian Tindakan Kelas Dan Struktur Penulisannya
12. Penelitian dan Pengembangan Hukum Adat
13. Pengertian Perencanaan
14. Perekonomian Masyarakat melalui Kolam Pemancingan
15. Proposal PTK | Penelitian Tindakan Kelas Terbaru

Makalah Tentang Piqih

1. Fiqih Muammalat | Antara Talfiq dan Tasil


2. Hubungan Syariat Islam dengan Fiqih
3. Hukum Khitan dalam Islam
4. Jual Beli Dalam Islam
5. Makalah Fiqih Mawaris
6. Makalah Fiqih Siyasah
7. Makalah Hukum - Hukum Jenazah
8. Makalah Hukum Rokok Dan Merokok
9. Makalah Khulu | Gugatan Cerai
10. Makalah Pelaksanaan Azan Menurut Ulama
11. Makalah Pembunuhan Menurut Hukum Islam
12. Makalah Pemikiran Fikih
13. Makalah Pengertian Hukum Taklifi
14. Makalah Pengertian Niat | al-Umur Bimaqasidiha
15. Makalah Pernikahan Berbeda Agama
16. Makalah Shalat Dan Hukumnya
17. Makalah Talak dan Hukum Talak
18. Makalah Tata Cara Memandikan Jenazah
19. Makalah Tentang Asabah
20. Makalah Tentang Fidyah
21. Makalah Wali Nikah
22. Makalah Waris Pada Masa Awal Islam
23. Makna Wakaf Deposito dan Pengelolaannya
24. Mustahiq Dan Pola Distribusi Zakat
25. Panduan Ibadah Haji dan Umrah Lengkap | Buku
26. Puasa Dalam Fiqh kajian Segi Normatif
27. Zakat
28. Zakat Dan Sistem Pajak
29. Zakat Emas | Perak Dan Barang Tambang

Kategori
Makalah Terlaris

Copyright © 2012. Aneka Ragam Makalah - All Rights Reserved | Template Created by Kompi Ajaib |
Modified by Ibrahim Lubis

v
AR Ghulam

Selamat Datang di Situs Pribadi Ghulam Akhyar Rikza

Menu

Skip to content

 Beranda
 About
 Contact
 Forum

Makalah Muhammad Abduh

Maret 16, 2013

By mbeyink

Muhammad Abduh

MAKALAH
PMDI

MUHAMMAD ABDUH : MU’TAZILAH

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas :

Mata Kuliah : Pembaharuan Modern dalam Islam

Dosen Pengampu : Tri Astutik Haryati, M.Ag

Disusun oleh :

GHULAM AKHYAR RIKZA (2032 111 011)

YOANA BELA PRADITYAS (2032 111 010)

USHULUDDIN AKHLAK-TASAWUF

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

(STAIN) PEKALONGAN

2011-2012
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Muhammad abduh adalah anak dari Abduh Khairullah yang tinggal didesa biasa yang tidak
mementingkan tempat dan tanggal lahir anak-anaknya. Setelah muhammad Abduh menginjak
dewasa, Abduh terpaksa meninggalkan kampung halamannya, setelah kakeknya meninggal dunia.

Ajaran-ajaran muhammad Abduh mempengaruhi dunia Islam pada umumnya terutama dunia arab
melalui karangan muhammad abduh sendiri, dan melalui tulisan-tulisan muridnya seperti
muhammad Rida dengan majalah al-manar dan tafsir al-manar, Qasim Amin dengan buku tahrir al-
mar’ah, farid wajdi dengan Dairah al-ma’arif dan karangan-karangan lainnya. Syekh Tantowi Jauhari,
kaum intelek atasan mesir seperti Muhammad Husen Haikal dengan bukunya hidayah Muhammad
Abu Bakar, Abbas Mahmud al-Akkad, Ibrahim A. Kadir al-Mazin, Mustafa Abd al-Razik, Ali Abd al-
Razik dan tak boleh dilupakan saat Zaghlul bapak kemerdekaan mesir .

B. Rumusan masalah

1. Siapakah Muhammad Abduh itu ?

2. Bagaimana latar belakang pemikiran dan pembaharuan Muhammad Abduh ?

3. Apa yang di maksud dengan Muta’zilahnisme ? dan bagaimana konsepnya ?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Riwayat hidup Muhammad Abduh

Muhammad Abduh lahri didesa Mahallat, Propinsi Gharbiyah, Mesir pada tahun 1265 H atau 1849
M. Dengan Ayahnya bernama Abduh Ibn Hasan Khairullah, berasal turki dan ibunya seorang
arabyang silsilahnya sampai pada Umar bin Khattab. Muhammad abduh berasal dari keluarga petani
yang sederhana taat beibadah dan cinta ilmu.[1]
Sejak kecil ia belajar membaca dan menulis dengan orang tuanya sendiri . dalam waktu dua tahun ia
sudah hafal seluruh isi al-Qur’an. Muhammad abduh meneruskan pendidikannya di Thanta, tetapi ia
tidak cocok dengan sistem pengajarannya karena mengutamakan hafalan tanpa pemahaman dan
pengertian. Akhirnya ia pulang kerumahnya tetapi oleh orang tuanya tetap meminta Muhammda
Abduh melanjutkan sekolahnya . maka ia kembali ke Thanta dan belajar kepada Syekh Darwisi.

Setelah menyelesaikan pendidikan di thanta,ia meneruskan pendidikannya di Al-azhar, tetapi ia


sangat kecewa karena ia hanya memperoleh pendidikan agama saja dan sistem pengajarannya tidak
berbeda dengan sistem pengajaran di thanta. Akhirnya ia bertemu dengan Jamaluddin Al-afghani
dan ia memperoleh pengetahuan filsafat, ilmu kalam, matematika, teologi, politik dan jurnalis. Ia
menyatakan bahwa metode pengajaran di Al-Azhar hanya bersifat verbalis yang hanya akan merusak
akal dan nalar manusia. Rasa kecewa itulah yang menyebabkan ia menekuni berbagai masalah
agama, sosial, politik, dan kebudayaan. Termasuk terlibat dalam politik praktis yang menyebabkan
ia di asingkan ke luar negeri (perancis) dengan tuduhan mendukung kegiatan pemberontakan yang
di motori oleh ‘Urabi Pasya pada tahun 1882.[2]

Di Paris ia semakin bersemangat melancarkan kegiatan politik dan dakwahnya yang tidak hanya
ditujukan untuk mesir namun untuk seluruh umat islam di dunia. Bersama jamaludin al-afgani ia
menerbitkan majalah dan gerakan yang disebut dengan al-urwatul wutsqo. Ide gerakan ini
membangkitnkan semangat umat islam didunia untuk melawan barat. Sayangnya usia majalah in
tidak lama sebab pemerintah barat melarang majalah ini masuk kedaerah-daerah yang dikuasainya .
setelah penerbitannya dihentikan, Muhammad Abduh ke Tunis, kemudian kembali ke Bairut, dan
disanalah ia menyelesaikan karyanya yang berjudul risalah al-tauhid dan menulis beberapa buah
buku lainnya . [3]

B. Latar belakang dan tujuan pembaharuan

a. Latar belakang

Keadaan masyarakat Eropa sesungguhnya telah menanamkan benih pengaruhnya sejak kedatangan
ekspedisi prancis (Napoleon) ke Mesir pada tahu 1798. Namun secara jelas mulai dirasakan
Muhammad Abduh pada saat ia menimba ilmu gerbang Al-Azhar. Waktu itu, lembaga pendidikan
tersebut para pembina dan ulamanya telah terbagi kedalam dua kelompok. Kelompok pertama
menganut pola taqlid,yang mana kelompok ini adalah yang mayoritas, yakni mengajarkan kepada
siswa bahwa pendapat-pendapat ulama terdahulu hanya sekedar dihapal, tanpa mengantarkan pada
usaha penelitian, perbandingan dan pentarjihan. Sedangkan kelompok kedua menganut pola tajdid
(pembaharu) yang menitik beratkan uraian-uraian mereka ke arah penalaran dan pengembangan
rasa.kelompok ini adalah kelompok minoritas.

Pengetahuan Abduh tentang ilmu tasawuf dan dukungan Syekh Darwisy agar ia selalu mempelajari
berbagai bidang ilmu, yang dipelajari ketika masih muda dulu, maka tidak mengherankan jika Abduh
lebih memihak kepada kelompok minoritas yang ketika itu dipelopori oleh Syekh Hasan Al -Thawil
yang telah mengajarkan filsafat dan logika jauh sebelum Al-Azhar mengenalnya. [4]

Pada sisi lain pertemuan Abduh dengan Al-Afgani menjadikan Abduh aktif dalam berbagai bidang
sosial dan politik, dan kemudian mengantarkannya untuk bertempat tinggal di Paris, menguasai
bahasa Prancis, menghayati kehidupan masyarakatnya, serta berkomonikasi dengan pemikir-pemikir
Eropa ketika itu.

b. Tujuan pembaharuan

1. Modernisasi

Dari latar belakangnya, Abduh berusaha merombak dan melakukan penyesuaian ajaran Islam
dengan tuntutan zaman, seperti penyesuaian dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
tekhnologi. Ide penyesuaian inilah yang pada akhirnya disebut dengan moderniasasi. Sumber dari
gagasan modernisasi Abduh tersebut bersumber dari penentangannya terhadap taqlid.

menurut Muhammad Abduh, Al-Qur’an memerintahkan kepada ummatnya untuk menggunakan


akal sehat mereka, serta melarangnya mengikuti pendapat-pendapat terdahulu tanpa mengikuti
secara pasti hujah-hujah yang menguatkan pendapat tersebut.

2. Purifikasi

Purifikasi atau pemurnian ajaran islam telah mendapat tekanan serius dari Muhammad
Abduh berkaitan dengan munculnya bid’ah dan khurafah yang masuk dalam kehidupan beragama
kaum muslimin.

3. Reformasi

Dengan agenda reformasinya, Muhammad Abduh berambisi untuk melenyapkan sistem


dualisme dalam pendidikan di Mesir. Dia menawarkan kepada sekolah modern agar menaruh
perhatian pada aspek agama dan moral. Dengan mengandalkan aspek intelektual saja sekolah
modern hanya akan melahirkan pendidikan yang merosot moralnya

Terhadap sekolah agama, seperti Al-Azhar, Muhammad Abduh menyarankan agar melakukan
perubahan menjadi lembaga pendidikan yang mengikuti sistem pendidikan modern. Sebagai langkah
awal, ia telah memperkenalkan ilmu-ilmu Barat kepada Al-Azhar, disamping tetap menghidupkan
ilmu-ilmu Islam klasik yang orisinil, seperti Muqodimah karya Ibnu Khaldun.
Reformasi pendidikan pada perguruan tinggi Islam yang dilakukan Muhammad Abduh memfokuskan
pada Universitas almamaternya, Al-Azhar. menurutnya bahwa kewajiban belajar itu tidak hanya
mempelajari buku-buku kelasik berbahasa Arab yang berisi dogma ilmu kalam untuk membela Islam.
Namun juga harus mempelajari sains-sains modern, serta sejarah dan agama Eropa, agar diketahui
sebab-sebab kemajuan yang telah mereka capai.

Usaha awal reformasi Muhammad Abduh adalah memperjuangkan matakuliah filsafat agar diajarkan
di Al-Azhar. Dengan belajar filsafat, semangat intlektualisme Islam yang vakum selama beberapa
dekade diharapkan hidup kembali. .[5]

4. Pembelaan Islam

Melalui Risalah Al-Tauhidny, Muhammad Abduh tetap mempertahankan potret diri Islam.
Hasratnya untuk menghilangkan unsur-unsur asing merupakan bukti ia tetap yakin dengan
kemandirian Islam.

5. Reformulasi

Muhammad Abduh melakukan reformulasi dengan cara membuka kembali pintu ijtihad.
Menurutnya, kemunduran kaum muslim disebabkan oleh dua faktor, yaitu internal dan ekternal.
Muhammad Abduh dengan reformulasinya menegaskan bahwa Islam telah membangkitkan akal
pikiran manusia dari tidur panjangnya.[6]

C. Konsep Muta’zilahisme

Tulisan-tulisan tentang teologi pemikran Muhammad Abduh telah muncul dalam berbagi majalah,
namun tak satupun tulisan yang menjelaskan corak sebenarnya tentang teologi Muhammad
Abduh.karena memang hanya membahas pendapat-pendapat teologi Muhammad Abduh bukan
sistem teologinya .

Dengan memperbandingkan pendapat teologi tertentu dengan teologi sejenis dari aliran-aliran yang
ada, para penulis berbeda kesimpulannya tentang teologi pembaharuan ini.

Menurut adams, teologi Muhammad Abduh termasuk kedalam aliran Ahlusunnah. Tambahnya, pada
dasarnya memang tidak jauh berbeda dengan teologi pada umumnya yang diterima. Lebih jauh
horten berpendapat bahwa Muhammad Abduh dalam banyak hal mengikuti Ahlusunnah secara
ekstrim. Menurut Hourani menyebutkan bahwa teologi Muhammad Abduh bercorak al-Ghazali dan
al-Maturidi, serta dipengaruhi Muta’zilah.[7]
Mengetahui corak teoliginya sebenarnya sangat penting karena untuk mengetahui relevansi
pemikiran-pemikiran pembaharuannya dengan zaman kemajuan ilmu pengetahuan dan dan
teknologi yang sangat pesat dewasa ini.

Dalam buku Risalah al-Tawhid dan Hasyiah ala Sharh al-Dawwani li Al-Aqaid al-Adudiah dapat di
tarik kesimpulannya . kalau dalamRisalah ia berpendapat netral, sedang didalam Hasyiah ia
memihak. Buku ini akan membantu mengetahui corak teologi Muhammad Abduh yang sebenarnya
.[8]

BAB III

KESIMPULAN

Syeikh Muhammad Abduh berjasa dalam memberi gambaran yang jelas tentang keperluan
umat Islam kepada pembaharuan, khususnya dalam bidang pendidikan. Ide pembaharuan Syeikh
Muhammad Abduh dalam bidang pendidikan, khususnya di Universitas Al-Azhar telah memberi
kesan yang mendalam terhadap perkembangan ilmu pengetahuan umat Islam. mengganti metode
pengajaran yang bersifat hafalan kepada penalaran atau lebih dekat dengan diskusi.

Masalah persatuan umat Islam difokuskan kepada masalah-masalah pokok dan penting kaum
Muslimin, penekanan akan peran akal dan menghindari bertaqlid, mendinamiskan peran ijtihad dan
penekanan terhadap masalah kemerosotan masyarakat Muslim dan penyimpangan-penyimpangan
terhadap ajaran Islam.

DAFTAR PUSTAKA

LKS kelas XII. Sejarah Kebudayaan Islam, Surakarta: Putra Nugraha.

Madjid, Nurcholish. 1994. Khazanah Intelektual Islam, Jakarta: Bulan Bintang.

Nasution, Harun.1996. Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta:
Bulan Bintang.

Nasution, Harun.1987. Muhammad Abduh dan Teologi Rasional Mu’tazilah, Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia.

Nizar, Samsul. 2009. Sejarah Pendidikan Islam; Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era
Rsullullah Sampai Indonesia, Jakarta: Kencana.
Rahman, Fazlur. 1995. Islam dan Modernitas: Tentang Transformasi Intlektual, terj. Ashin
Muhammad, Bandung: Pustaka.

[1] Lks Sejarah Kebudayaan Islam, Fitrah . h.10

[2] Lks Sejarah Kebudayaan Islam, Fitrah . h.11

[3] Harun Nasution, Muhammad Abduh dan teologi… , h.17

[4] Harun Nasution , PMDI Sejarah Pemikran dan gerakan, , h.61

[5] Fazlur Rahman, Islam dan Modernitas: Tentang Transformasi ... , h,70

[6] Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam; Menelusuri Jejak… , h.246

[7] Harun Nasution, Muhammad Abduh dan teologi… , h.3

[8] Harun Nasution, Muhammad Abduh dan teologi… , h.4

Iklan

Share this:

 Facebook
 Twitter

Terkait

ISLAM DI ANDALUSdalam "Sejarah Peradaban Islam"

Nabi Tidak menikahi aisyah saat 9TH !!!dalam "Artikel"

Kedudukan Tasawuf dalam Islamdalam "3. Kedudukan Tasawuf dalam Islam"

Pos ini dipublikasikan di tokoh : Muhammad Abduh. Tandai permalink.


Navigasi pos

← ISLAM DI ANDALUS

Ilmu kalam →

Tinggalkan Balasan

Cari

Tulisan Terbaru

 Nabi Tidak menikahi aisyah saat 9TH !!!


 Kumpulan SMS Gombal
 Puisi sakit Hati

Menu Utama

 About
 Contact
 Forum
 situs Pribadi

Kategori

 Artikel
o Kumpulan Sms Gokil
o Kumpulan SMS Gombal
o Puisi
 Puisi untuk nta :D
 Siluet Cinta
 Seputar agama Islam
o Ilmu Kalam
o Lama Masa Haid
o Sejarah Peradaban Islam
o tokoh : Muhammad Abduh
 Tasawuf
o 1. Mengenal Tasawuf
o 2. Landasan Tasawuf
o 3. Kedudukan Tasawuf dalam Islam
o 4. Media Meraih Kecerdasan Intelektual

Arsip

 Maret 2013 (13)

Blog di WordPress.com.

Anda mungkin juga menyukai