Anda di halaman 1dari 18

STRUKTUR TEORI AKUNTANSI

Dosen Pengampu : Widiar Onny Kurniawa, SE. M.Ak

Nama Kelompok 5 :

1. Nugroho Taslim (161600005)


2. Achmad Rofiqul Hamzah (161600007)
3. Rahmania Karomatul Adha (161600025)
4. Miranda Regina Cahyani (161600183)
5. Rizka May Anggraini (161600205)
6. Mohamad Agung Prastyo (161600221)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

Dalam mendefinisikan akuntansi terdapat pandangan yang berbeda- beda. Pada


perkembangan saat ini, akuntansi dapat kita definisikan dengan mengacu pada konsep informasi.
Akuntansi adalah aktivitas jasa. Fungsinya adalah menginformasikan informasi yang kuantitatif,
terutama yang bersifat keuangan.

Para akuntan memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang proses akuntansi dalam
menguraikan perbedaan teori akuntansi. Sebeleum menguji pendekatan dalam perumusan teori
akuntansi, akan lebih baik apabila dilakukan pengujian terlebih dahulu kepada prinsip-prinsip
keuangan yang sudah berkembang saat ini.

Tujuan utama teori akuntansi adalah menyajikan suatu dasar dalam menjelaskan perilaku
serta kejadian akuntansi. Maka dari itu dalam tulisan ini, penulis akan menjelaskan tentang subab
“struktur teori akuntansi” secara detail.

BAB II
PEMBAHASAN

Batasan utama dari teori akuntansi telah didefinisikan sebelumnya sebagai pengukuran
dan komunikasi data yang mengungkapkan aktivitas ekonomi yang terdiri atas tiga elemen:

1. Data yang mengungkapkan aktivitas ekonomi

2. Pengukuran dari data yang mengungkapkan aktivitas ekonomi

3. Komunikasi dari data yang mengungkapkan aktivitas ekonomi

Akan tetapi, apresiasi penuh dari lingkup akuntansi saat ini dan masa depan bergantung
tidak hanya pada pemahaman atas teknik-teknik akuntansi tetapi juga pada pemahan atas struktur
teori akuntansi dari mana teknik-teknik tersebut diturunkan.

A. HAKIKAT DARI STRUKTUR TEORI AKUNTANSI

Apapun pendekatan dan metedologi yang digunakan dalam formulasi suatu teori
akuntansi (deduktif atau induktif, normatif atau deskriptif), kerangka refensi yang dihasilkan
didasarkan pada sekelompok elemen dan hubungan yang mengatur pengembangan teknik
akuntansi. Di bawh ini merupakan gambaran dari struktur teori akuntansi:

Elemen pertama, yaitu perumusan dari tujuan laporan keuangan. Ingat kembali
pentingnya tujuan dalam pengembangan dari struktur teori. Elemen ke empat, sekelompok
pengetahuan atau teknik untuk akuntan, adalah pokok bahasan dari mata kuliah-mata kuliah
lainnya yang berorientasi pada teknik dan tidak akan di bahas pada makalah ini. Dalam makalah
ini akan dibahas mengenai tiga elemen sisanya dari teori akuntansi, yang adalah:

 Dalil-dalil akuntansi
 Konsep teoritis dari akuntansi
 Prinsip-prinsip akuntansi

B. HAKIKAT DARI DALIL, KONSEP TEORITIS, DAN PRINSIP-PRINSIP


AKUNTANSI

Pengembangan dari dalil, konsep teoritis, dan prinsip-prinsip akuntansi selalu menjadi
salah satu tugas yang paling menantang dalam akuntansi. Kurangnya terminologi yang akurat,
yang telah diakui oleh kebanyakan ahli teori, telah memperburuk masalah. Littleton menyatakan
bahwa:

“Setiap buku biasanya berisi suatu campuran dari aksioma, konvensi, generalisasi, metode,
atura, dalil, praktik, prosedur, prinsip, dan standar. Istilah-istilah ini tidak mungkin seluruhnya
bersifat sinonim.”

Kebingungan semacam ini dapat dihindari dengan cara mempertimbangkan perumusan


dari struktur teori akuntansi sebagai suatu proses deduktif dan interaktif, dimana tujuan dari
akuntansi menyediakan dasar baik untuk dalil maupun konsep teoritis dari mana teknik tersebut
diturunkan. Pembahasan ini dimulai dengan definisi-definisi berikut:

1. Dalil akuntansi (accounting potsulate) adalah pernyataan atau aksioma yang sangat jelas,
umumnya diterima berdasarkan kesesuainnya terhadap laporan keuangan, yang menggambarkan
lingkungan ekonomi, politik, sosial, dan hukum di mana akuntansi harus beroperasi.

2. Konsep teoritis (theoretical concept) dari akuntansi juga merupakan pernyataan atau aksioma
yang sangat jelas, umumnya diterima berdasarkan kesesuaiannya terhadap tujuan laporan
keuangan, yang menggambarkan hakikat dari entitas akuntansi yang beroperasi dalam suatu
perekonomian bebas yang ditandai oleh kepemilikan pribadi atas properti.
3. Prinsip-prinsip akuntansi (accounting principles) adalah aturan pengembilan keputusan umum,
yang diturunkan baik dari tujuan maupun konsep teoritis akuntansi, yang mengatur
pengembangan teknik-teknik akuntansi.

4. Teknik-teknik akuntansi (accounting technique) adalah aturan-aturan khusus yang diturunkan


dari prinsip-prinsip akuntansi yang menerangkan transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian
tertentu yang dihadapi oleh antitas akuntansi tersebut.

C. DALIL-DALIL AKUNTANSI

1. Dalil Entitas

Akuntansi mengukur hasil dari operasi entitas tertentu, yang terpisah dan berbeda dari si
pemilik entitas tersebut. Dalil entitas (entity postulate) menganggap bahwa setiap perusahaan
adalah suatu unit akuntansi yang terpisah dan berbeda dari pemiliknya dan dari perusahaan-
perusahaan lain. Dalil ini mendefinisikan bidang perhatian akuntan dan membatasi jumlah objek,
kejadian dan atribut-atribut kejadian yang akan dimasukkan ke dalam laporan keuangan. Dalil ini
memungkinkan akuntan untuk membedakan antara transaksi bisnis dengan transaksi pribadi.
Dalil ini juga mengakui tanggung jawab fidusia dari manajemen kepada pemegang saham.

Cara lain mendefinisikan suatu entitas akuntansi adalah dalam hal kepentingan ekonomi
dari berbagai pengguna, dan bukannya aktivitas ekonomi dan pengendalian administrasi dari unit
tersebut. Pendekatan ini berorientasi pada pengguna daripada berorientasi pada perusahaan.
Kepentingan pengguna, dan bukannya aktivitas ekonomi dari perusahaan, mendefinisikan
batasan-batasan dari entitas akuntansi dan informasi yang akan dimasukkan dalam laporan
keuangan.

2. Dalil Kelangsungan Usaha


Dalil kelangsungan usaha (going-concern postulate), atau dalil kontinuitas, menganggap
bahwa entitas bisnis akan melanjutkan operasinya cukup lama untuk merealisasikan proyek,
komitmen, dan aktivitasnya yang berkelanjutan. Dalil ini mengasumsikan bahwa entitas tersebut
tidak diharapkan akan dilikuidasi di masa depan atau bahwa entitas tersebut akan berlanjut
sampai periode yang tidak dapat ditentukan. Dalil kelangsungan usaha juga dapat digunakan
untuk mendukung teori manfaat (benefit theory). Harapan akan manfaat masa depan mendorong
manajer untuk melihat ke depan dan memotivasi investor untuk membuat komitmen modal
kepada suatu perusahaan.

Beberapa teori akuntansi memilih untuk tidak memasukkan dalil kelangsungan usaha
dalam struktur teori akuntansi. Chambers memandang kelangsungan usaha sebagai suatu entitas
yang berada dalam kondisi likuidasi secara teratur yang terus menerus, dan bukannya suatu
entitas yang berada dalam kondisi likuidasi yang dipaksakan. Interpretasi atas kelangsungan
usaha ini sesuai dengan penggunaan “ekuivalen kas sekarang” yang diusulkan oleh Chambers
sebagai dasar penilaian. Ahli teori lainnya tidak memasukkan dalil kelangsungan usaha, karena
mereka berasumsi bahwa dalil tersebut tidak relevan terhadap struktur dari teori akuntansi

3. Dalil Unit Pengukuran

Suatu unit pertukaran dan pengukuran adalah perlu untuk menghitung transaksi dari
perusahaan secara seragam. Penyebut (denominator) umum yang dipilih dalam akuntansi adalah
unit moneter. Dapat dipertukarkannya barang, jasa, dan modal diukur dalam satuan uang. Dalil
unit pengukuran (unit-of-measure postulate) menganggap bahwa akuntansi adalah proses
pengukuran dan pengomunikasian aktivitas perusahaan yang dapat diukur dalam satuan uang

Namun, unit moneter mempunyai keterbatasan-keterbatasan yang melibatkan unit


moneter itu sendiri sebagai unit pengukuran. Tidak seperti satu meter yang panjangnya pastilah
100 sentimeter, daya beli dari unit moneter, misalnya dollar ($) atau rupiah (Rp.), dapat berubah
sepanjgan waktu. Profesi akuntan menghadapi tantangan untuk memilih antara unit uang dengan
daya beli umum sebagai unit pengukuran akuntansi.
4. Dalil Periode Akuntansi

Meskipun dalil kelangsungan usaha menganggap bahwa perusahaan akan tetap ada
selama periode yang tidak terbatas, pengguna mermelukan beragam informasi mengenai posisi
dan kinerja keuangan dari suatu perusahaan untuk membuat keputusan jangka pendek. Sebagai
tanggapan atas keterbatasan yang disebabkan oleh lingkungan pengguna, dalil periode akuntansi
(accounting-period postulate) menganggap bahwa laporan keuangan yang menggambarkan
perubahan dalam kekayaan perusahaan sebaiknya diungkapkan secara periodik. Durasi dari suatu
periode dapat bervariasi, tetapi hukum pajak penghasilan, yang mengharuskan penentuan laba
tahunan, dan praktik bisnis tradisional, menghasilkan periode waktu normal satu tahun.

D. KONSEP TEORITIS DARI AKUNTANSI

1. Teori Kepemilikan

Menurut Teori Kepemelikan (proprietary theory), entitas adalah agen, perwakilan, atau
pengaturan dimana wirausahan individual atau pemegang saham beroperasi. Tujuan utama dari
teori kepemilikan adalah penentuan dan analisis dari kekayaan bersih (net worth) pemilik. Oleh
karena itu, persamaan akuntansi adalah :

Aktiva – Kewajiban = Ekuitas Pemilik

Dengan kata lain, pemilik mempunyai aktiva dan kewajiban. Jika kewajiban dapat
dianggap sebagai aktiva negative, teori kepemilikan dapat dikatakan sebagai “berpusat pada”
aktiva dan sebagai akibatnya, berorientasi pada neraca. Aktiva dinilai dan neraca disusun untuk
mengukur perubahan dalam kepentingan atau kekayaan si pemilik. Dengan demikian, laba bersih
atas utang dan pajak penghasilan perusahaan adalah beban dividen adalah penarikan modal.

Teori kepemilikan dapat memiliki paling tidak dua bentuk, yang berbeda dalam hal siapa
yang dimasukkan dalam kelompok pemilik. Dalam bentuk pertama, hanya pemegang sahm biasa
yang menjadi bagian dari kelompok pemilik sementara pemegang saham preferen dikeluarkan.
Dengan demikian, dividen saham preferen dikurangkan ketika menghitung laba pemilik. Dalam
bentuk kedua teori kepemilikan, baik saham biasa maupun saham preferen dimasukkan dalam
ekuitas pemilik. Pandangan yang lebih luas dari teori ini memfokuskan perhatian pada bagian
ekuitas pemegang saham di neraca dan jumlah yang akan dikreditkan kepada semua pemegang
saham di laporan laba rugi.

2. Teori Entitas

Teori entitas (entity theory) memandang entitas sebagai sesuatu yang terpisah dan
berbeda dari mereka yang menyediakan modal bagi entitas tersebut. Sederhananya, unit bisnis,
dan bukannya pemilik, yang menjadi pusat dari kepentingan akuntansi. Oleh karena itu,
persamaan akuntansinya adalah :

Aktiva = Ekuitas

Aktiva = Kewajiban + Ekuitas Pemegang saham

Teori entitas paling sesuai bagi bentuk perusahaan dari usaha bisnis, yang terpisah dan
berbeda dari pemiliknya. Dampak dari teori entitas dapat ditemukan dalam beberapa teknik
akuntansi dan terminology yang digunakan dalam praktik. Pertama, teori entitas lebih memilih
penggunaan penilaian persediaan dengan LIFO dan bukannya FIFO, karena penilaian LIFO
menghasilkan penentuan laba yang lebih baik, akibat penerapannya dalam teori kepemilikan.
Kedua, definisi umum dari pendapatan sebagai produk dari perusahaan dan beban sebagai barang
dan jasa yan dikonsumsi untuk memperoleh pendapatan ini adalah konsisten dengan pandangan
teori entitas dengan indeks kinerja dan akuntabilitas terhadap pemegang ekuitas. Ketiga,
penyusunan laporan konsolidasi dan pengakuan atas kelas kepemilikan minoritas sebagai
tambahan pemegang ekuitas adalah juga konsisten dengan teori entitas. Terakhir, baik teori
entitas, dengan penekanannya pada penentuan laba yang sesuai bagi pemegang saham maupun
teori kepemilikan dengan penekanannya pada penlaian aktiva yang tepat, dapat dipandang
sebagai memihak penggunaan nilai sekarang, atau dasar penilaian selain biaya historis.

3. Teori Dana
Dalam teori dana (fund theory) dasar akuntansi bukanlah pemilik maupun entitas, melainkan
sekolompok aktiva dan kewajiban serta pembatasan yang terkait, yang disebut dana, yang
mengatur penggunaan aktiva tersebut. Persamaan akuntansinya adalah :

Aktiva = Pembatasan Aktiva

Teori dana terutama berguna bagi pemerintah dan organisasi nirlaba.Contohnya adalah Rumah
Sakit, Universitas, kota dan unit pemerintahan.

Jumlah dana yang digunakan oleh institusi nirlaba mana pun bergantung pada jumlah dan
jenis aktivitas atas mana restriksi hokum diberlakukan mengenai penggunaan aktiva yang
dipercayakan kepada organisasi tersebut. Misalnya saja, delapan utama berikut ini
direkomendasikan bagi administrasi keuangan yang bagus dari suatu unit pemerintahan :

1. Dana Umum (General Fund)


2. Dana Pendapatan Khusus (Special Revenue Fund)
3. Dana Pelunasan Utang (Debt Service Funds)
4. Dana Proyek Modal (Capital Projects Funds)
5. Dana Perusahaan (Enterprise Funds)
6. Dana Perwalian dan Agensi (Trust and Agency Funds)
7. Dana Layanan Antarpemerintah (Trust and Agency Funds)
8. Dana Pungutan Khusus (Special Assessment Funds)

E. PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI

1. Prinsip Biaya

Menurut prinsip biaya, biaya perolehan atau biaya historis adalah dasar penilaian yang
sesuai untuk mengakuisisi dari seluruh barang dan jasa, beban, biaya, dan ekuitas.

APB statement no.4 mendefinisikan biaya sebagai berikut:


Biaya adalah jumlah yang diukur dalam uang, dari kas yang dkeluarkan atau property lain
yang ditransfer, modal saham yang dikeluarkan, jasa yang diberikan, atau kewajiban yang terjadi
dalam hubungannya dengan barang atau jasa yang telah atau akan diterima.

2. Prinsip Pendapatan (Revenue Recognition)

Pendapatan adalah aliran masuk harta-harta (aktiva) yang timbul dari penyerahan barang
atau jasa yang dilakukan oleh suatu unit usaha selama suatu periode tertentu. Dasar yang
digunakan untuk mengukur besarnya pendapatan adalah jumlah kas atau ekuivalennya yang
diterima dari transaksi penjualan dengan pihak yang bebas.

3. Prinsip Mempertemukan (Matching Principle)

Yang dimaksud dengan prinsip ini adalah mempertemukan biaya dengan pendapatan
yang timbul karena biaya tersebut. Prinsip ini berguna untuk menentukan besarnya penghasilan
bersih setiap periode. Prinsip ini biasanya diterapkan saat kita membuat jurnal penyesuaian.
Dengan adanya prinsip ini kita harus menghitung berapa besarnya biaya yang sudah benar-benar
menjadi beban kita meskipun belum dikeluarkan, dan berapa besarnya pendapatan yang sudah
benar-benar menjadi hak kita meskipun belum kita terima selama periode berjalan.

4. Prinsip Objektivitas

Prinsip objektivitas menyatakan bahwa teori akuntansi bebas dari bias personal
pengukurnya, pengukurannya merupakan pengukuran variabel dan didasarkan pada bukti,
merupakan konsensus di antara kelompok pengamat atau pengukur tertentu, digunaka sebagai
indikator tingkat objektivitas suatu sistem pengukuran.
5. Prinsip Konsistensi

Prinsip ini menyatakan bahwa peristiwa ekonomi yang serupa seharusnya dicatat dan
dilaporkan secara konsisten dari periode ke periode. Penerapan ini membuat laporan keuangan
menjadi lebih komparabel dan berguna.

Metode dan prosedur-prosedur yang digunakan dalam proses akuntansi harus diterapkan
secara konsisten dari tahun ke tahun. Konsistensi tidak dimaksudkan sebagai larangan
penggantian metode, jadi masih dimungkinkan untuk mengadakan perubahan metode yang
dipakai. Jika ada penggantian metode, maka selisih yang cukup berarti (material) terhadap laba
perusahaan harus dijelaskan dalam laporan keuangan, tergantung dari sifat dan perlakukan
terhadap perubahan metode atau prinsip tersebut.

6. Prinsip Pengungkapan Penuh

Yang dimaksud dengan prinsip ini adalah menyajikan informasi yang lengkap dalam
laporan keuangan. Hal ini diperlukan karena melalui laporan keuanganlah kita dapat mengetahui
kondisi suatu perusahaan dan mengambil keputusan atas perusahaan tersebut. Apabila informasi
yang disajikan tidak lengkap, maka laporan keuangan tersebut bisa menyesatkan para
pemakainya.

Prinsip ini menyatakan bahwa tidak ada informasi penting atau kepentingan bagi rata-rata
investor yang disembunyikan.

7. Prinsip Konservatisme

Prinsip konservatisme merupakan prinsip pengecualian atau modifikasi, artinya bahwa


prinsip tersebut bertindak sebagai batasan untuk penyajian data akuntansi yang relevan dan dapat
dipercaya.Prinsip ini menyatakan bahwa ketika memilih diantara dua atau lebih tehknik
akuntansi yang dapat diterima, maka preferensinya adalah memilih yang paling kecil dampaknya
terhadap ekuitas pemegang saham. Prinsip ini, dalam akuntansi konvesional berkaitan dengan
ketidakpastian, umumnya digunakan untuk mengartikan bahwa akuntan harus melaporkan yang
terendah dari beberapa nilai yang mungkin untuk aktiva dan pendapatan; dan yang tertinggi dari
beberapa nilai yang mungkin untuk kewajiban dan beban. Ini berarti bahwa beban harus diakui
segera dan pendapatan harus diakui nanti, bukan segera. Oleh karena itu, aktiva bersih lebih
cenderung diakui dibawah nilai harga pertukaran kini daripada di atasnya; dan perhitungan laba
mungkin menghasilkanyang terendah dari beberapa jumlah alternatif. Jadi, pesimisme
diasumsikan lebih baik daripada optimisme dalam pelaporan keuangan. Hendriksen dan Breda
menilai prinsip konservatisme ini sebagai metode yang sangat buruk untuk menghitungkan
adanya ketidakpastian dalam penilaian dan laba. Konservatisme mempunyai pengaruh yang
berubah-ubah, oleh karena itu data yang dikumpulkan secara konservatif tidak dapat
diinterprestasikan dengan tepat bahkan oleh pembaca yang sangat terinformasi. Konservatisme
juga bertentangan dengan tujuan mengungkapkan semua informasi yang relevan.

8. Prinsip Materialitas

Prinsip materialitas (materiality principles) adalah suatu prinsip pengecualian atau


modifikasi. Prinsip ini menganggap bahwa transaksi dan kejadian yang memilikindampak
ekonomi yang tidak signifikan dapat ditangani secara sangat cepat, tanpa memedulikan apakah
hal tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau tidak dan tidak perlu
disclosure.

Berkaitan dengan aplikasi prinsip materialitas, APB Statement nomor 4 mengemukakan


bahwa laporan keuangan hanya berkaitan dengan pengungkapan informasi yang berpengaruh
secara signifikan terhadap evaluasi dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh para
pemakai informasi. Sedangkan APB Opinion Nomor 22 merekomendasikan pentingnya
disclosure tentang semua kebijakan atau prinsip yang berpengaruh material terhadap posisi
keuangan, hasil operasi dan perubahan posisi keuangan.

The Accountant’s International Study Group (1974) mengemukakan karakteristik materialitas


sebagai berikut :
“Materialitas merupakan persoalan esensial dalam professional judgment. Suatu item dianggap
material jika diketahui bahwa item tersebut berpengaruh besar terhadap evaluasi dan
pengambilan keputusan para pemakai laporan keuangan”

Pedoman atau criteria yang jelas untukdigunakan dalam menetapkan tingkat materialitas yaitu :

 Size approach, penetapan materialitas dilakukan berdasarkan hubungan antara ukuran


atau jumlah item dengan variable lain yang relevan, misalkan income.
 The change criterion approach, dalam criteria kedua ini penetapan materialitas dilakukan
berdasarkan evaluasi pengaruh suatu item terhadap tren atau perubahan antarperiode.

9. Prinsip keseragaman dan komparabilitas

Prinsip keseragaman menyangkut penggunaan prosedur yang sama dengan yang


dilakukan oleh perusahaan lain. Tujuan yang diharapkan dari prinsip keseragaman adalah untuk
mencapai daya banding laporan keuangan diantara beberapa perusahaan,dengan mengurangi
perbedaan dalam penggunaan prosedur akuntansi.

Dukungan utama untuk keseragaman (uniformity) adalah klaim bahwa hal itu akan :

 Mengurangi keseragaman pengguna prosedur akuntansi dan ketidakcukupan praktik-


praktik akuntansi
 Memungkinkan perbandingan yang berarti atas laporan keuangan dari perusahaan
berbeda
 Memperbaiki kepercayaan pengguna dalam laporan keuangan
 Mengarah kepada investasi dan peraturan pemerintah mengenai praktik akuntansi.

Dukungan utama untuk fleksibilitas adalah klaim bahwa :

 Penggunaan prosedur akuntansi yang seragam untuk mencerminkan transaksi yang sama
yang terjadi dalam banyak kasus memiliki rasio menyembunyikan perbedaan yang
penting antar kasus
 Komparabilitas adalah suatu cita-cita yang bersifat utopia
 “Perbedaan dalam situasi” atau “variable situasi” membutuhkan perlakuan yang berbeda.
Sehingga pelaporan perusahaan dapat menanggapi situasi dimana transaksi dan kejadian
terjadi.

10. Ketepatan waktu dari laba dan konservatisme akuntansi

Ketepatan waktu dari laba akuntansi (timeliness of accounting earnings) adalah sejauh
mana laba akuntansi periode sekarang memasukan laba ekonomi periode sekarang. Laba
ekonomi (economic income) dan laba akuntansi (accounting Income) yang dijumlahkan selama
umur dari perusahaan adalah identik,keduanya berbeda dalam jangka pendek. Laba ekonomi
segera mengakui perubahan dalam perkiraan nilai sekarang atas arus kas masa depan, sementara
laba akuntansi menggunakan prinsip “pengakuan” untuk memasukan perubahan yang sama
secara perlahan-lahan sejalan dengan waktu.

Konservatisme (conservatism) adalah sampai sejauh mana laba akuntansi periode


sekarang secara asimetris memasukan kerugian ekonomi, relative terhadap keuntungan ekonomi

F. KEBENARAN DALAM AKUNTANSI

1. Pemikiran mengenai kebenaran dalam filosofi

Kebenaran berkaitan dengan pelaporan dari kejadian atau terdapatnya kondisi masalah.
Kebenaran tersebut dapat dinyatakan secara berbeda

• Hal tersebut dapat berupa kebenaran sebagai kesesuaian ketika proposisi tersebut
adalah benar jika sesuai dengan fakta.
• Hal tersebut dapat berupa kebenaran sebagai koherensi ketika prosisi tersebut adalah
benar karena koheren dengan proposisi lain
• Hal tersebut dapat berupa kebenaran sebagai “apa yang berlaku”, mengimplikasikan
bahwa proporsi yang benar adalah apa yang berlaku
Perbedaan dapat dibuat antara kebenaran dengan kepalsuan proposisi serta keyakinan orang
mengenai keduanya. Keyakinan tidak selalu berhubungan dengan kondisi masalah.

Kebenaran dari proposisi dapat dipastikan dengan tingkat kompleksitas yang berbeda.
Proposisi analitis, seperti “seluruh akuntan Amerika adalah orang Amerika.” Adalah jelas benar
tanpa pembuktian lebih lanjut, karena bentuk negative dari proposisi itu adalah “saling
berlawanan” (self contradictory).

2. Kemungkinan dan kebenaran dalam Akuntansi

a. Kebenaran sebagai netralitas

Pertama, kesulitannya adalah mengetahui fakta. Kedua, kesulitan untuk


menggambarkannya. Sekarang sangat dipahami bahwa catatan kejadian tidak dapat dipisahkan
dari si pencatat. Tidak ada sejarah yang tidak mengandung bias.

Untuk menghindari dimasukkannya bias dalam pengetahuan gambaran dan komunikasi


fakta, akuntan diharapkan bersikap netral. Karakteristik penting dari informasi yang disediakan
adalah “bebas dari bias” atau netral. Netralitas (neutrality) dianggap sebagai karakteristik
kualitatif penting dari informasi akuntansi. Netralitas, dalam konteks ini, mengacu pada tiadanya
bias dalam penyajian informasi atau laporan akuntansi. Informasi akuntansi adalah benar karena
hal tersebut sesuai dengan fakta.

b. Kebenaran sebagai objektivitas

Objektivitas telah memperoleh paling tidak empat arti :

1. Pengukuran yang impersonal atau berada di luar pikiran dari orang yang melakukan
pengukuran
2. Pengukuran yang didasarkan pada bukti yang dapat diverifikasi
3. Pengukuran berdasarkan suatu kesepakatan dari para ahli yang memiliki kualifikasi
4. Kecilnya penyebaran statistic dari pengukuran atribut ketika dilakukan oleh pengukur
yang berbeda.
Keunggulan dari penyebaran sebagai criteria objektivitas adalah dapat diterapkannya
criteria tersebut terhadap prediksi sebelum dapat divalidasi oleh analisis korelasi. Kedua,
Penyebaran dapat dinyatakan sebagai suatu kontinum. Keunggulan lainnya dari penyebaran
adalah kemampuannya untuk menguji hipotesis hubungan dari perubahan yang disebabkan oleh
modifikasi terhadap salah satu dari parameter pengukuran seperti atribut, objek, pengukur, dan
lain-lain.

c. Kebenaran, objektivitas, dan keandalan

Keandalan mengacu pada “kualitas yang memungkinkan pengguna data untuk


mengandalkannya dengan penuh keyakinan sebagai perwakilan dari apa yang diwakili oleh data
tersebut”. Dengan demikian keandalan informasi tergantung pada tingkat kejujuran dalam
penyajian suatu kejadian. Keandalan akan berbeda antarpengguna, tergantung pada tingkat
pengetahuan mereka akan aturan-aturan yang digunakan untuk menyusun informasi tersebut.
Secara serupa, pengguna yang berbeda mungkin mencari informasi dengan tingkat keandalan
yang berbeda.

Masalah lain yang timbul dari fakta bahwa criteria penyebaran dapat diterapkan baik pada
penilaian maupun predictor sementara criteria pemindahan hanya berlaku pada ukuran penilaian,
bukan pada ukuran predictor.

e. Kebenaran dan peran akuntansi

Bagian ini adalah perbandingan antara berbagai kelompok akuntan yang berbeda.
Hubungan tersebut adalah antara objektivitas dengan tingkat kekerasan (hardness). Objektivitas
dalam kasus ini adalah tingkat kesepakatan yang tinggi antara beragam kelompok akuntan,
dalam pengertian bahwa kelompok akuntan yang berbeda menghasilkan sekelompok ukuran.

Hasil pengukuran dalam situasi yang kompetitif sering kali mengungkapkan lebih banyak
dibandingkan dengan hasil dalam situasi netral. Hal ini disebabkan karena orang mungkin saja
mengabaikan banyak hal ketika mereka netral dan tidak peduli terhadap hasil dari pengukuran
tersebut. Mereka cendurung menoleransi ambiguitas selama pilihan mereka tidak dianggap
“keluar jalur”. Dalam lingkungan yang kompetetif, tidak “keluar jalur” belumlah mencukupi.
Seseorang harus menjustifikasi pilihannya dengan alasan yang lebih kuat. Dengan demikian
tingkat dari ambiguitas disoroti oleh perbedaan dalam ukuran yang dihasilkan oleh kedua pihak
dengan kepentingan yang saling berlawanan.

f. Mustahilnya kebenaran dalam akuntansi

Kebenaran dalam akuntansi mengimplikasikan kebutuhan untuk menghindari


kerahasiaan. Kerahasiaan adalah tindakan menutupi fakta atau menahan informasi mengenai hal
tersebut atau bukti mengenai hal tersebut agar tidak sampai ke public yang berkepentingan yang
dapat memperoleh manfaat untuk mengetahui hal tersebut.

Kerahasiaan berbeda dalam hal ini dengan kebohongan, pelanggaran janjim kekerasan
dan praktik-praktik lain untuk mana beban pembuktian berada di pundak mereka yang
tergantung pada hal tersebut. Sebaliknya, kerahasiaan berbeda dari kebenaran, pertemanan, dan
praktik-praktik lain yang memiliki anggapan yang menguntungkan.

Jelas bahwa teori akuntansi tidak dapat dikatakan terdiri atas penjelasan-penjelasan
ilmiah. Tidak terdapat hokum akuntansi abadi yang dapat dibandingkan dengan hokum abadi
dari alam tidak ada pengujian dan eksperimen terkendali untuk menghasilkan data yang dapat
ditetapkan sebagai rumus matematika untuk menyatakan hubungan yang ada.
BAB III

KESIMPULAN

Aturan-aturan akutansi yang ada saat ini didasarkan pada fondasi teori akuntansi. Fondasi
ini terdiri atas elemen-elemen yang bersifat hierarki yang berfungsi sebagai kerangka referensi
atau struktur teoritis. Suatu pemahaman atas elemen-elemen ini dan hubungan dari teori
akuntansi menjamin suatu pemahaman atas rasional di balik praktik actual dan masa depan.
Laporan keuangan yang disajikan dalam laporan akuntansi formal hanyalah cerminan dari
penerapan struktur teoritis akuntansi. Yang paling terdepan dari agenda badan akuntansi
sebaiknya merupakan formulasi dari elemen-elemen teori akuntansi.

Anda mungkin juga menyukai