Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN KASUS

Wound Dehiscence

Disusun oleh :
Winda Wiranti
030.14.200

Pembimbing :
dr. Indrawan Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN


PENYAKIT KANDUNGAN
RUMAH SAKIT UMUM KARDINAH TEGAL
PERIODE 5 NOVEMBER 2018 – 12 JANUARI 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala karena atas berkat,
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini yang
berjudul “Wound Dehiscence” dengan baik dan tepat waktu. Laporan kasus ini dibuat untuk
memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan di RSUD
Kardinah Periode 5 November 2018 - 12 January 2019. Dalam menyelesaikan laporan kasus,
penulis mendapatkan bantuan dan bimbingan, untuk itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Indrawan, Sp.OG selaku pembimbing yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk menimba ilmu dan menjalani Kepaniteraan Klinik Stase Ilmu Ilmu
Kebidanan dan Penyakit Kandungan di RSUD Kardinah
2. Bidan dan staf yang bertugas di RSUD Kardinah.
3. Serta rekan-rekan Kepaniteraan Klinik selama di RSUD Kardinah.

Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih memiliki kekurangan, maka dari itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak agar
laporan kasus ini dapat menjadi lebih baik lagi. Semoga pembuatan laporan kasus ini dapat
memberikan manfaat, yaitu menambah ilmu pengetahuan bagi seluruh pembaca, khususnya
untuk rekan-rekan kedokteran maupun paramedis lainnya dan masyarakat pada umumnya.

Tegal, Desember 2018

Winda Wiranti
030.14.200 FK USAKTI
BAB I
STATUS PASIEN
1.1 Identitas Pasien
Nama : Ny. J
Usia : 28 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Tegalwangi, Talang, Jawa Tengah
Waktu Pemeriksaan : 12 Desember 2018
1.2 Anamnesis
Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 12 Desember 2018 pukul 09.00 WIB di
bangsal Mawar II RSUD Kardinah Tegal.
Keluhan Utama
Terdapat luka terbuka pada perut bagian bawah sejak 5 hari SMRS
Keluhan Tambahan
Adanya darah segar berwarna merah yang merembes dari bekas luka bekas
operasi Sectio Caesaria
Riwayat penyakit Sekarang:
Pasien mengatakan bahwa luka bekas Sectio Caesaria terbuka sejak 5 hari
SMRS. Luka dirasakan sedikit nyeri pada bagian jahitan terasa gatal dan terdapat
rembesan darah berwarna merah segar yang dirasakan hilang timbul. Pasien mengaku
post Sectio Caesaria belum pernah kontrol ke Puskesmas ataupun poliklinik dan pasien
tidak mengkonsumsi obat yang diberikan kepada pasien post rawat dari rumah sakit
selama 5 hari. Selain itu perban yang menutupi luka bekas Sectio Caesaria sering
terkena air saat membersihkan kemaluan setelah buang air. Menurut pengakuan pasien
sejak pasien mau melahirkan sampai kontrol ke poli klnik post Sectio Caesaria pasien
belum mandi. Selama di rumah pasien sering menggunakan kain gurita pada bagian
perut. Dalam hal makanan pasien mengaku tidak ada pantangan namun jarang makan
makanan yang tinggi protein seperti putih telur, tahu dan tempe.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien tidak memiliki riwayat hipertensi (-), diabetes mellitus (-), riwayat alergi
(-), riwayat penyakit jantung, hati, ginjal juga disangkal.
Riwayat penyakit Keluarga:
Riwayat hipertensi (-) Diabetes Mellitus (-) Riwayat Alergi (-)
Riwayat Menstruasi
Pasien menarche pada usia 14 tahun, lama menstruasi 7-8 hari dan teratur.
Dalam sehari pasien mengaku mengganti pembalut 3 kali sehari. Disminorhea
disangkal. HPHT: 10-02-18 HPL: 17-11-18
Riwayat Pernikahan
Pasien mengatakan ini merupakan pernikahan pertama dan menikah pada usis
27 tahun.
Riwayat Kontrasepsi
Pasien mengaku belum pernah menggunakan kontrasepsi
Riwayat ANC
Pasien sudah melakukan ANC sebanyak 6 kali di puskesmas dan 1 kali di poli
RSUK
Riwayat Pengobatan
Pasien tidak pernah mencari pengobatan untuk keluhannya saat ini
Riwayar Kebiasaan
Pasien mengaku sering mengkonsumsi jamu bersalin 2 kali sehari.
Riwayat Sosial dan Ekonomi
Pasien adalah ibu rumah tangga. Biaya pengobatan dari BPJS. Suami pasien
bekerja sebagai buruh bangunan
Riwayat Dirawat dan Operasi
Pasien masuk PONEK pada 29 November 2018 pukul 13.11 dan melakukan
Sectio Caesaria pada tanggal 30 November 2018 pukul 07.00 dan dirawat di ruang
Mawar 1 selama 5 hari.
1.3 Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda Vital :
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Pernafasan : 22x/menit
Suhu : 360 C
Status Generalisata
Kepala : Normosefali, simetris, tidak ada deformitas, rambut hitam dan
distribusi merata
Leher : Tidak ada masa, tidak teraba pembesaran tiroid maupun kelenjar getah
bening.
Thoraks:
 Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba pada ICS V linea midclavicularis sinistra
Perkusi : Batas atas jantung ICS III parasternalis sinistra
: Batas kanan jantung ICS III sampai V linea parasternalis
dektra
: Batas kiri jantung ICS Vline axilaris anterior sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I & II regular, tidak terdengar murmur dan
gallop
 Paru-paru
Inspeksi : Bentuk thoraks simetris, gerak dinding dada simetris kiri dan
kanan, tidak tampakretraksi dinding dada.
Perkusi : Sonor dikedua lapang paru
Auskultasi : Suara napas vesikuler +/+, tidak didapatkan rhonki dan
wheezing di kedua lapang paru
Abdomen : Tampak adanya luka terbuka horizontal di perut bagian bawah,
nyeri tekan (+), gatal (+), luka rembes (+)

Ekstermitas : tidak ada kelainan


Genitalia : tidak ada kelainan

1.4 Pemeriksaan Penunjang


Hasil pemeriksaan Laboratorium tanggal 10 Desember 2018
Nama test Hasil Unit Nilai rujukan
Darah Lengkap:
Leukosit 11.7 ribu/uL 4.4 – 11.0
Eritrosit 4.1 juta/uL 4.1 – 5.1
Hemoglobin 7.5 g/dL 11.2 – 15.7
Hematokrit 27.1 % 37 – 47
Trombosit 542 ribu/uL 150 – 521
Kimia Darah :
Glukosa Sewaktu 90 mg/dL 82.0-115.0
Hematologi:

Waktu Perdarahan 2.30 Menit 1-3


Waktu Pembekuan 4.00 Menit 2-6
1.5 Diagnosis
Diagnosis banding : Wound Dehiscence ec post Sectio Caesaria
: Wound Dehiscence ec diabetes mellitus
: Sepsis
Diagnosis Kerja : Wound Dehiscence ec post Sectio Caesaria
1.6 Pemeriksaan Penunjang
- Darah rutin
- Gula darah sewaktu
- Urin Lengkap
- HIV
- HbsAg
1.7 Penatalaksanaan:
- Rehecting
- Tirah baring
- Inj ketorolac 3x1
- Inj Ceftriaxone 2x1
- Metronidazole 3 x 500mg
- Monotor tanda vital
- Monitor kedaan luka
1.8 Prognosis
Ad Vitam : Dubia ad Bonam
Ad Functionam : Dubia ad Bonam
Ad Sanationam : Dubia ad Bonam
1.9 Follow up
Hari 1 (11/12/2018)
S Pasien mengeluh nyeri pada luka bekas SC, darah rembes (+)
O Keadaan umum: Tampak sakit sedang
Kesadaran: Compos Mentis
TD : 110/80 mmHg HR : 80 x/menit SpO2 : 98%
T : 36 ˚C RR : 26 x/menit
Kepala: normocefali, CA -/-, SI -/-
Leher: dbn
Thorax: Pul: SNV +/+, Rhonki -/-, wheezing -/-
Cor: BJ I/II reg, m (-), g (-)
Abdomen: Luka terbuka, darah rembes (+), nyeri tekan (+)
A P1A0 post SC dengan Wound Dehiscence
P  Nacl 0,9% 20 tpm
 Inj. Ketorolak 3x1
 Metronidazole 3x500mg

Hari 2 (11/12/2018)
S Pasien mengeluh nyeri pada luka bekas SC, darah rembes (-)
O Keadaan umum: Tampak sakit sedang
Kesadaran: Compos Mentis
TD : 110/80 mmHg HR : 88 x/menit SpO2 : 98%
T : 36 ˚C RR : 20 x/menit
Kepala: normocefali, CA -/-, SI -/-
Leher: dbn
Thorax: Pul: SNV +/+, Rhonki -/-, wheezing -/-
Cor: BJ I/II reg, m (-), g (-)
Abdomen: Luka terbuka terbalut perban, rembes (-), nyeri tekan (+)

A P1A0 post SC dengan Wound Dehiscence


P  Nacl 0,9% 20 tpm
 Inj ketorolac 3x1
 Inj Ceftriaxone 2x1
 Metronidazole 3 x 500mg

Hari 3 (13/12/2018)
S Pasien mengeluh demam menggigil, nyeri pada luka bekas SC, darah rembes (-)
O Keadaan umum: Tampak sakit sedang
Kesadaran: Compos Mentis
TD : 120/80 mmHg HR : 80 x/menit SpO2 : 98%
T : 37,1 ˚C RR : 22 x/menit
Kepala: normocefali, CA -/-, SI -/-
Leher: dbn
Thorax: Pul: SNV +/+, Rhonki -/-, wheezing -/-
Cor: BJ I/II reg, m (-), g (-)
Abdomen: Luka terbuka terbalut perban, rembes (-), nyeri tekan (+)

A P1A0 post SC dengan Wound Dehiscence


P  Nacl 0,9% 20 tpm
 Inj ketorolac 3x1
 Inj Ceftriaxone 2x1
 Metronidazole 3 x 500mg
 Paracetamol 3x500 mg
Hari 4 (14/12/2018)
S Sudah tidak ada keluhan
O Keadaan umum: Tampak sakit sedang
Kesadaran: Compos Mentis
TD : 120/80 mmHg HR : 80 x/menit SpO2 : 98%
T : 36 ˚C RR : 22 x/menit
Kepala: normocefali, CA -/-, SI -/-
Leher: dbn
Thorax: Pul: SNV +/+, Rhonki -/-, wheezing -/-
Cor: BJ I/II reg, m (-), g (-)
Abdomen: Luka terbuka terbalut perban, rembes (-), nyeri tekan (+)

A P1A0 post SC dengan Wound Dehiscence


P  Metronidazole 3 x 500mg
 Alih Rawat dengan bagian penyakit dalam
BAB II
2.1. Analisis Kasus
Seorang wanita berusia berusia 28 tahun datang dengan keluhan luka jahitan
post Sectio Caesaria terbuka sejak 5 hari SMRS. Pasien dirawatdi ruangan Mawar II
selama 4 hari. Keluhan disertai keluarnya darah rembesan berwarna merah segar. Luka
dirasakan sedikit nyeri pada bagian jahitan dan terasa gatal. Pasien mengaku post Sectio
Caesaria belum pernah kontrol ke Puskesmas ataupun poliklinik dan pasien tidak
mengkonsumsi obat yang diberikan kepada pasien post rawat dari rumah sakit selama
5 hari. Selain itu perban yang menutupi luka bekas Sectio Caesaria sering terkena air
saat membersihkan kemaluan setelah buang air. Menurut pengakuan pasien sejak
pasien mau melahirkan sampai kontrol ke poli klnik post Sectio Caesaria pasien belum
mandi. Selama di rumah pasien sering menggunakan kain gurita pada bagian perut.
Dalam hal makanan pasien mengaku tidak ada pantangan namun jarang makan
makanan yang tinggi protein.
Pada pemeriksaan fisik pada bagian perut tampak adanya luka terbuka
horizontal di perut bagian bawah, nyeri nyeri bila di tekan, dan tampak basah .
2.2. Dasar Diagnosis
Pada Anambesis didapatkan:
1. Luka jahitan post Sectio Caesaria terbuka sejak 5 hari SMRS
2. Adanya darah rembesan berwarna merah segar
3. Luka terasa nyeri dan gatal
4. Belum pernah kontrol ke Puskesmas ataupun poliklinik sejak post OP
5. Tidak mengkonsumsi obat yang diberikan kepada pasien post rawat
6. Perban lembab sering terkena air
7. Pasien menggunakan kain gurita pada perut
8. Jarang makan tinggi protein
Tanda Vital
- Tekanan darah: 110/800 mmHg
- Nadi: 80 x/menit
- Respirasi: 20x/menit
- Suhu: 36,6°C
Status generalis :
- Kepala :
Mata : Pupil isokor, reflex pupil +/+, konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-,
Refleks cahaya langsung & tidak langsung +/+
- Abdomen
Inspeksi: Luka terbuka, darah rembes (+)
Palpasi: teraba supel, massa (-), nyeri tekan (+), turgor kulit kembali cepat
Perkusi: redup, shifting dullness (-)
- Ekstremitas
- Ekstremitas Atas
Piting oedem (-), deformitas -/-, CRT < 2 detik, akral hangat +/+, , ptekie -/- , jejas -/-
- Ekstremitas Bawah
Piting oedem (-) , turgor kulit 2 detik, deformitas -/-, CRT < 2 detik, akral hangat +/,
ptekie -/-, jejas -/-

2.3. Rencana Penjajakan


- Pemeriksaan kultur kuman
- Konsultasi dengan bagian penyakit dalam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Wound Dehiscence adalah keadaan dimana terbukanya sebagian atau seluruh luka
operasi. Keadaan ini sebagai akibat kegagalan proses penyembuhan luka operasi
3.2 Etiologi
- Faktor mekanik : Adanya tekanan yang dapat menyebabkan jahitan jaringan
semakin meregang dan mempengaruhi penyembuhan luka operasi. Faktor mekanik
tersebut antara lain batuk-batuk yang berlebihan, ileus obstruktif dan hematom serta
teknik operasi yang kurang.
- Faktor metabolik : Hipoalbuminemia, diabetes mellitus, anemia, gangguan
keseimbangan elektrolit serta defisiensi vitamin dapat mempengaruhi proses
penyembuhan luka.
- Faktor infeksi : Secara klinis biasanya terjadi pada hari ke 6 - 9 paska operasi
dengan gejala suhu badan yang meningkat disertai tanda peradangan disekitar luka.
3.3 Klasifikasi
- Dehisensi luka operasi dini : terjadi kurang dari 3 hari paska operasi yang biasanya
disebabkan oleh teknik atau cara penutupan dinding perut yang tidak baik.
- Dehisensi luka operasi lambat : terjadi kurang lebih antara 7 hari sampai 12 hari
paska operasi. Pada keadaan ini biasanya dihubungkan dengan usia, adanya infeksi,
status gizi dan faktor lainnya.
3.4 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala dehiscence luka yang jelas dan mudah untuk mengidentifikasi
oleh pasien dan dapat ditemukan sebagai salah satu atau lebih darihal berikut:
 Luka terbuka
 Jahitan rusak (tanpa penyembuhan)
 Nyeri di tempat luka
 Luka pendarahan timbul nanah dan/atau drainase berbusa pada luka yang terinfeksi
3.5 Patofisiologi
Kata lain dari dehiscence adalah kegagalan mekanik penyembuhan luka insisi.
Insisi pada operasi menstimulasi proses penyembuhan yang melalui empat fase berbeda
dan berkesinambungan yaitu hemostasis, inflamasi, proliferasi, dan maturasi. Selama
hemostasis, trombosit beragregasi, zat pembekuan darah mengalami aktivasi dan
degranulasi. Bekuan darah didegradasi, pembuluh kapiler melebar, cairan memasuki
sisi luka, dan aktivasi kaskade komplemen. Makrofag, sel yang lisis dan neutrofil
merupakan sediaan sitokin dan faktor pertumbuhan yang esensial untuk penyembuhan
luka. Pada fase proliferasi terjadi pembentukan jaringan granulasi yang dimulai pada
hari ketiga pasca operasi dan berakhir beberapa minggu. Terpenting pada fase tersebut
fibroblas bergerak ke arah luka dan merespon sintesis kolagen. Fase maturasi dimulai
pada hari ketujuh pasca operasi dilanjutkan deposisi jaringan kolagen dan remodeling
untuk meningkatkan kekuatan regangan luka.
3.6 Faktor Penyembuhan Luka
1. Usia
Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat daripada orang tua. Orang tua
lebih sering terkena penyakit kronis, penurunan fungsi hati dapat mengganggu sintesis
dari faktor pembekuan darah.
2. Nutrisi
Proses penyembuhan luka memerlukan nutrisi. Pasien perlu melakukan diet
kaya protein, karbohidrat, lemak, vitamin C dan A, dan mineral seperti Fe, Zn. Pasien
kurang nutrisi memerlukan waktu untuk memperbaiki status nutrisi mereka setelah
pembedahan. Pasien yang gemuk meningkatkan resiko infeksi luka dan penyembuhan
lama karena supply darah jaringan adipose tidak adekuat.
3. Infeksi
Infeksi luka menghambat penyembuhan. Bakteri sumber penyebab infeksi.
4. Sirkulasi (hipovolemia) dan Oksigenasi
Sejumlah kondisi fisik dapat mempengaruhi penyembuhan luka. Adanya
sejumlah besar lemak subkutan dan jaringan lemak (yang memiliki sedikit pembuluh
darah). Pada orang-orang yang gemuk penyembuhan luka lambat karena jaringan
lemak lebih sulit menyatu, lebih mudah infeksi, dan lama untuk sembuh. Aliran darah
dapat terganggu pada orang dewasa dan pada orang yang menderita gangguan
pembuluh darah perifer, hipertensi atau diabetes millitus. Oksigenasi jaringan
menurun pada orang yang menderita anemia atau gangguan pernapasan kronik pada
perokok.
Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan menurunnya
ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka.
5. Hematoma
Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara
bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat bekuan
yang besar, hal tersebut memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi tubuh, sehingga
menghambat proses penyembuhan luka.
6. Benda asing
Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan
terbentuknya suatu abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul dari
serum, fibrin, jaringan sel mati dan lekosit (sel darah merah), yang membentuk suatu
cairan yang kental yang disebut dengan nanah (pus).
7. Iskemia
Iskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah pada
bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi akibat dari
balutan pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor internal yaitu adanya
obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri.
8. Diabetes
Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula
darah, nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan terjadi
penurunan protein-kalori tubuh.
9. Keadaan Luka
Keadaan khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan efektifitas
penyembuhan luka. Beberapa luka dapat gagal untuk menyatu.
10. Obat
Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan anti neoplasmik
mempengaruhi penyembuhan luka. Penggunaan antibiotik yang lama dapat membuat
seseorang rentan terhadap infeksi luka.
a. Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap
cedera.
b. Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan
Antibiotik : efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri penyebab
kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah luka pembedahan tertutup, tidak akan
efektif akibat koagulasi intravaskular.
3.7 Tatalaksana
Penatalaksanaan dehisensi luka dibedakan menjadi penatalaksanaan non operatif
atau konservatif dan penatalaksanaan operatif.
1. Penanganan Nonoperatif/ Konservatif
Penanganan non operatif diberikan kepada penderita yang sangat tidak stabil.
Hal ini dilakukan dengan penderita berbaring di tempat tidur dan menutup luka
operasi dengan kassa steril atau pakaian khusus steril. Penggunaan jahitan penguat
abdominal dapat dipertimbangkan untuk mengurangi perburukan luka operasi
terbuka. Selain perawatan luka yang baik, diberikan nutrisi yang adekuat untuk
mempercepat penutupan kembali luka operasi. Diberikan pula antibiotik yang
memadai untuk mencegah perburukan dehisensi luka.
2. Penanganan Operatif
Penanganan operatif dilakukan pada sebagian besar penderita. Ada beberapa
jenis operasi yang dilakukan pada wound dehiscence yang dilakukan antara lain
rehecting atau penjahitan ulang luka operasi yang terbuka, mesh repair, vacuum pack,
abdominal packing, dan Bogota bag repair.
Jenis operasi rehecting atau penjahitan ulang paling sering dilakukan hingga
saat ini. Tindakan ini dilakukan pada pasien dengan keadaan stabil, dan penyebab
terbukanya luka operasi murni karena kesalahan tekhnik penjahitan. Pada luka yang
sudah terkontaminasi dilakukan tindakan debridement terlebih dahulu sebelum
penutupan kembali luka operasi.
Tindakan awal yang dilakukan adalah eksplorasi melalui dehisensi luka jahitan
secara hati-hati dan memperlebar sayatan jahitan lalu mengidentifikasi sumber
terjadinya dehisensi jahitan. Tindakan eksplorasi dilakukan dalam 48-72 jam sejak
diagnosis dehisensi luka operasi ditegakkan. Tehnik yang sering digunakan adalah
dengan melepas jahitan lama dan menjahit kembali luka operasi dengan cara satu
lapisan sekaligus dan dapat dipertimbangkan penggunaan drain luka intraabdominal.
Jika terdapat tanda- tanda sepsis akibat luka, buka kembali jahitan luka operasi dan
lakukan perawatan luka operasi. secara terbuka dan pastikan kelembaban jaringan
terjaga. Prinsip pemilihan benang untuk penjahitan ulang adalah benang
monofilament nonabsorbable yang besar. Jahitan penguat luar diangkat setidaknya
setelah 3 minggu.
Selain Rehecting, metode yang biasa dilakukan antara lain mesh repair, yaitu
penutupan luka dengan bahan sintetis yaitu mesh yang berbentuk semacam kasa halus
elastis yang berfungsi sebagai pelapis pada jaringan yang terbuka tersebut dan bersifat
diserap oleh tubuh. Namun mesh repair menimbulkan angka komplikasi yang cukup
tinggi. Dilaporkan terdapat sekitar 80% pasien dengan mesh repair mengalami
komlplikasi dengan 23% mengalami enteric fistulation.
Selain itu digunakan pula vacuum pack. Tekhnik ini menggunakan sponge
steril untuk menutup luka operasi yang terbuka kembali setelah itu ditutup dengan
vacuum bag dengan sambungan semacam suction di bagian bawahnya.
Tekhnik lain yang digunakan adalah Bogota bag. Tekhnik ini dilakukan pada
dehisensi yang telah mengalami eviserasi. Bogota bag adalah kantung dengan bahan
dasar plastik steril yang merupakan kantong irigasi genitourin dengan daya tampung
3 liter yang digunakan untuk menutup luka operasi yang terbuka kembali. Plastik ini
dijahit ke kulit atau fascia pada dinding abdomen anterior.
DAFTAR PUSTAKA

1. Lisa Y. Hasibuan, Hardisiswo Soedjana, Bisono, Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarata, 2010; Luka, hal 95-98.
2. Daniel Sampepajung, Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarata, 2010; Masa Pulih, hal 358-363.
3. Bisono, David S., Perdanakusuma, E. Mujianto Halimun (alm), Theddeus O>H>
PrasetonoBuku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarata, 2010;
Kulit, hal 395-396.

Anda mungkin juga menyukai