Letak lintang
Disusun oleh :
Franki Susanto
030.12.111
Pembimbing :
dr. Indrawan Sp.OG
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala karena atas berkat,
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini yang
berjudul “letak lintang” dengan baik dan tepat waktu. Laporan kasus ini dibuat untuk
memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan di RSUD
Kardinah Periode 10 Desember 2018 – 14 Februari 2019. Dalam menyelesaikan laporan kasus,
penulis mendapatkan bantuan dan bimbingan, untuk itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Indrawan, Sp.OG selaku pembimbing yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk menimba ilmu dan menjalani Kepaniteraan Klinik Stase Ilmu Ilmu
Kebidanan dan Penyakit Kandungan di RSUD Kardinah
2. Bidan dan staf yang bertugas di RSUD Kardinah.
3. Serta rekan-rekan Kepaniteraan Klinik selama di RSUD Kardinah.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih memiliki kekurangan, maka dari itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak agar
laporan kasus ini dapat menjadi lebih baik lagi. Semoga pembuatan laporan kasus ini dapat
memberikan manfaat, yaitu menambah ilmu pengetahuan bagi seluruh pembaca, khususnya
untuk rekan-rekan kedokteran maupun paramedis lainnya dan masyarakat pada umumnya.
Franki Susanto
030.12.111 FK USAKTI
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 1
Anamnesa ................................................................................................................................. 13
Follow up ................................................................................................................................. 20
PENDAHULUAN
Letak lintang adalah suatu keadaaan dimana janin melintang (sumbu panjang janin kira-
kirategak lurus dengan sumbu panjang tubuh ibu) di dalam uterus dengan kepala pada sisi yang
satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain. Bila sumbu panjang tersebut membentuk
sudut lancip, hasilnya adalah letak lintang oblik. Letak lintang oblik biasanya hanya terjadi
sementara karena kemudian akan berubah menjadi posisi longitudinal atau letak lintang saat
persalinan. Di Inggris letak lintang oblik dinyatakan sebagai letak lintang yang tidak stabil.
Kelainan letak pada janin ini termasuk dalam macam-macam bentuk kelainan dalam persalinan
(distosia).1,2
Letak lintang terjadi pada 1 dari 322 kelahiran tunggal (0,3 %) baik di Mayo Clinic
maupun di University of Iowa Hospital, USA. Di Parklannd Hospital, dijumpai letak lintang
pada 1 dari 335 janin tunggal yang lahir selama lebih dari 4 tahun.2
Beberapa rumah sakit di Indonesia melaporkan angka kejadian letak lintang, antara
lain: RSU dr. Pirngadi Medan 0,6%; RS Hasan Sadikin Bandung 1,9%; RSUP dr. Cipto
Mangunkuskumo selama 5 tahun 0,1%; sedangkan Greenhill menyebut 0,3% dan Holland 0,5-
0,6%. Insiden pada wanita dengan paritas tinggi mempunyai kemungkinanan 10 kali lebih
besar dari nullipara.1
Dengan ditemukannya letak lintang pada pemeriksaan antenatal, sebaiknya diusahakan
mengubah menjadi presentasi kepaladengan versi luar. Persalinan letak lintang memberikan
prognosis yang jelek baik terhadap ibu maupun janinnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kematian janin pada letak lintang disamping kemungkinan terjadinya letak lintang kasep dan
ruptur uteri, juga sering akibat adanya tali pusat menumbung serta trauma akibat versi ekstraksi
untuk melahirkan janin, Berdasarkan uraian di atas maka kami perlu menguraikan
permasalahan dan penatalaksanaan pada kehamilan dengan janin letak lintang.
1.2. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu
Penyakit Kebidanan dan Kandungan Fakultas Kedokteran Universitas Trrisakti dan
meningkatkan pemahaman penulis maupun pembaca mengenai persalinan letak lintang.
1.3. Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan pemahaman mengenai letak
lintang yang berlandaskan teori.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Letak lintang adalah suatu keadaan dimana sumbu panjang janin kira-kira tegak lurus
dengan sumbu panjang tubuh ibu (janin melintang di dalam uterus) dengan kepala terletak di
salah satu fossa iliaka dan bokong pada fossa iliaka yang lain. Pada umumnya bokong berada
sedikit lebih tinggi daripada kepala janin, sedangkan bahu berada pada pintu atas panggul.1,2
Pada letak lintang bahu menjadi bagian terendah yang juga disebut sebagai presentasi
bahu atau presentasi akromnion dimana arah akromion yang menghadap sisi tubuh ibu
menentukan jenis letaknya yaitu letak akromion kiri atau kanan.1
Penyebab letak lintang adalah (1) dinding abdomen teregang secara berlebihan
disebabkan oleh kehamilan multiparitas pada ibu hamil dengan paritas 4 atau lebih terjadi
insiden hampir sepuluh kali lipat dibanding ibu hamil nullipara. Relaksasi dinding abdomen
pada perut yang menggantung akibat multipara dapatmenyebabkan uterus jatuh ke depan. Hal
ini mengakibatkan defleksi sumbu panjang janin menjauhi sumbu jalan lahir, sehingga terjadi
posisi oblik atau melintang, (2) pada janin prematur letak janin belum menetap, perputaran
janin sehingga menyebabkan letak memanjang, (3) dengan adanya plasenta atau tumor di jalan
lahir maka sumbu panjang janin menjauhi sumbu jalan lahir, (4) cairan amnion berlebih
(hidramnion) dan kehamilan kembar, (5) bentuk panggul yang sempit mengakibatkan bagian
presentasi tidak dapat masuk ke dalam panggul (engagement) sehinggadapat mengakibatkan
sumbu panjang janin menjauhi sumbu jalan lahir, (6) bentuk dari uterus yang tidak normal
menyebabkan janin tidak dapat engagement sehingga sumbu panjang janin menjauhi sumbu
jalan lahir.
2.4. Patofisiologi
Distosia bahu disebabkan oleh deformitas panggul, kegagalan bahu untuk melipat ke
dalam panggul yang disebabkan oleh fase aktif dan fase persalinan kala II yang pendek
pada multipara sehingga penurunan kepala yang terlalu cepat menyebabkan bahu tidak
melipat pada saat melalui jalan lahir atau kepala telah melalui pintu tengah panggul setelah
mengalami pemanjangan kala II sebelum bahu berhasil melipat masuk ke dalam panggul.
Relaksasi dinding abdomen pada perut yang menggantung menyebabkan uterus beralih
ke depan, sehingga menimbulkan defleksi sumbu memanjang bayi menjauhi sumbu jalan
lahir, yang menyebabkan terjadinya posisi oblik atau melintang. Letak lintang atau letak
miring kadang-kadang dalam persalinan terjadi dari posisi longitudinal yang semula,
dengan berpindahnya kepala atau bokong ke salah satu fosa iliaka.
Pada proses persalinan, setelah ketuban pecah apabila ibu dibiarkan bersalin sendiri,
bahu bayi akan dipaksa masuk ke dalam panggul dan tangan yang sesuai sering
menumbung. Setelah penurunan, bahu berhenti sebatas pintu atas panggul dengan kepala
di salah satu fosa iliaka dan bokong pada fosa iliaka yang lain.
Bila proses persalinan berlanjut, bahu akan terjepit di bagian atas panggul. Uterus
kemudian berkontraksi dengan kuat dalam upayanya yang sia-sia untuk mengatasi
halangan tersebut. Setelah beberapa saat akan terjadi cincin retraksi yang semakin lama
semakin tinggi dan semakin nyata. Keadaan seperti ini disebut sebagai letak lintang kasep.
Jika tidak cepat diatasi, dan ditangani secara benar, uterus akan mengalami ruptura dan
baik ibu maupun janin dapat meninggal.
2.5. Diagnosis
Adanya letak lintang sering sudah dapat diduga hanya dengan inspeksi. Uterus tampak
lebih melebar dan fundus uteri membentang hingga sedikit di atas umbilikus sehingga lebih
rendah tidak sesuai dengan umur kehamilannya.1,2
Pada letak lintang dengan ukuran panggul normal dan janin cukup bulan, tidak dapat
terjadi persalinan spontan. Bila persalinan dibiarkan tanpa pertolongan, akan menyebabkan
kematian janin dan ruptur uteri. Setelah ketuban pecah, jika persalinan berlanjut, bahu janin
akan dipaksa masuk ke dalam panggul sehingga rongga panggul seluruhnya terisi bahu dan
tangan yang sesuai sering menumbung. Setelah terjadi sedikit penurunan, bahu tertahan oleh
tepi pintu atas panggul,dengan kepala di salah satu fossa iliaka dan bokong pada fossa iliaka
yang lain. Bila proses persalinan berlanjut, bahu akan terjepit kuat di bagian atas panggul.1,2
Janin tidak dapat turun lebih lanjut dan terjepit dalam rongga panggul. Dalam usaha
untuk mengeluarkan janin, segmen atas uterus terus berkontraksi dan beretraksi sedangkan
segmen bawah uterus melebar serta menipis, sehingga batas antara dua bagian itu makin lama
makin tinggi dan terjadi lingkaran retraksi patologis (Ring Van Bandle). Keadaan demikian
dinamakan letak lintang kasep (neglected transverse lie) sedangkan janin akan meninggal.
Pada cara Denman bahu tertahan pada simfisis dan dengan fleksi kuat di bagian bawah
tulang belakang, badan bagian bawah, bokong dan kaki turun di rongga panggul dan
lahir,kemudian disusul badan bagian atas dan kepala.
Pada cara Douglas bahu masuk kedalam rongga panggul, kemudian dilewati oleh
bokong dan kaki, sehingga bahu, bokong dan kaki lahir,selanjutnya disusul oleh lahirnya
kepala. Dua cara tersebut merupakan variasi suatu mekanisme lahirnya janin dalam letak
lintang, akibat fleksi lateral yang maksimal dari tubuh janin.1
2.7. Penatalaksanaan
Prognosis letak lintang pada anak hidup aterm tidak mungkin lahir spontan dan selalu
memerlukan intervensi operatif. Bahaya letak lintang adalah :
1. Untuk bayi dapat terjadi
a. Prolapsus tali pusata atau tangan saat ketuban pecah
b. Kontraksi uterus lebih lanjut akan menimbulkan
Janin yang terdesak di segmen bawah rahim yang makin menipis sehingga
mencapai ruptur uteri iminen
Retraksi otot yang semakin pendek dapat menimbulkan gangguan sirkulasi
retroplasenta dan menyebabkan asfiksia intrauteri hingga kematian janin.
2. Untuk maternal dapat terjadi :
a. Retraksi otot uterus yang semakin pendek dan menyebabkan makin tipisnya
segmen bawah rahim sehingga dapat terjadi :
Ruptur uteri iminen. Merupakan saat akhir untuk melakukan intervensi
medis obstetrik, untuk menolong bayi dan ibunya
Terlambat mengambil sikap pada ruptur uteri iminen akan menyebabkan
ruptur uteri :
- Janin akan terlempar keluar uterus menuju kavum abdominalis dan
selalu meninggak
- Ruptur uteri akan meninggalkan mortalitas maternal yang semakin
tinggi
Terjadi kematian perinatal yang tinggi, karena plasenta lepas saat janin
terlempar kedalam kavum abdominalis
Kematian maternal dapat terjadi akibat :
- Perdarahan ireversibel syok
- Kematian akibat infeksi berat atau sepsis
BAB 3
LAPORAN KASUS
STATUS PASIEN
Keluhan Utama
Tidak ada
OS mengaku hamil ketiga dan usia kehamilannya saat ini adalah 9 bulan. OS
dua kali melahirkan anak hidup lewat persalinan normal, belum pernah keguguran. OS
datang ke Rumah Sakit dengan membawa surat pengantar dari dokter spesialis obgyn
yang menyatakan bahwa kehamilan OS letak lintang dan dianjurkan untuk melakukan SC
elektif.
Saat ini OS sudah merasakan sakit di bagian perut bawah sejak 2 jam SMRS. Gerakan
janin masih terasa aktif.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien tidak memiliki riwayat hipertensi (-), diabetes mellitus (-), riwayat alergi (-),
riwayat penyakit jantung, hati, ginjal juga disangkal.
Riwayat Menstruasi
Pasien menarche pada usia 14 tahun, lama menstruasi 7-8 hari dan teratur. Dalam sehari
pasien mengaku mengganti pembalut 3 kali sehari. Disminorhea disangkal. HPHT: 10-03-18
HPL: 17-12-18
Riwayat Alergi
Alergi makanan disangkal
Alergi obat ibu tidak tahu
Riwayat Pernikahan
Pasien mengatakan ini merupakan pernikahan pertama dan menikah pada usis 23
tahun.
Riwayat Kontrasepsi
Riwayat ANC
Pasien sudah melakukan ANC sebanyak 6 kali di puskesmas dan 1 kali di poli RSUK
Riwayat Pengobatan
Riwayar Kebiasaan
Pasien adalah ibu rumah tangga. Biaya pengobatan dari BPJS. Suami pasien bekerja
sebagai buruh bangunan
Riwayat Operasi
Pemeriksaan Fisik
Tanda vital
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 76 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,8 0C
Antropometri
BB : 60 kg
TB : 160 cm
Status generalis
Kepala : Normocephal, rambut bersih
Mata : Konjungtiva anemis (-/-)
Sclera ikterik (-/-)
Mulut : Mukosa bibir lembab. Sianosis (-)
Gigi : Caries (-)
Thorax
Pulmo : Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris
Palpasi : vocal fremitus normal, nyeri tekan (-)
Perkusi : sonor pada lapangan paru
Auskultasi : vesicular (+/+), wheezing (-/-), ronki (-/-)
Cor : Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Auskultasi : bunyi jantung 1 dan 2 regullar, gallop (-),
murmur (-)
Abdomen : BU (+) NTE (-)
Pemeriksaan Obstetri
Leopold I : TFU : 31 cm
Leopold IV :-
Status Generalisata
Pemeriksaan luar
I : cembung (+), abdomen melebar, fundus uteri diatas umbilikus, linea nigra (+), striae
gravidarum (+)
P : TFU 29 cm
Leopold I : tidak teraba bagian bayi di fundus, TFU 29 cm
Leopold II : teraba bagian bulat keras (kepala) di sebelah kiri, dan bagian bulat
besar lunak (bokong) di sebelah kanan
Leopold III : teraba dataran yang keras membentang (punggung)
Leopold IV : bagian terbawah janin (punggung) diatas PAP, 5/5 (divergen)
His : (-)
A : DJJ 150 x / menit, teratur, terdengar disekitar simfisis
Pemeriksaan dalam Terasa bagian keras (tulang rusuk)
1.3 Diagnosis
Rencana Tindakan
Sectio Caesarea
Pembekuan
Hematologi
Hemoglobin
11,9 g/dl L= 13,8 - 17,0 P=11,3 - 15,5
Leukosit
8.800 /ul L= 4.5 - 10.8 P= 4.3 - 10.4
Hematokrit
36.9 % L= 42.0 – 50.0 P= 36.0 - 46.0
Trombosit
413.000 /ul L=185.000 – 402.000 P=132.000
PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL
URINALISA
Urin lengkap
Sedimen
3.2 Prognosis
Ad Vitam : Dubia ad Bonam
Ad Functionam : Dubia ad Bonam
Ad Sanationam : Dubia ad Bonam
3.3 Follow up
Follow up post Sectio Caesaria
Hari ke 1 2 3 4
Tanggal 25 Des 2018 26 Des 2018 27 Des 2018 28 Des 2018
KU Nyeri luka Nyeri luka Nyeri luka Nyeri luka
operasi operasi operasi operasi
Sensorium CM CM CM CM
TD 130 / 80 mmHg 130 / 80 mmHg 120 / 80 mmHg 120 / 70 mmHg
Frek Nadi 84 x / menit 88 x / menit 76 x / menit 80 x / menit
Frek Nafas 24 x / menit 22 x / menit 20 x / menit 20 x / menit
Temp. 36,5 ºC 36,7 ºC 36,3 ºC 36,5 ºC
Abdomen Soepel, Soepel, Soepel, Soepel,
peristaltik(+) N peristaltik(+) N peristaltik(+) N peristaltik(+) N
ASI Belum ada Sedikit Sedikit Banyak
TFU 1 jari di bawah 2 jari di bawah 3 jari di bawah 3 jari di bawah
pusat pusat pusat pusat
Kontraksi Baik Baik Baik Baik
P/V Lochia rubra Lochia rubra (+) Lochia rubra (+) Lochia
(+) sanguelenta
BAB/BAK - / kateter +/+ +/+ +/+
terpasang(+)
Diagnosa Post Sectio Caesaria a/i Letak Lintang
Letak lintang adalah suatu keadaan dimana sumbu panjang janin tegak lurus dengan
sumbu panjang ibu. Etiologi pada letak lintang adalah multiparitas, janin prematur, adanya
kelainan letak plasenta atau tumor di jalan lahir, polihidramnion, gemelli, bentuk uterus yang
abnormal, dan lumbar skoliosis. Pada kasus ini faktor risiko terjadinya letak lintang adalah
multiparitas.
Berdasarkan teori, pada pemeriksaan fisik, inspeksi ditemukan perut melebar atau membesar
asimetris. Pada palpasi, tinggi fundus uteri tidak sesuai dengan usia kehamilan, fundus uteri
dan bagian bawah kosong, dan kepala teraba di kanan atau di kiri. Pada auskultasi, denyut
jantung janin terdengar di sekitar umbilikus. Pada kasus ini, pada inspeksi perut ibu terlihat
melebar, tinggi fundus uteri 30 cm dengan usia kehamilan 40 minggu, posisi kepala teraba di
sebelah kiri perut ibu, denyut jantung janin 148 x/menit, reguler, terdengar di sekitar umbilikus.
Berdasarkan teori, apabila pada pemeriksaan ditemukan letak lintang, versi luar dapat
dilakukan apabila memenuhi syarat dan kontraindikasi. Diusahakan diubah menjadi presentasi
kepala atau bokong. Bila versi luar gagal dilakukan atau terdapat kontraindikasi maka
dilanjutkan dengan sectio caesaria. Tindakan ini merupakan pertolongan pertama pada letak
lintang. Pada kasus ini, versi luar tidak dapat dilakukan pada ibu karena ibu memiliki riwayat
sectio caesaria sebelumnya yang merupakan kontraindikasi versi luar. Dilakukan sectio
caesaria elektif pada ibu.
DAFTAR PUSTAKA
1. Chrisdiono M. Prosedur tetap Obsetri dan Ginekologi. Jakarta, EGC, 2004, hal 90-93.
2. Cunningham FG, MacDonald PC, Gant NF, et al. Williams Obstetrics. 20th ed.
Connecticut, Appleton & Lange.
3. Gabbe: Obstetrics: Normal and Problem Pregnancies, 5th ed. Copyright © 2007
Churchill Livingstone, An Imprint of Elsevier
4. Gibbs, Ronald S.; Karlan, Beth Y.; Haney, Arthur F.; Nygaard, Ingrid E. Danforth's
Obstetrics and Gynecology, 10th Edition. Copyright ©2008 Lippincott Williams &
Wilkins
5. Pfeifer, Samantha M. NMS Obstetrics and Gynecology, 6th Edition. Copyright 2008
Lippincott Williams & Wilkins\
6. S. A. Goelam. arts. Imu Kebidanan. Balai Pustaka Djakarta. 1958