Anda di halaman 1dari 12

Ignasia Nunki.

A/ 71416004/ Seminar

Judul :

Hubungan Antara Stress Kerja dengan Beban Kerja Desainer Grafis Perusahaan
Percetakan.

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Media merupakan sebuah alat teknis yang digunakan sebagai
menyampaikan pesan, yang artinya media merupakan alat komunikasi.
Media terbagi menjadi dua jenis kelompok, yakni media elektronik yang
terdiri dari program radio dan televisi. Jenis media yang kedua adalah media
cetak yang meliputi surat kabar, majalah, yang membawa pesan kepada
massa dengan cara menyentuh indra penglihatan (Molen, dkk 2008).
Walaupun masyarakat saat ini lebih banyak yang menggunakan media
elektronik, namun pengguna media cetak tidaklah sedikit, bahkan
perusahaan besar masih banyak yang menggunakan media cetak sebagai
media komunikasi utama.
Dalam hal ini peran desainer dalam pembuatan media cetak sangatlah
penting. Di Indonesia khususnya di Madiun-Jawa Timur, sudah banyak
perusahaan percetakan yang menggunakan jasa desainer tetap maupun
desainer lepas atau yang biasa disebut freelancer design. Dalam bekerja
dalam sebuah percetakan seorang desainer ada yang bekerja secara
kelompok dan bekerja secara individu. Penulis menemukan bahwa di daerah
Madiun kota sendiri, banyak desainer yang bekerja diperusahaan percetakan
yang mengharuskan para desainernya berhadapan dengan client atau
costumer secara langsung.
Menurut observasi dan wawancara yang yang dilakukan oleh penulis
terhadap karyawan di salah satu perusahaan percetakan A, sistem kerja
desainer grafis yang seperti itu menimbulkan stress tersendiri bagi para
desainer karena dituntut untuk memenuhi keinginan para client atau
costumer yang bermacam-ragam secara langsung dengan batasan waktu.
Desainer juga dintuntut untuk menyelesaikan pekerjaannya secara cepat
guna menyesuaikan estimasi waktu mencetak desain tersebut agar selesai
tepat waktu seperti keinginan client atau costumer.
Menurut A. A. Anwar Prabu (dalam Tunjungsari, 2011) penyebab stress
kerja antara lain beban kerja pada karyawan yang dirasa terlalu berat, waktu
kerja yang mendesak, kualitas pengawasan pihak perusahaan yang rendah,
iklim kerja yang tidak sehat, otoritas kerja yang tidak memadai yang
berhubungan dengan tanggung jawab perusahaan maupun karyawan sendiri,
adanya konflik kerja, perbedaan nilai antara karyawan dengan pimpinan
yang menyebabkan frustasu kerja. Bila ditinjau dengan hasil wawancara
pada enam karyawan perusahaan percetakan A, empat karyawan
menyatakan bahwa beban kerja yang terlalu berat, waktu kerja yang
mendesak serta iklim kerja yang tidak sehat merupakan penyebab
meningkatnya tingkat stress saat bekerja. dua karyawan lainnya
mengeluhkan masalah lain seperti perangkat kerja yang digunakan, dalam
hal ini komputer, yang kadang kala mengalami masalah seperti lemot atau
mengalami error, sehingga menimbulkan masalah dan tekanan tersendiri
bagi desainer seperti kehilangan data saat, aplikasi yang forced close atau
keluar secara tiba-tiba, yang mengharuskan desainer mengerjakan ulang
desain tersebut. Keadaan tersebut terbukti dengan observasi yang dilakukan
oleh penulis di perusahaan percetakan A.
Penyebab stress tersebut didukung oleh faktor-faktor stress menurut T.
Hani Handoko (dalam Tunjungsari, 2011) yang menyebutkan sepuluh faktor
yang menyebabkan stress karyawan yang dua diantaranya dialamai oleh
karyawan perusahaan percetakan A. Dua dari sepuluh faktor tersebut adalah
beban kerja yang berlebihan dan tekanan atau desakan waktu dalam bekerja.
Menurut hasil wawancara pada salah satu karyawan perusahaan percetakan
A, kadang pimpinan atau klien atau customer menuntut karyawan
mengerjakan pekerjaan diluar kemampuan sehingga menimbulkan stress
tersendiri bagi karyawan. Dalam bekerja pun, karyawan dituntut untuk
bekerja secara cepat karena harus menyesuaikan dengan waktu cetak atau
pengerjaan desain tersebut agar sesuai dengan waktu pengambilan yang
diharapkan oleh client atau customer.
Permendagri No. 12/2008 menyatakan bahwa beban kerja adalah besaran
pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan/unit organisasi dan
merupakan hasil kali antara volume kerja dan norma waktu. Jika
kemampuan pekerja lebih tinggi daripada tuntutan pekerjaan, akan muncul
perasaan bosan. Namun sebaliknya, jika kemampuan pekerja lebih rendah
daripada tuntutan pekerjaan, maka akan muncul kelelahan yang lebih.
Beban kerja yang dibebankan kepada karyawan dapat dikategorikan
kedalam tiga kondisi, yaitu beban kerja yang sesuai standar, beban kerja
yang terlalu tinggi (over capacity) dan beban kerja yang terlalu rendah
(under capacity). Menurut Dhania (2010), pengertian beban kerja adalah
sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh suatu unit
organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu. Menurut
Achyana (2016) terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja,
yang terdiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal adalah beban
kerja yang bersal dari luar tubuh manusia. Sedangkan faktor internal adalah
faktor yang berasal dari dalam diri manusia.
Beban kerja yang berlebih juga akan menimbulkan dampak negative bagi
para karyawan perusahaan. Dampak negative tersebut seperti kulaitas kerja
yang menurun, keluhan yang berasal dari perusahaan, dan kenaikan tingkat
absensi karyawan dalam hal ini desainer grafis, Winaya (dalam Achyana,
2016). Menutur uraian tersebut, peneliti ingin mengetahui hubungan antara
stress kerja dan beban kerja desainer grafis perusahaan percetakan.
B. RUMUSAN MASALAH
Apakah ada hubungan antara stress kerja dengan beban kerja desainer grafis
perusahaan percetakan ?
C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu hubungan antara stress kerja
dengan beban kerja desainer grafis perusahaan percetakan
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Bermanfaat untuk pengembangan teori ilmu psikologi terutama
psikologi organisasi
2. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk:
a. Memberikan pengetahuan dan wawasan bagi desainer grafis
perusahaan percetakan.
b. Dapat menambah wawasan pengetahuan mahasiswa psikologi
tentang pekerjaan desainer grafis perusahaan percetakan.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

3. Stres Kerja
1. Pengertian Stress Kerja
Perkataan stress berasal dari bahasa latin Stingere, yang digunakan
pada abad XVII untuk menggambarkan kesukaran, penderitaan dan
kemalangan. “Stress adalah ketegangan atau tekanan emosional yang
dialami sesesorang yang sedang menghadapi tuntutan yang sangat besar,
hambatan-hambatan, dan adanya kesempatan yang sangat penting yang
dapat mempengaruhi emosi, pikiran dan kondisi fisik seseorang” Marihot
Tua Efendi Hariandja ( dalam Tunjungsari, 2011). “Perasaan tertekan
yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaan. Stress kerja ini
tampak dari simptom, antara lain emosi tidak stabil, perasaan tidak
tenang, suka menyendiri, sulit tidur, merokok yang berlebihan, tidak bisa
rileks, cemas, tegang, gugup, tekanan darah meningkat, dan mengalami
gangguan pencernaan” A.A. Anwar Prabu Mangkunegara (dalam
Tunjungsari, 2011). “Kondisi yang muncul dari interaksi antara manusia
dan pekerjaan serta dikarakteristikkan oleh perubahan manusia yang
memaksa mereka untuk menyimpang dari fungsi normal mereka”
Kesimpulan di atas menunjukan adanya kondisi tertentu dalam
lingkungan yang merupakan sumber potensial bagi munculnya stres.
Bagaimana bentuk stress yang dihayati tergantung dari karakteristik yang
unik dari individu yang bersangkutan serta penghayatannya tehadap
faktor-faktor dari lingkungan yang potensial memunculkan stress
padanya, walaupun hampir setiap kelompok orang dihadapkan pada jenis
atau kondisi stress yang serupa, tetapi hal ini akan menghasilkan reaksi
yang berbeda, bahkan dalam menghadapi jenis stress atau kondisi yang
sama setiap individu dapat berbeda-beda pola reaksinya.
2. FAKTOR-FAKTOR STRES KERJA
T. Hani Handoko (dalam Tunjungsari, 2011) mengungkapkan bahwa
terdapat sejumlah faktor-faktor yang sering menyebabkan stress bagi para
karyawan , diantarnva adalah:
1. Beban kerja yang berlebihan
2. Tekanan atau desakan waktu
3. Kualitas supervisi yang jelek
4. Iklim politis yang tidak aman
5. Umpan balik tentang pelaksanaan kerja yang tidak memadai
6. Kemenduaan peranan
7. Frustasi
8. Konflik antar pribadi dan antar kelompok
9. Perbedaan antara nilai-nilai perusahaan dan karyawan
10. Berbagai bentuk perusahaan.
3. ASPEK STRESS KERJA
a. Stimulus
Keadaan/situasi dan peristiwa yang dirasakan mengancam atau
membahayakan yang menghasilkan perasaan tegang disebut sebagai
stressor. Beberapa ahli, Kahn dan Byosiere (1992) yang menganut
pendekatan ini mengkategorikan stressor menjadi tiga yaitu:

1. Keadaan kronis, contoh hidup dalam keadaan suasana yang bising


2. Peristiwa hidup yang penting, contoh: kehilangan seseorang yang
disayangi.
3. Peristiwa katastropik, contoh: gempa bumi
b. Respon
Respon adalah reaksi seseorang terhadap stresor. Terdapat dua
komponen yang saling berhubungan, komponen fisiologis dan
komponen psikologis. Dimana kedua respon tersebut disebut dengan
strain atau ketegangan.
1. Komponen fisiologis, misalnya detak jantung, sakit perut, keringat.
2. Komponen psikologis, misalnya pola berfikir dan emosi
c. Proses
Stres sebagai suatu proses terdiri dari stresor dan strain ditambah
dengan satu dimensi yang peting yaitu hubungan antara manusia
dengan lingkungan. Proses ini melibatkan interaksi dan penyesuaian
diri yang kontinyu yang disebut juga dengan istilah transaksi antara
manusia dengan lingkungan, yang didalamnya termasuk perasaan
yang dialami dan bagaimana orang lain merasakannya.
4. INDIKATOR STRESS
Kehidupan saat ini dengan persaingan yang ketat bisa membuat orang
mengalami stres, salah satu penyebabnya adalah beban pekerjaan yang
semakin menumpuk. Adapun beberapa indikator yang bisa dijadikan acuan
untuk mengetahui stres yaitu :
a. Konflik Peran (role conflict)
Konflik peran timbul jika seorang tenaga kerja mengalami adanya :
3. Pertentangan antara tugas-tugas yang harus ia lakukan dan antara
tanggungjawab yang ia miliki.
4. Tugas-tugas yang harus ia lakukan yang menurut pandangannya
bukan merupakan bagian dari pekerjaannya.
5. Tuntutan-tuntutan yang bertentangan dari atasan, rekan,
bawahannya, atau orang lain yang dinilai penting bagi dirinya.
6. Pertentangan dengan nilai-nilai dan keyakinan pribadinya sewaktu
melakukan tugas pekerjaannya.
b. Beban Kerja
Jika seorang pekerja tidak memilki cukup informasi untuk dapat
melaksanakan tugasnya, atau tidak mengerti atau merealisasi harapan-
harapan yang berkaitan dengan peran tertentu. Faktor-faktor yang
dapat menimbulkan peran yang tidak jelas meliputi :
7. Ketidakjelasan dari tujuan-tujuan kerja.
8. Kesamaran tentang tanggung jawab.
9. Ketidakjelasan tentang prosedur kerja.
10. Kesamaran tentang apa yang diharapkan oleh orang lain.
11. Kurang adanya balikan, atau ketidakpastian tentang produktifitas
kerja.
c. Pengembangan Karir
Unsur-unsur penting pengembangan karir meliputi :
12. Peluang untuk menggunakan keterampilan jabatan sepenuhnya.
13. Peluang mengembangkan keterampilan yang baru.
14. Penyuluhan karir memudahkan keputusan-keputusan yang
menyangkut karir.
Pengembangan karir merupakan aspek-aspek sebagai hasil dari
interaksi antara individu dengan lingkungan organisasi yang
mempengaruhi persepsi seseorang terhadap kualitas dari
pengembangan karirnya. Stres ini dapat terjadi jika pekerja merasakan
kehilangan akan rasa aman terhadap pekerjaannya. Promosi yang
dirasakan tidak sesuai yang secara umum disebabkan karena adanya
ketidaksesuain antara karir yang diharapkan dengan apa yang
diperoleh selama ini atau juga tidak ada kejelasan perkembangan
karir. Terbatasnya peluang karir tidak akan menimbulkan stres pada
tenaga kerja yang tidak memiliki aspirasi karir.
d. Hubungan dalam Pekerjaan
Hubungan kerja yang tidak baik terungkap dalam gejala-gejala
adanya kepercayaan yang rendah, dan minat yang rendah dalam
pemecahan masalah dalam organisasi. Ketidakpercayaan secara positif
berhubungan dengan ketaksaan atau kemabiguan peran yang tinggi,
yang mengarah ke komunikasi antar pribadi yang tidak sesuai antara
pekerja dan ketegangan psikologikal dalam bentuk kepuasan
pekerjaan yang rendah, penurunan dari kondisi kesehatan, dan rasa
diancam oleh atasan dan rekan-rekan kerjanya.
e. Struktur dan Iklim Organsasi
Faktor stres yang dikenali dalam kategori ini adalah stres yang
timbul oleh bentuk struktur organisasi yang berlaku di lembaga yang
bersangkutan. Apabila bentuk atau struktur organisasi kurang jelas
dan jangka waktu yang lama tidak ada perubahan atau pembaharuan,
maka hal tersebut dapat menjadi sumber stres. Posisi individu dalam
suatu struktur organsiasi juga dapat menggambarkan bagaimana stres
yang dialami (Gaffar, 2012).
F. PENGERTIAN BEBAN KERJA
Menurut Permendagri No.12 Tahun 2008, beban kerja adalah besaran
pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan/unit organisasi dan
merupakan hasil kali antara volume kerja dan norma waktu. Pengertian
beban kerja lainnya yaitu menurut Munandar (dalam Achyana, 2016),
memberikan pengertian mengenai beban kerja seperti berikut : Beban kerja
adalah suatu kondisi dari pekerjaan dengan uraian tugasnya yang harus
diselesaikan pada batas waktu tertentu. Beban kerja dapat dibedakan lebih
lanjut ke dalam beban kerja berlebihan/terlalu sedikit ‘kuantitatif’, yang
timbul sebagai akibat dari tugas-tugas yang terlalu banyak/sedikit diberikan
kepada tenaga kerja untuk diselesaikan dalam waktu tertentu, dan beban
kerja berlebihan/terlalu sedikit ’kualitatif’, yaitu jika orang merasa tidak
mampu untuk melakukan suatu tugas, atau tugas tidak menggunakan
ketrampilan dan/atau potensi dari tenaga0kerja.
Dari uraian berikut dapat disimpulkan bahwa pengertian dari beban
kerja adalah, besaran pekerjaan atau tugas yang harus dikerjakan oleh
karyawan perusahaan dalam batas waktu tertentu.
G. FAKTOR-FAKTOR BEBAN KERJA
Rodahl (1989) (dalam Achyana, 2016), menyatakan bahwa beban
kerja dipengaruhi faktor-faktor sebagai berikut:
1) Faktor eksternal yaitu beban yang berasal dari luar tubuh pekerja,
seperti:
a) Tugas-tugas yang dilakukan yang bersifat fisik seperti stasiun
kerja, tata ruang, tempat kerja, alat dan sarana kerja, kondisi kerja,
sikap kerja, sedangkan tugas-tugas yang bersifat mental seperti
kompleksitas pekerjaan, tingkat kesulitan pekerjaan, pelatihan atau
pendidikan yang diperoleh, tanggung jawab pekerjaan.
b) Organisasi kerja seperti masa waktu kerja, waktu istirahat, kerja
bergilir, kerja malam, sistem pengupahan, model struktur
organisasi, pelimpahan tugas dan wewenang.
c) Lingkungan kerja adalah lingkungan kerja fisik, lingkungan
kimiawi, lingkungan kerja biologis, dan lingkungan kerja
psikologis. Ketiga aspek ini disebut wring stresor.
2) Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh akibat
dari reaksi beban kerja eksternal. Reaksi tubuh disebut strain, berat
ringannya strain dapat dinilai baik secara objektif maupun subjektif.
Faktor internal meliputi faktor somatis (Jenis kelamin, umur, ukuran
tubuh, status gizi, kondisi kesehatan), faktor psikis (motivasi, persepsi,
kepercayaan. keinginan dan kepuasan).

Kerangka Berfikir
BAB III
A. Metode Penelitian
1. Identitas Variabel
Dalam penelitian ini variabel dibedakan menjadi 3 yaitu variabel bebas,
terikat dan terkontrol.
a. Variabel Bebas
Variabel Bebas adalah variabel yang mempengaruhi, memberikan efek
pada variable lain. Dalam pembahasan ini yang berupa variabel bebas
adalah beban kerja.
b. Variable Terikat
Variabel terikat adalah variable yang dipengaruhi, diamati lalu diukur.
Dalam pembahasan ini yang merupakan variabel terikat adalah stress
kerja designer grafis
c. Variabel Terkontrol
Variabel terkontrol adalah variabel yang faktornya dibuat sama atau
konstan. Dalam pembahasan ini yang merupakan variabel terkontrol
adalah designer grafis.
DAFTAR PUSTAKA

Achyana, M. (2016). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Beban Kerja Room


Attendant Di Grand Jatra Hotel Pekanbaru, 3(2), 1–12.

Aisyatur, R., & Meylia Elizabeth, R. (2013). Peran Budaya Kerja Dan Iklim Kerja
Terhadap Loyalitas Pegawai Bagian Umum Sekretariat Daerah Kabupaten
Lamongan. Jurnal Administrasi Perkantoran (JPAP), 1(3).

Astianto, A. (2014). Pengaruh stres kerja dan beban kerja terhadap kinerja
karyawan pdam surabaya. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen, 3(7).

Dhania, D. R. (2010). Pengaruh Stres Kerja , Beban Kerja ( Studi Pada Medical
Representatif Di Kota Kudus ). Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus,
I(1), 15–23.

Nurmalasari, A. (2015). Pengaruh Stress Kerja Terhadap Prestasi Kerja Pegawai


Di Kecamatan Malinau Kota Kabupaten Malinau. eJournal Pemerintahan
Integratif, 2015,1(3.)

Sitepu, A. T. (2012). Beban Kerja Dan Motivasi Pengaruhnya Terhadap Kinerja


Karyawan Pada Pt. Bank Tabungan Negara Tbk Cabang Manado, 1(4),
1123–1133.

Tunjungsari, P. (2011). Pengaruh Stress Kerja Terhadap Kepuasan Kerja


Karyawan Pada Kantor Pusat Pt. Pos Indonesia (Persero) Bandung, 1(1), 1–
14.

Anda mungkin juga menyukai