Anda di halaman 1dari 19

I.

Judul
Indera Pembau , Pengecap, dan Keterkaitan Keduanya pada Mamalia.
II. Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh rangsangan bau oada indera penciuman dan indera
pengecap. ?
III. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Praktikan mengetahui pentingnya pengaruh rangsangan bau terhadap
kepekaan seseorang.
2. Praktikan mampu menentukan kecermatan pengecapan praktikan pada
penggunaan beberapa bahan.
3. Praktikan mampu menentukkan daerah penyebaran reseptor dari
keempat sensasi kecap primer berdasarkan kepekaan tetinggi terhadap
bahan yang bersangkutan.
4. Praktikan mampu menentukan daerah penyebaran reseptor kecap selain
sensasi primer.
5. Praktikan mampu mengetahui pentingnya pengaruh bau terhadap kesan
pengecap.
IV. Hipotesis
Ha = Tidak terdapat pengaruh rangsangan bau pada indera penciuman dan
indera pengecap.
H0 = Ada pengaruh rangsangan bau pad aindera penciuman dan indera
pengecap.
V. Dasar Teori

Lidah adalah salah satu dari panca indera yang berfungsi sebagai alat
pengecap (Mark H. Swartz 1995, Anis 2009, Don W 2002) . Pengecap rasa
pada lidah disebut dengan taste buds. Taste buds mengandung pori-pori atau
dikenal sebagai taste pore yang mengandung mikrovili dan membawa sel
gustatoris yang akan distimuli oleh berbagai cairan kimiawi. Mikrovili
merupakan reseptor permukaan bagi rasa. Serabut nervus sensorik dari taste
buds pada bagian anterior lidah menghantarkan impuls ke batang otak
melalui chorda tympani (cabang dari nervus facialis). Bagian posterior lidah
menghantar impuls ke batang otak melalui nervus glossopharyng sedangkan
taste buds pada pharynx dan epiglottis diinervasi oleh nervus vagus untuk
menginterpretasikan rasa (Marya 2002). Taste buds mengandung beberapa
reseptor rasa yaitu rasa asam, asin, manis, pahit dan umami. Rasa asam
sering digunakan untuk mendeteksi keasaman, rasa asin dapat memodulasi
diet untuk kestabilan elektrolit tubuh, rasa manis penting untuk menambah
energi tubuh, rasa pahit dapat mendeteksi berbagai toksin dan rasa umami
digunakan untuk mendeteksi asam amino (Anis 2009).

Anatomi Lidah

Gambar 2.1 Otot Ekstrinsik dan Intrinsik Lidah (Sufitni 2008)

Lidah adalah salah satu dari panca indera yang befungsi sebagai alat
pengecap. Lidah terletak didasar mulut dan melekat pada tulang hioid.
Lidah berwarna merah dan permukaannnya tidak rata. Korpus lidah
mengandung otot intrinsik dan ekstrinsik dan merupakan otot terkuat
didalam tubuh (Mark H. Swartz 1995, Irianto 2012, Greenberg MS 1992).
Otot intrinsik berfungsi untuk melakukan semua gerakan lidah, otot
ekstrinsik berfungsi mengaitkan lidah pada bagian-bagian sekitarnya serta
membantu melakukan gerakan menekan makanan pada langit-langit dan
gigi, kemudian mendorongnya masuk ke faring (Sufitni 2008, Mark H.
Swartz 1995).
Pada permukaan atas atau dorsal lidah terdapat alur berbentuk “V”
yaitu sulkus terminalis, ujung “V”nya mengarah ke posterior. Sulkus ini
membagi lidah menjadi bagian anterior dan bagian posterior. Sebagian
besar lidah terdiri atas serat serat otot rangka diliputi lendir dan kelenjar.
Serat otot lidah yang intrinsik, yaitu yang terdapat didalam lidah dan
ekstrinsik yaitu yang lainnya yang berorigo diluar terutama pada mandibula,
tulang hioid, dan berinsersi pada lidah. Diantara serat-serat otot, terdapat
kelenjar. Kelenjar utama tersebut bersifat seperti mukosa terdapat pada
pangkal lidah, dengan saluran keluar bermuara di belakang sulkus
terminalis. Kelenjar serosa terletak pada badan lidah, dengan saluran keluar
bermuara di depan sulkus, sedangkan asini campur terletak di ujung lidah,
dengan salurannya bermuara pada permukaan bawah lidah (C.Roland 1996,
Don W 2002).
Membran mukosa pada permukaan bawah lidah sifatnya licin dan di
bawahnya terdapat tunika submukosa. Pada permukaan atas terlihat banyak
tonjolan-tonjolan kecil disebut papila lidah (C.Roland 1996).
Tonjolantonjolan kecil pada permukaan lidah (papilla) terdapat sel-sel
reseptor (tunas pengecap). Terdapat lebih dari 10.000 tunas pengecap pada
lidah manusia, sel-sel ini tumbuh seminggu setelah itu digantikan oleh sel-
sel yang baru. Sel-sel inilah yang bisa membedakan rasa manis asam, pahit,
dan asin (Evelyn 2009).
Taste Buds

Gambar 2.2 Taste buds pada lidah (Hermanto 2012)

Taste buds mengandung sel reseptor kecap (gustatoris), terletak di


dalam epitel mulut (berlapis gepeng), terutama pada papilla, tetapi dapat
juga dijumpai di tempat lain dalam rongga mulut, palatum, dan epiglotis
(Roland 1996). Taste buds memiliki beberapa tipe reseptor rasa, setiap tipe
ini akan mendeteksi satu jenis rasa dari 5 rasa dasar yaitu, asam, asin, manis,
pahit, dan umami. Seluruh rasa ini dapat dirasakan oleh seluruh permukaan
lidah, tetapi satu jenis rasa akan lebih sensitif pada daerah tertentu (Jacewicz
2008).
Taste buds merupakan sel epitel yang telah dimodifikasi, beberapa
diantaranya disebut sebagai sel sustentakular dan lainnya disebut sebagai
sel reseptor. Sel-sel reseptor ini terus-menerus digantikan melalui
pembelahan mitosis dari sel-sel epitel di sekitarnya dengan waktu paruh
sekitar sepuluh hari (Guyton 2009).

Taste buds terdapat tiga jenis sel epitel:


1) Sel penyokong atau sel sustentakular, terletak terutama di bagian
perifer taste buds.
2) Sel pengecap neuroepitel yang biasanya hanya berjumlah 10 sampai
14 sel pada tiap taste buds
3) Sel basal letaknya di perifer dekat lamina basal, dianggap sebagai
sel induk (stem) sel jenis lainnya.

Pergantian sel di dalam taste buds berlangsung relatif cepat, masa


hidup pada umumnya 10 hari, dan sel sustentakular mungkin merupakan
suatu tahap perantara dalam perkembangan diferensiasi sel sensorik.
Rangsang kimiawi sampai pada sel sensoris dan diteruskan oleh
neurotransmiter ke ujung akhir saraf yang berbentuk putik dan terletak
diantara sel-sel. Akhir – akhir ini telah dapat diperlihatkan bahwa satu
kuncup kecap (satu papilla) dapat merasakan keempat macam rasa dasar;
tentunya tak ada perbedaan struktural yang ditemukan untuk menjelaskan
perbedaan dalam rasa dasar tersebut. Saraf dari taste buds yang letaknya
pada dua pertiga bagian depan lidah berjalan di dalam chorda thympani,
cabang saraf fasialis; sedangkan dari taste buds pada sepertiga bagian
belakang lidah berjalan dalam saraf glosofaringues yang membawa rasa
kecap dari epiglottis dan faring bawah berjalan dalam saraf vagus (C.Roland
1996).
Fisiologi Lidah

Gambar 2.3 Letak reseptor rasa pada lidah (Jacob 2010).

Terdapat 4 tipe rasa dasar pada lidah yaitu asam, asin, manis, dan
pahit. Seluruh rasa ini dapat dirasakan oleh seluruh permukaan lidah. Rasa
manis dan rasa asin dirasakan pada ujung lidah, asam pada samping lidah
dan pahit pada daerah sekitar papilla sirkumvalata. Keempat rasa ini
dikenal dengan istilah sensasi rasa primer (Don W 2002).
a. Rasa Manis
Gula atau pemanis buatan tidak langsung masuk sel rasa, tetapi memicu
dulu perubahan di dalam sel. Senyawa tersebut akan terikat reseptor pada
permukaan sel rasa yang digandeng dengan molekul Gprotein.
Dinamakan G-protein karena untuk aktivitasnya protein ini diatur oleh
Guanin Trifosfat (Irianto 2012). Beberapa jenis zat kimia yang
menyebabkan rasa ini meliputi gula, glikol, alkohol, aldehida, keton,
amida, ester, asam amino, asam sulfonat, asam halogen, dan garam
anorganik dari timah hitam dan berilium. Hampir semua zat yang
menyebabkan rasa manis merupakan zat kimia organik, satu-satunya zat
anorganik yang menimbulkan rasa manis merupakan garam-garam
tertentu dari timah hitam dan berillium (Guyton 2009).
b. Rasa Asam
Ion hidrogen dalam larutan dapat menyebabkan sensasi rasa asam. Ion ini
bereaksi terhadap sel rasa dalam tiga cara yaitu, dapat masuk ke dalam sel
secara langsung, memblokir kanal ion kalium pada mikrovili, dan
mengikat kanal bukaan di mikrovili, sehingga ion-ion positif dapat masuk
dalam sel rasa. Muatan positif ini akan berakumulasi dan mendorong
terjadinya depolarisasi yang dapat melepaskan neurotransmiter dan
menyalurkan sinyal ke otak (Irianto 2012).
c. Rasa Asin
Garam dapur atau Natrium Klorida (NaCl) adalah satu contoh dari garam
yang dapat menimbulkan sensasi rasa asin. Ion natrium masuk melalui
kanal ion pada mikrovili bagian apikal, atau lewat kanal pada basolateral
(sisi) sel rasa, hal inilah yang akan membangunkan sel rasa tersebut
(Irianto 2012). Kualitas rasa asin sedikit berbeda dari satu garam dengan
garam lainnya karena beberapa jenis garam juga mengeluarkan rasa lain
di samping rasa asin (Guyton 2009).
d. Rasa Pahit
Seperti rasa manis, rasa pahit tidak disebabkan suatu jenis agen kimia.
Pembagian kelas zat yang sering menyebabkan rasa pahit adalah zat
organik rantai panjang yang berisi nitrogen dan alkaloid yang terdiri dari
banyak obat yang digunakan dalam kedokteran seperti kuinin, kafein,
strikmin, dan nikotin (Irianto 2012), misalnya kuinin, zat ini bereaksi
melalui G-protein bersama reseptor dan second messenger. Namun, hanya
second messenger yang mampu mendorong pelepasan ion kalsium dari
retikulum endoplasma. Depolarisasi pun terjadi akibat terakumulasinya
ion kalsium, dan terjadi juga pelepasan neurotransmiter (Guyton 2009).

Faktor yang Mempengaruhi Sensitivitas Indera Pengecap


Faktor faktor yang mempengaruhi penurunan sensitivitas pengecap
antara lain:
a. Usia
Usia mempengaruhi sensitivitas reseptor perasa (Evelyn 2001).
Penurunan sensitivitas indera pengecap merupakan masalah psikologis
yang biasa terjadi pada orang dengan usia tua. Seiring bertambahnya usia
terjadi penurunan jumlah papilla sirkumvalata dan penurunan fungsi
transmisi pada taste buds (Guyton 2009).
b. Suhu makanan
Sensitivitas pada taste buds pada indera pengecap dapat dipengaruhi oleh
suhu makanan dan minuman yang kurang 20o C maupun lebih dari 30o C.
Suhu yang terlalu panas akan merusak sel sel taste buds (Guyton 2009),
demikian pula suhu yang terlalu dingin dapat membuat sensitivitas lidah
berkurang, menyebabkan cedera atau bahkan kematian sel. Keadaan
tersebut cenderung berlangsung cepat karena sel yang rusak tersebut
diperbaiki (G.Rensburg 2005).
c. Penyakit
Perawatan dan terapi pada penyakit kronis memerlukan waktu yang cukup
lama. Obat-obatan tersebut memiliki efek samping dapat menyebabkan
penurunan senisitivitas indera pengecap (Evelyn 2001). Efek samping
obat tersebut dapat mempengaruhi penurunan sensitivitas indera
pengecap, seperti amphetamin dapat menurunkan sensitivitas rasa asin
dan manis, anestesia seperti lidokain dapat menyebabkan berkurangnya
sensitivitas rasa asin dan manis, begitu juga penggunaan insulin untuk
penderita diabetes yang berkepanjangan (Guyton 2001).
d. Obat-obatan
Pada penyakit kencing manis dan ginjal serta radiasi dapat pula
menyebabkan xerostomia. Xerostomia adalah keadaan dimana mulut
kering akibat produksi kelenjar saliva berkurang (Guyton 2001). Keadaan
tersebut dapat disebabkan oleh ganggguan pada pusat saliva atau saraf
pembawa rangsang . Dengan berkurangnya produksi saliva makan sel-sel
pengecap mengalami kesulitan dalam menerima rangsang (Pearce 2008).

Indera Pembau
Alat pembau atau sistem olfaction biasa juga disebut dengan
Organon Olfaktus, dapat menerima stimulus benda-benda kimia sehingga
reseptomya disebut pula chemoreceptor. Organon olfaktus terdapat pada
hidung bagian atas, yaitu pada concha superior dan membran ini hanya
menerima rangsang benda benda yang dapat menguap dan berwujud gas.
Bagian-bagiannya adalah sebagai berikut:
a. Concha Superior
b. Concha Medialis
c. Concha Inferior
d. Septum nasi (sekat hidung)
Concha-concha tersebut adalah dari tulang, ditutupi oleh selaput
lender yang mengandung penuh pembuluh, pembuluh darah dan dapat
membesar. Gunanya untuk memanasi hawa yang akan masuk ke paru-paru.
Reseptor organon olfactory terdapat di bagian atas hidung,
menempel pada lapisan jaringan yang diselaputi lender dan disebut
olfactory muscosa. Selaput lender tersebut berfungsi untuk melembabkan
udara. Pada bagian tersebut juga terdapat bulu-bulu hidung yang berfungsi
untuk menyaring debu dan kotoran.
Benda kimia yang dapat menstimulasi sel saraf dalam hidung adalah
substansi yang dapat larut dalam zat cair (lendir) yang terdapat pada cilia
yang menutupi sel tersebut. Makin berbau suatu substansi, maka hal tersebut
menunjukkan bahwa makin banyak molekul yang dapat larut dalam air dan
lemak (konsentrasi penguapannya tinggi).
Reseptor olfaktori hanya mampu berfungsi selama 35 hari. Bila
mati, baik karena sebab yang alami, maupun karena kerusakan fisik, maka
reseptor tersebut akan digantikan oleh reseptor-reseptor baru yang axonnya
akan berkembang ke lapisan olfactory bulbs yang akan dituju, dan bila telah
sampai pada lapisan yang dimaksud, mereka akan memulihkan koneksi
synapsis yang terputus. Kemampuan membau makhluk hidup tergantung
pada:
a. Susunan Rongga Hidung. Bentuk Concha dan Septumnasi tempat
reseptor pembau pada masing-masing orang tidak saran bentuknya.
Contohnya pada orang yang berhidung mancung akan lebih luas daripada
yang berhidung pesek.
b. Variasi fisiologis, contohnya pada wanita, saat sebelum menstruasi atau
pada saat hamil muda akan menjadi sangat peka.
c. Spesies, pada spesies tertentu yang kemampuan survivalnya tergantung
pada pembauan, akan memiliki indera pembau yang lebih peka,
contohnya pada anjing.
VI. Variabel
1. Variabel kontrol
a. Indera pembau : praktikan
b. Indera pegecap : praktikan
c. Indera pembau dan indera pengecap : praktikan
2. Variabel manipulasi
a. Indera pembau : macam-macam minyak
b. Indera pengecap : macam-macam larutan
c. Indera pembau dan pengecap : macam-macam buah (buah pear,
buah apel, bengkoang dan kentang)
3. Variabel respon
a. Indera pembau : kepekaan rangsangan bau
b. Indera pengecap : respon pengecap praktikan dan daerah penyebaran
reseptor kecap
c. Hubungan indera pembau dan indera pengecap : kepekaan
rangsangan bau dan respon pengecap praktikan
VII. Definisi Operasional Variabel
1. Variabel kontrol : Variabel kontrol adalah variabel yang perlakuannya
dibuat sama. Dalam percobaan ini menggunakan variabel kontrol yaitu
praktikan
2. Variabel manipulasi : Variabel manipulasi adalah variabel yang sengaja
dibuat berbeda untuk mengetahui respon yang terjadi. Dalam percobaan
ini terdapat manipulasi pada indera pembau yang sebagai variabel
mipulasi adalah macam-macam minyak yaitu minyak menthol, miyak
angin, da parfum. Pada indera pengecap yang sebagai variabel manipulasi
adalah macam-macam larutan yaitu larutan gula, larutan garam, larutan
pil kina, larutan asam (jeruk nipis), dan larutan cabai atau merica. Pada
hubungan indera pembau dan indera pengecap variabel manipulasi yang
digunakan yaitu buah pir, buah apel dan begkoang yang dihirup dan di
sentuhkan ke lidah
3. Variabel respon : Variabel respon merupakan variabel yang diamati.
Pada percobaan ini variabel respon pada indera pembau yaitu kepekaan
rangsangan bau yang ciumkan ke hidung praktikan yaitu minyak methol,
minyak angin, dan parfum. Pada indera pengecap yang digunakan variabel
responya yaitu pengecap praktikan dan daerah penyebaran reseptor kecap
yaitu rasa manis, rasa asin, rasa pahit, dan rasa pedas. Pada indera pembau
dan indera pegecap yang digunakan sebagai variabel respon yaitu
kepekaan rangsagan pembau dan respon pengecap praktikan dengan buah
apel, bengkuang, pear dan kentang.

VIII. Bahan dan Alat


1. Bahan
- Minyak menthol - Larutan gula
- Minyak angina - Larutan pil kina
- Minyak cengkeh - Larutan cabai / merica
- Parfum - Bengkoang
- Air - Kentang
- Larutan Garam - Apel
- Larutan Asam - Pear
2. Alat
- Spuit 2.5mL - Peta rasa lidah
- Sapu tangan - Tusuk gigi
- Kapas - Pisau
- Cotton bud - Sendok pengaduk
- Cawan petri - Gelas
- Gelas kimia - Stopwatch

IX. Cara kerja


a. Indera Pembau
1. Praktikan tidak boleh flu / pilek.
2. Tutup mata yang bersangkutan.
3. Ambil parfum dengan jarum syringe secukupnya, kemudian lepaskan
jarum dan biarkan syringe dalam kondisi posisi terbalik (lubang jarum
menghadap ke atas).
4. Sisipkan ujung penutup pada bagian belakang dalam hidung melalui
lubang hidung satu sisi, sedangkan sisi lain lubang hidung ditutup dengan
kapas, agar yang membau hanya satu sisi saja.
5. Praktikan membau / menghirup. Tanyakan bau apa saja yang dibaunya.
Catat hasilnya.
6. Setelah itu posisi syringe diarahkan keatas dan disuruh mengirup lagi.
7. Tanyakan bau apa saja yang dibaunya dan mana yang lebih bau pada
posisi pertama atau posisi kedua. Bandingkan! Catat Hasilnya !
8. Ulangi percobaan diatas dengan bahan yang lain.
9. Tutup lubang hidung yang satu dengan kapas dan yang satu tetap terbuka.
10. Tuang bahan pada spuid secukupnya.
11. Prgang syringe dan dekatkan pada hidung yang terbuka dengan jarak
1.5cm didepan hidung. Kemudian mintalah praktikan untuk menghirup
dan menghembuskan lewat mulut.
12. Ulangi berkali-kali sampai tidak ada lagi membau bahan tersebut.
13. Hitunglah Olfactory Fatigue Times (OFT), yaitu waktu yang dibutuhkan
untuk mencapai ketidakpekaan (kelelehan) pembau, artinya sampai tidak
lagi dapat membau sesuatu. Ulangi 3x kemudian hitung rata-ratanya.
14. Ulangi semua percobaan di atas dengan praktikan yang lain dan
bandingkan hasilnya.
b. Indera Pengecap.
1. Sebelum percobaan dimulai , bersihkan dulu gusi dan lidah dari sisa-
sisamakanan dengan berkumur. Kemudian bersihkan lidah dengan
tissue/kapas agar tidak basah oleh air ludah.
2. Tuangkan cairanpada cawan petri dan rendam cutton bud pada tiap-tiap
larutan .
3. Tutup mata praktikan, agar tidak mengetahui larutan apa yyang
dipergunakan.
4. Sentuhan cotton bud pada tempat-tempat pusat pengecap sesuai tabel 5
dan praktikan diminta untuk mengatakan rasa apa yang dirasakan setiap
kali sentuhan danpada tempat mana yang paling terasa macam larutan
yang disentuhkan.
Tabel 5. Urutan untuk menyentuhkan cotton bud pada pusat pengecap.
Manis Asin Asam Pahit Pedas
Depan 5 2 11 16
Tepi 1 12 7 12
depan
Tepi 13 10 3 8
belakang
Pangkal 9 6 15 4

5. Sebelum mengganti dengan larutan lain, praktikan yang diuji harus


berkumur dahulu.
6. Ulangi percobaan ini dengan cotton bud yang lain sesuai dengan
larutannya. Tanyakan : apakah pada daerah yang disentuh dirasakan rasa
larutan tertentu (sesuai/tidak dengan macam larutan yang dicobakan)
7. Bila jawaban praktikan sesuai dengan larutan yang dicobakan, maka
pada gambarlidah diberi tanda (+) dan bila tidak sesuai diberi tanda (-).
8. Ulangi percobaan ini pada yang lain dengan cotton bud yang berbeda.
Kemudian bandingkan haislnya.
c. Hubungan indera pembau dengan pengecap.
1. Tutup mata praktikan dan hidungnya dituutp dengan sapu tangan.
2. Lidah dibersihkan denan kapas atau tissue. Letakkan sekerat bahan
secara bergantian. Tanyakan apa yang dirasakan setiap kali bahan
diletakkan dilidah, dan tanyakan juga apakah ia dapat membau atau
mengecap.
3. Ulangi percobaan , akan tetapi pada keadaan hidung terbuka.
4. Ulangi percobaan 2x padapraktikan yang sama dan ulangi percobaan
untuk praktikan yang lain. Bandingkan !
5. Catat hasilnya, tanda + untuk kotakyang merasakan dan tanda – untuk
kotak yang tidak merasakan.
6. Ulangi percobaan untuk tangan ventral pada praktikan yang sama.
X. Hasil Pengamatan dan Pembahasan
A. Hasil dan Analisis
Tabel 1. Indera pembau
Pengujian
Nama Perlakuan Bahan
Bawah Atas OFT ORT

I : lubang Minyak + - 17 15
hidung menthol
tidak Minyak + - 43 29
disumbat angin
Parfum + - 47 47
Widi
II : salah Minyak + - 20 1
satu lubang menthol
hidung di Minyak + - 50 2
sumbat angin
Parfum + - 54 3

Tabel 2. Urutan untuk menyentuhkan cutton bud pada pusat


pengecap.
Manis Asin Asam Pahit Pedas

Depan 5+ 2+ 11 + 16 + +

Tepi Depan 1+ 14 + 7+ 12 + +

Tepi 13 + 10 + 3+ 8+ +
Belakang
Pangkal 4+ 6- 15 + 4+ +

Tabel 3. Hubungan indera pembau dan indera pengecap.


Bahan Uji Hidung Tertutup Hidung Terbuka

Buah Pear V V

Apel V V

Kentang V V
Bengkuang V V

B. Analisis

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan pada uji indera


pembau, praktikan lebih peka pada aroma bahan uji parfum ketika
lubang hidung tidak tertutup dan tidak disumbat. OFT (Olfactory fatigue
time) merupakan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai ketidak
pekaan pembau yaitu paling lama 54 pada parfum dengan kondisi salah
satu lubang hidung disumbat, dan ORT (Olfactory recovery time) yaitu
waktu yang dibutuhkan kesembuhan pembau yang paling lama yaitu 27
detikpada parfum dengan kondisi lubang hidung tidak disumbat .

Pada uji indera pengecap kepekaan daerah reseptor pegecap dapat


dirasakan rasa, yaitu rasa manis, rasa asam, rasa asin, rasa pahit dan rasa
pedas. Pada reseptor bagian depan dapat merasakan rasa manis, asin,
asam, pahit dan pedas. Pada daerah reseptor pegecap tepi depan dapat
merasakan manis,asin,pahit dan pedas . Daerah reseptor pegecap pada
tepi belakang dapat merasakan manis, asin, pahit dan pedas. Daerah
reseptor pegecap pangkal dapat merasakan rasa manis, asin, asam, pahit
dan pedas .

Pada uji keterkaitan indera pembau dan indera pengecap


praktikan diberikan perlakuan dengan mata tertutup dan lubang hidung
tidak ditutup, dengnan ini praktikan dapat merasakan bau dan mengecap
pada bahan uji yang telah diberikan (apel, bengkuang, pear dan
kentang), pada kondisi mata dan lubang hidung yang tertutup praktikan
juga dapat mengecap dan menebak benar bahan uji yang diberikan.

C. Pembahasan

Nilai OFT ialah waktu yang dibutuhkan untuk mencapai ketidak


pekaanindera pembau. Dan ORT ialah waktu yang dibutuhkan untuk
kesembuhan indera pembau. Perbedaan hasil kedua praktikan tersebut
dipengaruhi olehfaktor kepekaan indera pembau, yaitu susunan rongga
hidung, usia dan fisiologis.
Berdasarkan hasil dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan
data bahwa dapat diketahui bahwa terdapat nilai pada OFT lebih besar
dibandingkan dengan nilai ORT. Hal tersebut dikarenakan stimulus
yang diberikan berupa minyak menthol, minyak angin, dan parfum
sudah diterima oleh saraf olfaktori yang ada di otak dan telah memberi
respon bahwa bau tersebut adalah berupa minyak menthol, minyak
angin, dan parfum, sehingga untuk menghilangkan bau tersebut akan
butuh waktu yang lebih lama dibandingkan pada saat mengembalikan
bau tersebut untuk dapat mengenalinya lagi.
Pada manusia, indera rasa pengecap merupakan hal yang sangat
berarti karena dengan indera rasa pengecap tersebut dapat merasakan
nikmat dan enaknya makanan serta minuman. Sensasi rasa pengecap
timbul akibat adanya zat kimia yang berikatan pada reseptor indera rasa
pengecap (tastebuds) yang kebanyakan terdapat di permukaan lidah
dan palatum molle. Hanya zat kimia dalam larutan atau zat padat yang
telah larut dalam salivayang dapat berikatan dengan sel reseptor (Budi
Riyanto, 2004; Sherwood,2001).
Pada hasil praktikum yang telah dilakukan data yang didapatkan
tidak sesuai dengan teori. Bagian depan yang seharusnya untuk
merasakan rasa manis namun hasilnya sensitif terhadap rasa pahit.
Bagian tepi belakang hasilnya lebih sensitif terhadap rasa manis
seharusnya sensitif terhadap rasa asin. Dan pada bagian pangkal
harusnya sensitif terhadap rasa pahit namun hasilnya sensitif terhadap
rasa asam. Hal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor salah
satunya dapat disebabkan oleh kesalahan praktikan. Pada saat praktikum
praktikan kurangnya kebersihan waktu berkumur. Sehingga
menyebabkan kondisi mulut belum dalam keadaan netral. Sedangkan
untuk rasa pedas, tidak ada tempat reseptor khusus dalam lidah. Hal ini
disebabkan karena pedas bukan merupakan sebuah variasi rasa,
melainkan hanya sensasi panas atau terbakar pada lidah.
Pada praktikum hubungan antara indra pembau dan pengecap
didapatkan hasil bahwa pada saat kondisi hidung terbuka dan tertutup
dapat merasakan kepekaan bahan uji. Proses yang kompleks dari
“membau dan mengecap” dimulai ketika molekul-molekul dilepaskan
oleh substansi disekitar kita yang menstimulussel syaraf khusus
dihidung, mulut, dan tenggorokan. Sel-sel ini menyalurkan pesan ke
otak dimana bau dan rasa khusus diidentifikasi. Bekerjanya indera
pembau dan indera pengecap tergantung pada reseptor yang biasanya
distimulasi oleh zat kimia (chemoreseptor) selain sistem yang sama-
sama diaktifkan oleh rangsang kimia.

Diskusi

a) Diantara bahan-bahan yang ada, bau apa yang lebih merangsang


praktikan? Jelaskan, mengapa?
Jawab : Bau yang paling merangsang subjek uji adalah minyak menthol
karena kandungan minyak methol adalah sebagai miyak aroma terapi,
yang memiliki aroma yang kuat
b) Sebutkan bagian lidah yang paling peka terhadap perasa primer dengan
peta rasa.
Jawab :
Bagian lidah yang paling peka
terhadap rasa primer adalah bagian
depan peka terhadap rasa manis,
tepi depan peka terhadap rasa
asam, tepi belakang peka terhadap
rasa asin, dan pangkal lidah peka
terhadap rasa pahit.

c) Apakah ada hubungan antara indera pembau dengan indera pengecap?


Jelaskan mengapa?
Jawab :Indera pembau dan indera pengecap saling berkaitan satu sama
lainnya, dimana interaksi antara rasa dan aroma lebih pada
memodifikasi intensitas rasa yang diterima dengan adanya keberadaan
aroma atau bau tertentu. Keberadaan aroma suatu bahan memicu sensasi
akan rasa bahan pada saat hidung praktikan ditutup lebih rendah
dibandingkan saat hidung praktikan dibuka.

XI. Kesimpulan
Berdasarkan data yang telah didapatkan dapat disimpulkan bahwa
ada pengaruh rangsangan bau terhadap kepekaan seseorang. Hal ini
dibuktikan dengan kondisi hidung terbuka dan tertutup dapat praktikan
dapat merasakan kepekaan bahan uji.
DAFTAR PUSTAKA

Anis Nadhia Bt Roslan, Jenny sunariani, Anis irmawati. 2009, Penurunan


sensitivitas rasa manis akibat pemakaian pasta gigi yang mengandung
Sodium lauryl sulphate 5%, Jurnal Pdgi, vol. 58, no 2, hlm 10-13.
Budi Riyanto Wreksoatmodjo. 2004. Aspek Neurologik Gangguan Rasa
Pengecapan. Majalah Kedokteran Atma Jaya. 3(3). hlm. 155-6.

C. Roland leeson, 1996, Buku Ajar Histologi, Penerjemah: Yan Tambayong,


Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Don W, Fawcett. 2002, Buku Ajar Histologi, Penerjemah: dr.Jan Tambayong,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Evelyn Pearce. 2009, Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis 2, Penerjemah: dr.
Kartono Mohamad , Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Ganong., W F. (1998) Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta; Buku Kedokteran
UGC.
Greenberg MS, Brightman VJ, Lynch MA. Burket’s Oral Medicine Diagnosis and
Treatment. J.B. Lippineott Company, London, 1992: 432 – 435.
Guyton A C. 2001,Buku ajar fisiologi kedokteran (Indera Kimia-pengecapan dan
penciuman).Penerjemah: Irawati Setiawan.Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
Guyton AC, Hall JE. Text book of medical physiology (Taste and smell). 11th Ed.
Mississippi: Elsevier Book Aid International, 2009:663-7.
Irianto Koes. 2012, Anatomi Dan Fisiologi Untuk Mahasiswa, Penerbit Alfabeta,
Bandung.
Marya R K. A text book of phisiology for dental students (Taste and Smell). New
Delhi: CBS Publishers & Distributors, 2002: 256-9.
Sufitni. Anatomi (Lidah sebagai indera pengecap). Departemen Anatomi Fakultas
Kedokteran USU, 2008:87-8.
Hermanto Agung. 2012, Konsumsi Rokok dan Prevalensi merokok, Available
From: URL; http://www.litbang.depkes.go.id
Widjaja, H. 2009. Fisiologi untuk Kedokteran. Jakarta: EGC.
LAMPIRAN
Dokumentasi Keterangan
Praktikan menebak bau
dengan mata tertutup
dan hidung tidak
tertutup.

Praktikan menebak bau


dengan mata tertutup
dan salah satu lubang
hidung tertutup

Anda mungkin juga menyukai