Judul
Indera Pembau , Pengecap, dan Keterkaitan Keduanya pada Mamalia.
II. Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh rangsangan bau oada indera penciuman dan indera
pengecap. ?
III. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Praktikan mengetahui pentingnya pengaruh rangsangan bau terhadap
kepekaan seseorang.
2. Praktikan mampu menentukan kecermatan pengecapan praktikan pada
penggunaan beberapa bahan.
3. Praktikan mampu menentukkan daerah penyebaran reseptor dari
keempat sensasi kecap primer berdasarkan kepekaan tetinggi terhadap
bahan yang bersangkutan.
4. Praktikan mampu menentukan daerah penyebaran reseptor kecap selain
sensasi primer.
5. Praktikan mampu mengetahui pentingnya pengaruh bau terhadap kesan
pengecap.
IV. Hipotesis
Ha = Tidak terdapat pengaruh rangsangan bau pada indera penciuman dan
indera pengecap.
H0 = Ada pengaruh rangsangan bau pad aindera penciuman dan indera
pengecap.
V. Dasar Teori
Lidah adalah salah satu dari panca indera yang berfungsi sebagai alat
pengecap (Mark H. Swartz 1995, Anis 2009, Don W 2002) . Pengecap rasa
pada lidah disebut dengan taste buds. Taste buds mengandung pori-pori atau
dikenal sebagai taste pore yang mengandung mikrovili dan membawa sel
gustatoris yang akan distimuli oleh berbagai cairan kimiawi. Mikrovili
merupakan reseptor permukaan bagi rasa. Serabut nervus sensorik dari taste
buds pada bagian anterior lidah menghantarkan impuls ke batang otak
melalui chorda tympani (cabang dari nervus facialis). Bagian posterior lidah
menghantar impuls ke batang otak melalui nervus glossopharyng sedangkan
taste buds pada pharynx dan epiglottis diinervasi oleh nervus vagus untuk
menginterpretasikan rasa (Marya 2002). Taste buds mengandung beberapa
reseptor rasa yaitu rasa asam, asin, manis, pahit dan umami. Rasa asam
sering digunakan untuk mendeteksi keasaman, rasa asin dapat memodulasi
diet untuk kestabilan elektrolit tubuh, rasa manis penting untuk menambah
energi tubuh, rasa pahit dapat mendeteksi berbagai toksin dan rasa umami
digunakan untuk mendeteksi asam amino (Anis 2009).
Anatomi Lidah
Lidah adalah salah satu dari panca indera yang befungsi sebagai alat
pengecap. Lidah terletak didasar mulut dan melekat pada tulang hioid.
Lidah berwarna merah dan permukaannnya tidak rata. Korpus lidah
mengandung otot intrinsik dan ekstrinsik dan merupakan otot terkuat
didalam tubuh (Mark H. Swartz 1995, Irianto 2012, Greenberg MS 1992).
Otot intrinsik berfungsi untuk melakukan semua gerakan lidah, otot
ekstrinsik berfungsi mengaitkan lidah pada bagian-bagian sekitarnya serta
membantu melakukan gerakan menekan makanan pada langit-langit dan
gigi, kemudian mendorongnya masuk ke faring (Sufitni 2008, Mark H.
Swartz 1995).
Pada permukaan atas atau dorsal lidah terdapat alur berbentuk “V”
yaitu sulkus terminalis, ujung “V”nya mengarah ke posterior. Sulkus ini
membagi lidah menjadi bagian anterior dan bagian posterior. Sebagian
besar lidah terdiri atas serat serat otot rangka diliputi lendir dan kelenjar.
Serat otot lidah yang intrinsik, yaitu yang terdapat didalam lidah dan
ekstrinsik yaitu yang lainnya yang berorigo diluar terutama pada mandibula,
tulang hioid, dan berinsersi pada lidah. Diantara serat-serat otot, terdapat
kelenjar. Kelenjar utama tersebut bersifat seperti mukosa terdapat pada
pangkal lidah, dengan saluran keluar bermuara di belakang sulkus
terminalis. Kelenjar serosa terletak pada badan lidah, dengan saluran keluar
bermuara di depan sulkus, sedangkan asini campur terletak di ujung lidah,
dengan salurannya bermuara pada permukaan bawah lidah (C.Roland 1996,
Don W 2002).
Membran mukosa pada permukaan bawah lidah sifatnya licin dan di
bawahnya terdapat tunika submukosa. Pada permukaan atas terlihat banyak
tonjolan-tonjolan kecil disebut papila lidah (C.Roland 1996).
Tonjolantonjolan kecil pada permukaan lidah (papilla) terdapat sel-sel
reseptor (tunas pengecap). Terdapat lebih dari 10.000 tunas pengecap pada
lidah manusia, sel-sel ini tumbuh seminggu setelah itu digantikan oleh sel-
sel yang baru. Sel-sel inilah yang bisa membedakan rasa manis asam, pahit,
dan asin (Evelyn 2009).
Taste Buds
Terdapat 4 tipe rasa dasar pada lidah yaitu asam, asin, manis, dan
pahit. Seluruh rasa ini dapat dirasakan oleh seluruh permukaan lidah. Rasa
manis dan rasa asin dirasakan pada ujung lidah, asam pada samping lidah
dan pahit pada daerah sekitar papilla sirkumvalata. Keempat rasa ini
dikenal dengan istilah sensasi rasa primer (Don W 2002).
a. Rasa Manis
Gula atau pemanis buatan tidak langsung masuk sel rasa, tetapi memicu
dulu perubahan di dalam sel. Senyawa tersebut akan terikat reseptor pada
permukaan sel rasa yang digandeng dengan molekul Gprotein.
Dinamakan G-protein karena untuk aktivitasnya protein ini diatur oleh
Guanin Trifosfat (Irianto 2012). Beberapa jenis zat kimia yang
menyebabkan rasa ini meliputi gula, glikol, alkohol, aldehida, keton,
amida, ester, asam amino, asam sulfonat, asam halogen, dan garam
anorganik dari timah hitam dan berilium. Hampir semua zat yang
menyebabkan rasa manis merupakan zat kimia organik, satu-satunya zat
anorganik yang menimbulkan rasa manis merupakan garam-garam
tertentu dari timah hitam dan berillium (Guyton 2009).
b. Rasa Asam
Ion hidrogen dalam larutan dapat menyebabkan sensasi rasa asam. Ion ini
bereaksi terhadap sel rasa dalam tiga cara yaitu, dapat masuk ke dalam sel
secara langsung, memblokir kanal ion kalium pada mikrovili, dan
mengikat kanal bukaan di mikrovili, sehingga ion-ion positif dapat masuk
dalam sel rasa. Muatan positif ini akan berakumulasi dan mendorong
terjadinya depolarisasi yang dapat melepaskan neurotransmiter dan
menyalurkan sinyal ke otak (Irianto 2012).
c. Rasa Asin
Garam dapur atau Natrium Klorida (NaCl) adalah satu contoh dari garam
yang dapat menimbulkan sensasi rasa asin. Ion natrium masuk melalui
kanal ion pada mikrovili bagian apikal, atau lewat kanal pada basolateral
(sisi) sel rasa, hal inilah yang akan membangunkan sel rasa tersebut
(Irianto 2012). Kualitas rasa asin sedikit berbeda dari satu garam dengan
garam lainnya karena beberapa jenis garam juga mengeluarkan rasa lain
di samping rasa asin (Guyton 2009).
d. Rasa Pahit
Seperti rasa manis, rasa pahit tidak disebabkan suatu jenis agen kimia.
Pembagian kelas zat yang sering menyebabkan rasa pahit adalah zat
organik rantai panjang yang berisi nitrogen dan alkaloid yang terdiri dari
banyak obat yang digunakan dalam kedokteran seperti kuinin, kafein,
strikmin, dan nikotin (Irianto 2012), misalnya kuinin, zat ini bereaksi
melalui G-protein bersama reseptor dan second messenger. Namun, hanya
second messenger yang mampu mendorong pelepasan ion kalsium dari
retikulum endoplasma. Depolarisasi pun terjadi akibat terakumulasinya
ion kalsium, dan terjadi juga pelepasan neurotransmiter (Guyton 2009).
Indera Pembau
Alat pembau atau sistem olfaction biasa juga disebut dengan
Organon Olfaktus, dapat menerima stimulus benda-benda kimia sehingga
reseptomya disebut pula chemoreceptor. Organon olfaktus terdapat pada
hidung bagian atas, yaitu pada concha superior dan membran ini hanya
menerima rangsang benda benda yang dapat menguap dan berwujud gas.
Bagian-bagiannya adalah sebagai berikut:
a. Concha Superior
b. Concha Medialis
c. Concha Inferior
d. Septum nasi (sekat hidung)
Concha-concha tersebut adalah dari tulang, ditutupi oleh selaput
lender yang mengandung penuh pembuluh, pembuluh darah dan dapat
membesar. Gunanya untuk memanasi hawa yang akan masuk ke paru-paru.
Reseptor organon olfactory terdapat di bagian atas hidung,
menempel pada lapisan jaringan yang diselaputi lender dan disebut
olfactory muscosa. Selaput lender tersebut berfungsi untuk melembabkan
udara. Pada bagian tersebut juga terdapat bulu-bulu hidung yang berfungsi
untuk menyaring debu dan kotoran.
Benda kimia yang dapat menstimulasi sel saraf dalam hidung adalah
substansi yang dapat larut dalam zat cair (lendir) yang terdapat pada cilia
yang menutupi sel tersebut. Makin berbau suatu substansi, maka hal tersebut
menunjukkan bahwa makin banyak molekul yang dapat larut dalam air dan
lemak (konsentrasi penguapannya tinggi).
Reseptor olfaktori hanya mampu berfungsi selama 35 hari. Bila
mati, baik karena sebab yang alami, maupun karena kerusakan fisik, maka
reseptor tersebut akan digantikan oleh reseptor-reseptor baru yang axonnya
akan berkembang ke lapisan olfactory bulbs yang akan dituju, dan bila telah
sampai pada lapisan yang dimaksud, mereka akan memulihkan koneksi
synapsis yang terputus. Kemampuan membau makhluk hidup tergantung
pada:
a. Susunan Rongga Hidung. Bentuk Concha dan Septumnasi tempat
reseptor pembau pada masing-masing orang tidak saran bentuknya.
Contohnya pada orang yang berhidung mancung akan lebih luas daripada
yang berhidung pesek.
b. Variasi fisiologis, contohnya pada wanita, saat sebelum menstruasi atau
pada saat hamil muda akan menjadi sangat peka.
c. Spesies, pada spesies tertentu yang kemampuan survivalnya tergantung
pada pembauan, akan memiliki indera pembau yang lebih peka,
contohnya pada anjing.
VI. Variabel
1. Variabel kontrol
a. Indera pembau : praktikan
b. Indera pegecap : praktikan
c. Indera pembau dan indera pengecap : praktikan
2. Variabel manipulasi
a. Indera pembau : macam-macam minyak
b. Indera pengecap : macam-macam larutan
c. Indera pembau dan pengecap : macam-macam buah (buah pear,
buah apel, bengkoang dan kentang)
3. Variabel respon
a. Indera pembau : kepekaan rangsangan bau
b. Indera pengecap : respon pengecap praktikan dan daerah penyebaran
reseptor kecap
c. Hubungan indera pembau dan indera pengecap : kepekaan
rangsangan bau dan respon pengecap praktikan
VII. Definisi Operasional Variabel
1. Variabel kontrol : Variabel kontrol adalah variabel yang perlakuannya
dibuat sama. Dalam percobaan ini menggunakan variabel kontrol yaitu
praktikan
2. Variabel manipulasi : Variabel manipulasi adalah variabel yang sengaja
dibuat berbeda untuk mengetahui respon yang terjadi. Dalam percobaan
ini terdapat manipulasi pada indera pembau yang sebagai variabel
mipulasi adalah macam-macam minyak yaitu minyak menthol, miyak
angin, da parfum. Pada indera pengecap yang sebagai variabel manipulasi
adalah macam-macam larutan yaitu larutan gula, larutan garam, larutan
pil kina, larutan asam (jeruk nipis), dan larutan cabai atau merica. Pada
hubungan indera pembau dan indera pengecap variabel manipulasi yang
digunakan yaitu buah pir, buah apel dan begkoang yang dihirup dan di
sentuhkan ke lidah
3. Variabel respon : Variabel respon merupakan variabel yang diamati.
Pada percobaan ini variabel respon pada indera pembau yaitu kepekaan
rangsangan bau yang ciumkan ke hidung praktikan yaitu minyak methol,
minyak angin, dan parfum. Pada indera pengecap yang digunakan variabel
responya yaitu pengecap praktikan dan daerah penyebaran reseptor kecap
yaitu rasa manis, rasa asin, rasa pahit, dan rasa pedas. Pada indera pembau
dan indera pegecap yang digunakan sebagai variabel respon yaitu
kepekaan rangsagan pembau dan respon pengecap praktikan dengan buah
apel, bengkuang, pear dan kentang.
I : lubang Minyak + - 17 15
hidung menthol
tidak Minyak + - 43 29
disumbat angin
Parfum + - 47 47
Widi
II : salah Minyak + - 20 1
satu lubang menthol
hidung di Minyak + - 50 2
sumbat angin
Parfum + - 54 3
Depan 5+ 2+ 11 + 16 + +
Tepi Depan 1+ 14 + 7+ 12 + +
Tepi 13 + 10 + 3+ 8+ +
Belakang
Pangkal 4+ 6- 15 + 4+ +
Buah Pear V V
Apel V V
Kentang V V
Bengkuang V V
B. Analisis
C. Pembahasan
Diskusi
XI. Kesimpulan
Berdasarkan data yang telah didapatkan dapat disimpulkan bahwa
ada pengaruh rangsangan bau terhadap kepekaan seseorang. Hal ini
dibuktikan dengan kondisi hidung terbuka dan tertutup dapat praktikan
dapat merasakan kepekaan bahan uji.
DAFTAR PUSTAKA