Anda di halaman 1dari 13

KIMIA ANORGANIK FISIK

SENYAWA KOMPLEKS

Kelompok 7 :

1. Fitri Indah Haryati : 06101381621042

2. Mifthahul Jannah : 06101381621044

3. Miranda Permata Sari : 06101381621036

Dosen Pengampuh : M. Hadeli L., Drs. M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019

Sejarah Senyawa Kompleks


Senyawa kompleks telah dikenal manusia sejak awal kemunculan ilmu kimia,
misalnya adanya warna biru prusia (Prussian blue). Terobosan utama terjadi ketika Alfred
Werner mengusulkan sebuah teori pada tahun 1893 bahwa Co(III) dapat mengikat enam ligan
dalam geometri oktahedral. Teorinya memungkinkan peneliti untuk memahami perbedaan
antara ikatan ion dan ikatan koordinasi dalam suatu senyawa, misalnya klorida dalam kobalt
amina klorida dan dapat menjelaskan banyaknya isomer yang belum pernah dijelaskan
sebelumnya.
Pada tahun 1914, Werner mengusulkan kompleks koordinasi pertama yang disebut
heksol.Heksol mengandung isomer optik, dan mematahkan teori bahwa senyawa karbon saja
yang bisa memiliki kiralitas.

Sifat Elektronik Senyawa Kompleks

Sifat-sifat kompleks logam ditentukan oleh struktur elektroniknya.Struktur elektronik


dapat dijelaskan dengan model ionik yang mengandung muatan formal terhadap logam dan
ligan.Pendekatan ini sering disebut sebagai Teori Medan Kristal (Crystal Field Theory,
CFT).CFT diperkenalkan oleh Hans Bethe pada tahun 1929, yang menggunakan mekanika
kuantum untuk menjelaskan senyawa kompleks.
Ada sebuah model yang lebih canggih yang menyangkut kovalensi, dan pendekatan
ini disebut sebagai Teori Medan Ligan (Ligands Field Theory, LFT) dan teori orbital molekul
(MO). Teori medan ligan, diperkenalkan pada tahun 1935 dan dibangun dari teori orbital
molekul, dapat menjelaskan lebih luas tentang senyawa kompleks pada interaksi kovalen.

Pengertian Senyawa Kompleks


Senyawa kompleks adalah senyawa yang tersusun dari suatu ion logam pusat dengan
satu atau lebih ligan yang menyumbangkan pasangan elektron bebasnya kepada ion logam
pusat. Donasi pasangan elektron ligan kepada ion logam pusat menghasilkan ikatan kovalen
koordinasi sehingga senyawa kompleks juga disebut senyawa koordinasi [1]. Jadi semua
senyawa kompleks atau senyawa koordinasi adalah senyawa yang terjadi karena adanya
ikatan kovalen koordinasi antara logam transisi dengan satu atau lebih ligan [2]. Senyawa
kompleks sangat berhubungan dengan asam dan basa lewis dimana asam lewis adalah
senyawa yang dapat bertindak sebagai penerima pasangan bebas sedangkan basa lewis adalah
senyawa yang bertindak sebagai penyumbang pasangan elektron [3]. Senyawa kompleks
dapat diuraikan menjadi ion kompleks.
1. Ligan
Ligan adalah molekul netral atau anion yang mempunyai pasangan electron bebas
(dapat dilihat dari struktur Lewisnya). Contoh : NH3, CN- Ligan atau gugus pelindung
merupakan atom/ion bagian dari senyawa koordinasi yang berada di bagian luar sebagai
pemberi pasangan elektron sehingga dapat disebut sebagai basa Lewis yang memiliki
pasangan electron bebas.
Di dalam ligan terdapat atom donor yaitu atom yang memiliki pasangan elektron
bebas atau atom yang terikat melalui ikatan π. Melalui atom donor tersebut suatu ligan
melakukan ikatan kovalen koordinasi dengan atom pusat yang ada.
Ligan dapat dengan baik diklasifikasikan atas dasar banyaknya titik-lekat kepada ion logam,
yaitu :
 Monodentat adalah ligan yang menyumbangkan 1 PEB ke atom pusat. Seperti ion-ion
halida atau molekul-molekul H2O atau NH3
 Bidentat adalah bila molekul atau ion ligan mempunyai dua atom, yang masing-
masing mempunyai satu pasangan elektron menyendiri, maka molekul itu mempunyai
dua atom-penyumbang, dan adalah mungkin untuk membentuk dua ikatan-koordinasi
dengan ion logam yang sama. Contoh : C2O42-
 Multidentat adalah ligan yang menyumbangkan lebih dari dua PEB ke atom pusat.
misalnya asam 1,2-diaminoetanatetraasetat (asam etilenadiaminatetraasetat, EDTA)
yang mempunyai dua atom nitrogen-penyumbang dan empat atom oksigen-
penyumbang dalam molekul, dapat merupakan heksadentat.

2. Bilangan Koordinasi
Adalah jumlah atom tetangga yang bersebelahan dengan suatu atom pusat di dalam
sebuah molekul atau kristal. Cara untuk menentukan bilangan koordinasi tidak sama untuk
molekul dan kristal. Untuk molekul dan ion poliatomik, bilangan koordinasi suatu atom
ditentukan cukup dengan menghitung jumlah atom yang terikat dengan atom pusat (oleh
ikatan tunggal atau ganda). Contohnya, di dalam kompleks [Cr(NH3)2Cl2Br2]−, Cr3+ adalah
kation pusatnya dan memiliki bilangan koordinasi sebesar 6.
Namun, kristal dengan struktur padat memiliki ikatan yang lebih sult didefinisikan,
dan dalam kasus ini jumlah atom tetangga-lah yang digunakan. Metode yang paling
sederhana adalah metode yang digunakan di dalam ilmu material. Bilangan koordinasi suatu
struktur dalam hal ini mengacu kepada jumlah tetangga suatu atom di dalam kisi kristal.

3. Atom pusat
Atom pusat merupakan atom bagian dari senyawa koordinasi yang berada di pusat
(bagian tengah) sebagai penerima pasangan electron sehingga dapat di sebut sebagai asam
Lewis, Umumnya berupa logam (terutama logam-logam transisi).

4. Atom atau Gugus lain


Atom atau gugus lain dapat berupa kation dan anion. Contoh senyawa kompleks :

[Cu(H2O)4]SO4
1 2 3 4
Keterangan :
1 = Atom pusat
2 = Ligan
3 = Bilangan Koordinasi
4 = Atom lain/gugus lain
Ikatan antar ion pusat adalah ikatan koordinasi, dimana ligan bertindak sebagai basa lewis
(donor) pasangan electron dan ion pusat bertindak sebagai asam lewis (akseptor) pasangan
electron.

Ion Kompleks
Ion kompleks adalah senyawa ionik, di mana kation dari logam transisi berikatan
dengan dua atau lebih anion atau molekul netral. Dalam ion kompleks, kation logam unsur
transisi dinamakan atom pusat, dan anion atau molekul netral terikat pada atom pusat
dinamakan ligan (Latin: ligare, artinya mengikat).
Menurut teori asam-basa Lewis, ion logam transisi menyediakan orbital d yang
kosong sehingga berperan sebagai asam Lewis (akseptor pasangan elektron bebas) dan ion
atau molekul netral yang memiliki pasangan elektron bebas untuk didonorkan berperan
sebagai basa Lewis.
Contoh ion kompleks adalah [Fe(H2O)6]3+.
Atom Fe bermuatan 3+ dengan konfigurasi elektron [Ar] 3d5 4s0. Oleh karena atom
Fe dapat mengikat enam molekul H2O (netral), atom Fe harus menyediakan enam buah
orbital kosong. Hal ini dicapai melalui hibridisasi d2sp3. Proses hibridisasinya adalah sebagai
berikut.
Konfigurasi atom Fe :

Konfigurasi dari ion Fe3+ :

Oleh karena memerlukan enam orbital kosong, hibridisasi yang terjadi


adalah d2sp3, yakni 2 orbital dari 3d, 1 orbital dari 4s, dan 3 orbital dari 4p. Keenam
orbital d2sp3 selanjutnya dihuni oleh pasangan elektron bebas dari atom O dalam
molekul H2O.
Molekul atau ion yang bertindak sebagai ligan, yang terikat pada atom pusat,
sekurang-kurangnya harus memiliki satu pasang elektron valensi yang tidak digunakan,
misalnya Cl–, CN–, H2O, dan NH3, seperti ditunjukkan pada struktur Lewis Gambar 1.

Gambar 1. (a) Ligan H2O dan (b) NH3.


Pada pembentukan ion kompleks, ligan dikatakan mengkoordinasi logam sebagai
atom pusat. Ikatan yang terbentuk antara atom pusat dan ligan adalah ikatan kovalen
koordinasi. Penulisan rumus kimia untuk ikatan koordinasi dalam senyawa kompleks
digunakan tanda kurung siku. Jadi, dalam rumus [Cu(NH3)4]SO4 terdiri atas
kation [Cu(NH3)4]2+ dan anion SO42–, dengan kation merupakan ion kompleks. Senyawa yang
terbentuk dari ion kompleks dinamakan senya a kompleks atau koordinasi.
Ion kompleks memiliki sifat berbeda dengan atom pusat atau ligan pembentuknya.
Misalnya, pada ion kompleks Fe(SCN)2+, ion SCN– tidak berwarna dan ion Fe3+ berwarna
cokelat. Ketika kedua spesi itu bereaksi membentuk ion kompleks, [Fe(SCN)6]3– warnanya
menjadi merah darah. Pembentukan kompleks juga dapat mengubah sifat-sifat ion logam,
seperti sifat reduksi atau sifat oksidasi. Contohnya, Ag+ dapat direduksi oleh air dengan
potensial reduksi standar:
Ag+(aq) + e– → Ag(s) Eo = +0,799 V
Namun ion [Ag(CN)2]– tidak dapat direduksi oleh air sebab ion Ag+ sudah dikoordinasi oleh
ion CN– menjadi stabil dalam bilangan oksidasi +1.

[Ag(CN)2]–(aq) + e– → Ag(s) Eo = –0,31 V

Tata Nama Senyawa Kompleks


Tata cara penamaan senyawa kompleks antara lain dipublikasikan oleh IUPAC dalam
Nomenclature of Inorganic Chemistry ( Blackwell Scientific Publisher, 1989).
Beberapa aturan dasar dalam penamaan senyawa kompleks dijelaskan berikut ini.

Penulisan Nama Senyawa Kompleks


Dalam menuliskan nama dari suatu senyawa kompleks, beberapa aturan dasar adalah
sebagai berikut :
1. Nama ion positif dalam senyawa kompleks dituliskan di awal, diikuti nama ion
negatif
2. Untuk menuliskan nama ion kompleks, nama ligan dituliskan pertama dan
diurutkan secara alfabetis (tanpa memandang jenis muatannya), diikuti oleh nama
logam
Contoh :

 [CoSO4(NH3)4]NO3
tetraamminsulfatkobalt (III) nitrat

 K4[Fe(CN)6]
kalium heksasianoferat (II)
3. Jika dalam senyawa kompleks ada sejumlah ligan yang sama, biasanya digunakan
awalan di, tri, tetra, penta, heksa, dan seterusnya untuk menunjukkan jumlah ligan
dari jenis itu. Suatu pengecualian terjadi jika nama dari suatu ligan mengandung
suatu angka, misalnya dipiridil atau etilendiamin. Untuk menghindari kerancuan
dalam kasus semacam itu, digunakan awalan bis, tris, dan tetrakis sebgai ganti di,
tri, dan tetra, dan nama dari ligan ditempatkan dalam tanda kurung.
Contoh :

 [Co(en)3]2(SO4)3
Tris(etilendiammin)kobalt(III) sulfat

 [Co(en)2(ONO)Cl]Cl
Bis(etilendiammin)nitritokobalt(III) klorida

Contoh lain :
Senyawa [Cu(py)2Cl2], (py adalah ligan piridin), tidak dinamakan sebagai
diklorodipiridintembaga (II). Kompleks tersebut dinamakan sebagai kompleks
diklorobis(piridin)tembaga(II). Penamaan tersebut dikarenakan kompleks mengandung 2
ligan piridin, bukan 1 ligan dipiridin.

(a) (b)

Gambar a. ligan piridin

Gambar b. ligan dipiridin

Aturan Penulisan Nama Ligan

(a) Nama dari ligan yang bermuatan negatif beri akhiran –o, contohnya:
F- fluoro H- hidrida HS- merkapto
Cl- kloro OH- hidrokso S2- thio
Br- bromo O2- okso CN- siano
I- iodo O2-2 perokso NO2- nitro

(b) Ligan yang tidak bermuatan atau netral tidak diberi akhiran khusus. Contohnya
meliputi NH3 (amina), H2O (akua), CO (karbonil) dan NO (nitrosil). Ligan N2 dan
O2 disebut dinitrogen dan dioksigen. Ligan organik biasanya disebut dengan nama
lazimnya, contohnya fenil, metil, etilendiamin, piridin, trifenilfosfin
(c) Walaupun jarang ada, ligan yang bermuatan positif diberi akhiran –ium, misalnya
NH2NH3+ (hidrazinium)

Beberapa ligan yang cukup rumit strukturnya atau memiliki nama yang cukup
panjang dapat dituliskan dengan menggunakan singkatan tertentu. Beberapa nama ligan yang
umumnya disingkat dapat dilihat dalam tabel berikut.

Nama ligan Simbol/singkatan

en

py
 Etilendiamin
 Piridin pn
 Propilendiammin
dien
 Dietilendiammin
 Trietilendiammin trien
 Bipiridin
bipy
 Etilendiamintetraasetat
 Dimetilglioksimat EDTA
 fenantrolin
DMG

Phen

Aturan Penulisan Nama Logam

a. Nama logam pusat dalam ion kompleks dituliskan paling akhir


b. Logam pada kompleks negatif (anion) diberi akhiran –at
Contoh : Na[Co(CO)4] = natrium tetrakarbonilkobaltat (I)

c. Logam pada kompleks netral atau kompleks positif (kation) tidak diberi akhiran
khusus
Contoh :

[Co(NO2)3(NH3)3] = Triammindinitrokobalt(III)

[CoSO4(NH3)4]NO3 = Tetraamminsulfatokobalt(III)

d. Muatan dari logam pusat ditunjukkan dengan angka Romawi yang langsung
dituliskan di belakang nama logam tersebut

Penulisan Rumus Molekul Senyawa Kompleks


Dalam menuliskan rumus molekul senyawa kompleks, ada beberapa aturan yang
harus iikuti, yaitu sebagai berikut :
1. Ion kompleks dituliskan dalam tanda kurung persegi “ […..]”
2. Logam dituliskan pertama, diikuti ligan
3. Ligan dituliskan setelah logam dengan urutan :
ligan negatif – ligan netral – ligan positif

4. Urutan penulisan ligan dengan muatan yang sama disesuaikan dengan urutan abjad
Contoh :

 triammintrinitrokobalt (III) = [Co(NO2)3(NH3)3]


 kalium nitrosilpentasianoferat(II) = K[Fe(CN)5NO]

Ligan Ambidentat
Beberapa jenis ligan memiliki lebih dari satu pasang elektron bebas yang bisa
digunakan dalam pembentukan ikatan, sehingga dapat terikat pada logam melalui atom yang
berbeda. Ligan semacam ini disebut sebagai ligan ambidentat.
Contoh :

 NO2- : nitro ONO- : nitrito


Ligan nitro berikatan dengan logam melalui pasangan elektron bebas pada atom N.
Adapun ligan nitrito berikatan dengan logam melalui psangan elektron bebas yang
dimiliki oleh atom O
 SCN- : tiosianato NCS- : isotiosiano
Tiosianat terikat pada logam melalui atom S. Sedangkan isotiosianta membentuk
ikatan dengan logam melalui pasangan elektron bebas yang dimiliki oleh atom N

Atom pada ligan yang berikatan dengan logam dapat pula ditunjukkan dengan
menuliskannya dalam huruf kapital

Contoh :

 [Co(NH3)5(NO2)]Cl2(kuning-kecoklatan)
Pentaamminnitrokobalt(III) klorida

pentaamminnitrito-N-kobalt(III) klorida

 [Co(NH3)5(ONO)]Cl2 (merah)
Pentaamminnitritokobalt(III) klorida

Pentaamminnitrito-O-kobalt(III) klorida

Ligan Jembatan
Pada sejumlah kompleks, terdapat lebih dari satu atom logam sebagai atom pusat dari
kompleks tersebut. Kedua atom logam dihubungkan oleh ligan yang berfungsi sebagai
jembatan dengan menghubungkan 2 atom logam tersebut. Ligan semacam ini disebut sebagai
ligan jembatan
Ligan yang berfungsi sebagai ligan jembatan pada penulisannya diberi awalan μ. Jika
ada dua atau lebih ligan jembatan, dinyatakan sebagai di-μ atau μ-di,tri-μ atau μ-tri, dan
seterusnya
Urutan ligan jembatan dalam penulisan nama kompleks disesuaikan secara alfabetis
dengan ligan-ligan lainnya dalam kompleks tersebut
Contoh :

Oktaammine μ-dihidroksodikobalt(III) sulfat


Contoh Penerapan Tata Nama Senyawa Kompleks:

Rumus Molekul Nama Senyawa Kompleks

kalsium klorida dihidrat (nama garam biasa)


CaCl2.2H2O
kalium heksasianidoferat(II) atau kalium heksasianidoferat(4-)
K4[Fe(CN)6]
atau tetrakalium heksasianidoferat
tetraaminadiaquatembaga(II) sulfat atau
[Cu(H2O)2(NH3)4]SO4
tetraaminadiaquatembaga(2+) sulfat
tetraaminadikloridokobalt(III) klorida atau
[CoCl2(NH3)4]Cl tetraaminadikloridokobalt(1+) klorida
[Co(H2O)6]2+ ion heksaaquakobalt(II) atau ion heksaaquakobalt(2+)
heksaaminakromium(III) nitrat atau heksaaminakromium(3+)
[Cr(NH3)6](NO3)3
nitrat
Co(py)2(NH3)2(NO2)2]NO3 diaminadinitrodipiridinkobalt (III) nitrat
trisetilendiaminanikel(II) sulfat atau trisetilendiaminanikel(2+)
[Ni(en)3](SO2)
sulfat
.

Kompleks Netral:

[AgCl(PPh3)3] = klorotris(trifenilfosfina)perak(I)

cis - [Pt(NH3)2Cl2] = cis-diaminadikloroplatina(II)

fac- [Ru(H2O)3Cl3] = fac-triakuatriklororutenium(III)

[BaI2(py)6] = diiodoheksapiridinabarium(II)

[Ni(CO)4] = tetrakarbonilnikel

[Co(NH3)3(NO2)3] = triaminatrinitrokobalt(III)

Kompleks Ionik:

K3[ Fe(CN)6 ] = kalium heksasianoferat(III) atau Kalium heksasianoferat(3-)


K4[ Fe(CN)6 ] = kalium heksasianoferat(II) atau kalium heksasianoferat(4-)

[V(CO)5]3- = ion pentakarbonilvanadat(-III) atau ion pentakarbonilvanadat(3-)

[Fe(CO)4]2- = ion tetrakarbonilferat(-II) atau ion tetrakarbonilferat(2-)

trans –[Co(NH3)4Br2]Br = trans-tetraminadibromokobalt(III) bromida atau

trans-tetraminadibromokobalt(1+) bromida

[Cu(NH3)4]SO4 = tetraaminatembaga(2+) sulfat atau tetraaminatembaga(II)

sulfat

[Cu(NH3)4][PtCl4] = tetraaminatembaga(II) tetrakloroplatina(II) atau

tetraaminatembaga(2+) tetrakloroplatina(2-)

[Mg(MeCN)6[MgBr4] = heksaasetonitrilmagnesium(II)tetrabromomagnesat(II) atau

heksaasetonitrilmagnesium(2+)tetrabromomagnesat(2-)

[Ru(NH3)5(NO2)]Cl = pentaaminanitrorutenium(II) klorida atau

pentaaminanitrorutenium(1+) klorida

trans-[Cr(NH3)4(SCN)2]Br = trans-tetraaminaditiosianatokromium(III) bromide atau

trans-tetraaminaditiosianatokromium(1+) bromida

[Br4Re – ReBr4]4- = ion bis[tetrabromorenat(II)] atau ion bis(tetrabromorenat)(4-)

[(CO)5Mn – Mn(CO)5] = bis(pentakarbonilmangan)


DAFTAR PUSTAKA

Effendy.2007.Kimia Koordinasi Jilid 1.Malang:Bayumedia


Kirna, I Made dan I Nyoman suardana. 2004. Ikatan Kimia. Singaraja: IKIP Negeri Singaraja
Oxtoby dkk. 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern 2. Jakarta. Erlangga
Raymond chang. 2004. Kima Dasar Konsep-konsep Inti Jilid 2. Jakarta. Erlangga
Sukardjo.1992.Kimia Koordinasi. Jakarta:Rineka Cipta

Anda mungkin juga menyukai