Disusun oleh :
Kelompok : 2 (Dua)
Grup : 3K4
Priatna
POLITEKNIK STTT
BANDUNG
2016
BAB I
PENDAHULUAN
Maksud :
Mempelajari prinsip – prinsip dasar proses pencelupan kain t/c dengan zat warna
dispersi-direk dengan konsentrasi zat pembantu dengan evaluasi ketuaan warna.
Mengetahui pengaruh variasikonsentrasi zat pembantu pada proses pencelupan t/c
dengan zat warna dipersi-direk
Tujuan :
Agar dapat melakukan pencelupan pada kain t/c dengan zat warna dispersi-direk.
Untuk dapat mengevaluasi hasil pencelupan dengan variasi konsentrasi zat
pembantu.
BAB II
TEORI PENDEKATAN
Zat warna dispersi adalah zaat warna yang kelarutannya dalam air hanya sedikit,
akan tetapi mudah didispersikan atau disuspensikan dalam air, serta mempunyai daya
substantivitas terhadap serat-serat yang bersifat hidrofob.
Zat warna dispersi merupakan zat warna non iionik yang tidak atau sedikit larut
dalam air dan mempunyai molekul yang relatif kecil, sederhana dan tidak mempunyai
gugus pelarut. Oleh karena itu zat warna dispersi sedikit larut dalam air dan sering
digunakan untuk mencelup serat-serat hidrofob seperti poliester.
Beberapa jenis zat warna dispersi yaitu antrakuinon, azo dan difenilamina
Sifat-sifat umum zat warna dispersi menurut J.L. Edward adalah sebagai berikut :
Untuk membedakan sifat pencelupan zat warna dispersi terhadap serat poliester,
maka zat warna dispersi digolongkan berdasarkan ukuran berat molekulnya. Besar
kecilnya berat molekul zat warna dispersi sangat erat kaitanya dengan ketahanan
sublimasi zat warna. Semakin besar berat molekul yang dimiliki zat warna dispersi, maka
ketahanan sublimasinya semakin besar, begitu pula sebaliknya.
Serat poliamida mempunyai kristalinitas yang tinggi, yang terbentuk dari akibat
rantai polimer yang linear dan antar polimernya berikata hidrogen sehingga strukturnya
relatif sanga rapat dan bersifat hidrofob. Oleh karena itu, serat poliester dapat dicelup
dengan zat warna dispersi yang ukuran molekulnya kecil, akan tetapi sebaiknya pemilihan
zat warna dispersi yang memiliki ukuran molekul yang langsing agar lebih mudah
berdifusi. Hasil pencelupan serat poliester dengan zat warna dispersi umumnya rata tetapi
ketahanan luntur pada sinar kurang baik. Pencelupan serat poliester dengan zat warna
dispersi ini biasanya menggunakan zat warna dispersi golongan C (SE) dan D (S) pada
suhu 130℃, sedangkan untuk serat poliester yang elastisitasnya tinggi dapt digunakan
tipe B (E) dengan suhu pencelupan 120℃.
Jenis ikatan yang terjadi antara gugus fungsional zat warna dispersi dengan serat
poliamida ada 2 macam yaitu:
1. Ikatan Hidrogen
Ikatan hidrogen merupakan gaya dipol yang mellibatkan ikatan hidrogen dengan atom lain
yang bersifat elektronegatif. Kebanyakan zat warna dispersi tidak mengadakan ikatan
hidrogen dengan serat poliamida karena zat warna dispersi dan serat poliamida bersifat
non polar.
Hanya sebagian zat warna dispersi yang mengadakan ikatan hidrogen dengan serat
poliamida yaitu zat warna dispersi yang mempunyai donor proton seperti -OH atau -NH2.
2. Ikatan Hidrofobik
Zat warna dispersi dan serat merupakan senyawa hidrofob dan bersifat non polar. Ikatan
yang terjadi pada senyawa hidrofob dan bersifat non polar. Non polar ini disebut ikatan
hidrofobik. Gaya yang berperan dalam terbentuknya ikatan hidrofobik antara serat
poliamida dan zat warna dispersi adalah gaya dispersi london yang termasuk ke dalam
gaya Van Der Waals ( gaya fisika ). Ikatan dari gaya Van Der Waals sesungguhnya terdiri
dari dua komponen yaitu ikatan dipol dan gaya dispersi london. Akan tetapi sifat zat warna
dispersi cenderung non polar, sehingga gaya yang berperan dalam terbentuknya ikatan
antara zat warna dispersi dan serat poliamidaadalah gaya dispersi London.
2.4 Difusi zat warna dispersi pada serat poliester
Proses difusi adalah suatu kemampuan zat warna untuk menembus masuk kedalam serat
dan mewarnai serat. Difusi zat warna kedalam serat dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu :.
Selulosa 88-96 52
Pektin 0,7-1,2 12
Protein 1,1-1,9 12
Dimensi serat, perbandingan panjang dan diameter serat kapas pada umumnya
bervariasi dari 1000:1 sampai 5000:1.
Warna
Kekuatan
Kekuatan serat perbundalnya adalah 70.000 sampai 96.700 pon per inci
persegi.Dalam keadaan basah kekuatan serat kapas akan lebih besar.
Mulur
Kekakuan (Stiffness)
Moisture Regain
Berat Jenis
2.5.3Sifat Kimia
Alkali mempunyai sedikit pengaruh pada kapas kecuali larutan alkali kuat dengan
konsentrasi yang tinggi dapat menyebabkan penggelembungan pada serat seperti pada
proses merserisasi. Pada kondisi ini dinding primer menahan penggelembungan serat
kapas keluar sehingga bagian lumennya sebagian tertutup, irisan melintang menjadi
lebih bulat, puntirannya berkurang dan serat menjadi lebih berkilau, lebih kuat dan
afinitas terhadap zat warna menjadi lebih besar.
Zat warna direk adalah zat warna yang dapat mencelup selulosa secara langsung
tanpa bantuan suatu mordan.disebut juga zat warna substantif karena dapat terserap baik
oleh selulosa atau zat warna garam karena dalam pencelupannya selalu harus ditmbah
garam untuk memperbesar penyerapan. Beberapa zat warna direk dapat mencelup serat
protein.Zat warna direk yang pertama dikenal adalah congo red, ditemukan oleh Bottiger
tahun 1884.
2.6.1 Struktur Molekul Zat Warna Direk
Struktur molekul zat warna direk tersusun oleh tiga unsur pokok yaitu :
c. Gugus Pelarut
Ialah yang menyebabkan zat warna larut dalam suatu zat pelarut tertentu,
misalnya dalam air. Contoh : SO3Na , COONa.
Ukuran molekulnya kecil, Substantifitasnya kecil, mudah rata, biasa dipakai pada
suhu pencelupan 70oC, perlu penambahan garam yang banyak dalam
pencelupannya, tahan lunturnya rendah.
Ukuran molekul zat warna lebih besar dari type B, subtantifitasnya besar, sukar
rata, suhu pencelupan diatas 90oC (Umumnya pada suhu mendidih) dan tidak
memerlukan penambahan garam, tahan lunturnya lebih baik dari type B.
Golongan D adalah zat warna direk yang mengandung logam yang strukturnya
lebih besar dan tahan lunturnya paling baik. Untuk golongan D dalam larutan celupnya
tidak boleh ditambahzat pelunak air.
Sel-OH
Kekuatan ikatan hidrogen antara zat warna direk dengan serat selulosa tidak
terlalu kuat, dan mudah putus dalam suhu tinggi, sehingga daya tahan luntur zat warna
direk rendah terutama dalam pencucian panas, selain membentuk ikatan hidrogen, ikatan
antara zat warna direk dengan serat juga ditunjang oleh ikatan dari gaya van der waals,
kekuatan ikatan dari gaya van der waals juga relative sangat lemah dan akan meningkat
apabila ukuran molekul zat warna direk makin besar.
Ketahanan terhadap pencucian hasil celupan zat warna direk dapat diperbaiki
melalui proses iring, dengan zat pemiksasi kationik, dimana pada prinsipnya adalah
memperbesar ukruan molekul zat warna dalam serat sehingga zat warna akan lebih sukar
bermigrasi, akibatnya tahan luntur hasil celupan menjadi lebih baik, karena zat-zat kation
aktif akan bergabung dengan zat warna direk yang bersifat anion membentuk molekul
yang lebih kompleks sehingga tahan cucinya menjadi lebih baik, tetapi tahan sinarnya
akan berkurang.
Pencelupan adalah proses pemberian warna yang merata pada suatu bahan dan
keadaannya kurang lebih permanen, dan sebagai bahan pewarna digunakan zat warna.
Mekanisme Pencelupan
Menurut teori pencelupan, perpindahan zat warna dari larutan ke dalam serat
terjadi secara bertahap :
Disamping ikatan hidrogen, dapat pula terjadi ikatan ” Van der Waals”. Ikatan
”Van der Waals” antara selulosa dengan zat warna telah diteliti oleh deal, yaitu karena
adanya ikatan rangkap yang berkonyugasi dimana ujung dari ikatan rangkap yang
berkonyugasi saling tarik menarik dengan gugus hidroksil selulosa.
BAB III
PERCOBAAN
No Alat Bahan
1. Mesin HT/Dyeing Kain T/C
2. Gelas Piala ZW Direk
3. Gelas Ukur ZW Dispersi
4. Pipet Na2CO3
5. Pengaduk NaCl
6. Gunting Sabun
7. Timbangan digital Pembasah
8. Tabung HT/Dyeing CH3COOH
Pembuatan larutan
celup dan Pencelupan Pencucian Pengeringan Evaluasi
persiapan bahan
30°C
10’
30°C
10’
menit
3.4 Resep
Resep 1 2 3 4 Resep 1 2 3 4
Zat Warna Zat Warna
2 2
Dispersi(% Owf) Direk(% Owf)
Asam asetat (pH) 7 5 7 5 Na2CO3 (g/L) - 1 1 -
Pendispersi Pembasah
1 1
(ml/L) (ml/L)
(NH4)2SO4 (g/L) 1 NaCl (g/L) 30
Vlot (1:x) 1:20 Vlot (1:x) 1:20
Waktu (menit) 45 Waktu (menit) 30
Suhu (°C) 120 Suhu (°C) 90
Resep 1 2 3 4
Berat
4,81 4,62 4,55 4,69
bahan (g)
Vlot (1:20) 96,2 92,4 91 93,8
2 2 2 2
Zat warna 𝑥 4,81 = 0,0962 𝑥 4,62 = 0,0924 𝑥 4,55 = 0,091 𝑥 4,69 = 0,0938
100 100 100 100
Disperse 100 100 100 100
0,0962 𝑥 = 9,62 0,0924 𝑥 = 9,24 0,091 𝑥 = 9,1 0,0938 𝑥 = 9,38
1 1 1 1
Asam
7 5 7 5
Asetat (pH)
Pendispersi 1 1 1 1
𝑥 962, = 0,0962 𝑥 92,4 = 0,0924 𝑥 91 = 0,091 𝑥 93,8 = 0,0938
(ml/L) 1000 1000 1000 1000
(NH4)2SO4 1 1 1 1
𝑥 962, = 0,0962 𝑥 92,4 = 0,0924 𝑥 91 = 0,091 𝑥 93,8 = 0,0938
(g/L) 1000 1000 1000 1000
Resep 1 2 3 4
Berat
4,81 4,62 4,55 4,69
bahan (g)
Vlot (1:20) 96,2 92,4 91 93,8
2 2 2 2
Zat warna 𝑥 4,81 = 0,0962 𝑥 4,62 = 0,0924 𝑥 4,55 = 0,091 𝑥 4,69 = 0,0938
100 100 100 100
Direk 100 100 100 100
0,0962 𝑥 = 9,62 0,0924 𝑥 = 9,24 0,091 𝑥 = 9,1 0,0938 𝑥 = 9,38
1 1 1 1
Pembasah 1 1 1 1
𝑥 962, = 0,0962 𝑥 92,4 = 0,0924 𝑥 91 = 0,091 𝑥 93,8 = 0,0938
(ml/L) 1000 1000 1000 1000
1 1
Na2CO3(g/L) - 𝑥 92,4 = 0,0924 𝑥 91 = 0,091 -
1000 1000
Resep Pencucian
Resep 1 Resep 2 Resep 3 Resep 4
1 1 1
𝑥 96,2 𝑥 92,4 1 𝑥 93,8
Sabun (g/L) 1000 1000 𝑥 91 = 0,091 1000
1000
= 0,0962 = 0,0924 = 0,0938
1 1 1
𝑥 96,2 𝑥 92,4 1 𝑥 93,8
Na2CO3 (g/L) 1000 1000 𝑥 91 = 0,091 1000
1000
= 0,0962 = 0,0924 = 0,0938
3.6 Fungsi Zat
Zat warna direk : untuk memberikan warna pada kain kapas secara merata dan permanen
untuk mendapatkan tahan luntur baik.
Pembasah: untuk meratakan dan mempercepat proses pembasahan kain.
Na2CO3: untuk memperbaiki kelarutan zat warna direk.
NaCl: untuk mendorong penyerapan zat warna direk.
Zat warna disperse: untuk memberikan warna pada kain polyester secara merata dan
permanen untuk tahan luntur yang baik.
CH3COOH: untuk mengatur pH larutan dan pemberi suasana asam.
Zat pendispersi: untuk mendispersikan zat warna sehingga tersebar merata kedalam
larutan celup.
Na2S2O4: menghilangkan zat warna yang tidak terfiksasi dipermukaan serat dan zat lain
yang masih tertinggal didalam serat pada proses cuci reduksi.
NaOH pada cuci reduksi: untuyk membantu mengaktifkan Natrium hidrosulfit.
Sabun: untuk menghilangkan zat warna dan zat pembantu lainnya yang hanya menempel
di permukaan serat.
Air: untuk membantu melarutkan zat warna dan zat pembantu lainnya
Tahan Gosok
Kain Celup
Kering Basah
Resep
1
Resep
2
Resep
3
Resep
4
3.9 Evaluasi Kain
1. Ketuaan Warna
Panjang
Resep 1 Resep 2 Resep 3 Resep 4
Gelombang
Resep 3
Resep 4
Resep 2
Resep 1
2. Tahan Gosok
Grey Scale
Resep 1 Resep 2 Resep 3 Resep 4
Kering Basah Kering Basah Kering Basah Kering Basah
4 3 4/5 3/4 4/5 3/4 4/5 4
BAB IV
4.1 Diskusi
Pada proses pencelupan zat warna dispersi pada poliester digunakan tekanan dan suhu yang
tinggi yaitu 120oC guna untuk membantu proses difusi zat warna kedalam serat. Pencelupan
dilakukan pada mesin tertutup tanpa bantuan zat pengemban. Metode ini cukup efektif karena
pergerakan rantai molekul serat poliester lebih aktif pada suhu tinggi sehingga memberi ruang
lebih besar bagi molekul zat warna masuk kedalam serat. Kecepatan difusi juga meningkat dan
migrasi zat warna menjadi lebih besar sehingga mempercepat proses pencelupan.
Pencelupanpun juga lebih hemat karena kelarutan zat warna dispersi dalam serat pada suhu
tinggi lebih besar.
Pada pencelupan T/C dengan zat warna dispersi-direk sistem exhaust 2B 2S didapat hasil dari
praktikum yaitu sebagai berikut.
Resep 1 Resep 3
Resep 1 2 3 4 Resep 1 2 3 4
Zat Warna Zat Warna
2 2
Dispersi(% Owf) Direk(% Owf)
Asam asetat (pH) 7 5 7 5 Na2CO3 (g/L) - 1 1 -
Perbedaan yang didapat dari hasil pencelupan resep 1 dan 3 menggunakan pH 7 dilihat dari
ketuaan warna pada resep 1 lebih tua tanpa menggunakan Na2CO3 dibandingkan dengan resep
3 yang menggunakan Na2CO3 sebanyak 1 g/L. Hal ini disebabkan karena zat warna direk pada
resep 1 kelarutannya kurang baik. Penggunaan Na2CO3 adalah untuk memperbaiki kelarutan zat
warna direk sehingga semakin banyak Na2CO3 yang digunakan maka akan semakin tinggi pula
kelarutannya. Oleh karena itu, pada resep 1 tahan gosoknya lebih rendah dibandingkan resep 3.
Resep 1 Resep 4
Resep 1 2 3 4 Resep 1 2 3 4
Zat Warna Zat Warna
2 2
Dispersi(% Owf) Direk(% Owf)
Asam asetat (pH) 7 5 7 5 Na2CO3 (g/L) - 1 1 -
Perbedaan yang didapat dari hasil pencelupan resep 1 dan 4 menggunakan variasi pH 7 dan pH
5 tanpa menggunakan Na2CO3 dilihat dari ketuaan warna pada resep 1 lebih tua dibandingkan
dengan resep 4 yang menggunakan pH 5. Pada resep 1 memliki ketuaan warna yang lebih tua
karena pH yang digunakan netral sehingga penyerapan zat warna disperse lebih banyak
dibandingkan pada resep 4 yang menggunakan pH 5. Pengaruh pH pada pencelupan zat warna
disperse adalah untuk melindungi serat poliester yang tidak tahan terhadap alkali, oleh karena itu
ketuaan warna pada pH 7 terjadi akibat terkikisnya serat poliester dan membuat zat warna lebih
banyak terserap.
Resep 2 dan 4
Resep 1 2 3 4 Resep 1 2 3 4
Zat Warna Zat Warna
2 2
Dispersi(% Owf) Direk(% Owf)
Asam asetat (pH) 7 5 7 5 Na2CO3 (g/L) - 1 1 -
Serat poliester memiliki sifat yang hidrofob dan sulit dimasuki air maupun zat warna. Oleh karena
itu ikatan hidrogen yang terjadi antara rantai molekul yang berdekatan harus dikurangi dengan
cara menaikkan suhu, sehingga ikatan hidrogen tersebut akan mudah putus pada suhu yang
tinggi. Apabila hal ini terjadi maka zat warna dispersi akan mudah masuk ke dalam pori-pori serat
poliester. Resep 2 dan 4 digunakan pH 5 suasana asam dan perbedaanya terletak pada
penggunaan Na2CO3 dimana resep 2 sebesar 1 g/L dan resep 4 tidak menggunakan Na2CO3.
Pada pencelupan serat poliester dengan zat warna dispersi perlu dilakukan dengan mengatur pH
yaitu pH yang digunakan suasana asam, hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi hidrolisis pada
serat poliester karena serat poliester umumnya tidak tahan suasana alkali. Pada proses
selanjutnya dengan pencelupan menggunakan zat warna direk digunakan alkali guna untuk
memperbaiki kelarutan zat warna, sehingga zat warna akan lebih mudah untuk mendekati serat
kapas dan akhirnya masuk kedalam pori-pori serat dan larutan yang digunakan lebih homogen
dan dapat mengurangi keelektronegatifan permukaan kain. Pada resep 2 didapat warnanya lebih
tua dibandingkan dengan resep 4 karena resep 4 tidak menggunakan Na2CO3 sehingga tidak
dapat membantu proses fiksasi kedalam serat.
Resep 2 dan 3
Resep 1 2 3 4 Resep 1 2 3 4
Zat Warna Zat Warna
2 2
Dispersi(% Owf) Direk(% Owf)
Asam asetat (pH) 7 5 7 5 Na2CO3 (g/L) - 1 1 -
Pada resep 2 dan 3 perbandingannya pada penggunaan asam asetat dengan pH 5 dan 7,
sedangkan untuk Na2CO3 penggunaannya sama yaitu 1. Ketuaan warna pada resep 2 lebih tinggi
dibandingkan resep 3, hal ini dikarenakan pada resep 2 pH dan Na2CO3 yang digunakan adalah
kondisi optimum dari masing-masing resep sehinggga penyerapan zat warna disperse dan direk
yang didapatkan lebih banyak dibandingkan resep 3.
4.2 Kesimpulan
Dari hasil pengujian kain T/C dengan zat dispersi-direk 2B 2S didapat bahwa kain yang optimum
dengan variasi asam asetat dan Na2CO3 adalah resep 2, hal ini terlihat dari evaluasi yang sudah
dilakukan yaitu evaluasi spektrometer dan grey scale.
DAFTAR PUSTAKA