Anda di halaman 1dari 15

FRAKTUR MANDIBULA

1. ANATOMI
Mandibula merupakan tulang yang besar dan paling kuat pada daerah muka.
Dibentuk oleh dua tulang simetris yang mengadakan fusi dalam tahun pertama
kehidupan. Tulang ini terdiri dari korpus, yaitu suatu lengkungan tapal kuda dan
sepasang ramus yang pipih dan lebar yang mengarah keatas pada bagian
belakang dari korpus. Pada ujung dari masing-masing ramus didapatkan dua
buah penonjolan disebut prosesus kondiloideus prosesus koronoideus. Prosesus
kondiloideus terdiri dari kaput dan kolum. Permukaan luar dari korpus
mandibula pada garis median, didapatkan tonjolan tulang halus yang disebut
simfisis mentum yang merupakan tempat pertemuan embriologis dari dua buah
tulang.
Mandibula dipersarafi oleh 3 cabang nervus yaitu N. Bucalis Longus, N.
Lingualis, dan N. Alveolaris inferior. Nervus mandibularis merupakan cabang
terbesar, yang keluar dari ganglion Gasseri. Saraf keluar dari cranium melalui
foramen ovale, dan bercabang menjadi tiga percabangan.
a. N. Buccalis Longus
N. buccalis longus keluar tepat di luar foramen ovale. Saraf berjalan di
antara kedua caput m. pterygoideus externus, menyilang ramus untuk kemudian
masuk ke pipi melalui m. buccinators, di sebelah bukal gigi molar ketiga atas.
Cabang-cabang terminalnya menuju membrane mukosa bukal dan
mukoperiosteum di sebelah lateral gigi-gigi molar atas dan bawah.
b. N. Lingualis
Nervus Lingualis cabang berikut berjalan ke depan menuju garis median.
Saraf berjalan ke bawah superficial dari m. Pterygoideus internus berlanjut ke
lingual apeks gigi molar ketiga bawah. Pada titik ini saraf masuk ke dalam basis
lingual melalui dasar mulut dan menginervasi duapertiga anterior lidah,
mengeluarkan percabangan untuk menginervasi mukoperiosteum dan membrana
mukosa lingual.
c. N. Alveolaris Inferior
N. alveolaris Inferior adalah cabang terbesar dari n. Mandibularis. Saraf
turun balik dari m. Pterygoideus externus, disebelah posterior dan dibagian luar
n. lingualis, berjalan antara ramus mandibula dan ligamentum
sphenomandibularis. Bersama-sama dengan arteri alveolaris inferior saraf
berjalan terus di dalam canalis mandibula dan mengeluarkan percabangan untuk
gigi-geligi. Pada foramen mentale saraf bercabang menjadi dua salah satunya
adalah nervus incicivus yang berjalan terus ke depan menuju garis median
sementara nervus mentalis meninggalkan foramen untuk mempersarafi kulit.
Cabang-cabang dari nervus alveolaris inferior adalah :
 N. mylohyoideus adalah cabang motorik dari n. alveolaris inferior dan
didistribusikan ke m. Mylohyoideus, dan venter anterior dan m.
Digastrici yang terletak di dasar mulut.
 Rami dentalis brevis menginervasi gigi molar, premolar, proc. alveolaris,
dan periosteum
 N. Mentalis lekuar melalui foramen mentale untuk menginervasi kulit
dagu, kulit dan membrana mukosa labium oris inferior
 N. Incisivus mengeluarkan cabang-cabang kecil menuju gigi insisivus
sentral, lateral dan caninus

Otot-otot Pengunyahan
Otot Origo Insertio Fungsi
1. M. temporalis Os. Temporal di bawah Ujung dan permukaan Menutup rahang,
Nn. Temporales linea temporalis inferior media proc. bagian belakang,
profundi dan lembar dalam fascia Coronoideus mandibula menarik balik RB
(N. mandibularis) temporalis (=retrusi)
2. M. masseter Arcus zygomaticus Pars superficialis: Menutup rahang
M. massetericus Pars superficialis: sisi angulus mandibula,
(N. mandibularis) bawah, dua pertiga tuberositas masseterica.
bagian depan (bertendo) Pars profunda:
Pars profunda: sepertiga permukaan luar ramus
bagian belakang, mandibula
permukaan dalam
3. M. pterygoideus Fossa pterygoidea dan Permukaan medial Menutup rahang
medialis lamina lateralis proc. angulus mandibula,
N. pterygoideus Pterygoidei, sebagian tuberositas pterygoidea
medialis proc. Pyramidalis os.
(N. mandibularis) Palatum

4. M. pterygoideus Caput superius: Fovea pterygoidea Menutup rahang


lateralis permukaan luar lamina (proc. Condilaris dan gerakan ke
N. pterygoideus lateralis proc. mandibula), discus dan muka (=protrusi)
lateralis Pterygoidei, tuber kapsul articulation RB. Caput inferius:
(N. mandibularis maxillae temporomandibularis. membuka rahang
Caput inferius (asesoris):
facies temporalis (ala
major ossis spenoidalis)

2. DEFINISI
Fraktur adalah discontinuitas dari jaringan tulang yang biasanya disebabkan
oleh adanya kecelakaan yang timbul secara langsung. Fraktur mandibula adalah
putusnya kontinuitas tulang mandibula. Hilangnya kontinuitas pada rahang
bawah (mandibula), yang diakibatkan trauma oleh wajah ataupun keadaan
patologis, dapat berakibat fatal bila tidak ditangani dengan benar.

3. ETIOLOGI
Setiap pukulan keras pada muka dapat mengakibatkan terjadinya suatu
fraktur pada mandibula. Daya tahan mandibula terhadap kekuatan impak adalah
lebih besar dibandingkan dengan tulang wajah lainnya. Meskipun demikian
fraktur mandibula lebih sering terjadi dibandingkan dengan bagian skeleton
muka lainnya.
Faktor etiologi utama bervariasi berdasarkan lokasi geografis. Pada
beberapa investigasi seperti Jordan, Singapore, Nigeria, New Zealand, Denmark,
Yunani, dan Japan dilaporkan kecelakaan akibat kendaraan bermotor paling
sering di jumpai. Peneliti di Negara-negara seperti Yordania, Singapura, Nigeria,
Selandia Baru, Denmark, Yunani, dan Jepang melaporkan kecelakaan kendaraan
bermotor menjadi penyebab paling umum.
Fraktur mandibula dapat terjadi karena kecelakaan lalu lintas, kecelakaan
industry atau kecelakaan kerja, kecelakaan rumah tangga, mabuk dan
perkelahian atau kekerasan fisik. Menurut survey di District of Columbia
Hospital, dari 540 kasus fraktur, 69% kasus terjadi akibat kekerasan fisik
(perkelahian), 27% akibat kecelakaan lalulintas, 12% akibat kecelakaan kerja,
2% akibat kecelakaan saat olahraga dan 4% karena sebab patologi.

4. KLASIFIKASI
Menurut Penyebab Terjadinya Fraktur
a. Fraktur Traumatik
- Trauma langsung (direct), trauma tersebut langsung mengenai
anggota tubuh penderita.
- Trauma tidak langsung (indirect), terjadi seperti pada penderita yang
jatuh dengan tangan menumpu dan lengan atas-bawah lurus,
berakibat fraktur kaput radii atau klavikula. Gaya tersebut
dihantarkan melalui tulang-tulang anggota gerak atas dapat berupa
gaya berputar, pembengkokan (bending) atau kombinasi
pembengkokan dengan kompresi seperti fraktur butterfly maupun
kombinasi gaya berputar, pembengkokan dan kompresi seperti
fraktur oblik dengan garis fraktur pendek. Fraktur juga dapat terjadi
akibat tarikan otot seperti fraktur patella karena kontraksi quadrisep
yang mendadak.
b. Fraktur Fatik atau Stress
Trauma yang berulang dan kronis pada tulang yang mengakibatkan
tulang menjadi lemah. Contohnya pada fraktur fibula pada olahragawan.
c. Fraktur Patologis
Trauma yang telah terjadi proses patologis yang mengakibatkan
tulang tersebut rapuh dan lemah. Biasanya fraktur terjadi spontan.
Menurut Hubungan dengan Jaringan Ikat Sekitarnya
- Fraktur Simple/ Tertutup, disebut juga fraktur tertutup oleh karena kulit
di sekeliling fraktur sehat dan tidak sobek.
- Fraktur terbuka, kulit disekitar fraktur sobek sehingga fragmen tulang
berhubungan dengan dunia luar (bone expose) dan berpotensi untuk
menjadi infeksi. Fraktur terbuka dapat berhubungan dengan ruangan di
tubuh yang tidak steril seperti rongga mulut.
- Fraktur komplikasi, fraktur tersebut berhubungan dengan kerusakan
jaringan atau struktur lain seperti saraf, pembuluh darah, organ visera
atau sendi.

Menurut Bentuk Fraktur


- Fraktur Komplit, garis fraktur membagi tulang menjadi dua fragmen atau
lebih. Garis fraktur bias tranversal, oblik atau spiral. Kelainan ini dapat
menggambarkan arah trauma dan menentukan fraktur stabil atau
unstabile.
- Fraktur Inkomplit, kedua fragmen fraktur terlihat saling impaksi atau
masih saling tertancap.
- Fraktur Komunitif, fraktur yang menimbulkan lebih dari dua fragmen.
- Fraktur Kompresi, fraktur ini umumnya terjadi di daerah tulang konselus.

Hal tersebut diatas merupakan klasifikasi fraktur secara umum,


sedangkan klasifikasi fraktur mandibula diantaranya adalah:
- Menunjukkan regio-regio pada mandibula yaitu: korpus, simfisis,
angulus, ramus, prosesus koronoid, prosesus kondiloid, prosesus
alveolar. Fraktur yang terjadi dapat pada satu, dua atau lebih pada
region mandibula
- Berdasarkan ada tidaknya gigi. Klasifikasi berdasarkan gigi pasien
penting diketahui karena akan menentukan jenis terapi yang akan kita
ambil. Dengan adanya gigi, penyatuan fraktur dapat dilakukan dengan
jalan pengikatan gigi dengan menggunakan kawat. Berikut derajat
fraktur mandibula berdasarkan ada tidaknya gigi:
1) Fraktur kelas 1 : gigi terdapat di 2 sisi fraktur, penanganan pada
fraktur kelas 1 ini dapat melalui interdental wiring (memasang
kawat pada gigi).
2) Fraktur kelas 2 : gigi hanya terdapat di salah satu fraktur
3) Fraktur kelas 3 : tidak terdapat gigi di kedua sisi fraktur, pada
keadaan ini dilakukan melalui open reduction, kemudian
dipasangkan plate and screw, atau bisa juga dengan cara
intermaxillary fixation.
Dengan melihat cara perawatan, maka pola fraktur mandibula dapat
digolongkan menjadi:
a. Fraktur Unilateral
Fraktur ini biasanya hanya tunggal, tetapi kadang terjadi lebih dari
satu fraktur yang dapat dijumpai pada satu sisi mandibula dan bila hal ini
terjadi, sering didapatkan pemindahan fragmen secara nyata. Suatu fraktur
korpus mandibula unilateral sering terjadi.
b. Fraktur Bilateral
Fraktur bilateral sering terjadi dari suatu kombinasi antara kecelakaan
langsung dan tidak langsung. Fraktur ini umumnya akibat mekanisme yang
menyangkut angulus dan bagian leher kondilar yang berlawanan atau
daerah gigi kaninus dan angulus yang berlawanan.
c. Fraktur Multipel
Gabungan yang sempurna dari kecelakaan langsung dan tidak
langsung dapat menimbulkan terjadinya fraktur multiple. Pada umumnya
fraktur ini terjadi karena trauma tepat mengenai titik tengah dagu yang
mengakibatkan fraktur simfisis dan kedua kondilus.
d. Fraktur Berkeping-keping (comminuted)
Fraktur ini hamper selalu diakibatkan oleh kecelakaan langsung yang
cukup keras pada daerah fraktur, seperti pada kasus kecelakaan terkena
peluru saat perang. Dalam sehari-hari, fraktur ini sering terjadi pada
simfisis dan parasimfisis. Fraktur yang disebabkan oleh kontraksi
muskulus yang berlebihan. Kadang fraktur pada prosesus koronoid terjadi
karena adanya kontraksi reflex yang datang tiba-tiba mungkin juga
menjadi penyebab terjadinya fraktur pada leher kondilar.

5. MANIFESTASI KLINIS
Gejala yang timbul dapat berupa dislokasi, yaitu berupa perubahan posisi
rahang yang menyebabkan maloklusi atau tidak berkontaknya rahang bawah dan
rahang atas. Jika penderita mengalami pergerakan abnormal pada rahang dan
rasa yang sakit jika menggerakkan rahang. Pembengkakan pada posisi fraktur
juga dapat menentukan lokasi fraktur pada penderita. Krepitasi berupa suara
pada saat pemeriksaan akibat pergeseran dari ujung tulang yang fraktur bila
rahang digerakkan, laserasi yang terjadi pada daerah gusi, mukosa mulut dan
daerah sekitar fraktur, discolorisasi perubahan warna pada daerah fraktur akibat
pembengkakan, terjadi pula gangguan fungsional berupa penyempitan
pembukaan mulut, hipersalivasi dan haloitosis, akibat berkurangnya pergerakan
normal mandibula dapat terjadi stagnasi makanan dan hilangnya efek self
cleansing karena gangguan fungsi pengunyahan.
Gangguan jalan nafas pada fraktur mandibula juga dapat terjadi akibat
kerusakan hebat pada mandibula menyebabkan perubahan posisi, trismus,
hematom, edema pada jaringan lunak. Jika terjadi obstruksi hebat saluran nafas
harus segera dilakukan trakeostomi, selain itu juga dapat terjadi anastesi pada
satu sisi bibir bawah, pada gusi atau pada gigi dimana terjadi kerusakan pada
nervus alveolaris inferior.

6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Anamnesis
Diagnosis pasien dengan fraktur mandibula dapat dilakukan
dengan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Setiap fraktur
mempunyai riwayat trauma. Posisi waktu kejadian merupakan informasi
yang penting sehingga dapat menggambarkan tipe fraktur yang terjadi.
Bila trauma ragu-ragu atau tidak ada maka kemungkinan fraktur
patologis tetap perlu dipikirkan. Riwayat penderita harus dilengkapi
apakah ada trauma daerah lain (kepala, torak, abdomen, pelvis, dll).

Pertanyaan-pertanyaan kepada penderita maupun pada orang


yang lebih mengetahui harus jelas dan terarah, sehingga diperoleh
informasi mengenai, keadaan kardiovaskuler maupun system respirasi,
apakah penderita merupakan penderita diabetes, atau penderita dengan
terapi steroid yang lama maupun meminum obat-obat lain, alergi
terhadap obat, makan atau minum terakhir dengan penggunaan obat-obat
anastesi.

b. Pemeriksaan Fisik
- Inspeksi : deformitas angulasi medial, lateral, posterior atau anterior,
diskrepensi, rotasi, perpendekan atau perpanjangan, apakah ada
bengkak atau kebiruan, pada luka yang mengarah ke fraktur terbuka
harus diidentifikasi dan ditentukan menurut derajatnya menurut
klasifikasi Gustillo et. Al.
- Palpasi : nyeri tekan pada daerah fraktur, nyeri bila digerakkan.
Krepitasi : biasanya penderita sangat nyeri oleh sebab itu
pemeriksaan ini harus gentle dan bila perlu dapat ditiadakan.
- Gerakan : gerakan luar biasa pada daerah fraktur. Gerakan sendi di
sekitarnya terbatas karena nyeri, akibatnya fungsi terganggu.
- Pemeriksaan trauma di tempat lain seperti kepala, torak, abdomen,
traktus, urinarius dan pelvis.
- Pemeriksaan komplikasi fraktur seperti neurovaskuler bagian distal
fraktur yang berupa pulsus arteri, warna kulit, temperature kulit,
pengembalian darah ke kapiler.

c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan sinar-X A-P, lateral. Bila perlu dilakukan foto waters.
Untuk pencitraan wajah digunakan proyeksi Waters sehingga bayangan
bagian wajah yang terganggu atau disamarkan oleh struktur tulang dasar
tengkorak dan tulang servikal. Evaluasi radiografis pada mandibula
mencakup foto polos, scan, dan pemeriksaan panoramic. Tapi
pemeriksaan yang baik, yang dapat menunjukkan lokasi serta luas fraktur
adalah CT Scan. Pemeriksaan panoramic juga dapat dilakukan, hanya
saja diperlukan kerja sama antara pasien dan fasilitas pemeriksaan yang
memadai.

d. Studi Imaging
Penelitian radiologis yang paling informative digunakan dalam
mendiagnosis fraktur mandibula adalah radiograf panoramic.
- Panoramic menyediakan kemampuan untuk melihat seluruh
mandibula dalam satu radiograf.
- Panoramic membutuhkan pasien tegak, dan tidak memiliki
kemampuan melihat secara detai area TMJ, simfisis dan gigi/
daerah prosesus alveolar.
Plain film, termasuk pandangan lateral-obliq, oklusal, posteroanterior, dan
periapikal dapat membantu.
- Pandangan lateral-obliq membantu mendiagnosis ramus, angulus,
fraktur pada corpus posterior. Bagian kondilus. Bicuspid dan daerah
simfisis seringkali tidak jelas.
- Tampilan oklusal mandibula menujukkan perbedaan di posisi tengah
dan lateral fraktur body.
- Tampilan Caldwell posteroanterior menunjukkan setiap perpindahan
medial atau lateral ramus, sudut, tubuh atau fraktur simfisis.

CT Scan juga dapat membantu :


- CT Scan juga memungkinkan dokter untuk survey fraktur wajah
daerah lain, termasuk tulang frontal kompleks naso-ethmoid-orbital,
orbit, dan seluruh system horizontal dan vertical yang menopang
kraniofasial.
- Rekonstruksi kerangka wajah sering membantu untuk konsep cedera
- CT Scan juga ideal untuk fraktur condilar, yang sulit untuk
memvisualisasikan.

7. PENATALAKSANAAN MEDIS
Prinsip penanganan fraktur mandibula pada langkah awal bersifat
kedaruratan seperti jalan nafas (airway), pernafasan (breathing), sirkulasi darah
termasuk penanganan syok (circulation), penanganan luka jaringan lunak dan
imobilisasi sementara serta evaluasi terhadap kemungkinan cedera otak. Tahap
kedua adalah penanganan fraktur secara definitif yaitu reduksi/reposisi fragmen
fraktur (secara tertutup (close reduction) dan secara terbuka (open reduction)),
fiksasi fragmen fraktur dan imobilisasi, sehingga fragmen tulang yang telah
dikembalikan tidak bergerak sampai fase penyambungan dan penyembuhan
tulang selesai.
e. Terapi medis
Teknik dari reduksi secara tertutup dan fiksasi dari fraktur
mandibula memiliki berbagai variasi. Penempatan Ivy loop
menggunakan kawat 24-gauge antara 2 gigi yang stabil, dengan
penggunaan kawat yang lebih kecil untuk memberikan fiksasi
maxillomandibular (MMF) antara loop Ivy, telah berhasil. Arch bar
dengan kabel 24 – dan 26-gauge yang fleksibel dan sering digunakan.
Pada edentulous mandibula, gigi palsu dapat ditranfer ke rahang dengan
kabel circummandibular. Gigi tiruan rahang atas dapat ditempelkan ke
langit-langit. (Setiap screw dari maxillofacial set dapat digunakan
sebagai lag screw.) Arch bar dapat ditempatkan dan intermaxillary
fixation (IMF) dapat tercapai. Gunning Splints juga telah digunakan pada
kasus ini karena memberikan fiksasi dan dapat diberikan asupan
makanan. Pada kasus fraktur kominitif, rekonstruksi mandibula mungkin
diperlukan untuk mengembalikan posisi anatomis dan fungsi.
Luka pada dentoalveolar harus dievaluasi dan diobati bersamaan
dengan pengobatan fraktur mandibula. Gigi di garis fraktur harus
dievaluasi dan jika perlu diektraksi. Penggunaan antibiotik preoperatif
dan postoperative dalam pengobatan fraktur mandibula dapat
mengurangi resiko infeksi.
Fraktur yang diobati dengan fiksasi maxillomandibular (MMF)
selama 4 minggu atau dengan reduksi terbuka (open reduction). Pada
sebuah penelitian menemukan bahwa 13,7% dari gigi yang di extraksi
pada garis fraktur mengalami komplikasi, sementara, 16,1% mengalami
komplikasi dari gigi yang tetap pada garis fraktur. Hal ini menyimpulkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara jumlah
komplikasi pada gigi di extraksi dan gigi di tahan pada garis fraktur.
Beberapa literatur lain menyatakan pemberian antibiotik yang adekuat
pada gigi non infeksius pada garis fraktur dapat dipertahankan.
- Gigi yang utuh dalam garis fraktur harus dibiarkan jika tidak
menunjukkan bukti melonggar atau terjadi proses inflamasi.
- Gigi dengan akar retak harus dihilangkan.
- Lakukan ekstraksi primer ketika ada kerusakan periodontal luas.

f. Terapi bedah
Gunakan cara paling sederhana yang paling mungkin untuk
mengurangi komplikasi dan menangani fraktur mandibula. Karena
reduksi secara terbuka (open reduction) meningkatkan resiko morbiditas,
reduksi secara tertutup digunakan pada kondisi kondisi sebagai berikut :
- Fraktur non displace
- Fraktur kommunitive yang sangat nyata
- Edentulous fraktur (menggunakan prostesis mandibula)
- Fraktur pada anak dalam masa pertumbuhan gigi
- Fraktur coronoid dan fraktur condilar

Indikasi untuk reduksi secara terbuka:

- Displace yang tidak baik pada angle, body, atau fraktur parasimfisis
- Fraktur multiple pada wajah
- Fraktur Condylar Bilateral
- Fraktur pada edentulous mandibula

Immobilisasi fraktur mandibula secara interdental :

a. Menggunakan kawat
Kawat dibuat seperti mata, kemudian mata tadi dipasang disekitar
dua buah gigi atau geraham dirahang atas ataupun bawah. Rahang bawah
yang patah difiksasi pada rahang atas melalui mata di kawat atas dan
bawah, Jika perlu ikatan kawat ini dipasang di berbagai tempat untuk
memperoleh fiksasi yang kuat
b. Imobilisasi fraktur mandibula dengan batang lengkung karet
Menggunakan batang lengkung dan karet : batang lengkung
dipasang pada gigi maxilla dan juga pada semua gigi mandibula yang
patah. Mandibula ditambatkan seluruhnya pada maxilla dengan karet
pada kait di batang lengkungan atas dan bawah.
Prosedur penanganan fraktur mandibula :
a. Fraktur yang tidak ter-displace dapat ditangani dengan jalan reduksi
tertutup dan fiksasi intermaxilla.
b. Fraktur dikembalikan ke posisi yang sebenarnya dengan jalan reduksi
tertutup dan arch bar dipasang ke mandibula dan maxilla
c. Kawat dapat dipasang pada gigi di kedua sisi fraktur untuk menyatukan
fraktur
d. Fraktur yang hanya ditangani dengan jalan reduksi tertutup dipertahankan
selama 4-6 minggu dalam posisi fraktur intermaxilla
e. Kepada pasien dapat tidak dilakukan fiksasi intermaxilla apabila dilakukan
reduksi terbuka, kemudian dipasangkan plat and screw

Tindak lanjut post-operasi


Berikan analgetik pada periode postoperasi. Serta berikan antibiotic
spectrum luas pada pasien fraktur terbuka dan re evaluasi kebutuhan nutrisi.
pantau intermaxilla fixation (IMF) selama 4-6 minggu. Kencangkan kabel setiap
2 minggu.

8. KOMPLIKASI
Komplikasi yang paling umum terjadi pada fraktur mandibula adalah Infeksi
atau osteomyelitis. Factor resiko yang berhubungan dengan fraktur mandibula
dan berpotensi untuk menimbulkan terjadinya malunion atau non-union, adalah :
a. Infeksi
b. Oposisi yang kurang baik
c. Kurangnya imobilisasi segmen fraktur
d. Adanya benda asing
e. Tarikan otot yang tidak menguntungkan pada segmen fraktur.
Malunion Tulang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak
seharusnya
Delayed Proses penyembuhan yang terus berjalan tetapi dengan
union kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal
Non union Tulang yang tidak menyambung kembali
DAFTAR PUSTAKA

Ajmal S, Khan M. A, Malik S. A. (2007). Management protocol of mandibular ractures


at Pakistan Institute of Medical sciences, Islamabad, Pakistan. J. Ayub Med Coll
Abbottabad. Volume 19, issue 3, available at http://www.ayubmed.edu.pk
Barrera J. E, Batuella T. G. (2010). Mandibular Angle Fractures: Treatment.
Pedersen, Gordon W. 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Alih Bahasa Purwanto dan
Basoeseno. Cetakan I. Jakarta: EGC.
Pedersen & Peterson Fonseca, 2005. Oral and Maxillofasial Surgery 3rd Ed. Missouri:
Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai