Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pasar dan negara adalah dua lembaga atau institusi yang berpengaruh
terhadap kesejahteraan masyarakat. Kedua institusi ini saling bersinergi dan saling
mempengaruhi. Dalam sejarah perkembangan peradaban manusia, keduanya juga
tampak saling mendominasi sehingga masing-masing berkontribusi pada
kesuksesan atau kegagalan yang lain.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan salah satu
alat (sumber daya, disamping kewenangan) yang dapat digunakan pemerintah
sebagai penyelenggara negara untuk mendorong aktivitas ekonomi di masyarakat.
Oleh karena itu, pengelolaan APBN yang tepat akan meningkatkan kesejahteraan
publik. Selanjutnya, yang menjadi momok yang paling tidak bersahabat dengan
kesejahteraan publik adalah terjadinya krisis ekonomi, yang merupakan puncak dari
kegagalan pasar dan negara dalam mengelola ekonomi publik.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan pasar yang bersaing dan pasar yang gagal?
2. Bagaimana intervensi pemerintah pada ekonomi nasional?
3. Apa yang dimaksud dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara?
4. Bagaimana penyebab timbulnya krisis keuangan?
1.3 Tujuan Penulisan Makalah
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu:
1. Mengetahui pasar yang bersaing dan pasar yang gagal.
2. Mengetahui intervensi pemerintah pada ekonomi nasional.
3. Mengetahui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
4. Mengetahui penyebab timbulnya krisis keuangan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pasar yang Bersaing dan Pasar yang Gagal


Pasar adalah tempat atau mekanisme bertemunya kepentingan konsumen di
satu sisi, dengan kepentingan produsen di sisi lain. Dengan posisi pasar seperti ini,
pasar mempunyai banyak fungsi bagi pelaku ekonomi, yaitu konsumen, produsen,
maupun pemerintah. Misalnya, pasar berfungsi sebagai sumber informasi bagi
ketiganya.
Dengan demikian, pasar mempunyai peranan yang sangat strategis bagi
pelaku bisnis (produsen) dan masyarakat secara keseluruhan. Tanpa ada akses
menuju pasar atau penguasaan pasar, tidak mungkin suatu bisnis dapat bertahan
hidup. Pasar adalah tempat para produsen bersaing merebut konsumen dalam
rangka mencapai tujuan usahanya. Disamping itu, pasar mempunyai berbagai
bentuk atau struktur yang mempunyai hukumnya sendiri-sendiri, sehingga
berpengaruh pada tinggi rendahnya harga keseimbangan yang terjadi.
Seperti yang telah disinggung, pasar akan berfungsi dengan baik bila dapat
memberikan manfaat kepada semua pihak (produsen, konsemen, dan pemerintah),
dan pasar seperti ini diistilahkan dengan pasar yang kompetitif atau pasar yang
efisien, yaitu pasar yang menumbuhkan persaingan yang sehat dan inovasi sehingga
meningkatkan efisiensi ekonomi. Sebaliknya, bila yang terjadi adalah eksploitasi
satu sama lain, berarti pasar tersebut tidak berfungsi sebagaimana layaknya. Jika
demikian, keadaan ini berpotensi menjadi pasar yang gagal. Kegagalan pasar yang
diikuti oleh kegagalan pemerintah dalam melindungi kepentingan dan
kesejahteraan publik akan terakumulasi menjadi krisis ekonomi, yang tentunya
akan menggerus kesejahteraan publik.

2.1.1 Pasar yang Bersaing


Pasar yang bersaing adalah pasar dapat menjalankan fungsinya dengan
efektif, yaitu mendorong timbulnya persaingan sehingga berpotensi untuk
mendorong efesiensi ekonomi. Salah satu parameter penting berjalannya fungsi
pasar adalah harmonisnya hubungan antar pemain di pasar (produsen dan
konsumen) karena saling menguntungkan (non zero sum games), bukan saling
mengeksploitasi (zero sum games). Pasar yang bersaing ini berpotensi
menghasilkan eksternalitas positif bagi masyarakat. Indikasi berjalannya fungsi
pasar apabila terjadinya hal-hal berikut ini:
a. Distribusi Kesejahteraan di Masyarakat Berjalan Normal
Distribusi kesejahteraan di masyarakat yang tergambar pada distribusi barang
dan jasa, informasi, serta pendapatan antar pemain di pasar baik jika konsumen
mendapatkan apa yang mereka butuhkan. Misalnya, saat mereka membutuhkan
makanan tertentu untuk makan malam, tersedia berbagai pilihan makanan di
restoran, atau saat mereka membutuhkan buah-buahan, tersedia berbagai macam
buah di toko buah, dan seterusnya. Kehadiran dan ketersediaan berbagai jenis
barang dan jasa yang dibutuhkan konsumen di pasar adalah hasil dari rantai
kompleks dari keputusan yang dibuat oleh pemilik restoran, pemilik toko dan kedai,
pedagang grosir, pengirim, eksportir, atau impotir (bila barang didatangkan dari
luar negeri, produsen, dan petani). Petani tidak perlu tahu tentang pengiriman atau
bisnis kelontong atau pembuatan pupuk, tidak perlu berkomunikasi dengan siapa
pun tentang pertanian. Ia hanya perlu tahu harga dan di mana berbagai tanaman
dijual, dan harga di mana faktor-faktor produksi dapat dibeli. Petani atau produsen
membuat keputusan produksinya dengan mengolah informasi tentang berbagai
harga dengan pengetahuannya sendiri. Selanjutnya, konsumen memutuskan apakah
bersedia membayar suatu barang dan jasa yang dibutuhkannya datang sehingga
tersedia di pasar. Dengan demikian, terlihat semua pemain di pasar mendapat
kesempatan yang sama dalam berinteraksi.
Dengan demikian, bila terjadi pertumbuhan ekonomi yang berkeadilan,
seluruh kelompok masyarakat dapat menikmatinya. Kelompok yang kaya maupun
yang miskin dapat meningkatkan kesejahteraannya.
b. Stabilitas Ekonomi (Harga Barang dan Jasa) Berjalan Normal
Konsumen menemukan barang dan jasa yang mereka butuhkan. Pemilik toko,
restoran atau kedai, grosir, dan pengiriman tidak mengkomunikasikan informasi
terperinci tentang kegiatan mereka, tetapi hanya memutuskan apakah akan berusaha
(bisnis) pada harga yang berlaku. Keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh para
pelaku pasar tersebut dikoordinasi oleh parameter penting yang disebut dengan
harga (price). Keputusan dan tindakan para pelaku pasar itu akan berjalan normal
bila tidak terjadi gejolak harga (nilai tukar) internal maupun ekternal. Gejolak harga
tidak terjadi karena kelancaran pasokan atau tidak terjadi kelangkaan barang dan
jasa yang dibutuhkan masyarakat.

c. Alokasi Sumber Daya Berjalan dengan Baik dan Efsien


Jika alokasi dan akses menuju sumber daya ekonomi nasional, seperti alokasi
sumber daya alam (SDA), sumber daya buatan (SDB), maupun hal lain seperti
alokasi masalah
keuangan dan permodalan (kredit usaha) berjalan baik di masyarakat, hal ini meng
identifika-sikan ekonomi atau pasar berjalan dengan efisien.

2.1.2 Pasar yang Gagal


Secara umum, kegagalan pasar atau pasar yang gagal dapat terjadi karena
salah alokasi (misallocated) sumber daya ekonomi. Dengan kata lain, bila sumber
daya tidak terdistribusi secara efisien, hal ini akan menghasilkan eksternalitas
negatif, dan bila tidak diperbaiki sangat berpotensi menimbulkan pasar yang gagal.
Pasar yang gagal berarti tidak dapat menjalankan fungsinya dengan benar,
atau tidak dapat menciptakan persaingan yang sehat, hanya mengutamakan
kepentingan pemain yang kuat, mengabaikan kepentingan orang yang tidak
kompetitif, dan menghasilkan ekternalitas negatif bagi masyarakat.
Pasar yang hanya mengutamakan kepentingan pihak yang kuat saja akan
menimbulkan dampak yang sangat merugikan publik, bahkan bisa mengerikan.
Contohnya, keputusan oleh para pelaku ekonomi yang kuat, tanpa memperhatikan
kepetingan orang yang banyak, telah menyebabkan sejumlah tragedi lingkungan.
Misalnya, pada tahun 1956 terjadi tragedi Teluk Minamata di Jepang. Banyak orang
yang tinggal di dekat teluk ini menderita penyakit saraf degeneratif. Pada tahun
1968, tragedi ini secara resmi diidentifikasi sebagai keracunan merkuri yang
disebabkan oleh memakan ikan yang terkontaminsi oleh limbah industri.
Pemerintah Jepang telah secara resmi mengakui korban tragedi Minimata ini lebih
dari 12.300 orang.
Salah satu parameter penting tidak berjalannya fungsi pasar adalah tidak
harmonisnya hubungan antar pemain di pasar karena satu sama lain saling
mengeksploitasi. Indikasi pasar yang gagal, yaitu:
a. Distribusi Kesejahteraan di Masyarakat sangat Timpang
Distribusi kesejahteraan yang tergambar dari distribusi barang dan jasa,
informasi, serta pendapatan antar pemain di pasar tidak berjalan dengan baik, tetapi
dari waktu ke waktu semakin timpang. Misalnya, kelompok yang kaya semakin
kaya dan kelompok yang miskin semakin miskin sehingga kelompok yang kaya
sekali lagi akan sangat sedikit, sementara kelompok yang miskin akan sangat
banyak.

b. Tidak ada Stabilitas Ekonomi


Hal ini tergambar pada gejolak nilai tukar internal (barang dan jasa domestik),
maupun eksternal (nilai tukar mata uang domestik dengan mata uang asing atau
kurs). Ketidakstabilan ekonomi sering memicu terjadinya krisis moneter, yang bila
tidak segera selesai akan menjadi krisis ekonomi sehingga persediaan barang dan
jasa di masyarakat terganggu. Kondisi ini diindikasikan dengan sering terjadi
kelangkaan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat.
c. Alokasi Sumber Daya Nasional tidak Berjalan Efisien
Jika alokasi dan akses menuju sumber daya ekonomi nasional, seperti sumber
daya alam (SDA), sumber daya buatan (SDB), maupun hal lain seperti masalah
alokasi keuangan dan permodalan, tidak berjalan dengan baik, kelompok yang kaya
akan semakin kaya dan kelompok yang miskin akan semakin miskin. Hal ini
mengindikasikan bahwa ekonomi berjalan dengan tidak efisien. Jika tidak ditangani
denga baik, kondisi ini akan memicu gejolak sosial di tengah masyarakat.
2.2 Pemerintah dan Kepentingan Ekonomi Nasional
Menurut UUD 1945, tujuan negara Republik Indonesia adalah sebagai
berikut:
Pembukaan UUD 1945
Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan
sosial.
Hal-hal di atas merupakan kepantingan nasional (national interest), yang
harus diperjuangkan oleh bangsa Indonesia, khususnya para penyelenggara negara,
yaitu eksekutif, legislatif, dan yudikatif, maupun lembaga kuasa lainnya.
Kepentingan nasional yang harus diperjuangkan bangsa Indonesia dapat
dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu kepentingan ekonomi (economical
interest), kepentingan politik (political interest), dan kepentingan pertahanan dan
keamanan (security interest).

2.2.1 Kepentingan Ekonomi Nasional


Kepentingan Ekonomi Nasional adalah kepentingan agar bangsa Indonesia
dapat hidup berkecukupan dan sejahtera secara ekonomi. Dengan demikian,
penyelenggara negara harus berusaha menyediakan, menjaga, dan melindungi
kebutuhan dasar (basic and public needs) masyarakat.
Kepentingan ekonomi pada prinsipnya adalah kepentingan yang berkaitan
dengan kesejahteraan, yaitu terpenuhinya hajat hidup segenap warga bangsa yang
meliputi kecukupan pangan, sandang, serta kebutuhan akan barang dan jasa lainnya
sesuai tingkat kemajaun peradaban yang dialaminya.

2.2.2 Intervensi Pemerintah pada Ekonomi Nasional


Intervensi negara atau pemerintah pada pasar atau ekonomi secara umum
didasarkan pada tujuan negara, yaitu meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dengan
demikian, pemerintah perlu melakukan intervensi pada ekonomi melalui berbagai
peraturan dan kebijakan untuk melindungi dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Bila pasar tidak bekerja sesuai dengan fungsinya (menciptakan kesejahteraan
bagi semua) atau bila terjadi kegagalan pasar, negara perlu melakukan intervensi
pada ekonomi agar kesejahteraan dan kepentingan publik dapat dilindungi.

2.2.3 Negara Wajib Melindungi Kepentingan Usaha dalam Perdagangan


Internasional
Perdagangan internasional berpotensi mendatangkan peluang keuntungan
maupun resiko bagi kesejahteraan masyarakat di dalam negeri. Karena itu,
pemerintah sebagai penyelenggara negara perlu memanfaatkan peluang yang
tersedia dan melindungi negara dari potensi yang mungkin terjadi. Cara-cara negara
untuk melindungi kepentingan usaha nasioanal dalam perdangangan internasional
sebagai berikut:

 Mengatasi masalah nilai tukar antara mata uang domestik dengan mata uang negara
lain.
 Memperkenalkan kebijakan ekonomi negara lain yang akan menjadi tujuan ekspor
kepada perusahaan nasional.
 Melakukan sosialisasi yang memadai dari pemerintah kepada usaha nasioanal
mengenai berbagai kesepakatan internasional yang berlaku.
 Mengatasi berbagai hambatan perdagangan yang dialami perusahaan nasioanal di
luar negeri.
 Mengoptimalkan dampak kebijakan perdagangan luar negeri terhadap ekonomi
nasional.

2.3 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara


APBN adalah adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara
Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat
(UUD 1945 pasal 23 ayat 1). APBN berisi daftar sistematis dan terperinci yang
memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara selama satu tahun anggaran
(1 Januari-31 Desember).
APBN (budged) merupakan alat untuk memengaruhi kecepatan
peningkatan kesejahteraan masyarakat, dengan indikator, antara lain:
meningkatnya pendapatan nasional, bertambah kuatnya struktur ekonomi nasional,
berkurangnya pengangguran dan penduduk miskin secara relatif maupun absolut.
Pada prinsipnya, anggaran harus mencerminkan politik pengeluaran
pemerintah yang rasional secara kuantitatif maupun kualitatif sehingga akan terlihat
sebagai berikut:
 Adanya pertanggungjawaban pungutan pajak dan pungutan lainnya oleh pemerintah
yang mewakili negara terhadap masyarakat yang membiayai negara.
 Adanya hubungan yang erat antara fasilitas penggunaan anggaran (belanja) negara
di masyarakat dan penarikan pajak serta retribusi dari masyarakat untuk membiayai
kehidupan bernegara.
 Adanya pola pengeluaran pemerintah yang jelas dan dapat di pakai sebagai dasar
pertimbangan dalam menentukan pola penerimaan pemerintah (dari pungutan pajak
dan retribusi kepada masyarakat) yang akan menentukan tingkat distribusi
penghasilan dalam perekonomian.

2.3.1 Kebijakan APBN yang Lazim dalam Praktek


Dalam mencapai kesejahteraan masyarakat, peran pemerintah dapat
dilakukan melalui kebijakan APBN atau kebijakan fiskal untuk melakukan
distribusi, alokasi, dan stabilitasi perekonomian nasional. Kebijakan APBN terdiri
atas tiga alternatif, yaitu:
a. Kebijakan APBN Defisit
Kebijakan APBN defisit (deficit budged) adalah kebijakan ketika uang yang
diterima negara dari masyarakat (pajak dan retribusi) lebih sedikit daripada uang
yang dibelanjakan oleh negara (ke masyarakat). Artinya, dalam kondisi ini,
pemerintah mengalami kekurangan uang (difisit). Jumlah uang yang beredar di
masyarakat menjadi lebih banyak karena jumlah uang yang ditarik dari masyarakat
lebih sedikit dari jumlah uang yang dibelanjakan. Bila jumlah uang yang beredar
menjadi lebih banyak, hal ini akan meningkatkan likuiditas ekonomi ekonomi di
masyarakat sehingga meningkatkan permintaan barang dan jasa. Hasilnya, para
produsen akan meningkatkan investasinya untuk menangkap peluang pasar
sehingga aktivitas ekonomi meningkat, yang akan mendorong munculnya lapangan
pekerjaan-pekerjaan baru sehingga jumlah pengangguran akan menurun.
b. Kebijakan APBN Surplus
Kebijakan APBN surplus (surplus budged) adalah kebijakan ketika uang
yang diterima negara dari masyarakat (pajak dan retribusi) lebih banyak daripada
uang yang dibelanjakan oleh negara (ke masyarakat). Artinya, dalam kondisi ini,
pemerintah mengalami kelebihan uang, (surplus). Jumlah uang beredar di
masyarakat menjadi lebih sedikit karena jumlah uang yang ditarik dari masyarakat
lebih banyak daripada jumlah uang yang dibelanjakan. Bila jumlah uang lebih
sedikit dari sebelumnya, hal ini akan menurunkan likuiditas ekonomi di masyarakat
sehingga permintaan barang dan jasa di masyarakat menurun. Bila permintaan
barang dan jasa menurun, sementara penawaran tetap, harga barang dan jasa akan
turun.
Dengan demikian, untuk menciptakan stabilitas ekonomi, khususnya untuk
mengurangi tingkat inflasi (kenaikan harga), pemerintah dapat menggunakan
kebijakan APBN surplus. Dengan kebijakan ini, kelebihan dana dari anggaran
belanja, dapat digunakan pemerintah untuk cadangan atau tabungan pemerintah,
atau uang membayar hutang negara di dalam maupun di luar negeri.
c. Kebijakan APBN Berimbang
Kebijakan APBN berimbang (balanced budged) adalah kebijakan ketika uang
yang diterima negara dari masyarakat (pajak dan retribusi) sama besar dengan uang
yang dibelanjakan oleh negara (ke masyarakat). Biasanya, kebijakan APBN ini
dipilih pemerintah saat kondisi ekonomi relatif stabil (tingkat pengangguran dan
inflasi relatif rendah dan ekonomi tumbuh dangan baik). Dengan demikan, untuk
menjaga stabilitas ekonomi nasional yang kondusif, yaitu angka pengangguran dan
inflasi relatif rendah, pemerintah menggunakan kebijakan APBN berimbang.
2.4 Penerimaan Negara (Pemerintah)
Penerimaan dan pendapatan negara adalah sumber untuk membiayai
penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara. Kemampuan negara untuk
membiayai dirinya sangat ditentukan oleh sumber penerimaan negara. Pendapatan
atau keuangan suatu negara dapat berasal dari berbagai sumber-sumber
sebagaimana ditetapkan oleh undang-undang.
Sumber-sumber pendapatan negara secara umum dibagi menjadi dua, yaitu
pendapatan pajak dan pendapatan non pajak.

1) Pendapatan Pajak
Pajak adalah iuran rakyat kepada negara berdasarkan undang-undang
sehingga dapat dipaksakan dengan tidak mendapat balas jasa secara langsung. Pajak
dipungut penguasa berdasarkan norma-norma hukum untuk menutup biaya
produksi barang-barang dan jasa kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum.
Lembaga pemerintah yang mengelola perpajakan negara di Indonesia adalah
Direktorat Jendral Pajak (DJP) yang merupakan salah satu direktorat jenderal yang
ada di bawah naungan Departemen Keuangan Republik Indonesia.
Pajak dari perspektif ekonomi dipahami sebagai beralihnya sumber daya
dari sektor privat kepada sektor publik. Pemahaman ini memberikan gambaran
bahwa adanya pajak menyebabkan dua situasi menjadi berubah. Pertama,
berkurangnya kemampuan individu dalam menguasai sumber daya untuk
kepentingan penguasaan barang dan jasa. Kedua, bertambahnya kemampuan
keuangan negara dalam penyediaan barang dan jasa publik yang merupakan
kebutuhan masyarakat.
Sementara pemahaman pajak dari perspektif hukum menurut Soemitro
merupakan suatu perikatan yang timbul karena adanya undang-undang yang
menyebabkan timbulnya kewajiban warga negara untuk menyetorkan sejumlah
penghasilan tertentu kepada negara, negara mempunyai kekuatan untuk memaksa
dan uang pajak tersebut harus dipergunakan untuk penyelenggaraan pemerintahan.
Dari pendekatan hukum ini memperlihatkan bahwa pajak yang dipungut harus
berdasarkan undang-undang sehingga menjamin adanya kepastian hukum.
Pajak menurut Pasal 1 angka 1 UU No 6 Tahun 1983 sebagaimana telah
disempurnakan terakhir dengan UU No.28 Tahun 2007 tentang ketentuan umum
dan tata cara perpajakan adalah "Kontribusi wajib kepada negara yang terutang
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang
Undang, dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
2) Pendapatan non Pajak
Sumber pendapatan non pajak terbagi menjadi beberapa macam yaitu:
a. Retribusi
Retribusi menurut UU no. 28 tahun 2009 adalah pungutan daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau
diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan pribadi atau badan. Berbeda
dengan pajak pusat seperti Pajak Penghasilan dan Pajak Pertambahan Nilai yang
dikelola oleh Direktorat Jendral Pajak, retribusi ini di kelola oleh Dinas Pendapatan
Daerah (Dispenda)
b. Keuntungan dari Perusahaan Negara (BUMN dan BUMD)
Keuntungan ini adalah deviden (bagian dari laba) yang diperoleh Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) maupun Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang
disetorkan ke kas negara.
c. Keuangan dari Percetakan Uang (Seignoirage)
Keuangan ini adalah keuntungan yang di dapat negara dari percetakan uang
(fiat money). Uang kertas dan logam yang dicetak oleh negara mempunyai nilai
nominal (nilai yang tercantum pada uang tersebut) jauh lebih tinggi daripada nilai
intrinsik.
d. Denda dan Sita
Pemerintah berhak memungut denda atau menyita aset milik masyarakat,
apabila masyarakat (individu/organisasi) diketahui telah melanggar peraturan
pemerintah. Contoh: denda pelanggaran lalu lintas, denda ketentuan peraturan
perpajakan, penyitaan barang-barang ilegal, penyitaan jaminan atas hutang yang
tidak tertagih, dll.
d. Sumbangan, Hadiah dan Hibah
Sumbangan, hadiah, dan hibah dapat diperoleh pemerintah dari individu atau
institusi,. Sumbangan, hadiah dan hibah dapat diperoleh dari dalam maupun luar
negeri. Tidak ada kewajiban pemerintah untuk mengembalikan sumbangan, hadiah
dan hibah. Sumbangan, hadiah dan hibah bukan penerimaan pemerintah yang dapat
dipastikan perolehannya. Tergantung kerelaan dari pihak yang memberi
sumbangan, hadiah dan hibah.

2.5 Pengeluaran Negara


Pengeluaran negara adalah pengeluaran pemerintah menyangkut pengeluaran
untuk membiayai program-program dimana pengeluaran itu ditujukan untuk
pencapaian kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
Pengeluaran pemerintah dapat bersifat:
a. Bersifat Ekhsautif
Bersifat ekhsautif yaitu pembelian barang-barang dan jasa-jasa dalam
perekonomian yang dapat langsung dikonsumsi maupun dapat pula untuk
menghasilkan barang lain lagi.
b. Bersifat Transfer
Bersifat transfer yaitu berupa pemindahan uang kepada individu-individu
untuk kepentingan sosial, kepada perusahaan-perusahaan sebagai individu atau
mungkin pula kepada negara-negara sebagai hadiah (grants).
Klasifikasi pengeluaran negara sesuai APBN adalah sebagai berikut:
1) Belanja
Belanja negara terbagi menjadi dua yaitu:
a. Belanja Rutin
Belanja rutin adalah belanja negara untuk pemeliharaan atau untuk
penyelenggaraan pemerintah sehingga bersifat rutin dilakukan setiap tahun
anggaran, serta bersifat khasuatif yang berarti manfaatnya hanya untuk tahun
anggaran yang bersangkutan. Contoh: belanja pegawai, belanja barang,
pembayaran bunga hutang (hutang dalam negeri, hutang luar negeri), subsidi
(subsidi BBM, subsidi non BBM).
b. Belanja Pembangunan
Belanja pembangunan tidak bersifat rutin tetapi merupakan belanja yang
bersifat investasi sehingga manfaatnya di masa yang akan datang. Belanja ini
disebut juga belanja proyek. Contoh: pembiayaan pembangunan dan pembiayaan
proyek.
2) Pembayaran Kewajiban Negara atau Tagihan dari Pihak ke-3 (pembayaran
hutang).

2.6 Krisis Ekonomi


Krisis ekonomi adalah keadaan yang ditandai dengan rendahnya aktivitas
ekonomi dalam bentuk investasi dan perdagangan yang sangat menurun. Hal ini
mengakibatkan banyak perusahan bangkrut, yang berujung pada pemutusan
hubungan kerja dengan karyawannya. Karena itu, krisis ekonomi menciptakan
banyak pengangguran sehingga banyak masyarakat kehilangan sumber nafkah.
Di Indonesia, krisis ekonomi adalah istilah yang sering menjadi pembicaraan
sehari-hari sejak terjadinya krisis moneter pada 1998. Topik ini menjadi ramai
kembali setelah mencuatnya krisis keuangan di Amerika Serikat pada 2007,
kemudian krisis keuangan di Yunani mulai tahun 2010.
2.6.1 Krisis Ekonomi Versus Krisis Keuangan
Seperti tersirat di uraian sebelumnya, krisis ekonomi sebetulnya adalah istilah
yang muncul akibat atau dampak dari krisis keuangan. Krisis keuangan
menimbulkan banyak hal di masyarakat. Salah satu hal yang paling dirasakan oleh
sebagian besar masyarakat adalah terganggunya stabilitas nilai tukar, seperti
turunnya daya beli uang atau berkurangnya nilai aset keuangan seperti saham,
obligasi, dan berbagai jenis surat berharga (securities) lainnya.
2.6.2 Penyebab Timbulnya Krisis Keuangan
Banyak faktor yang secara langsung yang menimbulkan krisis keuangan.
Misalnya, krisis keuangan di Amerika Serikat pada tahun 2007 yang dimulai
dengan krisis kredit perumahan (subprimer mortgage). Krisis keuangan atau lebih
dikenal dengan krisis moneter di Indonesia pada 1998 dimulai dengan krisis utang,
termasuk utang luar negeri (utang swasta maupun utang negara). Kompleksitas dan
saling ketergantungan antara sektor usaha dan antar negara serta kepentingan
politik, ekonomi, dan persaingan bisnis yang tidak sehat telah menimbulkan
berbagai krisis keuangan. Secara umum, ada dua penyebab krisis keuangan, yaitu:
a. Ekonomi Spekulasi yang Menimbulkan Pertumbuhan Semu
Gelembung ekonomi, gelembung spekulatif, atau gelembung keuangan
adalah perdagangan sekuritas dalam volume besar dengan harga yang sangat
berbeda dengan nilai intrinsiknya (memperdagangkan produk atau aset dengan
harga yang lebih tinggi daripada nilai fundamentalnya).
Gelembung ekonomi adalah keadaan ketika terjadi kenaikan harga yang
cepat, diikuti fluktuasi harga dipasar (biasanya didominasi oleh properti dan saham)
yang pada akhirnya, bila sudah mencapai titik jenuh, meledak menimbulkan krisis,
hal ini terjadi ketika spekulasi berkembang untuk komoditas tertentu yang
menyebabkan harga meningkat dengan cepat, sehingga menghasilkan lebih banyak
lagi spekulasi. Kenaikan harga ini akan mencapai suatu tingkat tidak wajar dan
kemudian mengalami penurunan dengan mendadak, sehingga menimbulkan
kepanikan para pelaku pasar.
Ahli ekonomi menggunakan istilah gelembung ekonomi untuk peningkatan
harga aset secara ekstrem berdasarkan harapan kenaikan harga di masa depan dan
tanpa dukungan fundamental ekonomi, dan lazimnya diikuti kenyataan yang
bertolak belakang dari harapan, yaitu jatuhnya harga atau nilai aset, terutama aset
keuangan berupa surat berharga.
b. Kegagalan Perbankan
Ketika sebuah bank mengalami gagal melakukan pengelolaan dana yang di
amanahkan nasabah kepadanya dengan baik, kemudian dihadapkan isu negatif yang
menyebar dengan cepat, maka peran nasabah (deposan) akan cepat terpengaruh dan
mendadak ramai-ramai akan melakukan penarikan yang disimpan pada bank
tersebut. Bila penyelenggaraan negara, khususnya bank sentral, tidak bisa meredam
isu tersebut dengan segera, maka semua bank akan mengalami hal yang sama,
sehingga terjadi penarikan dana oleh nasabah secara ramai-ramai dan bersamaan.
Bila keadaan ini terjadi maka bank akan mengalami kesulitan untuk
mengembalikan dana masyarakat yang diterimanya (deposito yang jatuh tempo),
karena dana yang sudah disalurkan dalam bentuk pinjaman (kredit) kepada
nasabahnya, tidak bisa ditarik secepatnya untuk membayar tuntutan para deposan.
Hal ini mengakibatkan bank dapat dianggap gagal atau bangkrut. Selanjutnya
menyebabkan banyak deposan kehilangan tabungan mereka kecuali mereka
dilindungi oleh asuransi deposito.
2.7 Indikator Iklim Usaha
Iklim usaha adalah kondisi yang dapat merangsang munculnya usaha atau
investasi. Iklim usaha dibentuk oleh berbagai faktor yang saling berkaitan dan
bersinergi dalam membangun suasana yang menyenangkan bagi semua pihak yang
berkaitan dengan masalah investasi, yaitu masyarakat sekitar lokasi, pelaku
investasi (investor), maupun pemerintah yang mewakili kepentingan negara.
Walaupun sumber daya investasi cukup tersedia, bila iklim usaha tidak kondusif,
pengembangan investasi tidak akan optimal, begitu juga sebaliknya. Hal-hal yang
berkaitan dengan pembentukan iklim investasi sebagai berikut:
a. Kepastian Berusaha
Di Indonesia, hal ini sangat sulit, terutama bagi usaha kecil dan rakyat jelata
yang ingin berpartisipasi dalam aktivitas ekonomi publik. Kepastian usaha
merupakan sinergi dari berbagai aspek terkait pelaksanaan investasi, misalnya
kepastian hukum dan peraturan pemerintah, kestabilan politik dan keamanan,
transparansi aturan, insentif usaha, dan konsistensi pelaksanaan peraturan dan
ketentuan yang berlaku. Bila hal-hal tersebut dirunut satu per satu, terlihat kondisi
saat ini jauh dari yang diharapkan masyarakat.

b. Tersedianya Sumber Daya Investasi


Ketersediaan sumber daya investasi, yaitu Sumber Daya Alam (SDA) dan
Sumber Daya Manusia (SDM), tidak bisa dibantah lagi. Salah satu sumber daya
investasi yang menarik bagi Indonesia, selain kekayaan alam yang melimpah,
adalah jumlah penduduk yang besar, yang berarti potensi (konsumen) juga besar,
seperti yang sudah disinggung, karena kurang jelasnya peran negara yang
dimainkan oleh pemerintah, kebanyakan hanya pemilik modallah yang
memanfaatkan sumber daya ini, sementara rakyat negari ini hanya menikmati
sisanya bahkan sampai kehabisan.
c. Sarana dan Prasarana untuk Kebutuhan Publik yang Belum Memadai
Ketersediaan sarana dan prasarana publik, yang mudah di dapat dan di akses,
murah, serta prosesnya lancar, tampaknya masih jauh dari harapan masyarakat.
Kemacetan di jalan-jalan kota, antrian di pelabuhan, listrik yang tidak memadai,
BBM yang kadang langkah, keamanan dari pencurian, serta hal-hal lainnya yang
menggambarkan masalah penyediaan sarana dan prasarana pengembangan
ekonomi publik, menjadi pemandangan sehari-hari.

d. Kondisi Birokrasi Pemerintah


Keberadaan birokrasi yang cepat tanggap dan melayani kebutuhan para
pemodal (investor), khususnya dalam memberikan informasi yang benar, dan
pelayanan administrasi perizinan yang transparan dan akuntabel tampaknya masih
jauh dari kenyataan.

e. Insentif Usaha yang Tidak Adil


Tersedianya insentif yang tepat bagi dunia usaha dan adil bagi masyarakat
banyak, tampaknya belum cukup nyata di Indonesia. Kenyataan yang terjadi adalah
“The rich get richer, the poor get worse.” Artinya, insentif hanya tersedia bagi yang
mempunyai modal besar, tetapi bagi pengusaha kecil ingin besar, tidak ada insentif
usaha yang memadai.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pasar mempunyai peranan yang sangat strategis bagi pelaku bisnis (produsen)
dan masyarakat secara keseluruhan. Tanpa ada akses menuju pasar atau penguasaan
pasar, tidak mungkin suatu bisnis dapat bertahan hidup. Pasar adalah tempat para
produsen bersaing merebut konsumen dalam rangka mencapai tujuan usahanya.
Disamping itu, pasar mempunyai berbagai bentuk atau struktur yang mempunyai
hukumnya sendiri-sendiri, sehingga berpengaruh pada tinggi rendahnya harga
keseimbangan yang terjadi.
Pasar akan berfungsi dengan baik bila dapat memberikan manfaat kepada
semua pihak (produsen, konsemen, dan pemerintah), dan pasar seperti ini
diistilahkan dengan pasar yang kompetitif atau pasar yang efisien, yaitu pasar yang
menumbuhkan persaingan yang sehat dan inovasi sehingga meningkatkan efisiensi
ekonomi. Sebaliknya, bila yang terjadi adalah eksploitasi satu sama lain, berarti
pasar tersebut tidak berfungsi sebagaimana layaknya.

3.2 Saran
Negara Indonesia akan menjadi negara maju ketika pasar dapat menjalankan
fungsinya dengan aktif salah satunya terjadi keharmonisan hubungan antar pemain
di pasar (produsen dan konsumen).
DAFTAR PUSTAKA

Noor, H.F. 2013. Ekonomi Publik: Ekonomi untuk Kesejahteraan Rakyat.


Akademia Pertama. Padang.
Asyifusyinen, Akhwah. 2014. Penerimaan dan Pengeluaran Negara.
https://azharnasri.blogspot.co.id/2014/04/penerimaan-dan-pengeluaran-
negara.html
(Diakses pada tanggal 11 Maret 2019 pada pukul 09.20 WIB).

Furqon, Baid Al. 2012. Pengeluaran Negara.


http://redballeralfurqon.blogspot.co.id/2012/02/pengeluaran-
negara.html (Diakses pada tanggal 11 Maret 2019 pada pukul 09.50 WIB).
Akmika. 2010. Pengeluaran Negara. http://akmika.blog.uns.ac.id/2010/05/06/3/
(Diakses pada tanggal 11 Maret 2019 pada pukul 09.00 WIB).
Fauzannojan. 2013. Pengertian, Tujuan, Fungsi APBN.
https://fauzannojan.wordpress.com/2013/05/28/pengertian-tujuan-fungsi-apbn/
(Diakses pada tanggal 11 Maret 2019 pada pukul 09.00 WIB).

Anda mungkin juga menyukai