Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tolong menolong merupakan perilaku yang sudah ada dalam diri manusia,
tolong menolong dalam ilmu sosial dapat disebut juga dengan perilaku perilaku
prososial. Menurut Eisenberg dan Fabes (dalam Carlo & Randal, 2002) perilaku
prososial merupakan perilaku yang dimaksudkan untuk memberikan keuntungan
bagi orang lain. Di Indonesia sendiri sudah menjadi tradisi serta kebiasaan untuk
memberikan pertolongan kepada orang lain. Tradisi ini bahkan telah ada dari
zaman nenek moyang bangsa Indonesia.

Namun, seiring berjalannya waktu tradisi ini mulai memudar dan


mengalami penurunan yang sangat signifikan. Sikap tolong menolong yang dulu
sangat melekat kini berganti dengan sikap individualisme dan matrealisme yang
menjadi ciri khas era modernisasi (Hindiawati, 2013). Penuruan sikap tolong
menolong tersebut sangat bisa dirasakan khususnya pada masyarakat perkotaan
seperti Jakarta. Hasil survei yang dilakukan pada 6 Januari 2013 menunjukkan
terdapat 46,15% responden menyatakan masih mau menolong namun dengan
mengharapkan imbalan dan 38,46% responden menyatakan bahwa budaya tolong
menolong sudah pudar (Joef, 2013). Dari data tersebut dapat dilihat bahwa
peilaku tolong menolong di Indonesia mulai menghilang.

Dilansir dari Tribunnews.com (Asmadi, 2018) Seorang pengguna Bus


Transjakarta menuliskan protes di akun Instagram. Wanita tersebut tidak terima
dengan perlakuan petugas yang meminta untuk berdiri dan memberikan kursi
untuk penumpang hamil. Menurut wanita tersebut seharusnya penumpang hamil
tersebut duduk di kursi prioritas terlebih lagi wanita tersebut sudah lelah
mengantri untuk duduk di kursi tersebut. Berdasrkan kasus tersebut menandakan
bahwa perilaku tolong menolong di Jakarta memang makin menurun. Perilaku
tolong menolong sendiri dapat di pengaruhi oleh faktor internal dan eksternal,
dimana faktor internal bisa dari kecerdasan emosi dan trait kepribadian yang
dimiliki oleh individu itu sendiri.

Seperti yang dijelaskan oleh Mc Crae dan Costa (1997) terdapat lima sifat
dasar kepribadian, salah satunya adalah agreeableness yang berkaraktersitik
mampu beradaptasi sosial yang baik, ramah, selalu mengalah, menghindari sebuah
konflik, dan memiliki kecenderungan untuk mengikuti orang lain. Seseorang yang
memiliki agreeableness tinggi digambarkan sebagai seseorang yang memiliki
value suka membantu, forgiving, dan penyayang. Sifat ini dapat mempengaruhi
seseorang untuk berbuat baik kepada orang lain, salah satunya tolong menolong.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kepribadian big


five tipe agreeableness dengan perilaku prososial pada Penumpang Bus
Transjakarta.

C. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan masukan


yang berarti untuk ilmu psikologi terutama dibidang sosial dan klinis
mengenai pengaruh kepribadian big five tipe agreeableness dengan
perilaku prososial pada penumpang Bus Transjakarta.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Subjek

Penelitian ini memberikan informasi dan pemahaman tentang


hubungan antara harga diri dengan perilaku prososial sehingga
diharapkan mampu menumbuhkan perilaku prososial, dapat
bekerjasama dengan orang lain, saling tolong menolong dengan
ikhlas dengan orang lain yang membutuhkan tanpa mengharap
imbalan tertentu.

b. Bagi Masyarakat Umum

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pada


masyarakat, akan pentingnya perilaku prososial sehingga dapat
tercipta hubungan yang lebih positif serta erat dan harmonis dalam
kehidupan bermasyarakat.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan maupun


perbandingan dalam pengembangan penelitian tentang pengaruh
kepribadian big five tipe agreeableness dengan perilaku prososial
pada penumpang Bus Transjakarta. sehingga dapat dimanfaatkan
secara luas bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam
bidang psikologi sosial.

Anda mungkin juga menyukai