Anda di halaman 1dari 17

BAB I

LATAR BELAKANG

Dunia kesehatan secara sadar atau tidak sadar kini tengah bergerak menjadi salah satu faktor
terpenting dalam sebuah kehidupan. Seiring berjalanya waktu dunia modern untuk saat ini sudah
sepatutnya dunia kesehatan memberikan sebuah pelayanan yang cepat dan tepat. Dalam situasi yang
penuh keprihatinan untuk saat ini, dunia kesehatan harus dapat menciptakan lingkungan kerja yang
nyaman, kondusif dan penuh motivasi. Sehingga dapat memberikan pelayanan yang memuaskan dan
dalam soal yang bersamaan dapat pula bersaing secara efektif dan efisien dalam konteks lokal,
regional bahkan dalam konteks global.
Menurut Murdik (2002) bahwa sistem adalah seperangkat elemen yang membentuk kegiatan
atau suatu prosedur atau bagian pengolahan yang mencari suatu tujuan-tujuan bersama dengan
mengoperasikan data atau barang pada waktu tertentu untuk menghasilkan informasi atau energi atau
barang. Sedangkan sistem kesehatan menurut WHO (1996) adalah suatu jaringan penyedia pelayanan
kesehatan (supply side) dan orang orang yang menggunakan pelayanan tersebut( demand side) di
setiap wilayah serta negara dan organisasinya yang melahirkan sumber daya tersebut dalam bentuk
manusia maupun dalam bentuk material.
Mengingat pentingnya pelayanan kesehatan bagi setiap penduduk, menjadikan sebuah rumah
sakit mempunyai peranan yang penting dalam menjawab kebutuhan masyarakat akan pelayanan
kesehatan. Pelayanan kesehatan haruslah dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat. Peran Rumah
Sakit sebagai pemberi pelayanan kuratif, rehabilitatif, promotif, dan preventif, menempati peran
penting dalam sistem pelayanan kesehatan. Karena pentingnya peran rumah sakit dalam sistem
pelayanan kesehatan, maka berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit menjadi
prioritas dalam pembangunan bidang kesehatan. Hal ini layak untuk diupayakan agar seluruh
masyarakat dapat menikmati pelayanan kesehatan secara terjangkau dan terlayani secara merata.
Pelayanan kesehatan merupakan hak dasar masyarakat yang harus dipenuhi dalam
pembangunan kesehatan. . Hal tersebut harus dipandang sebagai suatu investasi untuk peningkatan
kualitas sumber daya manusia dan mendukung pembangunan ekonomi, serta memiliki peran penting
dalam upaya penanggulangan kemiskinan.
Dimana pelayanan kesehatan di setiap negara berbeda beda tergantung dari bagaimana negara
tersebut menerapkan sistem pelayanan kesehatan. Bagi sebagian besar Negara, peningkatan kualitas
terpusat pada reformasi kesehatan dan pemberian layanan. Dengan sumber daya yang tersedia semua
negara menghadapi tantangan dalam menjamin akses, pemerataan, keselamatan dan partisipasi pasien,
dan bagaimana meningkatkan keahlian, teknologi dan pengobatan berdasar bukti.
Setiap negara berlomba-lomba memberikan pelayanan kesehatan terbaik dengan tujuan dapat
meningkatkan status kesehatan masyarakat. Indikatornya banyak, antara lain Angka Kematian Ibu,
Angka Kematian Bayi, Angka kejadian penyakit dan berbagai indikator lainnya. Selain itu juga untuk
meningkatkan responsiveness terhadap harapan masyarakat serta menjamin keadilan dalam kontribusi
pembiayaan. Sistem kesehatan diharapkan memberikan proteksi dalam bentuk jaminan pembiayaan
kesehatan bagi yang membutuhkan.
Setiap sistem pelayanan kesehatan di setiap negara berbeda berbeda dapat dilihat dari
perbedaan Regulator dan/atau stewardship, Pelayanan Kesehatan, Pembiayaan Kesehatan dan
Pengembangan Sumber Daya. Dimana penggabungan dari setiap fungsi diatas apalabila dikelola
dengan baik dapat meningkat kualitas pelayanan kesehatan suatu negara. Terjadinya perubahan
lingkungan strategis seperti adanya regulasipenyelenggaraan kepemerintahan dan di tingkat global
telah terjadiperubahan iklim serta dan upaya percepatan pencapaian MilleniumDevelopment Goals
(MDGs), sehingga diperlukan penyempurnaan dalampengelolaan kesehatan.
Masih terbatas penelitian empiris berbasis negara tertentu yang dilakukan untuk menelusuri
cara bagaimana elemen-elemen sistem kesehatan dapat membentuk capaian kesehatan yang optimal
menyebabkan masih tumpang tindihnya sitem pelayanan kesehatan di dunia. Dimana dengan masih
ditemukannya di beberapa negara masih ada pelayanan sistem belum memadai.
Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Dalam kerangka mencapai
tujuan tersebut, pembangunan kesehatan dilaksanakan secara terarah, berkesinambungan dan realistis
sesuai pentahapannya
pencapaian layanan kesehatan dapat diwujudkan melalui pembenahan sarana serta prasarana
pendukung, seperti membenahi ruangan, penyediaan alat kesehatan dan perlengkapan muebiler.
Dengan membaiknya sarana dan prasarana pelayanan kesehatan, secara otomatis kesehatan
masyarakat semakin baik. Tentunya harus dibarengi dengan meningkatnya profesionalitas kinerja
tenaga medis tersebut.
BAB II
SISTEM KESEHATAN DI INDONESIA

Di Indonesia sendiri pembangunan kesehatan secara berkesinambungan telah dimulai sejak


dicanangkannya Rencana Pembangunan Lima Tahun I pada tahun 1969 yang secara nyata telah
berhasil mengembangkan berbagai sumber daya kesehatan, serta melaksanakan upaya kesehatan yang
berdampak pada peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
Sistem kesehatan di Indonesia telah mulai dikembangkan sejaktahun 1982 yaitu ketika
Departemen Kesehatan RI menyusun dokumen system kesehatan di Indonesia yang disebut Sistem
Kesehatan Nasional(SKN). Penyusunan dokumen tersebut didasarkan pada tujuan nasionalbangsa
Indonesia sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 yaitu melindungisegenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia danuntuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupanbangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkankemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial. Untuk mencapaitujuan tersebut, maka dibentuklah program
pembangunan nasional secaramenyeluruh dan berkesinambungan. Pembangunan kesehatan
adalahbagian dari pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkankesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agarterwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya.Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh potensibangsa Indonesia, baik
masyarakat, swasta maupun pemerintah.
Sistem Kesehatan Nasional adalah bentuk dan cara penyelenggaraan pembangunan kesehatan
yang melibatkan seluruh komponen bangsa dalam mencapai derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya. Pedoman pelaksanaan dan penyelenggaraan pembangunan kesehatan disusun sesuai
amanat UndangUndang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Jangka Panjang Pembangunan
Nasional (RPJP-N) Tahun 2005-2025.
1 Prinsip dasar penyelenggaraan pembangunan kesehatan berdasarkan perikemanusiaan,
pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat.
2 Prinsip perikemanusiaan mengandung makna bahwa tenaga kesehatan perlu berbudi luhur,
memegang teguh etika profesi, dan selalu menerapkan prinsip perikemanusiaan.
Pembangunan kesehatan berdasarkan prinsip pemberdayaan dan kemandirian harus mampu
membangkitkan dan mendorong peran aktif masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan bersama Pemerintah, yang dilaksanakan berlandaskan pada kepercayaan atas kemampuan
dan kekuatan sendiri serta semangat solidaritas kegotong-royongan. Prinsip adil dan merata
menjelaskan makna hak yang 1 Pasal 3 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional. RPJP Nasional merupakan penjabaran dari tujuan
dibentuknya Pemerintahan Negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh
tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial
dalam bentuk rumusan visi, misi dan arah Pembangunan Nasional. 2 Pasal 3 Peraturan Presiden
Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional. 2 sama dalam memperoleh derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya tanpa memandang suku, golongan, agama, dan status sosial
ekonomi. Prinsip pengutamaan dan manfaat mengedepankan pelaksanaan pembangunan kesehatan
atas kepentingan umum, dengan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
harus lebih mengutamakan pendekatan peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.

1. SISTEM PELAYANAN KESEHATAN DI INDONESIA


Undang-Undang Dasar 1945 menekankan bahwa negara wajib melayani setiap warga negara
untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah
satunya adalah mengenai pelayanan kesehatan. Seperti yang kita ketahui bahwa pelayanan kesehatan
merupakan pelayanan yang penting bagi masyarakat. Pemerintah wajib memberian pelayanan tersebut
untuk menjadikan masyarakat Indonesia menjadi sehat. Disisi lain pemerintah juga harus bisa
memberikan pelayanan yang baik dan berkualitas kepada masyarakat secara adil. Gambaran situasi
dan kondisi pelayanan di bidang kesehatan oleh pemerintah saat ini cukup memprihatinkan sehingga
masyarakat banyak yang tidak puas. Pelayanan yang diberikan terlalu berbelit-belit, banyaknya biaya
dan waktu yang sangat lama, sehingga pelayanan yang diberikan cenderung tidak berkualitas. Hal di
atas menyebabkan tingkat kesehatan masyarakat Kabupaten Lamongan menurun. Masyarakat miskin
pada umumnya mempunyai status kesehatan yang lebih rendah dibandingkan masyarakat lainnya.
Perkembangan sektor kesehatan di Indonesia saat ini terlihat tumbuh secara tidak maksimal.
Pemerintah belum memberikan kualitas pelayanan kesehatan secara merata. Padahal kunci utama
masyarakat dalam melakukan kegiatan yaitu kondisi tubuh yang sehat. Keadaan sehat membutuhkan
banyak hal, diantaranya menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Tujuan pelayanan kesehatan adalah
tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang memuaskan harapan (consumer satisfaction), melalui
pelayanan yang prima oleh pemberi pelayanan yang memuaskan harapan (provider satisfaction)dan
institusi pelayanan yang diselenggarakan (institutional satisfaction). Interaksi ketiga pilar utama
pelayanan kesehatan yang serasi, selaras dan seimbang merupakan paduan dari kepuasan tiga pihak
dan ini merupakan pelayanan kesehatan yang memuaskan.
Pelayanan kesehatan dapat diperoleh mulai dari tingkat puskesmas, rumah sakit, dokter
praktek swasta dan lain-lain. Masyarakat dewasa ini sudah makin kritis menyoroti pelayanan
kesehatan dan profesional tenaga kesehatan. Masyarakat menuntut pelayanan kesehatan yang baik
dari pihak rumah sakit, disisi lain pemerintah belum dapat memberikan pelayanan sebagaimana yang
diharapkan karena adanya keterbatasan-keterbatasan, kecuali rumah sakit swasta yang berorientasi
bisnis, dapat memberikan pelayanan kesehatan dengan baik. Untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan dibutuhkan tenaga kesehatan yang trampil dan fasilitas rumah sakit yang baik, tetapi tidak
semua rumah sakit dapat memenuhi kriteria tersebut sehingga meningkatnya kerumitan system
pelayanan kesehatan dewasa ini.
Menurut Suryo Suwignjo, Presiden Direktur Philips Indonesia, ada empat hal terkait layanan
kesehatan, yakni; Accessibility, Capability, Capacity, dan Affordability. "Untuk Accessibility,memang
sekarang sudah banyak rumah sakit. Tapi hanya mengelompok di kota-kota tertentu, kota-kota besar,
terutama pelayanan rumah sakit yang bentuknya spesialis," ujar Suryo dalam forum Diskusi Philips
HealthTech dengan tema 'Peran Teknologi dalam Meningkatkan Akses Kesehatan' di bilangan
Menteng, Jakarta Pusat, pekan lalu."Bayangkan orang di pedalaman di mana orang harus tiga hingga
empat jam naik perahu untuk menuju ke Rumah Sakit, ditambah harus menyambung lagi satu jam
dengan naik kendaraan darat. Mereka terkadang punya biaya untuk berobat tapi ngga punya biaya untuk
transportasinya," tambah Suryo.
Untuk Capability adalah kendala di mana tenaga-tenaga dokter umum mungkin memang
banyak, tetapi tidak dengan dokter-dokter spesialis. Sedangkan menyoal Capacity, alat-alat medis
dengan terobosan-terobosan inovatif yang belum dimiliki oleh banyak rumah sakit. Kalau pun ada,
ketersediaannya terbatas sehingga tidak mampu mengakomodir jumlah pasien yang banyak.
"Affordability adalah apakah mereka (pasien) mampu berobat? Problem kita ada di empat area
(Accessibility, Capability, Capacity, dan Affordability) itu," lanjut Suryo. Menurut Fajaruddin
Sihombing, selaku perwakilan dari Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia, apa yang dikatakan Suryo
adalah realita yang terjadi di Indonesia. Keempat masalah inilah yang memang butuh atensi khusus agar
pemerataan pelayanan kesehatan dapat terlaksana."Banyak faktor-faktor yang memengaruhi kualitas
pelayanan nantinya. Faskes dan subsistem lainnya harus bisa saling dukung," ujar Fajaruddin saat
berbincang di kesempatan yang sama.
Bentuk pelayanan kesehatan dapat ditingkatkan dengan kehadiran teknologi. Sebab dengan
teknologi nantinya akan membantu untuk peningkatan efisiensi biaya pelayanan rumah sakit. Sebagai
contoh adalah kerja sama antara dokter di Amerika Serikat dengan di India. "Dokter-dokter di
pedalaman dapat melakukan tes-tes radiologi kemudian mengirimkan hasilnya ke dokter ahli di kota.
Dan nantinya, hasil diagnosa bisa diberikan untuk tindakan medis selanjutnya," Suryo memberikan
pengandaian. Atas beberapa solusi teknologi yang diberikan Suryo bersama layanan kesehatan Phillips,
Fajaruddin mengaku mendukung karena memang diperlukan sinergi antara para stake-holder untuk
mengatasi masalah ini. "Asosiasi Rumah Sakit Swasta saat ini sudah melakukan penghitungan biaya
pelayanan rumah sakit yang mencakup tiga komponen, yaitu lama perawatan, ketenagaan medis yang
terlibat dan komponen-komponen pendukung. Bila penggunaan teknologi mampu menjawab ketiga
komponen tersebut maka memang teknologi kita butuhkan dan tidak akan bisa dielakkan," tutup
Fajaruddin.
Permasalahan utama pelayanan kesehatan saat ini antara lain adalah masih tingginya disparitas
status kesehatan antar tingkat sosial ekonomi, antar kawasan, dan antara perkotaan dengan perdesaan.
Secara umum status kesehatan penduduk dengan tingkat sosial ekonomi tinggi, di kawasan barat
Indonesia, dan di kawasan perkotaan, cenderung lebih baik. Sebaliknya, status kesehatan penduduk
dengan sosial ekonomi rendah, di kawasan timur Indonesia dan di daerah perdesaan masih tertinggal.
Di sisi lain, kualitas, pemerataan, dan keterjangkauan pelayanan kesehatan juga masih rendah.
Kualitas pelayanan menjadi kendala karena tenaga medis sangat terbatas dan peralatan kurang
memadai. Dari sisi jumlah, rasio tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk yang harus dilayani masih
rendah. Keterjangkauan pelayanan terkait erat dengan jumlah dan pemerataan fasilitas kesehatan. Pada
tahun 2002, untuk setiap 100.000 penduduk hanya tersedia 3,5 Puskesmas. Itu pun sebagian penduduk,
terutama yang tinggal daerah terpencil, tidak memanfaatkan Puskesmas karena keterbatasan sarana
transportasi dan kendala geografis.
Pelindungan masyarakat di bidang obat dan makanan masih rendah. Dalam era perdagangan
bebas, kondisi kesehatan masyarakat makin rentan akibat meningkatnya kemungkinan konsumsi obat
dan makanan yang tidak memenuhi persyaratan mutu dan keamanan. Ketersediaan, mutu, keamanan
obat, dan perbekalan kesehatan masih belum optimal serta belum dapat dijangkau dengan mudah oleh
masyarakat. Selain itu, obat asli Indonesia (OAI) belum sepenuhnya dikembangkan dengan baik
meskipun potensi yang dimiliki sangat besar.
Perilaku masyarakat juga sering tidak mendukung hidup bersih dan sehat. Hal ini dapat terlihat
dari meluasnya kebiasaan merokok, rendahnya pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif, tingginya
prevalensi gizi kurang dan gizi lebih pada balita, serta kecenderungan meningkatnya jumlah penderita
HIV/AIDS, penderita penyalahgunaan narkotika, psikotropika, zat adiktif (Napza), dan kematian akibat
kecelakaan.
Selain permasalahan mendasar seperti itu, dalam sepuluh bulan terakhir, paling tidak terdapat
lima isu penting di bidang kesehatan yang perlu penanganan segera, yaitu penjaminan akses penduduk
miskin terhadap pelayanan kesehatan, penanganan masalah gizi buruk, penanggulangan wabah penyakit
menular, pelayanan kesehatan di daerah bencana, dan pemenuhan jumlah dan penyebaran tenaga
kesehatan.

2. SISTEM PEMBAYARAN
Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional, dalam pembangunan
kesehatan tujuan yang ingin dicapai adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Kenyataan yang terjadi sampai saat ini derajat kesehatan masyarakat masih rendah khususnya pada
masyarakat miskin. Hal ini dapat digambarkan bahwa derajat kesehatan masyarakat miskin
berdasarkan indikator Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia,
masih cukup tinggi, yaitu AKB sebesar 35 per 1000 kelahiran hidup dan AKI sebesar 307 per 100.000
kelahiran hidup. Salah satu penyebabnya adalah karena mahalnya biaya kesehatan sehingga akses ke
pelayanan kesehatan pada umumnya masih rendah. Asuransi kesehatan adalah salah satu upaya untuk
mengatasi masalah ketidakmampuan terhadap pembiayaan pelayanan kesehatan.
Dampak krisis ekonomi di Indonesia sampai saat ini meluas ke seluruh bidang kehidupan,
termasuk bidang pelayanan kesehatan. Dilema yang dihadapi pelayanan kesehatan, disatu pihak
pelayanan kesehatan harus menjalankan misi sosial, yakni merawat dan menolong yang sedang
menderita tanpa memandang sosial, ekonomi, agama dan sebagainya. Namun dipihak lain pelayanan
kesehatan harus bertahan secara ekonomi dalam menghadapi badai krisis tersebut. Oleh sebab itu
pelayanan kesehatan harus melakukan reformasi, reorientasi dan revitalisasi. (Juanita, 2002).
Reformasi kebijakan pembangunan kesehatan telah selesai dilakukan sebagaimana telah tertuang
dalam Visi, Misi, Strategi dan Paradigma baru pembangunan kesehatan yang populer dengan sebutan
Indonesia Sehat.
Reformasi Sistem Kesehatan Nasional (SKN) telah memberi arah baru pembangunan
kesehatan di Indonesia. Jika diperhatikan kebijakan dan sistem baru hasil reformasi tersebut tampak
banyak perubahan yang akan dilakukan, dua diantaranya yang terpenting adalah perubahan pada
subsistem upaya kesehatan dan perubahan pada subsistem pembiayaan kesehatan.
Sistem Kesehatan Nasional pada prinsipnya terdiri dari dua bagian besar yaitu sistem
pendanaan dan sistem layanan kesehatan. Subsistem pendanaan kesehatan menggambarkan dan
mengatur sumber-sumber keuangan yang diperlukan untuk terpenuhinya kebutuhan kesehatan
penduduk. Pendanaan kesehatan dapat bersumber dari : 1. Pendanaan langsung dari masyarakat (out
of pocket) 2. Pendanaan dari Pemerintah baik pusat maupun daerah 3. Pembayaran iuran asuransi
social yang wajib sebagaimana diatur dalam Undang Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional No.40
tahun 2004 4. Pendanaan oleh pihak ketiga, baik oleh pemberi kerja maupun peserta asuransi dan 5.
Bantuan pendanaan dari berbagai sumber baik dalam maupun luar negeri. (Situmorang,2012).
Permasalahan kesehatan di Indonesia masih menjadi pelik untuk dikaji dan dilaksanakan. Isu
terkait jaminan kesehatan untuk masyarakat penting bagi pemerintah, pihak swasta dan seluruh entitas
yang berkaitan dengan sektor kesehatan. Karena telah menjadi realita umum bahwa permasalahan
kesehatan terkait dengan mahalnya biaya pengobatan dan tingkat kemampuan masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan dasar akan kesehatan. Salah satu dari beberapa permasalahan terkait upaya
peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam bidang kesehatan, yakni mahalnya biaya berobat di
Indonesia yang juga dijelaskan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Departemen
Kesehatan serta Badan Kesehatan Dunia (WHO). Kedua badan tersebut mengakui harga obat di
Indonesia mahal bukan kepalang dan disinyalir harganya ada yang mencapai 200 kali lipat dari harga
di pasaran internasional. Salah satu penyebabnya tak lain karena tingginya biaya promosi dari
produsen obat untuk dokter, rumah sakit serta apotek. Hal ini terkait dengan banyaknya jumlah
perusahaan farmasi di Indonesia sehingga menyebabkan persaingan tidak sehat sehingga
menimbulkan banyak upaya dalam hal promosi produk perusahaan. Kondisi tersebut tidak jarang
menimbulkan sebuah perumpamaan masyarakat luas bahwa “orang miskin dilarang sakit”.
BerdasarkanSistem Jaminan Sosial Nasional adalah satu bentuk perlindungan sosial yang
diselenggarakan oleh pihak Pemerintah Republik Indonesia guna menjamin bahwa setiap warga
negaranya bisa terpenuhi kebutuhan hidup dasar yang layak. Menurut UU No. 40 Tahun 2004, Sistem
Jaminan Sosial Nasional adalah penggganti program-program jaminan sosial yang sudah ada
sebelumnya yang menurut penilaian tidak memberikan manfaat yang maksimal bagi penggunanya.
Pemerintah Indonesia telah menjalankan beberapa program jaminan sosial. berupa Undang-Undang
yang secara khusus mengatur jaminan sosial bagi tenaga kerja swasta adalah Undang-Undang Nomor
3 tahun 1992 tentang Jaminan Tenaga Kerja (JAMSOSTEK). Untuk Pegawai Negeri Sipil (PNS),
telah dikembangkan program Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (TASPEN) yang
dibentuk dengan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1981 dan program Asuransi Kesehatan
(ASKES). Untuk prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI), anggota Kepolisian Republik Indonesia
(POLRI), dan PNS Departemen Pertahanan/TNI/POLRI beserta keluarganya telah dilaksanakan
program Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ASABRI).
Program-program tersebut baru mencakup sebagian kecil dari rakyat Indonesia dan Sebagian
besar belum memperoleh perlindungan yang memadai, disamping itu, ternyata pelaksanaan berbagai
program jaminan sosial tersebut sudah mampu memberikan perlindungan yang adil dan memadai
kepada para peserta sesuai dengan manfaat program yang menjadi hak dari seluruh peserta.
Berdasarkan beberapa pertimbangan maka dipandang perlu untuk menyusun suatu Sistem Jaminan
Nasional yang mampu mensinkronkan penyelenggaraan berbagai bentuk dari jaminan sosial yang
dilaksanakan oleh beberapa penyelenggara agar dapat menjangkau kepesertaan yang lebih luas serta
memberikan manfaat yang lebih besar bagi seluruh pesertanya. Maka dibentulah BPJS-Kesehatan.
Fakta tahun 2014 yang ditemukan, untuk menjamin keberlangsungan program Jaminan
Kesehatan Nasional yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan, maka harus diupayakan untuk
memastikan bahwa dana yang terkumpul dari masyarakat maupun subsidi negara seimbang dengan
biaya pelayanan kesehatan yang dibelanjakan untuk penjaminan peserta. Secara prinsip, Normand dan
Weber (2005) menyebutkan ada beberapa faktor utama yang menentukan keberlangsungan atau
sustainibilitas sebuah jaminan sosial termasuk didalamnya BPJS kesehatan yaitu : 5 1. Dari sisi
penerimaan (revenue), seberapa besar uang yang diterima dari berbagai sumber : pemerintah, premi
peserta, dan investasi dan digunakan untuk membayar biaya pelayanan kesehatan. 2. Dari sisi
pengeluaran (Expenditure), seberapa besar sekaligus seberapa efisien uang dibelanjakan untuk
membiayai pelayanan kesehatan,
Pelayanan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS-Kesehatan) sudah baik,
namun demikian masih terdapat beberapa keluhan dari masyarakat khususnya peserta BPJS-
Kesehatan khususnya cara pelayanan pengambilan kartu BPJS yang hanya dipusatkan pada kantor
utama di Teling, sehingga antrian sangat panjang dan memakan waktu yang cukup lama untuk
dilayani, selain itu penjelasan dari pelaksana kurang jelas sehingga para calon peserta BPJS-
Kesehatan harus bola-balik untuk melengkapi berkas. Seperti diungkapkan oleh hampir semua
informan yang diwawancarai. Demikian juga halnya ketika menjalani rawat inap di rumah sakit
kadang-kadang mendapatkan fasilitas yang tidak sesuai dengan fasilitas yang tertera pada kartu, atau
terpaksa harus dirawat pada Kelas yang lebih tinggi karena ruangan yang sesuai dengan standar sudah
penuh, sebagai akibatnya pasien terpaksa harus menambah biaya perawatan atau pasien harus
menunggu untuk menjalani rawat inap. Jikalau menjalani rawat-inap pada kelas yang lebih tinggi
pasien tidak mendapatkan konpensasi biaya pengganti, sedangkan kalau menjalani rawat-inap pada
kelas yang lebih rendah maka pasien tidak mendapatkan penggantian selisih biaya perawatan.
Tujuan program BPJS-Kesehatan adalah meringankan biaya pengobatan dan rawatinap bagi
seluruh masyarakat, dengan cara bergotong-royong sesama anggota masyarakat dalam bentuk
asuransi kesehatan massal, tetapi karena program BPJS-Kesehatan menjadi monopoli badan usaha
milik negara maka tampak pelayanannya kurang profesional dan apa adanya. Seperti yang nampak
pada pengurusan di loket BPJS-Kesehatan pada rumah-rumah sakit ketika akan mengambil berkas
yang diperlukan dalam urusan rawat-inap. Perihal obat-obatan yang disediakan oleh Pihak BPJS-
Kesehatan semuanya adalah obat generik yang sesuai dengan DPHO yang dikeluarkan oleh BPJS-
Kesehatan dan tidak ada obatobat paten, sehingga ketika pasien memerlukan obat yang tidak masuk
dalam DPHO terpaksa harus membeli sendiri di apotik-apotik dengan harga yang cukup memberatkan
keluarga pasien, yang seharusnya BPJS-Kesehatan harus bisa menyediakan obat-obat paten yang
harganya terjangkau oleh seluruh peserta BPJS-Kesehatan.
Peningkatan biaya pelayanan kesehatan yang makin tidak terkendali serta mengantisipasi
ketidakmampuan masyarakat dalam mengakses pelayanan kesehatan sehingga perkembangan
penyakit semakin tidak terkendali, maka pilihan yang tepat untuk pembiayaan kesehatan adalah
asuransi kesehatan. Mengingat kondisi ekonomi negara dan masyarakat serta keterbatasan sumber
daya yang ada, maka perlu dikembangkan pilihan asuransi kesehatan dengan suatu pendekatan yang
efisien, efektif dan berkualitas agar dapat menjangkau masyarakat luas. Untuk itu, sudah saatnya
dikembangkan asuransi kesehatan nasional dengan managed care sebagai bentuk operasionalnya.
BAB III
SISTEM KESEHATAN DI NEGARA LAIN (MALAYSIA)

Malaysia adalah negara berpenduduk terbanyak ke-43 dan negara dengan daratan terluas ke-
66 di dunia, dengan jumlah penduduk kira-kira 27 juta dan luas wilayah melebihi 320.000 km2. Jumlah
penduduk sedemikian cukup sebanding dengan jumlah penduduk Arab Saudi dan Venezuela, dan luas
wilayah sedemikian sebanding dengan luas wilayah Norwegia dan Vietnam, atau New Mexico. Sistem
Pelayanan Kesehatan di Malaysia sudah mengalami transformasi secara radikal. Pada awal perawatan
pre-colonial yang paling digunakan adalah pengobatan tradisional terutama bagi para penduduk
Melayu, China dan kelompok etnis lainnya. Pada saat akan berakhirrnya penjajahan (masuknya Inggris)
masuklah praktek pengobatan barat. Sejak kemerdekaan negara Malaysia pada tahun 1957, sistem
pelayanan kesehatan dirubah dari aturan koloni Inggris supaya fokus pada kegawatdaruratan terhadap
penyakit, yang juga merupakan kebutuhan nasional secara politik.
Malaysia, sebagai salah satu negara berkembang paling dikenal di Asia, memil Ketika
Konferensi sejarah diadakan di Alma Ata pada 1978 untuk mengatasi ketidakadilan pada kesehatan
untuk populasi dunia, tujuan utamanya adalah “Kesehatan untuk semua pada tahun 2000” dianggap
dapat dicapai oleh pendekatan Primary Health Care (PHC). Deklarasi ini diadopsi secara resmi PHC
Perawatan Kesehatan Utama sebagai sarana untuk memberikan pelayan kesehatan yang
komprehensif, universal, perawatan kesehatan yang merata dan terjangkau untuk semua.
Unfortunately for many parts of the world, till today, Health for All has not been achieved. Sayangnya
banyak negara sampai hari ini Kesehatan untuk Semua ini belum tercapai. As noted by the Director
General of the World Health Organization during her opening remarks at the primary health care
conference in Buenos Aires in August last year, health care is not reaching the poorest sectors at the
necessary scale.
Sebagaimana dicatat oleh Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia selama pidato
pembukaannya pada konferensi PHC di Buenos Aires pada Agustus tahun 2007, pelayanan kesehatan
tidak mencapai sektor termiskin pada skala yang diperlukan. 3.Malaysia, as a nation, had achieved
“Health for All by the year 2000” – theMalaysia, sebagai bangsa yang telah berhasil mencapai
"Kesehatan untuk Semua pada tahun 2000" – sebagaimanaoriginal target set by the Alma Ata
Declaration. target awal yang ditetapkan oleh Deklarasi Alma Ata. However, there are still pockets of
population caught in the vicious cycle of poverty and ill-health, with difficulties in accessing not only
health but also educational and economic services. iki potensi luar biasa pada sektor yang kini
semakin penting - pariwisata medis.
Pelayanan kesehatan di Malaysia, di bawah tanggung jawab Kementerian Kesehatan,
memiliki sistem layanan kesehatan yang efisien dan luas, dengan mengoperasikan dua sistem
pelayanan kesehatan; terdiri dari sistem pelayanan kesehatan umum yang dikelola pemerintah serta
sistem pelayanan kesehatan swasta yang berjalan berdampingan.
Pada tahun 1985, pemerintah memperbarui sistem kesehatan dengan cara meng-up grade
jumlah dokter dan pusat-pusat pelayanan kesehatan di semua daerah Malaysia. Sistem yang dinamakan
Rural Health Service Scheme (RHSS) ini mampu menyerap 95% pasien dalam melayani kesehatan.
Semakin banyak rumah sakit swasta Malaysia yang menawarkan keahlian dalam bidang
medis, antara lain kardiologi, onkologi, bedah estetika, bedah robotik, penanganan kesuburan, bedah
bariatrik, ortopedi, implantasi gigi, optalmologi, neurologi, dan prosedur estetika seperti bedah akses
minimal. Selain diatur oleh Kementerian Kesehatan, sebagian besar rumah sakit ini juga memiliki
akreditasi yang diakui internasional, misalnya, dari Joint Commission International, yang
mengakreditasi organisasi dan program pelayanan kesehatan di Amerika Serikat.
Maka, dengan layanan medis papan atas yang menyediakan perawatan andal, aman, dan
efektif dalam lingkungan nyaman dengan kemudahan akses dan harga terjangkau, Malaysia jelas telah
menjadi pilihan unggul untuk pasien asing yang mencari perawatan kesehatan di luar negeri. Industri
pelayanan kesehatan kami jelas sudah melangkah jauh ke depan.

1. PELAYANAN KESEHATAN
Malaysia sudah berkembang luas dalam hal pelayanan kesehatan. Hal ini dicerminkan dari
sistem pelayanan kesehatan universal, artinya sistem ini banyak merujuk pada pelayanan kesehatan
swasta. Angka kematian bayi (yang digunakan sebagai standar mengukur efisiensi pelayanan kesehatan
secara keseluruhan) pada tahun 2005 adalah 10, menunjukkan perbandingan yang baik bila
dibandingkan dengan negara Amerika Serikat dan Eropa Barat. Angka harapan hidup pada kelahiran di
tahun 2005 adalah 74 tahun. Sistem kesehatan di Malaysia terbagi menjadi sektor publik dan sektor
swasta.
Badan pemerintahan yang bertanggung jawab pada pencegahan kesehatan populasi di Malaysia
adalah Menteri Kesehatan (Ministry of Health/MOH), tetapi ada juga beberapa pelaku di samping
pemerintah. Menteri adalah anggota kabinet nasional dan partisipasi dalam semua aspek politik
pemutus kebijakan. Pelayanan pencegahan termasuk kesehatan keluarga (promosi kesehatan ibu dan
anak), sanitasi lingkungan, perlindungan kesehatan kerja, preventif dan pengendalian penyakit akut dan
penyakit kronik, pendidikan kesehatan, dan pemeliharaan gigi. Beberapa kantor pemerintah lain
dilaksanakan relevan dengan sistem kesehatan Malaysia, misalnya Kementerian Pendidikan
bertanggung jawab pada pelaksanaan universitas nasional, di antaranya ada tiga sekolah medis, dokter
gigi dilatih dalam universitas, begitu juga dengan ahli farmasi.
Di Malaysia, Departemen Kesehatan adalah penjaga kesehatan publik, dan prinsip etika
pemandu dalam kesehatan masyarakat adalah ekuitas. Oleh karena itu, kementerian telah selalu
berusaha untuk memastikan bahwa akses untuk hidup hemat dan kesehatan mempromosikan intervensi-
tidak ditolak kepada siapapun untuk alasan yang tidak adil, termasuk yang sosial atau ekonomi. Sejak
Kemerdekaan Malaysia pada tahun 1957, Departemen Kesehatan tidak hanya berusaha untuk menjamin
penyediaan air bersih, makanan yang aman dan obat-obatan berkualitas, tetapi juga diupayakan untuk
menjaga masyarakat Malaysia mengenai cara untuk melindungi kesehatan mereka sendiri.
Kenapa banyak orang Indonesia berobat ke rumah sakit ini? Mungkin ada banyak
alasan. Beberapa kelebihan rumah sakit ini dibandingkan rumah sakit di Indonesia, terutama
menyangkut kualitas pelayanan,bahasa yang bisa dimengerti orang Indonesia, dan biaya pengobatan
yang tak terlalu mahal, bahkan untuk operasi terkadang lebih murah dibandingkan beberapa rumah
sakit di Indonesia.
Pertama-tama, rumah sakit yang memiliki 10 lantai ini didesain sedemikian rupa sehingga
suasana di dalam rumah sakit lebih menyerupai sebuah klinik berobat modern. Bahkan setelah
memasuki pintu masuk rumah sakit ini dan melakukan pendaftaran berobat, beberapa orang
mengatakan suasana nya lebih menyerupai sebuah lobi hotel. Kesan yang diperoleh jauh berbeda
dengan suasana rumah sakit di Indonesia. Proses yang harus dilalui pasien juga tak terlalu berbelit-
belit, terutama menyangkut obat yang diresepkan dokter bisa langsung diambil dari konter pelayanan
yang dihadapi oleh 2 orang suster, persis di depan pintu masuk ruang praktek dokter.
Di sekitar tempat pendaftaran berobat, tersedia beberapa orang yang bertindak sebagai
customer service yang tanpa ragu-ragu menghampiri pengunjung yang terlihat kebingungan lalu
menawari bantuan kepada mereka. Mereka pun juga tak segan-segan mengantar pasien ke tempat
yang mereka inginkan jika diperlukan.
Dari segi fasilitas dan peralatan kesehatan tak usah diragukan lagi, bahkan mungkin
menyamai beberapa rumah sakit swasta di Singapore. Kualitas dokter sendiri juga banyak yang
bagus-bagus, walaupun saya yakin dokter di Indonesia sebenarnya secara keilmuwan nya juga banyak
yang tak kalah bagus. Saya sendiri mengamati dokter-dokter di rumah sakit Mahkota ini banyak yang
merupakan lulusan universitas di luar negeri terutama Inggris, dan banyak di antara mereka yang
masih muda-muda. Mereka juga banyak yang dilatih di Singapore, karena memang rumah sakit
Mahkota ini saham terbesarnya (49%) dimiliki oleh sebuah perusahaan kesehatan Singapore, yakni
Health Management International (HMI), yang sudah terdaftar di Singapore Exchange (SESDAQ).
Semua dokter, staf, dan perawat di rumah sakit ini semuanya menguasai minimal dua bahasa yakni
bahasa Melayu dan bahasa Inggris. Bagi yang Chinese tentu juga bisa berbicara Chinese dan bagi
yang India tentu juga bisa berbahasa India.
Akan tetapi, ada berbagai hal menarik tentang pengalaman pasien-pasien Indonesia yang
berobat di rumah sakit Mahkota di Malaka ini, dimana sebelumnya ke rumah sakit ini mereka banyak
juga yang sudah mencoba berobat di Indonesia. Ada di antara mereka yang mengeluhkan salah
diagnosa dokter di Indonesia, lalu setiba di rumah sakit Mahkota ini dokter bisa melakukan tindakan
yang lebih tepat. Ada juga kasus dimana mereka oleh dokter di Indonesia disuruh berobat jalan dan
sudah berlangsung lama, padahal oleh dokter di rumah sakit di Malaka ini operasi langsung diadakan
dan langsung memberikan efek positif pada pasien, dan berbagai pengalaman bertolak belakang
lainnya antara pengobatan di Indonesia dengan di rumah sakit ini.
Kelebihan Sistem Pelayanan Kesehatan di Negara Malaysia
1. Penerapan sistem Health Tourism ( Wisata Kesehatan ).
2. Berbagai perawatan medis tersedia di rumah sakit Malaysia. Ada bedah kecantikan,
bedah umum, bedah kardiologi dan kardiovaskular, cuci darah dan banyak lagi.
3. Peralatan medis yang canggih dan diakui Internasional.
4. Pemeriksaan kesehatan menyeluruh.

2. PEMBIAYAAN KESEHATAN
Sebagai Negara persemakmuran, sistem jaminan sosial di Malaysia berkembang lebih awal
dan lebih pesat dibandingkan dengan perkembangan sistem jaminan sosial di negara lain di Asia
Tenggara. Pada tahun 1951 Malaysia sudah memulai program tabungan wajib pegawai untuk
menjamin hari tua (employee provident fund, EPF ) melalui Ordonansi EPF. Seluruh pegawai swasta
dan pegawai negeri yang tidak berhak atas atas pensiun wajib mengikuti program EPF yang dikelola
terpusat, meskipun Malaysia merupakan negara federasi. Ordonansi EPF kemudian diperbaharui
menjadi UU EPF pada tahun 1991. Pegawai pemerintah mendapatkan pensiun yang merupakan
tunjangan karyawan pemerintah.
Selain itu, Malaysia juga memiliki sistem jaminan kecelakaan kerja dan pensiun cacat yang
dikelola oleh Social Security Organization (SOCSO) (bukan Bhd atau PT di Indonesia) yang dalam
bahasa Malaysia disebut H Thabrany – Analisis BPJS Hal – 39 Pertubuhan Keselamatan Sosial
(PERKESO), yang juga dikelola terpusat oleh pemerintah federal. Dalam pelayanan kesehatan,
pemerintah federal Malaysia (Departemen Kesehatan) bertanggung jawab dan mengelola langsung
pembiayaan dan penyediaan pelayanan kesehatan secara cuma – cuma bagi seluruh penduduk. Karena
seluruh rakyat sudah mendapat jaminan pelayanan kesehatan gratis, maka jaminan kesehatan tidak
masuk dalam sistem jaminan sosial di Malaysia (Kertonegoro,1998-31;Roy,2001-32).2
Sistem pembiyaan kesehatan di Malaysia terbagi menjadi dua yaitu kesehatan publik dan
kesehatan privat. Untuk kesehatan publik sumber dana berasal dari beberapa sumber yaitu pajak
masyarakat yang dibayarkan langsung kepada pemerintah federal, anggaran pendapatan negara
tahunan, dan dari lembaga SOSCO dan EPF. Dana ini kemudian dialokasikan untuk program
preventif dan promotif seperti kesehatan lingkungan, izin fasilitas kesehatan, Inspeksi Bangunan,
kontrol terhadap vektor kebersihan, kontrol terhadap kualitas makanan, kontrol terhadap penyakit
menular, kontrol terhadap kebersihan air, dan perencanaan pelayanan kesehatan. Sedangkan untuk
program kuratif dan rehabilitatif, Pemerintah Malaysia menetapkan Universal Coverage yaitu semua
warga dijamin atas pelayanan kesehatan yang diterima dengan hanya iur bayar 1 RM (Ringit
Malaysia) untuk berobat pada dokter umum serta 5 RM untuk berobat pada dokter spesialis. Namun
beberapa penyakit berat dengan harga pengobatan yang mahal tidak tercakup dalam sistem
pembiayaan kesehatan ini. Selain untuk program preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif, Dana
kesehatan juga digunakan untuk pembiayaan pendidikan calon tenaga kesehatan seperti dokter,
perawat, bidan, apoteker dan lain sebagainya.
Biaya pengobatan yang di keluarkan warga untuk berobat relatif murah (1 RM – 5 RM) maka
antrian pengobatan di rumah sakit pemerintah tergolong panjang (untuk penyakit kritis akan
didahulukan) sehingga bagi warga yang tidak sabar untuk mendapatkan layanan pengobatan akan
memilih berobat di sektor swasta dengan uang sendiri (out of pocket). Atau mereka mengikuti
asuransi kesehatan yang disediakan lembaga swasta dengan penyakit tertentu yang tidak tercover oleh
pembiayaan kesehatan dari pemerintah.
Biaya operasional kesehatan di negara Malaysia tergolong murah karena pemerintah
membebaskan pajak untuk alat kesehatan dan obat-obatan. Dokter dibatasi hanya boleh berpraktik di
satu tempat yaitu pelayanan kesehatan milik pemerintah atau memilih bekerja di satu tempat
pelayanan kesehatan milik swasta. Gaji dokter juga sangat tinggi sehingga mutu kesehatan di negara
Malaysia terjamin kualitasnya. Rumah sakit milik pemerintah melakukan klaim pembiayaan
kesehatan dengan melihat besarnya pengeluaran untuk kesehatan di tahun sebelumnya kemudian
mengajukan anggaran pembiyaan kepada Kementrian Kesehatan / MoH ( Ministry of Health ).
Jumlah penduduk di Malaysia 27 juta jiwa dengan luas nega r 329.000 Km2, pendapatan per
kapita US 8,141 (PPP 14,072)- 2008 masuk dalam kategori pendapanat mengah atas. Jumlah
penduduk daerah perkotaan sebesar 56% dari jumlah penduduk di negar tersebut. Angka melek huruf
92%, jumlah usia tua lebih dari 65 tahun sebesar 4,5% dan akses terhadap air bersih sebesar 95%.
Angka kematian bayi pada tahun 2008 sebesar 6/1.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu
30/10.000 kelahiran hidup sedangkan angka harapan hidup bagi laki-laki usia 72 tahun dan wanita di
usia 76 tahun dan angka kematian kasar sebesar 4,5.
Dengan meningkatnya harapan hidup dan bertambahnya penduduk, pemerintah Malaysia
mulai memperbaiki banyak sektor, termasuk perbaikan rumah sakit yang ada, membangun dan
melengkapi rumah sakit baru, menambah jumlah klinik umum dan perbaikan pelatihan serta perluasan
pelayanan jarak jauh (telehealth). Sebelumnya pemerintah Malaysia telah memperkuat usaha untuk
memajukan sistem dan menggaet lebih banyak investor asing.
BAB IV
DISKUSI

Salah satu modal dasar dalam pelaksanaan pembangunan nasional adalah kondisi kesehatan
masyarakat yang baik. Di dalam pembangunan nasional juga harus diperhatikan pelaksanaan
pembangunan kesehatan. Keduanya ini harus berjalan seimbang agar dapat mencapai tujuan yang
diharapkan bagi semua yaitu kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pembangunan Kesehatan dimaksud merupakan proses perubahan tingkat kesehatan masyarakat dari
tingkat yang kurang baik menjadi lebih baik sesuai dengan standar kesehatan.
Human Development Index (HDI) yang diterbitkan oleh United Nation DevelopmentProgram
setiap tahunnya, menempatkan Indonesia pada ranking yang ke 105 di antara 180 negara di dunia
(1999). Saat ini Indonesia berada di ranking ke 110 di antara 162 negara (2002). Sedangkan Vietnam
yang pada tahun 1995 berada di ranking ke 117, Sekarang berada di ranking ke 95 di antara 162
negara 4. HDI Vietnam saat ini lebih baik dari Indonesia. Ada 3 (tiga) domain utama yang dinilai
pada HDI tersebut di atas, yaitu: 1. Kesehatan, diurutan pertama, 2. Pendidikan, diurutan kedua, dan
3. Ekonomi, diurutan ketiga. Meskipun sesungguhnya ketiga domain tersebut saling berinteraksi dan
berinterrelasi satu dengan yang lainnya. Dapat dimengerti bahwa, tanpa kesehatan yang baik,
pendidikan tidak mungkin dapat berjalan dengan baik, tanpa kesehatan yang baik dan pendidikan
yang baik mustahil ekonomi keluarga masyarakat dapat membaik pula. Tanpa kesehatan dan
pendidikan yang baik/prima, ekonomi kita kelak hanya merupakan “ekonomi kaki lima”. Namun
sebaliknya pula, tanpa ekonomi yang kuat, kesehatan dan pendidikan keluarga/masyarakat pun tidak
mungkin dapat membaik pula. Yang jelas di sini bahwa HDI merupakan "cermin dari kecerdasan,
kesejahteraan dan kemakmuran bangsa”.
HDI merupakan tolak ukur dari masyarakat madani. Masyarakat yang kita idam idamkan
bersama, yaitu suatu tatanan masyarakat modern (masyarakat yang dapat menggunakan ilmu
pengetahuan dan teknologi sebagai sarana hidupnya), masyarakat yang berbudaya, masyarakat yang
beradab (sehat fisik, mental dan sosialnya), dan masyarakat yang beragama. Kesehatan merupakan
dan harus dapat menjadi salah satu tolak ukur utama dari pembangunan dan kesejahteraan nasional
suatu bangsa. Dengan demikian “kesehatan” harus menjadi “mid-stream” pembangunan, merupakan
“mid stream” pembangunan berkelanjutan, yang terus menerus. Bukan hanya sebagai tolak ukur
marginal /sampingan dari pembangunan suatu bangsa dan negara. Karena kesehatan, hidup sehat-
adalah hak asasi manusia.
Kesehatan bagi Semua Salah satunya adalah melalui program jaminan kesehatan yang
diselenggarakan secara nasional berdasarkan mekanisme Asuransi Sosial, yang diselenggarakan
berdasarkan prinsif ekuitas. Pemerintah mempunyai tugas berat untuk melaksanakan program ini
dengan sekuat upaya untuk mencapai cost-effective way (suatu cara mencapai efisiensi dan kualitas).
Hal yang mesti diingat oleh pemerintah, bahwa kesejahteraan sosial tersebut dapat terwujud-- menurut
pandangan ekonomi kesehatan. Apabila tercapai kepuasan maksimal yang diinginkan oleh setiap
anggota masyarakat. Lebih jelas Hsiao (2000) menjelaskan bahwa kepuasan maksimal terhadap
pelayanan kesehatan akan tercapai apabila terpenuhinya level absolut dan distribusi status kesehatan,
adanya perlindungan risiko finansial (asuransi), serta kepuasan konsumen (masyarakat).

Perbedaan Sistem Pembiayaan antara Malaysia dengan Indonesia

No Faktor Pembeda Malaysia Indonesia


1 Sistem pembiayaan Biaya kesehatan ditanggung oleh Pemerintah membentuk badan
kesehatan pemerintah dan masyarakat. non bank yang bertanggung
Biaya berasal dari pajak yang jawab dalam pengumpulan
dibayarkan oleh masyarakat pembayaran premi masyarakat
kepada pemerintah federal dan dan pembayaran klaim
masyarakat juga diharuskan iur penggunaan layanan kesehatan
biaya sebesar 1RM-5RM . oleh penyedia jasa layanan
Alokasi dana ditentukan oleh kesehatan dalam bentuk kapitasi
Kementrian keuangan dan sistem dan INA CBG’s. Kementrian
pembiayaan kesehatan langsung kesehatan sebagai pembuatan
dikendalikan oleh kementrian kebijakan (regulator)
kesehatan / Ministry of
Health (MoH)
2 Sumber biaya Pajak dan iur masyarakat Premi
3 Pengelola sistem Kementrian Kesehatan / MoH Kementrian kesehatan sebagai
pembiyaan kesehatan (Ministry of Health) regulator serta memonitor dan
mengevaluasi pelaksanaan
sistem kesehatan, BPJS sebagai
badan pengumpul dan penyalur
premi melalui kapitasi dan INA
CBG’s
4 Cakupan kepesertaan Bisa mencapai 100% (universal Bisa mencapai 100% (universal
coverage) coverage)
5 Pembayaran oleh Warga iur bayar 1 RM-5 RM 1. penerima bantuan iuran(PBI)
peserta setiap berobat ke klinik/RS sebesar Rp19.225.
2.
3. Non PBI
4.
5. TNI dan Polri sebesar 5% dari
gaji pokok dan tunjangan tetap.
(pemerintah subsidi 3%, dari
potongan gaji 2%)

6. Premi bagi pekerja formal juga


sebesar 5% dengan porsi
pemberi kerja membayar 4,5%
dan pekerja 0,5% sampai Juni
2015. Setelah itu, dimulai pada
sebulan sesudahnya, premi yang
dibayar pemberi kerja 4% dan
pekerja 1%.
·
Kelas 1 = membayar premi Rp
59.500,00 per bulan

Kelas 2 = membayar premi Rp


45.500,00 per bulan
Kelas 3 = membayar premi Rp
25.500,00 per bulan
6 Tenaga kesehatan Tenaga kesehatan (dokter) Dibayar standar sesuai pagu
dibayar dengan gaji yang tinggi yang telah diatur oleh BPJS.
dan hanya boleh berpraktik pada Dokter bisa berpraktik maksimal
satu tempat di 3 tempat
7 Penyedia layanan Klinik/RS pemerintah Penyedia layanan tingkat I :
kesehatan
Dokter keluarga, puskesmas,
klinik
Penyedia layanan tingkat lanjut
Rumah sakit pemerintah dan
rumah sakit spesialis
8 Paket Manfaat Paket manfaat bersifat Paket manfaat yang ditawarkan
komprehensif mulai dari upaya bersifat komprehensif. Setiap
promotif (kampanye hidup peserta berhak memperoleh
sehat), preventif (kontrol sanitasi manfaat jaminan kesehatan yang
lingkungan, inspeksi banguanan, bersifat pelayanan kesehatan
kontrol sanitasi makanan) perorangan, mencakup pelayanan
penyediaan pelayanan tingkat promotif, preventif, kuratif, dan
pertama sampai lanjutan. rehabilitatif termasuk pelayanan
obat dan bahan medis habis
pakai sesuai dengan kebutuhan
medis yang diperlukan. Manfaat
jaminan kesehatan sebagaimana
dimaksud terdiri atas manfaat
medis dan manfaat non medis.
Manfaat medis tidak terikat
dengan besaran iuran yang
dibayarkan. Manfaat non medis
meliputi manfaat akomodasi, dan
ambulans. Beberapa layanan
tidak ditanggung dalam BPJS
BAB V
SOLUSI BAGI INDONESIA

Sejak Indonesia meraih kemerdekaan, perkembangan dunia kesehatan di Indonesia semakin


membaik. Hal tersebut terbukti dari banyaknya inovasi dunia kesehatan yang diciptakan untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat. Namun meski perkembangannya cukup pesat, negara ini masih
dilanda beberapa masalah kesehatan yang terus meningkat. Masalah-masalah ini masih menjadi beban
dan tantangan utama di dunia kesehatan Indonesia. Berikut beberapa masalah dan tantangan di dunia
kesehatan Indonesia, serta strategi pemerintah dalam mengatasinya.
Pembangunan nasional yang optimal dapat tercapai apabila pembangunan kesehatan
masyarakat dapat terwujud. Keterkaitan keduanya sangat jelas dalam implementasi pelaksanaan
pembangunan nasional. Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana solusi dalam
mengatasi pembangunan kesehatan masyarakat di Indonesia. Penulisan menggunakan metode tinjauan
literatur. Dari pembahasan dapat disimpulkan bahwa kesehatan merupakan modal yang sangat
berharga dalam pelaksanaan pembangunan nasional. Perbaikan mutu kesehatan masyarakat
berdampak pada meningkatnya kualitas hidup masyarakat dan juga meningkatkan kualitas sumber dya
manusia. Kualitas sumber daya manusia yang baik, maka dapat menjadi modal untuk membangun
bangsa ke arah yang lebih maju.
1. Solusi bagi Sistem Pelayanan Indonesia
Kesehatan merupakan modal yang sangat berharga dalam pelaksanaan pembangunan
nasional. Perbaikan mutu kesehatan masyarakat berdampak pada meningkatnya kualitas hidup
masyarakat dan juga meningkatkan kualitas sumber dya manusia. Kualitas sumber daya manusia yang
baik, maka dapat menjadi modal untuk membangun bangsa ke arah yang lebih maju.
Persepsi yang ditanamkan yaitu pembangunan yang dilaksnakan tidak hanya untuk masa
sekarang tetapi untuk masa yang akan datang. Sebab apabila pembangunan tanpa perencanaan
pembangunan yang berwawasan kesehatan maka ada masa yang akan datang akan menimbulkan
permasalahan yang kompleks yaitu masalah sumber dya dan masalah kesehatan yang semakin
meningkat, yang pada akhirnya kehancuran yang didapat. Maka dari itu kesehatan dan pembangunan
nasional tidak dapat dilepaskan keterkaitannya dalam implementasinya di suatu negara yang ingin
maju.
Pelayanan kesehatan yang terinstitusionalisasi mempunyai kewenangan yang besar dalam
menciptakan inovasi model pelayanan kesehatan di daerah. Untuk itu dibutuhkan komitmen dan
kemauan untuk meningkatkan atau meratakan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan dengan
melakukan revitalisasi sistem kesehatan dasar dengan memperluas jaringan yang efektif dan efisiensi,
peningkatan jumlah dan kualitas tenaga kesehatan atau revitalisasi kader PKK,pembentukan standar
pelayanan kesehatan untuk kinerja sistem kesehatan yang komperehensif,serta memperbaiki sistem
informasi pada semua tingkatan pemerintah.
Hal lain yang perlu dilakukan program pengendalian pencemaran berbasis kesehatan untuk
menurunkan pencemaran lingkungan hingga mencapai baku mutu lingkungan yang telah ditetapkan,
serta pengembangan metode analisis damapak kesehatan lingkungan yang merupakan bagian integral
dari kegiatan Analisi Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Demikian pula sistem
pemantauanatau sistem informasi kesehatan lingkungan akibat kegiatan proyek yang memiliki
dampak penting khususnya terhadap masyarakat.
Program yangtidak kalah pentingnya dalam mengatasi masalah kesehatan yaitu yang
berkaitan dengan lingkungan. Kesehatan lingkungan sangat penting, karena lingkungan yang sehat
maka keadaan masyarakatnya pun akan sehat. Karena lingkungan merupakan akar dari masalah
kesehatan, maka pelayanan kesehatan primer harus menyangkut kesehatan lingkungan, seperti
kualitas makanan, kualitas air dan udara serta bebas dari ancaman penyakit menular. Posyandu sangat
tepat untuk memberikan pelayanan kesehatan di desa maupun di kota. Mengingat dimensi variabilitas
antar wilayah sangat tinggi, maka muatan kesehatan lingkungan melalui posyandu dalam rangka
pemenuhan kesehatan dasar perlu dilakukan pembedaan substansi muatan kesehatan lingkungan yang
berbasis pada problematika lokal(spesial). Ini dilakukan khususnya bagi kelompok rentan (bayi, anak,
remaja, ibu hamil) sehingga tepat sasaran. Dasar pendekatan spesial dengan cara membangun
informasi kesehatan lingkungan. Selain itu regionalisasi sumber informasi kesehatan masyarakat yang
berbasis kewilayahan dengan acuan ekosistem dan topografi serta tata ruang. Sistem informasi
sebagai basis pembangunan kesehatan masyarakat harus diintegrasikan dengan sistem kesehatan
lingkungan berbasil spasial. Oleh sebab itu dalam penyelesaian masalah perlu adanya usaha-usaha
yang terintegrasi dengan perekonomian
Selain itu dari semua masalah yang muncul persoalan pertama yang harus diatasi adalah
masalah manajemen puskesmas dengan cara penempatan SDM kesehatan yang memiliki kemampuan
manajemen yang mumpuni, sehingga tidak terkendala dalam penjabaran fungsi-fungsi instansi
kesehatan yang terintegrasi dengan visi dan misi pembangunan kesehatan. Semua program dengan
manajemen yang sudah di perbaiki terlebih dahulu tersebut, yang selanjutnya harus dilaksanakan
dengan mengutamakan prinsip-prinsip non-diskriminatif, partisipatif dan berkelanjutan. Artinya, kita
harus membuka akses seluas-luasnya kepada masyarakat tanpa kecuali untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan. dengan mengutamakan upaya pereventif, promotif, tanpa harus mengabaikan upaya
rehabilitatif dan kuratif.
Kepada masyarakat, tetap kita berharap mereka memelihara dan menjaga perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS) sebagai upaya prioritas yang harus dibudayakan, sehingga kita berharap fungsi-
fungsi Puskesmas lebih fokus kepada upaya preventif dan rehabilitatif.

2. Solusi bagi Sistem Pembayaran Kesehatan Indonsia


Pertama, restrukturisasi keuangan (financing). Keuangan atau anggaran merupakan
komponen struktural utama yang akan mempengaruhi hasil karena dapat berdampak pada
pendistribusian status kesehatan dan kemampuan pembiayaan pemerintah terhadap pelayanan
kesehatan. Untuk itu diperlukan upaya memobilisasi dana bagi pelayanan kesehatan yang salah
satunya melalui dana asuransi kesehatan untuk masyarakat luas. Pengalokasian dana hanya diperlukan
terhadap pelayanan kesehatan tertentu. Pelayanan kesehatan apa yang akan didanai ditentukan
berdasarkan cost-effectiveness dalam memproduksi hasil kesehatan. Subsidi hanya diberikan untuk
kepentingan pendidikan kesehatan, pembangunan sarana kesehatan, dan untuk keperluan riset yang
berpengaruh terhadap peningkatan pengadaan pelayanan kesehatan berkualitas. Sebab dengan adanya
perubahan dan peningkatan dalam pengadaan (supply) pelayanan kesehatan akan mempengaruhi
status kesehatan, kepuasan masyarakat, efisiensi dan penggunaan pelayanan kesehatan.
Hal penting lainnya adalah perlunya upaya penataan institusional terhadap finansial
pelayanan kesehatan. Finansial dapat diorginisasikan dan ditata melalui monopoli atau kompetisi.
Sebagai contoh, mungkin diperlukan pemikiran oleh pemerintahan suatu bentuk asuransi yang diatur
oleh pemerintah (centered-planning) seperti yang dijalankan oleh pemerintahan Taiwan (Republic of
China) sejak tahun 1995 dan telah membuktikan cakupan kepesertaan 96 persen populasi pada tahun
1999 saja. Sehingga sekarang ini hampir setiap warga masyarakatnya berhak mendapatkan pelayanan
kesehatan dengan kesempatan yang sama dan dengan biaya yang jauh lebih murah pada tingkat distrik
atau langsung ke tingkat pusat (rumah sakit ter(rumah sakit terbaik dengan teknologi kesehatan yang
tinggi). g telah dilakukan oleh Taiwan.
Kedua, restrukturisasi organisasi makro melalui penggorganisasian pasar seperti membagi
fungsi pelaksanaan pelayanan kesehatan pada bagian terkecil untuk alasan efisiensi dan kualitas
(misalnya home care, pusat rehabilitasi dll) yang terintegrasi secara vertikal.
Ketiga, memilih sistem pembayaran (payment system) yang tepat kepada pemberi pelayanan
kesehatan (provider). Misalnya pada asuransi munggunakan konsep tarif paket (package tariff) seperti
dikembangkan PT Askes atau konsep kapitasi (capitationconcept) untuk mencegah dampak over
utilization atau unnecessary-utilization pelayanan kesehatan (Sulastomo, 1997).
Keempat, diperlukan regulasi dengan coercive power dari pemerintah melalui instrumen
undang-undang dan peraturan seperti UU SJKN baru-baru ini dan ketentuan undang-undang lain yang
mewajibkan setiap orang untuk melindungi dirinya dengan asuransi kesehatan. Regulasi ini akan
efektif apabila terbukti desain dan cara pelaksanaannya memang baik (good design and wording) dan
pemerintah sanggup melaksanakan dan menegakkan regulasi tersebut.
Kelima, diperlukan upaya edukasi, informasi dan persuasi untuk mempengaruhi keyakinan,
harapan, gaya hidup dan pilihan masyarakat. Untuk sektor kesehatan upaya ini dilaksanakan oleh
tenaga kesehatan yang profesional di bidangnya.

Anda mungkin juga menyukai