Dosen Pengajar :
Disusun oleh:
Kelompok 3
2019
KATA PENGANTAR
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu
saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami
sakit ringan (Kemenkes RI, 2013).
Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan kepada bayi
agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan
oleh penyakit yang sering berjangkit (Proverawati dan Andhini, 2010).
Program imunisasi mempunyai tujuan umum yaitu menurunkan angka
kesakitan, kecacatan dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi (PD3I).
Oleh karena itu dalam penulisan makalah ini kami tertarik untuk
membahas mengenai imunisasi, semoga nantinya bermanfaat dan dapat
dijadikan referensi tambahan bagi pembaca.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu imunisasi?
2. Apa saja macam-macam system kekebalan tubuh?
3. Bagaimana prosedur pemberian imunisasi?
BAB II
ISI
1. Definisi Incubator
Bayi Inkubator adalah alat yang dipanasi dengan aliran listrik pada suhu
tertentu yang dipakai untuk memerami telur, mikroba dan menghangatkan bayi
yang lahir premature.Alat ini dilengkapi dengan tombol pengatur suhu waktu untk
memudahkan pengaturah suhu yang dikehendaki.
a. Suhu dan kelembaban Di udara terdapat uap air yang berasal dari
penguapan samudera (sumber utama).Sumber lainnya berasal dari danau-
danau, sungai, tumbuh-tumbuhan dan lain sebagainya.Ada dua macam
kelembaban udara, yaitu kelembaban udara absolute dan kelembaban udara
relative. Kelembaban udara absolute merupakan banyaknya uap air yang
terdapat di udara pada suatu tempat dan kelembaban udara relative adalah
perbandingan jumlah uap air dalam udara (kelembaban absolute) dengan
kapasitas udara untuk menampung uap air dalam suhu yang sama. Relative
Humidity (RH) secara umum mampu mewakili pengertian kelembaban.Untuk
mencari nilai RH, pertama harus diketahui Absolute Humidity.Kapasitas udara
untuk menampung uap air berbanding lurus dengan suhu udara, semakin
tinggi suhu udara semakin besar juga kapasitas udara untuk menampung uap
air.Hal inilah yang menyebabkan semakin tinggi suhu udara maka semakin
kecil kelembaban udara.Pembacaan 100 persen RH berarti udara telah saturasi
(seluruh kapasitas udara untuk menampung uap air telah penuh).
b. Sirkulasi udara dan pemerataan penyebaran panas Kotak inkubator yang
dibuat harus memiliki saluran sirkulasi udara panas yang merata di setiap
sisinya, sehingga penyebaran panas dari ruang pemanas menuju ke dalam
ruang utama inkubator dapat merata. Pembuatan ventilasi udara yng tepat juga
dibutuhkan pada kotak inkubator yang dibuat, sehingga dapat terjadi sirkulasi
udara panas di dalan inkubator dengan udara di luar inkubator serta menjadi
saluran masuknya oksigen ke dalam inkubator. Secara umum prinsip kerja dari
inkubator bayi pada dasarnya bertujuan untuk mengendalikan suhu dan
kelembaban agar sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan oleh bayi baru lahir
premature.Udara masuk melewati lubang inlet, yang terletak pada sisi samping
pada ruang peralatan, udaraini kemudian dipanaskan oleh heater (filament)
untuk kemudian disirkulasikan ke dalam box bayi, bersama dengan uap
air.Uap air ini dihasilkan oleh reservoir air yang terdapat pada sisi dasar ruang
peralatan. Adapun jumlah uap air ini ditingkatkan oleh adanya hembusan dari
fan (kipas) yang terletak di samping reservoir air. Setelah melalui box bayi,
sirkulasi udara kemudian dikeluarkan melalui lubang-lubang keluaran yang
terdapat pada dasar sisi box bayi. Untuk memperlancar proses sirkulasi ini,
maka dibutuhkan fan yang fungsinya menarik udara panas dan uap air dari
ruang bayi, keluar melalui lubanglubang keluaran yang terletak pada sisi
samping ruang peralatan. Adapun untuk mengarahkan aliran udara dan uap air
menuju keluar, maka dirancanglah duct.
c. Tempat bayi : Ruang tempat bayi sebaiknya terbuat dari bahan sejenis plastic
atau acrylic, jangan dari jenis kaca. Sebab dikhawatirkan bila terbuat dari bahan
jenis kaca apabila terjadi kecelakaan kaca tersebut dapat melukai bayi.
d. Panel control : Pada panel kontrolini terdapat Saklar on/off, pengatur suhu,
penunjuk suhu yang ada didalam ruang tempat bayi, lampu indikator, dll.
e. Tempat tidur bayi : Merupakan tempat meletakkan bayi, terbuat dari bahan
yang empuk dan dilapisi bahan yang tidak tembus air, sehingga pada saat bayi
mengompol, air tidak sampai masuk kedalamnya.
g. Box : Di dalam box ini terdapat tempat air, pemanas, blower, dan rangkaian
listrik.
Fototerapi merupakan terapi pilihan pertama yang dilakukan terhapa bayi baru lahir
dengan hiperbilirubinemia (Kumar et al, 2010 dalam Shinta, 2015). Fototerapi
merupakan penatalaksanaan hiperbilirubinemia yang bertujuan untuk menurunkan
konsentrasi bilirubin dalam sirkulasi atau mencegah peningkatan kadar bilirubin.
Fototerapi merupakan terapi dengan menggunakan sinar yang dapat dilihat untuk
pengobatan hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir. Keefektifan suatu fototerapi
ditentukan oleh intensitas sinar. Adapun faktor yang mempengaruhi intensitas sinar ini
adalah jenis sinar, panjang gelombang sinar, jarak sinar ke pasien yang disinari, luas
permukaan tubuh yang terpapar dengan sinar serta penggunaan media pemantulan
sinar.
Bayi dengan ikterus perlu diamati apakah fisiologis atau akan berkembang menjadi
ikterus patologis. Anamnesis kehamilan dan kelahiran sangat membantu pengamatan
klinik dan dapat menjadi petunjuk untuk melakukan pemeriksaan yang tepat. Early
feeding yaitu pemberian makanan dini pada bayi dapat mengurangi terjadinya ikterus
fisiologik pada bayi.
Sistem fototerapi mampu menghantarkan sinar melalui bolam lampu fluorcent, lampu
quartz, halogen, emisi dioda lampu dan matres optik fiber. Keberhasilan pelaksanaan
fototerapi tergantung dari efektifitas dan minimnya komplikasi yang terjadi (Stokowski,
2006 dalam Shinta, 2015
ndikasi Fototerapi
1. Kadar bilirubin total 5-8 mg/dl pada bayi dengan berat badan <1500 gram.
2. Kadar 8-12 mg/dl pada bayi dengan berat badan 1500-1999 gram.
Faktor yang mengurangi efikasi terapi sinar adalah paparan kulit tidak adekuat, sumber
cahaya terlalu jauh dari bayi (radiasi menurun secara terbalik dengan kuadrat jarak),
lamu flouresens yang terlalu panas menyebabkan perusakan fosfor secara cepat dan
emisi spektrum dari lampu yang tidak tepat. Idealnya, semua ruang perawatan
perinatologi memiliki peralatan untuk melakukan terapi sinar intensif (Giyatmo, 2011).
D. Evektivitas Fototerapi
1. Jenis Cahaya
Cahaya biru (fluoresens biru) dengan spektrum 460-490 nm merupakan cahaya yang
paling efektif dalam fototerapi karena dapat menembus jaringan dan diabsorbsi oleh
bilirubin (bilirubin menyerap lebih kuar pada cahaya biru dengan spektrum 460 nm ini).
Adapun cahaya flourenens biru dapat menghantarkan spektrum imadiance berkisar 30-
40 µ watt/cm¬¬2nm.
American academy of pediatriks mendefinisikan intensif fototerapi sebagai fototerapi
dengan spektrum imadiance berkisar 30-40 µ watt/cm¬¬2 nm yang dapat menjangkau
permukaan tubuh bayi dengan lebih luas. (Maisels & McDonagh, 2008).
3. Jarak antara bayi dengan sumber cahaya dan luasnya area kulit yang terpajan
Jarak antara bayi dengan sumber cahaya tidak boleh kurang dari 45 cm. Penelitian
terkontrol menyebutkan bahwa semakin luas daerah kulit yang terpajan, semakin besar
reduksi kadar bilirubin total. (Wong et al., 2009).
Efektivitas fototerapi tergantung pada kualitas cahaya yang dipancarkan lampu (panjang
gelombang), intensitas cahaya (iridasi), luas permukaan tubuh, ketebalan kulit dan
pigmentasi, lama paparan cahaya, kadar bilirubuin total saat awal fototerapi
(Sakundarno,2008).
8. Dokumentasikan nama bayi, no RM, tanggal dan jam dimulai dan selesainya
fototerapi, jumlah jam pemakaian alat fototerapi dalam lembar dkomentasi pemakaian
alat.
9. Dokumentasikan pula tanggal dan jam penggunaan fototerapi, tampilan klinis bayi,
dan tindakan lainnya yang dilakukanterkait fototerapi dalam lembar dokumentasi
perawatan bayi.
F. Hal-hal yang harus diperhatikan
1. Toksisitas cahaya terhadap retina bayi yang imatur sehingga selama pemberian
fototerapi, penutup mata harus terpasang (Maisels & McDonagh, 2008).
2. Gunakan diapers selama fototerapi untuk melindungi genetalia bayi (Wong et al.,
2009).
G. Durasi Fototerapi
Lamanya durasi fototerapi selah satunya ditentukan oleh nilai total serum bilirubin saat
mulai fototerapi dan fototerapi dihentikan jika nilai total serum bilirubin mencapai nilai
kurang dari 12 mg/dl (Moeslihchan et al, 2004 dalam Rahmah et al, 2013).
SOP INKUBATOR