Piasasi Cania (122017019)
Piasasi Cania (122017019)
Piasasi Cania (122017019)
I. Tujuan Praktikum
Mahasiswa mampu mendapatkan kafein dari daun the dengan cara
ekstraksi menggunakan pelarut cair dan kloroform dan menentukan kadar
kafein dari daun teh
1
Adapun tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia
yang terdapat dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa
komponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada
lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut.
Sesuai dengan definisi ekstraksi yang telah kita bahas, prinsip dasar
ekstraksi memanfaatkan perbedaan kelarutan dari zat yang akan diekstrak.
Campuran senyawa yang ingin diekstrak dilarutkan dalam pelarut. Pelarut yang
digunakan ini memiliki kemampuan untuk melarutkan senyawa yang diinginkan.
Ekstraksi dengan pelarut dapat dilakukan dengan cara dingin dan cara panas. Jenis-
jenis ekstraksi tersebut sebagai berikut:
2
1. Ekstraksi secara dingin
Maserasi,
Merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan dengan cara
merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada
temperatur kamar dan terlindung dari cahaya.
Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung
komponen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung
benzoin, tiraks dan lilin (Sudjadi, 1988).
Soxhletasi
3
klongsong dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah
melewati pipa sifon (Sudjadi, 1988).
Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak
tahan terhadap pemanasan secara langsung.
Digunakan pelarut yang lebih sedikit
Pemanasannya dapat diatur (Sudjadi, 1988).
4
Perkolasi
Pelarut yang baik untuk ekstraksi adalah pelarut yang mempunyai daya
melarutkanyang tinggi terhadap zat yang diekstraksi. Daya melarutkan yang
tinggi ini berhubungan dengan kepolaran pelarut dan kepolaran senyawa yang
diekstraksi. Terdapat kecenderungan kuat bagi senyawa polar larut dalam pelarut
polar dan sebaliknya (Sutriani,L . 2008).
5
Pemilihan pelarut pada umumnya dipengaruhi oleh:
Selektivitas, pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan.
Kelarutan, pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak
yang besar.
Kemampuan tidak saling bercampur, pada ekstraksi cair, pelarut tidak boleh
larut dalam bahan ekstraksi.
Kerapatan, sedapat mungkin terdapat perbedaan kerapatan yang besar antara
pelarut dengan bahan ekstraksi.
Reaktivitas, pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia pada
komponen bahan ekstraksi.
Titik didih, titik didh kedua bahan tidak boleh terlalu dekat karena ekstrak dan
pelarut dipisahkan dengan cara penguapan, distilasi dan rektifikasi.
Kriteria lain, sedapat mungkin murah, tersedia dalam jumlah besar, tidak
beracun, tidak mudah terbakar, tidak eksplosif bila bercampur udara, tidak
korosif, buaka emulsifier, viskositas rendah dan stabil secara kimia dan
fisik (Sutriani,L . 2008).
6
Kertas Saring 2 lembar
Pipet Ukur 1 buah
Thermometer 1 buah
b. Bahan
Aquadest
Kalsium karbonat (CaCO3)
Kloroform
Teh kering 10 gr
Es batu
7
10. Menimbang crude kafein
V. Hasil Praktikum
8
Selanjutnya sampel yang telah dingin dimasukkan kedalam corong
pemisah dan ditambahkan 15 ml larutan kloroform sehingga terbentuk 2
fasa, fasa atas berwarna hitam kecoklatan dan fasa bawah tak berwarna.
Lalu, masukkan larutan fasa bawah yang tak berwarna kedalam gelas
kimia dan asingkan. Fasa atas yang berwarna hitam kecoklatan tadi kita
tambahkan 2 ml Kloroform dan di aduk, terbentuk larutan berwarna coklat
tua dan pindahkan ke dalam gelas kimia. Evaporasi sampel hingga kering
menghasilkan crude kafein selama 18 menit pada suhu 100°𝑐.
VII. Tugas
1) Apa pengertian neraca massa dan laju alir massa?
Jawab :
Neraca Massa adalah cabang keilmuan yang mempelajari
kesetimbangan massa dalam sebuah sistem. Dalam neraca massa,
sistem adalah sesuatu yang diamati atau dikaji. Sedangkan laju alir
massa adalah massa suatu substansi yang mengalir per satuan
waktu.
2) Apa yang dimaksud dengan ekstraksi ?
Jawab :
Ekstraksi adalah teknik untuk memisahkan senyawa yang sedang
tercampur dengan senyawa lainnya (yang tak diinginkan) berdasarkan
perbedaan kelarutan.
3) Hitung berat dan kadar kafein yang diperoleh ! :
Jawab :
9
VIII. Kesimpulan
Jadi, dari percobaan kali ini dapatkan disimpulkan bahwa untuk
mendapatkan crude kafein dengan mendidihkan 100 ml aquadest yang
dicampur dengan 10 gr teh kering dan 5 gr CaCO3, lalu menyaring sampel
dan kemudian di didihkan kembali hingga 1/3 volume dan didinginkan
sampai suhu kamar. Larutan 1/3 volume dimasukkan dalam corong
pemisah dengan ditambah 15 ml kloroform dan diambil fasa atas yang
berwarna coklat kehitaman untuk kembali ditambahkan dengan 2 ml
kloroform. Pindah sampel ke gelas kimia dan evaporasi selama 18 menit
pada suhu 100°𝑐 menghasilkan crude kafein.
CaCO3
10
Diket Bm : 100 gr/mol
V : 100 ml
N : 0,1 N
𝐵𝑚 × 𝑁 × 𝑉 100 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 × 0,1 𝑁 × 100 𝑚𝑙
Rumus padatan = = = 1 gr
1000 1000
b. Lampiran gambar
2. Bola karet
3. Corong gelas
4. Corong pisah
5. Erlenmeyer
11
6. Gelas kimia
7. Gelas ukur
8. Hot plate
9. Kaca arloji
12. Thermometer
12
c. Lampiran Dokumentasi
No Keterangan Gambar
1 Teh kering + CaCO3
4 Crude kafein
13
SEDIMENTASI
I. Tujuan Praktikum
Mahasiswa mampu mempelajari proses pemisahan suspense (fase cair
dan fase padat) menjadi fluida jernih dan slurry dalam bentuk proses
pemisahan yang sederhana, serta menetapkan kecepatan pengendapan.
II. Dasar Teori
2. Untuk memisahkan bahan buangan dari bahan yang akan diolah, misalnya
pada pabrik gula
14
3. Pengolahan air sungan menjadi boiler feed water.
1. Cara Batch
Keterangan :
A = cairan bening
15
Partikel mulai mengendap dan diasumsikan mencapai kecepatan maksimum
dengan cepat. Zona D yang terbentuk terdiri dari partikel lebih berat sehingga
lebih cepat mengendap. Pada zona transisi, fluida mengalir ke atas karena
tekanan dari zona D. Zona C adalah daerah dengan distribusi ukuran yang
berbeda-beda dan konsentrasi tidak seragam. Zona B adalah daerah konsentrasi
seragam, dengan komsentrasi dan distribusi sama dengan keadaan awal. Di atas
zona B, adalah zona A yang merupakan cairan bening.
2. Cara Semi-Batch
Pada sedimentasi semi-batch , hanya ada cairan keluar saja, atau cairan
masuk saja. Jadi, kemungkinan yang ada bisa berupa slurry yang masuk atau
beningan yang keluar. Mekanisme sedimentasi semi-batch bisa dilihat pada
gambar berikut :
16
Keterangan :
A = cairan bening
3. Cara Kontinyu
Pada cara ini, ada cairan slurry yang masuk dan beningan yang
dikeluarkan secara kontinyu. Saat steady state, ketinggian tiap zona akan
konstan. Mekanisme sedimentasi kontinyu bisa dilihat pada gambar berikut :
Keterangan :
A = cairan bening
17
Kecepatan sedimentasi didefinisikan sebagai laju pengurangan atau
penurunan ketinggian daerah batas antara slurry (endapan)
dan supernatant (beningan) pada suhu seragam untuk mencegah pergeseran
fluida karena konveksi (Brown, 1950).
Kondisi free settling dan hindered settling dapat diamati pada grafik
hubungan antara ZL dan θL.Dimana untuk kondisi free settling ditunjukkan saat
grafik masih berupa garis lurus, sedangkan saat grafik mulai melengkung
merupakan kondisi hindered settling.
18
1. Discrette Settling
Adalah pengedapan yang memerlukan konsentrasi suspensi solid yang
paling rendah, sehingga analisisnya menjadi yang paling sederhana. Partikel
mengendap dengan bebas dengan kata lain tidak mempengaruhi pengendapan
partikel lain.
2. Flocculant Settling
Pada jenis ini konsentrasi partikel cukup tinggi, dan terjadi pada sat
penggumpalan meningkat. Peningkatan massa menyebabkan partikel jatuh lebih
cepat.
3. Hindered Settling
Konsentrasi partikel pada jenis ini tidak terlalu tinggi, partikel akan
bercampur dengan partikel lainnya dan akan jatuh bersama-sama.
4. Compression Settling
Berada pada konsentrasi yang paling tinggi pada suspensi solid dan
terjadi pada jangkauan yang paling rendah dari darifiers. (Anonim1, 2008).
Tujuan Sedimentasi :
19
1. Untuk memisahkan partikel-partikel dari alur fluida sehingga fluida tersebut
bebas dari kontaminan partikel.
2. untuk memulihkan partikel-partikel sebagai produk(seperti pemulihan fasa
terdispersi pada ektraksi cair cair)
3. untuk memisahkan partikel-partikel menjadi fraksi-fraksi dengan ukuran atau
densitas yang berbeda dengan cara menyuspensikan partikel-partikel terssebut
ke dalam suatu fluida.
20
III. Alat dan Bahan
a. Alat
Becker glass 1 buah
Pengaduk 1 buah
Neraca analitik 1 set
Gelas Ukur 3 buah
Labu Erlenmeyer 3 buah
b. Bahan
Sagu tanpa merek A1,A2,A3
Terigu terigu segitiga biru B1, B2, B3
Tepung beras rose brand C1, C2, C3
Aqauadest
21
V. Hasil Praktikum
Waktu Volume Sampel (ml)
No.
(menit) A1 A2 A3 B1 B2 B3 C1 C2 C3
1. 5 5 10 15 13 30 50 1 4,5 10
2. 10 7,5 11,5 18 15 32 55 2 7 12,5
3. 15 10 15 20 15,5 32,5 55,5 5 10 14
Keterangan :
A = sagu tanpa merk
B = terigu segitiga biru
C = tepung beras rose brand
1 = sampel 5 gr
2 = sampel 10 gr
3 = sampel 15 gr
22
Pada waktu ke 15 menit, volume endapan sampel A1 10 ml, A2 15 ml,
dan A3 20 ml. Volume endapan sampel B1 15,5 ml; B2 32,5 ml dan B3 55,5
ml. Volume endapan C1 5 ml, C2 10 ml, dan C3 14 ml.
VII. Tugas
1. Apa pengertian sedimentasi ?
Jawab :
Sedimentasi adalah salah satu operasi pemisahan campuran padatan
dan cairan (slurry) menjadi cairan beningan dan sludge (slurry yang
lebih pekat konsentrasinya).
2. Sebutkan sifat fisika dan kimia sagu, gandum dan tepung beras
Jawab :
Sifat fisika sagu :
Mirip dengan tepung tapioka
Berwana putih
Bubuk putih halus
Sifat kimia sagu :
Berwarna putih
Bubuk putih halus
Rendemen 50,00%
Sifat kimia gandum :
23
Kadar lemak 2,24%
Karbohidrat 71,55%
Gluten 50,09%
Kadar abu 1,45%
Kadar serat 3,46%
Sifat fisika tepung beras :
Berwarna putih
Berbentuk serbuk halus
Sifat kimia tepung beras :
3. apa manfaat dari sagu, gandum, tepung beras dalam kehidupan sehari-
hari ?
Jawab :
1. Sumber energy
2. Mencegah darah tinggi
3. Memperlancar system pencernaan
4. Meningkatkan kesehatan tulang dan sendi
5. Menjaga suhu tubuh agar tetap dingin
6. Masker wajah alami
24
b. Gandum bagi kesehatan :
VIII. Kesimpulan
https://tentangteknikkimia.wordpress.com/2011/12/17/sedimentasi/
25
http://mchemicals.blogspot.com/2013/10/sedimentasi.html
http://duniagalery.blogspot.com/2015/06/proses-dan-tujuan-sedimentasi.html
X. Lampiran
a. Lampiran Perhitungan
-
2. Pengaduk
3. Neraca analitik
4. Gelas ukur
c. Lampiran Dokumentasi
No Keterangan Gambar
26
1. Sampel
2. Endapan sampel A
27
3. Endapan sampel B
4. Endapan sampel C
28
DRYING
I. Tujuan Percobaan
Mahasiswa mampu:
Mengetahui lama waktu pengeringan yang diperlukan saat laju
pengeringan konstan dan laju pengeringan menurun
Menentukan kadar air pada saat laju pengeringan konstan dan laju
pengeringan menurun.
Menggambar kurva laju pengeringan bahan pangan
Mengetahui pengaruh blanching terhadap karakter sensoris bahan segar
dan produk (warna, tekstur, rasa flavor)
Mengamati perbedaan karakter sensoris bahan segar dan produk
(warna, tekstur, rasa flavor) yang dikeringkan dengan metode
pengeringan yang berbeda
29
antara lain : Industri pigmen, kertas, polymer, ceramik, kulit, kayu, dan makanan
(McKetta,1983).
Pada percobaan ini dipakai bahan CaCO3 dan silinder kayu karena bahan
tersebut murah dan mudah diperoleh. Pengeringan pada percobaan ini dilakukan
secara kontinyu dengan kompresor. Kecepatan aliran udara pengering dijaga
konstan dengan mengeset oven pada suhu 1100 C. Suhu oven diset pada 1100 C
karena suhu tersebut lebih tinggi dari suhu didih air yaitu 1000 C. Semakin tinggi
suhu medium pengering yang digunakan maka waktu pengeringan akan semakin
cepat, akan tetapi untuk menghemat energi pada percoaan ini hanya digunakan
suhu 1100 C.
30
Proses drying juga dapat dikategorikan menurut kondisi fisik saat menambah
panas dan menghilangkan uap air, yakni:
1. Pada kategori pertama, panas ditambahkan dengan cara kontak langsung
dengan udara yang dipanaskan pada tekanan atmosfer, dan uap air yang
terbentuk dihilangkan dengan udara.
2. Pada vacuum drying, evaporasi air bekerja dengan baik pada tekanan rendah,
dan panas ditambahkan secara tidak langsung dengan cara kontak dengan
dinding baja atau dengan radiasi
3. Pada freeze drying, air mengalami proses penyubliman dari material yang
beku.(Geankoplis, 1997)
31
menjenuhkan udara sehingga kemampuannya untuk menyingkirkan air
berkurang. Jadi dengan semakin tinggi suhu pengeringan maka proses
pengeringan akan semakin cepat. Akan tetapi bila tidak sesuai dengan bahan
yang dikeringkan, akibatnya akan terjadi suatu peristiwa yang disebut "Case
Hardening", yaitu suatu keadaan dimana bagian luar bahan sudah kering
sedangkan bagian dalamnya masih basah.
D. Tekanan Udara
Semakin kecil tekanan udara akan semakin besar kemampuan udara
untuk mengangkut air selama pengeringan, karena dengan semakin kecilnya
tekanan berarti kerapatan udara makin berkurang sehingga uap air dapat lebih
banyak tetampung dan disingkirkan dari bahan pangan. Sebaliknya jika tekanan
udara semakin besar maka udara disekitar pengeringan akan lembab, sehingga
kemampuan menampung uap air terbatas dan menghambat proses atau laju
pengeringan.
E. Kelembapan Udara
Makin lembab udara maka Makin lama kering sedangkan Makin kering
udara maka makin cepat pengeringan. Karena udara kering dapat mengabsobsi
32
dan menahan uap air Setiap bahan mempunyai keseimbangan kelembaban nisbi
masing-masing. kelembaban pada suhu tertentu dimana bahan tidak akan
kehilangan air (pindah) ke atmosfir atau tidak akan mengambil uap air dari
atmosfir (Supriyono, 2003).
b. Bahan
Nanas
Apel
Jambu biji
33
V. Hasil Pengamatan
No Sampel Berat awal Berat akhir Kadar air
1 Nanas 12 gram 6,4 gram 46,6%
2 Jambu biji 12 gram 6,8 gram 50%
3 Apel 12 gram 6 gram 43,3%
VII. Tugas
1. Tuliskan sifat fisik dan kimia nanas, apel, dan jambu biji!
Jawab :
34
a. Vitamin A, C, B12, E
b. Kalsium
c. Fosfor
d. Magnesium
e. Besi
f. Kalium
g. Natrium
h. Sukrosa (gula tebu)
i. Enzim bromelin
j. Zat phitochemical
k. Sulfur
l. Khlor
m. Asam
n. Selulose
o. Senyawa stero saponin
b. apel
35
mencegah batu empedu
c. jambu biji
Jawab :
VII. Kesimpulan
Jadi pada percobaan kali ini dapat disimpulkan bahwa, sampel yang
kadar air yang paling berkurang adalah pada sampel apel yaitu berat akhir
menjadi 6 gr dari 12 gr. Sampel kedua yang beratnya berkurang yaitu nanas
dengan berat akhir 6,4 gr dari 12 gr. Dan sampel yang paling sedikit
berkurang kadar airnya adalah jambu biji dengan berat akhir 6,8 gr dari 12 gr.
36
IX. LAMPIRAN
a. Lampiran Perhitungan
Kadar air nanas
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 ×100%
Kadar air = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
12 𝑔𝑟𝑎𝑚−6,4 𝑔𝑟𝑎𝑚 ×100%
= 12 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 0,46gram×100%
= 46,6%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 ×100%
Kadar air apel = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
12 𝑔𝑟𝑎𝑚−6 𝑔𝑟𝑎𝑚 ×100%
= 12 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 0,5gram×100%
= 50%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 ×100%
Kadar air jambu = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
12 𝑔𝑟𝑎𝑚−6,8 𝑔𝑟𝑎𝑚 ×100%
= 12 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 0,433 gram×100%
= 43,3 %
37
1. Loyang
2. Perlengakapan Titrasi
3. Cawan
4. Oven
5. Neraca Analitik
c. Lampiran Dokumentasi
No Keteranagn Gambar
38
1 Sampel sebelum
dikeringkan atau dipanaskan
2 Penimbangan hasil
drying/pemanasan
KRISTALISASI
39
Tanggal Percobaan : 16 Juli 2018
I. Tujuan Percobaan
Mahasiswa mampu memurnikan zat padat dengan cara rekistalisasi
Proses Kristalisasi
Proses Kristalisasi terdiri atas dua tahapan utama, pertama ialah nukleasi
dan yang kedua ialah pertumbuhan kristal. Nukleasi adalah langkah awal dimana
molekul padatan yang terdispersi di dalam larutan akan berkumpul dan
membentuk ikatan, berkumpulnya padatan ini membentuk bibit kristal berukuran
nanometer (sangat kecil), tetapi bibit kristal ini belum stabil, diperlukan besar
ukuran tertentu sehingga bibit-bibit kristal ini berada dalam keadaan stabil.
40
akan bertambah besar secara terus menerus sampai sistem (larutan) tidak lagi
dalam keadaan sangat jenuh.
Metode Kristalisasi
1. Pendinginan
Untuk bahan-bahan yang kelarutannya berkurang dratis dengan
menurunnya temperatur, kondisi lewat jenuh dapat dicapai dengan
pendinginan larutan panas yang jenuh.
2. Pemanasan
41
Untuk bahan-bahan yang kelarutannya berkurang sedikit dengan
menurunnya suhu.Kondisi lewat jenuh dapat dicapai dengan penguapan
sebagian pelarut.
3. Pemanasan dan Pendinginan
Metode ini merupakan gabunga dari dua metode diatas. Larutan panas
yang Jenuh dialirkan kedalam sebuah ruangan yang divakumkan. Sebagian
pelarut menguap, panas penguapan diambil dari larutan itu sendiri, sehingga
larutan menjadi dingin dan lewat jenuh. Metode ini disebut kristalisasi vakum.
4. Penambahan bahan (zat) lain
Untuk pemisahan bahan organic dari larutan seringkali ditambahkan
suatu garam. Garam ini larut lebih baik daripada bahan padat yang dinginkan
sehinga terjadi desakan dan membuat baha padat menjadi terkristalisasi.
1. Dalam keadaan cair atom-atom tidak memiliki susunan teratur dan selalu mudah
bergerak, temperaturnya relative lebih tinggi dan memiliki energi yang cukup
untuk mudah bergerak.
2. Dengan turunnya temperatur maka energi atom aka semakin rendah, makin sulit
bergerak dan mulai mengatur kedudukannya relatif terhadap atom lain, mulai
membentuk inti kristal pada tempat yang relative leih tinggi.
3. Inti akan menjadi pusat kristalisasi, dengan makin turun temperature makin
banyak atom yang ikut bergabung dengan inti yang sudah ada atau membentuk
inti baru.
Jenis - Jenis Kristallisator.
Jenis-jenis kristalisator antara lain :
Draft Tube Baffle Crystallizer
Cooling Crystallizers
Evaporative crystallizers
42
Forced Circulation Crystallizer
Induced Circulation Crystallizer
Oslo Type Crystallizer
Vacuum Crystallizers
Many Others Crystallizers
43
9. Memisahkan antara kristal asam benzoate dengan pelarut (air)
10. Mengeringkan asam benzoat dengan cara memasukkanya kedalam
oven dengan suhu 100oc sampai berubah menjadi kering.
11. Menentukan berat rendemennya %
V. Hasil Pengamatan
No Suhu pada
Suhu awal Suhu akhir
Sampel saat Berat
o o
42 c 32 c Kristal
pemanasan
1 C7H6O2 Ter Ter Ter 2,57gram
2,44gram + bentuklah bentuklah bentukalah
Air suling larutan kristalisasi Kristal
yang panas yang seperti seperti
200 ml berwarna jarum garam pada
putih berwarna suhu 100oc
putih selama
15,43 menit
44
Setelah itu larutan asam benzoate yang lolos dari corong Buchner
didinginkan dengan menggunakan batu es hingga terbentuk Kristal. Pada
percobaan kali ini pendinginan dengan batu es hanya menghasilkan asam
benzoate yang berbentuk Kristal jarum pasta atau masih mengandung air. Jadi,
untuk mengkristalkannya kita oven kembali dengan suhu 100oc selama 15,43
menit dan menghasilkan Kristal berbentuk garam dengan berat Kristal atua berat
rendemennya seberat 2,57 gr.
VII. Tugas
Jawab :
Bentuk : padat
Warna zat : putih
Titik leleh : 122,4 °C
Titik didih : 249,2 °C
Tekanan uap : 0,001 hPa pada 20 °C
Titik nyala : 121 °C
45
Titik sublimasi : >100 °C
Suhu menyala : 570 °C
Densitas curah : Ca.500 kg/m3
Berat jenis uap relatif : 4,21
Berat jenis : 1,321 g/cm3 pada 20 °C
Kelarutan dalam air : 2,9 g/L pada 25 °C
Larut dalam alkohol, aseton, benzena, chloroform, etanol. Sedikit larut:
petroleum eter dan heksana.
Reduksi cincin asam benzoat membentuk asam karboksilat siklis, dan kaprolaktam
sebagai intermediate, yang digunakan pada pembuatan nilon. Dengan pemilihan katalis
dan kondisi operasi, reduksi asam benzoat pada gugus karboksil dapat membentuk benzil
alkohol.
Hidrogenasi asam benzoat menjadi kaprolaktam dengan katalis nikel dan direaksikan
dengan NOHSO4.
Asam benzoat mempunyai cincin dengan letak meta, sehingga dapat untuk reaksi
substitusi lebih lanjut. Reaksi cincin yang terjadi adalah sulfonasi, nitrasi dan klorinasi,
tetapi agak sulit pada deaktifasi cincin karena adanya gugus karboksil.
Garam potasium dari asam benzoat direaksikan dengan CO2 pada kenaikan suhu dan
tekanan dapat membentuk asam terepthalat.
46
4. Apa yang dimaksud dengan kristalisasi ?
Jawab :
Kristalisasi adalah salah satu teknik pemisahan campuran dimana dalam
suatu sistem dilakukan transfer massa zat terlarut dari larutan untuk
membentuk padatan berbentuk kristal.
VIII. Kesimpulan
Jadi dapat kita simpulkan bahwa pada percobaan kali ini untuk
mengkristalisasi asam benzoate dilakukan dengan melarutkan 2,44 gr asam
benzoate kedalam air 1 liter yang sudah dididihkan. Kemudian menyaringnya
dengan corong Buchner dan dihasilkan larutan berwarna putih yang
selanjutnya didinginkan dan menghasilkan Kristal berbentuk jarum yang
masih mengandung air sehingga diperlukan pengovenan dengan suhu 100oC
dan menghasilkan Kristal berbentuk garam denga berat 2,57 gr.
IX. LAMPIRAN
A. Data Perhitungan
C6H5COOH / C7H6O2
BM = 12× 6 + 1 × 5 + 12 + 16 × 2 + 1
= 72 + 5+12+33
= 122
𝐵𝑀×𝑛×𝑉
Rumus padatan = 1000
122×0,1×200
= 1000
47
= 2,44 gram
Berat rendemen
Rendemen = berat Kristal × 100%
= 2,57 gram × 100%
= 257%
Zat pengotor = 100% - rendemen
=100% - 257%
= - 157%
B. Gambar Alat
No Nama Alat Gambar Alat
1. Gelas piala
2. Kertas saring
3. Spatula
4. Batang pengaduk
48
5. Botol semprot
6 Corong buchner
C. Dokumentasi
No Keterangan Gambar
1 Pemanasan air
49
50