Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Hakikat Strategi Pembelajaran


Diajukan Untuk Tugas Mata Kuliah Strategi Pembelajaran

DOSEN PEMBIMBING:
Chusnul Muali,M.Pd

OLEH :
Husnul Laili : 1530700021

UNIVERSITAS NURUL JADID


PAITON PROBOLINGGO
FAKULTAS AGAMA ISLAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
2018

1
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Guru adalah orang yang menyampaikan imformasi kepada anak didik dan
mentransfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Untuk dapat tercapainya
imformasi dan tujuan dari pendidikan tersebut maka seorang guru harus dapat
mengetahui dan memahami bagaimana ilmu pengetahuan itu dapat diterima dan
dipahami oleh oleh peserta didik, oleh karena itu guru harus dapat menguasai strategi
pembelajaran, dengan penguasaan strategi pembelajaran ini diharapkan pesan yang
akan disampaikan kepada peserta didik dapat sampai sesuai dengan yang diharapkan
sesuai dengan tujuan pendidikan tersebut.
Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan),
dimana didalamnya terdapat metode-metode yang akan dilaksanakan disesuai dengan
situasi dan kondisi yang ada pada sekolah dan peseta didik itu sendiri. Strategi
pembelajaran adalah cara-cara yang akan digunakan oleh pengajar untuk memilih
strategi kegiatan belajar yang akan digunakan sepanjang proses pembelajaran.
Pemilihan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi, sumber
belajar, kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihadapi dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa saja konsep dan prinsip belajar dan pembelajaran ?
2. Apa variabel dan strategi pembelajaran ?
3. Apa saja jenis-jenis strategi pembelajaran ?
1.3. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui konsep dan prinsip belajar dan pembelajaran.
2. Untuk mengetahui variabel dan strategi pembelajaran.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis strategi pembelajaran.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep dan prinsip belajar dan Pembelajaran
A. Konsep Belajar
Menurut Gangne (1985) bahwa belajar adalah suatu proses di mana suatu
organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Terdapat tiga atribut
belajar yaitu: proses, perubahan perilaku, dan pengalaman.

1. Proses

Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berfikir dan
merasakan. Seseorang dikatakan belajar bila pikiran dan perasaannya aktif.

2. Perubahan perilaku

Seseorang yang belajar akan berubah atau bertambah perilakunya, baik


yang berupa pengetahuan, keterampilan, atau penguasaan nilai-nilai (sikap).
Perubahan perilaku sebagai hasil belajar ialah perubahan yang dihasilkan dari
pengalaman (interaksi dengan lingkungan), tempat proses mental dan
emosional terjadi. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar dikelompokkan 3
ranah: Kognitif, afektif dan psikomotor.

3. Pengalaman

Belajar adalah mengalami, dalam arti belajar belajar belajar terjadi di


dalam interaksi antara individu dengan lingkungan, baik lingkungan fisik
maupun lingkungan sosial. Lingkungan belajar yang baik adalah lingkungan
yang memicu dan menantang siswa belajar.

B. Konsep Pembelajaran
Sedangkan konsep pembelajaran Menurut Mansur (1991) terdapat empat
konsep dasar strategi pembelajaran:
1. Mengidentifikasikan serta menetapkan tingkah laku dari kepribadian anak
didik sebagaimana yang diharapkan sesuai tuntutan dan perubahan zaman.
2. Mempertimbangkan dan memilih sistem belajar mengajar yang tepat untuk
mencapai sasaran yang akurat.

3
3. Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belaajr mengajar yang
dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan guru
dalam menunaikan kegiatan mengajar.
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta
standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman bagi guru dalam
melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan
dijadikan umpan balik untuk penyempurnaan sistem instruksional yang
bersangkutan secara keseluruhan.1
C. Prinsip Belajar dan pembelajaran
1. Perhatian dan motivasi

Perhatian dalam pembelajaran mempunyai peranan yang sangat


penting. Kenyataan menunjukkan bahwa tanpa perhatian tidak mungkin terjadi
pembelajaran baik dari pihak guru sebagai pengajar maupun dari pihak peserta
didik yang belajar. Perhatian peserta didik akan timbul apabila bahan pelajaran
yang dihadapinya sesuai dengan kebutuhannya, apabila bahan pelajaran itu
sebagai sesuatu yang dibutuhkan tentu perhatian untuk mempelajarinya
semakin kuat.2

Secara psikologis, apabila sudah berkonsentrasi (memusatkan


perhatian) pada sesuatu maka segala stimulus yang lainnya tidak diperlukan.
Akibat dari keadaan ini kegiatan yang dilakukan tentu akan sangat cermat dan
berjalan baik. Bahkan akan lebih mudah masuk ke dalam ingatan, tanggapan
yang terang, kokoh dan lebih mudah untuk diproduksikan.

Motivasi juga mempunyai peran penting dalam kegiatan pembelajaran.


Seseorang akan berhasil dalam belajar kalau keinginan untuk belajar itu timbul
dari dirinya. Motivasi dalam hal ini meliputi dua hal: a) mengetahui apa yang
akan dipelajari, b) memahami mengapa hal tersebut patut dipelajari. Kedua hal
ini sebagai unsur motivasi yang menjadi dasar permulaan yang baik untuk
belajar. Sebab tanpa kedua unsur tersebut kegiatan pembelajaran sulit untuk
berhasil.

1
Paturrohmah, Pupuh dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Refka
Aditama, 2007), hal 46
2
Dimyati dan Mudjiono, belajar dan pembelajaran. (Jakarta: Rineka Cipta. 2009,),.Hal 42

4
media pembelajaran berfungsi untuk mempertingggi daya serap dan
retensi anak terhadap materi pembelajaran karena keberhasilan pembelajaran
sangat ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu metode dan media. Kedua
komponen ini saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan.3

Pembelajaran aktif merupakan strategi pembelajaran yang lebih


banyak melibatkan peserta didik dalam mengakses berbagai informasi dan
pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses pembelajaran di kelas,
sehingga mereka mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat
meningkatkan kompetensinya.4

Media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat


digunakan untuk tujuan pendidikan seperti radio, televisi, buku, koran,
majalah, dan sebagainya5

Media pembelajaran ini sangat diperlukan dalam merangsang pikiran,


perasaan, perhatian, dan minat peserta didik, sehingga terjadi proses belajar
mengajar serta dapat memperlancar penyampaian materi Pendidikan Agama
Islam6

Oleh karena itu, salah satu prinsip penggunaan media pembelajaran


adalah peserta didik harus dipersiapkan dan diperlakukan sebagai peserta yang
aktif serta ikut bertanggung jawab dalam seluruh aktivitas kegiatan
pembelajaran, supaya mampu menggugah motivasi dan minat belajar peserta
didik dalam kegiatan belajar mengajar.7

Hamalik mengemukakan bahwa pemakaian media

pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan


kemajuan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan

3
Hasan Baharun, ‘Pengembangan Media Pembelajaran PAI Berbasis Lingkungan Melalui Model
ASSURE’, Cendekia: Journal of Education and Society, 14.2 (2016), 231–46
<https://doi.org/10.21154/cendekia.v14i2.610>.
4
Hasan Baharun, ‘Penerapan Pembelajaran Active Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Di Madrasah’, Jurnal Pendidikan Pedagogik, 1.1 (2015), 34–46.
5
Baharun, ‘Pengembangan Media Pembelajaran PAI Berbasis Lingkungan Melalui Model
ASSURE’.
6
Baharun, ‘Pengembangan Media Pembelajaran PAI Berbasis Lingkungan Melalui Model
ASSURE’.
7
Baharun, ‘Pengembangan Media Pembelajaran PAI Berbasis Lingkungan Melalui Model
ASSURE’.

5
kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap peserta
didik

Motivasi adalah suatu dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi


bisa muncul dari dirinya sendiri dan juga bisa muncul dari luar dirinya.8

Guru adalah variabel bebas yang diduga mempengaruhi kualitas


pengajaran. Cukup beralasan mengapa guru mempunyai pengaruh dominan
terhadap kualitas pembelajaran, sebab guru adalah sutradara dan sekaligus
aktor dalam proses pengajaran.9

Masalah pertama yang harus dilakukan dalam pelaksanaan adalah


merumuskan tujuan evaluasi yang hendak dilaksanakan dalam suatu proses
pelaksanan program pembelajaran di kelas didasarkan atas tujuan yang hendak
dicapai dalam program tersebut.10

Seseorang yang mempunyai motivasi yang cukup besar sudah dapat


berbuat tanpa motivasi dari luar dirinya. Itulah yang disebut motivasi intrinsic,
atau tenaga pendorong yang sesuai dengan perbuatan yang dilakukan.
Sebaliknya, bila motivasi intrinsiknya kecil, maka dia perlu motivasi dari luar
yang disebut ekstrinsik, atau tenaga pendorong yang ada di luar. Motivasi
ekstrinsik ini berasal dari guru, orang tua, teman, buku-buku dan sebagainya.
Kedua motivasi ini dibutuhkan untuk keberhasilan proses pembelajaran,
namun yang memegang peranan penting adalah peserta didik itu sendiri yang
dapat memotivasi dirinya yang didukung oleh kepawaian seorang guru dalam
merancang pembelajaran yang dapat merangsang minat sehingga motivasi
peserta didik dapat dibangkitkan.11

8
Baharun, ‘Pengembangan Media Pembelajaran PAI Berbasis Lingkungan Melalui Model
ASSURE’.
9
Baharun, ‘Pengembangan Media Pembelajaran PAI Berbasis Lingkungan Melalui Model
ASSURE’.
10
Baharun, ‘Pengembangan Media Pembelajaran PAI Berbasis Lingkungan Melalui Model
ASSURE’.
11
Ahmad Rohani, pengelolaan pengajaran.(Jakarta: Rineka Cipta. 2004,),Hal. 20

6
Agar tujuan Pendidikan tersebut dapat tercapai, maka perlu adanya
upaya secara kontinyu dan terpadu, baik pendidikan itu dilakukan dalam
lingkungan keluarga sebagai organisasi terkecil yang menjadi tanggung jawab
orang tua, di sekolah yang menjadi tanggung jawab guru, dan di masyarakat
yang menjadi tanggung jawab masyarakat, pemimpin masyarakat12

Murid yang memiliki motivasi belajar yang tinggi akan terlibat aktif,
tekun dan semangat dalam pembelajaran, sehingga pembelajaran akan menjadi
lebih aktif dan bermakna serta pencapaian kualitas hasil belajar13

kegiatan pengelolaan mengharuskan kemampuan memilih dan


menerapkan strategi pembelajaran yang efektif dan efisien; dan kegiatan
mengevaluasi mencerminkan kapabilitas dalam memilih metode evaluasi yang
tepat dan dalam memberikan tindak lanjut yang diperlukan terutama bagi
perbaikan pembelajaran. Sebagai14

pendidikan merupakan investasi jangka panjang, yang kadang-kadang


kurang menarik bagi sebagian pejabat daerah, kare- na hasilnya tidak dapat
dilihat dan dinikmati, sebaliknya pembangun- an fisik merupakan investasi
jangka pendek yang segera dapat dilihat.15

Motivasi dapat merupakan tujuan dan alat pembelajaran. Sebagai


tujuan, motivasi merupakan salah satu tujuan dalam mengajar, sebagai alat,
motivasi merupakan salah satu faktor seperti halnya intelegensia dan hasil
belajar sebelumnya yang dapat menentukan keberhasilan belajar peserta didik
dari segi kognitif, afektif dan psikomotor. Motivasi adalah unsur utama dalam
pembelajaran dan pembelajaran tidak dapat berlangsung tanpa adanya
perhatian anak, apabila anak memperhatikannya secara spontan tanpa
memerlukan usaha (perhatian tidak sekehendak, perhatian tidak disengaja).
Bila terjadi perhatianspontan yang bukan disebabkan usaha dari guru yang
membuat pelajaran begitu menarik, maka perhatian ini tidak memerlukan
12
Hasan Baharun, Pengembangan Kurikulum : TEORI DAN PRAKTIK, Dr.Zamroni
(PROBOLINGGO, 2017).
13
Baharun, ‘Penerapan Pembelajaran Active Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Di Madrasah’.
14
Hasan Baharun, ‘Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Sistem Kepemimpinan Kepala
Madrasah’, At-Tajdid: Jurnal Ilmu Tarbiyah, 6.1 (2017), 1–25.
15
Hasan Baharun, ‘Desentralisasi Dan Implikasinya Terhadap Pengembangan Sistem
Pendidikan Islam’, At-Tajdid : Jurnal Ilmu Tarbiyah, 1.2 (2012), 241–54.

7
motovasi, walaupun dikatakan bahwa motivasi dan perhatian harus sejalan.
Berbeda halnya kalau perhatian yang disengaja atau sekehendak, hal ini
diperlukan motivasi.

2. Keaktifan

Mengajar adalah proses membimbing pengalaman belajar. Pengalaman


tersebut diperoleh apabila peserta didik mempunyai keaktifan untuk bereaksi
terhadap lingkungannya. Apabila seorang anak ingin memecahkan suatu
persoalan dia harus dapat berpikir sistematis atau menurut langkah-langkah
tertentu, termasuk dia menginginkan suatu keterampilan tentunya harus pula
dapat menggerakan otot-ototnya untuk mencapainya.

Termasuk dalam pembelajaran, peserta didik harus selalu aktif. Mulai


dari kegiatan fisik yang mudah diamati sampai pada kegiatan psikis yang
susah diamati. Dengan demikian belajar yang berhasil harus melalui banyak
aktifitas baik fisik maupun psikis. Bukan hanya sekedar menghafal sejumlah
rumus-rumus atau informasi taetapi belajar harus berbuat, seperti membaca,
mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dan sebagainya.

Prinsip aktifitas di atas menurut pandangan psikologis bahwa segala


pengetahuan harus diperoleh melalui pengamatan dan pengalaman sendiri.
Jiwa memiliki energy sendiri dan dapat menjadi aktif karena didorong oleh
kebutuhan-kebutuhan. Sadi, dalam pembelajaran yang mengolah dan
merencana adalah peserta didik dengan kemauan, kemampuan, bakat dan latar
belakang masing-masing, guru hanya merangsang keaktifan peserta didik
dengan menyajikan bahan pelajaran.16

3. Keterlibatan Langsung

Prinsip keterlibatan langsung merupakan hal yang penting dalam


pembelajaran. Pembelajaran sebagai aktifitas mengajar dan belajar, maka guru
harus terlibat langsung begitu juga peserta didik. Prinsip keterlibatan langsung
ini mencakup keterlibatan langsung secara fisik maupun non fisik. Prinsip ini
diarahkan agar peserta didik merasa dirinya penting dan berharga dalam kelas
sehingga dia bisa menikmati jalannya pembelajaran.
16
Ibid, hal.21

8
Edge Dale dalam Dimyati mengatakan bahwa: “belajar yang baik
adalah belajar melalui pengalaman langsung”. Pembelajaran dengan
pengalaman ini bukan sekedar duduk dalam kelas ketika guru sedang
menjalankan pelajaran, tetapi bagaimana peserta didik terlibat langsung dalam
proses pembelajaran tersebut. Kegiatan pembelajaran yang ditetapkan guru
berarti pengalaman belajar bagi peserta didik.

4. Pengulangan

Prinsip pembelajaran yang menekankan pentingnya pengulangan yang


barangkali paling tua seperti yang dikemukakan oleh teori psikologi daya.
Menurut teori ini bahwa belajar adalah melihat daya-daya yang ada pada
manusia yang terdiri dari daya mengamat, menangkap, mengingat, menghayal,
merasakan, berpikir dan sebagainya. Daya-daya tersebut akan berkembang.

Teori lain yang menekankan prinsip pengulangan adalah teori


koneksionisme. Tokohnya yang terkenal adalah Thorndike dengan teorinya
yang terkenal pula yaitu “law of exercise” bahwa belajar ialah pembentukan
hubungan antara stimulus dan respon, dan pengulangan terhadap pengalaman-
pengalaman itu memperbesar timbulnya respon benar. Selanjutnya teori dari
phychology conditioning respons sebagai perkembangan lebih lanjut dari teori
konseksionisme yang dimotori oleh Pavlov yang mengemukakan bahwa
perilaku individu dapat dikondisikan dan belajar merupakan upaya untuk
mengkondisikan suatu perilaku atau respons terhadap sesuatu. Begitu pula
mengajar membentuk kebiasaan, mengulang-ulang sesuatu perbuatan sehingga
menjadi suatu kebiasaan dan pembiasaan yang sesungguhnya, tetapi dapat
juga oleh stimulus penyerta.

Ketiga teori di atas menekankan pentingnya prinsip pengulangan


dalam pembelajaran walaupun dengan tujuan yang berbeda. Teori yang
pertama menekankan pengulangan untuk melatih daya-daya jiwa, sedangkan
teori yang kedua dan ketiga menekankan pengulangan untuk membentuk
respons yang benar dan membentuk kebiasaan.

Meskipun ketiga teori ini tidak dapat dipakai untuk menerangkan


semua bentuk belajar, tetapi masih dapat digunakan karena pengulangan masih

9
relevan sebagai dasar pembelajaran. Sebab, dalam pembelajaran masih sangat
dibutuhkan pengulangan-pengulangan atau latihan-latihan. Hubungan stimulus
dan respons akan bertambah erat kalau sering dipakai dan akan berkurang
bahkan hilang sama sekali jika jarang atau tidak pernah digunakan. Oleh
karena itu, perlu banyak latuhan, pengulangan, dan pembiasaan.17

5. Proses Individual

Proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah-sekolah pada saat ini


masih cenderung berlangsung secara klasikal yang artinya seorang guru
menghadapi 30-40 orang peserta didik dalam satu kelas. Guru masih juga
menggunakan metode yang sama kepada seluruh peserta didik dalam kelas itu.
Bahkan mereka memperlakukan peserta didik secara merata tanpa
memperhatikan latar belakang social budaya, kemampuan, atau segala
perbedaan individual peserta didik. Padahal setiap peserta didik memiliki ciri-
ciri dan pembawaan yang berbeda. Ada peserta didik yang memiliki bentuk
badan tinggi kurus, gemuk pendek, ada yang cekatan, lincah, periang, ada pula
yang lamban, pemurung, mudah tersinggung dan beberapa sifat-sifat
individual yang berbeda.

Untuk dapat memberikan bantuan agar peserta didik dapat mengikuti


pembelajaran yang disajikan oleh guru, maka guru harus benar-benar dapat
memahami ciri-ciri para peserta didik tersebut. Begitu pula guru harus mampu
mengatur kegiatan pembelajaran, mulai dari perencanaan, proses pelaksanaan
sampai pada tahap terakhir yaitu penilaian atau evaluasi, sehingga peserta
didik secara total dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik tanpa
perbedaan yang berarti walaupun dari latar belakang dan kemampuan yang
berbeda-beda. Perbedaan individual harus menjadi perhatian bagi para guru
dalam mempersiapkan pembelajaran dalam kelasnya. Karena perbedaan
individual merupakan suatu prinsip dalam pembelajaran yang tidak boleh
dikesampingkan demi keberhasilan dalam proses pembelajaran.18

6. Tantangan

17
Dimyati dan Mudjiono, Hal.43
18
Ahmad Rohani, Hal.17

10
Kuantzu dalam Azhar Arsyad mengatakan”if you give a man fish, he
will have a single meal. If you teach him how to fish he will eat all his life”.
Pernyataan Kuantzu ini senada dengan prinsip pembelajaran yang berupa
tantangan, karena peserta didik tidak merasa tertantang bila hanya sekedar
disuapi sehingga dirinya tinggal menelan apa yang diberikan oleh guru. Sebab,
tanpa tantangan peserta didik merasa masa bodoh dan kurang kreatif sehingga
tidak berkesan materi yang diterimanya.

Agar pada diri peserta didik timbul motiv yang kuat untuk mengatasi
hambatan dengan baik, maka materi pembelajaran juga harus menantang
sehingga peserta didik bergairah untuk mengatasinya. Hal ini sejalan dengan
prinsip pembelajaran dengan salah satu prinsip konsep contextual teaching and
learning yaitu inkuiri. Di mana dijelaskan bahwa inkuiri merupakan proses
pembelajaran yang berdasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses
berpikir secara sistematis. Jadi, peserta didik akan bersungguh-sungguh dalam
menemukan masalahnya terlebih dahulu kemudian menemukan sendiri jalan
keluarganya.19

7. Balikan dan Penguatan

Prinsip pembelajaran yang berkaitan dengan balikan dan penguatan,


ditekankan oleh teori operant conditioning, yaitu law of effect. Bahwa peserta
didi akan belajar bersemangat apabila mengaetahui dan mendapatkan hasil
yang baik. Hasil yang baik merupakan balikan yang menyenangkan dan
berpengaruh baik bagi hasil usaha belajar selanjutnya. Namun dorongan
belajar tidak saja oleh penguatan yang menyenangkan atau penguatan positif,
penguatan negatif pun dapat berpengaruh pada hasil belajar selanjutnya.

Apabila peserta didik memperoleh nilai yang baik dalam ulangan tentu
dia akan belajar bersungguh-sungguh untuk memperoleh nilai yang lebih baik
untuk selanjutnya. Karena nilai yang baik itu merupakan penguatan yang
positif sebaliknya, bila peserta didik memperoleh nilai yang kurang baik tentu
dia merasa takut tidak naik kelas, dia terdorong pula untuk lebih giat. Inilah
yang disebut penguatan negatif yang berarti bahwa peserta didik mencoba
menghindar dari peristiwa yang tidak menyenangkan.
19
Dimyati dan Mudjiono, Hal.48

11
Format sajian berupa Tanya jawab, eksperimen, diskusi, metode
penemuan sebagainya merupakan cara pembelajaran yang memungkinkan
terjadinya balikan dan penguatan. Balikan yang diperoleh peserta didik setelah
belajar dengan menggunakan metode-metode akan menarik yang membuat
peserta didik terdorong untuk belajar lebih bersemangat.20

2.2 Variabel dan Strategi Pembelajaran

A. Variabel Pembelajaran

1. Tujuan dan Bahan Pelajaran

Belajar terjadi pada situasi tertentu, yang berbeda dari situasi lain yaitu
yang disebut pembelajaran. Pembelajaran merupakan suatu sistem lingkungan
belajar yang terdiri dari komponen atau unsur: tujuan, bahan, strategi, alat,
siswa, dan guru. Seperti yang telah anda ketehui bahwa tujuan pembelajaran
menurut Bloom dkk meliputri tiga ranah, yaitu pengetahuan (kognitif),
keterampilan (psikomotorik) dan sikap (afektif).

Menurut pendapat Gagne (1988) mengelompokan kemampuan-


kemampuan sebagai hasil belajar didalam lima kelompok, yaitu:21

a. Keterampilan Intelektual; merupakan ketermpilan pikiran, yang jika


dihubungkan dengan pendapat Bloom termasuk ranah kognitif.
Keterampilan intelektual terbagi atas beberapa tahapan.
1) Diskriminasi
2) Konsep-konsep Konkrit
3) Konsep terdefinisi
4) Aturan-aturan
5) Aturan-aturan tingkat tinggi
b. Strategi Kognitif; merupakan suatu proses kontrol, yaitu suatu proses
interrnal yang digunakan seseorang untuk memilih dan mengubah cara-
cara memberikan perhatian, belajar, mengingat, dan berfikir (gagne,
1985).

20
Ibid. Hal. 49
21
Masitoh & Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: DEPAG RI, 2009), hal.38

12
c. Invormasi Verbal; yang termasuk verbal ialah nama atau label, fakta dan
pengetahuan. Tujuan akhir pelajaran informasi verbal adalah seseorang
mengetahuinya (mampu mengingatnya). Informasi verbal diperoleh
seseorang melalui pendengaran (katak-kata ynag diucapkan oleh orang
lain, radio, tv, dan sejenisnya) dan melalui membaca.
d. Keterampilan Motorik; yang dimaksud ketermpilan-keterampilan
motorik tidak hanya mencakup kegiatan-kegiatan fisik, akan tetapi
digabung dengan keterampilan intelektual.
e. Sikap (afektif) merupakan salah satu ranah perilaku manusia atau siswa
yang merupakan kegiatan dari tujuan pendidikan yang tidak dapat
dipisahkan dari ranah kognitif dan psikomotorik. Jujur, sopan, ramah,
suka menolong orang lain, hati-hati, rajin, kreatif, kritis, disiplin, dan
sejenisnya merupakan sikap-sikap positif yang harus dibentuk dan
dikembangkan pada diri setiap peserta didik.
2.3. Jenis-jenis Strategi Pembelajaran
Strategi pricing kadang menjadi suatu hal yang agak terlupakan dalam
marketing mix. Padahal, strategi pricing mempunyai peranan yang sangat besar dalam
laba perusahaan dan sudah seharusnya memperoleh pertimbangan yang sama
layaknya dengan strategi promosi dan iklan. Harga yang tinggi atau rendah dapat
mengubah volume penjualan dan gross margin secara dramatis22.
Faktor-faktor lain juga menentukan strategi pricing. Antara lain five forces
yaitu pesaing, pemain baru. supplier, produk substitusi dan pelanggan. Positioning
juga menentukan strategi pricing Anda. Jika Anda memberi harga barang premium
terlalu murah, maka pelanggan tidak akan percaya bahwa Anda memiliki kualitas
yang cukup baik. Bwgitu pula jika Anda menetapkan harga terlalu tinggi, maka
pelanggan bisa jadi akan beralih ke pesaing.
Beberapa jenis – jenis strategi pembelajaran adalah sebagai berikut:
A. Strategi Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)
Pembelajaran langsung adalah istilah yang sering digunakan untuk teknik
pembelajaran Ekspositoris , atau teknik penyampaian semacam kuliah (sering juga
digunakan istilah “chalk and talk ”). Strategi pembelajaran langsung merupakan
bentuk dan pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered
approach).
22
Vibiznews – Sales & Marketing, Ibid.

13
B. Strategi Pembelajaran Cooperative Learning
Cooperative Learning adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses
kerja sama dalam suatu kelompok yang biasa terdiri atas 3 sampai 5 orang siswa
untuk mempelajari suatu materi akademik yang spesifik sampai tuntas.
C. Strategi Pembelajaran Problem Solving
Mengajar memecahkan masalah berbeda dengan penggunaan pemecahan masalah
sebagai suatu strategi pembelajaran. Mengajar memecahkan masalah adalah mengajar
bagaimana siswa memecahkan suatu persoalan, misalkan memecahkan soal-soal
matematika. Sedangkan strategi pembelajaran pemecahan masalah adalah teknik
untuk membantu siswa agar memahami dan menguasai materi pembelajaran dengan
menggunakan strategi pemecahan masalah. Dengan demikian perbedaan keduanya
terletak pada kedudukan pemecahan masalah itu.
D. Strategi Mengulang
Strategi mengulang sederhana digunakan untuk sekedar membaca ulang materi
tertentu untuk menghafal saja. Contoh lain dari strategi sederhana adalah menghafal
nomor telepon, arah tempat, waktu tertentu, daftar belanjaan, dan sebagainya.
E. Strategi Elaborasi
Strategi elaborasi adalah proses penambahan rincian sehingga informasi baru akan
menjadi lebih bermakna. Dengan strategi elaborasi, pengkodean lebih mudah
dilakukan dan lebih memberikan kepastian. Strategi elaborasi membantu pemindahan
informasi baru dari memori di otak yang bersifat jangka pendek ke jangka panjang
dengan menciptakan hubungan dan gabungan antara informasi baru dengan yang
pernah ada. Beberapa bentuk strategi elaborasi adalah pembuatan catatan, analogi,
dan PQ4R. Pembuatan catatan adalah strategi belajar yang menggabungkan antara
informasi yang dipunyai sebelumnya dengan informasi baru yang didapat melalui
proses mencatat. Dengan mencatat, siswa dapat menuangkan ide baru dari
percampuran dua informasi itu.
F. Strategi Organisasi
Strategi organisasi membantu pelaku belajar meningkatkan kebermaknaan bahan-
bahan baru dengan struktur pengorganisasian baru. Strategi organisasi terdiri atas
pengelompokan ulang ide-ide atau istilah menjadi subset yang lebih kecil. Strategi
tersebut juga berperan sebagai pengindentifikasian ide-ide atau fakta kunci dari
sekumpulan informasi yang lebih besar. Bentuk strategi organisasi adalah Outlining,
yakni membuat garis besar. Siswa belajar menghubungkan berbagai macam topik atau

14
ide dengan beberapa ide utama. Mapping, yang lebih dikenal dengan pemetaan
konsep, dalam beberapa hal lebih efektif daripada outlining.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
A. Konsep Belajar
1. Proses
2. Perubahan Perilaku
3. Pengalaman
B. Konsep Pembelajaran
1. Mengidentifikasikan serta menetapkan tingkah laku dari kepribadian anak
didik sebagaimana yang diharapkan sesuai tuntutan dan perubahan zaman.
2. Mempertimbangkan dan memilih sistem belajar mengajar yang tepat untuk
mencapai sasaran yang akurat.
3. Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belaajr mengajar yang
dianggap paling tepat dan efektif .
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta
standar keberhasilan.
C. Variabel dan Strategi Pembelajaran
1. Tujuan dan Bahan Pelajaran
D. Jenis-jenis Strategi Pembelajaran
1. Strategi pembelajaran langsung (Direct Instruction)
2. Strategi pembelajaran Cooperative Learning
3. Strategi pembelajaran Problem solving
4. Strategi mengulang
5. Strategi Elaborasi
6. Strategi Organisasi
Dari disini dapat disimpulkan bahwa hakikat strategi pembelajaran adalah
menentukan terlebih dahulu tujuan dari pembelajaran dengan memperhatikan kondisi
dan situasi dari peserta didik, sarana dan prasarana, media pembelajaran yang
tersedia sehingga dapat menentukan metode apa yang sesuai dengan
pembelajarannya. Dan hakikat strategi pembelajaran ini juga tidak terlepas dari peran

15
serta guru Dalam menyampaikan materi pembelajaran sehingga dapat memotivasi
peserta didik untuk belajar, sehingga tidak menimbulkan kebosanan bagi peserta
didik yang pada akhirnya tujuan dari pembelajaran tersebut dapat tercapai secara
efektif dan efisien dan dikuasai oleh peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA
Paturrohmah, Pupuh dan Sobry Sutikno,2007, Strategi Belajar Mengajar,

(Bandung: Refika Aditama)

Mudjiono dan Dimyati.2009, Belajar dan Pembelajaran.(Jakarta:Rineka Cipta).

Rohani Ahmad,2004, Pengelolaan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta)


Dewi Laksmani dan Masitoh,2009, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: DEPAG RI)

16
Vibiznews – Sales & Marketing, Ibid.

Baharun, Hasan, ‘Desentralisasi Dan Implikasinya Terhadap Pengembangan Sistem


Pendidikan Islam’, At-Tajdid : Jurnal Ilmu Tarbiyah, 1 (2012), 241–54
———, ‘Penerapan Pembelajaran Active Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Di Madrasah’, Jurnal Pendidikan Pedagogik, 1 (2015), 34–46
———, Pengembangan Kurikulum : TEORI DAN PRAKTIK, Dr.Zamroni (PROBOLINGGO,
2017)
———, ‘Pengembangan Media Pembelajaran PAI Berbasis Lingkungan Melalui Model
ASSURE’, Cendekia: Journal of Education and Society, 14 (2016), 231–46
<https://doi.org/10.21154/cendekia.v14i2.610>
———, ‘Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Sistem Kepemimpinan Kepala Madrasah’,
At-Tajdid: Jurnal Ilmu Tarbiyah, 6 (2017), 1–25

17

Anda mungkin juga menyukai