Anda di halaman 1dari 8

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN

KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP IRINA A RSUP


PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO

Priscylia A.C Rorie


Linnie Pondaag
Rivelino S. Hamel

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran


Universitas Sam Ratulangi Manado
Email: priscyliarorie@yahoo.com

Abstract: Background The nurse is a profession focused on the care of individuals families and
communities to achieve optimal health conducted by nurses by increasing mutual trust and helping
to solve problems with communication, where the nurse can listen the client's problems and explain
the procedure of nursing actions, it would disturb therapeutic relation which impact patient
dissatisfaction if it is unimplemented. Objective this study aims to analyze the relation of the nurse
therapeutic communication with patient satisfaction in Inpatient Unit Irina A of RSUP Prof. Dr.
R. D. Kandou Manado. Method of research is an analytic survey with cross sectional approach.
The technique of collecting sampling was done through purposive sampling. There were 67
respondents, it indicated that 42 people (91,3%) were satisfied that the therapeutic communication
skills both nurses and patients, and 4 people (8.7%) were less satisfied . For the therapeutic
communication skills which were good enough and 5 patients (23.8%) felt satisfy and 16 patients
(76.2%) felt less satisfy. Results of bivariate chi square obtained p value 0.000 (pv <0.05). Value
of 0.000 is below the alpha value of 5% (0.05). Conclution there is a relation between the
implementation of therapeutic communication with the patient's level of satisfaction in Inpatient
Unit Irina A of RSUD Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Suggestion is expected that Kandou
Manado hospital can improve and provide training on the implementation of therapeutic
communication for nurses so that patients are satisfied with the optimum services. Keywords :
Communication Therapeutic, Patient Satisfaction.

Abstrak: Latar Belakang Perawat merupakan profesi yang difokuskan pada perawatan individu
keluarga dan masyarakat untuk mencapai kesehatan yang optimal yang dilakukan perawatuntuk
meningkatkan rasa saling percaya, dan membantu mengatasi masalah klien dengan berkomunikasi,
dimana perawat dapat mendengarkan perasaan klien dan menjelaskan prosedur tindakan
keperawatan, apabila tidak diterapkan akan menganggu hubungan terapeutik yang berdampak
pada ketidakpuasan pasien.Tujuan penelitian menganalisis hubungan komunikasi terapeutik
perawat dengan kepuasan pasien di Ruang Rawat Inap Irina A RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado.Metode Penelitian survey analitik dengan pendekatan cross sectional.Teknik
pengambilan sampel secara purposive sampling. Dari 67 responden menunjukkan bahwa
keterampilan komunikasi terapeutik perawat baik dan pasien merasa puas sebanyak 42 orang
(91,3%), dan keterampilan komunikasi terapeutik perawat baik dan pasien merasa kurang puas
sebanyak 4 orang (8,7%). Untuk keterampilan komunikasi terapeutik kurang baik dan pasien

1
merasa puas sebanyak 5 orang (23,8%), dan keterampilan komunikasi terapeutik kurang baik dan
pasien merasa kurang puas sebanyak 16 orang (76,2%). Hasil uji chi square diperoleh hasil nilai
p value sebesar 0,000(pv<0,05). Nilai 0,000 berada dibawah nilai alpha 5% (0,05). Kesimpulan
penelitian ialah ada hubungan antara pelaksanaan komunikasi terapeutik dengan tingkat kepuasan
pasien di Ruang Rawat Inap Irina A RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Saran penelitian
diharapkan Rumah Sakit Kandou Manado dapat meningkatkan dan mengadakan pelatihan tentang
pelaksanaan komunikasi terapeutik bagi perawat sehingga pasien puas dengan pelayanan yang
optimal.
Kata Kunci : Komunikasi Terapeutik, Kepuasan Pasien.
perawat (Purwaningsih W dan Karlina I,
2012). Komunikasi terapeutik ini
PENDAHULUAN
sendiri memegang peranan penting
Keperawatan merupakan suatu
dalam membantu pasien memecahkan
bentuk pelayanan profesional yang masalah yang dihadapi. Karena bertujuan
merupakan bagian integral dari layanan untuk terapi maka komunikasi dalam
kesehatan berbasis ilmu dan kiat keperawatan disebut komunikasi terapeutik
keperawatan, yang berbentuk layanan (Suryani, 2005). Komunikasi terapeutik
biopsiko-sosio\-spiritual komprehensif yang diterapkan oleh perawat dalam berhubungan
ditujukan bagi individu, keluarga, kelompok, dengan pasien untuk meningkatkan rasa
dan masyarakat baik sehat maupun sakit, saling percaya, dan apabila tidak diterapkan
yang mencakup keseluruhan proses akan menganggu hubungan terapeutik yang
kehidupan manusia (Lokakarya Keperawatan berdampak pada ketidakpuasan pasien.
Nasional, 1983 dalam Pasien akan merasa puas ketika kinerja
Asmadi, 2005). layanan kesehatan yang diperolehnya sama
Perawat merupakan profesi yang atau melebihi harapannya dan sebaliknya,
difokuskan pada perawatan individu keluarga ketidakpuasaan atau perasaan kecewa pasien
dan masyarakat sehingga mereka dapat akan muncul apabila kinerja layanan
mencapai, mempertahankan atau kesehatan yang diperolehnya itu tidak sesuai
memulihkan kesehatan yang optimal dan dengan harapannya (Pohan, 2007).
kualitas hidup dari lahir sampai mati Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
(Aripuddin, 2014). Salah satu hal yang Huda 2010 tentang hubungan komunikasi
dilakukan perawat dalam menjaga kerjasama terapeutik perawat dengan tingkat kepuasan
yang baik dengan klien dalam membantu pasien di RS. Bunda Margonda Depok,
memenuhi kebutuhan kesehatan klien, bahwa tingkat kepuasan klien sangat
maupun dengan tenaga kesehatan lain dalam dipengaruhi oleh komunikasi terapeutik
rangka membantu mengatasi masalah klien perawat, dari 31 pasien sebagai responden
adalah dengan berkomunikasi. Dengan didapatkan 19 pasien (61,3 %) menyatakan
berkomunikasi perawat dapat mendengarkan puas dan 12 pasien (38,7 %) menyatakan
perasaan klien dan menjelaskan prosedur kurang puas. Dan hasil penelitian yang
tindakan keperawatan (Mundakir, 2013). dilakukan Husna, dkk. (2009) tentang
Hubungan saling memberi hubungan komunikasi terapeutik perawat
dan menerima antara perawat dan pasien dengan kepuasan pasien di RS Siti Khodijah
dalam pelayanan keperawatan disebut Sepajang bahwa perawat di RS Siti Khodijah
sebagai komunikasi terapeutik perawat Sepajang telah menerapkan komunikasi
yang merupakan komunikasi profesional terapeutik (100%) dan pasien menyatakan

2
puas (84,6%). Hasil penelitian yang Berdasarkan masalah yang terjadi di atas,
dilakukan maka peneliti tertarik untuk meneliti
Ibrahim 2008 tentang hubungan komunikasi mengenai “Hubungan Komunikasi
terapeutik perawat dengan tingkat kepuasan Terapeutik Perawat dengan
pasien di ruang rawat inap melati RSUD Kepuasan Pasien di Ruang Rawat Inap Irina
Subang, menunjukkan bahwa pelaksanaan A RSUP
komunikasi terapeutik pada perawat sudah Prof Dr. R. D Kandou Manado.”
baik sebanyak 9 perawat (56,3%), METODE PENELITIAN
sedangkan untuk kepuasan pasien sebanyak Penelitian ini menggunakan metode
10 orang (62,5%) pasien merasa puas. survey analitik dengan pendekatan cross
Data registrasi Ruang Rawat Inap Irina A sectional. Penelitian ini telah dilaksanakan
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado bulan di IRINA A RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Januari 2014 – Maret 2014 didapati jumlah Manado dimulai dari penyusunan rancangan
pasien yang dirawat di Irina A 765 orang penelitian sampai penyusunaan skripsi yaitu
dengan jumlah perawat 52 orang dan jumlah dari bulan Februari sampai Agustus 2014.
tempat tidur 105 buah. Saat pengambilan data Populasi dalam penelitian ini adalah 67
awal Senin, 07 April 2014 terdapat 75 orang orang yaitu seluruh pasien yang di rawat di
pasien yang dirawat di ruang rawat inap Irina IRINA A RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
A RSUP Prof. Dr. Manado. Pengambilan sampel dalam
R. D. Kandou Manado. Pada saat penelitian ini dilakukan dengan teknik
mengobservasi komunikasi terapeutik Purposive Sampling. Dengan besar sampel
perawat, tampak masih ada perawat yang berjumlah 67 sampel.
tidak memperkenalkan nama dan memanggil Instrumen yang digunakan dalam
pasien hanya dengan sebutan bapak, ibu, penelitian adalah kuesioner untuk mengukur
adik, tanpa menanyakan nama panggilan komunikasi terapeutik perawat yang terdiri
pasien, perawat masih kurang menjaga dari 20 item pernyataan, dikatakan
kontak mata ketika melakukan komunikasi komunikasi terapeutik perawat kurang jika
dengan pasien, dan masih ada perawat yang nilai ≤ 50, dan keterampilan baik jika nilai >
terburu – buru dalam menyampaikan 50. Untuk Untuk kepuasan pasien diukur
informasi. dengan kuisioner 18 item pertanyaan,
Wawancara terhadap 15 orang pasien yang dikatakan kurang puas jika nilai ≤ 45 dan
diwawancarai mengenai kepuasan pasien dikatakan kurang puas jika nilai > 45.
terhadap komunikasi terapeutik perawat, 7 Pengolahan data melalui tahap: Editing,
orang menyatakan puas terhadap komunikasi Coding, Tabulating dan kemudian analisa
terapeutik perawat, 6 orang menyatakan data yang terdiri dari analisa univariat dan
kurang puas dengan komunikasi terapeutik analisa bivariat yangmenggunakan uji Chi-
perawat, dan 2 orang menyatakan tidak puas Square dengan tingkat kemaknaanα ≤0,05
dengan komunikasi terapeutik perawat. dengan menggunakan bantuan SPSS.Etika
Pasien mengatakan mereka merasa dalam penelitian ini ditekankan pada
lebih tenang dan merasa lebih dekat pada Informed Consent,Anonimity, dan
perawat-perawat yang menggunakan Confidentialy.
komunikasi dengan baik, dan bersikap
ramah. Pasien yang tidak puas mengatakan HASIL dan PEMBAHASAN
ketidakpuasannya disebabkan oleh masih Tabel. 2 Distribusi Responden Berdasarkan
adanya perawat yang kurang ramah, judes, Umur.
kurang perhatian,dan tidak komunikatif.
3
Umur Total 67 100 %
N %
< 20 13 19.4 Tabel. 6 Distribusi Responden Berdasarkan
21 – 30 8 11.9 Kepuasan Pasien.
31 – 40 13 19.4 Kepuasan Pasien N %
41 – 50 12 17.9
> 50 21 31.3 Puas 47 70,1
Total 67 100.0
Kurang Puas 20 29,9

Tabel. 3 Distribusi Responden Berdasarkan Total 67 100,0


Jenis Kelamin. Tabel. 7 Tabulasi Silang Komunikasi
Terapeutik Perawat Dengan Kepuasan
Jenis Kelamin N % Pasien
Laki – Laki 35 52.2

Perempua 32 47.8 Komunikasi Kepuasan Pasien


Terapeutik Total P
Perawat
Total 67 100.0

Puas Kurang
Tabel. 4 Distribusi Responde n Berdas arkan Puas
Pendidikan.
Baik 42 4 46
Pendidikan N % 91,3% 8,7% 100 %
0,000
5 16 21
SD 16 23.9
Kurang 23,8% 76,2% 100 %
SMP 25 37.3
Baik
SMA 23 34.3
D3 2 3.0
S1 1 1.5 Total 47 20 67 100
Total 67 100.0 70,1% 29,9% %
Tabel. 5 Distribusi Responden Berdasarkan Tabel karakteristik subjek penelitian
Komunikasi Terapeutik Perawat. pada hasil penelitian univariat
Komunikasi N %
Terapeutik Perawat memperlihatkan bahwa dari 67 responden,
mayoritas responden berjenis kelamin
1. Fase Orientasi
Baik lakilaki (52,2 %), dan mayoritas berada pada
21 31,3 %
Kurang 46 68,7 % kelompok umur > 50 (31,3 %), selain itu
Total 67 100 % sebagian besar responden di Irina A memiliki
tingkat pendidikan SMP (37,3 %).
2. Fase Kerja
Baik
Melihat karakteristik tersebut, ada
60 89,6 %
Kurang hal-hal yang perlu diperhatikan. Ditinjau
7 10,4 %
dari jenis kelamin, responden pada
Total 67 100 %
penelitian ini lebih banyak laki-laki. Wahyu
3. Fase Terminasi (2006) menyatakan bahwa jenis kelamin
Baik 22 32,8 % mempengaruhi persepsi dan harapan pasien
Kurang 45 67,2 % untuk memenuhi kebutuhan termasuk

4
pelayanan kesehatan. Laki-laki memiliki dari semakin tinggi pendidikan rata-rata
kecenderungan pekerjaan yang lebih berat masyarakat sehingga membuat mereka lebih
dibanding perempuan, sehingga lebih mudah tahu tentang haknya dan lebih asertif (Lestari,
terserang penyakit. Hal ini dapat dkk, 2009).
menyebabkan laki-laki lebih banyak yang Berdasarkan hasil penelitian yang di
memanfaatkan pelayanan kesehatan, lakukan di Ruang Rawat Inap Irina A RSUP
khususnya rumah sakit. Teori ini sesuai Prof. Dr. R. D. Kandou Manado dengan
dengan hasil penelitian yang menunjukkan jumlah responden 67 orang mengenai
bahwa pasien laki-laki lebih banyak keterampilan komunikasi terapeutik perawat
dibanding pasien perempuan. maka hasil yang didapatkan bahwa
Menurut Anoraga (2009) ada Komunikasi Terapeutik perawat pada fase
kecenderungan konsumen yang lebih tua orientai 31,3 % baik dan 68,7 % kurang, pada
lebih merasa puas dari konsumen yang fase kerja 89,6 % baik dan 10,4 % kurang,
berumur relatif lebih muda. Hal ini dan pada fase terminasi 32,8% Baik dan 67,2
diasumsikan bahwa konsumen yang lebih % kurang. Ini sejalan dengan penelitian yang
tua telah berpengalaman sehingga ia mampu dilakukan oleh Patrisia A. 2013, dimana hasil
menyesuaikan diri dengan kondisi penelitiannya terhadap 22 responden, pada
pelayanan yang sebenarnya, sedangkan fase orientasi komunikasi terapeutik perawat
konsumen usia muda biasanya mempunyai baik 23,2 % dan kurang 76,8 %, pada fase
harapan yang ideal tentang pelayanan yang kerja 97,9% baik dan 2,1% kurang , dan pada
diberikan, sehingga apabila harapannya fase terminasi komunikasi terapeutik perawat
dengan realita pelayanan terdapat baik 11,6 % dan kurang sebanyak 88,4%.
kesenjangan, atau ketidakseimbangan dapat Hasil penelitian menyatakan bahwa
meyebabkan mereka menjadi tidak puas. komunikasi terapeutik perawat yang paling
Dari hasil penelitian didapatkan baik ialah pada fase kerja.
bahwa responden dengan tingkat pendidikan Wahyu 2006, menyatakan bahwa
lebih rendah akan merasa lebih puas. Tingkat pada fase kerja merupakan inti dari
pendidikan seseorang akan cenderung keseluruhan proses komunikasi terapeutik,
membantunya untuk membentuk suatu karena di dalamnya perawat dituntut untuk
pengetahuan sikap dan perilakunya terhadap membantu dan mendukung pasien untuk
sesuatu. Dengan pengetahuan yang baik menyampaikan perasaan dan pikirannya dan
seseorang dapat melakukan evaluasi kemudian menganalisis respons ataupun
berkaitan dengan kemampuan untuk pesan yang disampaikan oleh pasien. Dalam
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap tahap kerja adalah tahap dimana perawat –
suatu materi atau objek yang ditentukan. pasien memiliki waktu bertatap muka lebih
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, lama dan perawa pula mendengarkan secara
maka daya untuk mengkritisi segala sesuatu aktif dan dengan penuh perhatian sehingga
akan meningkat. Sehingga seseorang dengan mampu membantu pasien untuk
pendidikan yang lebih tinggi semestinya akan mendefiniikan masalah kesehatannya.
lebih kritis dalam menentukan apakah Penelitian yang peneliti lakukan di di
pelayanan yang telah diberikan dapat Ruang Rawat Inap Irina A RSUP Prof. Dr.
memberikan rasa puas atau tidak. R. D. Kandou Manado menyatakan bahwa
peningkatan ketidakpuasan pasien terhadap secara garis besar keterampilan perawat
layanan dokter atau rumah sakit atau tenaga dalam berkomunikasi terapeutik sudah baik,
kesehatan lainnya dapat terjadi sebagai akibat dan sama dengan penelitian yang dilakukan

5
Khotimah N. 2012, dalam penelitiannya 100% dengan kategori sangat baik, tingkat
tentang Hubungan Komunikasi terapeutik kepuasan klien akan komunikasi terapeutik
perawat dengan kepuasan pelayanan perawat menggambarkan bahwa 41
keperawatan di ruang inayah Rumah Sakit responden (85,4%) merasa sangat puas, klien
PKU Muhammadiyah Gombong, 69,8% puas berjumlah 5 responden (10,4%) dan
komunikasi terapeutik perawat baik. klien kurang puas sebanyak 2 responden
Berdasarkan hasil penelitian yang di (4,2%), maka hasil dari penelitian bahwa
lakukan di Ruang Rawat Inap Irina A RSUP walaupun komunikasi terapeutik baik, masih
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado dengan ada pasien yang masih merasa belum puas
jumlah responden 67 orang mengenai terhadap komunikasi terapeutik perawat
kepuasan pasien berdasarkan keterampilan walaupun dalam jumlah yang sedikit. Pasien
komunikasi terapeutik perawat merasa puas yang kurang puas sebanyak 4 orang namun
47 orang (70,1%), dan yang merasa kurang keterampilan komunikasi terapeutik perawat
puas dengan komunikasi terapeutik perawat sudah baik, faktor-faktor yang
ialah sebanyak 20 orang (29,9%). Hasil dari mempengaruhi hal tersebut karena perbedaan
pemberian kuisioner kepuasan terhadap tingkat pendidikan responden, dimana ada
responden yang dilakukan peneliti selaras beberapa responden yang membandingkan
dengan hasil yang didapatkan Darmawan I. kualitas pelayanan perawat-perawat dengan
2009 dalam penelitiaannya yang berjudul tempat layanan kesehatan lainnya.
Hubungan Pelaksanaan Komunikasi Penelitian ini juga menemukan hasil bahwa
Terapeutik Dengan Kepuasan Klien Dalam perawat yang keterampilan komunikasi
Mendapatkan Pelayanan Keperawatan di terapeutiknya kurang baik namun pasien
Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr Soedarso merasa puas ada sebanyak 5 orang (23,8%)
Pontianak Kalimantan dengan membagi dan merasa kurang puas sebanyak 16 orang
kuesioner tentang kupuasan klien selama (76,2%), ini berarti masih ada pasien yang
dirawat, maka di dapatkan hasil sebanyak puas walaupun komunikasi terapeutik
76,7% merasa puas dengan komunikasi perawat kurang, hasil penelitian ini sama
terapeutik perawat, dan 23,3% merasa kurang dengan penelitian oleh Asrin 2006, dalam
puas. hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
Maka hasil penelitian yang peneliti lakukan komunikasi yang tidak efektif masih terjadi
sesuai dengan hasil penelitian Darmawan I. dalam praktik perawat sehari-hari di Rumah
2009, dengan kuisioner sebagai instrumen Sakit Prof. Dr. Margono Soekarjo
pengukur yaitu melebihi 50% (secara garis Purwokerto, namun mayoritas pasien
besar pasien puas) dari jumlah responden merasa puas terhadap percakapan yang
yang diberikan kuisioner kepuasan pasien mereka lakukan dengan perawat.
terhadap komunikasi terapeutik perawat. Berdasarkan kelompok demografis, pasien
Hasil Tabulasi silang antara komunikasi perempuan cenderung merasa lebih puas
terapeutik perawat dengan kepuasan pasien dibandingkan pasien pria terhadap
menunjukkan bahwa perawat yang komunikasi keperawatan dan pasien dengan
keterampilan komunikasi terapeutiknya baik pendidikan rendah cenderung memberikan
dan pasien merasa puas sebanyak 42 orang respon yang positif dalam berkomunikasi
(91,3%) dan merasa tidak puas sebanyak 4 dengan perawat.
orang (8,7%), hal ini sama dengan penelitian Adapun 5 orang yang puas walaupun
yang dilakukan Istafiyana R. 2013, keterampilan perawat kurang baik ini,
menyatakan komunikasi terapeutik perawat dipengaruhi faktor-faktor dimana tingkat

6
pendidikan mereka masih ada beberapa yang kesehatan yang diberikan kepada klien. Oleh
masih kurang(SD) yang dimana sulit karena itu, kualitas pelayanan kesehatan
menyerap apa yang dikatakan perawat jika sangat ditentukan oleh kualitas pelayanan
perawat menggunakan bahasa yang tinggi keperawatan dan kualitas pelayanan
atau sulit dimengerti. Selain itu dipengaruhi keperawatan dipengaruhi oleh keefektifan
oleh suku, berbagai macam suku perawat dalam memberikan asuhan
responden,dimana pembawaan diri akan keperawatan kepada klien. Perlunya perawat
sesuai dengan budaya suku mereka, dalam membina hubungan kepercayaan dengan
penelitian ini seluruh responden suku Jawa klien melalui suatu komunikasi terapeutik,
lebih memilik merasa puas dalam menerima yang berguna sebagai penunjang dalam
layanan komunikasi terapeutik perawat, pelaksanaan asuhan keperawatan, sehingga
selain itu dipengaruhi juga jenis kelamin dapat mengetahui apa yang sedang dirasakan
responden dimana perempuan lebih dan yang dibutuhkan oleh klien. Komunikasi
cenderung puas dibandingkan laki-laki,hal terapeutik itu sendiri merupakan salah satu
ini didukung oleh penelitian yang dilakukan. cara untuk memberikan informasi yang
Hasil analisa data dengan menggunakan uji akurat dan membina hubungan saling
statistik Chi-square menunjukkan nilai p = percaya dengan klien sehingga klien akan
0,000 maka p ≤ α (0,05). Berarti H0 ditolak. merasa puas dengan pelayanan keperawatan
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada yang diterimanya (Nursahid, 2009).
hubungan yang signifikan antara komunikasi
terapeutik perawat dengan kepuasan pasien SIMPULAN
di irina A RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Komunikasi terapeutik perawat di Ruang
Manado. Penelitian ini sebanding dengan Rawat Irina A sudah baik, pasien yang
penelitian yang dilaksanakan oleh Nursahid dirawat di Ruang Rawat Inap Irina A sudah
2009, dimana hasil uji korelasi bivariat chi merasa puas dengan komunikasi terapeutik
square diperoleh hasil nilai p value sebesar perawat, dan dari penelitian yang dilakukan
0,000. Nilai 0,000 berada jauh dibawah nilai maka disimpulkan bahwa ada hubungan
alpha 5% (0,05). Sehingga dapat dikatakan yang signifikan antara komunikasi
bahwa terdapat hubungan yang signifikan terapeutik perawat dengan kepuasan pasien
antara pelaksanaan komunikasi terapeutik di ruang rawat inap Irina A RSUP Prof. Dr.
dengan tingkat kepuasan pasien. R. D. Kandou Manado.
Husna A. 2008, dimana hasil penelitiannya
menunjukan perawat di Rumah sakit Siti DAFTAR PUSTAKA Anoraga (2009)
Khodijah telah menerapkan komunikasi Psikologi Dalam Perusahaan.
terapeutik secara efekif (100 %) dan pasien PT. Rineka Cipta: Jakarta.
yang menyatakan puas 84,6%. Uji statistik Aripuddin I. (2014). Ensiklopedia Mini: Asal
Rho Spearment menunjukan Koefisien Mula Profesi Perawat. Jakarta:
korelasi (p) = 0,550, signification (rs) = 0,007 Angkasa.
< ά, maka dapat disimpulkan bahwa Asmadi. (2005). Konsep Dasar
komunikasi teraputik yang diterapkan oleh Keperawatan. Jakarta: EGC. Hal: 2-
perawat di rumah sakit siti khodijah mampu 10.
memberikan kepuasan kepada pasien selama Asrin dan Maude P. (2006). Patients’
dirawat. Satisfaction With Nursing Communication
Pelayanan keperawatan di rumah sakit (Therapeutic Communication) On Adult
merupakan bagian utama dari pelayanan Medical Surgical Wards At Prof. Dr.

7
Margono Soekarjo Hospital Of Purwokerto, Pasien di Rumah Sakit
Central Java, PKU
Indonesia, Vol. 1. No.1. Hal: 32-42. Muhammadiyah Bantul, Jurnal Kedokteran
Huda, I.K, dkk, Skipsi (2009). Hubungan dan Kesehatan Indonesia
Komukasi Terapeutik Perawat Dengan Mundakir. (2006). Komunikasi
Tingkat kepuasan Selama Di Rawat Di Keperawatan. Yogyakarta: Graha
Ruang Penyakit Dalam Lt.3 Penyakit Ilmu.
Dalam Rumah Sakit Bunda Depok, Jurnal Nurhasid (2009). Hubungan Antara
Kesehatan UI. Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik dengan
Husna A, dkk, Skripsi (2008). Hubungan Tingkat Kepuasan Pasien di IRDA RSUP Dr.
Antara Komunikasi Terapeutik Kariadi Semarang. Program Studi Ilmu
Perawat Dengan Kepuasan Pasien Dalam Keperawatan Fakultas Kedokteran
Pelayanan Keperawatan di Rumah Universitas Dipenogoro Semarang.
Sakit Siti Khodijah http://eprints.undip.ac.id/9463/1/Abs
Sepanjang. Fakultas Kesehatan UM trak.pdf. Diakses tanggal 03 April jam 04.00
Surabaya.Jurnal Online Universitas pm.
Muhammadiyah Surabaya. Vol : 5. No. 1. Pohan, I.S. (2007). Jaminan Mutu Layanan
Istifiyana R. (2013). Tingkat Kepuasan kesehatan: Dasar-Dasar Pengertian dan
Klien akan Pola Komunikasi Penerapan. Jakarta: EGC.
Terapeutik Perawat di Rumah Sakit Purwaningsih, W dan Karlina, I (2012).
Bhayangkara Polda Kalimantan Barat. Asuhan Keperawatan Jiwa.
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Yogyakarta : Nuha Medika.
Kedokteran Universitas Dipenogoro. Patrisia A. (2013). Gambaran Kepuasan
Huda, I.K, dkk, Skipsi (2009). Hubungan Pasien Terhadap Pelaksanaan Komunikasi
Komukasi Terapeutik Perawat Dengan Terapeutik Perawat di Instalasi Rawat Inap
Tingkat kepuasan Selama Irina A RSUP Labuang Baji
Di Rawat Di Ruang Penyakit Dalam Lt.3 Makassar.Jurnal Fakultas Kesehatan
Penyakit Dalam Rumah Sakit Bunda Depok, Masyarakat Universitas Hasanuddin.
UI. Suryani. (2005). Komunikasi Terapeutik:
Husna A, dkk, Skripsi (2008). Hubungan Teori dan Praktik. Jakarta: EGC
Antara Komunikasi Terapeutik Wahyu, E. (2006). Hubungan Pengetahuan
Perawat Dengan Kepuasan Pasien Dalam Komunikasi Terapeutik Terhadap
Pelayanan Keperawatan di Rumah Kemampuan Komunikasi Perawat Dalam
Sakit Siti Khodijah Melaksanakan Asuhan Keperawatan di
Sepanjang. Fakultas Kesehatan UM Rumah Sakit Elisabeth Purwokerto. Jurnal
Surabaya.Jurnal Online Universitas Keperawatan Soedirman, Volume 1 Nomor
Muhammadiyah Surabaya. Vol : 5. No. 1. 2 November 2006.
Istifiyana R. (2013). Tingkat Kepuasan
Klien akan Pola Komunikasi Terapeutik
Perawat di Rumah Sakit Bhayangkara Polda
Kalimantan Barat.Program Studi
Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Dipenogoro.
Lestari, dkk. (2009). Analisa
Faktor Penentu Tingkat Kepuasan

Anda mungkin juga menyukai