Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Demam Tifoid adalah suatu penyakit infeksi akut yang biasanya
mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan
pada saluran cerna dan gangguan kesadaran. (Kapita Selekta Kedokteran,
2000).
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada
saluran cerna dengan gejala demam lebih dari 1 minggu dan terdapat
gangguan kesadaran.

B. Etiologi
Salmonella typhosa, basil gram negative, bergerak dengan rambut getar,
tidak berspora. Mempunyai sekurang-kurangnya 3 macam antigen yaitu
antigen O (somatik, terdiri dari zat komplek lipopolisakarida), antigen H
(flagella) dan antigen Vi. Dalam serum penderita terdapat zat anti (aglutinin)
terhadap ketiga macam antigen tersebut.

C. Manifestasi klinik
Masa inkubasi 10-14 hari. Penyakit ini mempunyai tanda-tanda yang
khas berupa perjalanan yang cepat yang berlangsung kurang lebih 3 minggu.
Gejala Demam Tifoid antara lain sebagai berikut :
 Demam > 1 minggu terutama pada malam hari
Demam tidak terlalu tinggi dan berlangsung selama 3 minggu.
Minggu pertama peningkatan suhu tubuh berfluktuasi. Biasanya suhu
tubuh meningkat pada malam hari dan menurun pada pagi hari. Pada
minggu kedua suhu tubuh terus meningkat dan pada minggu ke tiga suhu
berangsur-angsur turun dan kembali normal.
 Nyeri kepala
 Malaise
 Letargi
 Lidah kotor dengan tepi hiperemis (coated tongue)
 Bibir kering pecah-pecah (regaden)
 Mual, muntah

1
 Neri perut
 Nyeri otot
 Anoreksia
 Hepatomegali, splenomegali
 Konstipasi, diare
 Penurunan kesadaran
 Macular rash, roseola (bintik kemerahan) akibat emboli basil dalam
kapiler
 Skibala
 Halitosis
 Epistaksis
 Meteorismus
 Bradikardi
 Mengigau (delirium)

D. Patofisiologi
Bakteri Salmonella typhosa masuk melalui makanan / minuman, setelah
melewati lambung kuman mencapai usus halus (ileum) dan setelah menembus
dinding usus sehingga mencapai folikel limfoid usus halus (plaque Peyeri).
Kuman ikut aliran limfe mesenterial ke dalam sirkulasi darah (bakteremia
primer). Mencapai jaringan RES (hepar, lien, sumsum tulang, untuk
bermultiplikasi). Setelah mengalami bacteria sekunder, kuman mencapai sirkulasi
darah untuk menyerang organ lain (intra dan ekstra intestinal). Masa inkubasi 10-
14 hari. (IDAI, 2004)
Salmonella typhosa masuk melalui makanan atau minuman yang
tercemar menuju tempat infeksi ileosekal (usus halus) dan terjadi inflamasi
minimal. Kuman kembali ke pembuluh darah (septicemia sekunder) menuju
tempat infeksi utama ileosekal. (Tri Atmadja, 2001)
Kuman masuk melalui mulut. Sebagian kuman akan dimusnahkan dalam
lambung oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk usus halus, ke jaringan
limfoid dan berkembang biak menyerang vili usus halus kemudian kuman masuk
ke peredaran darah (bakteremia primer) dan mencapai sel retikuloendotelial, hati,
limpa dan organ-organ lainnya. Pada minggu pertama sakit, terjadi hyperplasia
plaks peyer. Ini terjadi pada kelenjar limfoid usus halus. Minggu ke dua terjadi
nekrosis dan pada minggu ke tiga terjadi ulserasi plaks peyer. Pada minggu ke

2
empat terjadi penyembuhan ulkus yang dapat menimbulkan sikatrik. Ulkus dapat
menyebabkan perdarahan, bahkan sampai perforasi usus. Selain hepar, kelenjar-
kelenjar mesenterial dan limpa membesar. Gejala demam disebabkan oleh
endotoksin sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan
pada usus halus. (Suriadi, 2001)

Pathway

Salmonella typhosa

Saluran pencernaan

Diserap usus halus Konstipasi

Bakteri memasuk
Bakteri aliran
memasuk darah
aliran sistemik
darah sistemi Motilitas usus ↓usu Defisit self care
Motilitas

Kelenjar
Kelenjarlimfoid
limfoidusus
usushalus
halus Hati
Hati dan
dan limpa
limpa Endotoksin
Endotoksin Bed restrest
Bed

Tukak
Tukak Hepatosplenomegali
Hepatosplenomegali Hipertermi

Mual, muntah Hospitalisa


Mual, muntah
si

PK : Perdarahan
dan perforasi Intaketak
Intake takadekuat
adekuat Takut

Resiko deficit volume cairan Resiko kebutuhan nutrisi kurang

3
E. Komplikasi
1. Perforasi usus 5. Kolesistitis
2. Perdarahan usus 6. Meningitis, Ensefalitis, Ensefalopati
3. Peritonitis 7. Bronkopneumonia
4. Sepsis
(Kapita selekta kedokteran, 2000)

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Jumlah leukosit normal/leukopenia/leukositosis.
2. Anemia ringan, LED meningkat, SGOT, SGPT dan fsofat alkali
meningkat.
3. Minggu pertama biakan darah S. Typhi positif, dalam minggu berikutnya
menurun.
4. Biakan tinja positif dalam minggu kedua dan ketiga.
5. Kenaikan titer reaksi widal 4 kali lipat pada pemeriksaan ulang
memastikan diagnosis. Pada reaksi widal titer aglutinin O dan H
meningkat sejak minggu kedua. Titer reaksi widal diatas 1 : 200
menyokong diagnosis.

G. Penatalaksanaan
1. Keperawatan
 Memenuhi kebutuhan nutrisi : kalori, cairan dan elektrolit. Bila perlu
melalui sonde
 Diet TKTP, rendah serat dan mudah dicerna, lunak, cair (klien dengan
penurunan kesadaran)
 Menurunkan demam
 Mengawasi komplikasi
 Mengelola oksigen
 Health education : perawatan di rumah
 Memonitor vital sign

4
2. Medis
 Antipiretik
 Antibiotik:cloramphenicol 50-100 mg/kgBB/hari, cotrimoksasol 6-10
mg/kgBB/hari, amoksisilin 100 mg/kgBB/hari, Seftriakson 80 mg/kg
BB/hari, sefiksim 10 mg/kg BB/hari
 Infus D5 %, D10 %, KN 3A
 Roboransia : Vitamin K ( untuk suplementasi terhadap gangguan flora
usus terhadap pemberian antibiotik yang lama).
 Kortikosteroid diberikan pada kasus berat dengan penurunan
kesadaran.
Deksametoason 1-3 mg/Kg BB/hari intravena dibagi menjadi 3 dosis
hingga kesadaran membaik.
 Lavemen, Laxantia
 Tranfusi darah : kadang-kadang diperlukan pada perdarahan saluran
cerna dan perforasi
 Oksigenasi : diberikan pada klien dengan penurunan kesadaran atau
kejang.
(SPM Anak RSUD Wates,2001)

H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas : umur, alamat (daerah endemis ?, lingkungan rumah /
sekolah ada yang menderita demam tifoid ?)
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) :
panas, muntah, epistaksis, perdarahan gusi
2) Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien
saat masuk rumah sakit) : kapan mulai panas ?
3) Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau
penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien)
4) Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau
penyakit lain yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain
baik bersifat genetik atau tidak)
5) Riwayat tumbuh kembang : adakah keterlambatan tumbuh
kembang ?

5
6) Riwayat imunisasi
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum : kesadaran, vital sign, status nutrisi (berat badan,
panjang badan, usia)
2) Pemeriksaan persistem
a) Sistem persepsi sensori :
 Penglihatan : edema palpebra, air mata ada / tidak,
cekung / normal
 Pengecapan : rasa haus meningkat/tidak, lidah lembab /
kering
b) Sistem persyarafan : kesadaran, menggigil, kejang, pusing
c) Sistem pernafasan : epistaksis, dispneu, kusmaul, sianosis,
cuping hidung, odem pulmo, krakles
d) Sistem kardiovaskuler : takikardi, nadi lemah dan cepat /
tak teraba, kapilary refill lambat, akral hangat / dingin,
epistaksis, sianosis perifer, nyeri dada
e) Sistem gastrointestinal :
 Mulut : membran mukosa lembab / kering, lidah kotor,
perdarahan gusi
 Perut : turgor ?, kembung / meteorismus, distensi,
nyeri, asites, lingkar perut, skibala ?
 Informasi tentang tinja : warna (merah, hitam), volume,
bau, konsistensi, darah, melena
f) Sistem integumen : RL test (+) ?, petekie, ekimosis, kulit
kering / lembab, perdarahan bekas tempat injeksi ?
g) Sistem perkemihan : bak 6 jam terakhir, oliguria / anuria
d. Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan : sanitasi ?,
2) Pola nutrisi dan metabolisme : anoreksia, mual, muntah
3) Pola eleminasi
a) Bab : frekuensi, warna (merah ?, hitam ? ), konsistensi,
bau, darah
b) Bak : frekuensi, warna, bak 6 jam terakhir ?, oliguria,
anuria
4) Pola aktifitas dan latihan

6
5) Pola tidur dan istirahat
6) Pola kognitif dan perceptual
7) Pola toleransi dan koping stress
8) Pola nilai dan keyakinan
9) Pola hubungan dan peran
10) Pola seksual dan reproduksi
11) Pola percaya diri dan konsep diri

2. Diagnosa Keperawatan
1) Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolic, dehidrasi,
proses infeksi
2) Takut b.d hospitalisasi, tindakan invasif.
3) Cemas orang tua b.d penyakit anaknya
4) Defisit self care b.d tirah baring, kelemahan, istirahat total
5) Resiko konstipasi b.d tirah baring
6) Resiko kebutuhan cairan kurang b.d intake tak adekuat, muntah,
hipertermi
7) Resiko kebutuhan nutrisi kurang b.d intake tak adekuat

Anda mungkin juga menyukai