Anda di halaman 1dari 170

PENGARUH ROA, DPK, INFLASI DAN BI RATE TERHADAP MARGIN

PEMBIAYAAN MURABAHAH PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

SKRIPSI

DiajukankepadaFakultasEkonomidanBisnis
UntukMemenuhiPersyaratanMeraihGelarSarjana Ekonomi

Disusun Oleh :

Rilo Wahyudi
NIM:1113085000049

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/ 2017

1
i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS PRIBADI
Nama : Rilo Wahyudi
Alamat :Jl. H. Ilyas RT 004/03 No.39, Rempoa, Ciputat
Timur, Tangerang Selatan, Banten, Indonesia.
Telepon : 08978336924
Email : rilowhd74@gmail.com
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 29 Oktober 1995
Agama : Islam
Kebangsaan : Indonesia

B. PENDIDIKAN FORMAL
Tahun Tahun
Pendidikan Nama Lembaga Kota
Masuk Keluar
SD SDN Cempaka Putih Tangerang
2002 2007
Selatan
SMP SMP Muhammadiyah 8 Jakarta 2007 2010
SMA SMA Negeri 108 Jakarta 2010 2013
Perguruan UIN Syarif Hidayatullah Tangerang
2013 2017
Tinggi Jakarta Selatan

v
C. PENGALAMAN ORGANISASI

Lembaga/ Institusi Tahun


Wakil Ketua Rukun Remaja RT 004 RW 03 2012-2017
Wakil Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan Perbankan
2014-2015
Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Koordinator Biro Project Badan Eksekutif Mahasiswa
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah 2015-2016
Jakarta

D. KEMAMPUAN
 Mampu bekerja secara tim maupun individu
 Mampu mengoperasikan Microsoft Office (Wors, Excel dan Powerpoint)
 Mampu berkomunikasi dengan baik

E. LATAR BELAKANG KELUARGA


Ayah : Basirin
Tempat, Tanggal Lahir : Purbalingga, 25 Mei 1968
Pendidikan Terakhir : SMA
Ibu : Surani
Tempat, Tanggal Lahir : Wonogiri, 5 November 1971
Pendidikan Terakhir : SD

vi
ABSTRACT

The purpose of this study is to examine the effects of Return On Assets (ROA),
third party funds, inflation and BI rate on margin rate of murabaha. This study
took sample from five of the sharia banking in Indonesia in a span of January
2012 until December 2015. The study is using the method of analysis on the regression
panel data by using program Eviews 9.0.This study using panel data regression
methods to test the hyphothesis. With the Fixed Effect Model (FEM) method.
The result show that according parcial third parti fundspositive significant
influence to margin murabaha wtih the sig. 0.0170<0.005. BI rate positive significant
influence to margin murabaha wtih the sig. 0.0099<0.005. Return On Asset (ROA) not
influence to margin murabaha wtih the sig. 0.2499>0.005. Inflationnot influence to
margin murabaha wtih the sig. 0.0821>0.005. The result show that according simultan
ROA, third parti funds, inflation and BI rate significant influence to margin murabaha
wtih the sig. 0.00000<0.005.

Key words : FEM, Return On Asset (ROA), third parti funds, inflation, BI rate,
margin of murabaha.

vii
ABSTRAK

Skripsi ini membahas berbagai variabel yang memiliki pengaruh terhadap


margin pembiayaan murabahah perbankan syariah di Indonesia. Penelitian ini
mengambil sampel penelitian lima bank umum syariah di Indonesia dalam rentang
waktu penelitian mulai dari Januari 2012 sampai dengan Desember 2015. Metode
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi data panel dengan
menggunakan program komputer Eviews (Software) versi 9.0. Margin Murabahah
sebagai variabel dependen, sedangkan ROA, DPK, Inflasi dan BI rate sebagai
variabel independen. Penelitian ini menggunakan analisis regresi panel data
dengan pendekatan fixed effect.
Hasil penelitian menunjukan bahwa secara parsial variabel DPKberpengaruh
secara positif signifikan terhadap margin murabahah dengan nilai sig.
0.0170<0.005. BI rate berpengaruh positif signifikan terhadap margin murabahah
dengan nilai sig.0.0099<0.005. Return On Asset (ROA) tidak memiliki pengaruh
terhadap margin murabahah dengan nilai sig. 0.2499>0.005. Inflasi tidak memiliki
pengaruh terhadap margin murabahah dengan nilai sig. 0.0821>0.005. Hasil
penelitian menunjukan bahwa secara simultan atau bersama-sama variabel ROA,
DPK, Inflasi dan BI rate berpengaruh terhadap margin murabahah dengan nilai
sig. 0.00000.

Kata kunci : FEM, Return On Asset (ROA), Dana Pihak Ketiga (DPK), inflasi,
BI rate, margin murabahah.

viii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.


Segala puji bagi Allah subhanahu wa ta’ala yang telah melimpahkan segala
nikmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini yang berjudul “Pengaruh ROA, DPK, Inflasi dan BI rateTerhadap
Margin Pembiayaan Murababah Perbankan Syariah di Indonesia” dengan baik.
Shalawat serta salah penulis haturkan kepada Nabi Muhammad salllallahu alaihi
wassalam yang telah membawa umatnya dari zaman jahiliyah ke zaman yang
penuh dengan ilmu pengetahuan.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selesainya skripsi ini tentu dengan dukungan, bimbinagan dan bantuan serta
semangat dan doa dari semua orang disekeliling penulis selama proses
penyelesaian skripsi ini. Oleh karenanya izinkanlah penulis menyampaikan terima
kasih kepada:
1. Orang tua penulis, Bapak Basirin dan Ibu Surani yang selalu memberikan
dukungan, motivasi kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
2. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si. selaku dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis yang telah memberikan ilmu yng sangat berharga selama perkuliahan
3. Dr. Indoyama Nasaruddin, SE., MAB. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan arahan dan bimbingan dalam proses penyelesaian penulisan
skripsi hingga skripsi ini selesai.
4. Ibu Cut Erika Ananda Fatimah, SE., MBA. selaku Ketua Jurusan Perbankan
Syariah yang telah memberikan arahan serta bimbingan yang sangat berarti
dalam penyelesaian perkuliahan strata satu ini.
5. Ibu Erika Amelia, SEI., M.Si. selaku dosen pembimbing akademik.
6. Seluruh jajaran dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan
ilmu yang sangat berguna dan berharga bagi penulis selama perkuliahan serta
jajaran karyawan dan staff UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
melayani dan membantu penulis selama perkuliahan.

ix
7. Teman-teman Perbankan Syariah 2013 yang sudah menenami dan selalu
memberikan motivasi selama kuliah, especially for my beloved Ajeng Kurnia
Rahmawatiningrum yang selalu menemani dikala letih dan lara.
8. Teman-teman HMJ Perbankan Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
9. Teman-teman BEM FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
10. Sahabat-sahabati KOMFEIS yang selalu memberikan banyak pembelajaran
berorganisasi sekaligus berkeluarga.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh sebab
itu, penulis mengharapkan segala bentuk kritik dan saran yang membangun untuk
pencapaian yang lebih baik.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.

Jakarta, Mei 2017

Rilo Wahyudi

x
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................. i


LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJIAN SKRIPSI ........................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ........................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..............................................................................v
ABSTRACT ......................................................................................................... vii
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv
DAFTAR GRAFIK ..............................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1


A. Latar Belakang Penelitian .......................................................................1
B. Rumusan Masalah .................................................................................13
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................14
D. Manfaat Penelitian.................................................................................14

BAB II LANDASAN TEORI ..............................................................................16


A. Struktur Modal ......................................................................................16
B. Pembiayaan............................................................................................17
C. Pembiayaan Murabahah ........................................................................21
D. Return On Asset (ROA) ........................................................................42
E. Dana Pihak Ketiga (DPK) .....................................................................44
F. Inflasi .....................................................................................................46

xi
G. BI rate ...................................................................................................50
H. Penelitian Sebelumnya ..........................................................................52
I. Kerangka Pemikiran ...............................................................................61
J. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis ...........................62
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..........................................................67
A. Ruang Lingkup Penelitian .....................................................................67
B. Metode Penentuan Sampel ....................................................................67
C. Metode Pengumpulan Data ...................................................................70
D. Metode Analisis Data ............................................................................71
E. Operasional Variabel Penelitian ............................................................86

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN .......................................................88


A.Gambaran Umum Objek Penelitian .......................................................88
B. Deskripsi Data .......................................................................................98
C. Analisis Dan Pembahasan ...................................................................112
D. Analisis Hasil Estimasi Regresi ..........................................................116
E. Analisis Model Regresi Data Panel .....................................................120
F. Persamaan Model Regresi Setiap Bank ...............................................122
G. Interpretasi ...........................................................................................124
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................131
A. Kesimpulan .........................................................................................131
B. Saran ....................................................................................................133

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................135

LAMPIRAN ........................................................................................................140

xii
DAFTAR TABEL

1.1 Persentase Margin Murabahah Bank Umum Syariah .......................................6


2.1 Margin Keuntungan Annuitas ..........................................................................39
2.2 Margin Keuntungan Rata-rata ..........................................................................40
2.3 Margin Keuntungan Menurun ..........................................................................41
2.4 Margin Keuntungan Flat ..................................................................................42
2.5 Klasifikasi Tingkat ROA Menurut BI ..............................................................43
2.6 Tingkat Inflasi ..................................................................................................50
2.7 Ringkasan Penelitian Terdahulu ......................................................................56
3.1 Bank Umum Syariah di Indonesia ...................................................................69
3.2 Daftar Sampel Penelitian..................................................................................70
4.1 Pendapatan Margin Murabahah Objek Penelitian............................................99
4.2 Return On Asset (ROA) Objek Penelitian ......................................................102
4.3 Dana Pihak Ketiga (DPK) Objek Penelitian ..................................................105
4.4 Tingkat Inflasi Indonesia................................................................................107
4.5 Tingkat BI rate ...............................................................................................109

4.6 Statistik Deskriptif Antar Variabel ................................................................111

4.7 Statistik Deskriptif Antar Variabel Objek Penelitian .....................................111

4.8 Regresi Data Panel: Pooled Least Square (PLS) ...........................................113

4.9 Regresi Data Panel: Fixed Effect Model (FEM) ............................................114

4.10 Uji Chow ......................................................................................................114

4.11 Regresi Data Panel: Random Effect Model (REM) ......................................115

4.12 Uji Hausman ................................................................................................115

4.13 Hasil Estimasi Model Fixed Effect Model (FEM)........................................117

4.14 Hasil Estimasi Model Fixed Effect Model (FEM)........................................120

4.15 Model Regresi Setiap Bank ..........................................................................122

xiii
DAFTAR GAMBAR

2.1 Murabahah dengan Pesanan .............................................................................33


2.2 Murabahah Tanpa Pesanan ..............................................................................33
2.3 Pembayaran Cicilan .........................................................................................34
2.4 Pembayaran Tunai ............................................................................................34
2.5 Skema Murabahah ............................................................................................35
2.6 Kerangka Pemikiran Penelitian ........................................................................61

xiv
DAFTAR GRAFIK

1.1 Total Aset Perbankan Syariah ............................................................................3


1.2 Pembiayaan Perbankan Syariah .........................................................................4
1.3 Pergerakan ROA dan Margin Murabahah Bank Umum Syariah ......................7
1.4 Pergerakan Margin Murabahah, Inflasi dan BI rate ........................................11
4.1 Rata-rata Pendapatan Margin Murabahah Objek Penelitian ..........................100
4.2 Rata-rata ROA Objek Penelitian ....................................................................103
4.3 Rata-rata DPK Objek Penelitian ...................................................................106
4.4 Tingkat Inflasi Indonesia................................................................................108
4.5 Tingkat BI rate ...............................................................................................110

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Model Pooled Least Square (PLS) ..................................................140


Lampiran 2: Model Fixed Effect Model (FEM) ...................................................142
Lampiran 3: Uji Chow .........................................................................................144
Lampiran 4: Model Random Effect Model (REM) ..............................................146
Lampiran 5: Uji Hausman ....................................................................................148
Lampiran 6: Data Variabel Penelitian ..................................................................150

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pembiayaan yang dilakukan dengan akad yang sesuai syariah telah menjadi

bagian dari tradisi umat Islam sejak zaman Rasulullah Saw. Praktik-praktik seperti

menerima titipan harta, meminjamkan uang untuk keperluan konsumsi dan untuk

keperluan bisnis, serta melakukan pengiriman uang, telah lazim dilakukan sejak

zaman Rasulullah Saw. Ada sahabat yang melaksanakan fungsi pinjam-meminjam

uang, ada yang melaksanakan fungsi pengiriman uang dan ada pula yang

memberikan modal kerja (Karim, 2013).

Fungsi-fungsi utama perbankan modern, yaitu menerima deposit,

menyalurkan dana dan melakukan transfer dana telah menjadi bagian yang tidak

terpisahkan dari kehidupan umat Islam. Jelas di zaman Rasulullahh Saw. fungsi

perbankan telah dilakukan, meskipun tidak sepenuhnya melaksanakan seluruh

fungsi perbankan yang ada seperti saat ini (Karim, 2013).

Bank adalah salah satu lembaga keuangan yang beroperasi tidak ubahnya

sama seperti perusahaan lainnya, yaitu tujuannya mencari keuntungan. Dalam

perjalanannya, bank telah berkembang dan dapat dikategorikan menjadi 2

golongan besar, yaitu bank konvensional dan bank syariah. Bank konvensional

merupakan bank yang menjalankan usahanya atau operasionalnya dengan sistim

bunga, sedangkan bank syariah adalah bank yang menjalankan usahanya atau

operasionalnya berdasarkan syariat Islam yang tidak mengenal adanya istilah riba

1
atau bunga (Supriyono, 2010). Sedangkan menurut Karim (2004) bank syariah

merupakan suatu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama yaitu menerima

pinjaman, memberikan pinjaman dan memberikan pelayanan jasa yang

berlandaskan pada prinsip syariah Islam.

Di Indonesia sendiri perbankan syariah mulai diperkenalkan pada tahun 1992,

pemerintah mulai memperkenalkan sistim pebankan ganda dimana bank dapat

beroperasi dengan prinsip bagi hasil atau menggunakan prinsip bunga secara

berdampingan, hal tersebut tertuang pada Undang-Undang Perbankan No. 7

Tahun 1992, tentang dual banking system.

Penerapan sistem keuangan dan perbankan ganda mulai lebih terarah

semenjak dikeluarkannya Undang-Undang Perbankan baru No. 10 Tahun 1998.

Semenjak itu, bermunculan lembaga-lembaga keuangan syariah yang beroperasi

berdampingan dengan lembaga keuangan konvensional. Seperti halnya di

Malaysia, lembaga keuangan syariah di Indonesia tumbuh menjadi lembaga

keuangan alternatif bagi masyarakat yang menginginkan pelayanan jasa keuangan

yang sesuai dengan prinsip syariah, sekaligus menjadi pesaing langsung lembaga

keuangan konvensional dalam produk dan jasa yang ditawarkan (Ascarya, 2006).

Perkembangan bank syariah di Indonesia kini telah menjadi tolak ukur

keberhasilan eksistensi ekonomi syariah. Krisis moneter yang terjadi pada tahun

1998 telah menenggelamkan bank-bank konvensional dan banyak dilikuidasi

karena kegagalan sistem bunganya, sementara perbankan yang menerapkan sistem

syariah dapat tetap eksis dan mampu bertahan. Tidak hanya itu, ditengah-tengah

krisis keuangan global yang melanda dunia pada ujung akhir tahun 2008, lembaga

2
keuangan syariah kembali membuktikan daya tahannya dari terpaan krisis (Hasan,

2014).

Perkembangan perbankan syariah di Indonesia juga dapat dilihat dari total

aset Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah yang terus mngalami

peningkatan setiap tahunnya, hal tersebut dapat dilihat pada grafik 1.1 yang

menunjukkan perkembangan total aset gabungan dari Bank Umum Syariah dan

Unit Usaha Syariah pada tahun 2008-2016. Menurut Statistik Perbankan Syariah

(SPS) yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sampai dengan Juli

2016 total aset perbankan syariah telah mencapai 305,5 triliun rupiah.

Grafik 1.1
Total Aset Perbankan Syariah Tahun 2008 – Juli 2016
(dalam triliun rupiah)

296.2 305.5
272.3
242.2

195

145.4

97.5
66.1
49.5

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2104 2015 Jul-16

Total Aset

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (OJK), data diolah

Mencermati perkembangan perbankan syariah di Indonesia sekilas memang

cukup membanggakan. Namun, jika dibandingkan dengan bank konvensional,

perkembangan bank syariah hingga saat ini masih kurang menunjukkan

pertumbuhan yang menggembirakan. Disamping itu, praktek perbankan syriah

saat ini masih sangat didominasi oleh pembiayaan murabahah.

3
Produk penyaluran dana (Pembiayaan) pada bank syariah dapat dikategorikan

menjadi tiga prinsip, yaitu prinsip jual-beli dengan akad murabahah, salam dan

istishna, prinsip bagi-hasil dengan akad mudharabah dan musyarakahdan prinsip

sewa dengan akad ijarah dan ijarah muntahiya bit tamlik (IMBT) (Karim, 2013).

Beragamnya pembiayaan yang ditawarkan tidak menjadikan setiap

pembiayaan tersebut laku di pasaran, realitanya hanya tiga jenis pembiayaan yang

paling sering dilakukan oleh bank syariah, yaitu pembiayaan murabahah,

musyarakah dan mudharabah. Namun, dari ketiga pembiayaan tersebut

pembiayaan murabahah merupakan pembiayaan yang paling populer. Murabahah

selalu mendominasi portofolio dari setiap laporan keuangan Bank Umum Syariah

setiap tahunnya, hal tersebut dapat dilihat pada grafik 1.2 yang menunjukkan

mendominasinya pembiayaan murabahah dalam 3 tahun terakhir.

Grafik 1.2
Pembiayaan Perbankan Syariah Tahun 2014 - 2016
pembiayaan lain
Mudharabah 7%
7%

Murabahah
Musyarakah 58%
28%

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (OJK), data diolah

Volume pembiayaan yang dilakukan oleh perbankan syariah dalam rentan

waktu 3 tahun terakhir mencapai 632 triliun rupiah, dengan porsi 365.1 triliun

disalurkan pada murabahah, 175.7 triliun pada musyarakah dan 43,9 triliun pada

mudharabah, sementara 47.3 triliun pada pembiayaan lain.

4
Transaksi yang paling banyak dilakukan oleh bank syariah saat ini adalah

murabahah, bahkan BPR Syariah hampir seluruh transaksinya adalah murabahah.

Salah satu alasannya adalah dalam murabahah ini risiko bagi bank syariah lebih

kecil (Wiroso, 2011). Hal tersebut membuat akad murabahah menjadi akad yang

paling banyak dipilih bank syariah dalam pembiayaan dan dipilih nasabah dalam

memakai jasa bank syariah.Mendominasinya pembiayaan murabahah

dikarenakanproduk ini tergolong Natural Certainty Contract (NCC) dimana cash

flow dan waktu pembiayaan sudah ditetapkan dan ditentukan sejak awal kontrak

yang memungkinkan tidak banyak timbulnya risiko yang akan diderita oleh pihak

bank dan nasabah selama pembiayaan berjalan (Karim, 2013).

Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan

dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli (Karim,

2004). Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga

perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.

Pendapatan yang diperoleh dari pembiayaan murabahah diambil oleh bank

syariah melalui margin pada setiap pembiayaan murabahah yang

dilakukan(Nurhayati dan Wasilah, 2013).

Secara sederhana nilai margin dapat diketahui melalui biaya yang telah

dikeluarkan (cost recovery), cost recovery bisa didekati dengan membagi proyeksi

jumlah biaya operasional bank dengan target volume pembiayaan murabahah.

Margin murabahah dalam konteks ini adalah cost recovery ditambah dengan

keuntungan yang diinginkan bank. Keuntungan yang diinginkan bank inilah yang

banyak menuai kritikan, karena dalam prakteknya keuntungan yang diinginkan

5
atas margin yang diberikan mengacu pada suku bunga pasar yang berlaku dalam

hal ini adalah BI rate, sementara bank syariah merupakan bank yang dalam

teorinya tidak mengenal adanya istilah bunga atau riba.

Penetapan margin keuntungan pembiayaan ditetapkan atas rekomendasi dari tim

ALCO (Asset Liabilities Committe) bank syariah (Karim, 2013). tabel 1.1 menyajikan

rata-rata margin yang diberikan kepada para nasabah pembiayaan murabahah oleh

Bank Umum Syariah dalam enam tahun terakhir.

Tabel 1.1
Persentase Margin Murabahah Bank Umum Syariah
Tahun Persentase Margin
Murabahah
2010 15.32%
2011 14.72%
2012 13.69%
2013 13.18%
2014 13.68%
2015 13.37%
Juli 2016 12.92%
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (OJK), data diolah

Rata-rata margin murabahah yang diberikan oleh bank syariah sangat

fluktuatif dan tidak menentu, hal tersebut yang menjadikan margin pembiayaan

murabahah ini menarik untuk diteliti. Belum adanya aturan syariah yang

mengatur tentang penentuan margin murabahah menjadikan bank-bank syariah

berlomba-lomba dalam memberikan margin murabahah yang ideal kepada para

nasabah. Hal tersebut dilakukan karena telah terbukti bahwa pembiayaan

murabahah merupakan pembiayaan yang paling diandalkan oleh bank-bank

syariah dalam mendapatkan keuntungan dari kegiatan usahanya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi suatu keputusan manajemen perusahaan

perbankan adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dapat

6
dikaitkan dengan pengambilan kebijakan dan strategi operasional bank. Sementara

faktor eksternal bank (faktor yang berasal dari luar perusahaan), meliputi

kebijakan moneter, fluktuasi nilai tukar, tingkat inflasi, volatilitas tingkat bunga

dan inovasi instrument keuangan (Siamat, 2005).

Penelitian ini akan mencari faktor-faktor apa saja yang menentukan besar

atau kecilnya margin murabahah yang diberikan oleh bank syariah kepada

nasabah, faktor-faktor tersebut merupakan faktor internal dan eksternal bank.

Faktor internal bank terdiri dari rasio Return On Asset (ROA) dan Jumlah Dana

Pihak Ketiga (DPK) yang terhimpun. Serta faktor eksternal bank yang terdiri dari

inflasi dan BI rate.

Return on Assets (ROA) digunakan untuk mengukur pengembalian (laba)

setelah bunga dan pajak atas total aktiva. Hasil pengembalian total aktiva atau

total investasi menunjukan kinerja manajemen dalam menggunakan aktiva

perusahaan untuk menghasilkan laba. Hasil pengembalian ini dapat dibandingkan

dengan penggunaan alternatif dari dana tersebut. Sebagai salah satu ukuran

keefektifan, maka semakin tinggi hasil pengembalian, semakin efektiflah

perusahaan (Astuti, 2004).

Grafik 1.3
Pergerakan ROA dan Margin BUS Tahun 2013 – Juli 2016
13.18% 13.68% 13.37% 12.92%

Margin
ROA 1.43%
0.41% 0.49% 0.63%

2013 2014 2015 2016

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (OJK), data diolah

7
Rasio ROA yang baik mencerminkan manajemen yang efektif dalam

menggunakan aktiva yang dimiliki bank, dan untuk mewujudkannya pihak

manajemen harus cermat dalam setiap kegiatan usaha bank, termasuk dalam

menentukan margin untuk pembiayaan murabahah, laba yang diproduksi oleh

bank-bank syariah mayoritas datang dari pembiayaan murabahah melalui

marginnya.. ROA merupakan cerminan laba yang dicetak oleh bank, maka

semakin tinggi ROA semakin tinggi pula margin murabahah yang dicetak. Akan

tetapi dari grafik 1.3 tidak terlihat pergerakan yang sejalan antara ROA dengan

margin murabahah, dimana setiap tahunnya pergerakan dua variabel tersebut

selalu tidak sejalan. Penelitian yang dilakukan oleh Purwaningsih (2010),

menemukan bahwa Return on Asset (ROA) secara signifikan mempengaruhi

margin murabahah.

Penelitian yang dilakukan oleh Ahcmad Nurdany menemukan bahwa besar

kecilnya margin murabahah dipengaruhi oleh rasio Return On Asset (ROA) yang

dimiliki bank, rasio ROA yang baik akan membuat ekspektasi masyarakat

terhadap suatu bank menjadi tinggi, rasio ROA yang baik menyebabkan keinginan

masyarakat untuk bertransaksi dengan bank semakin meningkat (Nurdany, 2012).

Faktor internal lain yang dapat mempengaruhi margin murabahah adalah

Dana Pihak Ketiga (DPK), dalam perbankan syariah DPK dapat berbentuk giro,

tabungan dan deposito. Bank berkewajiban untuk menjaga kelikuiditasan dana ini

dan berkewajiban untuk memberi insentif atau bonus kepada para pemilik dana.

Semakin kompetitifnya dunia perbankan, insentif atau bonus dapat diberikan

sesuai kebijakan dari bank syariah yang bersangkutan (Hasan, 2014).

8
Pembiayaan murabahah merupakan produk yang ideal bagi bank syariah

dalam menyalurkan DPK, disamping risiko yang kecil, bank syariah juga harus

menjaga kelikuiditasan dana ini, karena dana ini dapat diambil kapan saja oleh

pemilik dana. Semakin banyak Dana Pihak Ketiga yang terhimpun, semakin besar

pula kewajiban bank dalam memberi nisbah bagi hasil. Nisbah bagi hasil yang

dibagikan kepada pemilik dana diperoleh dari laba daari setiap kegiatan usaha,

termasuk pembiayaan murabahah melalui marginnya. Oleh karena itu, dalam

menetapkan margin yang diberikan, manajemen bank harus memperhatikan DPK

yang telah terhimpun. Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, DPK yang

disalurkan ke dalam bentuk pembiayaan hampir 57% disalurkan dalam bentuk

pembiayaan murabahah, untuk menjaga kelikuiditasan dana dan jatuh tempo

maka margin yang ditetapkan harus memperhatikan jumlah DPK yang ada.

(Rahma, 2016) dalam penelitian yang dilakukannya menemukan bahwa Dana

Pihak Ketiga berpengaruh secara parsial terhadap margin murabahah.

Selain faktor internal bank faktor eksternal bank juga dapat mempengaruhi

margin murabahah yang diinginkan, faktor eksternal tersebut yaitu inflasi dan BI

rate. Semakin tinggi inflasi semakin mahal juga komoditas yang diperjual-

belikan. Dalam pembiayaan murabahah, komoditas yang mahal menyebabkan

harga beli atas komoditas tersebut menjadi mahal dan bank syariah juga akan

menjual komoditas tersebut dengan harga jual yang tinggi pula kepada nasabah.

Inflasi adalah naiknya harga-harga komoditi yang secara umum disebabkan

oleh tidak singkronnya antara program pengadaan komoditi (produksi, penentuan

harga, pencetakan uang dan sebagainya) dengan tingkat pendapatan yang dimiliki

9
oleh masyarakat (Putong, 2003). Pendapatan masyarakat yang rendah serta harga

barang-barang yang tinngi akan mengurangi margin yang didapatkan oleh bank

melalui murabahah, karena inflasi yang tinngi menyebabkan daya beli masyarakat

berkurang.

Lingkungan ekonomi makro akan mempengaruhi operasional perusahaan

yang dalam hal ini keputusan pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan

kinerja keuangan perbankan termasuk margin murabahah yang

diberikan.Penelitian yang dilakukan oleh (Satya, 2013), menemukan signifikansi

antara inflasi terhadap margin murabahah.

Tidak adanya aturan dalam menentukan margin murabahah, membuat bank

syariah di Indonesia menjadikan BI rate menjadi rujukan dalam menentukan

margin murabahah(Arumdhani, 2011). Alasan utamanya adalah demi persaingan

usaha dengan bank-bank lain. Karena dalam pembiayaan murabahah pembayaran

angsuran bersifat fixed sampai akad berakhir, jika dalam periode akad ternyata BI

rate melonjak naik maka bank akan mengalami kerugian usaha. Jadi bank-bank

syariah di Indonesia menjadikan BI rate sebagai rujukan dalam menetapkan

margin, meskipun hal tersebut tidak sesuai dengan teori bahwa bank syariah tidak

dipengaruhi oleh tingkat suku bunga (BI rate). Hal ini didukung oleh penelitian

(Fakhrina, 2015) yang menemukan signifikasi antara BI rate dengan margin

murabahah.

BI rate adalah suku bunga dengan tenor satu bulan yang diumumkan oleh

bank Indonesia secara periodik untuk jangka waktu tertentu yang berfungsi

sebagai sinyal atau stance kebijakan moneter (Puspopranoto, 2004). Sedangkan

10
menurut kamus bank Indonesia, BI rate adalah suku bunga kebijakan yang

mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank

Indonesia dan diumumkan kepada publik.

Pergerakan margin murabahah, inflasi dan BI rate dapat dilihat pada Grafik

1.4 yang akan menunjukkan pergerakan antara tingkat margin murabahah, inflasi

dan BI rate di waktu yang sama.

Grafik 1.4
Pergerakan Margin Murabahah, Inflasi dan BI rate
15.43%
13.18% 13.36% 12.98%

8.38% 8.36% 7.50% 6.50%


7.50% 7.75% 3.35%
1.74%

2013 2014 2015 Jul-16


Margin 13.18% 15.43% 13.36% 12.98%
Inflasi 8.38% 8.36% 3.35% 1.74%
BI rate 7.50% 7.75% 7.50% 6.50%

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan dan Bank Indonesia, data diolah

Grafik 1.4 menunjukkan betapa fluktuatifnya ketiga variabel tersebut, namun

yang perlu dicermati adalah pergerakan yang sama antara margin murabahah dan

BI rate di setiap tahunnya, sementara inflasi tidak selalu sejalan pergerakannya

dengan margin murabahah karena hanya pada tahun 2015 dimana margin dan

inflasi mengalami pergerakan menurun secara bersama.

Telah banyak studi yang meneliti tentang faktor apa saja yang mempengaruhi

margin pembiayaan murabahah, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh

(Rahma, 2016) dimana ia menggunakan ROA, biaya overhead, volume

pembiayaan dan bagi hasil DPK sebagai variabel, ia menemukan hanya variabel

bagi hasil DPK yang berpengaruh terhadap margin murabahah. Hal ini sejalan

11
dengan (Zaenuri, 2012) dimana ia menemukan signifikansi antara DPK terhadap

margin murabahah. Namun hal tersebut tidak sejalan dengan penelitian (Izzuddin,

2013) dimana ia tidak menemukan signifikansi antara DPK terhadap margin

murabahah. Penelitian yang dilakukan (Pisol dkk, 2012) pada bank syariah di

Malaysia menemukan bahwa dalam menentukan margin keuntungan bank akan

memperhatikan dana yang terhimpun.

Di sisi lain (Nurdany, 2012) mencoba menggunakan variabel rasio keuangan

seperti ROA, ROE, Net Core Operatinal Margin (NCOM), Operational

Efficiency Ratio (OER) untuk mencari pengaruh terhadap pendapatan margin

murabahah, ia menemukan ROA, ROE dan NCOM berpengaruh secara parsial

namun variabel OER tidak berpengaruh. Hal ini sejalan dengan penelitian

(Purwaningsih, 2010) yang menemukan signifikansi antara ROA terhadap margin

murabahah. Namun tidak sejalan dengan (Rahma, 2016). Lin Purwaningsih dalam

penelitiannya selain menggunakan variabel ROA ia juga menggunakan variabel

Biaya operasional, Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan suku bungapinjaman bank

konvensional dan target laba. Secara keseluruhan hanya variabel target laba yang

tidak berpengaruhh terhadap margin murabahah.

Kenda Satya dalam penelitiannya menggunakan variabel lain seperti FDR,

BOPO, Inflasi dan tingkat suku bunga (Satya, 2013). Ia menemukan hanya

variabel inflasi dan FDR yang berpengaruh terhadap margin murabahah, hal ini

tidak sejalan dengan penelitian (Zaenuri, 2012) yang menemukan signifikansi

antara BI rate terhadap margin murabahah dan tidak menemukan signifikansi

antara inflasi dengan margin murabahah. Hal tersebut juga tidak sejalan dengan

12
(Fakhrina, 2015) dan (Sari, 2012) yang menemukan pengaruh antara BI rate

dengan margin murabahah. Penelitian yang dilakukan pada bank syariah di Iran

dan Malaysia oleh (Zandi dan Arriffin, 2012) menemukan bahwa dalam

menentukan tingkat margin keuntungan bank syariah di Iran dan Malaysia masih

merujuk pada tingkat suku bunga yang berlaku.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis akan meneliti lebih lanjut dalam

bentuk skripsi dengan judul “Pengaruh ROA, DPK, Inflasi dan BI Rate

Terhadap Margin Pembiayaan Murabahah Perbankan Syariah di Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis

mengemukakan beberapa rumusan masalah penelitian, diantaranya adalah:

1. Bagaimana ROA secara parsial berpengaruh terhadap margin murabahah

Bank Umum Syariah di Indonesia?

2. Bagaimana DPK secara parsial berpengaruh terhadap margin murabahah

Bank Umum Syariah di Indonesia?

3. Bagaimana Inflasi secara parsial berpengaruh terhadap margin murabahah

Bank Umum Syariah di Indonesia?

4. Bagaimana BI rate secara parsial berpengaruh terhadap margin murabahah

Bank Umum Syariah di Indonesia?

5. Apakah ROA, DPK, Inflasi dan BI rate secara simultan berpengaruh terhadap

margin murabahah Bank Umum Syariah di Indonesia?

13
6. Variabel manakah yang paling dominan mempengaruhi margin murabahah

Bank Umum Syariah di Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini mempunyai tujuan

sebagai berikut:

1. Untuk menjelaskan dan mengetahui seberapa besar ROA berpengaruh secara

parsial terhadap margin murabahah Bank Umum Syariah di Indonesia.

2. Untuk menjelaskan dan mengetahui seberapa besarDPK berpengaruh secara

parsial terhadap margin murabahah Bank Umum Syariah di Indonesia.

3. Untuk menjelaskan dan mengetahui seberapa besarInflasi berpengaruh secara

parsial terhadap margin murabahah Bank Umum Syariah di Indonesia.

4. Untuk menjelaskan dan mengetahui seberapa besar BI rate berpengaruh

secara parsial terhadap margin murabahah Bank Umum Syariah di Indonesia.

5. Untuk menjelaskan dan mengetahui seberapa besar ROA, DPK, Inflasi dan

BI rate berpengaruh secara simultan terrhadap margin pembiayaan

murabahah Bank Umum Syariah di Indonesia.

6. Untuk mengetahui variabel manakah yang paling dominan mempengaruhi

margin muranahah Bank Umum Syariah di Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis

14
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk mendapatkan

pengalaman serta wawasan yang lebih mengenai perbankan syariah terutama

pembiayaan murabahah. Penelitian ini juga bermanfaat untuk menginterpretasikan

pengetahuan-pengetahuan serta teori-teori yang telah di pelajari dari bangku

kuliah dan prakteknya untuk bisa diimplementasikan di kehidupan. Penelitian ini

juga diperuntukkan untuk memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Strata 1

(S1).

2. Bagi Dunia Akademik

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi peserta didik di

bangku kuliah untuk kepentingan kegiatan belajar mengajar dan juga bagi peneliti

selanjutnya dengan tema yang sama.

3. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini juga sangat berguna untuk dijadikan bahan pertimbangan

Bank Umum Syariah di Indonesia dalam melakukan pembiayaan murabahah.

Penelitian ini juga berguna bagi bank syariah untuk dijadikan sarana informasi

sebagai pengambilan keputusan investasi melalui pembiayaan murabahah.

4. Bagi Nasabah

Penelitian ini dapat dijadikan sarana informasi bagi para nasabah bank

syariah dalam melakukan pembiayaan murabahah. Dengan informasi yang ada

para nasabah dapat memilih pembiayaan murabahah yang ideal dan kapan waktu

yang tepat dalam melakukan pembiayaan tersebut.

15
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Struktur Modal

Capital structure atau struktur modal menurut (Brigham dan Gapenski),

merupakan proporsi atau perbandingan dalam menentukan pemenuhan kebutuhan

belanja perusahaan, apakah dengan cara menggunakan utang, ekuitas, atau dengan

menerbitkan saham (Rodoni dan Ali, 2014).

Weston dan Copeland (2005) mengatakan bahwa struktur modal adalah

pembiayaan permanen yang terdiri dari utang jangka panjang, saham preferen dan

modal pemegang saham. Sedangkan menurut Bambang Riyanto (1992) struktur

modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan perimbangan antara

utang jangka panjang dengan modal sendiri (Rodoni dan Ali, 2014).

Struktur modal adalah proporsi dalam menentukan pemenuhan kebutuhan

belanja perusahaan, dimana dana yang diperoleh menggunakan kombinasi atau

paduan sumber yang berasal dari dana jangka panjang yang terdiri dari dua

sumber utama, yaitu berasal dari internal dan eksternal perusahaan (Rodoni dan

Ali, 2014).

Struktur modal terbagi pada dua bagian penting, Capital structure (struktur

modal) terdiri dari debt dan equity. Nilai perusahaan didefinisikan sebagai

penjumlahan nilai dari utang dan ekuitas perusahaan (Rodoni dan Ali, 2014).

Untuk mencari nilai perusahaan kita dapat mencarinya dengan rumus sebagai

berikut:

16
V=B+S

Di mana:

V = nilai perusahaan

B = nilai pasar bond (obligasi)

S = nilai pasar stock (saham)

Menurut (Rodoni dan Ali, 2014), permasalahan dalam struktur modal adalah

bagaimana agar perusahaan dapat memadukan komposisi dana permanen yang

digunakan dengan mencari paduan dana yang dapat meminimumkan biaya modal

perusahaan dan dapat memaksimalkan harga saham. Jika perpaduan tersebut dapat

dilakukan maka komposisi sumber pembiayaan yang optimal akan terbentuk.

B. Pembiayaan

Pembiayaan adalah pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi

kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit (Antonio, 2009). Sementara

menurut (Muhammad, 2011), secara luas pembiayaan dapat diartikan sebagai

pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan

baik dilakukan sendiri maupun dijalankan oleh orang lain.

Menurut (Sumiyanto, 2008), pembiayaan adalah aktivitas menyalurkan dana

yang terkumpul kepada anggota pengguna dana, memilih jenis usaha yang akan

dibiayai agar diperoleh jenis usaha yang produktif, menguntungkan dan dikelola

oleh anggota yang jujur dan bertanggung jawab. Sementara menurut (Wiroso,

2011) pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau

tagihan yang dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk

17
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan

imbalan atau bagi hasil.

Rivai dan Veithzal mengatakan bahwa pembiayaan adalah penyediaan uang

atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan dan

kesepakatan pinjam meminjam antara lembaga keuangan dan pihak lain yang

mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu

tertentu (Rivai dan Veithzal, 2008).

Kredit dalam sistem perbankan Islam lebih diartikan dengan pembiayaan.

Dalam sistem pembiayaan ini terdapat beberapa konsep yang diterapkan oleh

bank syariah dalam memberikan modal ataupun kredit bagi nasabah perbankan,

antara lain dengan menggunakan sistem kerjasama atau bagi hasil, sistem

pemberian barang modal dan sistem pemberian barang konsumtif. Kesemuanya

itu menggunakan akad yang disesuaikan dengan akad yang ada dalam hukum fiqh

Islam (Hasan, 2014).

Menururt (Karim, 2013) ,dalam menyalurkan dananya pada nasabah, secara

garis besar produk pembiayaan syariah terbagi ke dalam empat kategori yang

dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu:

1. Prinsip Jual Beli (Ba’i)

Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan

kepemilikan barang atau benda (transfer of property). Tingkat keuntungan bank

ditentukan di depan dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual.

Transaksi jual-beli dibedakan berdasarkan bentuk pembayaran dan waktu

penyerahan barangnya, yakni sebagai berikut:

18
a. Pembiayaan Murabahah

Murabahah (al-bai’bi tsaman ajil) lebih dikenal sebagai murabahah saja.

Murabahah, yang berasal dari kata ribhu (keuntungan), adalah transaksi jual-

beli dimana bank menyebut jumlah keuntungannya. Bank bertindak sebagai

penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli

bank dari pemasok ditambah keuntungan (margin).

b. Pembiayaan Salam

Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang diperjualbelikan

belum ada. Oleh karena itu, barang diserahkan secara tangguh sementara

pembayaran dilakukan tunai. Bank bertindak sebagai pembeli, sementara

nasabah sebagai penjual. Sekilas transaksi ini mirip jual beli ijon, namun

dalam transaksi ini kuantitas, kualitas, harga dan waktu penyerahan barang

harus ditentukan secara pasti.

c. Pembiayaan Istishna’

Produk istishna’ menyerupai produk salam, tapi dalam istishna’

pembayarannya dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa kali (termin)

pembayaran. Skim istishna’ dalam bank syariah umumnya diaplikasikan pada

pembiayaan manufaktur dan konstruksi.

2. Prinsip Sewa (Ijarah)

Transaksi Ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat. Jadi pada dasarnya

prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual-beli, tapi perbedaannya terletak pada

objek transaksinya. Bila pada jual-beli objek transaksinya adalah barang, pada

ijarah objek transaksinya adalah jasa.

19
Pada akhir masa sewa, bank dapat saja menjual barang yang pada nasabah,

karena itu dalam perbankan syariah dikenal ijarah muntahhiya bittamlik (sewa

yang diikuti dengan perpindahannya kepemilikan). Harga sewa dan harga jual

disepakati pada awal perjanjian.

3. Prinsip Bagi-Hasil (Syirkah)

Produk pembiayaan syariah yang didasarkan atas prinsip bagi-hasil adalah

sebagai berikut:

a. Pembiayaan Musyarakah

Transaksi musyarakah dilandasi adanya keinginan para pihak yang bekerja

sama untuk meningkatkan nilai asset yang mereka miliki secara bersama-

sama. Semua bentuk usaha yang melibatkan dua pihak atau lebih dimana

mereka secara bersama-sama memadukan seluruh bentuk sumber daya baik

yang berwujud maupun tidak berwujud.

b. Pembiayaan Mudharabah

Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua belah pihak atau lebih

pihak dimana pemilik modal (shahib al-maal) mempercayakan sejumlah

modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian

keuntungan. Bentuk ini menegaskan kerja sama dalam paduan kontribusi

100% modal kas dari shahib al-maal dan keahlian mudharib.

4. Akad Pelengkap

Untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan, biasanya diperlukan juga

akad pelengkap. Akad pelengkap ini tidak ditujukan untuk mencari keuntungan,

tapi ditujukan untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan.

20
a. Hiwalah (Alih Utang-Piutang)

Tujuan fasilitas hiwalah adalah untuk membantu supplier mendapatkan

modal tunai agar dapat melanjutkan produksinya.

b. Rahn (Gadai)

Tujuan akad rahn adalah untuk memberikan jaminan pembayaran kembali

kepada bank dalam memberikan pembiayaan.

c. Qardh

Qardh adalah pinjaman uang. Aplikasi qardh dalam perbankan biasanya

dalam empat hal, yaitu: sebagai pinjaman talangan haji, sebagai pinjaman

tunai dari produk kartu kredit, sebagai pinjaman kepada pengusaha kecil dan

sebagai pinjaman kepada pengurus bank.

d. Wakalah (Perwakilan)

Wakalah dalam aplikasi perbankan terjadi apabila nasabah memberikan

kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan tertentu,

seperti pembukuan L/C, inkaso dan transfer uang.

e. Kafalah (Garansi Bank)

Garansi bank dapat diberikan dengan tujuan untuk menjamin pembayaran

suatu kewajiban pembayaran.

C. Pembiayaan Murabahah

Menurut (Antonio, 2001), murabahah adalah suatu pembiayaan dengan akad

jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati,

dimana penjual harus member tahu harga produk yang ia beli dan menentukan

21
suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya. Sementara menurut (Djuwaini,

2010), murabahah merupakan salah satu jual beli amanan (atas dasar

kepercayaan), sehingga harga pokok pembelian dan tingkat keuntungan harus

diketahui secara jelas.

Menurut (Karim, 2013) murabahah adalah transaksi jual-beli dimana bank

menyebut jumlah keuntungannya. Bank bertindak sebagai penjual, sementara

nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok

ditambah keuntungan (margin).

Menurut (Siamat, 2004), pembiayaan murabahah adalah perjanjian jual-beli

antara bank dan nasabah dimana bank syariah membeli barang yang diperlukan

oleh nasabah dan kemudian menjualnya kepada nasabah yang bersangkutan

sebesar harga perolehan ditambah dengan margin / keuntungan yang disepakati

antara bank syariah dan nasabah.

Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga

perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Hal

yang membedakan murabahah dengan penjualan yang biasa kita kenal adalah

penjual secara jelas member tahu kepada pembeli berapa harga pokok barang

tersebut dan berapa besar keuntungan yang diinginkannya. Pembeli dan penjual

dapat melakukan tawar-menawar atas besaran margin keuntungan sehingga

akhirnya diperoleh kesepakatan (Nurhayati dan Wasilah, 2013).

Murabahah menurut (Wiroso, 2005) adalah kegiatan terpenting dari jual beli

dan prinsip dengan akad ini mendominasi pendapatan bank di bank syariah. atas

penerimaan angsuran murabahah yang dillakukan secara tunai, maka terdapat

22
aliran kas masuk atas pendapatan margin. Sehingga pendapatan margin

murabahah tersebut merupakan unsur pendapatan operasional bank syariah.

Selanjutnya Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah

juga memberikan definisi tentang murabahah dalam Penjelasan Pasal 19 ayat (1)

huruf D. Menurut Penjelasan Pasal 19 ayat (1) huruf D tersebut, yang dimaksud

dengan akad murabahah adalah Akad Pembiayaan suatu barang dengan

menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan

harga yang lebih sebagai keuntungan yang disepakati.

Sudarsono mengatakan dalam jual beli murabahah penjual menyebutkan

harga pembelian barang kepada pembeli kemudian ia mensyaratkan atas laba

dalam jumlah tertentu (Sudarsono, 2003). Murabahah merupakan suatu bentuk

jual beli yang harus tunduk pada kaidah hukum umum jual beli yang berlaku

dalam Muamalah Islam (Muhammad, 2000). Bank syariah memiliki peranan

intermediasi dimana salah satu kegiatan yang dilakukannya adalah menyalurkan

dana pihak ketiga yang ada kepada para nasabah yang memerlukan pembiayaan

(Karim, 2006).

Kesimpulannya, Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan

perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati yang oleh penjual dan

pembeli. Akad ini merupakan salah satu bentuk natural certainty contract (yakni

memberikan kepastian pembiayaan baik dari segi jumlah maupun waktu, cash

flownya bisa diprediksi dengan relatif pasti, karena sudah disepakati oleh kedua

belah pihak yang bertransaksi di awal akad). Dikategorikan sebagai natural

23
certainty contract karena dalam Murabahah ditentukan berapa requaired rate of

profitnya (besarnya keuntungan yang disepakati) (Karim, 2003).

Menurut Abdullah Saeed, murabahah sebagaimana yang diterapkan dalam

perbankan syariah, pada prinsipnya didasarkan pada dua elemen pokok, yaitu

harga beli serta biaya yang terkait dan kesepakatan atas mark-up. Ciri dasar

kontrak pembiayaan murabahah adalah sebagai berikut (Saeed, 1996):

1. Pembeli harus memiliki pengetahuan tentang biaya-biaya terkait dan harga

pokok barang dan batas mark-up harus ditetapkan dalam bentuk persentase

dari total harga plus biaya-biayanya.

2. Apa yang dijual adalah barang atau komoditas dan dibayar dengan uang.

3. Apa yang diperjualbelikan harus ada dan dimiliki oleh penjual dan penjual

harus mampu menyerahkan barang itu kepada pembeli.

4. Pembayaran ditangguhkan.

Abdullah Saeed juga mengatakan bank-bank syariah pada umumnya

mengadopsi murabahah untuk memberikan pembiayaan jangka pendek kepada

para nasabah guna pembelian barang meskipun mungkin nasabah tidak memiliki

uang untuk membayar. Sejumlah alasan diajukan untuk menjelaskan popularitas

murabahah dalam operasi investasi perbankan syariah, antara lain (Saeed, 1996):

1. Murabahah adalah suatu mekanisme investasi jangka pendek, dan

dibandingkan dengan sistim Profit Loss Sharing (PLS), cukup memudahkan.

2. Mark-up dalam murabahah dapat diterapkan sedemikian rupa sehingga

memastikan bahwa bank dapat memperoleh keuntungan yang sebanding

24
dengan keuntungan bank-bank berbasis bunga yang menjaadi saingan bank-

bank Islam.

3. Murabahah menjauhkan ketidakpastian yang ada pada pendapatan dari

bisnis-bisnis dengan sistim PLS.

4. Murabahah tidak memungkinkan bank-bank Islam untuk mencammpuri

manajemen bisnis, karena bank bukanlah mitra si nasabah, sebab hubungan

mereka dalam murabahah adalah hubungan antara kreditur dan debitur.

Alasan-alasan tersebutlah yang membuat pembiayaan murabahah hingga kini

menjadi pembiayaan yang paling populer dibandingkan pembiayaan-

pembiayaan lain pada bank Islam.

1. Sumber Hukum Akad Murabahah

Al-Quran dan Al-hadits telah mengatur tentang bagaimana cara jual-beli

dengan benar, dimana telah dijelaskan bahwa jual-beli dengan cara hutang piutang

harus ada pencatatannya dan dilarang ada unsur riba di dalamnya. Barang yang

diperjual-belikan juga harus barang yang diperbolehkan dalam Islam.

a. Al-Quran

1) Q.S. An-Nisa (29)

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta

sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang

berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu

membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang

kepadamu”(QS 4:29)

2) Q.S. Al-Ma‟idah (1)

25
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. Dihalalkan

bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (Yang

demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang

mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum

menurut yang dikehendaki-Nya” (QS. 5:1).

3) Q.S. Al-Baqarah (275)

“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri

melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran

(tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah

disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu

sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan

mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan

dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya

apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan

urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil

riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di

dalamnya”(QS. 2:275)

4) Q.S. Al-Baqarah (280)

“Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah

tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau

semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” (QS. 2:280)

5) Q.S. Al-Ma‟idah (2)

26
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi´ar-syi´ar

Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan

(mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-

id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi

Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keridhaan dari Tuhannya

dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah

berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum

karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam,

mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah

kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-

menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu

kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya” (QS. 5:2)

6) Q.S. Al-Baqarah (282)

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu´amalah tidak

secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu

menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu

menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan

menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia

menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa

yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya,

dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang

berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau

dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya

27
mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi

dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua oang lelaki, maka

(boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang

kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang

mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan)

apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu,

baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang

demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan

lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah

mu´amalahmu itu), kecuali jika mu´amalah itu perdagangan tunai yang

kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika)

kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli;

dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu

lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu

kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah

mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. 2:282)

b. Al-Hadits

Dari Abu Sa‟id Al-Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama suka” (HR. Al-

Baihaqi, dan shahih menurut Ibnu Hibban).

Rasulullah SAW bersabda, “Ada tiga hal yang mengandung keberkahan:

jual beli beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah) dan mencampur

28
gandum dengan jewawut untuk keperluan rumah tangga bukan untuk

dijual.” (HR. Ibnu Majah dari Shuhaib).

“Allah mengasihi orang yang memberikan kemudahahn bila ia menjual

dan membeli serta di dalam menagih haknya.” (Dari Abu Hurairah).

“Orang yang melepaskan seorang muslim dari kesulitannya di dunia,

Allah akan melepaskan kesulitannya di hari kiamat; dan Allah senentiasa

menolong hamba Nua selama ia (suka) menolong saudaranya.” (HR.

Muslim).

“Menunda-nunda (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu

menghalalkan harga diri dan pemberian sangsi kepadanya.” (HR. Abu

Dawud, Ibn Majah dan Ahmad).

“Penundaan (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu adalah

suatu kezaliman.” (HR. Bukhari & Muslim).

“Sumpah itu melariskan barang dagangan, akan tetapi menghapus

keberkahannya.” (HR. Al Bukhari).

2. Fatwa DSN MUI Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000

Ketentuan hukum dalam FATWA DSN MUI No. 04/DSN-MUI/IV/2000

Tentang Murabahah ini adalah sebagai berikut :

a. Pertama : Ketentuan Umum Murabahah dalam Bank Syari‟ah:

1) Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba.

2) Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syari‟ah Islam.

3) Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang

telah disepakati kualifikasinya.

29
4) Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri,

dan pembelian ini harus sah dan bebas riba.

5) Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan

pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang.

6) Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan)

dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan

ini Bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada

nasabah berikut biaya yang diperlukan.

7) Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada

jangka waktu tertentu yang telah disepakati.

8) Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad

tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan

nasabah.

9) Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang

dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah

barang, secara prinsip, menjadi milik bank.

b. Kedua : Ketentuan Murabahah kepada Nasabah:

1) Nasabah mengajukan permohonan dan janji pembelian suatu barang

atau aset kepada bank.

2) Jika bank menerima permohonan tersebut, ia harus membeli terlebih

dahulu aset yang dipesannya secara sah dengan pedagang.

3) Bank kemudian menawarkan aset tersebut kepada nasabah dan nasabah

harus menerima (membeli)-nya sesuai dengan janji yang telah

30
disepakatinya, karena secara hukum janji tersebut mengikat; kemudian

kedua belah pihak harus membuat kontrak jual beli.

4) Dalam jual beli ini bank dibolehkan meminta nasabah untuk membayar

uang muka saat menandatangani kesepakatan awal pemesanan.

5) Jika nasabah kemudian menolak membeli barang tersebut, biaya riil

bank harus dibayar dari uang muka tersebut.

6) Jika nilai uang muka kurang dari kerugian yang harus ditanggung oleh

bank, bank dapat meminta kembali sisa kerugiannya kepada nasabah.

7) Jika uang muka memakai kontrak „urbun sebagai alternatif dari uang

muka, maka

a) jika nasabah memutuskan untuk membeli barang tersebut, ia tinggal

membayar sisa harga.

b) jika nasabah batal membeli, uang muka menjadi milik bank

maksimal sebesar kerugian yang ditanggung oleh bank akibat

pembatalan tersebut; dan jika uang muka tidak mencukupi, nasabah

wajib melunasi kekurangannya.

c. Ketiga : Jaminan dalam Murabahah:

1) Jaminan dalam murabahah dibolehkan, agar nasabah serius dengan

pesanannya.

2) Bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan jaminan yang dapat

dipegang.

d. Keempat : Utang dalam Murabahah:

31
Secara prinsip, penyelesaian utang nasabah dalam transaksi murabahah

tidak ada kaitannya dengan transaksi lain yang dilakukan nasabah dengan

pihak ketiga atas barang tersebut. Jika nasabah menjual kembali barang

tersebut dengan keuntungan atau kerugian, ia tetap berkewajiban untuk

menyelesaikan utangnya kepada bank.

1) Jika nasabah menjual barang tersebut sebelum masa angsuran berakhir,

ia tidak wajib segera melunasi seluruh angsurannya.

2) Jika penjualan barang tersebut menyebabkan kerugian, nasabah tetap

harus menyelesaikan utangnya sesuai kesepakatan awal. Ia tidak boleh

memperlambat pembayaran angsuran atau meminta kerugian itu

diperhitungkan.

e. Kelima : Penundaan Pembayaran dalam Murabahah:

1) Nasabah yang memiliki kemampuan tidak dibenarkan menunda

penyelesaian utangnya.

2) Jika nasabah menunda-nunda pembayaran dengan sengaja, atau jika

salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya, maka

penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syari‟ah setelah

tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

f. Keenam : Bangkrut dalam Murabahah:

1) Jika nasabah telah dinyatakan pailit dan gagal menyelesaikan utangnya,

bank harus menunda tagihan utang sampai ia menjadi sanggup kembali,

atau berdasarkan kesepakatan.

32
3. Skema Murabahah

Menurut (Nurhayati dan Wasilah, 2013), ada dua jenis akad murabahah,

yaitu:

a. Murabahah dengan pesanan (murabaha to the purchase order)

Dalam murabahah jenis ini, penjual melakukan pembelian barang setelah

ada pemesanan dari pembeli. Murabahah dengan pesanan dapat bersifat

mengikat atau tidak mengikat pembeli untuk membeli barang yang

dipesannya.

Jika bersifat mengikat, berarti pembeli harus membeli barang yang

dipesannya dan tidak dapat membatalkan pesanannya. Jika aset murabahah

yang telah dibeli oleh penjual, dalam murabahah pesanan mengikat,

mengalami penurunan nilai sebelum diserahkan kepada pembeli maka

penurunan nilai tersebut menjadi bebean penjual dan akan mengurangi nilai

akad.

Gambar 2.1
Murabahah Dengan Pesanan

33
b. Murabahah tanpa pesanan; murabahah jenis ini tidak bersifat mengikat

Gambar 2.2
Murabahah Tanpa Pesanan

Menurut (Karim, 2013) pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai

atau cicilan. Dalam murabahah juga diperkenankan adanya perbedaan dalam

harga barang untuk cara pembayaran yang berbeda. Pembayaran Murabahah

secara tunai atau cicilan:

a. Pembayaran Secara Cicilan

Gambar 2.3
Pembayaran Cicilan

b. Pembayaran Secara Tunai

Gambar 2.4
Pembayaran Tunai

34
c. Skema Murabahah

Gambar 2.5
Skema Murabahah

4. Penetapan Margin Keuntungan

Menentukan margin keuntungan dan nisbah bagi hasil pada bank syariah

harus berlandaskan prinsip-prinsip amanah, sidiq, fathanah dan tabligh (Karim,

2013). Margin keuntungan ditetapkan oleh bank syariah terhadap produk-produk

pembiayaan yang berbasis Natural Certainty Contracts (NCC), yakni akad bisnis

yang memberikan kepastian pembayaran, baik dari segi jumlah (amount) maupun

35
waktu (timing), seperti pembiayaan ijarah, ijarah muntahia bit tamlik, salam,

istishna dan termasuk murabahah (Karim, 2013).

Margin keuntungan adalah presentase tertentu yang ditetapkan per tahun

perhitungan margin keuntungan secara harian, maka jumlah hari dalam setahun

ditetapkan 360 hari, perhitungan margin keuntungan secara bulanan, maka

setahun ditetapkan 12 bulan (Karim, 2013).

a. Referensi Margin Keuntungan

Referensi margin keuntungan adalah margin keuntungan yang ditetapkan

dalam rapat ALCO bank syariah. penetapan margin keuntungan pembiayaan

berdasarkan rekomendasi, usul dan saran dari tim ALCO bank syariah,

dengan mempertimbankan hal berikut: (Karim, 2013)

1) Direct Competitor’s Market Rate (DCMR)

DCMR adalah tingkat margin keuntungan rata-rata perbankan syariah

atau tingkat rata-rata margin dari beberapa bank syariah sebagai

kompetitor langsung.

2) Indirect Competitor’s Market Rate (ICMR)

ICMR adalah tingkat suku bunga rata-rata perbankan konvensional atau

tingkat rata-rata suku bunga beberapa bank konvensional yang menjadi

kompetitor langsung.

3) Expeected Competitive Return for Investors (ECRI)

ECRI adalah target bagi hasil kompetitif yang diharapkan dapat

diberikan kepada dana pihak ketiga.

4) Acquiring Cost

36
Acquiring Cost adalah biaya yang dikeluarkan bank yang langsung

terkait dengan upaya untuk memperoleh dana pihak ketiga.

5) Overhead Cost

Overhead Cost adalah biaya yang dikeluarkan oleh bank yang tidak

langsung terkait dengan upaya untuk memperoleh dana pihak ketiga.

b. Penetapan Harga Jual

Selanjutnya Adiwarman Karim menyebutkan setelah memperoleh

referensi margin keuntungan, bank melakukan penetapan harga jual. Harga

jual adalah penjumlahan harga beli/harga pokok/harga perolehan bank dan

margin keuntungan (Karim, 2013).

( Harga Jual = Referensi Margin + Harga Beli )

c. Pengakuan Angsuran Harga Jual

Menurut (Karim, 2013) angsuran harga jual terdiri dari angsuran harga

pokok dan angsuran margin keuntungan. Pengakuan angsuran dapat dihitung

dengan menggunakan empat metode, yaitu:

1) Margin Keuntungan Menurun

Perhitungan margin ini akan semakin menurun sesuai dengan

menurunnya harga pokok sebagai akibat adanya cicilan/angsuran harga

pokok, jumlah angsuran yang dibayar nasabah setiap bulan semakin

menurun.

2) Margin Keuntungan Rata-rata

Margin keuntungan dalam metode ini akan menurun perhitungannya

secara tetap dan jumlah angsuran dibayar nasabah tetap setiap bulan.

37
3) Margin Keuntungan Flat

Margin keuntungan flat adalah margin keuntungan terhadap nilai harga

pokok pembiayaan secara tetap dari satu periode ke periode lainnya.

4) Margin Keuntungan Annuitas

Metode ini mengasumsikan margin keuntungan yang diperoleh dari

perhitungan secara anuitas. Perhitungan anuitas adalah suatu cara

pengembalian pembiayaan dengan pembayaran angsuran harga pokok dan

margin keuntungan secara tetap.

d. Persyaratan Untuk Perhitungan Margin Keuntungan

Menurut karim dalam menghitung margin keuntungan diperlukan

komponen-komponen yang harus tersedia, yaitu: jenis perhitungan margin

keuntungan, plafond pembiayaan sesuai jenis, jangka waktu pembiayaan,

tingkat margin keuntungan pembiayaan dan pola tagihan atau jatuh tempo

tagihan (Karim, 2013).

5. Perhitungan Margin Keuntungan

Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa dalam menghitung angsuran dapat

dihitung dengan menggunakan metode menurun, rata-rata, flat dan annuitas,

berikut adalah ilustrasi dari keempat metode tersebut: (Karim, 2013).

38
a. Margin Keuntungan Annuitas

Tabel 2.1
Margin Keuntungan Annuitas
Contoh:

- Nasabah dengan plafond, PLFN = Rp.100,000,000.00


- Jangka waktu pembiayaan dalam bulan, JWK = 12, atau 1 tahun
- Margin keuntungan setahun, MRG = 16%
- k = angsuran ke 1,2,3,…,… dan seterusnya.

Maka jadwal angsuran pembiayaan adalah sebagai berikut

- Pencairan 05-03-2000 sejumlah Rp.100,000,000.00

No. Tanggal Pokok Margin


Keuntungan
1 05-04-2000 APPB (1) APPB (12)
2 05-05-2000 APPB (2) AMPB (2)
3 05-06-2000 APPB (3) AMPB (3)
12 05-04-2001 APPB (12) AMPB (12)

Dimana angsuran (k) =

(1+(𝑀𝑅𝐺/12))𝐾−1
APPB (k) = Harga pokok (k) = [ ] x PLFN x (MRG/12)
(1+(𝑀𝑅𝐺/12))𝐽𝐾𝑊−1

(1+(𝑀𝑅𝐺/12))𝐽𝑊𝐾−1
AMPB (k) =Margin keuntungan(k)=[ ]–1 x Harga Pokok (k)
(1+(𝑀𝑅𝐺/12))𝑊−1

Misalkan kita ingin mengetahui angsuran ke-3:

39
Angsuran harga pokok (3) =

1+0.0133 3−1
[ 1+0.0133 12 − 1
] x 100,000,000 x 0.0133 = Rp.7,948,478.09

Angsuran margin keuntungan (3) = Harga pokok + Margin keuntungan

1+0.0133 12
[ 1+0.0133 3−1
-1 ] x 7,948,478.09 = Rp.1,122,447.72

Total angsuran ke (3) = Rp.9,070,925.81

b. Margin Keuntungan Rata-rata

Tabel 2.2
Margin Keuntungan Rata-rata
Contoh:

1. Nasabah dengan plafond, PLFN = Rp.100,000,000.00


2. Jangka waktu pembiayaan dalam bulan JWK = 12, atau 1 tahun
3. Tingkat margin keuntungan setahun, MRG = 16%

Maka jadwal angsuran pembiayaan adalah sebagai berikut:

- Pencairan 05-03-2000 sejumlah Rp.100,000,000.00


- APPB = PLFN/12 (1 tahun – 12 Bulan)
- Margin keuntungan = ((JWK + 1) / 2*JWK)) *PLFN* (MRG/12)

No. Tanggal Pokok Margin Keuntungan


1 05-04-2000 APPB ((JWK+1)/(2*JWK)) *PLFN*
(MRG/12)
2 05-05-2000 APPB ((JWK+1)/(2*JWK)) *PLFN*
(MRG/12)
3 05-06-2000 APPB ((JWK+1)/(2*JWK)) *PLFN*
(MRG/12)
12 05-04-2001 APPB ((JWK+1)/(2*JWK)) *PLFN*
(MRG/12)

Maka rumusnya adalah:

Angsuran (i)
= harga pokok (i) + Margin keuntungan (i), untuk I = 1 s/d JWK

40
Harga Pokok

APPB = 100,000,000/12 = Rp.8,333,333.33

Margin Keuntungan

((JWK+1)/(2*JWK)) *PLFN* (MRG/12)

((12+1)/(2*12)) *100,000,000* (0,16/12) = Rp.720,000.00

Total = Rp.9,053,333.33

c. Margin Keuntungan Menurun

Tabel 2.3
Margin Keuntungan Menurun
Contoh:
1. Nasabah dengan plafond, PLFN = Rp.100,000,000.00
2. Jangka waktu pembiayaan 1 tahun
3. Tingkat margin keuntungan setahun, MRG = 16%

Maka jadwal angsuran pembiayaan adalah sebagai berikut:

- Angsuran harga pokok per bulan, APBN = (PLFN/12) = Rp.8,333,333.33


- Pencairan 05-03-2000

No. Tanggal Pokok Margin Keuntungan


1 05-04-2000 APPB ((PLFN-((No-1)*APPB))*MRG/12
2 05-05-2000 APPB ((PLFN-((No-1)*APPB))*MRG/12
3 05-06-2000 APPB ((PLFN-((No-1)*APPB))*MRG/12
12 05-04-2001 APPB ((PLFN-((No-1)*APPB))*MRG/12

Jadi untuk menghitung angsuran ke 2 maka:


APPB = Pokok = 8,333,333.33
((PLFN-((No-1)*APPB))*MRG/12 = Margin Keuntungan
((100,000,000-((2-1)*8,333,333.33))*0.16/12 = Rp.1,222,222.22

Angsuran (2)
Angsuran Harga Pokok + Angsuran Margin Keuntungan
Rp.8,333,333.33 + Rp.1,222,222.22 =Rp.9,555,555.55
Dan seterusnya sampai angsuran selesai

41
d. Margin Keuntungan Angsuran Flat

Tabel 2.4
Margin Keuntungan Flat
Contoh:
- Nasabah dengan plafond, PLFN = Rp.100,000,000.00
- Jangka waktu pembiayaan dalam bulan, JWK = 12, atau 1 tahun
- Tingkat margin keuntungan setahun, MRG = 16%
- k = angsuran ke 1,2,3…,… dan seterusnya.

Maka jadwal angsuran pembiayaan adalah sebagai berikut:

- pencairan 05-03-2000 sejumlah Rp.100,000,000.00


- APPB(k) = Harga pokok(k) = PLFN/JWK
- APMB(k) = Margin keuntungan(k) = (PLFN/JWK) * (MRG/12)
Maka angsuran ke 5:

Angsuran harga = (100,000,000/12) = Rp.8,333,333.33


pokok(5)
Angsuran margin =(100,000,000/12)*(0.16/12) = Rp.444,444.44
keuntungan (5)
Total Rp.8,777,777.77

D. Return on Asset (ROA)

Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengukur pengembalian (laba)

setelah bunga dan pajak atas total aktiva. Hasil pengembalian total aktiva atau

total investasi menunjukan kinerja manajemen dalam menggunakan aktiva

perusahaan untuk menghasilkan laba. Hasil pengembalian ini dapat dibandingkan

42
dengan penggunaan alternatif dari dana tersebut. Sebagai salah satu ukuran

keefektifan, maka semakin tinggi hasil pengembalian, semakin efektiflah

perusahaan (Astuti, 2004).

ROA adalah perbandingan antara pendapatan bersih (Net Income) dengan

rata-rata aktiva (Average Assets). Keuntungan bagi paara pemilik bank merupakan

hasil dari tinggkat keuntungan (Profitability) dan tingkat laverage yang dapat

dipakai.

Menurut (Arifin, 2006) terdapat 2 (dua) rasio yang biasanya dipakai untuk

mengukur kinerja bank. Salah satunya yaitu rasio Return on Assets (ROA). ROA

adalah perbandingan antara pendapatan bersih (net income) dengan rata-rata

(average assets). Keuntungan (profitability) dan tingkat laverage yang dapat

dipakai.

Semakin tinggi nilai rasio Return On Asset (ROA) maka diasumsikan semakin

baik kinerja bank dalam mengelola ekuitasnya. Secara umum belum ada batasan

minimal ROA ini dianggap baik, namun untuk melihat Return On Asset suatu

bank dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut:

Laba Sebelum Pajak


𝑅𝑂𝐴 = x 100%
Rata −rata Total aset

Menurut Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.14/18/PBI/2012 klasifikasi

tingkat ROA adalah sebagai berikut:

Tabel 2.5
Klasifikasi Tingkat ROA Menurut BI
Tingkat ROA Predikat
Diatas 1,22% Sehat
0,99% - 1,22% Cukup Sehat
0,77% - 0,99% Kurang Sehat
Dibawah 0,77% Tidak Sehat

43
Sumber: www.bi.go.id

Berdasarkan tabel 2.5, semakin besar ROA suatu bank maka semakin besar

pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula

penggunaan aset yang dimiliki untuk mencetak laba.

E. Dana Pihak Ketiga (DPK)

Penghimpunan dana masyarakat yang dilakukan oleh bank yang biasa disebut

Dana Pihak Ketiga (DPK) merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan

operasional bank. Dana pihak ketiga ini relative lebih mudah dan dominan asalkan

dapat memberikan bunga dan fasilitas yang menarik bagi masyarakat (Kasmir,

2002).

Dana pihak ketiga adalah dana yang dihimpun oleh perusahaan yang berasal

dari masyarakat, dalam arti masyarakat sebagai individu, perusahaan, pemerintah,

rumah tangga, koperasi, yayasan dan lain-lain (Rodoni, 2009).

Bahwasanya bank umum kegiatan usahanya menghimpun dana masyarakat

dapat menyelenggarakan rekening giro (demand deposit). Artinya, fungsi setoran

dari bank timbul jika nasabah bank menyetorkan uang tunai atau cek-cek ke bank.

Dengan demikian, semakin banyak nasabah bank melakukan setoran, semakin

besar persediaan uang tersebut dalam jumlah tertentu dapat digunakan oleh bank

untuk memberikan pinjaman kepada nasabah atau masyarakat yang

membutuhkannya (Aziz, 2010).

44
Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi proses pertumbuhan ekonomi

adalah pembentukan modal, dimana sumber pengarahan modal dalam negeri yang

dapat digunakan untuk pembiayaan pebangunan, salah satunya berasal dari

tabungan masyarakat. Tabungan sukarela berperan penting dalam pertumbuhan

ekonomi dimana tabungan dianggap bagian yang tidak terpisahkan dengan

berlangsungnya revolusi industri.

Menurut (Ismail, 2010) Dana Pihak Ketiga biasanya lebih dikenal dengan

dana masyarakat, merupakan dana yang dihimpun oleh bank yang berasal dari

masyarakat meliputi masyarakat individu, maupun usaha, antara lain:

1. Giro

Giro adalah bentuk simpanan nasabah yang tidak diberikan bagi hasil, dan

pengambilan dananya menggunakan cek, biasanya digunakan oleh perusahaan

atau yayasan dan atau bentuk badan hukum lainnya dalam proses keuangan

mereka. Dalam giro meskipun pihak bank tidak memberikan bagi hasil, namun

pihak bank berhak memberikan bonus kepada nasabah yang besarnya tidak

ditentukan di awal tergantung kepada kebijakan bank.

2. Tabungan

Menurut Undang-Undang Perbankan Syariah Nomor 21 Tahun 2008,

tabungan adalah simpanan berdasarkan akad wadi’ah atau investasi dana

berdasarkan mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip

syariah yang penarikannya dapat dilakukan menurut syarat dan ketentuan tertentu

yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, atau alat lainnya

yang dipersamakan dengan itu.

45
Tabungan adalah bentuk simpanan nasabah yang bersifat likuid, hal ini

memberikan arti produk ini dapat diambil sewaktu-waktu apabila nasabah

membutuhkan, namun bagi hasil yang ditawarkan kepada nasabah penabung kecil.

Akan tetapi jenis penghimpunan dana tabungan merupakan produk penghimpunan

yang lebih minimal biaya bagi pihak bank karena bagi hasil yang ditawarkannya

pun kecil namun biasanya jumlah nasabah yang menggunakan tabunga lebih

banyak daripada produk penghimpunan yang lain.

3. Deposito

Deposito adalah bentuk simpanan nasabah yang mempunyai jumlah minimal

tertentu, jangka waktu tertentu dan bagi hasilnya lebih tinggi daripada tabungan.

Nasabah membuka deposito dengan jumlah minimal tertentu dengan jangka waktu

yang telah disepakati, sehingga nasabah tidak dapat mencairkan dananya sebelum

jatuh tempo yang telah disepakati, akan tetapi bagi hasil yang ditawarkan jau lebih

tinggi daripada tabungan biasa maupun tabungan berencana (Al-Arif, 2012).

F. Inflasi

Secara teori inflasi berpengaruh terhadap dunia perbankan sebagai salah satu

institusi keuangan. Sebagai lembaga yang fungsi utamanya sebagai mediasi, bank

sangat renntan dengan resiko inflasi terkait dengan mobilitas dananya (Rivai,dan

Andria 2009). Secara umum inflasi berarti kenaikan tingkat harga secara umum

dari barang/komoditas dan jasa selama suatu periode tertentu (Karim, 2008.).

1. Karakteristik Inflasi

46
Menurut (Rahardja dan Manurung, 2005), iInflasi adalah kenaikan harga

barang-barang yang bersifat umum dan terus-menerus. Dari definisi ini, ada tiga

komponen yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan telah terjadi inflasi:

a. Kenaikan harga

Harga suatu komoditas dikatakan naik jika menjadi lebih tinggi daaripada

harga periode sebelumnya. Misalnya, harga sabun mandi 80 gram per unit

kemarin adalah Rp 1.000,00. Hari ini menajadi Rp 1.100,00. Berarti harga

sabun per unit hari ini Rp 100,00 lebih mahal dibanding harga kemarin. Dapat

dikatakan telah terjadi kenaikan harga sabun. Perbandingan tingkat harga bisa

dilakukan dengan jaarak waktu yang lebih panjang: seminggu, sebulan,

triwulan dan setahun.

Perbandingan harga juga bisa dilakukan berdasarkan patokan musim.

Misalnya, pada musim paceklik harga beras bisa mencapai Rp 3000,00 per

kilogram. Sebab harga gabah telah naik. Tetapi di musim panen, harganya

dapat lebih murah, karena harga gabah juga biasanya lebih murah. Dengan

demikian, dapat dikatakan pada musim paceklik selalu terjadi kenaikan harga

beras.

b. Bersifat Umum

Kenaikan harga suatu komoditas belum dapat dikatakan inflasi jika

kenaikan tersebut tidak menyebabkan harga-harga secara umum naik. Harga

buah mangga harum manis di Jakarta, jika belum musimnya dapat mencapai

Rp 10.000,00 per kilogram. Tetapi jika sudah musimnya, sekitar akhir tahun,

dapat dibeli hanya dengan harga Rp 4.000,00 – 5.000,00 per kilogram. Jadi

47
harga mangga pada periode-priode tertentu akan mengalami kenaikan dua

sampai tiga kali lipat. Tetapi kenaikan harga mangga yang sangat tajam

tersebut tidak menimbulkan inflasi, karena harga-harga komoditas lain tidak

naik. Mangga harum manis bukanlah komoditas pokok, sehingga tidak

memiliki dampak besar terhadap stabilitas harga.

Ceritanya akan lain jika yang naik adalah harga bahan bakar minyak

(BBM). Pengalaman Indonesia menunjukan setiap pemerintah menaikan

harga BBM, harga-harga komoditas lain turut naik. Karena BBM merupakan

komoditas strategis, maka kenaikan harga BBM akan merambat kepada

kenaikan harga komoditas yang lain.

Jika harga mangga harum manis naik, harga BBM belum tentu naik.

Tetapi jika harga BBM naik, harga mangga harum manis di Jakarta pasti naik.

Sebab, biaya transportasinya naik. Kenaikan harga BBM juga membuat harga

jual produk-produk industri, khususnya kebutuhan pokok, merambat naik.

Sebab biaya operasional untuk menjalankan mesin-mesin pabrik menjadi

lebih mahal. Bahkan, kenaikan harga BBM akan mengundang kaum buruh

menuntut kenaikan upah harian, untuk memelihara daya daya beli mereka.

c. Berlangsung Terus-Menerus

Kenaikan harga yang bersifat umum juga belum akan memunculkan

inflasi, jika terjadinya hanya sesaat. Karena itu perhitungan inflasi dilakukan

dalam rentang waktu minimal bulanan. Sebab dalam sebulan akan terlihat

apakahh kenaikan harga bersifat umum dan terus-menerus. Rentang waktu

yang lebih panjang adalah triwulan dan tahunan. Jika pemerintah melaporkan

48
bahwa inflasi tahun ini adalah 10%, berarti akumulasi inflasi adalah 10% per

tahun. Inflasi triwulan rata-rata 2,5% (10%:4), sedangkan inflasi bulanan

sekitar 0,83% (10%:12).

Sementara menurut (Putong, 2003) inflasi adalah naiknya harga-harga

komoditi secara umum yang disebabkan oleh tidak singkronnya antara

program pengadaan komoditi (produksi, penentuan harga, pencetakan

uang dan sebagainya) dengan tingkat pendapatan yang dimiliki oleh

masyarakat.

2. Efek Inflasi Terhadap Investasi

Inflasi merupakan presentasi kecepatan kenaikan harga-harga dalam suatu

tahun tertentu. Atau dengan kata lain, adanya penurunan dari nilai mata uang yang

berlaku. (Sukirno, 2000) menyatakan ada 3 akibat penting dari inflasi yang terkait

dengan investasi, yaitu:

a. Inflasi menimbulkan penanaman modal secara spekulatif

Dalam hal ini pemilik modal cenderung menggunakan uangnya untuk

investasi yang bersifat spekulatif. Mereka menganggap membeli rumah atau

menyimpan barang berharga lebih menguntungkan daripada investasi pada

sektor produktif.

b. Tingkat bunga meningkat sehingga mengurangi investasi

Untuk menghindari penurunan dari nilai modal yang dipinjamkan. Makin

tinggi tingkat inflasi maka makin tinggi pula tingkat bunganya. Tingkat bunga

yang tinggi akan mengurangi kemauan pemilik modal untuk mengembangkan

sektor-sektor produktif. Apabila dikaitkan dengan profitabilitas bank, maka

49
dengan rendahnya investasi maka investor juga akan mengurangi hutang di

bank sehingga menurunkan profitabilitas bank.

c. Menimbulkan ketidakpastian ekonomi suatu Negara di masa yang akan

datang

Rentannya ekonomi suatu Negara akan berakibat minimnya investor yang

akan masuk dan investasi di Negara tersebut. Para investor akan berfikir lagi

untuk berinvestasi di Negara yang bersangkutan.

Terdapat macam-macam ukuran tingkat inflasi, macam-macam ukuran

inflasi, menurut (Atmadja, 1999), yaitu:

Tabel 2.6
Tingkat Inflasi
No Nama Inflasi Tingkat Inflasi
1 Inflasi ringan dibawah 10% (single digit)
2 Inflasi sedang 10% - 30%
3 Inflasi tinggi 30% - 100%
4 Hyperinflation lebih dari 100%

Laju inflasi tersebut bukanlah suatu standar yang secara mutlak dapat

mengindikasikan parah tidaknya dampak inflasi bagi perekonomian di suatu

wilayah tertentu, sebab hal itu sangat bergantung pada berapa bagian dan

golongan masyarakat manakah yang terkena imbas (yang menderita) dari inflasi

yang sedang terjadi.

G. BI Rate

Menurut McConell Brue, yang dimaksud dengan suku bunga adalah harga

yang dibayarkan untuk penggunaan uang. Ini merupakan harga yang harus

peminjam bayar kepada pemberi pinjaman untuk mentransfer daya beli di masa

50
depan (McConnell, 2008). Long mengartikan suku bunga sebagai harga dimana

daya beli dapat bergeser dari masa depan ke masa kini dipinjam hari ini dengan

janji untuk membayar kembali dengan bunga di masa depan (Long, 2002).

Colander mengungkapkan bahwa suku bunga adalah harga yang dibayarkan

untuk pemakaian atau penggunaan aset keuangan. Ketika deposan menyetorkan

sejummlah dana ke dalam account atau tabungan, bank membayarkan bunga

kepada deposan untuk menggunakan atau menyalurkan dana deposan tersebut

(Colander, 2004).

Sedangkan Judisseno mengungkapkan bahwa suku bunga adalah penghasilan

yang diperoleh orang-orang yang memberikan kelebihan uangnya untuk

digunakan sementara waktu oleh orang-orang yang membutuhkan dan

mmenggunakan uang tersebut untuk menutupi kekurangannya (Judisseno, 2005).

Di Indonesia, suku bunga ditetapkan oleh Bank Sentral yaitu Bank Indonesia

yang lebih dikenal dengan istilah BI rate. BI rate adalah suku bunga kebijakan

yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh BI

dan diumumkan kepada publik. BI rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank

Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada

operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas

(liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional

kebijakan moneter. BI rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan

sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan

diumumkan kepada publik (www.bi.go.id).

51
(Muhammad, 2005) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

besarnya mark-up adalah kebutuhan bank syariah untuk memperoleh keuntungan

riil, inflasi, suku bunga berjalan, kebijakan moneter dan marketabilitas barang-

barang murabahah serta tingkat laba yang diharapkan dari barang-barang

tersebut. Menurut (Puspopranoto, 2004) BI rate adalah suku bunga dengan tenor

satu bulan yang diumumkan oleh bank Indonesia secara periodik untuk jangka

waktu tertentu yang berfungsi sebagai sinyal atau stance kebijakan moneter.

Sedangkan menurut kamus bank Indonesia, BI rate adalah suku bunga kebijakan

yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh

bank Indonesia dan diumumkan kepada publik.

BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat

Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang

dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management)

di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter. Sasaran

operasional kebijakan moneter dicerminkan pada perkembangan suku bunga Pasar

Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N).

Pergerakan di suku bunga PUAB ini diharapkan akan diikuti oleh

perkembangan di suku bunga deposito, dan pada gilirannya suku bunga kredit

perbankan. Dengan mempertimbangkan pula faktor-faktor lain dalam

perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI Rate apabila

inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan,

sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila inflasi ke depan

diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan (www.bi.go.id).

52
H. Penelitian Sebelumnya

Penelitian yang dilakukan oleh (Rahma, 2016) dengan judul penelitian Faktor-

Faktor Yang Mempengaruhi Margin Murabahah Bank Syariah Di Indonesia

dengan menggunakan 11 sampel bank syariah, menemukan bahwa variabel ROA,

biaya overhead dan pembiayaan tidak beroengaruh terhadap margin murabahah

secara parsial, namun variabel bagi hasil DPK berpengaruh terhadap margin

murabahah secara parsial.

Fakhrina (2015) mencoba meneliti pengaruh dari suku bunga konvensional

dan deposito bank konvensional terhadap margin murabahah bank syariah, ia

menemukan bahwa margin murabahah di Indonesia dipengaruhi oleh kedua

faktor tersebut. Hal tersebut mengindikasikan bahwa bank syariah belum bisa

melepaskan diri dari pengaruh sistem bunga yang memang mendominasi dunia

perbankan di Indonesia.

Penelitian yang dilakukan oleh satya (2013) dengan judul Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Penetapan Margin Murabahah Pembiayaan Konsumtif di Bank

Kaltim Syariah menunjukan hasil penelitian bahwa Variabel FDR, BOPO, Inflasi

dan tingkat suku bunga secara simultan berpengaruh signifikan terhadap margin

murabahah. Variabel FDR dan inflasi secara parsial berpengaruh signifikan

terhadap margin murabahah, sementara BOPO dan suku bunga tidak berpengaruh

secara parsial. Variabel yang paling dominan dalam penelitian ini adalah inflasi

kerena beta Inflasi > dari nilai beta FDR, BOPO, dan tingkat suku bunga

53
Penelitian (Izzuddin, 2013) dengan judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Pendapatan Margin Pembiayaan Murabahah (Studi Kasus Pada BRI Syariah dan

Bank Mega Syariah) menunjukan bahwa DPK, biaya overhead, NPF, BI rate dan

inflasi berpengaruh secara simultan terhadap margin pembiayaan murabahah.Dari

pengujian secara parsial variabel DPK berpengaruh negatif tidak signifikan

terhadap margin pendapatan murabahah dengan tingkat sig. t sebesar 0.378.

Variabel biaya overhead berpengaruh positif signifikan terhadap margin

murabahah dengan tingkat sig. t sebesar 0.000. Variabel NPF berpengaruh negatif

tidak signifikan terhadap margin pendapatan murabahah dengan tingkat sig. t

sebesar 0.415. Variabel BI rate berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap

margin pendapatan murabahah dengan tingkat sig. t sebesar 0.643. Variabel

inflasi berpengaruh negatif tidak siginifikan terhadap margin pendapatan

murabahah dengan tingkat sig. t sebesar 0.563..

Penelitian yang dilakukan (Sari, 2012) dengan judul Pengaruh Pembiayaan

Murabahah dan Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia terhadap Pendapatan

Margin Murabahah pada PT Bank Syariah Mandiri, menemukan bahwa R Square

sebesar 85,4% dan secara simultan variabel pembiayaan murabahah dan suku

bunga BI berpengaruh signifkan. Secara parsial pembiayaan murabahah

berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan margin murabahah dengan

tingkat signifikasi sebesar 0,000, sementara tingkat suku bunga Bank Indonesia

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan margin murabahah pada

PT. Bank Syariah Mandiri dengan tingkat signifikasi sebesar 0,827.

54
Penelitian (Zaenuri, 2012) dengan judul Analisis Pengaruh Variabel Biaya

Operasional, Volume Pembiayaan Murabahah, Bagi Hasil DPK, Inflasi dan BI

Rate terhadap Margin Murabahah (Studi Kasus pada PT Bank BRISyariah)

menemukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dan positif antara biaya

operasional dan bagi hasil DPK dengan margin murabahah. Selain itu variabel

lainnya yaitu volume pembiayaan murabahah dan BI rate (suku bunga) juga

memiliki signifikasi meskipun berhubungan negatif dengan margin murabahah.

Adapun inflasi regional tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap margin

murabahah.

Penelitian yang dilakukan (Purwaningsih, 2010) dengan judul Analisis Faktor

Eksternal dan Faktor Internal yang Mempengaruhi Margin Pembiayaan

Murabahah (Studi kasus pada PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk.), menunjukkan

biaya operasional, Return on Assets (ROA), Sertifikat Bank Indonesia (SBI), suku

bunga pinjaman bank konvensional/Basel Lending Rate secara signifikan

mempengaruhi margin murabahah. Sedangkan profit target tidak berpengaruh

signifikan terhadap margin pembiayaan murabahah.

Penelitian yang dilakukan di luar Indonesia tentang murabahah juga telah

dilakukan oleh peneliti terdahulu. (Pisol dkk, 2012) menemukan bahwa bank

syariah di Malaysia dalam menentukan tingkat margin keuntungan pembiayaan

murabahah mempertimbangkan dana yang terhimpun oleh bank (cos of fund),

biaya overhead serta risk premium. Sementara (Zandi dan Ariffin) menemukan

bank syariah di Iran dan Malaysia masih menggunakan suku bunga dalam

menentukan tingkat margin yang diinginkan bank dalam pembiayaan murabahah.

55
56
Tabel 2.7
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Variabel Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian
Penelitian
1 Yusro Faktor- ROA, biaya  Sampel  Menggunak Secara simultan
Rahma, Faktor overhead, yang an regresi variabel ROA,
(2016) Yang pembiayaan digunakan berganda biaya overhead,
Mempengar dan bagi BUS  Periode pembiayaan dan
uhi Margin hasil DPK  Variabel 2011 – bagi hasil DPK
Murabahah yang 2013 berpengaruh
Bank digunakan  Variabel terhadap margin
Syariah Di ROA dan yang murabahah.
Indonesia DPK digunakan Secara parsial
biaya hanya variabel
overhead DPK yang
dan mempengaruhi
pembiayaan terhadap margin
murabahah,
sementara ROA,
biaya overhead
dan pembiayaan
tidak
berpengaruh
secara parsial
terhadap margin
murabahah.
2 Agus Pengaruh Suku bunga  Sampel  Menggunak Secara simultan
Fakhrina, Suku kredit (BI yang an regresi suku bunga bank
(2015) Bunga rate), Suku digunakan berganda konvensional
Kredit Dan bunga BUS  Periode dan depposito
Deposito deposito  Variabel 2011 – bank
Bank dan margin yang 2014 konvensional
Konvension murabahah digunakan  Variabel berpengaruh
al Terhadap BI rate yang terhadap margin
Margin digunakan murabahah.
Pembiayaan suku bunga Secara parsial
Murabahah deposito BI rate dan
Bank Deposito bank
Syariah Di konvensional
Indonesia berpengaruh
secara signifikan
terhadap margin
murabahah
bank syariah di
Indonesia.

57
Tabel 2.7
Ringkasan Penelitian Terdahulu (lanjutan)
No Peneliti Judul Variabel Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian
Penelitian
3 Kenda Faktor- FDR,  Variabel  Menggunak Penelitian
Satya, Faktor yang BOPO, yang an regresi menemukan
(2013) Mempengar Inflasi dan digunakan berganda pengaruh yang
uhi tingkat suku inflasi dan  Periode signifikan secara
Penetapan bunga BI rate 2009 – simultan antara
Margin 2012 FDR, BOPO,
Murabahah  Sampel inflasi dan BI
Pembiayaan yang rate terhadap
Konsumtif digunakan margin
di Bank UUS murabahah,
Kaltim  Variabel sementara
Syariah yang secara parsial
digunakan hanya inflasi
FDR dan dan FDR yang
BOPO berpengaruh
secara
signifikan.
Variabel yang
paling dominan
dalam
mempengaruhi
margin
murabahah
adalah variabel
inflasi.
4 Muham Faktor- DPK, biaya  Sampel  Menggunak DPK, NPF, BI
mad Faktor yang overhead, yang an regresi rate dan inflasi
Izzuddin Mempengar NPF, BI digunakan berganda tidak
Kurnia, uhi rate ,inflasi BUS  Periode berpengaruh
(2013) Pendapatan dan margin  Variabel 2009 – signifikan
Margin pembiayaan yang 2012 terhadap margin
Pembiayaan murabahah. digunakan  Variabel pendapatan
Murabahah DPK, yang murabahah.
(Studi inflasi dan digunakan Biaya overhead
Kasus Pada BI rate biaya berpengaruh
BRI overhead signifikan
Syariah dan dan NPF terhadap margin
Bank Mega murabahah.
Syariah) Secara simultan
variabel DPK,
biaya overhead,
NPF, BI rate

58
Tabel 2.7
Ringkasan Penelitian Terdahulu (lanjutan)
No Peneliti Judul Variabel Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian
Penelitian
dan inflasi
berpengaruh
terhadap margin
murabahah.
5 Liana Pengaruh Pembiayaan  Sampel  Menggunak Secara simultan
Purnama Pembiayaan Murabahah, yang an regresi variabel
Sari, Murabahah Tingkat digunakan linier pembiayaan
(2012) dan Tingkat Suku Bunga BUS berganda murabahah dan
Suku Bank  Variabel  Periode suku bunga BI
Bunga BI Indonesia yang 2009 – berpengaruh
terhadap dan digunakan 2012 signifkan.
Pendapatan pendapatan BI rate  Variabel Secara parsial
Margin margin yang pembiayaan
Murabahah murabahah digunakan murabahah
pada PT pembiayaan berpengaruh
Bank murabahah secara signifikan
Syariah terhadap
Mandiri pendapatan
margin
murabahah,
sementara
tingkat suku
bunga Bank
Indonesia tidak
berpengaruh
secara signifikan
terhadap
pendapatan
margin
murabahah.
6 Fikri Pengaruh Margin  Sampel  Periode Biaya
Zaenuri, Variabel Murabahah, yang 2009 – operasional dan
(2012) Biaya biaya digunakan 2011 bagi hasil DPK
Operasional Operasional BUS  Variabel mempengaruhi
, Volume , Volume  Menggunak yang margin
Pembiayaan Pembiayaan an regresi digunakan murabahah
Murabahah Murabahah, data panel biaya secara
, Bagi Hasil Bagi Hasil  Variabel operasional signifikan dan.
DPK, DPK, yang dan volume Volume
Inflasi dan Inflasi dan digunakan pembiayaan pembiayaan
BI Rate BI Rate DPK, murabahah. murabahah dan
terhadap Inflasi dan BI rate

59
Tabel 2.7
Ringkasan Penelitian Terdahulu (lanjutan)
No Peneliti Judul Variabel Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian
Penelitian
Margin mempengaruhi
Murabahah margin
(BRI murabahah
Syariah) secara
signifikan.
Inflasi tidak
memiliki
signifikansi
terhadap margin
murabahah.
7 Achmad Analisis ROA, ROE,  Sampel  Menggunak Secara simultan
Nurdany Pengaruh Net Core yang an regresi semua variabel
(2012) Rasio Operatinal digunakan linier independen
Keuangan Margin BUS berganda berpengaruh
Rentabilitas (NCOM),  Variabel  Periode terhadap
Terhadap Operational yang 2005 – variabel
Pendapatan Efficiency digunakan 2012 dependen,
Margin Ratio ROA  Variabel secara parsial
Murabahah (OER) yang ROA, ROE,
Bank digunakan NCOM
Syariah ROE, berpengaruh
(Studi NCOM dan terhadap
Kasus Pada OER pendapatan
Pt. Bank margin
Mega murabahah.
Syariah Sementara OER
Periode tidak
2005-2012) berpengaruh
secara parsial.
8 Gholamr Some Issues Pembiayaan  Sampel  Menggunak Praktek
eza on Murabahah yang an metode murabahah pada
Zandi & Murabahah digunakan penelitian bank Islam di
Noraini Practices in BUS deskriptif Iran dan
Mohd. Iran and Malaysia masih
Ariffin Malaysian menggunakan
Islamic suku bunga
Banks pasar dalam
menentukan
tingkat
kauntungan
yang diinginkan
dari murabahah

60
Tabel 2.7
Ringkasan Penelitian Terdahulu (lanjutan)
No Peneliti Judul Variabel Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian
Penelitian
9 M. Pisol Sharia Cost of  Sampel  Menggunak Di Malaysia,
dkk. Views on fund, yang an metode dalam
(2012) the overhead digunakan penelitian menentukan
Component cost, banks BUS komparatif tingkat margin
s of Profit profit keuntungan
Rate in Al- margin dan pada murabahah
Murabahah risk mempertimbang
Asset premium kan beberapa
Financing cost faktor yaitu Cost
in of fund (dana
Malaysian yang
Islamic terhimpun),
Bank overhead cost
(biaya
operasional),
keuntungan
margin yang
diinginkan bank
dan risk
premium cost.
10 Lin Analisis Biaya  Sampel  Menggunak Biaya
Purwani Faktor operasional, yang an regresi operasional,
ngsih, Eksternal (ROA), digunakan linier Return on Assets
(2010) dan Faktor (SBI), suku BUS berganda (ROA),
Internal bunga  Variabel  Periode Sertifikat Bank
yang pinjaman yang 2000 – Indonesia (SBI),
Mempengar bank digunakan 2009 suku bunga
uhi Margin konvension ROA dan  Variabel pinjaman bank
Pembiayaan al, profit BI rate yang konvensional/Ba
Murabahah target dan digunakan sel Lending Rate
(PT. Bank margin biaya secara signifikan
Muamalat murabahah operasional mempengaruhi
Tbk.) dan SBI margin
murabahah.
Sedangkan
profit target
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap margin
pembiayaan
murabahah.

61
I. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini menganalisis pengaruh dari internal bank seperti rasio keuangan

bank ROAdan DPK yang terhimpun serta pengaruh dari eksternal bank yaitu

kondisi ekonomi makro yaitu inflasi dan BI rate terhadap margin murabahah.

Maka kerangka dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.6 sebagai

berikut:

Gambar 2.6
Kerangka Pemikiran Penelitian
Objek Penelitian

Margin Murabahah ROA, DPK, Inflasi dan


BIrate

Metode Estimasi Data


Panel

Common Effect Fixed Effect Random Effect

Pemilihan Model Regresi


Panel

Uji Chow Uji Lagrange Multiplier Uji Hausman

Uji Signifikasi

Uji F Uji t Adjusted R2

Interpretasi

62
J. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis

Good dan Scates (1954) dalam (Suharyadi dan Purwanto, 2008) menyatakan

bahwa hipotesis adalah sebuah dugaan atau referensi yang dirumuskan serta

diterima untuk sementara yang dapat menerangkan fakta-fakta yang diamati dan

digunakan sebagai petunjuk dalam pengambilan keputusan.

Sedangkan Kerlinger (1973) dalam (Suharyadi dan Purwanto, 2008)

mendefinisikan hipotesis sebagai pernyataan yang bersifat dugaan dari hubungan

antara kedua variabel atau lebih variabel.

Sesuai dengan kerangka pemikiran dan untuk memberi arah pada proses

penelitian ini, maka hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut:

1. Return on Asset (ROA) digunakan untuk mengukur pengembalian (laba)

setelah bunga dan pajak atas total aktiva. Hasil pengembalian total aktiva

atau total investasi menunjukan kinerja manajemen dalam menggunakan

aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba. Hasil pengembalian ini dapat

dibandingkan dengan penggunaan alternatif dari dana tersebut. Sebagai

salah satu ukuran keefektifan, maka semakin tinggi hasil pengembalian,

semakin efektiflah perusahaan (Astuti, 2004). Investasi Bank Syariah

mayoritas untuk pembiayaan murabahah untuk mendapatkan laba yang

maksimal demi membuat ROA yang sehat maka margin murabahah yang

diberikan oleh pihak manajemen akan memperhatikan ROA bank tersebut

di waktu yang sama.

63
Penelitian yang dilakukan (Purwaningsih, 2010) menemukan signifikasi

antara ROA dan margin murabahah, sementara penelitian yang dilakukan

(Rahma, 2016) tidak menemukan signifikasi diantara variabel tersebut.

Berdasarkan pemikiran teoritis dan studi empiris yang pernah dilakukan

dengan penilitian di bidang ini, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai

berikut:

H0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara ROA terhadap

margin murabahah

Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara ROA terhadap margin

murabahah

2. Dana pihak ketiga adalah dana yang dihimpun oleh perusahaan yang

berasal dari masyarakat, dalam arti masyarakat sebagai individu,

perusahaan, pemerintah, rumah tangga, koperasi, yayasan dan lain-lain

(Rodoni, 2009). Dana Pihak Ketiga (DPK) bank syariah dihimpun melalui

tabungan, giro dan deposito. Menurut (Nurfiani, 2007) semakin banyak

dana yang dihimpun maka semakin banyak pula biaya yang diperlukan

bank untuk memberi timbal balik atas dana yang dihimpun oleh nasabah.

Untuk itu margin yang diinginkan bank harus memperhatikan Dana Pihak

Ketiga (DPK) yang terhimpun, agar likuiditas dana dapat terjaga.

Murabahah dapat dikatakan akad yang ideal untuk menyalurkan dana

yang terhimpun karena pembiayaan murabahah merupkan pembiayaan

yang risikonya tidak sebesar pembiayaan lain karena pembiayaan ini

bersifat fixed dari segi angsuran dan jangka waktu pembiayaan.

64
Penelitian yang dilakukan oleh (Rahma, 2016), (Zaenuri (2012) dan

(Nurfiani, 2007) menemukan signifikasi antara DPK dan margin

murabahah, sementara (Izzuddin, 2013) tidak menemukan signifikasi

diantara dua variabel tersebut.

Berdasarkan pemikiran teoritis dan studi empiris yang pernah dilakukan

dengan penilitian di bidang ini, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai

berikut:

H0 :Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara DPK terhadap margin

murabahah

Ha :Terdapat pengaruh yang signifikan antara DPK terhadap margin

murabahah

3. Menurut (Rahardja dan Manurung, 2005), iInflasi adalah kenaikan harga

barang-barang yang bersifat umum dan terus-menerus. Kenaikan harga

barang akan mempengaruhi komoditas yang diperjual-belikan dalam

pembiayaan murabahah. Semakin tinggi harga barang semakin tinggi pula

harga jual yang diberikan bank kepada nasabah. Sudah pasti inflasi

mempengaruhi komoditas murabahah, namun apakah inflasi juga

mempengaruhi pihak manajemen dalam memberikan margin murabahah

kepada para nasabah. Penelitian yang dilakukan (Satya, 2013) menemukan

pengaruh inflasi terhadap margin murabahah, sementara (Izzuddin, 2013)

dan (Zaenuri, 2012) tidak menemukan pengaruh antara inflasi dan margin

murabahah. Berdasarkan pemikiran teoritis dan studi empiris yang pernah

65
dilakukan dengan penilitian di bidang ini, maka dapat dirumuskan

hipotesis sebagai berikut:

H0 :Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara inflasi terhadap margin

murabahah

Ha :Terdapat pengaruh yang signifikan antara inflasi terhadap margin

murabahah

4. Di Indonesia, suku bunga ditetapkan oleh Bank Sentral yaitu Bank

Indonesia yang lebih dikenal dengan istilah BI rate. BI rate adalah suku

bunga kebijakan yang mencerminkan sekap atau stance kebijakan moneter

yang ditetapkan oleh BI dan diumumkan kepada public. BI rate

diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan

Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang

dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity

management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan

moneter. BI rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap

atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan

diumumkan kepada public (www.bi.go.id).(Muhammad, 2005)

menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya mark-up

adalah kebutuhan bank syariah untuk memperoleh keuntungan riil, inflasi,

suku bunga berjalan, kebijakan moneter dan marketabilitas barang-barang

murabahah serta tingkat laba yang diharapkan dari barang-barang

tersebut. BI rate yang mempengaruhi disini maksudnya BI rate dijadikan

rujukan dalam penetapan nisbah, bonus, ujrah dan termasuk margin

66
murabahah pada bank syariah. Penelitian yang dilakukan oleh (Fahkrina,

2015), (Zaenuri, 2012), (Purwaningsih, 2010) dan (Nurfiani, 2007)

menemukan pengaruh yang signifikan antara BI rate terhadap maargin

murabahah. Sementara (Satya, 2013), (Izzuddin, 2013) dan (Sari, 2012)

tidak menemukan pengaruh antara dua variabel tersebut.

H0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara BI rate terhadap

margin murabahah

Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara BI rate terhadap margin

murabahah

5. H0: Tidak terdapat pengaruh secara simultan variabel Return On Asset

(ROA), Dana Pihak Ketiga (DPK), Inflasi dan BI rate terhadap margin

murabahah.

Ha: Terdapat pengaruh secara simultan variabel Return On Asset (ROA),

Dana Pihak Ketiga (DPK), Inflasi dan BI rate terhadap margin

murabahah.

67
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah menganilisis rasio Return On Assets

(ROA) dan juga jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan syariah serta kondisi

makro ekonomi Indonesia yaitu inflasi dan BI rate, terhadap pendapatan margin

murabahah perbankan syariah di Indonesia periode 2012- 2015.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data

sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan masing-masing bank syariah yang

dijadikan sampel, Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Data

juga berasal dari informasi lainnya seperti dari brosur perusahaan (Koran, buku),

website perusahaan dan dari internet.

Penelitian ini berkaitan dengan banyak variabel, namun penulis membatasi

variabel penelitian menjadi variabel Return On Assets (ROA), Dana Pihak Ketiga

(DPK), inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan margin murabahah

sebagai variabel dependen. Jenis data yang digunakan penelitian ini adalah data

runtun waktu (time series) dan data silang (cross section) selama.

B. Metode Penentuan Sampel

Sampel adalah suatu bagian dari populasi tertentu yang menjadi perhatian

(Suharyadi dan Purwanto, 2008). Sampel yang baik pada umumnya memiliki

karakteristik sebagai berikut (Kuncoro, 2009):

131
1. Sampel yang baik memungkinkan peneliti untuk mengambil keputusan yang

berhubungan dengan besarnya sampel untuk memperoleh jawaban yang

dikehendaki.

2. Sampel yang baik mengidentifikasi probabilitas dari setiap unit analisis untuk

menjadi sampel.

3. Sampel yang baik dengan menghitung akurasi dan pengarih (misalnya

kesalahan) dalam pemilihan sampel.

4. Sampel yang baik dengan menghitung derajat kepercayaan yang diterapkan

dalam estimasi populasi yang disusun dari sampel statistika..

Penarikan Sampel pada penelitian ini menggunakan metode. Purposive

(Purposive Sampling). Penarikan sampel purposive adalah penarikan sampel

dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tersebut didasarkan pada

kepentingan atau tujuan penelitian.

Penarikan dengan sampel purposive dibagi menjadi dua cara, yaitu (a)

convenience sampling, yaitu penarikan sampel berdasarkan keinginan peneliti

sesuai dengan tujuan penelitian, dan (b) judgment sampling, yaitu penarikan

sampel berdasarkan penilaian terhadap karakteristik anggota sampel yang

disesuaikan dengan tujuan penelitian (Suharyadi dan Purwanto, 2008).

Jumlah Bank Umum Syariah di Indonesia sampai saat ini, menurut laporan

Statistik Perbankan Syariah (SPS) yang diterbitkan oleh Otoritas Jasa Keuangan

(OJK) per Juli 2016, berjumlah 12. Bank-bank tersebut dapat dilihat pada tabel

3.1 sebagai berikut.

68
Tabel 3.1
Bank Umum Syariah di Indonesia
No. Nama Bank Umum Syariah
1 PT. Bank Muamalat Indonesia
2 PT. Bank Victoria Syariah
3 PT. Bank BRI Syariah
4 PT. Bank Jabar Banten Syariah
5 PT. Bank BNI Syariah
6 PT. Bank Syariah Mandiri
7 PT. Bank Mega Syariah
8 PT. Bank Panin Syariah
9 PT. Bank Syariah Bukopin
10 PT. BCA Syariah
11 PT. Maybank Syariah Indonesia
12 PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah
13 PT. Bank Aceh Syariah
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan, data diolah

Dengan metode Purposive Sampling yang dipilih dalam pemilihan sampel

penelitian ini, maka sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 5 Bank

Umum Syariah (BUS). Bank-bank syariah tersebut adalah Bank Bukopin Syariah,

Bank Mega Syariah, BCA Syariah, BNI Syariah dan BRI Syariah.

Adapun kriteria-kriteria dipilihnya Bank Umum Syariah yang menjadi sampel

dalam penelitian ini adalah:

1. Bank Umum Syariah (BUS) tersebut terdaftar di Bank Indonesia (BI) dan di

Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

2. Bank Umum Syariah (BUS) tersebut memiliki data yang lengkap yang

dibutuhkan terkait variabel-variabel yang digunakan untuk penelitian selama

periode 2012 – 2015 yang tersaji dalam laporan keuangan masing-masing

sampel.

69
3. Laporan Keuangan Bank Umum Syariah (BUS) yang menjadi sampel telah di

audit, sehingga data yang diambil kemungikinan tidak akan mengalami

perubahan.

Tabel 3.2
Daftar Sampel Penelitian
No Nama Bank Umum Syariah
1 PT. Bank Syariah Bukopin
2 PT. Bank Mega Syariah
3 PT. BCA Syariah
4 PT. Bank BNI Syariah
5 PT. Bank BRISyariah
Sumber: Olahan Peneliti

C. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan penelitian ini merupakan data sekunder, data tersebut

diperoleh langsung dari laporan keuangan bank syariah masing-masing sampel

yang didapat dari website dan Bank Indonesia (BI). Metode yang digunakan

dalam mengumpulkan data untuk melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Field Research

Peneliti menggunakan data sekunder berupa data runtun waktu (time series)

dan data silang (cross section) yang diambil dari laporan keuangan bank syariah

dengan sekala triwulan (per tiga bulan) selama periode 2012 triwulan 1 – 2015

triwulan 4.

2. Library Research

Library Research merupakan teknik pengumpulan data yang dilengkapi

dengan membaca, mempelajari dan menganalisis literatur yang bersumber dari

70
buku-buku dan jurnal-jurnal yang berkaitan dengan penelitian ini untuk

mendapatkan konsep yang tersusun dan memperoleh data yang valid.

4. Internet Research

Terkadang buku referensi atau literatur yang kita miliki atau pinjam dari

perpustakaan merupakan literatur lama, karena ilmu selalu berkembang seiring

berjalannya waktu.

Oleh karena itu, untuk mengantisipasi hal tersebut penulis melakukan

penelitian dengan menggunakan teknologi yang juga berkembang yaitu internet,

sehingga data yang diperoleh merupakan data sesuai dengan perkembangan

zaman.

D. Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi data panel, analisis data

panel dipilih karena data dari penelitian ini terdiri dari dua jenis data, yaitu data

runtun waktu (time series) dan data silang (cross section).

1. Metode Analisis Regresi Data Panel

Data panel adalah gabungan antara data runtut waktu (time series) dengan

data silang (cross section). Data panel diperkenalkan oleh Howles pada tahun

1950. Data runtut waktu biasanya meliputi satu objek (misalnya harga saham,

kurs mata uang atau tingkat inflasi), tetapi meliputi beberapa periode (harian,

bulanan, kuartalan, tahunan dan sebagainya) (Baltagi, 2005).

Data silang terdiri atas beberapa atau banyak objek, sering disebut responden,

(misalnya perusahaan) dengan beberapa jenis data (misalnya laba, biaya iklan,

71
laba ditahan dan tingkat investasi) (Winarno, 2007). Banyak alasan mengapa data

panel lebih baik digunakan dalam model-model regresi dibandingkan data time

series ataupun cross section, diantaranya menurut (Baltagi, 2005) adalah:

a. Bila data panel berhubungan dengan individu, perusahaan, Negara, daerah

dan lain-lain pada waktu tertentu, maka data tersebut adalah heterogen.

Teknik penaksiran data panel yang heterogen secara eksplisit dapat

dipertimbangan dalam perhitungan.

b. Kombinasi data time series dan data cross section akan memberikan

informasi yang lebih lengkap, lebih beragam, kurang berkorelasi antara

variabel, derajat bebas lebih besar dan lebih efisien.

c. Studi pada data panel lebih memuaskan untuk menentukan perubahan

dinamis dibandingkan studi berulang-ulang dari cross section.

d. Data panel lebih baik mendeteksi dan mengukur efek yang secara

sederhana tidak dapat diukur oleh data time series dan cross section,

misalnya efek dari upah minimum regional.

e. Data panel membantu studi untuk menganalisis perilaku yang lebih

kompleks, misalnya fenomena skala ekonomi dan perubahan teknologi.

f. Data panel dapat meminimalkan bias yang dihasilkan oleh agregasi

individu atau perusahaan karena unit data lebih banyak.

Diantara sekian banyak kegunaan dari data panel, salah satu manfaat yang

paling dirasakan oleh para ahli ekonomi adalah penggunaan data panel mengatasi

masalah kekurangan data yang tidak dapat dipenuhi oleh data time series.

72
Penyelesaian model-model panel data bila dilihat dari kesalahan

pengganggunya dapat dipecahkan dengan Fixed Effect Model (FEM) atau Random

Effect Model (REM).

Kedua metode ini menghasilkan koefisien yang sangat berbeda antara satu

sama lainnya. Perbedaan itu disebabkan karena asumsi yang digunakan diantara

kedua metode tersebut tidak sama. Pada FEM, varians error dari observasi satu

dengan observasi lainnya dianggap konstan.

Sementara dalam REM, varians error diasumsikan tidak sama. Akibat

ketidaksamaan dua asumsi tersebut bisa saja terjadi perbedaan keputusan dalam

melihat signifikansi dari variabel-variabel independen yang disertakan dalam

model.

Salah satu metode ekonometrik yang lazim digunakan untuk menganalisis

apakah lebih tepat FEM atau REM untuk memecahkan sistem persamaan panel

data adalah dengan Hausman-test. Selain itu berdasarkan beberapa keunggulan

dari masing-masing kedua model tersebut, sebagaimana yang dijelaskan oleh

(Gujarati, 2003), dapat juga dilihat secara apriori model manakah yang lebih tepat.

Keunggulan yang dimaksud adalah sebagai berikut (Dariyanto dan

Hafizrianda, 2010).

a. Jika jumlah data time series (T) besar dan jumlah unit cross section (N)

kecil, maka ada sedikit perbedaan nilai parameter hasil estimasi dengan

FEM dan REM. Berarti pilihan berdasarkan pada layaknya pergitungan

mungkin FEM lebih dipilih.

73
b. Bila T kecil dan N besar, estimasi yang diperoleh dari kedua model

tersebut sangat berbeda sekali. Jika individu atau unit-unit cross section

bersifat tidak random, maka FEM yang tepat. Namun, bila unit analisis

bersifat random maka REM lebih cepat.

c. Jika error component individu dan satu atau lebih variabel independent

berkorelasi, maka estimasi dengan REM akan bias, sementara hasil dari

estimasi FEM unbiased.

d. Jika T kecil dan N besar, dan asumsi yang digunakan adalah REM, maka

estimasi REM lebih efisien dibanding FEM.

2. Estimasi Model Data Panel

Untuk mengestimasi parameter model dengan data panel, terdapat beberapa

teknik yang ditawarkan, menurut (Nachrowi, 2006) untuk mengestimasi

parameter model dengan data panel, terdapat beberapa teknik yang dapat

ditawarkan, yaitu Pooled Least Square (PLS), Fixed Effect Model (FEM) dan

Random Effect Model (REM).

a. Pooled Least Square

Teknik ini tidak ubahnya dengan membuat regresi dengan data cross

section atau time series sebagaimana telah dipelajari sebelumnya. Akan

tetapi, untuk data panel, sebelum membuat regresi kita harus menggabungkan

data cross-section dengan time-series (pool data).

Kemudian data gabungan ini diperlakukan sebagai satu kesatuan

pengamatan yang digunakan untuk mengestimasi model dengan metode PLS.

74
Bila kita punya asumsi bahwa α dan β akan sama (konstan) untuk setiap

data time series dan cross section, maka α dan β dapat diestimasi dengan

model berikut dengan menggunakan NxT pengamatan.

Yit = α + βXit + εit;i=1,2,….N; t = 1,2,….,T

Pertanyaannya apakah asumsi bahwa α dan β konstan realistis? Dalam

penelitian ini penulis mengamati pengaruh ekonomi makro dan rasio

keuangan bank terhadap margin murabahah perbankan syariah. Apakah

realistis jika dibuat suatu model, dimana Return On Assets (ROA) dan Dana

Pihak Ketiga (DPK)mempunyai intercept yang sama dengan Inflasi dan BI

rate?

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, ada dua buah teknik yang

biasanya digunakan untuk membuat model dari data panel, yaitu Metode Efek

Tetap (Fixed Effect Model) dan Metode Efek Random (Random Effect

Model).

b. Model Efek Tetap (Fixed Effect)

Adanya variabel-variabel yang tidak semuanya masuk dalam persamaan

model memungkinkan adanya intercept ini mungkin berubah untuk setiap

individu dan waktu. Pemikiran inilah yang menjadi dasar pemikiran

pembentukan model tersebut.

Asumsi pembuatan model yang menghasilkan α konstan untuk setiap

individu (i) dan waktu (t) kurang realistis. Dalam efek tetap (Fixed Effect

Model) atau disingkat (FEM) kita dapat mengatasi hal tersebut, karena

metode ini memungkinkan adanya perubahan α pada setiap i dan t.

75
Secara matematis model FEM dinyatakan sebagai berikut:

𝑌𝑖𝑡 = 𝛼 + β𝑋𝑖𝑡 + 𝑦2 𝑊2𝑡 + 𝑦3 𝑊3𝑡 + … + 𝑦𝑁 𝑊𝑁𝑡 + 𝛿2 𝑍𝑖2 + … + 𝛿𝑇 𝑍𝑖𝑇

+ εit

Dimana:

𝑌𝑖𝑡 = Variabel terikat untuk individu ke-I dan waktu ke-t

𝑋𝑖𝑡 = Variabel bebas untuk individu ke-I dan waktu ke-t

𝑊𝑖𝑡 dan 𝑍𝑖𝑡 variabel dummy yang didefinisikan sebagai berikut:

𝑊𝑖𝑡 = 1; untuk individu I;I = 1,2,…, N

= 0 ; lainnya.

𝑍𝑖𝑡 = 1; untuk periode t; t=1,2…,T

= 0 ; lainnya

Dari model diatas terlihat bahwa sesungguhnya FEM adalah sama dengan

regresi yang menggunakan dummy variabel sebagai variabel bebas, sehingga

dapat diestimasi dengan Ordinary Least Square (OLS). Dengan diestimasinya

tersebut menggunakan OLS, maka akan memperoleh estimator yang tidak

bias dan konsisten.

c. Model Efek Random (Random Effect)

Bila pada Model Efek Tetap, perbedaan antar individu dan atau waktu

dicerminkan lewat intercept, maka pada Model Efek Random, perbedaan

tersebut diakomodasi lewat error. Teknik ini juga memperhitungkan bahwa

error mungkin berkorelasi sepanjang time series dan cross section.

76
Pada FEM perbedaan karakteristik individu dan waktu diakommodasikan

pada intercept-nya berubah antar individu dan antar waktu. Sementara Model

Efek Random atau Random Effect Model (REM) perbedaan karakteristik

individu dan waktu diakomodasikan pada eror dari model. Mengingat ada dua

komponen yang mempunyai kontribusi pada pembentukan error, yaitu

individu dan waktu, maka random error untuk komponen individu, error

komponen waktu dan error gabungan.

Dengan demikian, persamaan REM diformulasikan sebagai berikut:

𝑌𝑖𝑡 = 𝛼 + β𝑋𝑖𝑡 + 𝜀𝑖𝑡 ; 𝜀𝑖𝑡 = 𝑢𝑖 + 𝑉𝑡 + 𝑊𝑖𝑡

Dimana:

𝑢𝑖 : komponen error cross-section

𝑉𝑖 : komponen error time-series

𝑊𝑖𝑡 : komponen error gabungan

Adapun asumsi yang digunakan untuk komponen error tersebut adalah:

𝑢𝑖 ~N 0, 𝜎𝑢2 ;

𝑉𝑡 ~N 0, 𝜎𝑢2 ;

𝑊𝑖𝑡 ~N 0, 𝜎𝑢2 ;

Melihat persamaan diatas, maka dapat dinyatakan bahwa REM

menganggap efek rata-rata dari data cross section dan time series

direpresentasikan dalam intercept.

Sedangkan deviasi efek secara random untuk data time series

direpresentasikan dalam 𝑉𝑡 dan deviasi untuk data cross section dinyatakan

dalam 𝑢𝑖 . Kita telah mengetahui bahwa:

77
𝜀𝑖𝑡 = 𝑢𝑖 + 𝑉𝑡 + 𝑤𝑖𝑡

Dengan demikian varians dari error tersebut dapat dituliskan dengan:

𝑉𝑎𝑟 𝜖𝑖𝑡 = 𝜎𝑢 2 + 𝜎𝑣 2 + 𝜎𝑤 2

3. Pemilihan Metode Estimasi dalam Data Panel

Menurut (Nachrowi dan Usman, 2006) untuk menentukan model data panel

yang dipilih, diperlukan pengujian beberapa tahap, yaitu

a. Chow Test, untuk memilih antara PLS dan FEM

b. Hausmann Test, untuk memilih antara FEM dan REM

Keunggulan pendekatan FEM dapat membedakan efek individual dan efek

waktu, FEM tidak perlu mengasumsikan bahwa komponen eror tidak memiliki

korelasi dengan variabel bebas yang memungkinkan sulit dipenuhi.

Sedangkan keunggulan pendekatan REM mempunyai parameter lebih sedikit

sehingga derajat kebebasannya lebih besar dibandingkan dengan FEM (Nachrowi

dan Usman, 2006).

Ada 2 tahapan dalam memilih metode estimasi data panel. Pertama-tama kita

akan membandingkan PLS dengan FEM terlebih dahulu. Kemudian dilakukan uji

Chow. Jika hasil menunjukkan model PLS yang diterima, maka model PLS-lah

yang akan dianalisa.

Tapi jika model FEM yang diterima, maka tahap kedua yang dijalankan yakni

melakukan perbandingan lagi dengan model REM. Setelah itu dilakukan

pengujian dengan Hausman test untuk menentukan model mana yang akan

dipakai, apakah FEM atau REM.

a. Uji Chow

78
Uji Chow (F statistik) adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui

model mana yang lebih baik di antara Pooled Least Square (PLS) atau Fixed

Effect Model (FEM) yang lebih tepat digunakan dalam penelitian (Juanda dan

Junaidi, 2012).

Rumus yang digunakan dalam uji ini adalah:

N−1
𝐶𝐻𝑂𝑊 = NT −N−K

Dimana:

N : jumlah data cross section

T : jumlah data time series

K : jumlah variabel penjelas

Pengujian Uji Chow memiliki hipotesis, hipotesis dari uji chow adalah

sebagai berikut:

H0 : model menggunakan pendekatan Pooled Least Square (PLS)

H1 : model menggunakan pendekatan Fixed Effect Model (FEM)

Pengujian ini mengikuti distribusi F statistik, jika F statistik lebih besar

dari F tabel maka H0 ditolak. Nilai Chow menunjukkan nilai F statistik. Jika

nilai Chow yang kita dapat lebih besar dari nilai F tabel, maka kita

menggunakan Fixed Effect Model (Juanda dan Junaidi, 2012).

Atau kita dapat melihat kepada nilai probabilitas cross section F dan Chi

Square, dengan ketentuan:

Jika probabilitas < 0,05 berarti H0 ditolak

Jika probabilitas > 0,05 berarti H0 diterima

79
b. Uji Hausmann

Uji Hausmann digunakan untuk menentukan model Fixed Effect Model

(FEM) atau Random Effect Model (REM) yang paling tepat digunakan

(Juanda dan Junaidi, 2012).

Pengujian uji Hausmann dilakukan dengan hipotesis berikut:

H0 : model menggunakan pendekatan Random Effect Model (REM)

H1 : model menggunakan pendekatan Fixed Effect Model (FEM)

Statistik uji Hausmann ini mengikuti distribusi Chi Square dengan degree

of freedom sebanyak k, dimana k adalah jumlah variabel independen.

H=(βRE - βFE)1 (ΣFE – ΣRE)-1 (βRE – βFE)

keterangan:

βRE : Random Effect Estimator

βFE : Fixed Effect Estimator

ΣFE : Matriks Kovarians Fixed Effect

ΣRE : Matriks Kovarians Random Effect

Menurut (Juanda dan Junaidi, 2012) jika nilai statistik Hausmann lebih

besar dari nilai kritisnya maka H0 ditolak dan model yang tepat adalah model

fixed effect, sedangkan sebaliknya bila nilai nilai statistik Hausmann lebih

kecil dari nilai kritisnya maka model yang tepat adalah random effect, dengan

ketentuan:

Jika probabilitas < 0,05 maka ditolak H0

80
Jika probabilitas > 0,05 maka terima H0

c. Uji Asumsi Klasik

Kelebihan penelitian menggunakan data panel adalah data yang

digunakann menjadi lebih informatif, variabilitasnya lebih besar, kolineariti

yang lebih rendah diantara variabel dan banyak derajat bebas (degree of

freedom) dan lebih efisien. Panel data dapat mendeteksi dan mengukur dampak

dengan lebih baik dimana hal ini tidak bisa dilakukan dengan metode cross

section maupun time series.

Pengujian asumsi kalsik tidak dilakukan dalam penelitian ini, karena

penelitian ini menggunakan jenis data panel yang membolehkan identifikasi

parameter tertentu tanpa perlu membuat asumsi yang tertata atau tidak

mengharuskan terpenuhinya semua asumsi klasik (Verbeek, 2004).

Panel data memungkinkan mempelajari lebih kompleks mengenai perilaku

yang ada dalam model sehingga pengujian data panel tidak memerlukan uji

asumsi klasik (Gujarati, 1992).

4. Uji Statistik

Selanjutnya untuk mengetahui keakuratan data maka perlu dilakukan

beberapa pengujian (Gujarati, 2003):

a. Uji t-Statistik (Parsial)

Uji statistik T digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen

yang dimasukan dalam model regresi secara individual terhadap variabel

dependen (Ghazali, 2013).

Uji t-statistik parsial dapat diselesaikan dengan menggunakan rumus:

81
bj
ti
Sbj
keterangan:

ti : Nilai t hitung

bj : Koefisien regresi

Sbj : Kesalahan baku koefisien regresi

Dimana:

𝑆𝑒 2
Sbj = (𝐾𝑖𝑖)
𝐷𝑒𝑡 {𝐴}

keterangan:

Sbj : Kesalahan baku koefisien regresi

Se : Kesalahan baku estimasi

Det [A] : Determinasi Maktriks A

Kii : Kofaktor Matriks A

Dimana:

Σ Y−Ỹ ²
Se
n−k

keterangan:

Se : Kesalahan baku estimasi

(Y - Ỹ)2 : Kuadrat selisih nilai Y riil dnegan nilai Y prediksi

n : ukuran sampel

k : Jumlah variabel yang diamati

82
Hipotesis:

H0 : tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel independen

terhadap variabel dependen.

H1 : terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap

variabel dependen.

Dasar pengambilan keputusan adalah:

Jika probabilitas < 0,05 maka tolak H0

Jika probabilitas > 0,05 maka terima H0

Jika t-hitung ≤ T-tabel : H0 diterima dan H1 ditolak

Jika t-hitung ≥ T-tabel : H0 ditolak dan H1 diterima

b. Uji F-Statistik (Simultan)

Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas

yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama

terhadap variabel dependen atau terikat (Ghazali, 2013).

Hipotesis:

H0 : tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel independen

terhadap variabel dependen.

H1 : terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap

variabel dependen.

Uji F-Statistik dapat diselesaikan dengan rumus:

83
Keterangan:

F : Nilai F hitung

R2 : koefisien determinasi

n : jumlah cross section

T : jumlah time series

K : jumlah variabel independen

Dasar pengambilan keputusan adalah:

Jika probabilitas < 0,05 maka tolak H0

Jika probabilitas > 0,05 maka terima H0

Jika f-hitung ≤ F-tabel : H0 diterima dan H1 ditolak

Jika f-hitung > F-tabel : H0 ditolak dan H1 diterima

c. 𝑅2 Adjusted

Uji koefisien determinasi ditujukan untuk melihat seberapa besar

kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependennya yang

dapat dilihat melalui adjusted R square karena variabel dalam penelitian ini

lebih dari dua (Winarno, 2007).

Pengujian koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa besar

garis regresi sesuai dengan data akrualnya. Koefisien determinasi ini

mengukur persentase total varian variabel dependen Y yang dijelaskan oleh

variabel independen dalam garis regresi. Nilai 𝑅2 selalu terletak di antara 0

dan 1 (0 <𝑅2 < 1). Semakin besar 𝑅2 , semakin baik hasil untuk model regresi

tersebut dan semakin mendekati 0, maka variabel independen secara

keseluruhan tidak dapat menjelaskan variabel dependen.

84
Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias

terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model.

Setiap penambahan satu variabel independen, maka 𝑅2 pasti meningkat tidak

peduli apakah variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap variabel

dependen atau tidak.

Uji Adjusted R square dapat diselesaikan dengan menggunakan rumus:

𝐸𝑆𝑆
𝑅2 =
𝑇𝑆𝑆
keterangan:

R2 : koefisien determinasi

ESS : Explained Sum of Square

TSS : Total Sum of Square

Untuk mengatasi permasalah tersebut, suatu pengukuran kelayakan yang

sesuai lainnya telah dikembangkan. Ukuran yang merupakan modifikasi dari

𝑅2 ini memberikan penalty bagi penambahan variabel penjelas yang tidak

menurunkan residual secara signifikan. Ukuran ini disebut Adjusted 𝑅2

(Ariefianto, 2012).

5. Model Empiris

Untuk mengetahui pengaruh variabel dependen terhadap variabel independen,

maka digunakan model regresi data panel dengan persamaan sebagai berikut:

𝑌𝑡 = 𝛽0 + 𝛽1 𝑋1𝑖𝑡 + 𝛽2 𝑋2𝑖𝑡 + 𝛽3 𝑋3𝑖𝑡 + 𝛽4 𝑋4 + 𝜀𝑖𝑡

Keterangan:

Y = Margin Murabahah , i = 1,2,…N (untuk individu)

t = 1,2,…N (untuk waktu)

85
X1 = ROA terhadap Margin Murabahah

X2 = DPK terhadap Margin Murabahah

X3 = Inflasi terhadap Margin Murabahah

X4 = BI rate terhadap Margin Murabahah

Perhitungan dan pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan alat bantu

melalui software statistik dan ekonometrik dalam PC yang sesuai, yaitu program

E-views versi 9.0.

E. Operasional Variabel Penelitian

1. Margin Murabahah (Y)

Margin murabahah adalah selisih antara harga jual dan harga beli yang telah

disepakati bersama antara pihak bank dengan debitur pada pembiayaan

murabahah.

2. Return On Asset (ROA) (X1)

Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengukur pengembalian (laba)

setelah bunga dan pajak atas total aktiva. Hasil pengembalian total aktiva atau

total investasi menunjukan kinerja manajemen dalam menggunakan aktiva

perusahaan untuk menghasilkan laba.

3. Dana Pihak Ketiga (DPK) (X2)

DPK adalah dana yang dihimpun oleh bank dari masyarakat yang kemudian

disalurkan kedalam pembiayaan kepada nasabah peminjam yang membutuhkan

dengan menggunakan dana yang diperoleh tersebut. Bank berkewajiban

86
memberikan nisbah atau bonus kepada pemilik dana, nisbah atau bonus tersebut

diperoleh bank melalui kegiatan investasi yang dananya diperoleh dari DPK.

4. Inflasi (X3)

Inflasi adalah tingkat inflasi regional per bulan yang menjadi sebuah indikator

untuk melihat tingkat perubahan dandianggap terjadi jika proses kenaikan harga

berlangsung secara terus menerus dan saling mempengaruhi.

5. BI rate (X4)

BI rate, adalah suku bunga bank Indonesia yang digunakan sebagai salah satu

rujukan dalam menetapkan tingkat suku bunga pada bank konvensional ataupun

margin pembiayaan murabahah pada banksyariah. Tidak adanya acuan dalam

menetapkan margin, membuat BI rate dijadikan rujukan dalam menentukan

margin oleh bank syariah.

87
BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

Bank syariah merupakan suatu lembaga yang melaksanankan tiga fungsi

utama yaitu menerima pinjaman, memberikan pinjaman dan memberikan

pelayanan jasa yang berlandaskan pada prinsip syariah Islam. Bank Islam atau di

Indonesia disebut bank syariah merupakan lembaga keuangan yang berfungsi

memperlancar mekanisme ekonomi di sektor riil melalui aktivitas kegiatan usaha

(investasi, jual beli atau lainnya) berlandaskan prinsip syariah, yaitu aturan

perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk

penyimpanan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang

dinyatakan sesuai dengan nilai-nilai syariah yang bersifat keadilan, maslahah,

sistem zakat, bebas dari bunga (riba), bebas dari kegiatan spekulatif yang

nonproduktif seperti perjudian (maysir), bebas dari hal-hal yang tidak jelas dan

meragukan (gharar) (Karim, 2013).

Sedangkan menurut (Siamat, 2004) bank syariah adalah bank yang

menjalankan usaha sesuai dengan prinsip-prinsip syariat Islam yaitu mengacu

kepada Al-Qur‟an dan Hadits, berusaha sesuai dengan prinsip syariat Islam yang

dimaksud disini adalah beroperasi mengikuti ketentuan-ketentuan syariat Islam

khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalah secara Islam antara lain

misalnya menjauhi praktek-praktek yang mengandung unsur-unsur riba dan

melakukan kegiatan investasi atas dasar bagi hasil pembiayaan perdagangan.

131
Jika dalam konsep konvensional memaksimumkan profit merupakan tujuan

utama dari sebuah bank komersil, sebaliknya bank Islam yang selain mencari

keuntungan juga mempunyai tanggung jawab untuk menerapkan nilai-nilai Islam

dengan bertransaksi secara adil, bisnis yang halal, tidak menerapkan sistem bunga,

tidak monopoli dan mengeluarkan zakat (Haron, 1997). Pembentukan bank

syariah semula memang banyak diragukan, karena banyak yang menganggap

bahwa sistem perbankan bebas bunga (interest free) adalah suatu yang tidak lazim

dan tidak mungkin dilakukan serta adanya pertanyaan tentang bagaimana bank

akan membiayai operasinya.

Tetapi dilain pihak, bank Islam adalah satu alternatif sistem ekonomi Islam,

yang dapat menentramkan para penganut agama Islam, karena dapat menjalankan

kebutuhan mereka di dunia tanpa melanggar aturan (syariat) yang ada dalam Al-

Qur‟an dan Hadits (Hamidi, 2003). Sistem ekonomi berbasis syariah, memiliki

karakteristik positif yang menonjol juga memiliki aspek keadilan dan kejujuran

dalam bertransaksi. Dimana dalam ekonomi syariah melakukan suatu sistem

untuk menawarkan investasi yang ber-etika, mengedepankan nilai-nilai

kebersamaan dan persaudaraan dalam berproduksi serta menghindari adanya suatu

kegiatan yang bersifat spekulatif dalam bertransaksi keuangan (Rivai, 2010).

Perbankan syariah di Indonesia telah tumbuh dan berkembang, dari pertama

berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992 sampai saat ini

berdasarkan Statistik Perbankan Syariah (SPS) per Juli 2016 yang dikeluarkan

oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), jumlah Bank Umum Syariah berjumlah 12

BUS, dengan jumlah 456 Kantor Cabang, 1.161 Kantor Cabang Pembantu dan

89
182 Kantor Kas. Tidak hanya Bank Umum Syariah, perkembangan tersebut juga

diikuti oleh jumlah Unit Usaha Syariah yang hingga saat ini tercatat sudah

mencapai 22 Unit Usaha Syariah dengan 149 Kantor Cabang, 135 Kantor Cabang

Pembantu dan 44 Kantor Kas yang tersebar di seluruh wilayah di Indonesia.

Setelah mendeskripsikan Bank Syariah secara umum, selanjutnya penulis

akan sedikit membahas 5 Bank Umum Syariah yang menjadi objek dari penelitian

ini, bank-bank tersebut yaitu:

1. PT Bank Syariah Bukopin

PT Bank Syariah Bukopin (selanjutnya disebut Perseroan) sebagai bank yang

beroperasi dengan prinsip syariah yang bermula masuknya konsorsium PT Bank

Bukopin, Tbk diakuisisinya PT Bank Persyarikatan Indonesia (sebuah bank

konvensional) oleh PT Bank Bukopin, Tbk.

PT Bank Persyarikatan Indonesia yang sebelumnya bernama PT Bank

Swansarindo Internasional didirikan di Samarinda, Kalimantan Timur berdasarkan

merupakan bank umum yang memperolah Surat Keputusan Menteri Keuangan

nomor 1.659/ KMK.013/1990 tanggal 31 Desember 1990 tentang Pemberian Izin

Peleburan Usaha 2 (dua) Bank Pasar dan Peningkatan Status Menjadi Bank

Umum dengan nama PT Bank Swansarindo Internasional yang memperoleh

kegiatan operasi berdasarkan surat Bank Indonesia (BI) nomor

24/1/UPBD/PBD2/Smr tanggal 1 Mei 1991 tentang Pemberian Izin Usaha Bank

Umum dan Pemindahan Kantor Bank.

Pada tahun 2001 sampai akhir 2002 proses akuisisi oleh Organisasi

Muhammadiyah dan sekaligus perubahan nama PT Bank Swansarindo

90
Internasional menjadi PT Bank Persyarikatan Indonesia yang memperoleh

persetujuan dari (BI) nomor 5/4/KEP. DGS/2003 tanggal 24 Januari 2003 yang

dituangkan ke dalam akta nomor 109 Tanggal 31 Januari 2003.

Dalam perkembangannya kemudian PT Bank Persyarikatan Indonesia melalui

tambahan modal dan asistensi oleh PT Bank Bukopin, Tbk., maka pada tahun

2008 setelah memperolah izin kegiatan usaha bank umum yang beroperasi

berdasarkan prinsip syariah melalui Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia

nomor 10/69/KEP.GBI/DpG/2008 tanggal 27 Oktober 2008 tentang Pemberian

Izin Perubahan Kegiatan Usaha Bank Konvensional Menjadi Bank Syariah, dan

Perubahan Nama PT Bank Persyarikatan Indonesia Menjadi PT Bank Syariah

Bukopin dimana secara resmi mulai efektif beroperasi tanggal 9 Desember 2008

Kegiatan operasional Perseroan secara resmi dibuka oleh Bapak M. Jusuf

Kalla, Wakil Presiden Republik Indonesia periode 2004 -2009. Sampai dengan

akhir Desember 2014 Perseroan memiliki jaringan kantor yaitu 1 Kantor Pusat

dan Operasional, 11 Kantor Cabang, 7 Kantor Cabang Pembantu, 4 Kantor Kas, 1

unit mobil kas keliling, dan 76 Kantor Layanan Syariah, serta 27 mesin ATM

BSB dengan jaringan Prima dan ATM Bank Bukopin

(www.syariahbukopin.co.id).

2. PT Bank Mega Syariah

Berawal dari PT Bank Umum Tugu (Bank Tugu). Bank umum yang didirikan

pada 14 Juli diakuisisi oleh CT Corpora (d/h Para Group) melalui Mega Corpora

(d/h PT Para Global Investindo) dan PT Para Rekan Investama pada 2001. Sejak

91
awal, para pemegang saham memang ingin mengonversi bank umum

konvensional itu menjadi bank umum syariah.

Keinginan tersebut terlaksana ketika Bank Indonesia mengizinkan Bank Tugu

dikonversi menjadi bank syariah melalui Keputusan Deputi Gubernur Bank

Indonesia No.6/10/KEP.DpG/2004 menjadi PT Bank Syariah Mega Indonesia

(BSMI) pada 27 Juli 2004, sesuai dengan Keputusan Deputi Gubernur Bank

Indonesia No.6/11/KEP.DpG/2004. Pengonversian tersebut dicatat dalam sejarah

perbankan Indonesia sebagai upaya pertama pengonversian bank umum

konvensional menjadi bank umum syariah.

Pada 25 Agustus 2004, BSMI resmi beroperasi. Hampir tiga tahun kemudian,

pada 7 November 2007, pemegang saham memutuskan perubahan bentuk logo

BSMI ke bentuk logo bank umum konvensional yang menjadi sister company-

nya, yakni PT Bank Mega, Tbk., tetapi berbeda warna. Sejak 2 November 2010

sampai dengan sekarang, melalui Keputusan Gubernur Bank Indonesia

No.12/75/KEP.GBI/DpG/2010, PT. Bank Syariah Mega Indonesia berganti nama

menjadi PT Bank Mega Syariah.

Untuk mewujudkan visi "Tumbuh dan Sejahtera Bersama Bangsa", CT

Corpora sebagai pemegang saham mayoritas memiliki komitmen dan tanggung

jawab penuh untuk menjadikan Bank Mega Syariah sebagai bank umum syariah

terbaik di industri perbankan syariah nasional.

Komitmen tersebut dibuktikan dengan terus memperkuat modal bank.

Dengan demikian, Bank Mega Syariah akan mampu memberikan pelayanan

92
terbaik dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat dan kompetitif di

industri perbankan nasional.

Misalnya, pada 2010, sejalan dengan perkembangan bisnis, melalui rapat

umum pemegang saham (RUPS), pemegang saham meningkatkan modal dasar

dari Rp400 miliar menjadi Rp1,2 triliun dan modal disetor bertambah dari

Rp150,060 miliar menjadi Rp318,864 miliar. Saat ini, modal disetor telah

mencapai Rp787,204 miliar.

Di sisi lain, pemegang saham bersama seluruh jajaran manajemen Bank Mega

Syariah senantiasa bekerja keras, memegang teguh prinsip kehati-hatian, serta

menjunjung tinggi asas keterbukaan dan profesionalisme dalam melakukan

kegiatan usahanya. Beragam produk juga terus dikembangkan sesuai dengan

kebutuhan masyarakat serta didukung infrastrukur layanan perbankan yang

semakin lengkap dan luas, termasuk dukungan sejumlah kantor cabang di seluruh

Indonesia.

Untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat sekaligus mengukuhkan

semboyan "Untuk Kita Semua", pada 2008, Bank Mega Syariah mulai memasuki

pasar perbankan mikro dan gadai. Strategi tersebut ditempuh karena ingin

berperan lebih besar dalam peningkatan perekonomian umat yang mayoritas

memang berbisnis di sektor usaha mikro dan kecil.

Sejak 16 Oktober 2008, Bank Mega Syariah telah menjadi bank devisa.

Dengan status tersebut, bank ini dapat melakukan transaksi devisa dan terlibat

dalam perdagangan internasional. Artinya, status itu juga telah memperluas

jangkauan bisnis bank ini, sehingga tidak hanya menjangkau ranah domestik,

93
tetapi juga ranah internasional. Strategi peluasan pasar dan status bank devisa itu

akhirnya semakin memantapkan posisi Bank Mega Syariah sebagai salah satu

bank umum syariah terbaik di Indonesia.

Selain itu, pada 8 April 2009, Bank Mega Syariah memperoleh izin dari

Departemen Agama Republik Indonesia (Depag RI) sebagai bank penerima

setoran biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPS BPIH). Dengan demikian, bank

ini menjadi bank umum kedelapan sebagai BPS BPIH yang tersambung secara

online dengan Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) Depag RI. Izin itu

tentu menjadi landasan baru bagi Bank Mega Syariah untuk semakin melengkapi

kebutuhan perbankan syariah umat Indonesia (www.megasyariah.co.id).

3. PT Bank BCA Syariah

Perkembangan perbankan syariah yang tumbuh cukup pesat dalam beberapa

tahun terakhir menunjukkan minat masyarakat mengenai ekonomi syariah

semakin bertambah. Untuk memenuhi kebutuhan nasabah akan layanan syariah,

maka berdasarkan akta Akuisisi No. 72 tanggal 12 Juni 2009 yang dibuat

dihadapan Notaris Dr. Irawan Soerodjo, S.H., Msi, .PT.Bank Central Asia, Tbk

(BCA) mengakuisisi PT Bank Utama Internasional Bank (Bank UIB) yang

nantinya menjadi PT. Bank BCA Syariah.

Selanjutnya berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan di Luar Rapat Perseroan

Terbatas PT Bank UIB No. 49 yang dibuat dihadapan Notaris Pudji Rezeki

Irawati, S.H., tanggal 16 Desember 2009, tentang perubahan kegiatan usaha dan

perubahan nama dari PT Bank UIB menjadi PT Bank BCA Syariah. Akta

perubahan tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia

94
dalam Surat Keputusannya No. AHU-01929. AH.01.02 tanggal 14 Januari 2010.

Pada tanggal yang sama telah dilakukan penjualan 1 lembar saham ke BCA

Finance, sehingga kepemilikan saham sebesar 99,9997% dimiliki oleh PT Bank

Central Asia Tbk, dan 0,0003% dimiliki oleh PT BCA Finance.

Perubahan kegiatan usaha Bank dari bank konvensional menjadi bank umum

syariah dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui Keputusan Gubernur

BI No. 12/13/KEP.GBI/DpG/2010 tanggal 2 Maret 2010. Dengan memperoleh

izin tersebut, pada tanggal 5 April 2010, BCA Syariah resmi beroperasi sebagai

bank umum syariah (www.bcasyariah.co.id).

4. BNI Syariah

Tempaan krisis moneter tahun 1997 membuktikan ketangguhan sistem

perbankan syariah. Prinsip Syariah dengan 3 (tiga) pilarnya yaitu adil, transparan

dan maslahat mampu menjawab kebutuhan masyarakat terhadap sistem perbankan

yang lebih adil. Dengan berlandaskan pada Undang-undang No.10 Tahun 1998,

pada tanggal tanggal 29 April 2000 didirikan Unit Usaha Syariah (UUS) BNI

dengan 5 kantor cabang di Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara dan

Banjarmasin. Selanjutnya UUS BNI terus berkembang menjadi 28 Kantor Cabang

dan 31 Kantor Cabang Pembantu.

Disamping itu nasabah juga dapat menikmati layanan syariah di Kantor

Cabang BNI Konvensional (office channelling) dengan lebih kurang 1500 outlet

yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Di dalam pelaksanaan operasional

perbankan, BNI Syariah tetap memperhatikan kepatuhan terhadap aspek syariah.

Dengan Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang saat ini diketuai oleh KH.Ma‟ruf

95
Amin, semua produk BNI Syariah telah melalui pengujian dari DPS sehingga

telah memenuhi aturan syariah.

Berdasarkan Keputusan Gubernur Bank Indonesia No. 12/41/KEP.GBI/2010

tanggal 21 Mei 2010 mengenai pemberian izin usaha kepada PT Bank BNI

Syariah. Dan di dalam Corporate Plan UUS BNI tahun 2003 ditetapkan bahwa

status UUS bersifat temporer dan akan dilakukan spin off tahun 2009. Rencana

tersebut terlaksana pada tanggal 19 Juni 2010 dengan beroperasinya BNI Syariah

sebagai Bank Umum Syariah (BUS). Realisasi waktu spin off bulan Juni 2010

tidak terlepas dari faktor eksternal berupa aspek regulasi yang kondusif yaitu

dengan diterbitkannya UU No.19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah

Negara (SBSN) dan UU No.21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

Disamping itu, komitmen Pemerintah terhadap pengembangan perbankan

syariah semakin kuat dan kesadaran terhadap keunggulan produk perbankan

syariah juga semakin meningkat. Juni 2014 jumlah cabang BNI Syariah mencapai

65 Kantor Cabang, 161 Kantor Cabang Pembantu, 17 Kantor Kas, 22 Mobil

Layanan Gerak dan 20 Payment Point (www.bnisyariah.co.id).

5. BRI Syariah

Berawal dari akuisisi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., terhadap

Bank Jasa Arta pada 19 Desember 2007 dan setelah mendapatkan izin dari Bank

Indonesia pada 16 Oktober 2008 melalui suratnya o.10/67/KEP.GBI/DpG/2008,

maka pada tanggal 17 November 2008 PT. Bank BRISyariah secara resmi

beroperasi. Kemudian PT. Bank BRISyariah merubah kegiatan usaha yang semula

96
beroperasional secara konvensional, kemudian diubah menjadi kegiatan

perbankan berdasarkan prinsip syariah Islam.

Dua tahun lebih PT. Bank BRISyariah hadir mempersembahkan sebuah bank

ritel modern terkemuka dengan layanan finansial sesuai kebutuhan nasabah

dengan jangkauan termudah untuk kehidupan lebih bermakna. Melayani nasabah

dengan pelayanan prima (service excellence) dan menawarkan beragam produk

yang sesuai harapan nasabah dengan prinsip syariah.

Aktivitas PT. Bank BRISyariah semakin kokoh setelah pada 19 Desember

2008 ditandatangani akta pemisahan Unit Usaha Syariah PT. Bank Rakyat

Indonesia (Persero), Tbk., untuk melebur ke dalam PT. Bank BRISyariah (proses

spin off-) yang berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2009. Penandatanganan

dilakukan oleh Bapak Sofyan Basir selaku Direktur Utama PT. Bank Rakyat

Indonesia (Persero), Tbk., dan Bapak Ventje Rahardjo selaku Direktur Utama PT.

Bank BRISyariah.

Saat ini PT. Bank BRISyariah menjadi bank syariah ketiga terbesar

berdasarkan aset. PT. Bank BRISyariah tumbuh dengan pesat baik dari sisi aset,

jumlah pembiayaan dan perolehan dana pihak ketiga. Dengan berfokus pada

segmen menengah bawah, PT. Bank BRISyariah menargetkan menjadi bank ritel

modern terkemuka dengan berbagai ragam produk dan layanan perbankan.

Sesuai dengan visinya, saat ini PT. Bank BRISyariah merintis sinergi dengan

PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., dengan memanfaatkan jaringan kerja

PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., sebagai Kantor Layanan Syariah

dalam mengembangkan bisnis yang berfokus kepada kegiatan penghimpunan

97
dana masyarakat dan kegiatan konsumer berdasarkan prinsip Syariah

(www.brisyariah.co.id).

B. Deskripsi Data

Data yang akan dideskripsikan pada penelitian ini terdiri dari satu data

dependen yaitu margin murabahah dan data independen yang berjumlah empat,

yaitu Return On Asset (ROA), Dana Pihak Ketiga (DPK), inflasi dan BI rate.

1. Deskripsi Variabel Margin Murabahah

Biaya yang telah dikeluarkan (cost recovery) bisa didekati dengan membagi

proyeksi jumlah biaya operasional bank dengan target volume pembiayaan

murabahah. Margin murabahah dalam konteks ini adalah cost recovery ditambah

dengan keuntungan yang diinginkan bank. Jadi dapat disimpulkan bahwa harga

jual pada skema murabahah merupakan jumlah dari harga beli bank ditambah

dengan cost recovery dan ditambah dengan keuntungan yang diinginkan.

Sedangkan margin merupakan selisih dari harga jual dikurangi dengan harga beli

(Zaenuri, 2012).

Semakin murah harga jual yang ditawarkan bank syariah dapat dijadikan

petunjuk bahwa bank syariah tersebut beroperasi dengan efisien. Harga jual

pembiayaan murabahah yang relatif murah, maka akan mendorong sektor riil

untuk lebih berkembang lagi (Perwataatmadja, 2004).

Berikut adalah pendapatan margin murabahah yang diperoleh oleh lima bank

syariah yang menjadi objek penelitian dari tahun 2012 triwulan I sampai dengan

2015 triwulan IV.

98
Tabel 4.1
Pendapatan Margin MurabahahObjek Penelitian
Periode 2012 – 2015 (dalam Jutaan Rupiah)
Pendapatan Margin Murabahah
2012 2013 2014 2015
T1 36999 51461 63517 68954
Bukopin T2 80344 105729 126904 134852
Syariah T 3 129239 166471 195807 199356
T 4 183716 229291 262719 262893
T 1 223697 287115 303167 215095
Mega T 2 455875 591245 592761 412734
Syariah T 3 707460 895827 856897 588587
T 4 980869 1213053 1115128 742151
T 1 10047 13125 19297 31376
T 2 19475 25698 40169 69350
BCASyariah
T3 29988 38521 51565 109753
T4 41809 54142 89607 155220
T 1 111050 173699 285613 417637
BNI T 2 236166 369196 604306 849185
Syariah T 3 370559 595205 955343 1297748
T 4 527024 854003 1450260 1741998
T 1 201361 250714 340296 378358
BRI T 2 416414 525497 669754 739359
Syariah T 3 645033 824143 1020236 1098634
T 4 887848 1133476 1335164 1458382
Rata-rata 314749 419881 518925 548581
Sumber : Laporan Keuangan Bank Umum Syariah, data diolah

Berdasarkan tabel 4.1, dari ke lima Bank Umum Syariah pada tahun 2012

pendapatan margin murabahah tertinggi dicapai oleh Bank Mega Syariah sebesar

Rp980.869.000 pada triwulan IV, dan terendah oleh BCA Syariah sebesar

99
Rp10.047.000 pada triwulan I, rata-rata pendapatan margin murabahah dari ke

lima Bank Umum Syariah diatas pada tahun 2012 sebesar Rp 314.748.650.

Pada tahun 2013 pendapatan margin murabahah tertinggi dicapai oleh Bank

Mega Syariah pada triwulan IV sebesar Rp 1.213.053.000 dan terendah oleh BCA

Syariah sebesar Rp 13.125.000 pada triwulan I, rata-rata pendapatan margin

murabahah dari ke lima Bank Umum Syariah diatas pada tahun 2013 sebesar Rp

419.880.550.

Pada tahun 2014 pendapatan margin murabahah tertinggi dicapai oleh BNI

Syariah sebesar Rp 1.450.260.000 pada triwulan IV dan terendah oleh Bank BCA

Syariah sebesar Rp 19.297.000 pada triwulan I, rata-rata pendapatan margin

murabahah dari ke lima Bank Umum Syariah diatas pada tahun 2014 sebesar Rp

518.925.500.

Pada tahun 2015 pendapatan margin murabahah tertinggi dicapai oleh BNI

Syariah sebesar Rp 1.741.998.000 pada triwulan IV dan terendah oleh BCA

Syariah sebesar Rp 31.376.000 pada triwulan I, rata-rata pendapatan margin

murabahah dari ke lima Bank Umum Syariah diatas pada tahun 2015 sebesar Rp

548.581.100.

Grafik 4.1
Rata-rata Pendapatan Margin MurabahahObjek Penelitian
1200000
1000000
800000 2012
600000
2013
400000
200000 2014
0 2015
Bukopin Mega BCA Syariah BNI Syariah BRI Syariah
Syariah Syariah
Sumber : Hasil Olahan Peneliti

100
Berdasarkan grafik 4.1, pendapatan margin murabahah diantara ke lima bank

syariah sangat fluktuatif setiap tahunnya dan tidak ada satu bank syariah yang

selalu mendominasi pendapatan margin murabahah.

Pendapatan margin bank Bukopin Syariah selalu di bawah rata-rata setiap

tahunnya, sementara pendapatan margin bank Mega Syariah selalu di atas rata-

rata. BNI Syariah dan BRI Syariah selalu mengalami peningkatan dalam

pendapatan margin setiap tahunnya. Pada tahun 2012 – 2013 pendapatan margin

BCA Syariah selalu di atas rata-rata, namun di tahun 2014 – 2015 pendapatan

margin BCA Syariah di bawah rata-rata.

2. Deskripsi Variabel Return On Asset (ROA)

Return on Assets (ROA) digunakan untuk mengukur pengembalian (laba)

setelah bunga dan pajak atas total aktiva. Hasil pengembalian total aktiva atau

total investasi menunjukan kinerja manajemen dalam menggunakan aktiva

perusahaan untuk menghasilkan laba. Hasil pengembalian ini dapat dibandingkan

dengan penggunaan alternatif dari dana tersebut. Sebagai salah satu ukuran

keefektifan, maka semakin tinggi hasil pengembalian, semakin efektiflah

perusahaan (Astuti, 2004).

ROA adalah perbandingan antara pendapatan bersih (Net Income) dengan

rata-rata aktiva (Average Assets). Keuntungan bagi paara pemilik bank merupakan

hasil dari tingkat keuntungan (Profitability) dan tingkat laverage yang dapat

dipakai.

Laba yang dihasilkan oleh bank syariah mayoritas datang dari produk

pembiayaan murabahah, maka semakin tinggi volume pembiayaan murabahah

101
maka semakin tinggi laba yang didapat dari margin murabahah dan semakin

tinggi pula ROA dari bank syariah tersebut.

Tabel 4.2
Return On Assets (ROA) Objek Penelitian
(dalam persentase)
Return On Assets (ROA)
2012 2013 2014 2015
Triwulan 1 0.54 1.08 0.22 0.35
Bukopin Triwulan 2 0.52 1.04 0.27 0.49
Syariah Triwulan 3 0.61 0.79 0.23 0.66
Triwulan 4 0.55 0.69 0.27 0.79
Triwulan 1 3.52 3.57 1.18 -1.21
Mega Triwulan 2 4.13 2.94 0.99 -0.73
Syariah Triwulan 3 4.11 2.57 0.24 -0.34
Triwulan 4 3.81 2.33 0.29 0.3
Triwulan 1 0.39 0.92 0.86 0.71
BCA Triwulan 2 0.74 0.97 0.69 0.78
Syariah Triwulan 3 0.69 0.99 0.67 0.86
Triwulan 4 0.84 1.01 0.76 1.00
Triwulan 1 0.63 1.62 1.22 1.2
BNI Triwulan 2 0.65 1.24 1.11 1.3
Syariah Triwulan 3 1.31 1.22 1.11 1.32
Triwulan 4 1.48 1.37 1.27 1.43
Triwulan 1 0.17 1.71 0.46 0.53
BRI Triwulan 2 1.21 1.41 0.03 0.78
Syariah Triwulan 3 1.34 1.36 0.2 0.8
Triwulan 4 1.19 1.15 0.08 0.76
Rata-rata 1.42 1.49 0.6 0.58
Sumber : Laporan Keuangan Bank Umum Syariah, data diolah

Berdasarkan tabel 4.2, dari ke lima Bank Umum Syariah pada tahun 2012

ROA tertinggi dicapai oleh Bank Mega Syariah pada triwulan II sebesar 4.13%

102
dan terendah oleh BRI Syariah sebesar 0.17% pada triwulan I, rata-rata ROA dari

ke lima Bank Umum Syariah diatas pada tahun 2012 sebesar 1.42%.

Pada tahun 2013 ROA tertinggi dicapai oleh Bank Mega Syariah sebesar

3.57% pada triwulan I dan terendah oleh Bank Bukopin Syariah sebesar 0.69%

pada triwulan IV, rata-rata ROA dari ke lima Bank Umum Syariah diatas pada

tahun 2013 sebesar 1.49%.

Pada tahun 2014 ROA tertinggi dicapai oleh Bank BNI Syariah sebesar

1.27% pada triwulan IV dan terendah oleh BRI Syariah sebesar 0.03% pada

triwulan II, rata-rata ROA dari ke lima Bank Umum Syariah diatas pada tahun

2014 sebesar 0.60%.

Pada tahun 2015 ROA tertinggi dicapai oleh Bank BNI Syariah sebesar

1.43% pada triwulan I dan terendah oleh Bank Mega Syariah sebesar -1.21% pada

triwulan I, rata-rata ROA dari ke lima Bank Umum Syariah diatas pada tahun

2015 sebesar 0.58%.

Grafik 4.2
Rata-rata ROAObjek Penelitian
5

3 2012

2 2013
2014
1
2015
0
Bukopin Mega BCA Syariah BNI Syariah BRI Syariah
-1
Syariah Syariah

Sumber: Laporan Keuangan Bank Syariah, diolah kembali

103
.ROA bank Mega Syariah berdasarkan grafik 4.2, pada tahun 2012 di atas

rata-rata, sementara ke empat bank syariah lain berada di bawah rata-rata. Begitu

pula di tahun 2013 di saat ROA bank syariah lain di bawah rata-rata, ROA bank

Mega Syariah tetap di atas rata-rata. Pada tahun 2014 ROA dari semua bank

syariah di atas menunjukkan di atas rata-rata, begitu pula di tahun selanjutnya.

Namun, hanya bank Mega Syariah yang jauh di bawah rata-rata pada tahun 2015.

3. Deskripsi Variabel Dana Pihak Ketiga (DPK)

Secara umum, prinsip bagi hasil dalam perbankan syariah dapat diterapkan

dalam empat akad utama, yaitu al-musyarakah, al-mudharabah, al-muzara’ah

dan al-musaqah. Namun prinsip yang paling banyak digunakan adalah al-

musyarakah, al-mudharabah. Bagi hasil ini juga akan diberikan kepada pemilik

Dana Pihak Ketiga (DPK) yaitu pemilik dana tabungan maupun pemilik dana

deposito sebagai imbal hasil karena mereka menginvestasikan dananya di

perbankan syariah (Rahma, 2016).

Dalam penyaluran dana yang bersumber dari dana pihak ketiga bank harus

cermat, penyaluran dana yang disalurkan ke dalam pembiayaan murabahah

menjadi pilihan utama pada umumnya bagi bank-bank syariah di Indonesia,

karena pembiayaan ini merupakan pembiayaan dengan risiko yang lebih rendah

dibandingkan dengan jenis pembiayaan lain. Disamping harus menyalurkan

dananya, bank harus menjaga kelikuiditasan dana tersebut. Berikut adalah data

DPK bank syariah yang menjadi sampel penelitian:

104
Tabel 4.3
Dana Pihak Ketiga(DPK) Objek Penelitian
(Jutaan Rupiah)
2012 2013 2014 2015
Triwulan 1 2240430 3079920 3428774 3915239
Bukopin Triwulan 2 2476161 3204602 3372243 4061048
Syariah Triwulan 3 2609448 3352211 3449246 4337818
Triwulan 4 2850784 3272262 3994957 4756303
Triwulan 1 5124808 7251018 7073389 5075152
Mega Triwulan 2 5019289 7046031 6898350 4429784
Syariah Triwulan 3 6531083 7107187 6755362 4008673
Triwulan 4 7090422 7730738 5821319 4268834
Triwulan 1 938446 1200456 1680808 2379674
BCA Triwulan 2 925413 1283684 1861348 2713701
Syariah Triwulan 3 951829 1418684 1886345 2605729
Triwulan 4 1261824 1703049 2338709 3255154
Triwulan 1 6921122 10683235 12613835 17422874
BNI Triwulan 2 7247944 10386112 13509005 17321427
Syariah Triwulan 3 7721027 10960565 14932565 18930222
Triwulan 4 8980035 11488209 16246405 19322756
Triwulan 1 8899482 13011182 13990979 17562001
BRI Triwulan 2 9410923 13832170 15116585 17310457
Syariah Triwulan 3 10153407 13924879 15496505 18863643
Triwulan 4 11948889 14349712 16947388 20123658
Rata-rata 5465138 7314295 8370706 9633207
Sumber : Laporan Keuangan Bank Umum Syariah, data diolah

Berdasarkan tabel 4.3, dari ke lima Bank Umum Syariah pada tahun 2012

DPK tertinggi dicapai oleh BRI Syariah pada triwulan IV sebesar Rp

11.948.889.000 dan terendah oleh BCA Syariah sebesar Rp 925.413.000 pada

triwulan II, rata-rata DPK dari ke lima Bank Umum Syariah diatas pada tahun

2012 sebesar Rp 5.465.138.300.

105
Pada tahun 2013 DPK tertinggi dicapai oleh BRI Syariah sebesar Rp

14.349.712.000 pada triwulan IV dan terendah oleh Bank BCA Syariah sebesar

Rp 1.200.456.000 pada triwulan I, rata-rata DPK dari ke lima Bank Umum

Syariah diatas pada tahun 2013 sebesar Rp 7.314.295.300.

Pada tahun 2014 DPK tertinggi dicapai oleh BRI Syariah sebesar Rp

16.947.388.000 pada triwulan IV dan terendah oleh BCA Syariah sebesar Rp

1.680.808.000 pada triwulan I, rata-rata DPK dari ke lima Bank Umum Syariah

diatas pada tahun 2014 sebesar Rp 8.370.705.850.

Pada tahun 2015 DPK tertinggi dicapai oleh BRI Syariah sebesar Rp

20.123.658.000 pada triwulan IV dan terendah oleh BCA Syariah sebesar Rp

2.379.674.000 pada triwulan I, rata-rata DPK dari ke lima Bank Umum Syariah

diatas pada tahun 2015 sebesar Rp 9.633.207.350.

Grafik 4.3
Rata-rata DPKObjek Penelitian
20000000

15000000
2012
10000000
2013
5000000 2014
2015
0
Bukopin Mega BCA BNI BRI
Syariah Syariah Syariah Syariah Syariah

Sumber: Laporan Keuangan Bank Syariah, data diolah

Berdasarkan grafik 4.3, DPK dari bank Bukopin Syariah, Mega Syariah dan

BCA Syariah selama 2012 – 2015 selalu di bawah rata-rata, sementara BNI

106
Syariah dan BRI Syariah merupakan bank yang selalu di atas rata-rata atas DPK

yang telah terhimpun selama periode 2012 - 2015.

4. Deskripsi Variabel Inflasi

Secara teori inflasi berpengaruh terhadap dunia perbankan sebagai salah satu

institusi keuangan. Sebagai lembaga yang fungsi utamanya sebagai mediasi, bank

sangat rentan dengan resiko inflasi terkait dengan mobilitas dananya (Rivai,dan

Andria 2009).Secara umum inflasi berarti kenaikan tingkat harga secara umum

dari barang/komoditas dan jasa selama suatu periode tertentu (Karim, 2008.).

Harga beli komoditas dalam pembiayaan murabahah salah satunya

ditentukan oleh tingkat inflasi yang ada, semakin tinggi infasi maka semakin

tinggi pula harga beli yang dikeluarkan pihak bank dalam membeli barang

pesanan murabahah, semakin tinggi harga beli yang dikeluarkan maka semakin

tinggi pula harga jual yang diberi oleh pihak bank kepada nasabah pembiayaan

murabahah. Tingginya harga jual yang ditetapkan bank akan menurunkan volume

pembiayaan murabahah, yang menyebabkan menurunnya pendapatan bank dari

margin murabahah yang dilakukan. Berikut adalah tabel dari data inflasi dari

tahun 2012 – 2015.

Tabel 4.4
Tingkat Inflasi Indonesia
2012 2013 2104 2105
Triwulan 1 3.97 5.90 7.32 6.38
Triwulan 2 4.53 5.90 6.70 7.26
Triwulan 3 4.31 8.40 4.53 6.83
Triwulan 4 4.30 8.38 8.36 3.35
Rata-rata 4.27 7.14 6.72 5.95
Sumber : Bank Indonesia, data diolah

107
Berdasarkan tabel 4.4, pada tahun 2012 tingkat inflasi terendah berada pada

triwulan I sebesar 3.97% dan tertinggi pada triwulan II sebesar 4.53%, rata-rata

tingkat inflasi pada tahun 2012 sebesar 4.27%.

Pada tahun 2013 tingkat inflasi terendah berada pada triwulan I dan II sebesar

5.90% dan tertinggi pada triwulan III sebesar 8.40%, rata-rata tingkat inflasi pada

tahun 2013 sebesar 7.14%.

Pada tahun 2014 tingkat inflasi terendah berada pada triwulan III sebesar

4.53% dan tertinggi berada pada triwulan IV sebesar 8.36%, rata-rata tingkat

inflasi pada tahun 2014 sebesar 6.72%.

Pada tahun 2015 tingkat inflasi terendah berada pada triwulan IV sebesar

3.35% dan tertinggi berada pada triwulan II sebesar 7.26%, rata-rata tingkat

inflasi pada tahun 2015 sebesar 5.95%.

Grafik 4.4
Tingkat Infasi Indonesia
(dalam persentase)
Triwulan 1 Triwulan 2 Triwulan 3 Triwulan 4

8.4 8.38 8.36


7.32 6.7 7.26 6.83
5.9 5.9 6.38
3.97 4.53 4.31 4.3 4.53
3.35

2012 2013 2014 2015

Sumber: Bank Indonesia, data diolah

Berdasarkan grafik 4.4, terlihat bahwa tingkat inflasi tertinggi selama tahun

2012 - 2015 berada pada tahun 2013 triwulan 3 dan 4 dan terendah pada tahun

2015 triwulan ke empat. Dari grafik di atas terlihat bahwa tingkat inflasi Indonesia

sangat fluktuatif baik dari segi tahun ke tahun maupun Triwulan.

108
5. Deskripsi Variabel BI Rate

BI rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap

atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan

diumumkan kepada public (www.bi.go.id).

(Muhammad, 2005) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

besarnya mark-up adalah kebutuhan bank syariah untuk memperoleh keuntungan

riil, inflasi, suku bunga berjalan, kebijakan moneter dan marketabilitas barang-

barang murabahah serta tingkat laba yang diharapkan dari barang-barang

tersebut.

Semakin tinggi bunga pasar yang berlaku, maka semakin tinggi pula nisbah

bagi hasil maupun margin bank syariah. Hal tersebut selalu dilakukan oleh setiap

bank syariah dalam rangka persaingan usaha dengan bank-bank syariah maupun

konvensional.

Tabel 4.5
Tingkat BI rate
BI rate
2012 2013 2014 2015
Triwulan 1 5.75 5.75 7.50 7.50
Triwulan 2 5.75 6.00 7.50 7.50
Triwulan 3 5.75 7.25 7.50 7.50
Triwulan 4 5.75 7.50 7.75 7.50
Rata-rata 5.75 6.62 7.56 7.50
Sumber : Bank Indonesia, data diolah

Berdasarkan tabel 4.5, pada tahun 2012 BI rate tidak mengalami perubahan

dari triwulan I sampai IV yaitu sebesar 5.75%. Pada tahun 2013 BI rate terendah

109
berada pada triwulan I sebesar 5.75% dan tertinggi berada pada triwulan IV

sebesar 7.50%, rata-rata BI rate pada tahun 2013 sebesar 6.62%.

Pada tahun 2014 BI rate terendah berada pada triwulan I,II dan III sebesar

7.50% dan tertinggi berada pada triwulan IV sebesar 7.75%, rata-rata BI rate pada

tahun 2014 sebesar 7.56%. Pada tahun 2015 BI rate tidak mengalami perubahan

dari kuartal 1 sampai 4 yaitu sebesar 7.50%.

Grafik 4.5
Tingkat BI rate
Triwulan 1 Triwulan 2 Triwulan 3 Triwulan 4

7.25 7.5 7.5 7.5 7.5 7.75 7.5 7.5 7.5 7.5
5.75 5.75 5.75 5.75 5.75 6

2012 2013 2014 2015

.Sumber: Bank Indonesia, data diolah

Berdasarkan grafik 4.5, untuk variabel BI rate terlihat bahwa laju BI rate

selama hampir 6 tahun terakhir sangat setabil, tidak ada pergerakan secara

menanjak dan menurun yang sangat signifikan. BI rate tertinggi berada pada

tahun 2014 kuartal terakhir.

6. Analisis Statistik Deskriptif Antar Variabel

Menurut (Mulyono, 2005), statistik deskriptif berhubungan dengan

peringkasan seperangkat data dan penyajiannya dalam bentuk yang dapat

dipahami. Tabel di bawah merupakan tampilan output untuk statistik deskriptif

dari setiap variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Yang terdiri dari 5 Bank

Umum syariah yang diobservasi, yaitu Bank Bukopin Syariah, Bank Mega

110
Syariah, BCA Syariah, BNI Syariah dan BRI Syariah serta kondisi makro

ekonomi Indonesia.

Tabel 4.6
Statistik Deskriptif Antar Variabel
MARGIN ROA DPK INFLASI BI_RATE
Mean 450533.9 1.029250 7695837. 6.026250 6.859375
Median 286364.0 0.850000 6643223. 6.140000 7.500000
Maximum 1741998. 4.130000 20123658 8.400000 7.750000
Minimum 10047.00 -1.210000 925413.0 3.350000 5.750000
Std. Dev. 423078.3 0.949046 5624128. 1.647160 0.838968
Skewness 1.019791 1.471114 0.670261 -0.010354 -0.495260
Kurtosis 3.188633 6.151901 2.166935 1.694535 1.309016

Jarque-Bera 13.98494 61.97062 8.303320 5.682228 12.80185


Probability 0.000919 0.000000 0.015738 0.058361 0.001660

Sum 36042716 82.34000 6.16E+08 482.1000 548.7500


Sum Sq. Dev. 1.41E+13 71.15435 2.50E+15 214.3379 55.60547

Observations 80 80 80 80 80
Sumber : Hasil Output E-Views diolah kembali

Berdasarkan tabel 4.6, kita bisa melihat bahwa nilai rata-rata ROA dari ke

tujuh bank umum syariah yang diobservasi sebesar 1.208%, sedangkan NPF dari

ke tujuh bank umum syariah yang diobservasi sebesar 2.762%. Rata-rata inflasi

yang terjadi pada periode yang dijadikan penelitian adalah sebesar 5.67%,

sedangkan BI rate selama periode penelitian adalah sebesar 6.78%.

Tabel 4.7
Statistik Deskriptif Antar Variabel
Objek Penelitian
Margin ROA DPK Inflasi BI rate
Bukopin Syariah Mean 143640.8 0.56 3400090 6.02 6.85
Mega Syariah Mean 636353.8 1.73 6076965 6.02 6.85
BCA Syariah Mean 49946.38 0.80 1775303 6.02 6.85
BNI Syariah Mean 677437.0 1.21 12792959 6.02 6.85
BRI Syariah Mean 745291.8 0.82 14433866 6.02 6.85
Sumber: Hasil output E-views data diolah kembali

111
Berdasarkan tabel 4.7, maka kita dapat melihat bahwa nilai mean terbesar

untuk margin murabahah dimiliki oleh Bank BRI Syariah dengan angka sebesar

Rp 745.291.800, lalu diikuti oleh BNI Syariah dengan Rp 677.437.000 dan Bank

Mega Syariah dengan Rp 636.353.800.

Sedangkan untuk ROA terbesar dimiliki oleh Bank Mega Syariah dengan

rata-rata ROA sebesar 1.73%, lalu diikuti oleh Bank BNI Syariah sebesar 1.21%

dan BRI Syariah dengan 0.82%. Dan untuk DPK terbesar dimiliki oleh BRI

Syariah dengan rata-rata DPK sebesar Rp 14.433.866.000 , diikuti oleh BNI

Syariah dengan rata-rata sebesar Rp 12.792.959.000 dan Bank Mega Syariah

dengan rata-rata sebesar Rp 6.076.965.000.

Meskipun BRI Syariah paling banyak dalam menghasilkan margin

murabahah namun ROA dari bank tersebut masih kalah dengan Bank Mega

Syariah yang pendapatan marginnya dibawah BRI Syariah dan BNI Syariah. Bank

yang paling besar dalam menghimpun dana dari pihak ketiga adalah Bank BRI

Syariah yang diikuti oleh BNI Syariah dan Bank Mega Syariah. Sementara BCA

Syariah merupakan bank yang paling rendah dalam menghimpun dana pihak

ketiga dibandingkan dengan ke empat bank syariah yang lain.

C. Analisis dan Pembahasan

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode regresi data panel,

dalam regresi data panel terdapat 3 model estimasi, yaitu estimasi Pooled Least

Square (PLS), Fixed Effect Model (FEM) dan Random Effect Model (REM).

112
Untuk memilih estimasi model mana yang terbaik digunakan Uji Chow untuk

memilih antara PLS dan FEM, jika yang dipilih adalah FEM maka harus

dibandingkan lagi dengan REM dengan Uji Hausman.

Seperti yang telah di bahas di bab sebelumnya, bahwa penelitian ini tidak

melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu, jadi estimasi model akan langsung

dilakukan untuk menentukan model mana yang paling baik bagi penelitian ini.

1. Estimasi Model Data Panel

Dalam analisa model data panel dikenal 3 macam pendekatan estimasi, yaitu

pendekatan kuadrat terkecil Pooled Least Square (PLS), pendekatan efek tetap

(Fixed Effect Model) dan pendekatan efek acak (Random Effect Model).

a. Pendekatan Pooled Least Square (PLS)

Pertama-tama dilakukan pengolahan data dengan metode pendekatan

Pooled Least Square,secara sederhana model ini menggabungkan (Pooled)

seluruh data time-series dan cross-section dan kemudian mengestimasi model

dengan metode Ordinary Least Square (OLS) sebagai salah satu syarat untuk

melakukan Uji F-Restricted.

Dari hasil pengolahan program E-Views 9.0 didapatkan hasil seperti

tampilan sebagai berikut:

Tabel 4.8
Regresi Data Panel
Pooled Least Square (PLS)
R-squared 0.806272
Adjusted R-squared 0.795357
Sumber: E Views 9.0, data diolah. Lampiran 1

b. Pendekatan Fixed Effect Model (FEM)

113
Setelah itu dilakukan pengolahan data dengan metode pendekatan Fixed

Effect Model untuk dibandingkan dengan Pooled Least Square. Dari hasil

pengolahan program E-Views 9.0 didapatkan hasil seperti tampilan sebagai

berikut:

Tabel 4.9
Regresi Data Panel: Fixed Effect Model (FEM)
R-squared 0.879397
Adjusted R-squared 0.864997
Sumber: E Views, data diolah. Lampiran 2

c. Uji Chow

Untuk memilih model mana yang digunakan, perlu dilakukan Uji Chow

untuk memilih antara Pooled Least Square atau Fixed Effect Model. Berikut

adalah hasil Uji Chow:

Tabel 4.10
Uji Chow
Effect Test Prob.
Cross-Section F 0.0000
Uji Hasil Metode yang Digunakan
Chow FEM Fixed Effect Model
Sumber: Hasil output E-Views diolah kembali. Lampiran 3.

Nilai yang harus diperhatikan pada uji chow adalah nilai probabilitas dari

F-Statistik. Jika nilai probabilitas F-statistik lebih kecil dari tingkat signifikasi

α (5%), maka tolak H0. Nilai probabilitas F-statistik model pertama adalah

0.0000, dengan demikian metode data panel yang tepat antara Pooled Least

Square (PLS) dengan Fixed Effect Model (FEM) adalah Fixed Effect Model

(FEM).

114
Karena hasil uji chow menunjukkan tingkat signifikasi di bawah 0.05

sehingga kesimpulan yang diambil adalah tolak H0 dan model yang dipilih

adalah Fixed Effect Model (FEM).

d. Random Effect Model (REM)

Setelah itu dilakukan pengolahan data dengan metode pendekatan Random

Effect Model untuk dibandingkan dengan Fixed Effect Model. Dari hasil

pengolahan program E-Views 9.0 didapatkan hasil seperti tampilan sebagai

berikut:

Tabel 4.11
Regresi Data Panel: Random Effect Model (REM)
R-squared 0.806272
Adjusted R-squared 0.795357
Sumber:Hasil Output E-views Data diolah. Lampiran 4

e. Uji Hausman

Untuk memilih metode data panel yang digunakan, perlu dilakukan lagi

Uji Hausman untuk memilih antara Fixed Effect Model atau Random Effect

Model. Berikut adalah hasil Uji Hausman:

Tabel 4.12
Uji Hausman
Test Summary Prob.
Cross-Section Random 0.0000
Uji Hasil Metode yang Digunakan
Hausman FEM Fixed Effect Model
Sumber: Hasil output E-Views diolah kembali. Lampiran 5

Nilai yang harus diperhatikan pada uji hausman adalah nilai probabilitas

dari Cross-section random. Jika nilai probabilitas statistik hausman lebih

besar dari tingkat signifikasi α (5%), maka terima H0. Nilai probabilitas

115
statistik hausman model pertama adalah 0.0000, dengan demikian metode

data panel yang tepat antara Random Effect Model (REM) dan Fixed Effect

Model (FEM) adalah Fixed Effect Model (FEM).

Hasil uji hausman menunjukkan tingkat signifikasi di bawah 0.05 sehingga

kesimpulan yang diambil adalah tolak H0 dan model yang dipilih adalah

Fixed Effect Model (FEM).

D. Analisis Hasil Estimasi Regresi

Setelah dilakukan uji chow dan uji hausman terhadap ketiga model estimasi

(Pooled Least Square, Fixed Effect Model dan Random Effect Model), hasil yang

diperoleh adalah menggunakan Fixed Effect Model (FEM) pada penelitian ini.

Jadi Fixed Effect Model (FEM), merupakan model yang paling cocok untuk

digunakan dalam penelitian ini.

Selanjutnya Fixed Effect Model (FEM) akan di analisis untuk dilihat

bagaimana hubungan antara variabel dependen dan variabel independen.

Berikut ini adalah hasil estimasi model regresi menggunakan model Fixed

Effect Model (FEM).

116
Tabel 4.13
Hasil Estimasi Model Fixed Effect Model (FEM)
Dependent Variable: MARGIN?
Method: Pooled Least Squares
Date: 03/20/17 Time: 08:22
Sample: 2012Q1 2015Q4
Included observations: 16
Cross-sections included: 5
Total pool (unbalanced) observations: 80

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -4.804111 4.268834 -1.125392 0.2644


ROA? 0.114327 0.098504 1.160642 0.2499
DPK? 0.855449 0.349544 2.447331 0.0170
INFLASI? -0.439721 0.249088 -1.765327 0.0821
BI_RATE? 2.455532 0.925336 2.653666 0.0099
Fixed Effects (Cross)
_BUKOPIN_SYARIAH—
C -0.174137
_MEGA_SYARIAH--C 0.780727
_BCA_SYARIAH--C -0.809814
_BNI_SYARIAH--C 0.067787
_BRI_SYARIAH--C 0.231211

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.879397 Mean dependent var 12.40000


Adjusted R-squared 0.864997 S.D. dependent var 1.311296
S.E. of regression 0.481806 Akaike info criterion 1.488253
Sum squared resid 15.55321 Schwarz criterion 1.764261
Log likelihood -47.55361 Hannan-Quinn criter. 1.598559
F-statistic 61.06780 Durbin-Watson stat 2.252460
Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber: Hasil output E-Views

Setelah menentukan model estimasi, selanjutnya akan dilakukan uji adjusted

R square untuk melihat seberapa besar variabel independen menjelaskan variabel

dependen, serta uji statistik yang terdiri dari uji F (simultan) dan uji t (parsial).

1. Uji Adjusted 𝐑𝟐

Uji ini ditujukan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel

independen menjelaskan variabel dependen. Hal tersebut dapat dilihat dari

117
persentase Adjusted R2 , semakin besar Adjusted R2 square maka semakin baik

hasil model regresi.

Nilai Adjusted-R2 penelitian ini sebesar 0.864997, hal tersebut menunjukkan

bahwa variabel-variabel independen dalam model regresi di atas mampu

menjelaskan variabel margin murabahah sebesar 86.49% dan terdapat variabel

lain di luar variabel penelitian ini yang mempengaruhi pendapatan margin

murabahah dari ke lima bank umum syariah sebesar 13.51%.

Artinya terdapat pengaruh sebesar 86.49% antara X1 (ROA), X2 (DPK), X3

(Inflasi) dan X4 (BI rate) terhadap variabel Y (Margin Murabahah). Hal ini

mengindikasikan model regresi yang dihasilkan dalam penelitian ini mampu

menjelaskan keadaan yang sebenarnya dengan baik.

2. Uji F-Statistik (Simultan)

Uji ini akan menunjukkan apakah semua variabel independen (ROA, DPK,

Inflasi dan BI rate) yang dimasukkan ke dalam model mempunyai pengaruh

secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Margin Murabahah).

Nilai probabilitas F-statistik pada model Fixed Effect Model (FEM)

menunjukkan angka sebesar 0.0000000. Nilai ini lebih kecil dari tingkat

signifikasi 𝛼 (5%), sehingga dapat disimpulkan bahwa keseluruhan variabel bebas

(ROA, DPK, Inflasi dan BI rate) secara simultan berpengaruh terhadap variabel

terikat (Margin Murabahah).

118
3. Uji t-Statistik (Parsial)

Uji ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen (ROA,

DPK, Inflasi dan BI rate) yang dimasukkan dalam model regresi secara individual

terhadap variabel dependen (Margin Murabahah).

a. Uji ROA terhadap Margin Murabahah

Berdasarkan tabel 4.14, nilai t-statistik ROA sebesar 1.1606 dan nilai

signifikasi sebesar 0.2499. Dengan menggunakan tingkat keyakinan 𝛼 = 5%,

berarti tidak ditemukan siginifikasi antara Return On Assets (ROA) terhadap

Pendapatan Margin Murabahah, karena 0.2499 > 0.05. sehingga disimpulkan

variabel ROA secara parsial tidak berpengaruh terhadap Margin Murabahah.

b. Uji DPK terhadap Margin Murabahah

Berdasarkan tabel 4.14, nilai t-statistik DPK sebesar 2.4473 dan nilai

signifikasi sebesar 0.0170. Dengan menggunakan tingkat keyakinan 𝛼 = 5%,

berarti ditemukan siginifikasi antara Dana Pihak Ketiga(DPK) terhadap

Pendapatan Margin Murabahah, karena 0.0170 < 0.05. sehingga disimpulkan

variabel DPK secara parsial berpengaruh terhadap Margin Murabahah.

c. Uji Inflasi terhadap Margin Murabahah

Berdasarkan tabel 4.14, nilai t-statistik Inflasi sebesar -0.4397 dan nilai

signifikasi sebesar 0.0821. Dengan menggunakan tingkat keyakinan 𝛼 = 5%,

berarti tidak ditemukan siginifikasi antara Inflasi terhadap Pendapatan Margin

Murabahah, karena 0.0821 > 0.05. Sehingga dapat disimpulkan variabel

Inflasi secara parsial tidak berpengaruh terhadap Margin Murabahah.

119
d. Uji BI rate terhadap Margin Murabahah

Berdasarkan tabel 4.14, nilai t-statistik BI rate sebesar 2.4555 dan nilai

signifikasi sebesar 0.0099. Dengan menggunakan tingkat keyakinan 𝛼 = 5%,

berarti ditemukan siginifikasi antara BI rate terhadap Pendapatan Margin

Murabahah, karena 0.0099 < 0.05. sehingga disimpulkan variabel BI rate

secara parsial berpengaruh terhadap Margin Murabahah.

E. Analisis Model Regresi Panel Data

Berikut ini persamaan model regresi panel data dengan Fixed Effect Model

(FEM), yaitu:

Tabel 4.14
Hasil Estimasi Model Fixed Effect Model (FEM)
Dependent Variable: MARGIN?
Method: Pooled Least Squares
Date: 03/20/17 Time: 08:22
Sample: 2012Q1 2015Q4
Included observations: 16
Cross-sections included: 5
Total pool (unbalanced) observations: 80

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -4.804111 4.268834 -1.125392 0.2644


ROA? 0.114327 0.098504 1.160642 0.2499
DPK? 0.855449 0.349544 2.447331 0.0170
INFLASI? -0.439721 0.249088 -1.765327 0.0821
BI_RATE? 2.455532 0.925336 2.653666 0.0099
Fixed Effects (Cross)
_BUKOPIN_SYARIAH—
C -0.174137
_MEGA_SYARIAH--C 0.780727
_BCA_SYARIAH--C -0.809814
_BNI_SYARIAH--C 0.067787
_BRI_SYARIAH--C 0.231211

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.879397 Mean dependent var 12.40000


Adjusted R-squared 0.864997 S.D. dependent var 1.311296

120
S.E. of regression 0.481806 Akaike info criterion 1.488253
Sum squared resid 15.55321 Schwarz criterion 1.764261
Log likelihood -47.55361 Hannan-Quinn criter. 1.598559
F-statistic 61.06780 Durbin-Watson stat 2.252460
Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber: Hasil output E-Views

Berdasarkan tabel di atas, maka diperoleh persamaan model reresi antara

variabel dependen (Margin Murabahah) dan variabel independen (ROA, DPK,

Inflasi dan BI rate) sebagai berikut:

Marginit= -4.804111 + 0.114327ROAit + 0.855499DPKit - 0.439721INFit -+

2.455532BIit

Dari Persamaan di atas dapat dijelaskan bahwa:

1. Konstanta sebesar -4.804111 menunjukkan bahwa jika variable

independen (ROA, DPK, Inflasi dan BI rate) pada observasi ke i dan

periode ke t adalah konstan, maka margin murabahah sebesar -4.804111.

2. Koefisien regresi sebesar 0.114327 menunjukkan jika nilai ROA pada

observasi ke i dan periode ke t naik sebesar 1%, maka akan menaikan

margin murabahah pada observasi ke i dan periode ke t sebesar 0.114327.

3. Koefisien regresi sebesar 0.855499 menunjukkan jika nilai Dana Pihak

Ketiga (DPK) pada observasi ke i dan periode ke t naik sebesar 1%, maka

akan menaikan margin murabahah pada observasi ke i dan periode ke t

sebesar 0.855499.

4. Koefisien regresi sebesar -0.439721 menunjukkan jika nilai Inflasi pada

observasi ke i dan periode ke t naik sebesar 1%, maka akan

menurunkanmargin murabahah pada observasi ke i dan periode ke t

sebesar -0.439721.

121
5. Koefisien regresi sebesar 2.455532 menunjukkan jika nilai BI ratepada

observasi ke i dan periode ke t naik sebesar 1%, maka akan menaikan

margin murabahah pada observasi ke i dan periode ke t sebesar 2.455532.

F. Persamaan Model Regresi Setiap Bank

Tabel 4.15
Model Regresi Setiap Bank
Fixed Effect (Cross)
_BUKOPIN_SYARIAH—C -0.174137
_MEGA_SYARIAH--C 0.780727
_BCA_SYARIAH--C -0.809814
_BNI_SYARIAH--C 0.067787
_BRI_SYARIAH--C 0.231211
Sumber: Eviews 9.0

Berdasarkan tabel di atas, maka didapat persamaan model regresi tiap

bank umum syariah sebagai berikut:

1. Persamaan Model Bank Bukopin Syariah

Returnit = -0.174137 + 0.114327ROAit + 0.855499DPKit - 0.439721INFit -

+ 2.455532BIit

Konstanta sebesar -0.174137 menunjukkan bahwa jika variabel

independen (ROA, DPK, Inflasi dan BI rate) pada observasi ke i dan

periode ke t adalah konstan, maka margin murabahah pada Bukopin

Syariah menurun sebesar 0.174137.

2. Persamaan Model Regresi Bank Mega Syariah

Returnit = 0.780727 + 0.114327ROAit + 0.855499DPKit - 0.439721INFit -+

2.455532BIit

Konstanta sebesar 0.780727 menunjukkan bahwa jika variabel

independen (ROA, DPK, Inflasi dan BI rate) pada observasi ke i dan

122
periode ke t adalah konstan, maka margin murabahah pada Mega Syariah

meningkat sebesar 0.780727.

3. Persamaan Model Regresi BCA Syariah

Returnit= -0.809814 + 0.114327ROAit + 0.855499DPKit - 0.439721INFit -+

2.455532BIit

Konstanta sebesar -0.809814 menunjukkan bahwa jika variabel

independen (ROA, DPK, Inflasi dan BI rate) pada observasi ke i dan

periode ke t adalah konstan, maka margin murabahah pada BCA Syariah

menurun sebesar 0.809814.

4. Persamaan Model Regresi BNI Syariah

Returnit= 0.067787 + 0.114327ROAit + 0.855499DPKit - 0.439721INFit -+

2.455532BIit

Konstanta sebesar 0.067787 menunjukkan bahwa jika variabel

independen (ROA, DPK, Inflasi dan BI rate) pada observasi ke i dan

periode ke t adalah konstan, maka margin murabahah pada BNI Syariah

meningkat sebesar 0.067787.

5. Persamaan Model Regresi BRI Syarriah

Returnit= 0.231211 + 0.114327ROAit + 0.855499DPKit - 0.439721INFit -+

2.455532BIit

Konstanta sebesar 0.231211 menunjukkan bahwa jika variabel

independen (ROA, DPK, Inflasi dan BI rate) pada observasi ke i dan

periode ke t adalah konstan, maka margin murabahah pada BRI Syariah

meningkat sebesar 0.231211.

123
G. Interpretasi

1. Pengaruh Return On Assets (ROA) Terhadap Margin Murabahah

Berdasarkan tabel 4.14, variabel ROA tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap variable margin murabahah. Artinya margin yang diharapkan melalui

pembiayaan murabahah tidak dipengaruhi oleh tinggi rendahnya ROA. Rasio

ROA yang baik atau buruk bukan menjadi perhatian utama bank syariah dalam

menentukan besar kecilnya margin murabahah yang diharapkan dalam

pembiayaan murabahah.

Menurut (Nurdany, 2012) rasio ROA yang baik akan membuat ekspektasi

masyarakat terhadap suatu bank menjadi tinggi, rasio ROA yang baik

menyebabkan keinginan masyarakat unntuk bertransaksi dengan bank semakin

meningkat. Popularitas murabahah di mata masyarakat, membuat pembiayaan ini

merupakan pilihan utama masyarakat dalam bertransaksi dengan bank syariah,

semakin banyak transaksi murabahah semakin tinggi pula margin yang diperoleh

bank. Namun, dalam penelitian ini tidak ditemukan pengaruh yang signifikan

antara ROA dengan margin murabahah, hal tersebut dikarenakan ROA dari bank

syariah yang menjadi sampel secara rata-rata dapat dikatakan kurang sehat karena

menunjukkan angka dibawah 0.99% dan cenderung menurun setiap tahunnya.

Selanjutnya nilai koefisien variabel ROA sebesar 0.114327 memiliki arah

yang positif. Hal ini menunjukkan, jika ROA meningkat sebesar satu poin maka

margin murabahah akan naik sebesar 0.11%.

Rasio Return On Asset (ROA) diperoleh dari membandingkan antara

pendapatan bersih (Net Income) dengan rata-rata aktiva (Average Assets). ROA

124
dari ke lima bank syariah yang dijadikan objek penelitian tidak mempengaruhi

margin murabahah yang diperoleh. Namun, dengan hubungan yang positif antara

ROA dan pendapatan margin murabahah, semakin besarnya pendapatan margin

maka semakin baik pula ROA bank tersebut.

Murabahah dengan marginnya merupakan pendapatan utama bank syariah

sekarang ini. Murabahah menjadi populer dalam dunia perbankan syariah karena

pembiayaan ini memiliki risiko yang rendah dibandingkan pembiayaan lainnya.

Oleh karena itu banyak bank syariah di Indonesia cenderung menginvestasikan

dana yang dihiimpun ke dalam pembiayaan ini.

Selain bank syariah, nasabah juga ikut andil dalam membuat pembiayaan

murabahah menjadi populer, hal itu dikarenakan sifat konsumtif masyarakat

Indonesia yang membuat permintaan atas pembiayaan murabahah menjadi tinggi.

Semakin tinggi permintaan semakin tinggi volume pembiayaan murabahah dan

semakin tinggi pula margin yang diperoleh.

Tingginya margin akan menyebabkan tingginya pendapatan yang diperoleh

bank syariah. Besarnya pendapatan dan lebih kecilnya rata-rata aktiva bank

tersebut akan membuat rasio Return On Asset (ROA) menjadi besar. Artinya

semakin tinggi ROA maka semakin tinggi pula pendapatan margin murabahah.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Rahma, 2016) yang

menemukan bahwa ROA tidak berpengaruh terhadap margin murabahah. Tetapi

hal ini bertolak belakang dengan temuan dari (Purwaningsih, 2010) yang

menemukan pengaruh signifikan dan positif atas variabel ROA terhadap margin

125
murabahah, sementara temuan dari (Nurdany, 2012) menemukan signifikansi

antara ROA dan pendapatan margin murabahah namun negatif.

2. Pengaruh Dana Pihak Ketiga(DPK) Terhadap Margin Murabahah

Berdasarkan tabel 4.14, variabel Dana Pihak Ketiga(DPK) berpengaruh

secara signifikan terhadap margin murabahah.Nilai koefisien variabel Dana Pihak

Ketiga(DPK) diperoleh sebesar 0.855449 memiliki arah yang positif. Hal ini

berarti setiap peningkatan satu poin pada Dana Pihak Ketiga(DPK) akan

meningkatkan margin murabahah sebesar 0.85%.

Artinya semakin banyak DPK yang terhimpun semakin banyak pula

kewajiban bank dalam memenuhi nisbah atau bonus yang diperjanjikan kepada

pemilik dana. Bonus atau nisbah yang diperjanjikan membuat bank meningkatkan

volume dari pembiayaan murabahah demi mendapatkan margin yang akan dibagi-

hasil dengan para pemilik dana sesuai kontrak.

Melihat risiko yang rendah dibandingkan dengan produk pembiayaan yang

lain, murabahah menjadi produk pembiayaan utama dalam menginvestasikan

Dana Pihak Ketiga (DPK) yang terhimpun. Dimana dari pembiayaan ini, hasil

usaha, akan dibagi-hasilkan sesuai dengan akad.

Bagi hasil yang akan dibagikan kepada pihak ketiga diperoleh dari margin

murabahah, jadi semakin tinggi Dana Pihak Ketiga (DPK) yang terhimpun maka

semakin tinggi pula investasi yang dilakukan bank syariah pada pembiayaan

murabahah yang secara otomatis akan meningkatkan pendapatan margin atas

pembiayaan yang dilakukan.

126
Hal ini sejalan dengan temuan dari (Rahma, 2016) yang menemukan bahwa

bagi hasil Dana Pihak Ketiga (DPK) mempunyai pengaruh terhadap margin

murabahah dari 11 bank yang diteliti, dengan tingkat signifikasi sebesar 0.0000.

Penelitian yang dilakukan oleh (Zaenuri, 2012) juga menemukan signifikasi

antara DPK terhadap margin murabahah pada Bank BRI Syariah dengan tingkat

signifikasi sebesar 0.0000.Penelitian yang dilakukan pada bank syariah di

Malaysia oleh (Pisol dkk, 2012), menunjukkan bahwa dalam menetapkan margin

keuntungan bank syariah akan meperhatikan dana yang terhimpun.

Namun, hal ini tidak sejalan dengan temuan dari (Izzuddin, 2013) dimana ia

tidak menemukan signifikasi variabel DPK terhadap margin murabahah pada

Bank Mega Syariah dan BRI Syariah.

3. Pengaruh Inflasi Terhadap Margin Murabahah

Berdasarkan tabel 4.14, variabel inflasi tidak berpengaruh terhadap margin

murabahah. Selanjutnya nilai koefisien variabel inflasi sebesar -0.439721

memiliki arah yang negatif. Berarti margin yang diberikan oleh bank syariah

kepada nasabah pembiayaan murabahah tidak dipengaruhi oleh tingkat inflasi

yang ada, dan dengan hubungan yang negatif berarti setiap kenaikan satu poin

inflasi menyebabkan penurunan margin murabahah sebesar 0.43%.

Semakin tinggi tingkat inflasi maka margin murabahah yang diperoleh akan

semakin berkurang. Hal tersebut dikarenakan inflasi membuat daya beli

masyarakat menurun dikarenakan kenaikan harga barang-barang, Murabahah

sangat erat kaitannya dengan inflasi, karena inflasi akan membuat komoditas dari

murabahah menjadi mahal dan ketika komoditas mahal masyarakat akan

127
mengurungkan niat untuk membeli barang tersebut sehingga margin yang didapat

oleh bank anak menurun juga.

Inflasi membuat komoditas dari pembiayaan murabahah menjadi tinggi nilai

belinya, dengan nilai beli yang tinggi, maka akan menyebabkan nilai jual yang

diberikan oleh bank syariah kepada nasabah menjadi tinggi juga.

Nilai jual yang tinggi dapat menyebabkan margin yang tinggi dan angsuran

yang tinggi pula. Tidak idealnya pembiayaan murabahah saat inflasi sedang

tinggi akan menyebabkan para calon nasabah mengurunkan niat untuk membeli

suatu komoditas melalui pembiayaan murabahah karena nilai komoditas tersebut

akan menjadi sangat mahal karena efek inflasi.

Secara teori kenaikan inflasi akan menyebabkan daya beli masyarakat

menjadi menurun, dan hal tersebut menyebabkan pembiayaan murabahah menjadi

menurun saat inflasi sedang tinggi-tingginya. Penelitian ini tidak sejalan dengan

penelitian yang dilakukan (Satya, 2013) dimana ia menemukan signifikasi namun

negatif antara variabel inflasi terhadap margin murabahah.

Namun, penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

(Zaenuri, 2012) yang menemukan variabel inflasi tidak mempengaruhi secara

signifikan terhadap margin murabahah dengan probabilitas t-statistik sebesar

0.418. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Izzuddin,

2013) dimana variabel inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap margin

murabahah dengan tingkat probabilitas t-statistik sebesar 0.563.

128
4. Pengaruh BI Rate Terhadap Margin Murabahah

Berdasarkan tabel 4.14, variabel BI rate berpengaruh secara signifikan

terhadap margin murabahah. Selanjutnya nilai koefisien variabel BI rate sebesar

2.455532 memiliki arah yang positif. Artinya jika BI rate mengalami peningkatan

sebesar satu poin maka akan mempengaruhi margin murabahah sebesar 2.45%.

Hal ini menandakan dalam menetapkan margin murabahah bank syariah yang

masih mengacu kepada BI rate dan sangat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya BI

rate.

Tidak adanya aturan dalam penentuan margin pembiayaan murabahah bagi

bank syariah, menjadikan dunia perbankan syariah di Indonesia masih menjadikan

BI rate sebagai salah satu rujukan dalam penetapan margin murabahah.Bank

syariah yang secara teori tidak dipengaruhi oleh suku bunga pasar, ternyata masih

dibayang-bayangi oleh suku bunga pasar dalam kegiatan usahanya.

Persaingan usaha merupakan alasan utama mengapa BI rate masih dijadikan

rujukan oleh bank syariah dalam menentukan margin. Karena jika margin lebih

besar dibandingkan suku bunga yang berlaku maka nasabah akan berpaling dan

mencari bank lain yang memberikan margin yang ideal bagi mereka. Sebaliknya,

jika margin dibawah suku bunga pasar maka bank tersebut akan kalah dalam

persaingannya dengan bank-bank lain.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Fakhrina, 2015),

(Zaenuri, 2012) dan (Purwaningsih, 2010) yang menemukan signifikasi antara BI

rate terhadap margin murabahah. Penelitian yang dilakukan oleh (Zandi dan

129
Arriffin, 2012) juga menemukan bahwa suku bunga mempengaruhi margin

keuntungan murabahah pada bank syariah di Iran dan Malaysia.

Namun penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

(Satya, 2013),dimana iatidak menemukan signifikasi antara BI rate terhadap

margin murabahah. Penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh (Sari, 2012) dimana ia tidak menemukan signifikasi antara BI rate

terhadap margin murabahah, ia menemukan signifikasi sebesar 0.827 yang lebih

besar dari 0.05 dan juga tidak sejalan dengan (Izzuddin, 2012).

5. Pengaruh ROA, DPK, Inflasi dan BI rate Secara Simultan Terhadap

Margin Murabahah

Berdasarkan tabel 4.14, secara simultan variabel Return On Asset (ROA),

Dana Pihak Ketiga (DPK), Ifnlasi dan BI rate berpengaruh terhadap margin

murabahah. Maka keputusan yang diambil adalah menolak H0 karena terdapat

pengaruh yang signifikan antara ROA, DPK, Inflasi dan BI rate terhadap margin

murabahah.

Nilai probabilitas F-statistik pada model Fixed Effect Model (FEM)

menunjukkan angka sebesar 0.0000000. Nilai ini lebih kecil dari tingkat

signifikasi 𝛼 (5%), sehingga dapat disimpulkan bahwa keseluruhan variabel bebas

(ROA, DPK, Inflasi dan BI rate) secara simultan berpengaruh terhadap variabel

terikat (Margin Murabahah).

130
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisa dan pembahasan hasil olahan data yang telah dipaparkan

pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil uji regresi panel data menemukan bahwa variabel independen Return

On Asset (ROA) dengan tingkat signifikasi 0,2499 secara parsial tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap margin murabahah. Hal ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh (Rahma, 2016) yang menemukan

bahwa ROA tidak berpengaruh terhadap margin murabahah. Tetapi hal ini

bertolak belakang dengan temuan dari (Purwaningsih, 2010) yang

menemukan pengaruh signifikan dan positif atas variabel ROA terhadap

margin murabahah, sementara temuan dari (Nurdany, 2012) menemukan

signifikansi antara ROA dan pendapatan margin murabahah namun negatif.

2. Hasil uji regresi panel data menemukan bahwa variabel Dana Pihak Ketiga

(DPK) dengan tingkat signifikasi 0,0170 secara parsial berpengaruh secara

signifikan terhadap margin murabahah. Hal ini sejalan dengan temuan dari

(Rahma, 2016) yang menemukan bahwa bagi hasil Dana Pihak Ketiga (DPK)

mempunyai pengaruh terhadap margin murabahah dari 11 bank yang diteliti.

Penelitian yang dilakukan oleh (Zaenuri, 2012) juga menemukan signifikasi

antara DPK terhadap margin murabahah pada Bank BRI Syariah dan

penelitian ini sejalan dengan (Pisol dkk, 2012). Namun, hal ini tidak sejalan

131
dengan temuan dari (Izzuddin, 2013) dimana ia tidak menemukan signifikasi

variabel DPK terhadap margin murabahah pada Bank Mega Syariah dan BRI

Syariah.

3. Hasil uji regresi panel data menemukan bahwa variabel inflasi dengan tingkat

signifikasi 0.0821 secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

margin murabahah. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang

dilakukan (Satya, 2013) dimana ia menemukan signifikasi namun negatif

antara variabel inflasi terhadap margin murabahah. Namun, penelitian ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Zaenuri, 2012) yang

menemukan variabel inflasi tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap

margin murabahah. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh (Izzuddin, 2013) dimana variabel inflasi tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap margin murabahah.

4. Hasil uji regresi panel data menemukan bahwa variabel BI rate dengan

tingkat signifikasi 0.0099 secara parsial berpengaruh secara signifikan

terhadap margin murabahah. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh (Fakhrina, 2015), (Zaenuri, 2012) dan (Purwaningsih, 2010)

yang menemukan signifikasi antara BI rate terhadap margin murabahah.

Penelitian yang dilakukan oleh (Zandi dan Arriffin, 2012) juga menemukan

bahwa suku bunga mempengaruhi margin keuntungan murabahah pada bank

syariah di Iran dan Malaysia. Namun penelitian ini tidak sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh (Satya, 2013), dimana iatidak menemukan

signifikasi antara BI rate terhadap margin murabahah. Penelitian ini juga

132
tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Sari, 2012) dimana ia

tidak menemukan signifikasi antara BI rate terhadap margin murabahah, ia

menemukan signifikasi sebesar 0.827 yang lebih besar dari 0.05 dan juga

tidak sejalan dengan (Izzuddin, 2012).

5. Hasil uji regresi data panel menemukan bahwa variabel Return On Asset

(ROA), Dana Pihak Ketiga (DPK), inflasi dan BI rate secara simultan atau

bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap margin murabahah dengan

tingkat signifikasi sebesar 0,0000.

6. Hasil uji regresi data panel menemukan bahwa variabel BI rate merupakan

variabel yang paling dominan terhadap pendapatan margin murabahah

dengan tingkat signifikasi sebesar 0.0170. Hal tersebut menunjukkan bahwa

dalam menjalankan kegiatan usahanya ke lima bank syariah yang menjadi

objek penelitian masih menjadikan BI rate sebagai rujukan atau acuan dalam

menentukan margin murabahah. Belum adanya regulasi dalam menentukan

margin menjadikan bank syariah di Indonesia masih menjadikan BI rate

sebagai pertimbangan dalam menjalankan kegiatan usahanya. Hal tersebut

bertolak belakang dengan teori bahwa dalam kegiatan usahanya bank syariah

terlepas dari bunga dalam hal ini adalah BI rate.

B. Saran

Berdasarkan penelitian ini maka saran untuk penelitian selanjutnya

1. Hendaknya penelitian selanjutnya menambahkan sampel penelitian baik dari

jumlah bank dalam objek ataupun rentang waktu penelitian, sehingga

133
memiliki titik observasi yang lebih banyak dan mencerminkan keadaan

sebenarnya. Serta memasukkan variabel lainnya guna mengetahui adakah

variabel-variabel lain yang mempengaruhi besar kecilnya margin murabahah

diluar variabel penelitian ini, dan bagaimana hubungan yang terjadi di antara

variabel-variabel tersebut.

2. Bagi pihak bank hendaknya memperhatikan BI rate dalam menentukan

margin yang diinginkan dalam pembiayaan murabahah serta kewajiban

dalam memberi bonus dan nisbah bagi hasil kepada para pemilik dana agar

margin yang diinginkan menjadi ideal untuk nasabah dan khususnya bagi

bank sendiri.

3. Bagi masyarakat umum penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam

memutuskan untuk melakukan pembiayaan murabahah, agar pembiayaan

yang dilakukan tidak terlalu mahal bagi masyarakat sehingga masyarakat

mampu menjalankan kewajibannya sebagai nasabah.

134
Daftar Pustaka

Al-Qur‟an dan Al-Hadist

Al Arif, Nur, Rianto, “Dasar-Dasar Pemasaran Bank Syariah”, Alfabeta,


Bandung, 2012

Antonio, Muhammad, Syafi‟I, “Bank Syariah dari Teori ke Praktek Cetakan 1”,
Gemma Insani, Jakarta, 2001.

Antonio, Muhammad, Syafi‟i, “Bank Syariah dari Teori ke Praktik”, Gema


Insani, Jakarta, 2009.
Ariefianto, Moch. Doddy “Ekonometrika Esensi dan Aplikasi dengan
Menggunakan Eviews”, PT. Gelora Aksara Pratama, Jakarta, 2012.
Arifin, Zainul, “Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah”, Pustaka Alvabet,
Jakarta, 2006.
Arumdhani, Astri, “Pengaruh Pembiayaan Murabahah dan Tingkat Suku Bunga
Terhadap Pendapatan Margin Murabahah pada PT Bank Syariah
Mandiri”, Universitas Komputer Indonesia, 2011.
Ascarya, “Akad dan Produk Bank Syariah: Konsep dan Praktek di Beberapa
Negara”, PT. Raja Grafindo, Jakarta, 2006.

Astuti, Dewi, “Manajemen Keuangan Perusahaan”, Ghalia Indonesia, Jakarta,


2004.
Atmadja, Adwin S. “Inflasi di Indonesia: Sumber-Sumber Penyebab dan
Pengendaliannya”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 1, No. 1, 1999.

Aziz, Abdul, “Manajemen Investasi Syariah”, Alfabeta, Bandung, 2010.

Baltagi, B. H. “Econometrics Analysis of Panel Data”, Chichester, Wiley, 2005.

Colander, D. C, “Macroeconomics”, McGraw-Hill, New York, 2004.

Daryanto, Arief dan Hafizrianda, Yundi, “Model-Model Kuantitatif: Untuk


Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah”, PT. Penerbit IPB Press,
Bogor, 2010.

Djuwaini, Dimyauddin, “Pengantar Fiqh Muamalah”, Pustaka Pelajar,


Yogyakarta, 2010.

135
Fakhrina, Agus, “Pengaruh Suku Bunga Kredit dan Deposito Bank Konvensional
Terhadap Margin Pembiayaan Murabahah Bank Syariah di Indonesia”,
STAIN Pekalongan, 2015.

Fatwa DSN MUI Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000.


Ghozali, Imam, “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 20
Edisi 7”, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2013.

Gujarati, Damodar N. “Essentials of Econometrics”. New York: McGraw-Hill,


1992.

Gujarati, Damodar, “Basic Econometrics” (4th ed.), The Mcgraw-Hill Companies,


2003.
Hamidi, Luthfi, “Jejak-Jejak Ekonomi Syariah”, Senayan Abadi Publishing,
Jakarta, 2003.
Haron, Sudin, “Islamic Banking, Rules & Regulations”, Pelanuk Publication,
Malaysia, 1997.
Hasan, Ihsan N. “Perbankan Syariah: Sebuah Pengantar”, Referensi, GP Press
Group, Jakarta, 2014.

Ismail, “Manajemen Perbankan”, Kencana Prenada Media Grup, Jakarta, 2010.

Izzudin, Muhammad, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Margin


Murabahah (Studi kasus pada BRI Syariah dan Bank Mega Syariah)”,
UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2013.

Judisseno, R, “Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia”, Gramedia Pustaka


Utama, Jakarta, 2005.

Juanda, Bambang dan Junaidi, “Ekonometrika Deret Waktu: Teori dan Aplikasi”,
IPB Press, Bogor, 2012.
Karim, Adiwarman, “Bank Islam: Analisa Fiqih dan Keuangan Edisi Pertama”,
PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004.
Karim, Adiwarman, “Bank Islam: Analisa Fiqih dan Keuangan Edisi Kedua”, PT
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006.
Karim, Adiwarman, “Bank Islam: Analisa Fiqih dan Keuangan Edisi Ketiga”, PT
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008.
Karim, Adiwarman, “Bank Islam: Analisa Fiqih dan Keuangan Edisi kelima”, PT
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013.

136
Kasmir, “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2002.
Long, J. B. “Macroeconomics”, McGraw-Hill, New York, 2002.
McConnell, C. R. “Macroeconomics”, McGraw-Hill, New York, 2008.

Muhammad, “Lembaga-Lembaga Keuangan Umat Kontemporer”, UII Press,


Yogyakarta, 2000.

Muhamad, “Manajemen Bank Syariah”, UUP AMPY KPN, Yogyakarta, 2005


Muhammad, “Lembaga-Lembaga Keuangan Umat Kontemporer”, UII Press,
Yogyakarta, 2011.
Pisol, dkk, “ Sharia Views on the Components of Profit Rate In Al-Murabahah
Asset Financing in Malaysian Islamic Bank”, World Academy of Science,
Engineering and Technology, 2012.

Nachrowi, D, “Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan”, Lembaga


Penerbit FE UI, Jakarta, 2006.
Nachrowi, Djalal N dan Usman, Hardius, “Pendekatan Populer dan Praktis
Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan”, Ghalia Indonesia,
Jakarta, 2006.

Nurdany, Achmad, “Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Rentabilitas Terhadap


Pendapatan Margin Murabahah Bank”, Program Studi Ekonomi, Fakultas
Ekonomi, Universitas Islam Indonesia (UII), 2013.

Nurhayati, Siti dan Wasilah, ”Akuntansi Syariah di Indonesia” Edisi 3, Salemba


Empat, Jakarta, 2013.

Perwataatmadja, Karnaen dan Antonio, Safi‟I, Muhammad, “Apa dan Bagaimana


Bank Islam”, Cetakan Ketiga, Dana Bahkti Prima Yasa, Yogyakarta, 1992.
Purwaningsih, Lin, “Analisis Faktor Eksternal dan Faktor Internal yang
Mempengaruhi Margin Pembiayaan Studi Kasus pada PT. Bank
Muamalat Indonesia Tbk.”, Universitas Islam Negari Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2010.
Puspopranoto, Sawaldjo, “Keuangan Perbankan dan Pasar Keuangan”, Pustaka
LP3ES, Jakarta, 2004.
Putong, Iskandar, “Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro”, Edisi II, Ghalia
Indonesia, Jakarta, 2003.
Rahardja, Prathama dan Manurung, Mandala, “Teori Ekonomi Makro”, Lembaga
Penerbit FE UI, Depok, 2005.

137
Rahma, Yusro, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Margin Murabahah Bank
Syariah di Indonesia”, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.

Rivai dan Andria, “Bank and Financial Institution Management”, edisi keempat,
BP FEUI, Jakarta. 2009.
Rivai dan Veithzal, “Bank and Financial Institution Management: Conventional
and Sharia System”, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007.

Rivai dan Veithzal, “Islamic Banking Sistem Bank Islam Bukan Hanya Solusi
Menghadapi KrisisNamun Solusi dalam Menghadapi Berbagai Persoalan
Perbankan dan Ekonomi Global”, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010.

Rodoni, Ahmad, “Investasi Syariah”, Lembaga Penelitian UIN Jakarta, Jakarta,


2009.

Rodoni, Ahmad dan Ali Herni, “Manajemen Keuangan Modern”, Mitra Wacana
Media, Jakarta, 2014.

Saeed, Abdullah, “Islamic Banking and Interest, A Study of Prohibition of Riba


and its Contemporary Interpretation”, E.J.Brill, Leiden, 1996.

Sari, Purnama, Liana,”Pengaruh Pembiayaan Murabahah Dan Tingkat Suku


Bunga Bank Indonesia Terhadap Pendapatan Margin Murabahah Pada
PT Bank Syariah Mandiri”, Program Studi Akuntansi, STIE MDP, 2013.

Satya, Kenda,”Faktor-Faktor yang Memprngaruhi Penetapan Margin Murabahah


Pembiayaan Konsumtif di Bank Syariah”, Universitas Mulawarman
Samarinda, 2013.
Siamat, Dahlan, ”Manajemen Lembaga Keuangan” Edisi keempat, LP FE UI,
Jakarta, 2005.

Sudarsono, Heri, “Bank dan Lembaga Keuangan Syariah”, Ekonisia, Yogyakarta,


2003.

Suharyadi dan Purwanto, “Statistika: untuk Ekonomi dan Keuangan Modern”


Edisi 2 Buku 2, Salemba Empat, Jakarta, 2008.
Sukirno, Sadono, “Makro Ekonomi Modern”, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2000.
Sumiyanto, Ahmad, “BMT Menuju Koperasi Modern”, ISES Consulting
Indonesia, Yogyakarta, 2008.

Supriyono, Maryanto, “Buku Pintar Perbankan”, Andi, Yogyakarta, 2010.

138
Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
Verbeek, Marno, “A Guide to Modern Econometrics 2nd edition”, John Wiley &
Sons, Ltd, England, 2004.
Winarno, Wing, Wahyu, “Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews”,
UPP STIM YKPN, Yogyakarta, 2007.

Wiroso, “Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah”, PT.
Grasindo, Jakarta, 2005
Wiroso, “Produk Perbankan Syariah”, LPFE Usakti, Jakarta, 2011.

Zaenuri, Fikri, “Analisis Pengaruh Variabel Biaya Operasional, Volume


Pembiayaan Murabahah, Bagi Hasil DPK, Inflasi dan BI rate Terhadap
Margin Murabahah (Studi Kasus pada PT Bank BRISyariah), Universitas
Indonesia, 2012.

Zandi, Gholamreza dan Ariffin, Mohd, Noraini, “Some Issues on Murabahah


Practices in Iran and Malaysian Islamic Banks”, International Islamic
University of Malaysia (IUM), Kuala Lumpur, Malaysia.

www.bi.go.id diakses pada 25 November 2016

www.bcasyariah.co.id diakses pada 25 November 2016

www.bnisyariah.co.id diakses pada 25 November 2016

www.brisyariah.co.id diakses pada 25 November 2016

www.megasyariah.co.id diakses pada 25 November 2016

www.ojk.go.id diakses pada 25 November 2016

www.syariahbukopin.co.id diakses pada 25 November 2016

139
Lampiran 1: Model Pooled Least Square (PLS)

1. Hasil Model
Dependent Variable: MARGIN?
Method: Pooled Least Squares
Date: 03/20/17 Time: 08:20
Sample: 2012Q1 2015Q4
Included observations: 16
Cross-sections included: 5
Total pool (unbalanced) observations: 80

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -9.977293 1.467239 -6.800046 0.0000


ROA? 0.188226 0.089705 2.098274 0.0394
DPK? 1.258149 0.082673 15.21844 0.0000
INFLASI? -0.570972 0.301094 -1.896324 0.0620
BI_RATE? 2.012809 0.756152 2.661910 0.0096

R-squared 0.806272 Mean dependent var 12.40000


Adjusted R-squared 0.795357 S.D. dependent var 1.311296
S.E. of regression 0.593197 Akaike info criterion 1.856944
Sum squared resid 24.98364 Schwarz criterion 2.010281
Log likelihood -65.56386 Hannan-Quinn criter. 1.918225
F-statistic 73.87313 Durbin-Watson stat 1.463727
Prob(F-statistic) 0.000000

2. Representations
Estimation Command:
=====================
LS MARGIN? C ROA? DPK? INFLASI? BI_RATE?

Estimation Equations:
=====================
MARGIN_BUKOPIN_SYARIAH = C(1) + C(2)*ROA_BUKOPIN_SYARIAH +
C(3)*DPK_BUKOPIN_SYARIAH + C(4)*INFLASI_BUKOPIN_SYARIAH +
C(5)*BI_RATE_BUKOPIN_SYARIAH

MARGIN_MEGA_SYARIAH = C(1) + C(2)*ROA_MEGA_SYARIAH + C(3)*DPK_MEGA_SYARIAH


+ C(4)*INFLASI_MEGA_SYARIAH + C(5)*BI_RATE_MEGA_SYARIAH

MARGIN_BCA_SYARIAH = C(1) + C(2)*ROA_BCA_SYARIAH + C(3)*DPK_BCA_SYARIAH +


C(4)*INFLASI_BCA_SYARIAH + C(5)*BI_RATE_BCA_SYARIAH

MARGIN_BNI_SYARIAH = C(1) + C(2)*ROA_BNI_SYARIAH + C(3)*DPK_BNI_SYARIAH +


C(4)*INFLASI_BNI_SYARIAH + C(5)*BI_RATE_BNI_SYARIAH

MARGIN_BRI_SYARIAH = C(1) + C(2)*ROA_BRI_SYARIAH + C(3)*DPK_BRI_SYARIAH +


C(4)*INFLASI_BRI_SYARIAH + C(5)*BI_RATE_BRI_SYARIAH

Substituted Coefficients:
=====================
MARGIN_BUKOPIN_SYARIAH = -9.97729335522 + 0.188226283055*ROA_BUKOPIN_SYARIAH
+ 1.25814884338*DPK_BUKOPIN_SYARIAH - 0.570971967039*INFLASI_BUKOPIN_SYARIAH +
2.01280886355*BI_RATE_BUKOPIN_SYARIAH

140
MARGIN_MEGA_SYARIAH = -9.97729335522 + 0.188226283055*ROA_MEGA_SYARIAH +
1.25814884338*DPK_MEGA_SYARIAH - 0.570971967039*INFLASI_MEGA_SYARIAH +
2.01280886355*BI_RATE_MEGA_SYARIAH

MARGIN_BCA_SYARIAH = -9.97729335522 + 0.188226283055*ROA_BCA_SYARIAH +


1.25814884338*DPK_BCA_SYARIAH - 0.570971967039*INFLASI_BCA_SYARIAH +
2.01280886355*BI_RATE_BCA_SYARIAH

MARGIN_BNI_SYARIAH = -9.97729335522 + 0.188226283055*ROA_BNI_SYARIAH +


1.25814884338*DPK_BNI_SYARIAH - 0.570971967039*INFLASI_BNI_SYARIAH +
2.01280886355*BI_RATE_BNI_SYARIAH

MARGIN_BRI_SYARIAH = -9.97729335522 + 0.188226283055*ROA_BRI_SYARIAH +


1.25814884338*DPK_BRI_SYARIAH - 0.570971967039*INFLASI_BRI_SYARIAH +
2.01280886355*BI_RATE_BRI_SYARIAH

3. Residual Tables
_BUKOPIN_SYARIAH Residuals _MEGA_SYARIAH Residuals
1.2 2.0

1.5
0.8

1.0
0.4
0.5
0.0
0.0

-0.4
-0.5

-0.8 -1.0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2012 2013 2014 2015 2012 2013 2014 2015

_BCA_SYARIAH Residuals _BNI_SYARIAH Residuals


0.8 0.8

0.4 0.4

0.0 0.0

-0.4 -0.4

-0.8 -0.8

-1.2 -1.2
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2012 2013 2014 2015 2012 2013 2014 2015

_BRI_SYARIAH Residuals
0.8

0.4

0.0

-0.4

-0.8

-1.2
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2012 2013 2014 2015

141
Lampiran 2: Fixed Effect Model (FEM)

1. Hasil Model
Dependent Variable: MARGIN?
Method: Pooled Least Squares
Date: 03/20/17 Time: 08:22
Sample: 2012Q1 2015Q4
Included observations: 16
Cross-sections included: 5
Total pool (unbalanced) observations: 80

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -4.804111 4.268834 -1.125392 0.2644


ROA? 0.114327 0.098504 1.160642 0.2499
DPK? 0.855449 0.349544 2.447331 0.0170
INFLASI? -0.439721 0.249088 -1.765327 0.0821
BI_RATE? 2.455532 0.925336 2.653666 0.0099
Fixed Effects (Cross)
_BUKOPIN_SYARIAH--C -0.174137
_MEGA_SYARIAH--C 0.780727
_BCA_SYARIAH--C -0.809814
_BNI_SYARIAH--C 0.067787
_BRI_SYARIAH--C 0.231211

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.879397 Mean dependent var 12.40000


Adjusted R-squared 0.864997 S.D. dependent var 1.311296
S.E. of regression 0.481806 Akaike info criterion 1.488253
Sum squared resid 15.55321 Schwarz criterion 1.764261
Log likelihood -47.55361 Hannan-Quinn criter. 1.598559
F-statistic 61.06780 Durbin-Watson stat 2.252460
Prob(F-statistic) 0.000000

2. Representations
Estimation Command:
=====================
LS(CX=F) MARGIN? C ROA? DPK? INFLASI? BI_RATE?

Estimation Equations:
=====================
MARGIN_BUKOPIN_SYARIAH = C(6) + C(1) + C(2)*ROA_BUKOPIN_SYARIAH +
C(3)*DPK_BUKOPIN_SYARIAH + C(4)*INFLASI_BUKOPIN_SYARIAH +
C(5)*BI_RATE_BUKOPIN_SYARIAH

MARGIN_MEGA_SYARIAH = C(7) + C(1) + C(2)*ROA_MEGA_SYARIAH +


C(3)*DPK_MEGA_SYARIAH + C(4)*INFLASI_MEGA_SYARIAH +
C(5)*BI_RATE_MEGA_SYARIAH

MARGIN_BCA_SYARIAH = C(8) + C(1) + C(2)*ROA_BCA_SYARIAH +


C(3)*DPK_BCA_SYARIAH + C(4)*INFLASI_BCA_SYARIAH + C(5)*BI_RATE_BCA_SYARIAH

142
MARGIN_BNI_SYARIAH = C(9) + C(1) + C(2)*ROA_BNI_SYARIAH +
C(3)*DPK_BNI_SYARIAH + C(4)*INFLASI_BNI_SYARIAH + C(5)*BI_RATE_BNI_SYARIAH

MARGIN_BRI_SYARIAH = C(10) + C(1) + C(2)*ROA_BRI_SYARIAH +


C(3)*DPK_BRI_SYARIAH + C(4)*INFLASI_BRI_SYARIAH + C(5)*BI_RATE_BRI_SYARIAH

Substituted Coefficients:
=====================
MARGIN_BUKOPIN_SYARIAH = -0.174136912901 - 4.80411061672 +
0.114327467967*ROA_BUKOPIN_SYARIAH + 0.855449119782*DPK_BUKOPIN_SYARIAH -
0.439721268571*INFLASI_BUKOPIN_SYARIAH +
2.45553171293*BI_RATE_BUKOPIN_SYARIAH

MARGIN_MEGA_SYARIAH = 0.780726783002 - 4.80411061672 +


0.114327467967*ROA_MEGA_SYARIAH + 0.855449119782*DPK_MEGA_SYARIAH -
0.439721268571*INFLASI_MEGA_SYARIAH + 2.45553171293*BI_RATE_MEGA_SYARIAH

MARGIN_BCA_SYARIAH = -0.809814298001 - 4.80411061672 +


0.114327467967*ROA_BCA_SYARIAH + 0.855449119782*DPK_BCA_SYARIAH -
0.439721268571*INFLASI_BCA_SYARIAH + 2.45553171293*BI_RATE_BCA_SYARIAH

MARGIN_BNI_SYARIAH = 0.0677868046118 - 4.80411061672 +


0.114327467967*ROA_BNI_SYARIAH + 0.855449119782*DPK_BNI_SYARIAH -
0.439721268571*INFLASI_BNI_SYARIAH + 2.45553171293*BI_RATE_BNI_SYARIAH

MARGIN_BRI_SYARIAH = 0.231210501476 - 4.80411061672 +


0.114327467967*ROA_BRI_SYARIAH + 0.855449119782*DPK_BRI_SYARIAH -
0.439721268571*INFLASI_BRI_SYARIAH + 2.45553171293*BI_RATE_BRI_SYARIAH

143
Lamipran 3: Uji Chow

1. Hasil Model
Redundant Fixed Effects Tests
Pool: RILO
Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 10.156078 (4,67) 0.0000


Cross-section Chi-square 36.020501 4 0.0000

Cross-section fixed effects test equation:


Dependent Variable: MARGIN?
Method: Panel Least Squares
Date: 03/20/17 Time: 08:24
Sample: 2012Q1 2015Q4
Included observations: 16
Cross-sections included: 5
Total pool (unbalanced) observations: 80

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -9.977293 1.467239 -6.800046 0.0000


ROA? 0.188226 0.089705 2.098274 0.0394
DPK? 1.258149 0.082673 15.21844 0.0000
INFLASI? -0.570972 0.301094 -1.896324 0.0620
BI_RATE? 2.012809 0.756152 2.661910 0.0096

R-squared 0.806272 Mean dependent var 12.40000


Adjusted R-squared 0.795357 S.D. dependent var 1.311296
S.E. of regression 0.593197 Akaike info criterion 1.856944
Sum squared resid 24.98364 Schwarz criterion 2.010281
Log likelihood -65.56386 Hannan-Quinn criter. 1.918225
F-statistic 73.87313 Durbin-Watson stat 1.463727
Prob(F-statistic) 0.000000

2. Representations
Estimation Command:
=====================
LS(CX=F) MARGIN? C ROA? DPK? INFLASI? BI_RATE?

Estimation Equations:
=====================
MARGIN_BUKOPIN_SYARIAH = C(6) + C(1) + C(2)*ROA_BUKOPIN_SYARIAH +
C(3)*DPK_BUKOPIN_SYARIAH + C(4)*INFLASI_BUKOPIN_SYARIAH +
C(5)*BI_RATE_BUKOPIN_SYARIAH

MARGIN_MEGA_SYARIAH = C(7) + C(1) + C(2)*ROA_MEGA_SYARIAH +


C(3)*DPK_MEGA_SYARIAH + C(4)*INFLASI_MEGA_SYARIAH +
C(5)*BI_RATE_MEGA_SYARIAH

MARGIN_BCA_SYARIAH = C(8) + C(1) + C(2)*ROA_BCA_SYARIAH +


C(3)*DPK_BCA_SYARIAH + C(4)*INFLASI_BCA_SYARIAH + C(5)*BI_RATE_BCA_SYARIAH

144
MARGIN_BNI_SYARIAH = C(9) + C(1) + C(2)*ROA_BNI_SYARIAH +
C(3)*DPK_BNI_SYARIAH + C(4)*INFLASI_BNI_SYARIAH + C(5)*BI_RATE_BNI_SYARIAH

MARGIN_BRI_SYARIAH = C(10) + C(1) + C(2)*ROA_BRI_SYARIAH +


C(3)*DPK_BRI_SYARIAH + C(4)*INFLASI_BRI_SYARIAH + C(5)*BI_RATE_BRI_SYARIAH

Substituted Coefficients:
=====================
MARGIN_BUKOPIN_SYARIAH = -0.174136912901 - 4.80411061672 +
0.114327467967*ROA_BUKOPIN_SYARIAH + 0.855449119782*DPK_BUKOPIN_SYARIAH -
0.439721268571*INFLASI_BUKOPIN_SYARIAH +
2.45553171293*BI_RATE_BUKOPIN_SYARIAH

MARGIN_MEGA_SYARIAH = 0.780726783002 - 4.80411061672 +


0.114327467967*ROA_MEGA_SYARIAH + 0.855449119782*DPK_MEGA_SYARIAH -
0.439721268571*INFLASI_MEGA_SYARIAH + 2.45553171293*BI_RATE_MEGA_SYARIAH

MARGIN_BCA_SYARIAH = -0.809814298001 - 4.80411061672 +


0.114327467967*ROA_BCA_SYARIAH + 0.855449119782*DPK_BCA_SYARIAH -
0.439721268571*INFLASI_BCA_SYARIAH + 2.45553171293*BI_RATE_BCA_SYARIAH

MARGIN_BNI_SYARIAH = 0.0677868046118 - 4.80411061672 +


0.114327467967*ROA_BNI_SYARIAH + 0.855449119782*DPK_BNI_SYARIAH -
0.439721268571*INFLASI_BNI_SYARIAH + 2.45553171293*BI_RATE_BNI_SYARIAH

MARGIN_BRI_SYARIAH = 0.231210501476 - 4.80411061672 +


0.114327467967*ROA_BRI_SYARIAH + 0.855449119782*DPK_BRI_SYARIAH -
0.439721268571*INFLASI_BRI_SYARIAH + 2.45553171293*BI_RATE_BRI_SYARIAH

145
Lampiran 4:Random Effect Model (REM)

1. Hasil Model

Dependent Variable: MARGIN?


Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)
Date: 03/20/17 Time: 08:25
Sample: 2012Q1 2015Q4
Included observations: 16
Cross-sections included: 5
Total pool (unbalanced) observations: 80
Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -9.977293 1.191722 -8.372167 0.0000


ROA? 0.188226 0.072860 2.583380 0.0118
DPK? 1.258149 0.067148 18.73683 0.0000
INFLASI? -0.570972 0.244555 -2.334740 0.0224
BI_RATE? 2.012809 0.614162 3.277325 0.0016
Random Effects (Cross)
_BUKOPIN_SYARIAH--
C 3.11E-12
_MEGA_SYARIAH--C 2.14E-11
_BCA_SYARIAH--C -1.04E-11
_BNI_SYARIAH--C -1.02E-11
_BRI_SYARIAH--C -3.94E-12

Effects Specification
S.D. Rho

Cross-section random 7.52E-07 0.0000


Idiosyncratic random 0.481806 1.0000

Weighted Statistics

R-squared 0.806272 Mean dependent var 12.40000


Adjusted R-squared 0.795357 S.D. dependent var 1.311296
S.E. of regression 0.593197 Sum squared resid 24.98364
F-statistic 73.87313 Durbin-Watson stat 1.463727
Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.806272 Mean dependent var 12.40000


Sum squared resid 24.98364 Durbin-Watson stat 1.463727

146
2. Representations
Estimation Command:
=====================
LS(CX=R) MARGIN? C ROA? DPK? INFLASI? BI_RATE?

Estimation Equations:
=====================
MARGIN_BUKOPIN_SYARIAH = C(6) + C(1) + C(2)*ROA_BUKOPIN_SYARIAH +
C(3)*DPK_BUKOPIN_SYARIAH + C(4)*INFLASI_BUKOPIN_SYARIAH +
C(5)*BI_RATE_BUKOPIN_SYARIAH

MARGIN_MEGA_SYARIAH = C(7) + C(1) + C(2)*ROA_MEGA_SYARIAH +


C(3)*DPK_MEGA_SYARIAH + C(4)*INFLASI_MEGA_SYARIAH +
C(5)*BI_RATE_MEGA_SYARIAH

MARGIN_BCA_SYARIAH = C(8) + C(1) + C(2)*ROA_BCA_SYARIAH +


C(3)*DPK_BCA_SYARIAH + C(4)*INFLASI_BCA_SYARIAH + C(5)*BI_RATE_BCA_SYARIAH

MARGIN_BNI_SYARIAH = C(9) + C(1) + C(2)*ROA_BNI_SYARIAH +


C(3)*DPK_BNI_SYARIAH + C(4)*INFLASI_BNI_SYARIAH + C(5)*BI_RATE_BNI_SYARIAH

MARGIN_BRI_SYARIAH = C(10) + C(1) + C(2)*ROA_BRI_SYARIAH +


C(3)*DPK_BRI_SYARIAH + C(4)*INFLASI_BRI_SYARIAH + C(5)*BI_RATE_BRI_SYARIAH

Substituted Coefficients:
=====================
MARGIN_BUKOPIN_SYARIAH = 3.11148280786e-12 - 9.97729335521 +
0.188226283052*ROA_BUKOPIN_SYARIAH + 1.25814884338*DPK_BUKOPIN_SYARIAH -
0.570971967035*INFLASI_BUKOPIN_SYARIAH +
2.01280886355*BI_RATE_BUKOPIN_SYARIAH

MARGIN_MEGA_SYARIAH = 2.14413080008e-11 - 9.97729335521 +


0.188226283052*ROA_MEGA_SYARIAH + 1.25814884338*DPK_MEGA_SYARIAH -
0.570971967035*INFLASI_MEGA_SYARIAH + 2.01280886355*BI_RATE_MEGA_SYARIAH

MARGIN_BCA_SYARIAH = -1.03852430652e-11 - 9.97729335521 +


0.188226283052*ROA_BCA_SYARIAH + 1.25814884338*DPK_BCA_SYARIAH -
0.570971967035*INFLASI_BCA_SYARIAH + 2.01280886355*BI_RATE_BCA_SYARIAH

MARGIN_BNI_SYARIAH = -1.02264633668e-11 - 9.97729335521 +


0.188226283052*ROA_BNI_SYARIAH + 1.25814884338*DPK_BNI_SYARIAH -
0.570971967035*INFLASI_BNI_SYARIAH + 2.01280886355*BI_RATE_BNI_SYARIAH

MARGIN_BRI_SYARIAH = -3.94120543414e-12 - 9.97729335521 +


0.188226283052*ROA_BRI_SYARIAH + 1.25814884338*DPK_BRI_SYARIAH -
0.570971967035*INFLASI_BRI_SYARIAH + 2.01280886355*BI_RATE_BRI_SYARIAH

147
Lampiran 5: Uji Hausman

1. Hasil Model

Correlated Random Effects - Hausman Test


Pool: RILO
Test cross-section random effects

Chi-Sq.
Test Summary Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 40.624314 4 0.0000

Cross-section random effects test comparisons:

Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob.

ROA? 0.114327 0.188226 0.004394 0.2649


DPK? 0.855449 1.258149 0.117672 0.2404
INFLASI? -0.439721 -0.570972 0.002238 0.0055
BI_RATE? 2.455532 2.012809 0.479051 0.5224

Cross-section random effects test equation:


Dependent Variable: MARGIN?
Method: Panel Least Squares
Date: 03/20/17 Time: 08:25
Sample: 2012Q1 2015Q4
Included observations: 16
Cross-sections included: 5
Total pool (unbalanced) observations: 80

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -4.804111 4.268834 -1.125392 0.2644


ROA? 0.114327 0.098504 1.160642 0.2499
DPK? 0.855449 0.349544 2.447331 0.0170
INFLASI? -0.439721 0.249088 -1.765327 0.0821
BI_RATE? 2.455532 0.925336 2.653666 0.0099

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.879397 Mean dependent var 12.40000


Adjusted R-squared 0.864997 S.D. dependent var 1.311296
S.E. of regression 0.481806 Akaike info criterion 1.488253
Sum squared resid 15.55321 Schwarz criterion 1.764261
Log likelihood -47.55361 Hannan-Quinn criter. 1.598559
F-statistic 61.06780 Durbin-Watson stat 2.252460
Prob(F-statistic) 0.000000

148
2. Representations
Estimation Command:
=====================
LS(CX=R) MARGIN? C ROA? DPK? INFLASI? BI_RATE?

Estimation Equations:
=====================
MARGIN_BUKOPIN_SYARIAH = C(6) + C(1) + C(2)*ROA_BUKOPIN_SYARIAH +
C(3)*DPK_BUKOPIN_SYARIAH + C(4)*INFLASI_BUKOPIN_SYARIAH +
C(5)*BI_RATE_BUKOPIN_SYARIAH

MARGIN_MEGA_SYARIAH = C(7) + C(1) + C(2)*ROA_MEGA_SYARIAH +


C(3)*DPK_MEGA_SYARIAH + C(4)*INFLASI_MEGA_SYARIAH +
C(5)*BI_RATE_MEGA_SYARIAH

MARGIN_BCA_SYARIAH = C(8) + C(1) + C(2)*ROA_BCA_SYARIAH +


C(3)*DPK_BCA_SYARIAH + C(4)*INFLASI_BCA_SYARIAH + C(5)*BI_RATE_BCA_SYARIAH

MARGIN_BNI_SYARIAH = C(9) + C(1) + C(2)*ROA_BNI_SYARIAH +


C(3)*DPK_BNI_SYARIAH + C(4)*INFLASI_BNI_SYARIAH + C(5)*BI_RATE_BNI_SYARIAH

MARGIN_BRI_SYARIAH = C(10) + C(1) + C(2)*ROA_BRI_SYARIAH +


C(3)*DPK_BRI_SYARIAH + C(4)*INFLASI_BRI_SYARIAH + C(5)*BI_RATE_BRI_SYARIAH

Substituted Coefficients:
=====================
MARGIN_BUKOPIN_SYARIAH = 3.11148280786e-12 - 9.97729335521 +
0.188226283052*ROA_BUKOPIN_SYARIAH + 1.25814884338*DPK_BUKOPIN_SYARIAH -
0.570971967035*INFLASI_BUKOPIN_SYARIAH +
2.01280886355*BI_RATE_BUKOPIN_SYARIAH

MARGIN_MEGA_SYARIAH = 2.14413080008e-11 - 9.97729335521 +


0.188226283052*ROA_MEGA_SYARIAH + 1.25814884338*DPK_MEGA_SYARIAH -
0.570971967035*INFLASI_MEGA_SYARIAH + 2.01280886355*BI_RATE_MEGA_SYARIAH

MARGIN_BCA_SYARIAH = -1.03852430652e-11 - 9.97729335521 +


0.188226283052*ROA_BCA_SYARIAH + 1.25814884338*DPK_BCA_SYARIAH -
0.570971967035*INFLASI_BCA_SYARIAH + 2.01280886355*BI_RATE_BCA_SYARIAH

MARGIN_BNI_SYARIAH = -1.02264633668e-11 - 9.97729335521 +


0.188226283052*ROA_BNI_SYARIAH + 1.25814884338*DPK_BNI_SYARIAH -
0.570971967035*INFLASI_BNI_SYARIAH + 2.01280886355*BI_RATE_BNI_SYARIAH

MARGIN_BRI_SYARIAH = -3.94120543414e-12 - 9.97729335521 +


0.188226283052*ROA_BRI_SYARIAH + 1.25814884338*DPK_BRI_SYARIAH -
0.570971967035*INFLASI_BRI_SYARIAH + 2.01280886355*BI_RATE_BRI_SYARIAH

149
Lampiran 6: Data Variabel Penelitian

Nama Bank Tahun Margin ROA DPK Inflasi BI rate


BUKOPIN_SYARIAH 2012 T1 36999 0.54 2240430 3.97 5.75
BUKOPIN_SYARIAH 2012 T2 80344 0.52 2476161 4.53 5.75
BUKOPIN_SYARIAH 2012 T3 129239 0.61 2609448 4.31 5.75
BUKOPIN_SYARIAH 2012 T4 183716 0.55 2850784 4.3 5.75
BUKOPIN_SYARIAH 2013 T1 51461 1.08 3079920 5.9 5.75
BUKOPIN_SYARIAH 2013 T2 105729 1.04 3204602 5.9 6
BUKOPIN_SYARIAH 2013 T3 166471 0.79 3352211 8.4 7.25
BUKOPIN_SYARIAH 2013 T4 229291 0.69 3272262 8.38 7.5
BUKOPIN_SYARIAH 2014 T1 63517 0.22 3428774 7.32 7.5
BUKOPIN_SYARIAH 2014 T2 126904 0.27 3372243 6.7 7.5
BUKOPIN_SYARIAH 2014 T3 195807 0.23 3449246 4.53 7.5
BUKOPIN_SYARIAH 2014 T4 262719 0.27 3994957 8.36 7.75
BUKOPIN_SYARIAH 2015 T1 68954 0.35 3915239 6.38 7.5
BUKOPIN_SYARIAH 2015 T2 134852 0.49 4061048 7.26 7.5
BUKOPIN_SYARIAH 2015 T3 199356 0.66 4337818 6.83 7.5
BUKOPIN_SYARIAH 2015 T4 262893 0.79 4756303 3.35 7.5
MEGA_SYARIAH 2012 T1 223697 3.52 5124808 3.97 5.75
MEGA_SYARIAH 2012 T2 455875 4.13 5019289 4.53 5.75
MEGA_SYARIAH 2012 T3 707460 4.11 6531083 4.31 5.75
MEGA_SYARIAH 2012 T4 980869 3.81 7090422 4.3 5.75
MEGA_SYARIAH 2013 T1 287115 3.57 7251018 5.9 5.75
MEGA_SYARIAH 2013 T2 591245 2.94 7046031 5.9 6
MEGA_SYARIAH 2013 T3 895827 2.57 7107187 8.4 7.25
MEGA_SYARIAH 2013 T4 1213053 2.33 7730738 8.38 7.5
MEGA_SYARIAH 2014 T1 303167 1.18 7073389 7.32 7.5
MEGA_SYARIAH 2014 T2 592761 0.99 6898350 6.7 7.5
MEGA_SYARIAH 2014 T3 856897 0.24 6755362 4.53 7.5
MEGA_SYARIAH 2014 T4 1115128 0.29 5821319 8.36 7.75
MEGA_SYARIAH 2015 T1 215095 -1.21 5075152 6.38 7.5
MEGA_SYARIAH 2015 T2 412734 -0.73 4429784 7.26 7.5
MEGA_SYARIAH 2015 T3 588587 -0.34 4008673 6.83 7.5
MEGA_SYARIAH 2015 T4 742151 0.3 4268834 3.35 7.5
BCA_SYARIAH 2012 T1 10047 0.39 938446 3.97 5.75
BCA_SYARIAH 2012 T2 19475 0.74 925413 4.53 5.75
BCA_SYARIAH 2012 T3 29988 0.69 951829 4.31 5.75
BCA_SYARIAH 2012 T4 41809 0.84 1261824 4.3 5.75

150
Nama Bank Tahun Margin ROA DPK Inflasi BI rate
BCA_SYARIAH 2013 T1 13125 0.92 1200456 5.9 5.75
BCA_SYARIAH 2013 T2 25698 0.97 1283684 5.9 6
BCA_SYARIAH 2013 T3 38521 0.99 1418684 8.4 7.25
BCA_SYARIAH 2013 T4 54142 1.01 1703049 8.38 7.5
BCA_SYARIAH 2014 T1 19297 0.86 1680808 7.32 7.5
BCA_SYARIAH 2014 T2 40169 0.69 1861348 6.7 7.5
BCA_SYARIAH 2014 T3 51565 0.67 1886345 4.53 7.5
BCA_SYARIAH 2014 T4 89607 0.76 2338709 8.36 7.75
BCA_SYARIAH 2015 T1 31376 0.71 2379674 6.38 7.5
BCA_SYARIAH 2015 T2 69350 0.78 2713701 7.26 7.5
BCA_SYARIAH 2015 T3 109753 0.86 2605729 6.83 7.5
BCA_SYARIAH 2015 T4 155220 1 3255154 3.35 7.5
BNI_SYARIAH 2012 T1 111050 0.63 6921122 3.97 5.75
BNI_SYARIAH 2012 T2 236166 0.65 7247944 4.53 5.75
BNI_SYARIAH 2012 T3 370559 1.31 7721027 4.31 5.75
BNI_SYARIAH 2012 T4 527024 1.48 8980035 4.3 5.75
BNI_SYARIAH 2013 T1 173699 1.62 10683235 5.9 5.75
BNI_SYARIAH 2013 T2 369196 1.24 10386112 5.9 6
BNI_SYARIAH 2013 T3 595205 1.22 10960565 8.4 7.25
BNI_SYARIAH 2013 T4 854003 1.37 11488209 8.38 7.5
BNI_SYARIAH 2014 T1 285613 1.22 12613835 7.32 7.5
BNI_SYARIAH 2014 T2 604306 1.11 13509005 6.7 7.5
BNI_SYARIAH 2014 T3 955343 1.11 14932565 4.53 7.5
BNI_SYARIAH 2014 T4 1450260 1.27 16246405 8.36 7.75
BNI_SYARIAH 2015 T1 417637 1.2 17422874 6.38 7.5
BNI_SYARIAH 2015 T2 849185 1.3 17321427 7.26 7.5
BNI_SYARIAH 2015 T3 1297748 1.32 18930222 6.83 7.5
BNI_SYARIAH 2015 T4 1741998 1.43 19322756 3.35 7.5
BRI_SYARIAH 2012 T1 201361 0.17 8899482 3.97 5.75
BRI_SYARIAH 2012 T2 416414 1.21 9410923 4.53 5.75
BRI_SYARIAH 2012 T3 645033 1.34 10153407 4.31 5.75
BRI_SYARIAH 2012 T4 887848 1.19 11948889 4.3 5.75
BRI_SYARIAH 2013 T1 250714 1.71 13011182 5.9 5.75
BRI_SYARIAH 2013 T2 525497 1.41 13832170 5.9 6
BRI_SYARIAH 2013 T3 824143 1.36 13924879 8.4 7.25
BRI_SYARIAH 2013 T4 1133476 1.15 14349712 8.38 7.5
BRI_SYARIAH 2014 T1 340296 0.46 13990979 7.32 7.5
BRI_SYARIAH 2014 T2 669754 0.03 15116585 6.7 7.5

151
Nama Bank Tahun Margin ROA DPK Inflasi BI rate
BRI_SYARIAH 2014 T3 1020236 0.2 15496505 4.53 7.5
BRI_SYARIAH 2014 T4 1335164 0.08 16947388 8.36 7.75
BRI_SYARIAH 2015 T1 378358 0.53 17562001 6.38 7.5
BRI_SYARIAH 2015 T2 739359 0.78 17310457 7.26 7.5
BRI_SYARIAH 2015 T3 1098634 0.8 18863643 6.83 7.5
BRI_SYARIAH 2015 T4 1458382 0.76 20123658 3.35 7.5

152

Anda mungkin juga menyukai