Anda di halaman 1dari 4

Nama : Ricky yosua Panjaitan

nim : 710015130

Mata Kuliah : Sistem Penyaliran Tambang ( 06 )

Dosen : A.A Inung Arie Adnyanto,ST

UU, PP, PERMEN ESDM yang berkaitan dengan Sistem Penyaliran Tambang

Undang-Undang (UU)

1. UU No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,


BAB VII Pasal 59 Ayat (1) dan (4)
Penjelasannya :
Pada suatu perusahaan tambang tentunya menghasilkan limbah, dan limbah yang
dihasilkan bisa berupa limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), perusahaan
pengelola tersebut diwajibkan untuk mengelola limbah tersebut dan untuk
pengelolaannya harus mendapat izin dari Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota sesuai
dengan kewenangannya.

2. UU No 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara , BAB XIII Pasal
96, Butir e
Penjelasaannya :
Dalam penerapan kaidah teknik pertambangan yang baik, pemegang IUP atau IUPK
diwajibkan untuk mengelola sisa tambang. Sisa tambang yaitu limbah dari
pengolahan tambang misalnya air asam tambang. Sisa tambang ini harus diolah
sampai memenuhi standar baku mutu lingkungan sebelum dilepas ke media
lingkungan. Misalnya air asam tambang, sebelum AAT ini dibuang ke sungai harus
air tersebut dinetralkan terlebih dahulu sehingga tidak mengakibatkan pencemaran
air atau mengganggu kesehatan, dll.
Peraturan Pem erintah (PP)

1. PP No 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian


Pencemaran Air :

BAB VI Pasal 37,38 Ayat (1) dan (2)


Penjelasannya :
Setiap penanggung jawab usaha dan atau kegiatan, yang membuang air limbahnya
ke air atau sumber air diwajibkan untuk mencegah dan menanggulangi terjadinya
pencemaran air, dan diwajibkan untuk mentaati persyaratan-persyaratan yang
ditetapkan dalam izin tersebut. Persyaratan yang dimaksud yaitu limbah wajib
dikelola, harus memenuhi standar baku mutu lingkungan,cara pembuangannya,
persyaratan yang ditentukan oleh pemeriksaan AMDAL, dll.

BAB XIII Pasal 48-51


Penjelasannya :
Setiap orang yang melanggar hukum atau aturan pasti ada sanksinya. Begitu pun
dalam kegiatan-kegiatan pertambangan, setiap perusahaan pengelola tambang yang
melanggar aturan dalam hal pembuangan air limbah wajib untuk dikenakan sanksi
oleh Bupati/Walikota yang berwenang, wajib untuk mengganti rugi, dan bisa diancam
pidana.

2. PP No 37 Tahun 2010 tentang Bendungan, BAB II Pasal 32:


Penjelasannya :
Sebelum melaksanakan konstruksi (persiapan) untuk bendungan atau tempat
penampung limbah tambang (tailing) harus ada izin terlebih dahulu dan izin diberikan
oleh menteri setelah ada rekomendasi dari instansi yang menjalankan urusan
pemerintahan di bidang lingkungan hidup dan bidang pertambangan.

3. PP RI No 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan


Mineral dan Batubara, BAB II Pasal 45 Ayat (2) dan (3)
Penjelasannya :
Untuk memperpanjang IUP Operasi Produksi, paling tidak harus membayar iuran-
iuran 3 tahun terakhir, serta laporan dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan harus ada
sebagai bukti untuk bisa perpanjangan. Operasi Produksi di dalammya termasuk
penambangan atau eksploitasi, dan kegiatan penambangan ini ada pekerjaan utama
dan pekerjaan tambahan atau penunjang. Salah satu pekerjaan tambahannya
adalah sistem penyaliran tambang. Sehingga bisa dibilang bahwa untuk
memperpanjang IUP harus ada laporan dari kegiatan tersebut. Apabila tidak ada
bukti-bukti pembayaran dan laporan hasil kerja, maka Menteri, Gubernur, atau
Bupati/Walikota yang berwenang dapat menolak perpanjangan IUP Operasi Produksi
tersebut.

KEPMEN/ PERMEN ESDM

1. No 1451 K/10/MEM/2000 tentang Pedoman Teknis Penyelengaraan Tugas


Pemerintahan di Bidang Pengelolaan Air Bawah Tanah

BAB VI Pasal 9 Ayat (1)(2)(3)


Penjelasannya :
Gubernur, Bupati/walikota dalam mengelola air bawah tanah harus
bertanggung jawab memelihara kelestarian lingkungan keberadaan air tersebut dan
sekitarnya. Dan setiap pemegang izin pengambilan air bawah tanah dan izin
pengambilan mata air wajib melakukan konservasi air bawah tanah.

BAB VIII Pasal 11 Ayat (1) (2)


Penjelasannya :
Setiap kegiatan eksplorasi, pengeboran termasuk penggalian dan pengambilan air
bawah tanah hanya bisa dilakukan setelah mendapat izin dari Bupati/Walikota.
Misalnya untuk tambang bawah tanah, didalam mulut tambang (pit) terjadi rembesan
air keluar dari bawah tanah dan juga resapan atau aliran air permukaan masuk dan
kalau hal ini dibiarkan, maka umumnya menyebabkan gangguan terhadap pekerjaan,
terutama kalau ada rembesan keluar atau aliran masuk yang banyak, maka sebagian
atau seluruh mulut tambang (pit) bisa tengelam di dalam air. Untuk itu, perlu
dilakukan penirisan (drainase) tambang.

2. No Tahun 2010 tentang Pedoman Perizinan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral


Bukan Logam dan Batuan
BAB IV Pasal 48 Ayat(4)
Penjelasannya :
Untuk membuat rencana teknis pertambangan yang dapat dipakai oleh pelaksana
tambang sebagai dasar operasi kerja dan oleh pemerintah/daerah untuk mengawasi
pelaksanaan kegiatan tambang semuanya tergantung pada metode tambang yang
akan diterapkan, entah itu tambang terbuka atau tambang bawah tanah, dan salah
satu rencana yang dimuat adalah penirisan dan pengelolaan air tambang.

3. No 24 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas PERMEN ESDM No 28 Tahun 2009


tentang Penyelengaraan Usaha Jasa Pertambangan Mineral dan Batubara
BAB I Pasal 10 Ayat15
Penjelasannya :
Untuk metode tambang bawah tanah, penyelenggara IUP/IUPK dalam pembuatan
penyaliran dapat menyerahkan pekerjaannya kepada perusahaan Jasa
Pertambangan Bidang Konstruksi Pertambangan Subbidang Penerowongan.

4. No 1211/008/PE1995 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Perusakan dan


Pencemaran Lingkungan Pada Kegiatan Usaha Pertambangan Umum, BAB III Pasal
9 Ayat (1) dan (2)
Penjelasannya :
Air permukaan (run off) yang mengalir di permukaan daerah yang terbuka harus
dialirkan lewat saluran yang berfungsi dengan baik, tidak tersumbat atau lain
sebagainya ke kolam pengendapan sebelum dibuang ke perairan umum, seperti
sungai. Begitupun kolam pengendapannya, harus dibuat pada lokasi yang stabil,
aman, terpelihara, dan bisa berfungsi dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai