Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Latar Belakang Makalah Kesehatan Jiwa II “ Resiko Bunuh Diri”, adalah sebagai berikut
ini :

Bunuh diri merupakan salah satu bentuk kegawat daruratan psikiatri. Meskipun suicide
adalah perilaku yang membutuhkan pengkajian yang komprehensif pada depresi,
penyalahgunaan NAPZA , skizofrenia, gangguan kepribadian( paranoid, borderline, antisocial),
suicide tidak bisa disamakan dengan penyakit mental.

Ada 4 hal yang krusial yang perlu diperhatikan oleh perawat selaku tim kesehatan
diantaranya adalah :

(1) suicide merupakan perilaku yang bisa mematikan dalam seting rawat inap di rumah
sakit jiwa.

(2) Faktor – faktor yang berhubungan dengan staf antara lain : kurang adekuatnya
pengkajian pasien yang dilakukan oleh perawat, komunikasi staf yang lemah, kurangnya
orientasi dan training dan tidak adekuatnya informasi tentang pasien.

(3) Pengkajian suicideseharusnya dilakukan secara kontinyu selama di rawat di rumah


sakit baik saat masuk, pulang maupun setiap perubahan pengobatan atau treatmen lainnya.

(4) Hubungan saling percaya antara perawat dan pasien serta kesadaran diri perawat
terhadap cues perilaku pasien yang mendukung terjadinya resiko bunuh diri adalah hal yang
penting dalam menurunkan angka suicide di rumah sakit. Oleh karena itu suicide pada pasien
rawat inap merupakan masalah yang perlu penanganan yang cepat dan akurat. Pada makalah ini
akan dipaparkan mengenai faktor resiko terjadinya bunuh diri, instrument pengkajian dan
managemen keperawatannya dengan pendekatan proses keperawatanya.
II. Rumusan Masalah
Dalam penulisan makalah yang telah dibuat dapat ditarik rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Resiko bunuh diri ?
2. Apa etiologi Resiko bunuh diri ?
3. Apa motif bunuh diri ?
4. Bagaimana rentang respon Resiko bunuh diri ?
5. Apa tanda dan gejala resiko bunuh diri ?
6. Bagaimana Patway resiko bunuh diri ?
7. Apa diagnosa keperawatan resiko bunuh diri ?
8. Bagaimana rencana asuhan keperawatan resiko bunuh diri ?
9. Bagaimana contoh strategi komunikasi ( SP ) berdasarkan pertemuan ?

III. Tujuan Penulisan


1. Ingin mengetahui tentang resiko bunuh diri
2. Ingin mengetahui etiologi Resiko bunuh diri
3. Ingin mengetahui motif bunuh diri
4. Ingin mengetahui rentang respon resiko bunuh diri
5. Ingin mengetahui tanda dan gejala resiko bunuh diri
6. Ingin mengetahui patway resiko bunuh diri
7. Ingin mengetahui diagnose resiko bunuh diri
8. Ingin mengetahui resiko bunuh diri
9. Ingin mengetahui contoh strategi komunikasi ( SP ) berdasarkan
pertemuan

IV. Manfaat Penulisan


1. mengetahui tentang resiko bunuh diri
2. mengetahui etiologi Resiko bunuh diri
3. mengetahui motif bunuh diri
4. mengetahui rentang respon resiko bunuh diri
5. mengetahui tanda dan gejala resiko bunuh diri
6. mengetahui patway resiko bunuh diri
7. mengetahui diagnose resiko bunuh diri
8. mengetahui resiko bunuh diri
9. mengetahui contoh strategi komunikasi ( SP ) berdasarkan pertemuan
BAB II

LAPORAN PENDAHULUAN

RESIKO BUNUH DIRI

I. Definisi

Bunuh diri: Segala perbuatan dengan tujuan untuk membinasakan dirinya sendiri dan
yang dengan sengaja dilakukan oleh seseorang yang tahu akan akibatnya, yang dilakukan dalam
waktu singkat. Pada umumnya tindakan bunuh diri merupakan cara ekspresi orang yang penuh
stress. ( W. F. Maramis, 1992 )

Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapatmengakhiri
kehidupan. Istilah yang terakhir ini menjadi topik besar dalam psikatrikontemporer, karena
jumlah yang terlibat dan riset yang mereka buat. Di dunia lebihdari 1000 tindakat bunuh diri
terjadi tiap hari, di Inggris ada lebih dari 3000 kematianbunuh diri tiap tahun (Ingram, Timbury
dan Mowbray, 1993).

Bunuh diri adalah tindakan agresif terhadap diri sendiri untuk mengakhiri kehidupan (
Budi Anna Keliat, 1993 )

II. Etiologi
a. Faktor genetic dan teori biologi Faktor genetic mempengaruhi terjadinya resiko bunuh
diri pada keturunannya. Disamping itu adanya penurunan serotonin dapat menyebabkan
depresi yang berkontribusi terjadinya resiko buuh diri.
b. Teori Sosiologi Emile Durkheim membagi suicide dalam 3 kategori yaitu : Egoistik
(orang yang tidak terintegrasi pada kelompok social), atruistik (Melakukan suicide untuk
kebaikan masyarakat) dan anomic ( suicide karena kesulitan dalam berhubungan dengan
orang lain dan beradaptasi dengan stressor).
c. Teori Psikologi Sigmund Freud dan Karl Menninger meyakini bahwa bunuh diri
merupakan hasil dari marah yang diarahkan pada diri sendiri.

III. Motif bunuh diri

Pada dasarnya, segala sesuatu itu memiliki hubungan sebab akibat (ini adalah
sistematika). Dalam hubungan sebab akibat ini akan menghasilkan suatu alasan atau sebab
tindakan yang disebut motif.
Motif bunuh diri ada banyak macamnya. Disini penyusun menggolongkan dalam kategori
sebab, misalkan :
(1) Dilanda keputusasaan dan depresi
(2) Cobaan hidup dan tekanan lingkungan.
(3) Gangguan kejiwaan / tidak waras (gila).
(4) Himpitan Ekonomi atau Kemiskinan (Harta / Iman / Ilmu)
(5) Penderitaan karena penyakit yang berkepanjangan.
IV. Jenis Bunuh Diri
Menurut Durkheim, bunuh diri dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
a. Bunuh diri egoistic (faktor dalam diri seseorang)
Individu tidak mampu berinteraksi dengan masyarakat, ini disebabkan oleh
kondisi kebudayaan atau karena masyarakat yang menjadikan individu itu seolah-olah
tidak berkepribadian. Kegagalan integrasi dalam keluarga dapat menerangkan mengapa
mereka tidak menikah lebih rentan untuk melakukan percobaan bunuh diri
dibandingkan mereka yang menikah.
b. . Bunuh diri altruistic (terkait kehormatan seseorang)
Individu terkait pada tuntutan tradisi khusus ataupun ia cenderung untuk bunuh
diri karena indentifikasi terlalu kuat dengan suatu kelompok, ia merasa kelompok
tersebut sangat mengharapkannya.
c. Bunuh diri anomik (faktor lingkungan dan tekanan)
Hal ini terjadi bila terdapat gangguan keseimbangan integrasi antara individu dan
masyarakat, sehingga individu tersebut meninggalkan norma-norma kelakuan yang
biasa. Individu kehilangan pegangan dan tujuan. Masyarakat atau kelompoknya tidak
memberikan kepuasan padanya karena tidak ada pengaturan atau pengawasan terhadap
kebutuhan-kebutuhannya.

IV. Tahap – Tahap Resiko Bunuh Diri

1. SUICIDAL IDEATION
Sebuah metode yang digunakan tanpa melakukan aksi atau tindakan, bahkan klien pada
tahap ini tidak akan mengungkapkan idenya apabila tidak ditekan.
2. SUICIDAL INTENT
Pada tahap ini klien mulai berfikir dan sudah melakukan perencanaan yang kongkrit
untuk melakukan bunuh diri.
3. SUICIDAL THREAT
Pada tahap ini klien mengekspresikan adanya keinginan dan hasrat yang dalam bahkan
ancaman untuk mengakhiri hidupnya.
4. SUICIDAL GESTURE
Pada tahap ini klien menunjukkan prilaku destruktif yang diarahkan pada diri sendiri
yang bertujuan tidak hanya mengancam kehidupannya, tetapi sudah pada percobaan
untuk melakukan bunuh diri.
5. SUICIDAL ATTEMPT
Pada tahap ini prilaku destruktif klien yang mempunyai indikasi individu ingin mati dan
tidak mau diselamatkan, misalnya minum obat yang mematikan.

V. Rentang Respon

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Respon adaptif respon maladaptif


peningkatan pengambilan perilaku destruktif- pencederaan bunuh diri
diri resiko yang diri tidak langsung diri
meningkatkan
pertumbuhan
VI. Gambaran Proses Terjadinya Bunuh Diri

Isyarat Bunuh Diri

Verbal/non verbal

Pertimbangan ubtuk
melakukan Bunuh diri

Ancaman Bunuh Diri

Ambivalensi Kurangnya Respon


Kematian Positif

Upaya Bunuh diri

Bunuh Diri
VII. Tanda dan Gejala
1. Mempunyai ide untuk bunuh diri.
2. Mengungkapkan keinginan untuk mati.
3. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.
4. Impulsif.
5. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh).
6. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri.
7. Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat dosis
mematikan).
8. Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panic, marah dan
mengasingkan diri).
9. Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang depresi, psikosis dan
menyalahgunakan alcohol).
10. Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau terminal).
11. Pengangguaran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami kegagalan dalam
karier).
12. Umur 15-19 tahun atau di atas 45 tahun.
13. Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan).
14. Pekerjaan.
15. Konflik interpersonal.
16. Latar belakang keluarga.
17. Orientasi seksual.
18. Sumber-sumber personal.
19. Sumber-sumber social.
20. Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil.
VIII. Pathway

Stressor pencetus

A praisal of stressor

sumber koping

mekanisme koping

Denial, Rasionalisasi, Regresi

Construktif Destruktif

IX. MASALAH KEPERAWATAN YANG PERLU DIKAJI


Pengkajian Faktor Resiko Perilaku Bunuh Diri
a. Jenis kelamin : Resiko meningkat pada pria
b. Usia : Lebih tua masalah semakin banyak
c. Status perkawinan : dapat menurunkan resiko,Hidup sendiri ( janda/duda )
d. Riwayat keluarga : Meningkat apabila ada keluara dengan percobaan bunuh
diri
e. Riwayat social ekonomi: Pengangguran,mendapat malu di lingkungan social
f. Faktor Kepribadian: Lebih erring pada kepribadian menutup diri
X. MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Resiko bunuh diri berulang
2. Perilaku merusak diri sendiri
3. Alam perasaan depresi
4. Mekanisme koping tidak efektif
5. Isolasi social
6. Perubahan konsep diri

XI. INTERVENSI
1. Melindungi klien
2. Meningkatkan harga diri kklien
3. Menguatkan mekanisme koping yang sehat
4. Mengeksplorasikan perasaan
5. Memobilisasi dukungan social
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

RESIKO BUNUH DIRI

Diagnosa keperawatan : Resiko Bunuh Diri

Tujuan umum : Klien tidak menciderai dirinya sendiri

TUK 1 :

Klien dapat membina hubungan saling percaya

Kriteria Evaluasi :

Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata,


mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau
duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang
dihadapi.

Rencana Tindakan :

1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik :

a. Sapa klien dengan nama baik verbal maupun non verbal.

b. Perkenalkan diri dengan sopan.

c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.

d. Jelaskan tujuan pertemuan.

e. Jujur dan menepati janji.

f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.

g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar

Rasional : Hubungan saling percaya akan menimbulkan kepercayaan klien pada perawat
sehingga akan memudahkan dalam pelaksanaan tindakan selanjutnya.
TUK 2 :

Klien dapat terlindung dari perlaku bunuh diri

Kriteria evaluasi :

Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri

Rencana Tindakan :

1. Jauhkan klien dari benda-benda yang dapat membahayakan.

2. Tempatkan klien diruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh perawat.

3. Awasi klien secara ketat setiap saa

TUK 3

Klien dapat meningkatkan harga diri,

Kriteria evaluasi :

Klien dapat meningkatkan harga dirinya

Rencana Tindakan :

1. Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.

2. Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal individu.

3. Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misal : hubungan antar sesama, keyakinan,


hal-hal untuk diselesaikan)

TUK 4

Klien dapat menggunakan koping yang adaptif,

Kriteria evaluasi :

Klien dapat menggunakan koping yang adaptif


Rencana Tindakan :

1. Ajarkan mengidentifikasi pengalaman-pengalaman yang menyenangkan.

2. Bantu untuk mengenali hal-hal yang ia cintai dan yang ia sayangi dan pentingnya terhadap
kehidupan orang lain.

3. Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain.

TUK 5

Klien dapat menggunakan dukungan sosial,

Kriteria evaluasi :

Klien dapat menggunakan dukungan sosial.

Rencana Tindakan :

1. Kaji dan manfaatkan sumber-sumber eksternal individu.

2. Kaji sistem pendukung keyakinan yang dimiliki klien

3. Lakukan rujukan sesuai indikasi (pemuka agama).


STRATEGI PELAKSANAAN (SP)

DIAGNOSA PASIEN KELUARGA


KEPERAWATAN

Resiko bunuh diri SP 1 : TUK 1 – 2 SP 1

1. Membina hubungan saling 1. Mengidentifikasi masalah


percaya dengan klien keluarga dalam merawat
2. Melindungi klien dari pasien.
perilaku bunuh diri 2. Menjelaskan proses
a. Jauhkan klien dari terjadinya harga diri
benda yang dapat rendah kronis sehingga
membahayakan ( menimbulkan resiko
misalnya : pisau, silet, bunuh diri
gunting, kaca, dll ) 3. Mengajari keluarga cara
b. Tempatkan klien di mencegah resiko bunuh
tempat yang tenang dan diri
selalu terlihat oleh 4. Menjelaskan cara merawat
perawat. pasien
c. Awasi klien secara 5. Bermain peran cara
ketat setiap saat. merawat pasien
3. Mengajarkan cara
mengendalikan dorongan
untuk bunuh diri

SP 2 : TUK 3 SP 2

1. Mengevaluasi kegiatan 1. Mengevaluasi kemampuan


yang telah di lakukan ( SP keluarga di SP 1
1) 2. Latih keluarga untuk
2. Meningkatkan harga diri komunikasi langsung
klien : dengan klien
a. Bantu klien untuk 3. Menyusun jadwal
memahami bahwa klien keluarga untuk merawat
dapat mengatasi klien
keputusasaannya

b. Kaji dan kerahkan


sumber – sumber
internal individu

c. Bantu mengidentikasi
sumber – sumber
harapan (misal :
hubungan antar sesame,
keyakinan, hal- hal
untuk diselesaikan)

3. Masukkan dalam jadwal


kegiatan klien

SP 3 : TUK 3, 4, 5 SP 3

1. Mengevaluasi kegiatan 1. Mengevaluasi kemampuan


yang telah di lakukan ( SP keluarga
1 & 2) 2. Mengevaluasi kemampuan
2. Mengidentifikasi pola pasien
koping yang biasa di 3. RTL keluarga :
gunakan klien a. HE perawatan di
3. Menilai pola koping yang rumah
di miliki klien - Jangan biarkan
4. Mengajarkan klien klien sendiri
mekanisme koping yang - Jauhkan benda –
adaptif benda yang dapat
5. Membantu klien di gunakan untuk
merencanakan masa depan bunuh diri
yang realistis - Temani klien
6. Memobilisasi dukungan melakukan
social aktivitas yang di
7. Masukkan dalam jadwal sukai
kegiatan klien b. Rencana pulang
TRIGER CASE
RESIKO BUNUH DIRI

Tn. B berusia 35 tahun, dibawa keluarganya ke RSJ karena mencoba bunuh diri dengan
meminum pembersih lantai. Beberapa hari sebelum percobaan bunuh diri, klien terlihat murung
dan kusut, suka menyendiri, tidak mau makan dan minum kalau tidak di bujuk oleh kakaknya.
Padahal sebelumnya klien adalah orang yang pekerja keras dan humoris.
Penyebab klien mencoba bunuh diri karena frustasi akan keadaan rumah tangganya yang
gagal karena klien di PHK dari pekerjaanya. Istri klien meminta cerai karena klien tidak
memberikan nafkah lagi kepada istrinya.
Sebelum klien di PHK, klien adalah seseorang yang semangat, murah senyum, dan
humoris. Tetapi keadaan klien yang saat ini, membuat klien menjadi orang yang pendiam,
pemurung dan suka menyendiri, dan pada akhirnya klien memiliki fikiran untuk mengakhiri
hidupnya dengan meminum pembersih lantai.

PSIKODINAMIKA KASUS
a. Faktor predisposisi
Klien di PHK dari pekerjaannya dan istri klien meminta cerai.
b. Faktor presipitasi
Klien frustasi atas kegagalan rumah tangganya dank lien di PHK dari pekerjaannya.
c. Penilaian primer
Stressor bermakna bagi klien, alasan : klien frustasi dengan keadaannya, klien
mengatakan hidupnya tidak berguna lagi dank lien mencoba bunuh diri
d. Support (penilaian sekunder)
Klien suka menyendiri, dan tidak mau makan minum kalau tidak di bijuk oleh kakaknya
e. Mekanisme koping
Maladaptive : klien frustasi, suka menyendiri dan murung, mengungkapkan hidupnya
sudah tidak berguna lagi, sehinggan klien melakukan percobaan bunuh diri
ANALISA DATA
DATA MASALAH KEPERAWATAN
1. Klien mencoba bunuh diri Resiko menciderai dirinya sendiri
2. Klien mengatakan dirinya sudah Harga diri rendah kronis
tidak berguna lagi
3. Klien suka menyendiri dan murung Isolasi social
4. Klien tampak lusuh Deficit perawatan diri

POHON MASALAH

KOPING MALADAPTIF ( CORE PROBLEM / CP )

PERILAKU BUNUH DIRI ( CAUSA )

RESIKO MENCEDERAI DIRI ( EFEK )


STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)

Pertemuan : Ke 1 dengan klien


Tanggal : 16 Juli 2014
Jam : 08.00 WIB

FASE PRA INTERAKSI


a. Masalah : Resiko Bunuh Diri
b. Proses keperawatan
1. Kondisi klien : klien mengatakan hidupnya sudah tidak berguna lagi dan
mencoba bunuh diri dengan meminum pembersih lantai
2. Diagnosa : Resiko Bunuh Diri
TUK
TUK 1 : klien dapat membina hubungan saling percaya
TUK 2 : Klien dapat terlindung dari perlaku bunuh diri

3. Rencana Tindakan ( SP 1)
a. Membina hubungan saling percaya
b. Melindungi klien dari perilaku bunuh diri
c. Modifikasi lingkungan klien :
- Jauhkan dari benda – benda yang dapat digunakan untuk bunuh diri
- Tempatkan klien di ruangan yang nyaman dan mudah terlihat oleh perawat
d. Awasi klien secara ketat setiap saat
e. Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri
f. Masukkan dalam jadwal kegiatan klien
FASE ORIENTASI
a. Salam Terapeutik
Selamat pagi bapak, perkenalkan nama saya B saya mahasiswa dari Stikes Bina Sehat
Ppni Mojokerto. Kalau boleh tahu nama bapak siapa? Bapak biasanya dipanggil siapa?
b. Evaluasi atau Validasi
Bagaimana perasaan bapak hari ini? Bagaimana tidurnya semalam pak?
c. Kontrak
- Topik : Bapak bagaimana kalau kita bicara mengenai apa yang bapak rasakan selama
ini?
- Tempat : Kita berbicara dimana pak? Bagaimana kalau kita berbicara ditaman?
- Waktu : Bagaimana kalau kita berbicara sekarang pak? Bapak bisa?
Cuma 30 menit saja pak

FASE KERJA
( Sebelumnya perawat harus melakukan modifikasi lingkungan pasien dulu, yaitu dengan
menjauhkan benda-benda yang dapat digunakan untuk bunuh diri )
“ Bagaimana perasaan bapak setelah mengalami kejadian ini? Apakah dengan kegagalan yang
bapak alami ini bapak merasa paling menderita di dunia ini? Apakah bapak masih merasa
bersalah atau mempersalahkan diri sendiri? Maaf pak kalau boleh tahu mengapa bapak ingin
mengakhiri hidup? Padahal bapak kan masih terbilang muda. Jika iya, bapak menggunakan cara
apa? Apakah bapak tidak takut mati? Jika bapak masih ada rasa takut, kenapa bapak tidak
mencoba melawan keinginan tersebut? Apakah bapak sudah mempunyai seorang anak? “ Apa
yang akan bapak lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul? “.
Bapak kalau boleh saya menyarankan, bapak bisa menceritakan masalah bapak kepada orang
yang bisa bapak percaya, saya juga bersedia mendengarkan cerita bapak, saya akan menemani
bapak. Masih ada banyak cara lain untuk menyelesaikan masalah, bukan dengan jalan
mengakhiri kehidupan. Saya yakin bapak adalah orang yang kuat dan bisa menjadi seorang
bapak yang baik untuk anak bapak nantinya, dan saya juga yakin sekali kalau anak bapak nanti
menjadi anak yang berbakti kepada orang tua. Bila keinginan bunuh diri tersebut muncul, bapak
bisa melawannya dengan mencoba selalu berfikir positif. Bapak bisa menceritakan masalah
bapak kepada orang yang dipercaya, termasuk para perawat disini. Kami akan menemani bapak
terus, jadi para perawat disini setia menemani bapak kapanpun.
“ Saya percaya bapak adalah orang yang kuat dan dapat mengatasi masalah “

FASE TERMINASI
a. Evaluasi Respon Klien
- Data Subyektif
“ Bagaimana perasaan bapak setelah bercerita sebentar dengan saya? “.
- Data Obyektif
Pasien tidak menunjukkan keinginan untuk bunuh diri selama fase kerja dan klien
bersedia berbagi cerita untuk mengalihkan bila keinginan bunuh diri muncul.
b. Rencana Tindak Lanjut
“ Baiklah bapak, bagaimana kalau nanti kita bercerita kembali mengenai pengalaman
bapak yang menyenangkan dan kegiatan yang bapak sukai? “.
c. Kontrak Akan Datang
- Topik : “ Baiklah bapak, saya rasa cukup perbincangan kita untuk pertemuan kali ini.
Saya senang sekali bisa berbincang- bincang dengan bapak, bagaimana kalau nanti
kita lanjutkan untuk berbicara mengenai aktivitas bapak .
- Waktu : “ Menurut bapak enaknya jam berapa? Bagaimana kalau nanti sore jam 15.00
saya temani bapak jalan-jalan sambil berbincang-bincang? “.
- Tempat : “ Bapak melakukan ho? Bagaimana kalau ditaman? Terima kasih pak sudah
mau berbagi cerita dengan saya “.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)

Pertemuan : Ke 2 dengan klien


Tanggal : 16 Juli 2014
Jam : 15.00

FASE PRA INTERAKSI


a. Masalah : Resiko Bunuh Diri
b. Proses Keperaawatan
1. Kondisi klien : klien tampak murung, suka menyendiri, dan penampilan kusut
2. Diagnosa : Resiko Bunuh Diri
TUK 3 : Meningkatkan harga diri klien
3. Rencana Tindakan (SP 2)
a. Mengevaluasi kegiatan yang telah di lakukan ( SP 1)
b. Meningkatkan harga diri klien :
- Mengidentifikasi aspek positif klien
- Mendorong klien untuk berpikir positif terhadap diri sendiri
- Membantu klien mengeksplorasikan perasaan
- Mengidentifikasi sumber – sumber harapan ( misal : hubungan antar sesame,
keyakinan, hal – hal untuk di selesaikan )
c. Masukkan dalam jadwal kegiatan klien

FASE ORIENTASI

a. Salam terapeutik
Assalamu’alaikum pak, masih ingat dengan saya kan ? saya perawat yang
berbincang – bincang dengan bapak kemarin.
b. Evaluasi / validasi
Bagaimana perasaan ibu hari ini ? Bagaimana tidurnya semalam bu ? bapak
masih ingat kana pa yang kita bicarakan kemarin
c. Kontrak
1. Topik : bapak, seperti yang kita bicarakan tadi pagi, kita akan berbincang
– bincang sambil menikmati udara segar di taman
2. Tempat : bapak mau duduk dimana ? oww, di sini saja. . .baiklah pak
3. Waktu : kita berbincang – bincang sekarang bagaimana pak ?

FASE KERJA

Pak, bagaimana udara di taman ini ? segar kan ? bapak suka dengan taman ini ? oh
iya, apakah bapak sudah pernah jalan – jalan ke taman ini ? kalau pernah, dengan
siapa bapak biasanya ke sini ? ( ekspresi klien tampak sedih, dan berkaca – kaca saat
memegang dan melihat tempat duduk yang sedang kami duduki). Kenapa dengan
bangku ini pak ? apakah bapak ingin bercerita sesuatu ? saya siap mendengarkan
cerita bapak, jadi istri bapak dulu sering mengajak jalan – jalan ke taman kalau libur
kerja ? baiklah, kalau begitu saya akan akan mengajak bapak ke tempat lain saja, mari
pak. Naah, ini kita sudah sampai di tempat yang mungkin bisa membuat bapak
menjadi lebih nyaman ( masjid). Apakah bapak masih sedih ? tenang pak, saya tidak
akan menyakiti bapak.apa yang sudah bapak lakukan saat ini sudah sangat bagus,
bapak sudah mau menceritakan apa yang bapak rasakan saat ini, dan bisa mencegah
keinginan bapak untuk bunuh diri yang sering muncul. Bapak sudah sholat ?mari kita
sholat dulu pak kalau bapak belum sholat. Apakah di rumah bapak juga
melaksanakan sholat 5 waktu ?
Sepertinya sudah mulai gelap pak, mari kita pulang. Tapi jangan lupa di rumah bapak
tetap harus melaksanakan sholat yaa. . .
FASE TERMINASI
a. Evaluasi respon klien
- Data subyektif
Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang – bincang dengan saya ?
- Data obyektif
Pasien dapat mengungkapkan perasaannya dan menerapkan cara untuk mengalihkan
keinginan bunuh diri yang sering muncul meskipun rasa takut pasien terulang
kembali, ekspresi klien tampak sedih saat melihat bangku dan jalan – jalan di taman,
namun klien tampak lebih tenang ketika saya ajak ke tempat lain ( masjid )
b. Rencana tindak lanjut
Baiklah pak, bagaiman kalau kita berbincang – bincang tentang rencana masa
depan dan menceritakan pengalaman bapak selam dirawat disini ?
c. Kontrak yang akan datang
- Topik : baiklah pak, saya kira sudah cukup perbincangan kita hari ini.
Bagaimana kalau lain kali kita berbincang – bincang lagi tentang rencana masa depan
dan mencerikan pengalaman bapak selama dirawat disini ?
- Waktu : bapak mau kapan ? bagaimana kalau besok pagi kita sambung lagi ?
- Tempat : bapak mau berbincang – bincang dimana ?di sini saja, baiklah pak besok
kita ketemu di sini untuk melanjutkan perbincangan kita hari ini. Terima kasih bapak
sudah mau berbincang – bincang dengan saya.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)

Pertemuan : ke 3 dengan klien


Tanggal : 17 Juli 2014
Jam : 08.00

FASE PRA INTERAKSI


a. Masalah : Resiko Bunuh Diri
b. Proses keperawatan
1. Kondisi klien : klien tampak murung, belum berani berinteraksi dengan
lingkungan yang ramai
2. Diagnosa : Resiko Bunuh Diri
3. TUK :
- TUK 3 : Klien dapat meningkatkan harga dirinya
- TUK 4 : Klien dapat menggunakan mekanisme koping yang adaptif
- TUK 5 : Klien dapat memobilisasi dukungan social
4. Rencana tindakan (SP 3)
a. Mengevaluasi kegiatan yang telah di lakukan (SP 1 & 2)
b. Mengidentifikasi pola koping yang biasa di gunakan klien
c. Menilai pola koping yang dimiliki klien
d. Mengajarkan klien mekanisme koping yang adaptif
e. Membantu klien merencanankan masa depan yang realistis
f. Memobilisasi dukungan social
g. Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
FASE ORIENTASI

a. Salam terapeutik :
Selamat pagi pak, bertemu dengan saya lagi. Jadi bapak pasti tidak lupa dengan saya
Bapak masih ingat saya kan ? semoga saja masih ingat

b. Evaluasi / validasi :
Bagaimana perasaan bapak hari ini ? tidurnya semalam nyenyak pak ?
Bapak masih ingat tidak apa sudah kita bicarakan di pertemuan pertemuan pertama dan
kedua kemarin ?
Ya benar, kemudian bapak ingat tidak kita kemarin kemana saja ?
c. Kontrak :
- Topik : bapak sesuai dengan pembicaraan kita kemarin, bagaimana kalau hari ini
membuat rencana untuk masa depan dan bapak menceritakan pengalaman bapak
selama dirawat disini.
- Waktu : bapak mau berapa lama ? bagaimana kalau 30 menit ?
- Tempat : baiklah pak, sesuai dengan perjanjian kita kemarin hari ini kita akan
berbincang – bincang di masjid ini

FASE KERJA

pak, kemarin kan kita sudah berbincang – bincang banyak tentang aktivitas bapak.
Sebelum kita membuat rencana masa depan, boleh tidak saya tau bagaimana ceritanya bapak bisa
masuk kesini ? padahal bapak orang yang baik. Apakah bapak mau bercerita sedikit kepada saya
? mungkin perasaan bapak akan menjadi lebih baik. Baiklah saya akan mendengarkan. Jadi
bapak gagal dalam berumah tangga karena bapak di PHK dari pekerjaan bapak ? saya tahu
bagaimana perasaan bapak saat ini, dan sangat berat menerima keadaan yang saat ini. Tapi saya
mangerti bahwa bapak adalah orang yang baik dan kuat, saya yakin bapak pasti bisa melewati ini
semua. Di dalam kehidupan itu pasti ada masalah pak, tapi bapak perlu tahu bahwa kalau ada
masalah pasti ada solusinya dan pasti ada hikmahnya. Bapak harus tahu, mengakhiri hidup itu
adalah bukan solusi yang baik. Bahkan dalam agama yang bapak anut pasti bunuh diri itu juga
tidak baik dan di larang. Apakah bapak tidak berpikir mengenai keluarga yang bapak tinggalkan
kalau bapak melakukan percobaan bunuh diri tersebut ?dan bagaimana dengan istri bapak
?seharusnya bapak harus bisa membuktikan kepada istri bapak, bahwa bapak adalah orang yang
kuat dan bertanggung jawab. Bagaimana pak ? saya tahu dan mengerti, memang tidak mudah
tapi saya yakin bapak pasti bisa. Terbukti menurut cerita yang saya dengar, bapak adalah orang
yang baik dan pekerja keras makanya masih banyak orang yang peduli dengan bapak.
Bagaimana kalau saya bantu membuat rencana untuk masa depan setelah bapak keluar dari sini ?
bapak bersedia ?
Kita mulai dari bapak setelah dari sini yaa ? Nah, setelah keluar dari sini bapak mau
tinggal di mana ?di rumah bapak sendiri atau di rumah orang tua bapak ? baiklah, bapak mau
tinggal dengan orang tua bapak yaa. Apakah bapak mau mengikuti terapi aktivitas kelompok ?ya
bagus kalau begitu. Apa yang bapak inginkan selama ini belum tercapai ? nah, bagus. Setelah
keluar dari sini bapak coba mencari pekerjaan lagi, agar keinginan bapak menjadi orang yang
sukses dapat terwujud. Bagus sekali perencanaan yang sudah bapak buat, saya yakin bapak pasti
bisa. Semoga sukses pak. . .

FASE TERMINASI
a. Evaluasi respon klien
- Data subyektif
Bagaimana perasaan bapak setelah membuat rencana untuk masa depan kemarin ?
- Data obyektif
Pasien dapat mengungkapkan mekanisme koping yang adaptif, serta membuat
perencanaan untuk masa depan.
b. Rencana tindak lanjut
Pak, rencana untuk masa depan yang sudah kita buat kemarin saya harap bisa membantu
bapak setelah bapak keluar dari sini dan bapak menjadi seseorang yang jauh lebih baik,
lebih kuat, dan menjadi seseorang yang lebih maju. Bapak pasti bisa menghadapi dan
menyelesaikan setiap masalah yang bapak hadapi, jangan mudah menyerah dan satu hal
mengakhiri hidup adalah bukan solusi yang tepat. Ingat yaa pak. . .
c. Kontrak yang akan datang
- Topik : setelah kita berbincang – bincang banyak pak, bagaimana kalau
sekarang bapak belajar untuk berinteraksi, ngobrol, berbicara tentang rencana yang
sudah kita buat kepada keluarga ?
- Waktu : jika bapak bersedia, bagaimana jika nanti kita bertemu lagi jam 13.00
- Tempat : dan untuk tempatnya, bagaimana kalau kita bertemu di ruang
perawatan saja ?
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK) KELUARGA

Pertemuan : ke 1 dengan keluarga


Tanggal : 18 Juli 2014
Jam : 08.00

FASE PRA INTERAKSI


a. Masalah : Resiko Bunuh Diri
b. Proses keperawatan :
1. Kondisi klien : klien mengatakn hidupnya sudah tidak berguna lagi, dan ingin
mengakhiri hidupnya dengan minum pembersih lantai.
2. Diagnosa : Resiko Bunuh Diri
3. TUK :
- TUK 1 : Keluarga dapat membina hubungan saling percaya
- TUK 5 : Klien dapat memobilisasi lingkungan yang ada
4. Rencana Tindakan :
a. Mengidentifikasi masalah yang dirasakan dalam merawat klien
b. Menjelaskan proses terjadinya harga diri rendah kronis hingga menimbulkan
resiko bunuh diri kronis
c. Menjelaskan tentang cara merawat klien

FASE ORIENTASI
a. Salam terapeutik
Selamat pagi ibu, perkenalkan nama saya D mahasiswa dari Stikes Bina Sehat PPNI
Mojokerto. Saya adalah perawat yang bertugas merawat bapak selama bapak dirawat
disini. Kalau boleh saya tahu, nama ibu siapa ?
b. Evaluasi / validasi
Bagaimana perasaan ibu selama merawat Tn. B yang mengalami resiko bunuh diri
sebelum dirawat disini ?
c. Kontrak
- Topik : bagaimana kalau kita berbincang – bincang tentang kondisi Tn. B saat ini
- Tempat : bagaimana kalau kita bicara diruangan saya saja ?
Apakah ibu mau ?
- Waktu : apakah ibu sekarang ada waktu luang ?Cuma 30 menit saja kok bu

FASE KERJA
1. Kalau boleh saya tahu, apa yang ibu ketahui tentang kondisi Tn. B sebelum dirawat
disini ?
2. Iya bu, Tn. B memang beresiko bunuh diri. Hal ini terjadi karena Tn. B mengalami
harga diri rendah yang kronis
3. Kesulitan apa yang ibu rasakan selama merawat Tn. B ?
4. Memang sulit bu, namun inilah yang terjadi. Untuk seseorang yang mengalami harga
diri rendah hanya dukungan dari keluargalah yang sangat dibutuhkan oleh pasien.
Dan untuk menjaga agar kejadian kemarin (percobaan bunuh diri) tidak terulang lagi,
sebaiknya pasien dijauhkan dari benda – benda yang bersifat tajam. Seperti pisau,
gunting, kaca, dll.

FASE TERMINASI
Evaluasi respon klien
a. Data subyektif :
Bagaimana perasaan Tn. B setelah berbincang – bincang dengan saya ?
b. Data obyektif
- Keluarga klien mampu menjelaskan kembali proses terjadinya resiko bunuh diri yang
dialami klien
- Keluarga klien mampu menjelaskan cara memberikan perawatan kepada klien resiko
bunuh diri
c. Rencana tindak lanjut
Ya sudah bu, pertemuan kita selanjutnya akan berbincang – bincang tentang kondisi dan
rencana untuk keluarga dalam merawat klien dengan resiko bunuh diri
d. Kontrak yang akan datang
- Topik : besok kita lanjutkan lagi bu untuk berbincang – bincang tentang bermain
peran dalam merawat klien yang mengalami resiko bunuh diri
- Tempat : ibu ingin kita ngobrol dimana besok ? bagaimana kalau di ruangan saya
lagi saja
- Waktu : besok saya tunggu pukul 08.00 saja ya bu ?
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK) KELUARGA

Pertemuan : Ke 2 dengan keluarga


Tanggal : 19 Juli 2014
Jam : 08.00

FASE PRA INTERAKSI

Proses keperawatan : pasien mashih nampak murung, namun jarang menyendiri


Diagnosa : Resiko Bunuh Diri
TUK 5 : klien dapat memobilisasi lingkungan yang ada
Rencana tindakan (SP 2) :
1. Mengevaluasi kemampuan keluarga di SP 1
2. Melatih keluarga langsung ke klien
3. Menyusun jadwal keluarga untuk merawat klien

FASE OERIENTASI
a. Salam terapeutik
Selamat pagi bu, apakah ibu masih ingat dengan saya ?
b. Evaluasi / validasi
Bagaimana perasaan ibu saat ini ? masih aingat kan bu apa yang sudah kita rencanakan
hari ini ? seperti yang sudah bicarakan sebelumnya, kita akan membicarakan tentang
bagaimana cara merawat klien dengan resiko bunuh diri.
c. Kontrak
- Topik : baiklah bu, mari kita berbincang – bincang tentang peran dan fungsi
perawat dalam merawat klien yang mengalami resiko bunuh diri
- Tempat : bagaimana kalau kita berbincang – bingan di tempat ini saja bu ?
- Waktu : ibu hari ini bisa kan ? hanya 30 menit saja bu
FASE KERJA
1. Seperti yang sudah saya bicarakan kemarin, bahwa dukungan dan motivasi dari keluarga
yang sangat dibutuhkan oleh klien yang mengalami resiko bunuh diri
2. Di sini saya akan membantu bagaimana cara mengendalikan keinginan untuk bunuh diri
3. Ibu bisa selalu memberikan dukungan yang positif, selalu memberikan pujian yang
positif pula, tunjukkan bahwa ibu peduli terhadap kliendan masih membutuhkan
kehadirannya.hanya dukungan dan motivasi dari keluarga lah yang sangat yang sangat
dibutuhkan oleh klien.
4. Ketika Tn. B bercerita dan mengungkapkan rencana masa depan setelah keluar dari sini,
sebaiknya ibu merespon dan memberikan dukungan akan rencana klien tersebut. Karena
hal itulah yang sangat dibutuhkan oleh klien.
5. Bagaimana bu ? ibu paham kan dengan apa yang sudah saya berikan ?kebetulan hari ini
saya mau menemui Tn. B, apakah ibu mau ikut ?
6. Baiklah bu, mari kita ke ruangan Tn. B
7. Saya harap ibu paham dan bisa mampraktekkan apa yang sudah saya bicarakan tadi di
ruangan saya
8. Ya baik bagus, ibu sudah bisa mempraktekkan dengan baik, selain pujian dan dukungan,
ibu bisa memberikan perhatian yang lebih kepada klien. Karena itulah yang sangat
dibutuhkan oleh klien.

TAHAP TERMINASI
Evaluasi respon klien
a. Data subyektif
Bagaimana perasaannya bapak ?
b. Data obyektif
Keluarga klien mampu berperan dengan baik dalam merawat klien.
Saya harap ibu masih ingat dengan apa yang sudah saya bicarakan kemarin, dan ibu bisa
mempraktekkannya dengan baik. Karena itulah yang sangat dibutuhkan oleh klien
c. Kontrak yang akan datang
- Topik : baiklah bu, bagaimana kalau besok kita bertemu lagi untuk mengevaluasi
pembicaraan kemarin dan untuk mengevaluasi tentang perkembangan yang sudah
dialami oleh klien
- Waktu : ibu besok bisa menemui saya pukul 08.00 ? baiklah bu, saya tunggu
- Tempat : bagaimana kalau besok kita bertemu diruangan saya saja ?
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK) KELUARGA

Pertemuan : ke 3 dwngan klien


Tanggal : 19 Juli 2014
Jam : 08.00

FASE PRAINTERAKSI
Masalah : Resiko Bunuh Diri
Proses keperawatan : klien masih nampak murung, namun sudah tidak menyendiri lagi dan
mau berinteraksi dengan lingkungan
Diagnosa : Resiko Bunuh Diri
TUK 5 : klien dapat memobilisasi dukungan social
Rencana tindakan (SP 3) :
1. Mengevaluasi kemampuan keluarga dalam merawat klien
2. Mengevaluasi kemampuan klien
3. Membuat RTL keluarga : rencana pulang

FASE ORIENTASI
a. Salam terapeutik
Selamat pagi bu, ibu masih ingat dengan saya kan ?
b. Validasi / validasi
Bagaiman perasaan ibu setelah saya ajarkan dan ibu mempraktekkannya langsung ke
klien ?
c. Kontrak
- Topik : baiklah bu, sesuai dengan apa yang sudah kita bicarakan kemarin hari ini
kita akan mengevaluasi perkembangan klien setelah kita berikan perawatan beberapa
kali
- Waktu : sekarang juga ibu bisa kan ? hanya 30 menit saja kok bu
- Tempat : kita ngobrol di sinbi saja yaa bu ?
FASE KERJA
1. Seperti yang sudah saya sering katakan yaa bu, dukungan, motivasi dan perhatian dari
keluarga lah yang sangat di butuhkan oleh klien yang mengalami resiko bunuh diri
2. Ibu kemarin sudah mempraktekkannya dengan baik, naah sekarang waktunya
mengevaluasi dari apa yang sudah lakukan terhadap klien, dan juga untuk mengetahui
perkembangan klien setelah kita berikan beberapa kali
3. Ibu bisa melihat klien sudah mau berinteraksi dengan lingkungannya, bagaimana
perasaaan ibu ? meskiun perkembangan hanya sedikit, tapi setidaknya klien mampu
merespon pembicaraan kita dengan baik
4. Saya harap, ibu melakukan apa yang sudah saya bicarakan kemarin tidak hanya ibu
praktekkan kemarin saja. Tapi ibu harus melakukannya setiap bertemu dengan klien di
sini maupun di rumah nanti. Karena memang itulah yang sangat dibutuhkan oleh klien
untuk mempercepat proses penyembuhannya.

FASE TERMINASI
Evaluasi respon klien
a. Data subyektif
Bagaimana perasaan ibu ?
b. Data obyektif
Keluarga klien mampu berperan dan mempraktekkan apa yang sudah di katakana oleh
perawat dengan baik
Ingat kan bu apa yang sudah saya katan dari beberapa hari kemari ?
Ibu bisa melakukan apa yang sudah saya katakan setiap bertemu dengan klien, ibu bisa
mempraktekkannya selama klien di sini maupun di rumah karena itu yang sangat
dibutuhkan oleh klien dan mengurangi pikiran klien untuk melakukan percobaan bunuh
diri

Anda mungkin juga menyukai