Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN

Tumor intrakranial atau tumor otak merupakan salah satu penyakit yang paling
ditakuti karena otak merupakan organ sentral yang sangat penting. Tumor intrakranial yang
menyebabkan kerusakan jaringan otak secara langsung akan menimbulkan gangguan
fungsional dari sistem saraf pusat berupa gangguan motorik, gangguan sensorik, panca
indera, bahkan kemampuan kognitif. Selain itu, efek massa yang ditimbulkan oleh tumor otak
juga akan memberikan masalah serius mengingat tumor berada dalam rongga tengkorak yang
pada orang dewasa merupakan suatu ruang tertutup dengan ukuran tetap.Tumor intrakranial
merupakan salah satu bagian dari tumor pada sistem saraf, disamping tumor spinal dan tumor
saraf perifer. Tumor ini dapat bersifat primer ataupun merupakan metastase dari tumor pada
organ lainnya.1
Angka kejadian tumor intrakanial berkisar antara 4,2-5,4 per 100.000 penduduk. Pada
semua autopsi yang dilakukan oleh bernat & Vincent (1987) dijumpai 2% tumor otak. Pada
anak dibawah 16 tahun, angka kejadian tumor otak adalah 2,4 per 100.000 anak. Tampaknya
angka kejadian tumor cenderung naik dengan bertambahnya umur. Tidak diketahui secara
pasti perbedaan angka kejadian menurut ras, tempat tinggal maupun iklim.Kira-kira 10% dari
semua proses neoplasmatik di seluruh tubuh ditemukan pada susunan saraf dan selaputnya,
8% berlokasi diruang intrakranial dan 2% di ruang kanalis spinalis. Di Amerika didapat
35.000 kasus baru dari tumor otak setiap tahun, sedang menurut Bertelone, tumor primer
susunan saraf pusat dijumpai 10% dari seluruh penyakit neurologi yang ditemukan di Rumah
Sakit Umum. Di Indonesia data tentang tumor susunan saraf pusat belum dilaporkan. Angka
kejadian tumor otak pada anak-anak terbanyak pada dekade pertama, sedang pada dewasa
pada usia 30-70 dengan puncak usia 40-65 tahun. 2,3
Proses neoplasmatik atau proses malignansi di susunan saraf mencakup neoplasma
saraf primer dan non-saraf atau metastatik. Urutan frekuensi neoplasma di dalam ruang
tengkorak adalah sebagai berikut: (1) glioma (41%), (2) meningioma (17%), (3) adenoa
hipofisis (13%), (4) neurilemoma (12%), (5) neplasma metastatik dan (6) neoplasma
pembuluh darah serebral. Meningioma adalah tumor jinak otak yang paling banyak, dan
astrositoma, termasuk glioblastoma multiforme (GBM), adalah tumor otak ganas yang paling
banyak. 3
Diagnosis tumor intrakranial ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan
pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan radiologi dan patologi anatomi. Dengan
pemeriksaan klinis sulit menegakkan diagnosis tumor intrakranial dan membedakan benigna
atau maligna, karena gejala klinis yang ditemukan tergantung dari lokasi tumor, kecepatan
pertumbuhan masa tumor, dan cepatnya timbul gejala tekanan tinggi intrakranial serta efek
dari masa tumor kejaringan otak yang dapat menyebabkan kompresi, infasi, dan destruksi
dari jaringan otak. Walaupun demikian ada beberapa jenis tumor yang mempunyai predileksi
lokasi sehingga memberikan gejala yang spesifik dari tumor intrakranial. Dengan
pemeriksaan radiologi dan patologi anatomi dapat dibedakan tumor benigna dan maligna. 3
1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis, tatalaksana,

komplikasi, dan prognosis serta mendalami kasus tumor intrakraial.

1.3 Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui dan memahami definisi, etiologi, patofisiologi, gejala klinis,

diagnosis, tatalaksana, komplikasi, dan prognosis bagi penderita tumor intrakranial.

1.4 Manfaat Penulisan

1. Memberikan pengetahuan dan pengetahuan dan pemahaman yang lebih luas mengenai

tumor intrakrania bagi penulis.

2. Memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai tumor intrakraial.


Daftar pustaka
1. Japardi, Iskandar. 2002. Tekanan Tinggi Intrakranial. USU digital library; Sumatera
Utara.
2. Greenberg, Harry S., Chandler, William F., Sandler, Howard M. 1999. Brain Tumors.
Oxford University Press: New York
3. Mardjono, mahar. 2006. Neurologi Klinis Dasar. Dian Rakyat; Jakarta. Hal 390-396

Anda mungkin juga menyukai