Anda di halaman 1dari 19

BAB I

DEFINISI

Komunikasi merupakan proses bicara dalam bahasa inggris di akronimkan sebagai


TALK. TALK merupakan akronim dari T ( talk to each other ) yakni berbicara satu
orang dengan orang lainnya, A ( act together to car for our residents, patients and
families) secara bersama memberikan pelayanan antar petugas, residen, pasien dan
keluarganya, L ( listen to each other ) yakni satu dengan lainnya saling dengarkan
dan K ( know and understand each other ) yakni tau dan mengerti satu dengan
lainnya.
Komunikasi melibatkan pembicara ( orang yang member informasi ), proses
penyampaian informasi, isi informasi dan pendengar ( orang yang menerima
informasi ).
Menurut Carl I. Hovland, komunikasi adalah suatu proses dimana seorang
individu, menyampaikan pemikiran – pemikiran atau informasi ( verbal atau non
verbal ) untuk mengubah tingkah laku orang lain / individu lain. Untuk itu harus ada
kesepahaman arti dalam proses penyampaian arti tersebut agar tercapai
komunikasiyang efektif.
Berdasarkan definisi diatas, kita simpulkan bahwa komunikasi adalah proses
penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan untuk mengubah tingkah
laku orang lain / individu lain. Tujuan yang diharapkan dalam proses komunikasi
yaitu perubahan berupa penambahan pengetahuan, merubah pendapat, memperkuat
pendapat, merubah sikap dan perilaku komunikan atau dengan kata lain dikenal
sebagai tiga tingkatan perubahan yaitu kognitif, afektif dan behavioral.
Menurut Devito ( 1989 ), komunikasi interpersonal adalah penyampaian
pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil
orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan
balik segera ( Effendy, 2003 ).
Bentuk komunikasi interpersonal di rumah sakit biasanya antara dokter,
perawat, ataupun paramedik dengan pasien dan keluarganya. Bentuk komunikasi

1
interpersonal seperti ini juga dikenal dengan komunikasi terapeutik. Komunikasi
semacam ini biasanya berfokus pada pertukaran informasi mengenai kondisi
kesehatan pasien. Sedangkan komunikasi dalam hal penyampaian informasi dan
edukasi mengenai fasilitas pelayanan rumah sakit dan kesehatan kepada pasien dan
keluarga biasanya di jembatani melalui customer serviceataupun kegiatan-kegiatan
seperti penyuluhan ( edukasi ). Komunikasi interpersonal ini juga diperlukan antara
direksi dengan unit kerja serta antar tiap unit kerja di RS MUTIARA BUNDA agar
kegiatan manajemen rumah sakit berjalan lancar.
Selain komunikasi interpersonal, penyampaian informasi mengenai fasilitas
pelayanan rumah sakit dan kesehatan juga dapt diberikan melaui media. Bentuk
komunikasi semacam ini dikenal dengan komunikasi massa.
Menurut Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Massa adalah jenis komunikasi
yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim
melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang samadapat diterima secara
serentak dan sesaat. Beberapa media massa yang di gunakan oleh RS MUTIARA
BUNDA dalam berkomunikasi dengan masyarakat ataupun pasien dan keluarga
adalah buku, leaflet, poster, banner, spanduk, majalah, radio dan website. Sebagai
seorang pembicara, harus memperhatikan beberapa faktor untuk memberi kesempatan
kepada pendengar untuk mendengar dan memahami isi komunikasi.
Tibodean ( 2003 ) menyampaikan beberapa hal untuk meningkatkan
komunikasi efektif, yakni :
1. Pesan disampaikan tepat waktu, pesan berubah secara konstan dan bila terjadi
keterlambatan dalam menyampaikan pesan menyebabkan informasi
ketinggalan jaman ( kuno ).
2. Pesan hendaknya disampaikan dengan lengkap sehingga pendengar dapat
mengerti informasi yang ingin disampaikan
3. Informasi disampaiakn dengan jelas
4. Informasi harus akurat dan sesuai dengan inti permasalahan, tidak
membingungkan penerima ( pendengar )
5. Pesan di verifikasi oleh penyampai berita

2
Menurut Zumrun ( 2006 ), untuk menjadi seorang pendengar yang baik
menganjurkan :

1. Jangan memotong pembicaraan


Tunggu hingga pembicara menyelesaikan pembicaraan sebelum pendengar
menyampaian umpan balik atau menyampaikan pendapatnya. Pendengar pada
umumnya kurang sabar menunggu komunikasi selesai,hal ini menyebabkan
rusaknya komunikasi.

2. Jangan lompat langsung ke kesimpulan.


Sebagai pendengar jangan memotong pembicaraan dengan langsung
mengambil kesimpulan seakan – akan tahu apa yang dibicarakan walaupun
proses komunikasi belum selesai.
3. Jangan mengadili pembicara.
Sebagai pendengar jangan membuat opini yang dapat mengganggu pesan
yang diterimanya. Logat bicara, kecepatan penyampaian,penampilan, umur
dan beberapa faktor lainnya dapat membiaskan pesan yang diterima. Sebagai
pendengar yang efektif fokuskan kepada isi komunikasi,supaya menerima
pesan dengan benar.
4. Catat informasi yang menarik bagi pendengar. Hal ini membantu konsentrasi
dan ketertarikan sebagai pendengar.
5. Ajukan pertanyaan dengan kata yang baik, hal ini untuk memperjelas atau
menilai keberhasilan komunikasi dan umpan balik. Pendengar yang baik
berperan aktif dalam proses komunikasi.

Hambatan dalam berkomunikasi, antara lain :


1. Hambatan fisik, komunikasi melintasi ruangan dengan cara berteriak –
teriak, atau komunikasi dengan beda lokasi antara pembicara dengan
pendengar.

3
2. Hambatan persepsi, beda dalam menggunakan istilah kata.
3. Hambatan emosi, perasaan tidak senang dalam berkomunikasi.
4. Hambatan budaya, budaya dapat menghambat komunikasi.
5. Hambatan bahasa,kata yang dipergunakan dalam komunikasi mengandung
bahasa yang kurang di mengerti oleh pendengar.

Dampak salah dalam berkomunikasi :


1. Menimbulkan kejadian yang tidak diharapkan, hal ini disebabkan karena
salah dalam mengambil tindakan sebagai contoh pemberian KCL secara
IV bolus padahal penyampai berita yang dimaksud pemberian KCL
secara drip.
2. Menimbulkan konflik antara penyampai berita dengan penerima berita.
Hal ini dapat mempengaruhi mutu pelayanan medik yang dilaksanakan di
Rumah sakit.
3. Komunikasi antar petugas/ pemberi pelayanan di dalam ( internal ) dan
keluar (eksternal ) rumah sakit.

Untuk komunikasi internal ini terdapat dua bentuk yakni vertikal dan
horizontal. Komunikasi vertikal , yaitu komunikasi dari atas ke bawah dan
dari bawah ke atas. Komunikasi dari pimpinan kepada bawahan dan dari
bawahan kepada pimpinan. Dalam komunikasi vertikal, pimpinan
memberikan instruksi-instruksi, petunjuk-petunjuk, informasi-informasi
kepada bawahannya. Sedangkan bawahan memberikan laporan-laporan,
saran-saran, pengaduan-pengaduan kepada pimpinan.
Komunikasi horizontal atau lateral, yaitu kominikasi antara
sesamaseperti dari karyawan kepada karyawan, manajer kepada manajer.
Pesan dalam komunikasi ini bisa mengalir di bagian yang sama di dalam
organisasi atau mengalir antar bagian. Komunikasi lateral ini
memperlancar penukaran pengetahuan, pengalaman, metode, dan masalah.
Hal ini membantu organisasi untuk menghindaribeberapa masalah dan

4
memecahkan yang lainnya,serta membangun semangat kerja dan kepuasan
kerja.
Sedangkan komunikasi eksternal rumah sakit dilakukan dengan rumah
sakit lain, mitra kerja ( stakeholder ).
Bentuk komunikasi ini dapat dilakukan melalui telepon, interpersonal
( face to face ), maupun ceramah saat rapat.

5
BAB II
RUANG LINGKUP

1. DASAR HUKUM
Dasar hukum yang berhubungan dengan pelaksanaan dan implementasi
Manajemen Komunikasi dan Informasi meliputi :
1) Undang undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
2) Undang undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit.
3) Peraturan Menteri Kesehatan RI No 4 Th 2012 Tentang Petunjuk Teknis
Promosi Kesehatan RS.
4) Peraturan Menteri Kesehatan RI No269/MenKes/Per/III/2008 Tentang Rekam
Medis

2. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup komunikasi efektif RS MUTIARA BUNDA adalah sebagai
berikut:
1)Komunikasi dengan masyarakat
2)Komunikasi dengan pasien dan keluarga
3)Komunikasi interen rumah sakit
4)Komunikasi eksteren rumah sakit

3. SASARAN
1) Masyarakat
2) Pasien ,Keluarga dan Pengunjung
3) Dokter, Tenaga Kesehatan lain, Perawat, Bidan, Tenaga non Medis, Tenaga
non Keperawatan
4) Institusi Pemerintah dan Swasta

6
BAB III
TATA LAKSANA

1. TATA LAKSANA IDENTIFIKASI KOMUNIKASI DAN POPULASI


1) RS MUTIARA BUNDA melakukan identifikasi komunikasi dan populasi
internal dan eksternal yang menjadi pusat perhatian dalam pemberian
informasi melalui analisa data demografi kunjungan kunjungan Rawat
Jalan maupun Rawat Inap.
2) Pengolahan data dan penentuan sasaran/target harus memberikan
gambaran dalam pemberian informasi yang tepat dan cepat.
3) Proses identifikasi terhadap komunitas dan populasi dilakukan oleh
bagian Humas dan Marketing RS MUTIARA BUNDA

2. KOMUNIKASI DENGAN MASYARAKAT


Identifikasi komunitas dan populasi berdasar data demografi seluruh
pengunjung RS yang telah dianalisi tentang : penyakit, jenis kelamin, umur,
ras/etnis, agama dan bahasa yg digunakan,tempat domisili dll yg terkait untuk :
a. Komunikasi lanjutan tentang informasi pelayanan, jam pelayanan dan
proses mendapatkan pelayanan;
b. Informasi tentang kualitas pelayanan, yang diberikan kepada publik dan
kepada sumber rujukan.
c. Bentuk dan Strategi komunikasi :
 PKRS = Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit melalui individu maupun
kelompok pada :
1. Penyuluhan tentang penyakit yang sering terjadi di RS
MUTIARA BUNDA
2. Penyuluhan Gizi
3. Senam Nifas dan Massage Payudara

7
 Melalui leaflet, brosur, spanduk, poster, majalah, Koran, radio
 Website, email

Komunikasi dengan masyarakat menggunakan perantara media :


a. Hotline ke Informasi Humas : 0811720111 atau 081369167220
b. Nomor Faximile : (0726) 750248
c. Website, email mutiarabunda_rs@yahoo.com

d. Media leaflet, banner, spanduk, poster oleh Unit PKRS dan Humas
e. Koran, majalah, radio

3. KOMUNIKASI DENGAN PASIEN DAN KELUARGA

Tata cara berkomunikasi efektif dengan pasien dan keluarga :


1. Humas & Marketing dengan menghubungi 0811720111
2. Nomor faximile : 031-5997215
3. Email mutiarabunda_rs@yahoo.com
4. Kotak saran /komplain
5. Pemberian informasi kepada pasien dan keluarga tentang edukasi kesehatan
6. Media leflet, banner, spanduk, poster, Koran, majalah radio oleh PKRS &
Humas

Komunikasi efektif memuat :


1. Pasien dan keluarga diberi informasi tentang asuhan dan pelayanan
melalui brosur, leaflet, spanduk, biner atau melalui media masa seperti
radio dan melalui perantara media website dan diberi informasi
bagaimana mengakses pelayaman di RS MUTIARA BUNDA.

8
2. Pasien dan keluarga diberi informasi bahwa RS MUTIARA BUNDA
memberikan asuhan dan pelayanan rawat jalan meliputi ruang lingkup
Obstetri & Ginekologi, Pediatari , IGD , Penunjang Medis antara lain
USG 3D, Fisio Terapi dll), Radiologi dan Laboratorium.
3. Pasien dan keluarga diberi informasi bahwa RS MUTIARA BUNDA
hanya memberikan asuhan dan pelayanan rawat inap meliputi ruang
lingkup perawatan Bedah, kasus Pediatri, kasus Internis, Obstetri &
Ginekologi, perawatan bayi lahir (Perinatologi ) dan HCU
4. Apabila asuhan pasien didapatkan kasus yang membutuhkan perawatan
lebih lanjut yang tidak dapat di lakukan di RS MUTIARA BUNDA maka
pasien dan keluarga diberikan informasi tentang sumber alternative (
dirujuk ) ke rumah sakit yang lebih tinggi.
5. Menggunakan informasi dengan bahasa Indonesia yang benar dan apabila
pasien dan keluarga menggunakan bahasa yang tidak dimengerti maka
RS MUTIARA BUNDA meminta bantuan anggota keluarga sebagai
penterjemah apabila terpaksa dan sebagai upaya akhir maka anak bisa
dijadikan penterjemah.

4. KOMUNIKASI INTEREN RUMAH SAKIT

TATA LAKSANA KOMUNIKASI EFEKTIF INTERNAL RS MUTIARA


BUNDA
1) Komunikasikan visi, misi dan Rencana Strategi RS MUTIARA BUNDA
2) Sosialisasikan Rencana Strategi dan program RS MUTIARA BUNDA
3) Komunikasi melalui telepon antar petugas (dokter, perawat/bidan, petugas
lainnya)
4) Rapat rutin yang diadakan di lingkungan RS MUTIARA BUNDA seperti :
 Rapat Komisaris
 Rapat Struktural

9
 Rapat Komite Komite
 Rapat masing masing Pokja
 Rapat masing masing unit
 Pertemuan Keperawatan
5) Buat jadwal rapat umum seluruh RS MUTIARA BUNDA
6) Undangan, Absensi dan Notulen
7) Laporan laporan
8) Lembar edukasi yang berisikan tanggal, Materi, tanda tangan
9) Komunikasi efektif harus tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, mudah
dipahami oleh penerima sehingga dapat mengurangi kesalahpahaman.

5. PRINSIP KOMUNIKASI EFEKTIF :


1) Write back, read back, verifikasi pemberi pesan dan klarifikasi ulang bagi
penerima pesan.
2) Komunikasi lewat telepon dengan prinsip Write Back, Read Back.
Setiap pesan yang dilaksanakan melalui telelepon, perlu di baca ulang (
readback ) ringkasan informasi oleh penerima berita ( receiver ) untuk
mengecek akurasi berita dan kejelasan isi informasi tersebut. Hal ini
diperlukan untuk menyakinkan bahwa penerima informasi mengerti dan jelas
tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan informasi yang diterimanya.
Setiap informasi yang diterima, harus ditulis dalam catatan medic ( Rekam
Medik ).
RECORDING SBAR
Komunikasi efektif harus dicatat dengan akurat pada rekam medis atau catatan
pasien. Catatan tersebut harus dapat dibaca ( Legible ), ditanda tangani ( signed ),
diberi tanggal ( dated ), dituliskan waktu serta ditulis dengan menggunakan tinta
warna hitam.

10
6. BENTUK STRUKTUR KOMUNIKASI :
Komunikasi efektif dapat terjadi dengan menggunakan suatu format baku
agar komunikasi terstandar dan berlangsung secara efektif dan efisien. Salah satu
format baku yang di pergunakan oleh JAHCO adalah format SBAR

DEFINISI SBAR
Komunikasi verbal atau komunikasi tulis yang kurang adekuat merupakan
sumber kesalahan yang serius pada pusat pelayanan kesehatan. Analisis akar
masalah ditemukan sebagai sumber kesalahan yang terjadi secara umum di
sebabkan dari kedua macam komunikasi ini. Terdapat beberapa hambatan dalam
komunikasi antar petugas pemberi pelayanan karena factor hirarki,gender, suku,
perbedaan gaya komunikasi antar disiplin ilmu dan gaya komunikasi individual.
SBAR merupakan kerangka komunikasi yang mempermudah mengatasi
hambatan dala komunikasi. SBAR merupakan bentuk struktur mendasari
komunikasi antara pemberi informasi dengan penerima informasi. SBAR mudah
diingat yang praktis untuk komunikasi atau percakapan. SBAR tersusun sebagai
berikut :
S = Situation
B = Background
A = Assessment
R = Recommendation
Tujuan dan keuntungan menggunakan SBAR ( Byred et al, 2009 ) ,yaitu :
a) Meningkatkan keamanan keselamatan pasien ( patient safety ).
b) Memberikan standar untuk penyebaran atau berbagi informasi.
c) Meningkatkan kekuatan atau penjelasan dari para pemberi pelayanan
kesehatan dalam mengajukan permintaan perubahan perawatan pasien atau
untuk menyelesaikan informasi dalam keadaan kritis dengan benar dan
akurat.
d) Meningkatkan efektivitas kerja tim.
e) Dapat dipergunakan pada daerah spesifik COPD.

11
SBAR TERSUSUN ATAS :
S = Situation
Tanyakan kondisi pasien (Situation)
Identitas pasien, diagnose medis dan masalah yang belum maupun sudah
teratasi.
Mengawali suatu komunikasi di perlukan pengenalan antara penyampai
berita dan penerima berita. Dalam hal ini identitas saudara ( petugas ) dan
unit pelayanan kesehatan diinformasikan. Selain itu juga perlu
disampaikan kepada siapa ( penerima ) informasi yang petugas ajak
berkomunikasi
Dalam situasi ini perlu petugas menjelaskan permasalahan yang
dihadapinya
Misalnya pasien serta kekhawatiran bila tidak di lakukan tindakan. Dalam
hal menginformasikan pasien disebutkan identitas pasien.
B = Background
Tanyakan latar belakang pasien (Background)
Keluhan utama, intervensi yang telah dilakukan, respon pasien 
diagnose keperawatan, riwayat alergi, riwayat pembedahan, pemasangan
alat infasif dan obat atau infuse
Berilah informasi riwayat medis pasien,atau informasi yang berkaitan
dengan permasalahan yang ditemukan.untuk pasien perlu dijelaskan
riwayat medisnya, perlu dijelaskan atau digaris bawahi riwayat medis
yang bermakna. Bila permasalahan di bidang lain misalnya sampel darah
atau permasalahan obat maka poin penting dari permasalahan tersebut
ditonjolkan
A = Assessment
Pengkajian kondisi pasien terkini (Assesment)
Sebutkan tanda vital, pain score, GCS, status restrain, Resiko jatuh, Status
nutrisi, eliminasi hal yang kritis dan lain lain.
Hasil pemerikasaan penunjang yang abnormal

12
Informasi lain yang mendukung
Penilaian terhadap masalah yang di temukan terkait dengan apa yang
menjadi masalah pada pasien. Berilah kesan pasien secara klinis serta hal
yang terkait dengan hal tersebut. Jelaskan pula tindakan apa yang sudah
di berikan kepada pasien untuk mengatasi permasalahan tersebut sambil
menunggu rekomendasi yang diterima petugas
R = Recommendation
 Usulan pemeriksaan atau tindakan atas kondisi pasien saat ini.
 Tindakan apa yang direkomendasikan untuk memperbaiki masalah
 Apa yang dibutuhkan untuk memperbaiki kondisi pasien
 Kapan waktu yang di harapkan tindakan ini terjadi
Jelaskan kepada petugas rekomendasi yang diberikan untuk mengatasi
permasalahan tersebut. Saran disampaikan dengan jelas, bagaimana
cara melaksanakan saran serta tentukan waktu pelaksanaannya serta
tindak lanjutnya. Terakhir, rekomendasi yang diberikan, apakah sudah
sesuai dengan harapan pada akhir pembicaraan dengan klinisi atau
petugas tersebut.

PENGGUNAAN SBAR
SBAR dipergunakan sebagai landasan menyusun komunikasi verbal, tertulis
lewat menyusun surat , dari berbagai keadaan perawatan pasien antara lain :
1. Pasien rawat jalan dan pasien rawat inap.
2. Komunikasi pada kasus urgent dan non urgent.
3. Komunikasi dengan pasien, perorangan atau lewat telepon
4. Keadaan khusus antara dokter dan perawat.
5. Membantu konsultasi antara dokter dengan dokter.
6. Mendiskusikan dengan konsultan professional lain misal terapi respirasi,
fisioterapi.
7. Komunikai dengan mitra bestari.

13
8. Komunikasi pada saat perubahan shift jaga.
9. Meningkatkan perhatian
10. Serah terima dari petugas ambulans kepada staf rumah sakit.

7. KOMUNIKASI EKSTEREN RUMAH SAKIT


1) RS MUTIARA BUNDA menerapkan strategi komunikasi eksternal melalui
media dan layana publik
2) Melalui kesepakatan dalam bentuk kerjasama.
3) Pencapaian strategi di titik beratkan pada informasi dalam bentuk promosi
yang berfokus pada ketersediaan pelayanan kesehatan.

Tata cara komunikasi eksternal yang diterapkan di RS MUTIARA


BUNDA:
1) Penerimaan tamu secara langsung
2) Bekerja sama dengan pihak ketiga dengan cara membuat Kesepakatan
Kerjasama ( MoU )
3) Melakukan surat menyurat
4) Brosur, leaflet, spanduk, poster, standing banner, majalah, radio, surat kabar.

14
BAB IV
DOKUMENTASI

1. Komunikasi dengan Masyarakat


 Kotak saran
 Website, email mutiarabunda_rs@yahoo.com
 Media leaflet, standing banner, spanduk, poster, surat kabar, majalah oleh
PKRS & Humas
2. Komunikasi dengan Pasien dan Keluarga
 Humas : Buku pencatatan pertanyaan pasien, Laporan telepon keluar dan
masuk.
 Laporan komplain dan hotline
 Rekam medik untuk pemberian informasi
 Laporan edukasi kesehatan
 Media leaflet, banner, spanduk, poster oleh PKRS & Humas
3. Komunikasi dengan Internal Rumah Sakit
 Daftar hadir rapat
 Notulen rapat
 Rekam medis pasien
4. Komunikasi eksternal :
 DokumenTamu
 Dokumen MoU yang telah ditanda tangani
 Dokumen surat keluar dan masuk

15
Mengetahui: Banjar Agung, 01 Agustus
2016
Direktur Utama Ketua PKRS

dr.Herman Susilo,SpB. M.Kes Reni Purbaningsih,S.Kep. Ns

16
CONTOH SBAR PESIEN DALAM KEADAAN KRITIS
S Saya nama :…………………………………….
Saya menelpon tentang < nama pasien, lokasi >
Yang dituju :……………………………………
Masalah pasien tentang :………………………..
B Saya telah melakukan pemeriksaan pasien dan terjadi perubahan
status pasien < sebutkan perubahan yang terjadi >
Kesadaran menurun,suhu semula 37C meningkat menjadi 38C,
pernafasan semula 24x/mnt menjadi 34x/mnt.obat yang telah
diberikan……………….
A Masalah yang ditemukan pada pasien dikaitkan dengan apa yang
menjadi masalah pada pasien :
Problem kemungkinan karena :…………………………………
Sudah di lakukan tindakan apa…………………………………
R Saya menganjurkan < apa rekomendasi …………….>
 Kirim ke ruang intensif
 Observasi ketat
 Informasikan kepada family tentang keadaan pasien
 Informasikan kepada konsultan yang terkait
Test lain yang diperlukan :
 Thorax photo
 Laboratorium
 Analisis blood gaas
Ubah terapi :
 Beri obat……..,cek tanda vital setiap………menit
 Bila pasien tidak ada perubahan dalam waktu…….menit,
laporkan lagi.
Konfirmasi
 Petugas < saya sudah jelaskan tindakan kepada pasien

17
adalah…., akan saya laporkan lagi dalam waktu
………….>

PPDS melaporkan keadaan pasien kepada DPJP

Situation : ny.K , dirawat diruang Anggrek semalam suhu tubuh meningkat dan
saat ini menggigil.

Background : ny.K, dipasang indwelling catheter dan ada riwayat infeksi kandung
kemih. Urine keruh dan berbau busuk. Suhu tampak sudah tinggi sejak MRS dan
saat ini suhu 38,5C. kateter diganti 3 minggu yang lalu. Ia telah mendapatkan
Tylenol setiap 4 jam sejak tadi malam. Kesadaran tampak menurun.

Assessment : saya fikir ia menderita UTI.

Recommendation :order untuk pemeriksaan urine kultur dan sensitivitas tes, dan
kemudian mendiskusikan antibiotik yang diperlukan. Anjurkan ny. K untuk minum
air putih lebih banyak.

Laporan Petugas Ruang Asoka Kepada Kepala Ruangan

Situation : telah terjadi 2 kali kejadian pasien jatuh dari kursi saat dimandikan.

Background : kursi kamar mandi yang digunakan untuk memandikan pasien rusak
sehingga pada saat pasien disabuni, meningkatkan resiko tergelincir atau jatuh.

Assessment : kursi kamar mandi tidak didesain untuk dipergunakan memandikan


pasien, Karena desainnya tidak tepat bentuknya. Petugas menggunakan kursi tersebut
untuk memandikan sebelum makan pagi.

Recommendation : saya merekomendasikan untuk memasang pengaman pada kursi


tersebut serta ingatkan pada petugas yang lain.

18
Laporan Petugas Laboratorium Ke Perawat Ruang Dahlia

Situation : assalamu’alaikum, saya Ahad dari Instalasi Patologi Klinik. Specimen


darah pasien Ny.A , RKM no : 77890 beku.

Background : permintaan laboratorium dari Dokter Ahmat atas pasien Ny, A adalah
pemeriksaan darah lengkap. Specimen diterima dalam keadaan beku. Sehingga
pemeriksaan

laboratorium tidak dapat dilakukan.

Assessment : specimen darah dimasukkan dalam tabung bertutup merah, tidak


berantikoagulan K3EDTA. Hal ini menyebabkan darah beku.

Recommendation : ( Petugas Instalasi Patologi Klinik ) Minta specimen darah


ulang. Gunakan tabung bertutup ungu, isi 3 ml,kocok 8 kali, kirim dengan pneumatic
tube.

Laporan Petugas Apotik Ke Dokter

Situation : assalamu’alaikum, Saya Ramadani dari Apotik Barokah. Perlu konfirmasi


kepada dr. Lailatul Qodr tentang penulisan obat.

Background : Saya menerima resep dari dr. Lailatul Qodr, tiga R/ salah satunya tidak
bisa dibaca dengan jelas.

Assessment : obat yang ditulis tidak jelas, bisa bermacam-macam nama obat,bila tidak
tepat dapat membahayakan pasien.

Recommendation : (dr. Lailatul Qodr ) Obat yang saya maksudkan adalah


chloramphenicol tetes telinga, berikan tiga kali sehari, masing – masing satu tetes
telinga kiri dan kanan

19

Anda mungkin juga menyukai