DEFINISI
1
interpersonal seperti ini juga dikenal dengan komunikasi terapeutik. Komunikasi
semacam ini biasanya berfokus pada pertukaran informasi mengenai kondisi
kesehatan pasien. Sedangkan komunikasi dalam hal penyampaian informasi dan
edukasi mengenai fasilitas pelayanan rumah sakit dan kesehatan kepada pasien dan
keluarga biasanya di jembatani melalui customer serviceataupun kegiatan-kegiatan
seperti penyuluhan ( edukasi ). Komunikasi interpersonal ini juga diperlukan antara
direksi dengan unit kerja serta antar tiap unit kerja di RS MUTIARA BUNDA agar
kegiatan manajemen rumah sakit berjalan lancar.
Selain komunikasi interpersonal, penyampaian informasi mengenai fasilitas
pelayanan rumah sakit dan kesehatan juga dapt diberikan melaui media. Bentuk
komunikasi semacam ini dikenal dengan komunikasi massa.
Menurut Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Massa adalah jenis komunikasi
yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim
melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang samadapat diterima secara
serentak dan sesaat. Beberapa media massa yang di gunakan oleh RS MUTIARA
BUNDA dalam berkomunikasi dengan masyarakat ataupun pasien dan keluarga
adalah buku, leaflet, poster, banner, spanduk, majalah, radio dan website. Sebagai
seorang pembicara, harus memperhatikan beberapa faktor untuk memberi kesempatan
kepada pendengar untuk mendengar dan memahami isi komunikasi.
Tibodean ( 2003 ) menyampaikan beberapa hal untuk meningkatkan
komunikasi efektif, yakni :
1. Pesan disampaikan tepat waktu, pesan berubah secara konstan dan bila terjadi
keterlambatan dalam menyampaikan pesan menyebabkan informasi
ketinggalan jaman ( kuno ).
2. Pesan hendaknya disampaikan dengan lengkap sehingga pendengar dapat
mengerti informasi yang ingin disampaikan
3. Informasi disampaiakn dengan jelas
4. Informasi harus akurat dan sesuai dengan inti permasalahan, tidak
membingungkan penerima ( pendengar )
5. Pesan di verifikasi oleh penyampai berita
2
Menurut Zumrun ( 2006 ), untuk menjadi seorang pendengar yang baik
menganjurkan :
3
2. Hambatan persepsi, beda dalam menggunakan istilah kata.
3. Hambatan emosi, perasaan tidak senang dalam berkomunikasi.
4. Hambatan budaya, budaya dapat menghambat komunikasi.
5. Hambatan bahasa,kata yang dipergunakan dalam komunikasi mengandung
bahasa yang kurang di mengerti oleh pendengar.
Untuk komunikasi internal ini terdapat dua bentuk yakni vertikal dan
horizontal. Komunikasi vertikal , yaitu komunikasi dari atas ke bawah dan
dari bawah ke atas. Komunikasi dari pimpinan kepada bawahan dan dari
bawahan kepada pimpinan. Dalam komunikasi vertikal, pimpinan
memberikan instruksi-instruksi, petunjuk-petunjuk, informasi-informasi
kepada bawahannya. Sedangkan bawahan memberikan laporan-laporan,
saran-saran, pengaduan-pengaduan kepada pimpinan.
Komunikasi horizontal atau lateral, yaitu kominikasi antara
sesamaseperti dari karyawan kepada karyawan, manajer kepada manajer.
Pesan dalam komunikasi ini bisa mengalir di bagian yang sama di dalam
organisasi atau mengalir antar bagian. Komunikasi lateral ini
memperlancar penukaran pengetahuan, pengalaman, metode, dan masalah.
Hal ini membantu organisasi untuk menghindaribeberapa masalah dan
4
memecahkan yang lainnya,serta membangun semangat kerja dan kepuasan
kerja.
Sedangkan komunikasi eksternal rumah sakit dilakukan dengan rumah
sakit lain, mitra kerja ( stakeholder ).
Bentuk komunikasi ini dapat dilakukan melalui telepon, interpersonal
( face to face ), maupun ceramah saat rapat.
5
BAB II
RUANG LINGKUP
1. DASAR HUKUM
Dasar hukum yang berhubungan dengan pelaksanaan dan implementasi
Manajemen Komunikasi dan Informasi meliputi :
1) Undang undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
2) Undang undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit.
3) Peraturan Menteri Kesehatan RI No 4 Th 2012 Tentang Petunjuk Teknis
Promosi Kesehatan RS.
4) Peraturan Menteri Kesehatan RI No269/MenKes/Per/III/2008 Tentang Rekam
Medis
2. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup komunikasi efektif RS MUTIARA BUNDA adalah sebagai
berikut:
1)Komunikasi dengan masyarakat
2)Komunikasi dengan pasien dan keluarga
3)Komunikasi interen rumah sakit
4)Komunikasi eksteren rumah sakit
3. SASARAN
1) Masyarakat
2) Pasien ,Keluarga dan Pengunjung
3) Dokter, Tenaga Kesehatan lain, Perawat, Bidan, Tenaga non Medis, Tenaga
non Keperawatan
4) Institusi Pemerintah dan Swasta
6
BAB III
TATA LAKSANA
7
Melalui leaflet, brosur, spanduk, poster, majalah, Koran, radio
Website, email
d. Media leaflet, banner, spanduk, poster oleh Unit PKRS dan Humas
e. Koran, majalah, radio
8
2. Pasien dan keluarga diberi informasi bahwa RS MUTIARA BUNDA
memberikan asuhan dan pelayanan rawat jalan meliputi ruang lingkup
Obstetri & Ginekologi, Pediatari , IGD , Penunjang Medis antara lain
USG 3D, Fisio Terapi dll), Radiologi dan Laboratorium.
3. Pasien dan keluarga diberi informasi bahwa RS MUTIARA BUNDA
hanya memberikan asuhan dan pelayanan rawat inap meliputi ruang
lingkup perawatan Bedah, kasus Pediatri, kasus Internis, Obstetri &
Ginekologi, perawatan bayi lahir (Perinatologi ) dan HCU
4. Apabila asuhan pasien didapatkan kasus yang membutuhkan perawatan
lebih lanjut yang tidak dapat di lakukan di RS MUTIARA BUNDA maka
pasien dan keluarga diberikan informasi tentang sumber alternative (
dirujuk ) ke rumah sakit yang lebih tinggi.
5. Menggunakan informasi dengan bahasa Indonesia yang benar dan apabila
pasien dan keluarga menggunakan bahasa yang tidak dimengerti maka
RS MUTIARA BUNDA meminta bantuan anggota keluarga sebagai
penterjemah apabila terpaksa dan sebagai upaya akhir maka anak bisa
dijadikan penterjemah.
9
Rapat Komite Komite
Rapat masing masing Pokja
Rapat masing masing unit
Pertemuan Keperawatan
5) Buat jadwal rapat umum seluruh RS MUTIARA BUNDA
6) Undangan, Absensi dan Notulen
7) Laporan laporan
8) Lembar edukasi yang berisikan tanggal, Materi, tanda tangan
9) Komunikasi efektif harus tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, mudah
dipahami oleh penerima sehingga dapat mengurangi kesalahpahaman.
10
6. BENTUK STRUKTUR KOMUNIKASI :
Komunikasi efektif dapat terjadi dengan menggunakan suatu format baku
agar komunikasi terstandar dan berlangsung secara efektif dan efisien. Salah satu
format baku yang di pergunakan oleh JAHCO adalah format SBAR
DEFINISI SBAR
Komunikasi verbal atau komunikasi tulis yang kurang adekuat merupakan
sumber kesalahan yang serius pada pusat pelayanan kesehatan. Analisis akar
masalah ditemukan sebagai sumber kesalahan yang terjadi secara umum di
sebabkan dari kedua macam komunikasi ini. Terdapat beberapa hambatan dalam
komunikasi antar petugas pemberi pelayanan karena factor hirarki,gender, suku,
perbedaan gaya komunikasi antar disiplin ilmu dan gaya komunikasi individual.
SBAR merupakan kerangka komunikasi yang mempermudah mengatasi
hambatan dala komunikasi. SBAR merupakan bentuk struktur mendasari
komunikasi antara pemberi informasi dengan penerima informasi. SBAR mudah
diingat yang praktis untuk komunikasi atau percakapan. SBAR tersusun sebagai
berikut :
S = Situation
B = Background
A = Assessment
R = Recommendation
Tujuan dan keuntungan menggunakan SBAR ( Byred et al, 2009 ) ,yaitu :
a) Meningkatkan keamanan keselamatan pasien ( patient safety ).
b) Memberikan standar untuk penyebaran atau berbagi informasi.
c) Meningkatkan kekuatan atau penjelasan dari para pemberi pelayanan
kesehatan dalam mengajukan permintaan perubahan perawatan pasien atau
untuk menyelesaikan informasi dalam keadaan kritis dengan benar dan
akurat.
d) Meningkatkan efektivitas kerja tim.
e) Dapat dipergunakan pada daerah spesifik COPD.
11
SBAR TERSUSUN ATAS :
S = Situation
Tanyakan kondisi pasien (Situation)
Identitas pasien, diagnose medis dan masalah yang belum maupun sudah
teratasi.
Mengawali suatu komunikasi di perlukan pengenalan antara penyampai
berita dan penerima berita. Dalam hal ini identitas saudara ( petugas ) dan
unit pelayanan kesehatan diinformasikan. Selain itu juga perlu
disampaikan kepada siapa ( penerima ) informasi yang petugas ajak
berkomunikasi
Dalam situasi ini perlu petugas menjelaskan permasalahan yang
dihadapinya
Misalnya pasien serta kekhawatiran bila tidak di lakukan tindakan. Dalam
hal menginformasikan pasien disebutkan identitas pasien.
B = Background
Tanyakan latar belakang pasien (Background)
Keluhan utama, intervensi yang telah dilakukan, respon pasien
diagnose keperawatan, riwayat alergi, riwayat pembedahan, pemasangan
alat infasif dan obat atau infuse
Berilah informasi riwayat medis pasien,atau informasi yang berkaitan
dengan permasalahan yang ditemukan.untuk pasien perlu dijelaskan
riwayat medisnya, perlu dijelaskan atau digaris bawahi riwayat medis
yang bermakna. Bila permasalahan di bidang lain misalnya sampel darah
atau permasalahan obat maka poin penting dari permasalahan tersebut
ditonjolkan
A = Assessment
Pengkajian kondisi pasien terkini (Assesment)
Sebutkan tanda vital, pain score, GCS, status restrain, Resiko jatuh, Status
nutrisi, eliminasi hal yang kritis dan lain lain.
Hasil pemerikasaan penunjang yang abnormal
12
Informasi lain yang mendukung
Penilaian terhadap masalah yang di temukan terkait dengan apa yang
menjadi masalah pada pasien. Berilah kesan pasien secara klinis serta hal
yang terkait dengan hal tersebut. Jelaskan pula tindakan apa yang sudah
di berikan kepada pasien untuk mengatasi permasalahan tersebut sambil
menunggu rekomendasi yang diterima petugas
R = Recommendation
Usulan pemeriksaan atau tindakan atas kondisi pasien saat ini.
Tindakan apa yang direkomendasikan untuk memperbaiki masalah
Apa yang dibutuhkan untuk memperbaiki kondisi pasien
Kapan waktu yang di harapkan tindakan ini terjadi
Jelaskan kepada petugas rekomendasi yang diberikan untuk mengatasi
permasalahan tersebut. Saran disampaikan dengan jelas, bagaimana
cara melaksanakan saran serta tentukan waktu pelaksanaannya serta
tindak lanjutnya. Terakhir, rekomendasi yang diberikan, apakah sudah
sesuai dengan harapan pada akhir pembicaraan dengan klinisi atau
petugas tersebut.
PENGGUNAAN SBAR
SBAR dipergunakan sebagai landasan menyusun komunikasi verbal, tertulis
lewat menyusun surat , dari berbagai keadaan perawatan pasien antara lain :
1. Pasien rawat jalan dan pasien rawat inap.
2. Komunikasi pada kasus urgent dan non urgent.
3. Komunikasi dengan pasien, perorangan atau lewat telepon
4. Keadaan khusus antara dokter dan perawat.
5. Membantu konsultasi antara dokter dengan dokter.
6. Mendiskusikan dengan konsultan professional lain misal terapi respirasi,
fisioterapi.
7. Komunikai dengan mitra bestari.
13
8. Komunikasi pada saat perubahan shift jaga.
9. Meningkatkan perhatian
10. Serah terima dari petugas ambulans kepada staf rumah sakit.
14
BAB IV
DOKUMENTASI
15
Mengetahui: Banjar Agung, 01 Agustus
2016
Direktur Utama Ketua PKRS
16
CONTOH SBAR PESIEN DALAM KEADAAN KRITIS
S Saya nama :…………………………………….
Saya menelpon tentang < nama pasien, lokasi >
Yang dituju :……………………………………
Masalah pasien tentang :………………………..
B Saya telah melakukan pemeriksaan pasien dan terjadi perubahan
status pasien < sebutkan perubahan yang terjadi >
Kesadaran menurun,suhu semula 37C meningkat menjadi 38C,
pernafasan semula 24x/mnt menjadi 34x/mnt.obat yang telah
diberikan……………….
A Masalah yang ditemukan pada pasien dikaitkan dengan apa yang
menjadi masalah pada pasien :
Problem kemungkinan karena :…………………………………
Sudah di lakukan tindakan apa…………………………………
R Saya menganjurkan < apa rekomendasi …………….>
Kirim ke ruang intensif
Observasi ketat
Informasikan kepada family tentang keadaan pasien
Informasikan kepada konsultan yang terkait
Test lain yang diperlukan :
Thorax photo
Laboratorium
Analisis blood gaas
Ubah terapi :
Beri obat……..,cek tanda vital setiap………menit
Bila pasien tidak ada perubahan dalam waktu…….menit,
laporkan lagi.
Konfirmasi
Petugas < saya sudah jelaskan tindakan kepada pasien
17
adalah…., akan saya laporkan lagi dalam waktu
………….>
Situation : ny.K , dirawat diruang Anggrek semalam suhu tubuh meningkat dan
saat ini menggigil.
Background : ny.K, dipasang indwelling catheter dan ada riwayat infeksi kandung
kemih. Urine keruh dan berbau busuk. Suhu tampak sudah tinggi sejak MRS dan
saat ini suhu 38,5C. kateter diganti 3 minggu yang lalu. Ia telah mendapatkan
Tylenol setiap 4 jam sejak tadi malam. Kesadaran tampak menurun.
Recommendation :order untuk pemeriksaan urine kultur dan sensitivitas tes, dan
kemudian mendiskusikan antibiotik yang diperlukan. Anjurkan ny. K untuk minum
air putih lebih banyak.
Situation : telah terjadi 2 kali kejadian pasien jatuh dari kursi saat dimandikan.
Background : kursi kamar mandi yang digunakan untuk memandikan pasien rusak
sehingga pada saat pasien disabuni, meningkatkan resiko tergelincir atau jatuh.
18
Laporan Petugas Laboratorium Ke Perawat Ruang Dahlia
Background : permintaan laboratorium dari Dokter Ahmat atas pasien Ny, A adalah
pemeriksaan darah lengkap. Specimen diterima dalam keadaan beku. Sehingga
pemeriksaan
Background : Saya menerima resep dari dr. Lailatul Qodr, tiga R/ salah satunya tidak
bisa dibaca dengan jelas.
Assessment : obat yang ditulis tidak jelas, bisa bermacam-macam nama obat,bila tidak
tepat dapat membahayakan pasien.
19