Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia Vol.2 No.

1 Juli 2016

Journal homepage : http://ejournal.upi.edu/index.php/JPKI

TINGKAT KEMANDIRIAN LANSIA DALAM ACTIVITIES DAILY


LIVING DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA SENJA RAWI
1
Slamet Rohaedi, 2Suci Tuty Putri, 3Aniq Dini Karimah
123
Prodi D3 Keperawatan FPOK Universitas Pendidikan Indonesia
Email : 18bfirst@gmail.com

ABSTRAK
Meningkatnya usia harapan hidup penduduk dapat menyebabkan peningkatan jumlah lansia dari tahun
ketahun. Peningkatan jumlah lansia akan menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti
meningkatnya penyakit degeneratif dan kanker yang menyebabkan penurunan produktifitas lansia.
Penurunan produktifitas pada lansia terjadi karena penurunan fungsi, sehingga dapat menyebabkan
lansia mengalami penurunan kemandirian dalam melaksanakan kegiatan harian. Adapun tujuan dari
penelitian ini adalah mengidentifikasi gambaran tingkat kemandirian dalam memenuhi activities daily
living. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan teknik pengambilan sampel
menggunakan total sampling sebanyak 21 lansia yang berusia 60 – 69 tahun di Panti Sosial Tresna
Wredha Senjarawi. Instrumen menggunakan barthel index. Teknik analisa data menggunakan
distribusi frekuensi. Hasil penelitian gambaran tingkat kemandirian lansia (60 – 69 tahun) dalam
memenuhi activities daily living menunjukan bahwa sebagian besar lansia sebanyak 15 orang (72%)
termasuk dalam ketergantungan sebagian, 3 orang (14 %) termasuk mandiri dan 3 orang (14%)
termasuk dalam ketergantungan total. Bahwa sebagian besar lansia di Panti Sosial Tresna Wredha
Senjarawi memiliki ketergantungan sebagian dalam menjalani aktifitas kehidupannya. Diharapkan
dapat dikembangkan program – program kesehatan bagi lansia yang dapat meningkatkan kemandirian
lansia.
Kata Kunci : kemandirian, lansia & activities daily living

ABSTRACT
The increase in people’s life expectancy may result to the rise in elderly people population from year
to year. The rise number in elderly people will lead to various health problems such as the increase of
degenerative diseases and cancer that affect the decline in elderly people’s productivity. The decrease
in elderly people’s productivity is caused by the reduction in function so that it will lead to the
decrease in elderly people’s independence level in following daily activities. The purpose of this
research is to identify elderly people’s independence level in fulfilling activities of daily living. The
current research employed descriptive quantitative, which also applied total sampling as the
technique to collect data. The samples were 21 elderly people (aged 60 – 69 years old) in Senjarawi
Social Residential. Barthel index was utilized as the research instrument, while frequency distribution
was also employed to analyze the research data. The research result on elderly people’s
independence level (aged 60–69 years old) in fulfilling activities daily living revealed that most of
elderly people, 15 persons (72%), were considered to be partially dependent, 3 persons (14 %) were
categorized as independent, while the other 3 persons (14%) were considered as fully dependent.
Based on the findings. That most of elderly people in Senjarawi Social Residential are considered as
partially dependent. Suggests that healthcare programs for elderly people should be developed in
order to improve elderly people’s independence.
Keywords: independence, elderly people & activities daily living

e-ISSN 2477-3743. Indonesia University of Education @2016 16


Rohaedi, S., Putri, S.T., & Karimah, A.D.

PENDAHULUAN melakukan aktivitas sehari-hari secara lengkap


Salah satu indikator dari suatu dan lambat. Dengan pemikiran dan caranya
keberhasilan pembangunan nasional dilihat dari sendiri lansia diakui sebagai individu yang
segi kesehatan adalah semakin meningkatnya mempunyai karakteristik yang unik oleh sebab
usia harapan hidup penduduk. Berdasarkan itu perawat membutuhkan pengetahuan untuk
sumber dari World Population Prospects tahun memahami kemampuan lansia untuk berpikir,
2012, bahwa penduduk Indonesia antara tahun berpendapat dan mengambil keputusan untuk
2015 – 2020 memiliki proyeksi rata – rata usia meningkatkan kesehatanya (Atut, 2013).
harapan hidup sebesar 71,7%. Meningkat 1% Lanjut usia sebagai individu sama
dari tahun 2010 – 2015. Meningkatnya usia halnya dengan klien yang digambarkan oleh
harapan hidup, dapat menyebabkan Orem (2001) yaitu suatu unit yang juga
peningkatan jumlah lanjut usia (lansia) dari mengehendaki kemandirian dalam
tahun ketahun (Kemenkes RI, 2012). mempertahankan hidup, kesehatan dan
Pengaruh peningkatan populasi usia kesejateraannya. Kemandirian pada lanjut usia
lanjut ini akan sangat tampak pada hal ekonomi tergantung pada kemampuan status
dan sosial, dimana seperti kita ketahui saat ini fungsionalnya dalam melakukan aktivitas
angka kejadian penyakit kronis, degeneratif, sehari – hari (Ediawati, 2012).
maupun berbagai macam kanker semakin Dalam kamus psikologi kemandirian
meningkat, juga angka kematian akibat berasal dari kata “independen” yang diartikan
penyakit-penyakit tersebut yang meningkat. sebagai suatu kondisi dimana seseorang tidak
Kecacatan akibat penyakit degeneratif pun tergantung pada orang lain dalam menentukan
tidak akan terhindarkan, sehingga menurunkan keputusan dan adanya sikap percaya diri
produktifitas para usia lanjut. Penurunan (Husain, 2013). Kemandirian merupakan sikap
produktifitas dari kelompok usia lanjut ini individu yang diperoleh secara komulatif dalam
terjadi karena terjadi penurunan fungsi, perkembangan dimana individu akan terus
sehingga akan menyebabkan kelompok usia belajar untuk bersikap mandiri dalam
lanjut mengalami penurunan dalam menghadapi berbagai situasi di lingkungan,
melaksanakan kegiatan harian seperti makan, sehingga individu mampu berfikir dan
ke kamar mandi, berpakaian, dan lainnya dalam bertindak sendiri. Dengan kemandirian
Activities Daily Living(ADL). Lansia dirasakan seseorang dapat memilih jalan hidupnya untuk
semakin mirip dengan anak-anak, dalam berkembang ke yang lebih mantap (Husain,
ketergantungan pemenuhan kebutuhan 2013).Kemandirian lansia dalam
dasarnya, hal inilah yang menyebabkan pada ADLdidefinisikan sebagai kemandirian
akhirnya lansia dikirim ke panti wreda (David, seseorang dalam melakukan aktivitas dan
2013) fungsi - fungsi kehidupan sehari - hari yang
Menurut Guntur (2006) mengatakan dilakukan oleh manusia secara rutin dan
bahwa proses menua adalah suatu proses universal (Ediawati, 2013). Untuk menilai ADL
menghilangnya secara perlahanlahan digunakan berbagai skala seperti Katz
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri Index,Barthel yang dimodifikasi, dan
atau mengganti dan mempertahankan fungsi Functional Activities Questioner (FAQ)
normalnya, sehingga tidak dapatbertahan (Ediawati, 2013).
terhadap infeksi dan memperbaikinya Meningkat jumlah penduduk suatu
kerusakan yang diderita. Menurut Orem (2001) negara maka menyebabkan terjadinya
menggambarkan lansia sebagai suatu unit yang perubahan struktur penduduk negara tersebut.
juga menghendaki kemandirian dalam Perubahan struktur penduduk tersebut dapat
mempertahankan hidup, kesehatan dan mempengaruhi angka beban ketergantungan,
kesejahteraannya. Faktor yang mempengaruhi terutama bagi penduduk lansia. Perubahan ini
tingkat kemandirian lansia dalam melakukan menyebabkan angka ketergantungan lansia
aktivitas sehari – hari seperti usia, imobilitas menjadi meningkat. Rasio ketergantungan
dan mudah jatuh (Ediawati, 2012). penduduk tua (old dependency ratio) adalah
Perubahan fisik yang terjadi pada angka yang menunjukkan tingkat
lansia tentunya akan mempengaruhi ketergantungan penduduk tua terhadap
kemandirian lansia. Kemandirian adalah penduduk usia produktif. Angkatersebut
kebebasan untuk bertindak, tidak tergantung merupakan perbandingan antara jumlah
pada orang lain, tidak terpengaruh pada orang penduduk tua (60 tahun ke atas) dengan jumlah
lain dan bebas mengatur diri sendiri atau penduduk produktif (15-59 tahun).Angka ini
aktivitas seseorang baik individu maupun mencerminkan besarnya beban ekonomi yang
kelompok dari berbagai kesehatan atau harus ditanggung penduduk produktif untuk
penyakit (Ediawati, 2012). Kemandirian pada membiayai penduduk tua (Kemenkes RI,
lansia sangat penting untuk merawat dirinya 2012).
sendiri dalam memenuhi kebutuhan dasar Hasil dari data SUSENAS
manusia. Meskipun sulit bagi anggota keluarga menunjukkan bahwa angka rasio
yang lebih muda untuk menerima orang tua ketergantungan penduduk lansia pada tahun

Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia 2(1) : 16 -21 (2016) 17


Rohaedi, S., Putri, S.T., & Karimah, A.D.

2012 adalah sebesar 11,90 %. Angka rasio Dilakukannya pengkajian dengan


sebesar 11,90% menunjukkan bahwa setiap 100 menggunakan Barthel Index sangatlah penting,
orang pendudukusia produktif harus terutama ketika terjadi hambatan pada
menanggung sekitar 12 orang penduduk lansia. kemampuan lansia dalam melaksanakan fungsi
Namun bila dibandingkan per jenis kehidupan sehari – harinya. Kemampuan
kelamin,angka rasio ketergantungan penduduk fungsional ini harus dipertahankan semandiri
lansia perempuan lebih tinggi dibandingkan mungkin. Dari hasil penelitan tentang
dengan penduduk lansia laki-laki (12,95% gangguan status fungsional merupakan
berbanding 10,86%)(Kemenkes RI, 2012). indikator penting tentang adanya penyakit pada
Lansia di Indonesia memiliki angka lansia. Pengkajian status fungsional dinilai
kesakitan di daerah perkotaan yaitu sebesar penting untuk mengetahui tingkat
24,77 % yang artinya bahwa setiap 100 orang ketergantungan. Dengan kata lain, besarnya
lansia di perkotaan pada tahun 2012 terdapat 24 bantuan yang diperlukan dalam aktivitas
lansia yang sakit. Sedangkan dipedesaan kehidupan sehari – hari (Ediawati, 2013).
28,62% yang berarti bahwa setiap 100 lansia di Hasil penelitian mengenai tingkat
pedesaan pada tahun 2012 terdapat 28 lansia kemandirian lansia yang dilakukan di Desa
yang sakit. Perlu diperhatikan bahwa lansia Tualango Kecamatan Tilango Kabupaten
yang memiliki penyakit (dalam keadaan sakit) Gorontalo, menunjukan bahwa dari 31 lansia
pastinya akan mengalami gangguan dari yang menjadi responden, lansia yang tergolong
kemandirian lansia atau lansia tersebut akan memiliki ketergantungan berjumlah 22 orang
memiliki ketergantungan terhadap anggota dan yang mandiri berjumlah 9 orang. Jumlah
keluarganya. Dan lansia yang memiliki lansia dengan ketergantungan lebih tinggi
penyakit pula merupakan salah satu penyebab daripada jumlah lansia yang mandiri, hal
dari ketidakmandirian lansia(Kemenkes RI, tersebut mengindikasikan bahwa kemandirian
2012). lansia dalam memenuhi ADL yang berada di
Ketergantungan lanjut usia disebabkan Desa Tualango Kecamatan Tilango Kabupaten
kondisi orang lansia banyak mengalami Gorontalo belum terpenuhi. Terlihat dari
kemunduran fisik maupun psikis. Sedangkan observasi kemandirian lansia yang
bila dilihat dari tingkat kemndiriannya yang ketergantungan dakam memenuhi ADLnya
dinilai berdasarkan kemampuan untuk seperti melakukan aktivitas disaat waktu luang.
melakukan aktifitas sehari – hari. Kurang Rata – rata lansia yang memiliki
imobilitas fisik merupakan masalah yang sering ketergantungan dikarenakan keterbatasan fisik
dijumpai pada pasien lanjut usia akibat dan penurunan fungsi tubuh lansia yang tidak
berbagai masalah fisik, psikologis, dan bisa lagi beraktifitas sepenuhnya (Husain,
lingkungan yang di alami oleh lansia. 2013).
Imobilisasi dapat menyebabkan komplikasi Penelitian ini sejalan dengan penelitian
pada hampir semua sistem organ. Kondisi yang dilakukan oleh Ediawati (2012)
kesehatan mental lanjut usia menunjukkan menyatakan bahwa di PSTW Budi Mulia 01
bahwa pada umumnya lanjut usia tidak mampu Cipayung dan 03 Ciracas sebanyak 143 lansia
melakukan aktifitas sehari – hari (Malida, yang menjadi responden terdapat 140 lansia
2011). memiliki tingkat kemandirian yang tinggi dan 3
Penduduk lansia berlatar belakang lansia memiliki tingkat kemandirian yang
pekerja informal perlu diberdayakan dan rendah. Hasil analisa dapat disimpulkan bahwa
dibekali keterampilan oleh kelompok sebagian responden di PSTW Budi Mulia 01
masyarakat atau komunitas yang dibina Cipayung dan 03 Ciracas memiliki tingkat
pemerintah. Hal itu dilakukan agar mereka kemandirian yang tinggi. Namun, tingkat
tetap produktif. Serta mengingatkan agar warga kemandirian yang tinggi pada lansia di panti
lansia jangan diposisikan sebagai obyek dalam disebabkan karena kondisi panti dengan latar
segala hal. Mereka semestinya ditempatkan belakang panti sosial dan minimnya jumlah
sebagai subyek dengan melibatkan dan caregiverdi panti tersebut. Terbatasnya bantuan
memberi mereka keleluasaan berekspresi. Hal yang diterima lansia dari petugas panti
itu akan membuat mereka tetap berdaya dan memaksa lansia untuk tetap harus mandiri
tidak mengalami depresi (BKKBN, dalam memenuhi aktivitas kemandiriannya
2014).Peran perawat sangat diperlukan untuk dalam ADL. Banyak ditemukan lansia tetap
mempertahankan derajat kesehatan para lansia memaksa untuk memenuhi ADLnya secara
pada taraf setinggi – tingginya sehingga mandiri seperti tetap berusaha mandiri untuk
terhindar dari penyakit/ gangguan, sehingga pergi ke toilet walaupun sudah tidak mampu
lansia tersebut masih dapat memenuhi berjalan dengan normal. Pada beberapa lansia,
kebutuhan dengan mandiri (Malida, 2011). mereka tetap berusaha untuk makan secara
mandiri walaupun mereka sudah tidak mampu
Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia 2(1) : 16-21 (2016) 18
Rohaedi, S., Putri, S.T., & Karimah, A.D.

untuk memasukkan lebih banyak nasi ke mulut – laki dan 15 lansia (71,5 %) perempuan
karena penyakit dan kelemahan yang mereka dengan jumlah 21 lansia (100 %).
miliki.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan, Distribusi Responden Berdasarkan Usia
data yang didapat dari tenaga kesehatan yang Pada Lansia
bertugas di Panti Sosial Tresna Wredha
Senjarawi Kota Bandung, kemandirian pada Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden
lansia memiliki kecenderungan yang rendah. Berdasarkan Usia Pada Lansia Panti Sosial
Hal tersebut diperkuat dengan didapatnya data Tresna Wredha Senjarawi
bahwa dari jumlah keseluruhan lansia yang Mean Median Minimal Maksimal
berjumlah 77 orang terdapat 30 lansia yang (tahun) (tahun) (tahun) (tahun)
ditempatkan di ruang bangsal yaitu ruang 65 65 60 69
dimana para lansia yang membutuhkan bantuan Sumber : Data Primer
tenaga kesehatan dalam memenuhi kebutuhan
sehari – harinya seperti makan, berpindah dari Berdasarkan data table 2 dapat dilihat
kursi roda ke tempat tidur dan sebaliknya, bahwa usia rata – rata lansia adalah 65 tahun.
kebersihan diri, aktivitas toilet, mandi, naik Usia pertengahan dari seluruh usia lansia
turun tangga, berpakaian, mengontrol defekasi adalah 65 tahun. Usia minimalnya yaitu 60
dan mengontrol berkemih. 15 lansia tahun dan usia maksimalnya yaitu 69 tahun.
diantaranya memiliki penyakit persendian dan
menggunakan kursi roda dan 5 diantaranya
memiliki penyakit stroke. Distribusi Frekuensi Responden
Berdasatkan Tingkat Kemandirian
METODE
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden
Pada penelitian ini mengukur sejauh Berdasarkan Tingkat Kemandirian Pada
manatingkat kemandirian lansia dalam Lansia Panti Sosial Tresna Wredha
memenuhi Activities Daily Living di Panti Senjarawi
Sosial Tresna Wredha Senjarawi Kota
Tingkat Kemandirian f %
Bandung.
Responden yang terlibat dalam 1. Mandiri 3 14 %
penelitian ini adalah seluruh lansia yang 2. Ketergantungan 15 72 %
berusia 60 – 69 di Panti Sosial Tresna Wredha Sebagian
Senjarawi Kota Bandung yang berjumlah 21 3. Ketergantungan Total 3 14 %
lansia.. Waktu penelitian pada tanggal 9 Mei Jumlah 21 100 %
2016 sampai 13 Mei 2016. Sumber : Data Primer
Instrumen penelitian atau alat
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini Berdasarkan data tabel 3 dapat dilihat
adalah Barthel Index. Dalam hal ini peneliti bahwa tingkat kemandirian pada lansia di Panti
menggunakan barthel index dengan 13 kriteria Sosial Tresna Wredha Senjarawi menunjukan
dengan hasil pengkategorian 3 kategori yaitu sebagian besar memiliki ketergantungan
mandiri, ketergantungan sebagian dan sebagian yaitu sebesar 15 lansia (72 %).
ketergantungan total. Adapun index ADL
barthel yaitu dengan 10 kriteria dan 5 kategori PEMBAHASAN
yaitu mandiri, ketergantunga ringan, Lansia adalah proses alami yang tidak
ketergantungan sedang, ketergantungan berat dapat dihindari. Semakin bertambahnya usia,
dan ketergantungan total. fungsi tubuhpun mengalami kemunduran
sehingga lansia lebih mudah terganggu
HASIL kesehatannya, baik keadaan fisik maupun
kesehatan jiwa (Maryam dkk,2008). Karena
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden keadaan fisik yangg banyak mengalami
Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Lansia kemunduran sehingga membuat lansia
Panti Sosial Tresna Wredha Senjarawi memiliki kecenderungan untuk membutuhkan
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase bantuan dalam hal memenuhi kebutuhan sehari
– harinya.
Laki – laki 6 28,5 %
Menurut data yang didapatkan lansia
Perempuan 15 71,5 %
yang mandiri ada 3 lansia (14 %),
Jumlah 21 100 %
ketergantungan sebagian ada 15 lansia (72 %)
Sumber : Data Primer dan ketergantungan total ada 3 orang (14%).
Pada lansia dengan ketergantungan total, 2
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa lansia di antaranya memiliki penyakit stroke
jenis kelamin pada lansia di Panti Sosial Tresna dimana semua kegiatan dalam memenuhi
Wredha Senjarawi adalah 6 lansia (28,5 %) laki kebutuhan sehari – harinya memerlukan

Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia 2(1) : 16 -21 (2016) 19


Rohaedi, S., Putri, S.T., & Karimah, A.D.

bantuan dan 1 lansia di antaranya memiliki Faktor kedua yaitu kondisi sosial, para
penyakit Parkinson dengan keadaan lansia di panti sudah memiliki jadwal rutinitas
ketergantungan pada obat, jika reaksi pada obat untuk mengikuti acara keagamaan atau
tersebut habis maka lansia tersebut tidak dapat beribadah bersama. Dengan mengikuti acara
secara mandiri memenuhi kehidupan sehari – keagamaan ataupun diadakannya acara bersama
harinya. Lansia dengan ketergantungan kunjungan dari institusi atau kunjungan donator
sebagian, rata – rata membutuhkan bantuan maka para lansia dapat meningkatkan
dalam hal mencuci pakaian. sosialisasi antar lansia.
Dalam data yang ditemukan pada saat Faktor ketiga yaitu kondisi ekonomi,
penelitian dilakukan, faktor yang seluruh lansia memiliki kondisi ekonomi yang
mempengaruhi kemandirian lansia yaitu usia, kurang dikarenakan sudah tidak memiliki
imobilitas dan mudah jatuh. Faktor pertama sumber keuangan. Sebagian besar lansia
yang menentukan tingkat kemandirian lansia tersebut sudah tidak bekerja lagi dan bagi lansia
yaitu usia. Peneliti membatasi usia responden yang masih memiliki keluarga hanya
yaitu 60 – 69 tahun sesuai batasan usia yang menunggu bantuan dari anak-anak atau
ditentukan oleh Depkes. saudara. Bagi lansia yang sudah tidak memiliki
Faktor kedua yang mempengaruhi keluarga hanya menunggu bantuan dari
kemandirian lansia yaituimobilitas, Imobilitas donatur. Penelitian ini didukung oleh teori dari
sendiri merupakan ketidakmampuan lansia Nugroho (2008) bahwa kondisi lanjut usia akan
untuk bergerak secara aktif. Pada saat menyebabkan kemunduran di bidang ekonomi.
penelitian ditemukan bahwa 3 lansia dengan Masa pensiun akan berakibat turunnya
usia 60 – 69 tahun sudah ada yang memiliki pendapatan, hilangnya fasilitas-fasilitas,
penyakit stroke dan Parkinson. Ketiga lansia kekuasaan, wewenang dan penghasilan.
tersebut masuk ke dalam kategori Pada saat penelitian berlangsung
ketergantungan total karena saat hasil ditemukan bahwa lansia yang mandiri memiliki
pengkajian ditemukan bahwa semua kriteria keadaan dimana seluruh kegiatan dalam
yang tercantum dalam barthel index dilakukan memenuhi kehidupan harian dilakukan
dengan cara dibantu. Pada lansia dengan seluruhnya secara mandiri atau tanpa
ketergantungan sebagian atau ketergantungan membutuhkan bantuan. Pada lansia dengan
total yang tidak dapat melakukan aktivitas ketergantungan sebagian kegiatan dalam
secara mandiri pihak dari panti sosial sudah pemenuhan kebutuhan harian yang
menyediakan alat bantu seperti kursi roda. membutuhkan bantuan antara lain mencuci
Faktor ketiga yang mempengaruhi pakaian dan naik turun tangga. Dan pada lansia
kemandirian lansia yaitu mudah jatuh, sesuai dengan ketergantungan total seluruh kegiatan
dengan pernyataan Ediawati (2013) bila pemenuhan kebutuhan hariannya membutuhkan
seseorang bertambah tua, kemampuan fisik bantuan.
dan mentalnya perlahan akan menurun. Tingkat kemandirian lansia dapat
Kemampuan fisik dan mental yang menurun menjadi dasar bagi peran perawat dalam
sering menyebabkan jatuh pada lansia, menentukan perawatan atau intervensi yang
akibatnya akan berdampak pada menurunnya akan dilakukan terhadap lansia. Peran perawat
aktivitas dalam kemandirian lansia. Pada saat pada lansia yang mandiri dapat memberikan
penelitian ditemukan bahwa di panti sosial dukungan kepada lansia agar lansia dapat terus
tersebut sudah difasilitas dengan pegangan mempertahankan kegiatan dalam memenuhi
tangan di setiap dinding. kebutuhannya sehari – hari secara ,mandiri.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Pada lansia dengan ketergantungan
Suhartini (2009) bahwa faktor – faktor yang sebagian peran perawat dapat membantu
mempengaruhi kemandirian lansia yaitu memenuhi kebutuhan harian lansia namun
kondisi kesehatan, kondisi sosial dan kondisi hanya pada kegiatan yang membutuhkan
ekonomi. Faktor pertama yaitu kondisi bantuan dan pada kegitan yang masih dapat
kesehatan yang mempengaruhi tingkat dilaksanakan secara mandiri oleh lansia, peran
kemandirian lansia di Panti Sosial Tresna perawat dapat memberikan dukungan untuk
Wredha Senjarawi bahwa di panti tersebut lansia mempertahankan kemandiriannya. Dan
sudah cukup memiliki fasilitas kesehatan pada lansia dengan ketergantungan total peran
seperti petugas kesehatan serta alat kesehatan perawat dapat membantu lansia untuk
yang menunjang. Namun panti belum memiliki memenuhi seluruh kebutuhan hariannya sesuai
jadwal yang tetap untuk memeriksa kesehatan dengan kriteria yang terdapat dalam barthel
seluruh lansia secara rutin. Serta kegiatan yang index.
menunjang kemandirian lansia seperti senam
lansia sudah lama tidak terlaksana.

Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia 2(1) : 16-21 (2016) 20


Rohaedi, S., Putri, S.T., & Karimah, A.D.

SIMPULAN measurement, Lexington, MA:


Lexington Books.
Tingkat kemandirian lansia (60 – 69 tahun) Kemenkes RI. 2012.Situasi dan Analisis Lanjut
dalam memenuhi ADL di Panti Sosial Tresna Usia dan Gambaran Kesehatan Lanjut
Wredha Senjarawi diperoleh bahwa sebagian Usia di Indonesia. Jakarta : Kemenkes.
besar lansia sebanyak 15 orang (72%) memiliki Lerner, I.M. and Libby, W.J. 1976. Heredity,
tingkat kemandirian dengan ketergantungan evolution and society. (2nd ed.)
sebagian. Freeman, San Francisco.
Lueckenotte, A. G. 1990. Pocket guide to
gerontologic assessment. Philadelphia:
DAFTAR PUSTAKA Mosby.
Mahoney Fl, Barthel DW. 1965.Functional
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu evaluation: the Barthel Index. Md State
Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Med J 14:2
Cipta. Malida, Dyan. 2011. Faktor Yang
Atut, Andica. 2013. Gambaran Tingkat Mempengaruhi Tingkat Kemandirian
Kemandirian Landia Di Dusun Blimbing Lansia Dalam Melakukan Aktifitas
Desa Sukorejo Kecamatan Sukorejo Kehidupan Sehari – hari Di Panti Sosial
Kabupaten Ponorogo. (KTI, Universitas Tresna Werdha Budi Luhur Kota
Muhammadiyah Ponorogo). Diunduh Jambi.Diunduh dari: http://dyanmalida.
dari : http://digilib.umpo.ac.id blogspot.co.id/2011/05/faktor-yang-
/files/disk1/9/jkptumpo-gdl-andicaatut- mempengaruhi-tingkat.html.
426-1-abstrak,-a.pdf. Maryam, R. Siti, dkk. 2008.Mengenal Usia
Brocklehurst, V. C., Allen,. S. C. 1987. Falls Lanjut dan Perawatannya, Jakarta :
in: geriatric medicine For Students Salemba Medika.
(third ed). London: Churchill Living Notoatmodjo, S. 2013. Metodologi Penelitian
Stone. Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Brunner and Suddarth. Keperawatan Medikal Nugroho, Wahyudi.2008. Gerontik &
Bedah. Edisi ke – 8. Jakarta : EGC. Geriatrik, Jakarta: EGC
David S, Azam. 2013. Pelaksanaan Self – Care Nursal, Dien. 2008. Pengukuran Aktivitas Fisik
Assisstance Di Panti Wredha. Diunduh Pada Lanjut Usia.Padang.
dari : 985-2079-1-SM.pdf Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan
Depkes RI. 2008, Pedoman Pembinaan Metodologi Penelitian Ilmu
Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Keperawatan. Edisi 2. Jakarta : Salemba
Kesehatan. Jakarta : Depkes. Medika.
Ediawati, Eka. 2013. Gambaran Tingkat Orem, D. E. 2001. Nursing : Concept of
Kemandirian Dalam Actuvity Of Daily practice. (6th Ed.). St. Louis : Mosby
Living (ADL) Dan Resiko Jatuh Pada Inc.
Lansia DI Panti Sosial Trsna Wredha Potter & perry. 2005. Fundamentals of nursing:
Budi Mulia 01 dan 03 Jakarta concept, process & practice .St. Louis:
Timur.(Skripsi, Universitas Indonesia). Mosby-Year Book
Diunduh dari : digital_20314351- Stanley dan Beare. 2007. Buku Ajar
S43833-Gambaran tingkat.pdf Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Alih
Gallo.1998. The driving habits of adults aged bahasa Juniarti dan Kurnianingsih.
60 years and older. J am Geriatr Soc Jakarta: EGC.
Guntur. 2006. Gaya Hidup Lansia Dengan Suhartini. 2009. Pengaruh Faktor - Faktor
Hipertensi. Diunduh dari : Kondisi Kesehatan, Kondisi Ekonomi
http://digilib.unimus.ac.id/download.php Dan Kondisi Sosial Terhadap
?id=9823. Kemandirian Orang Lanjut Usia.
Hidayat, A. A. (2011). Metodologi Penelitian Diunduh dari :
Keperawatan dan Teknik Analisa Data. http://www.damandiri.or.id.
Jakarta : Salemba Medika. Spiegel, Murray. 2007. Statistika. Edisi 3.
Husain, Salindra. 2013. Hubungan Dukungan Jakarta : Erlangga.
Keluarga Dengan Kemandirian Lansia
Dalam Pemenuhan Aktivitas Sehari –
hari Di Desa Tualango Kecamatan
Tilango Kabupaten Gorontalo. (Skripsi,
Universitas Negeri Gorontalo). Diunduh
dari :
http://kim.ung.ac.id/index.php/KIMFIK
K/article/download/2836/2812
Kane, R. A., & Kane, R. L. 1981. Assessing the
elderly: a practical guide to

Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia 2(1) : 16 -21 (2016) 21

Anda mungkin juga menyukai