Anda di halaman 1dari 22

PEDOMAN

PELAYANAN KESEHATAN LINGKUNGAN


RUMAH SAKIT

RSUD SULTAN SULAIMAN


KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
TAHUN 2018
DAFTAR ISI.

BAB I. Pendahuluan.

1.1. Latar Belakang .

1.2. Tujuan Pedoman.

1.3. Ruang Lingkup Penyehatan Lingkungan RS.

1.3.1. Penyehatan Ruang Bangunan dan Halaman.

1.3.2. Penyehatan Hygiene sanitasi Makanan dan Minuman.

1.3.3. Penyehatan Air .

1.3.4. Pengelolaan Limbah.

1.3.5. Pengelolaan Tempat Pencucian Linen.

1.3.6. Pengendalian Serangga, Tikus dan Binatang Pengganggu Lainnya.

1.3.7. Perlindungan Radiasi.

1.3.8. Promosi kesehatan.

1.4. Batasan Operasional.

1.5. Landasan Hukum.

BAB II. Standar Ketenagaan.

2.1. Kualifikasi Sumber Daya Manusia .

2.2. Distribusi Ketenagaan.

BAB III. Standar Fasilitas .

3.1. Denah Ruang.

3.2. Standar Fasilitas.

BAB IV. Tata Laksana Pelayanan .

4.1. Penyehatan Ruang Bangunan dan halaman .

4.2. Penyehatan Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman.

4.3. Penyehatan Air .

4.4. Pengelolaan Limbah.

4.4.1. Limbah Padat .


4.4.2. Limbah Cair..

4.4.3. Limbah Gas.

4.5. Pengelolaan Laundry.

4.6. Pengendalian Serangga, Tikus dan Binatang Pengganggu Lainnya.

4.7. Desinfeksi dan Sterilisasi .

4.8. Perlindungan Radiasi .

4.9. Promosi Kesehatan.

BAB V. Logistik.

BAB VI. Keselamatan Pasien.

BAB VII. Keselamatan Kerja.

BAB VIII. Pengendalian Mutu.

BAB IX. Penutup.


BAB I

PENDAHULUAN.

1.1 LATAR BELAKANG.

Rumah Sakit mempunyai visi “ Menjadi Rumah Sakit Umum yang Unggul, Ramah
dan Profesional”. Pedoman Pelayanan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit sangat penting
dilakukan dalam rangka menjamin mutu lingkungan rumah sakit yang mempunyai pengaruh
terhadap proses penyembuhan pasien dan sebaliknya, keadaan pasien juga mempengaruhi
mutu lingkungan rumah sakit. Pedoman Pelayanan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
merupakan salah satu bentuk kontribusi rumah sakit dalam rangka melestarikan lingkungan,
disamping mencegah terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan bagi
masyarakat disekitar rumah sakit.

Pedoman Pelayanan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit mempunyai urutan proses


sebagai berikut yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), menggerakan
(actuating), dan pengawasan atau pengendalian (controling) dalam rangka penyelenggaraan
kesehatan lingkungan rumah sakit yang sesuai dengan persyaratan kesehatan lingkungan
rumah sakit menurut PERMENKES RI No.7 Tahun 2019. Pelaksanaan Kegiatan Penyehatan
Lingkungan Rumah Sakit memerlukan keterlibatan semua unit dan profesi yang ada di rumah
sakit, dan juga dukungan dari pihak manajemen. Oleh sebab itu buku Pedoman Pelayanan
Kesehatan Lingkungan ini disusun untuk memberikan pedoman bagi petugas rumah sakit
dalam menjalankan kegiatan penyehatan lingkungan di rumah sakit .

1.2 TUJUAN PEDOMAN.

Tujuan dari buku pedoman ini adalah sebagai acuan dalam menjalankan kegiatan
penyehatan lingkungan rumah sakit sebagai upaya meningkatkan mutu lingkungan rumah
sakit yang berpengaruh terhadap mutu pelayanan kesehatan di RS. .

1.3 RUANG LINGKUP PENYEHATAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT

Penyehatan Ruang Bangunan dan Penyehatan ruang bangunan dan halaman


dimaksudkan untuk menciptakan suatu kondisi yang nyaman, bersih, dan sehat di lingkungan
rumah sakit agar tidak menimbulkan dampak negative yang berupa terjadinya infeksi
nosokomial baik terhadap pasien, pengunjung, dan juga karyawan rumah sakit. Kondisi ruang
bangunan ini, sangat dipengaruhi oleh kualitas udara, keadaan bangunan dan pengaturan
pengisian atau penggunaan ruang itu sendiri. Ruang bangunan dan halaman rumah sakit
adalah semua ruang/unit dan halaman yang ada di dalam batas pagar rumah sakit (bangunan
fisik dan kelengkapannya) yang dipergunakan untuk berbagai keperluan dan kegiatan rumah
sakit, yang dikelompokkan berdasarkan tingkat resiko terjadinya penularan penyakit, yaitu :

1. Zona dengan Risiko Rendah :

meliputi : ruang administrasi, ruang komputer, ruang pertemuan, ruang perpustakaan, ruang
resepsionis, dan ruang pendidikan/pelatihan.
2. Zona dengan Risiko Sedang :

meliputi : ruang rawat inap bukan penyakit menular, rawat jalan, ruang ganti pakaian, dan
ruang tunggu pasien.

3. Zona dengan Risiko Tinggi :

meliputi : ruang isolasi, ruang perawatan intensif, laboratorium, ruang bedah dan ruang
jenazah.

1.3.1. Penyehatan Ruang Bangunan dan Halaman

Kegiatan Penyehatan Ruang Bangunan dan Halaman merupakan kegiatan


perencanaan, pengawasan dan pemantauan suatu keadaan atau kondisi ruang bangunan dan
halaman yang bebas dari bahaya atau risiko minimal untuk terjadinya infeksi nosokomial dan
masalah kesehatan keselamatan kerja.

Kegiatan Penyehatan Ruang Bangunan dan Halaman tersebut, antara lain:

1. Inspeksi fisik ruang, bangunan dan halaman, meliputi:

 Kebersihan ruang, bangunan dan halaman


 Konstruksi ruang, bangunan dan halaman
 Penataan ruangan
 Kualitas udara ruangan
 Tidak berbau ( terutama bebas dari H2S dan amoniak )
 Kadar debu ( particulate matter) berdiameter kurang dari 10 micron dengan
rata – rata pengukuran 8 jam atau 24 jam150 µg/m³

Indeks angka kuman menurut fungsi Ruang atau unit

No Konsentrasi Maksimum
Ruang Atau Unit Mikroorganisme per m³
udara
( CFU/m³)
1 Operasi 10
2 Bersalin 200
3 Pemulihan /Perawatan 200-500
4 Observasi bayi 200
5 Perawatan bayi 200
6 Perawatan premature 200
7 ICU 200
8 Jenazah /Autopsi 200-500
9 Penginderaan medis 200
10 Laboratorium 200-500
11 Radiologi 200-500
12 Sterilisasi 200
13 Dapur 200-500
14 Gawat darurat 200
15 Administrasi/perkantoran 200-500
16 Ruang luka bakar 200

Standar Baku Mutu Kualitas Kimia Bahan Pencemar Udara

Rata – rata Konsentrasi


No Parameter Kimiawi waktu maksimal
pengukuran sebagai
standart
1 Karbon monoksida ( CO ) 8 Jam 10.000 µg/m³
2 Karbon dioksida (CO2 ) 8 Jam 1 ppm
3 Timbal ( Pb) 1 Tahun 0,5 µg/m³
4 Nitrogen dioksida ( NO2) 1 Jam 200 µg/m³
5 Radon ( Rn ) - 4 pCi/Liter
6 Sulfur dioksida ( SO2 ) 24 Jam 125 µg/m³
7 Formaidehida ( HCHO ) 30 menit 100 g/m³
8 Total senyawa organic yang mudah 8 jam 3 ppm
menguap ( T. VOC )

 Pencahayaan,
No Ruangan Intensitas Faktor Keterangan
Cahaya Refleksi
Cahaya
1. Ruangan pasien Warna
>Saat tidak tidur 250 Maksimal 30 cahaya
>Saat tidur 50 sedang
Rawat jalan 200 Ruangan
Tindakan
Unit Gawat Darurat ( UGD 300 Maksimal 60 Ruangan
) Tindakan
2. Ruang operasi umum 300-500 Maksimal 30 Warna
cahaya sejuk
3. Meja Operasi 10.000- Maksimal 9 Warna
20.000 cahaya sejuk
atau sedang
bayangan
4. Anestesi,pemulihan 300-500 Maksimal 60 Warna
cahaya sejuk
5. Endoscopi,Laboratorium 75-100
6. Sinar X Minimal 60 Maksimal 30
7 Koridor Minimal 100
8 Tangga Minima 100 Malam hari
9 Administrasi / kantor Minimal 100 Warna
cahaya sejuk
10 Ruang alat /gudang Minimal 200
11 Farmasi Minimal 200
12 Dapur Minimal 200
13 Ruang cuci Minimal 100
14 Toilet Minimal 100
15 Ruang isolasi khusus 0,1 – 0,5 Maksimal 30 Warna biru
penyakit
16 Ruang luka bakar 100 - 200 Maksimal 10 Warna
cahaya sejuk

 Penghawaan (suhu, kelembaban, tekanan udara)


No Ruangan Suhu (oC) Kelembaban Tekanan
( %) Udara
1 Operasi 22-27 40-60 Positif
2 Bersalin 24-26 40-60 Positif
3 Pemulihan/perawatan 22-23 40-60 Seimbang
4 Observasi bayi 27-30 40-60 Seimbang
5 Perawatan bayi 32-34 40-60 Seimbang
6 Perawatan prematur 24-26 40-60 Positif
7 ICU 22-23 40-60 Positif
8 Jenazah/Autopsi 21-24 40-60 Negatif
9 Penginderaan medis 21-24 40-60 Seimbang
10 Laboratorium 20-22 40-60 Negatif
11 Radiologi 17-22 40-60 Seimbang
12 Sterilisasi 21-30 40-60 Negatif
13 Dapur 22-30 40-60 Seimbang
14 Gawat Darurat 20-24 40-60 Positif
15 Administrasi / 20-28 40-60 Seimbang
pertemuan
16 Ruang Luka bakar 24-26 40-60 Positif

 Kebisingan
No Ruangan Maksimum Tekan bising / Sound
Pressure ( dBA)
1. Ruangan Pasien
>Saat tidak tidur 45
>Saat tidur 40
2. Ruang Operasi,Umum 45
3. Anestesi,Pemulihan 50
4. Endoskopi,laboratorium 65
5. Sinar x 40
6. Koridor 45
7. Tangga 65
8. Kantor/Loby 65
9. Ruang alat/Gudang 65
10. Farmasi 65
11. Dapur 70
12. Ruang cuci 80
13. Ruang isolasi 20
14. Ruang poli gigi 65
15 Ruang ICU 65
16 Ambulan 40

 Fasilitas sanitasi rumah sakit

Indeks perbandingan Jumlah Tempat tidur, Toilet dan Jumlah Kamar mandi
No Jumlah Tempat Tidur Jumlah Toilet Jumlah Kamar Mandi
1 s/d 10 1 1
2 s/d 20 2 2
3 s/d 30 3 3
4 s/d 40 4 4
Setiap penambahan 10 tempat tidur harus ditambah 1 toilet dan 1 kamar mandi

Indeks Perbandingan Jumlah karyawan dengan jumlah toilet dan Jumlah


Kamar Mandi
No Jumlah karyawan Jumlah Toilet Jumlah Kamar Mandi
1 s/d 20 1 1
2 s/d 40 2 2
3 s/d 60 3 3
4 s/d 80 4 4
Setiap penambahan 20 karyawan harus ditambah 1 toilet dan 1 kamar mandi

2. Membuat SPO pengambilan sampel kimia-gas udara


3. Membuat SPO pengambilan sampel mikrobiologi (swab) ruangan
4. Review prosedur yang terkait dengan penyehatan ruang bangunan dan halaman
5. Evaluasi pelaksanaan penyehatan ruang bangunan dan halaman

1.3.2. Penyehatan Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman.


Makanan dan minuman merupakan kebutuhan dasar bagi manusia untuk dapat
melanjutkan kehidupannya. Makanan dan minuman yang dibutuhkan harus sehat dalam arti
memiliki nilai gizi yang optimal, juga harus murni dan utuh dalam arti tidak mengandung
bahan pencemar/kontaminan baik secara fisik, biologi, maupun kimia. Kegiatan Penyehatan
hygiene sanitasi makanan dan minuman di rumah sakit, menekankan terwujudnya kebersihan
makanan dan minuman dalam jalur perjalanannya sampai menjadi makanan dan minuman
yang siap saji. Tujuan penyehatan hygiene sanitasi makanan dan minuman di rumah sakit
adalah tersedianya makanan dan minuman yang berkualitas baik dan aman bagi
pasien/konsumen serta terwujudnya perilaku kerja yang sehat dan hygienis dalam menangani
makanan dan minuman, sehingga pasien/konsumen dapat terhindar dari resiko penularan
penyakit/gangguan kesehatan dan keracunan.
Makanan dan minuman di rumah sakit adalah semua makanan dan minuman yang
disajikan dari dapur rumah sakit untuk pasien dan karyawan, makanan dan minuman yang
dijual didalam lingkungan rumah sakit atau makanan dan minuman yang dibawa dari luar
rumah sakit.

Penyehatan Hygiene sanitasi makanan dan minuman adalah upaya untuk


mengendalikan faktor makanan, orang, tempat, dan perlengkapan yang dapat atau mungkin
dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan lainnya.

Kegiatan Penyehatan Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman, antara lain :

1. Tempat : Inspeksi sanitasi tempat pengelolaan makanan

2. Penjamah makanan

a. Membuat SPO tentang persyaratan seorang penjamah makanan

b. Membuat SPO pemeriksaan kesehatan (termasuk usap dubur) bagi penjamah


makanan

3. Makanan

a) Inspeksi sanitasi makanan mulai dari bahan, penyimpanan, pengolahan,


pengangkutan dan penyajian

Suhu Penyimpanan Menurut Jenis Bahan Makanan

Jenis Bahan Makanan Digunakan Untuk


3 hari atau 1 minggu atau 1 minggu atau
kurang kurang lebih
Ikan, udang dan -5°C sampai - - 10°Csampai - 5°C Kurang dari -
olahannya 0°C 10°C
Telur,susu dan 5°C sampai 7°C -5°C sampai 0°C Kurang dari -5°C
olahannya
Sayur,buah dan 10°C 10°C 10°C
minuman
Tepung dan biji 25°C 25°C 25°C

b) Membuat SPO pemeriksaan kualitas makanan (uji MPN)

4. Peralatan

a. Inspeksi sanitasi peralatan makanan, meliputi: bahan, fungsi, cara pembersihan dan
cara penyimpanan

b. Membuat SPO pemeriksaan kualitas peralatan makanan (uji swab).

1.3.3. Penyehatan Air.


Air bersih adalah air yang dapat dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan
kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan dapat diminum apabila dimasak.
Sedangkan air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Jumlah kebutuhan
air minum dan air bersih untuk fasilitas sanitasi rumah sakit adalah 500 liter/tempat tidur/
hari. Jumlah ini harus terpenuhi sehingga kebutuhan air minum dan air bersih rumah sakit ini
dapat mencukupi semua kegiatan medis dan non medis. Upaya penyehatan air di rumah sakit
bertujuan untuk menjamin tersedianya air minum dan air bersih yang memenuhi persyaratan
kesehatan, sehingga perlu adanya pengawasan kualitas air yang bertujuan untuk mengetahui
gambaran mengenai keadaan sanitasi sarana air bersih dan kualitas air sebagai data dasar
pemberian rekomendasi untuk pengamanan kualitas air. Kualitas air tersebut, harus memenuhi
syarat-syarat kesehatan yang meliputi persyaratan fisika, kimia, mikrobiologi dan radio aktif.

Kegiatan Penyehatan air berupa pengawasan kualitas air mencakup:

a. Inspeksi sanitasi sarana air bersih dan air minum di rumah sakit

b. Pengambilan, pengiriman dan pemeriksaan sampel air

c. Analisis hasil pemeriksaan air

d. Perumusan saran dan cara pemecahan masalah yang timbul dari hasil kegiatan a, b,
dan c

e. Kegiatan tindak lanjut berupa pemantauan upaya penanggulangan/perbaikan.

1.3.4. Pengelolaan Limbah.

Limbah adalah sisa suatu usaha atau kegiatan. Limbah rumah sakit adalah semua
limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair, pasta (gel)
maupun gas yang dapat mengandung mikroorganisme patogen, bersifat infeksius, bahan
kimia beracun dan sebagian bersifat radioaktif. Limbah rumah sakit berasal dari limbah
berbagai unit/instalasi yang ada dirumah sakit

Berdasarkan bentuk fisiknya, maka limbah rumah sakit dapat dibedakan yaitu:

1. Limbah padat

Adalah semua limbah yang berbentuk padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit, yang terdiri

dari :

A. Limbah padat non medis

Adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit di luar medis yang
dari dapur, perkantoran, taman dan halaman yang dapat dimanfaatkan kembali apabila
ada tehnologinya.

B. Limbah padat medis


Adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda
tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah
container bertekanan dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi.

Kegiatan Pengelolaan Limbah Padat (medis dan non medis), antara lain:

a) Minimalisasi limbah padat, meliputi:

• Menggunakan sedikit mungkin bahan-bahan kimia

• Monitoring alur penggunaan bahan kimia sampai menjadi bahan berbahaya


dan beracun

b) Pemilahan, pewadahan dan pemanfaatan kembali/daur ulang limbah padat

c) Pengolahan, pemusnahan dan pembuangan akhir limbah padat

2. Limbah cair.

Adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan rumah sakit, yang
kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radioaktif serta darah
yang berbahaya bagi kesehatan. Dalam pengendalian pencemaran air, pihak rumah sakit
diwajibkan untuk membuang limbah cairnya sesuai baku mutu lingkungan. Adapun parameter
limbah cair yang perlu diolah adalah BOD, COD, TSS, NH3 bebas, suhu, pH dan PO4, sesuai
dengan persyaratan baku mutu limbah cair bagi kegiatan rumah sakit.

Kegiatan Pengelolaan Limbah Cair, antara lain:

a. Monitoring kebersihan saluran air limbah, bak kontrol dan pre treatment .

b. Mengukur debit limbah cair yang masuk ke IPAL setiap hari.

c. Memantau kualitas effluent limbah cair secara fisika-kimia sebulan sekali .

d. Membuat SPO pemantauan kualitas effluent limbah cair (uji petik) setiap 3 bulan
sekali.

3. Limbah gas.

Adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari kegiatan pembakaran di
rumah sakit seperti insinerator, dapur, perlengkapan generator, anastesi, dan pembuatan obat
citotoksik.

Limbah gas/emisi dapat berupa makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain
yang dihasilkan dari kegiatan yang masuk atau dimasukkan ke dalam udara ambien.

Kegiatan Pengelolaan Limbah Gas, meliputi :

i. Membuat SPO pemantauan limbah gas berupa NO2, So2, logam berat, dan dioksin
yang dilakukan 1 (satu) kali setahun

ii. Monitoring suhu pembakaran minimum 1.000° C untuk pemusnahan bakteri


patogen, virus,dioksin, dan mengurangi jelaga.
iii. Melengkapi peralatan untuk mengurangi emisi gas dan debu.

iv. Melakukan penghijauan dengan menanam pohon yang banyak memproduksi gas
oksigen dan dapat menyerap debu.

1.3.5. Pengelolaan Tempat Pencucian Linen.

Laundry rumah sakit adalah tempat pencucian linen yang dilengkapi dengan sarana
penunjangnya berupa mesin cuci, alat dan disinfektan, mesin uap (steam boiler), pengering,
meja dan meja setrika. Di tempat pencucian/laundry, penumpukan-penumpukan linen kotor
dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi para pekerja laundry dan juga dapat mengotori
linenlinen yang sudah bersih.

Kegiatan Pengelolaan Tempat Pencucian Linen, adalah sebagai berikut :

a) Inspeksi proses pengelolaan linen mulai dari pengumpulan, penerimaan,


pengeringan, penyetrikaan, penyimpanan dan distribusi/pengangkutan.

b) Monitoring penggunaan jenis deterjen dan desinfektan untuk proses pencucian yang
ramah lingkungan agar limbah cair yang dihasilkan mudah terurai oleh lingkungan.

c) Membuat SPO pemeriksaan kualitas linen bersih yaitu standar kuman bagi linen
bersih setelah keluar dari proses tidak mengandung 6 x 10³ spora spesies Bacilus per
inci persegi.

1.3.6. Pengendalian Serangga, Tikus dan Binatang pengganggu lainnya.

Serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya yang biasa disebut dengan vektor,
merupakan masalah rutin yang ada dirumah sakit. Vektor (serangga dan tikus), dalam
program sanitasi rumah sakit adalah semua jenis serangga dan tikus yang dapat menularkan
beberapa penyakit tertentu, merusak bahan pangan di gudang dan peralatan instalasi rumah
sakit. Pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya berguna untuk memutus
mata rantai penularan penyakit dan mencegah timbulnya kerugian ekonomi akibat dari
rusaknya bahan pangan dan alat-alat rumah sakit seperti linen, peralatan kantor, dan lain
sebagainya.

Kegiatan Pengendalian Serangga, Tikus dan Binatang pengganggu lainnya adalah sebagi
berikut:

a. Mengukur kepadatan lalat dan jentik Aedes sp yang diamati melalui indeks
kontainer (harus nol).

b. Inspeksi langsung lubang-lubang tanpa kawat kasa.

c. Membasmi tikus, kecoa dan kucing.

2. Desinfeksi dan Sterilisasi


Rumah sakit merupakan tempat dengan derajat kontaminasi yang cukup tinggi.
Kontaminasi dapat terjadi pada ruangan / udara, peralatan, orang dan bahan. Desinfeksi
adalah suatu proses yang menghilangkan semua mikroorganisme patogen penyebab penyakit
(tidak termasuk spora) dengan cara fisik dan kimiawi. Desinfeksi biasanya dilakukan dengan
cairan kemical atau pasteurisasi. Sterilisasi adalah suatu proses menghancurkan atau
menghilangkan semua bentuk mikroorganisme yang hidup termasuk spora dengan cara fisik
dan kimiawi.

Kegiatan Desinfeksi dan Sterilisasi antara lain:

1. Monitoring penggunaan bahan desinfektan yang ramah lingkungan dan memenuhi


kriteria tidak merusak peralatan maupun orang.

2. Pengambilan, pengiriman dan pemeriksaan proses akhir desinfeksi/sterilisasi


ruangan dan peralatan

3. Menganalisis hasil pemeriksaan

4. Merumuskan saran dan cara pemecahan masalah yang timbul

5. Menindak lanjuti upaya penanggulangan/perbaikan.

6. Monitoring petugas sterilisasi dalam penggunaan APD dan penguasaan prosedur


sterilisasi yang aman.

1.3.7. Perlindungan Radiasi

Radiasi adalah emisi dan penyebaran energi melalui ruang (media) dalam bentuk
gelombang elektromagnetik/partikel/elementer dengan kinetik yang sangat tinggi yang
dilepaskan dari bahan atau alat radiasi yang digunakan oleh instalasi di rumah sakit.
Pengamanan dampak radiasi adalah upaya perlindungan kesehatan masyarakat dari dampak
radiasi melalui promosi dan pencegahan risiko atas bahaya radiasi, dengan melakukan
kegiatan pemantauan, investigasi, dan mitigasi pada sumber, media lingkungan dan manusia
yang terpajan atau alat yang mengandung radiasi.

Kegiatan Perlindungan Radiasi tersebut antara lain:

1. Pemantauan, investigasi dan mitigasi petugas, lingkungan dan peralatan Radiologi.

2. Membuat SPO pemeriksaan kesehatan bagi petugas/masyarakat yang terpajan


radiasi.

1.3.8. Promosi Kesehatan.

Promosi kesehatan adalah suatu proses untuk memampukan masyarakat dalam


memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka. Promosi hygiene dan sanitasi adalah
penyampaian pesan tentang hygiene dan sanitasi rumah sakit kepada pasien/keluarga pasien,
pengunjung, karyawan baru maupun karyawan lama serta masyarakat sekitarnya agar
mengetahui, memahami, menyadari, dan mau membiasakan diri berperilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS) serta dapat memanfaatkan fasilitas sanitasi rumah sakit dengan benar. Promosi
kesehatan lingkungan adalah penyampaian pesan tentang yang berkaitan dengan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat yang biasa disebut dengan PHBS yang sasarannya ditujukan kepada
karyawan.

Didalam PerMenKes No.1204 tahun 2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan


rumah sakit menyebutkan bahwa persyaratan promosi kesehatan lingkungan yang harus
diselenggarakan oleh setiap rumah sakit yaitu berupa upaya promosi higiene dan sanitasi.
Upaya promosi ini dilaksanakan oleh tenaga / unit organisasi yang menangani promosi
kesehatan lingkungan rumah sakit dengan menggunakan cara langsung, media cetak maupun
media elektronik.

1.4. BATASAN OPERASIONAL.

1. Penyehatan Ruang Bangunan dan Halaman : menciptakan suatu kondisi yang nyaman,
bersih, dan sehat dilingkungan rumah sakit agar tidak menimbulkan dampak negatif yang
berupa terjadinya infeksi nosokomial baik terhadap pasien, pengunjung, dan juga karyawan
rumah sakit.

2. Ruang Bangunan dan Halaman Rumah Sakit : semua ruang / unit dan halaman yang ada
didalam batas pagar rumah sakit (bangunan fisik dan kelengkapannya) yang dipergunakan
untuk berbagai keperluan dan kegiatan rumah sakit.

3. Makanan dan Minuman di Rumah Sakit : semua makanan dan minuman yang disajikan
dari

dapur rumah sakit untuk pasien dan karyawan; makanan dan minuman yang dijual didalam
lingkungan rumah sakit atau makanan dan minuman yang dibawa dari luar rumah sakit.

4. Air Minum : air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang
memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.

5. Air Bersih : air yang dapat dipergunakan untuk keperluan sehari – hari dan kualitasnya
memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan dapat diminum apabila dimasak.

6. Limbah Padat Non Medis : limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit di luar
medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dan halaman yang dapat dimanfaatkan
kembali apabila ada tehnologinya. Limbah Padat Medis : limbah padat yang terdiri dari
limbah infeksius, limbah patologi, limbah beda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis,
limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan
kandungan logam berat yang tinggi.

7. Limbah Cair : semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan rumah sakit,
yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radioaktif serta
darah yang berbahaya bagi kesehatan.

8. Limbah Gas : semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari kegiatan pembakaran di
rumah sakit seperti insinerator, dapur, perlengkapan generator, anastesi, dan pembuatan obat
citotoksik.

9. Insinerasi : suatu proses dimana limbah padat medis dibakar dengan oksigen dari udara dan
diubah menjadi gas hasil pembakaran serta residu berupa abu.
10. Laundry : tempat pencucian linen yang dilengkapi dengan sarana penunjangnya berupa
mesin cuci, alat dan disinfektan, mesin uap (steam boiler), pengering, meja dan meja setrika.

11. Pengendalian serangga, tikus dan binatang penggangu : upaya untuk mengurangi populasi
serangga, tikus dan binatang penggangu lainnya sehingga keberadaannya tidak menjadi vector
penularan penyakit.

12. Dekontaminasi : upaya mengurangi dan atau menghilangkan kontaminasi oleh


mikroorganisme pada orang, peralatan, bahan, dan ruang melalui pembersihan, desinfeksi dan
sterilisasi dengan cara fisik dan kimiawi.

13. Desinfeksi : upaya untuk mengurangi/menghilangkan jumlah mikroorganisme pathogen


penyebab penyakit (tidak termasuk spora) dengan cara fisik dan kimia.

14. Sterilisasi : upaya untuk menghilangkan semua mikroorganisme dengan cara fisik dan
kimia.

15. Radiasi : emisi dan penyebaran energi melalui ruang (media) dalam bentuk gelombang

elektromagnetik atau partikel – partikel atau elementer dengan kinetik yang sangat tinggi
yang dilepaskan dari bahan atau alat radiasi yang digunakan oleh instalasi di rumah sakit.

16. Pengamanan Dampak Radiasi : upaya perlindungan kesehatan masyarakat dari dampak
radiasi melalui promosi dan pencegahan risiko atas bahaya radiasi, dengan melakukan
kegiatan pemantauan, investigasi, dan mitigasi pada sumber, media lingkungan dan manusia
yang terpajan atau alat yang mengandung radiasi.

17. Promosi higiene dan sanitasi : penyampaian pesan tentang higiene dan sanitasi rumah
sakit kepada pasien / keluarga pasien, pengunjung, karyawan baru maupun karyawan lama
serta masyarakat sekitarnya agar mengetahui, memahami, menyadari, dan mau membiasakan
diri berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) serta dapat memanfaatkan fasilitas sanitasi
rumah sakit dengan benar.

18. Promosi kesehatan lingkunga : penyampaian pesan tentang yang berkaitan dengan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang biasa disebut dengan PHBS yang sasarannya ditujukan
kepada karyawan.

1.5. LANDASAN HUKUM.

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

2. Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan


Hidup.

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.

5. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah B3.


6. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 1995 tentang
Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit.

7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.875/Menkes/SK/PER/VII/2001


tentang penyusunan upaya pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan.

8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.876/Menkes/SK/PER/VII/2001


tentang pedoman teknis analisis dampak kesehatan lingkungan.

9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1204/Menkes/SK/PER/XI/2004


tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

10. Peraturan Menteri Kessehatan Republik Indonesia No. 715 / MENKES / SK / V / 2003
tentang persyaratan higiene sanitasi jasaboga.

11. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1335/MENKES/SK/X/2002


tentang standar operasional pengambilan dan pengukuran sampel kualitas udara ruangan di
rumah sakit.

12. Peraturan Pemerintah RI No.20 tahun 1990 tentang pengendalian pencemaran air.

13. Perarturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 416/ MENKES/PER/IX/1990


tentang syarat – syarat dan pengawasan kualitas air.

14. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.986 / MENKES / PER / 1992
tentang fasilitas sanitasi rumah sakit.

15. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia No.53 tahun 1999 tentang
baku mutu air buangan rumah sakit.

16. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor Kep-13 / MENLH / 12 / 1995 tentang
Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak.

17. Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No.Kep.02 /


MENKLH / I / 1998 tentang air.

18. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 907 tahun 2002 tentang syarat –
syarat pengawasan kualitas air minum.

19. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.373/Menkes/SK/PER/III/2007


tentang Standar Profesi Sanitarian.

20. Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 61 Tahun 1999 tentang Baku Mutu Limbah Cair
Bagi Kegiatan Rumah Sakit di Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur.

21. Keputusan Ketua Badan Pengurus Yayasan Indonesia Nomor 047/YBI/VII/2011 tentang
Struktur Organisasi Rumah Sakit .

22. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia, Departamen Kesehatan Republik Indonesia
Tahun 2002.
23. Pedoman Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Limbah Cair, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia Tahun 1993.

BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

4.1 PENYEHATAN RUANG BANGUNAN DAN HALAMAN

1. Pemeliharaan kebersihan ruang bangunan dan halaman ini, dilakukan oleh pihak ke
tiga/outshorsing setiap hari.

2. Pemantauan dan pengawasan harian dilakukan oleh HouseKeeping.

3. Pelaksanaan Inspeksi Sanitasi Ruangan berdasarkan zona resiko dilakukan setiap bulan
oleh petugas sanitasi.

4.2 PENYEHATAN HYGIENE SANITASI MAKANAN DAN MINUMAN

1. Pemeriksaan usap dubur penjamah dilaksanakan maksimal 1 tahun sekali.

2. Pemeriksaan usap peralatan makanan dan uji kualitas makanan, dilaksanakan maksimal 6
bulan sekali.

3. Pemantauan dan pengawasan inspeksi sanitasi tempat pengelolaan makanan dilaksanakan


maksimal 3 bulan sekali.

4.3 PENYEHATAN AIR

1. Pemeliharaan kebersihan tandon air, dilaksanakan setiap 6 bulan sekali.

2. Pemeriksaan kualitas air bersih, meliputi air sumur, air tandon, kran dapur, kran OK, kran
Obgyn dan kran Nursery.

3. Pelaporan pengambilan air bawah tanah dilakukan 1 bulan sekali ke dinas pengairan.

4. Pemeliharaan kebersihan dan perawatan unit Aquabidest dilakukan 2 minggu sekali.

5. Penggantian filter unit RO dan filter Depot air minum, dilakukan 6 bulan sekali.

6. Penggantian media filtrasi dan membran, dilakukan maksimal 3 tahun sekali.

7. Penggantian bola lampu ultraviolet dilakukan secara icidensial.

8. Perawatan komponen penunjang unit aquabidest, dilaksanakan 1 bulan sekali.

9. Pemeriksaan kualitas air minum dilaksanakan setiap 6 bulan sekali.


4.4 PENGELOLAAN LIMBAH

4.4.1 Limbah Padat

1. Limbah Padat Non Medis

a. Minimalisasi limbah dilakukan mulai dari sumber penghasil limbah.

b. Pemilahan, pewadahan dan pengangkutan dari ruangan ke TPS, dilakukan 2


kali sehari.

c. Pemilahan limbah yang bisa didaur ulang, dilakukan setiap hari oleh tenaga
outshorsing.

d. Pengangkutan dari rumah sakit ke TPA, dilakukan 1 minggu sekali oleh


Dinas Kebersihan Kota.

e. Pembersihan area sekitar TPS dilakukan setiap hari oleh tenaga outshorsing
dan pembersihan TPS dilakukan 1 minggu sekali.

f. Pencatatan volume sampah yang dibuang ke TPA, dilakukan 1 minggu


sekali.

2. Limbah Padat Medis

a. Minimalisasi limbah dilakukan mulai dari sumber penghasil limbah.

b. Pemilahan, pewadahan dan pengangkutan dari ruangan ke TPS, dilakukan 2


kali sehari.

c. Pencatatan volume sampah medis dilakukan setiap kali pengiriman sampah


ke TPS dan sebelum pemusnahan sampah di insinerator.

d. Pemusnahan limbah di insinerator dilakukan setiap hari kerja (senin- sabtu)


oleh operator insinerator.

e. Pencatatan bahan bakar mesin insinerator dan jenis sampah yang


dimusnahkan, dilakukan sebelum kegiatan insinerasi.

f. Pencatatan volume abu sisa hasil pembakaran, dilakukan setiap kali selesai
kegiatan insinerasi dan pada saat pengiriman abu ke pihak ketiga.

g. Pemeliharaan kebersihan dan perawatan komponen mesin insinerator


dilakukan 2 minggu sekali, 1 bulan sekali dan 6 bulan sekali.

h. Pencatatan suhu dan lama waktu kegiatan insinerasi dilakukan setiap kali
cicle.

4.4.2 Limbah Cair.

I. Pengolahan Primer

a. Pipa air kotor


Yang termasuk pipa air kotor adalah pipa dari kamar mandi, WC, peturasan,
pengering lantai dan bak cuci tangan.

Pemeliharaan :

1. Pembersihan : Pembersihan terhadap kotoran pada pengering lantai dilakukan bila terjadi
penyumbatan laju aliran air bekas. Bila terjadi penyumbatan pada pipa maka perlu ditekan
dengan alat kompressi atau diberikan bahan kimia penghancur.

2. Penyetelan : Apabila air aliran kotor tidak lancer, harus dilakukan penyetelan terhadap
kemiringan pipa.

b. Saluran.

Pemeliharaan saluran air limbah secara periodik tiap bulan dan icidensial bila ada
kebuntuan yang berupa :

a. Penggelontoran air

b. Penyemprotan air dengan tekanan tinggi

c. Pengambilan endapan

d. Lubang Pemeriksa ( Bak Control/Man Hole).


Pemeliharaan lubang pemeriksa, dilakukan 1 bulan sekali dan icidensial jika ada laporan
kebutuhan.

e. Pemeliharan Kloset.
Dipergunakan hanya untuk membuang kotoran manusia. Penggelontoran kotoran,
dilakukan dengan menggunakan air yang lebih banyak. Pembersihan dilakukan setiap hari.

f. Tangki Septik.
Pemeliharaan tangki septic untuk mencegah luberan dan memaksimalkan fungsinya
dengan penambahan bakteri pengurai. Hal ini dilakukan maksimal 1 (satu) tahun sekali.

g. Pre treatment (Greastrep/Biointerstrep)


Pemeliharaan pre treatment ini, dilakukan setiap 1 minggu sekali yaitu pengangkatan
lemak, minyak dan buih-buih busa yang kemudian kotoran ini dibakar di incenerator.

II. Pengolahan Sekunder

a. . Bak Screen

Pembersihan bak screen dilakukan 1 minggu sekali untuk mengindari sumbatan-


sumbatan yang akan mengganggu proses pengolahan air limbah.

b. Bak Pengumpul
Pemeliharaan biasa dilakukan pada unit ini bila terjadi pengendapan di dalam bak
pengumpul sehingga aliran air tidak lancar. Pembersihan ini dilakukan dengan cara
menyemprotkan air ke semua permukaan yang kotor.

c. Bak Equalisasi

Pemeliharaannya dilakukan dengan cara mengatur katup – katup sehingga udara yang
lewat unit tersebut lebih besar, dan juga dengan menutup katup deretan diffuser lainnya.
Bila pelampung tersumbat, bersihkanlah.

d. Bak Pengendapan

Pemeliharaan bak pengendapan adalah dengan membersihkan mengangkat lumpur ke


permukaan dan membersihkan kotoran/lumut yang menempel pada dinding. Pembersihan
dilakukan setiap 1 bulan. Bila bak aerasi kekurangan lumpur aktif, maka lumpur akan
dikembalikan ke bak aerasi.

e. Bak Pengering Lumpur. Pemeliharaan :

1. Lumpur dikeringan lalu dibakar di incenerator/diberi obat desinfektan untuk


membunuh kuman, telur cacing, dll.

2. Lumpur di angkat setiap 3 (tiga) bulan sekali dan sesuai keadaan.

f. Bak Aerasi. Pemeliharaan:

1. Memeriksa blower termasuk keadaan oli setiap blower dan


mengganti/manambahnya bilamana dianggap perlu.

2. Mengatur penggantian pemakaian blower dari unit yang satu ke unit yang lainnya
kecuali apabila diatur secara otomatis.

3. Membersihkan intake filter

4. Memeriksa keadaan ven-belt dan tegangannya

5. Memeriksa system operasi dari motor blower termasuk diffuser.

6. Memeriksa switchboard.

7. Memeriksa comminutor termasuk keadaan oli comminutor dan


mengganti/menambahnya bilamana dianggap perlu.

8. Memeriksa komponen – komponen pemotong comminutor

9. Membersihkan bagian – bagian lain yang dianggap perlu.

10. Memeriksa system pengembalian lumpur termasuk pembersihannya


11. Membersihkan serta membuang lumut atau kotoran lain yang ada pada unit
Sewage Treatment Plant termasuk juga didalam ruang pompa

12. Memeriksa dan membersihkan pompa – pompa sewage.

13. Memeriksa pertumbuhan bakteri dengan mengukur jumlah lumpur aktif.

14. Menambahkan sejumlah bakteri (biofecta/NS206) setiap 1 minggu sekali atau


menurut kebutuhan, supaya proses pengolahan air limbah berjalan dengan baik.

g. Bak Koagulasi dan Flokuasi

1. Pembersihan secara periodic.

2. Mengukur dosis bahan koagulan (kapur dan tawas) dengan tepat.

3. Mengukur kecepatan flokuasi air limbah.

h. Bak Filtrasi

Pemeliharaannya adalah dengan melakukan pembersihan/backwashing minimal 1 bulan


sekali dan penggantian media filtrasi minimal 3 bulan sekali.

i. Bak Kaporisasi. Pemeliharaan :

1. Pembersihan secara periodic.

2. Mengukur dosis kaporitisasi dengan tepat.

3. Mengukur kadar klorin bebas sebelum air limbah dibuang ke lingkungan.

4.4.3 Limbah Gas.

1. Pembersihan cerobong asap insinerator, dilakukan 1 bulan sekali.

2. Pemeriksaan emisi insinerator, dilakukan oleh instansi diluar rumah sakit


dan dilakukan maksimal 5 tahun sekali.

4.5 PENGELOLAAN LAUNDRY

1. Pemeriksaan usap linen bersih laundry dilakukan maksimal 6 bulan sekali.

2. Inspeksi sanitasi tempat pengelolaan laundry dilakukan maksimal 3 bulan sekali.

4.6 PENGENDALIAN SERANGGA, TIKUS DAN BINATANG PENGGANGGU


LAINNYA

Pelaksanaan pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya,


dilakukan icidensial setiap kali ada survelains dan laporan. Pencatatan kegiatan survelains,
pencegahan dan pemberantasan serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya, dilakukan
setiap kali ada kegiatan.

4.7 DESINFEKSI DAN STERILISASI


1. Pemeriksaan usap lantai, dinding dan peralatan ruangan dengan zona resiko tinggi seperti :
OK, ICU, Nursery, Obgyn dan NBICU, dilakukan maksimal 6 bulan sekali.

2. Pelaksanaan kegiatan desinfeksi ruangan dan peralatan ruangan, dilakukan setiap hari oleh
tenaga outshorsing.

4.8 PERLINDUNGAN RADIASI

1. Pemeriksaan kesehatan pekerja radiologi, dilakukan minimal 1 tahun sekali.

2. Pemeriksaan nilai batas dosis (NBD) bagi masyarakat, dilakukan minimal 1 tahun sekali.

4.9 PROMKES

1. Promosi Kesehatan Lingkungan dilakukan dengan wawancara langsung kepada karyawan


setiap kali kegiatan.

2. Promosi Kesehatan Lingkungan dilakukan melalui diklat pegawai minimal 6 bulan sekali.

3. Promosi Kesehatan Lingkungan bagi pasien, pengunjung dan keluarga pasien, dilakukan
secara langsung dan media cetak.

Anda mungkin juga menyukai