Anda di halaman 1dari 12

PENINGKATAN KOMPETENSI PENGASUH MELALUI PELATIHAN

PENGASUHAN RAMAH ANAK PADA TAMAN PENITIPAN ANAK

Sri Wahyuni, Ellyn Sugeng Desyanty, Endang Sri Redjeki

Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakulas Ilmu Pendidikan


Universitas Negeri Malang
E-mail: sri.wahyuni.fip@um.ac.id

Abstract: Through this training is expected to improve the quality of care from the TPA
caretakers, especially those located in Malang. Training activities are conducted in the form of
in-on training, ie trainees are not only required to follow the theory exposure, but also given the
opportunity to practice child-friendly practices in their institutions. The presentation of the theory
of child-friendly nurturing is presented on a day-to-day basis on October 27, 2016, followed by
guided practice for 2 weeks on 2-15 November 2016, which is guided by the head of the TPA.
The training participants are 45 people from 15 TPA institutions. Each institution is represented
by 3 people, consisting of 2 caregivers and a head of institution.

Keywords: caregiver competence, child-friendly education, Childcare Park

Abstrak: Melalui pelatihan ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas pengasuhan dari para
pengasuh TPA, khususnya yang berada di Kota Malang. Kegiatan pelatihan dilakukan dalam
bentuk in-on training, yaitu peserta pelatihan tidak hanya diwajibkan mengikuti pemaparan teori,
namun juga diberi kesempatan untuk melakukan praktik pengasuhan ramah anak di lembaganya.
Pemaparan teori tentang pengasuhan ramah anak disajikan dalam waktu sehari pada tanggal
27 Oktober 2016, kemudian dilanjutkan dengan praktek terbimbing selama 2 minggu tepatnya
tanggal 2-15 Nopember 2016 yang dibimbing oleh kepala TPA. Peserta pelatihan berjumlah
45 orang berasal dari 15 lembaga TPA. Setiap lembaga diwakili 3 orang, terdiri dari 2 orang
pengasuh dan seorang kepala lembaga.

Kata kunci: kompetensi pengasuh, pendidikan ramah anak, Taman Penitipan Anak

Keberadaan keluarga sebagai tempat pendidikan taan, dimana banyak orang tua yang harus bekerja
pertama dan utama bagi anak telah lama diakui di luar rumah sehingga tidak berkesempatan untuk
oleh semua kalangan. Namun saat ini peran mengasuh anaknya sepanjang hari. Salah satu lang-
keluarga sebagai wahana pendidikan pertama kah yang banyak diambil oleh para orang tua ada-
dan utama semakin tergantikan oleh lembaga lah dengan memanfaatkan jasa pengasuhan anak di
pengasuhan seperti Taman Penitipan Anak (TPA). sekitarnya sebagai tempat untuk menitipkan anak-
Di masyarakat Indonesia telah banyak keluarga nya. Para orang tua mempercayakan sepenuhnya
yang menyerahkan pendidikan dan pengasuhan pendidikan anaknya kepada para pengasuh TPA.
anak mereka kepada pihak lembaga pendidikan Kehadiran lembaga TPA menjadi kebutuhan bagi
(Hadad, 2001), terutama masalah pengasuhan dan setiap orang tua yang bekerja di luar rumah. Hal
pendidikan anak usia dini. Dengan demikian peran ini berarti bahwa peran TPA sebagai wahana peng-
pendidik TPA dalam mendidik karakter anak sangat asuhan anak menjadi sangat vital dan dibutuhkan.
penting sehingga pembinaan karakter pendidik Oleh karena itu diperlukan kualitas layanan penga-
PAUD menjadi hal yang strategis, penting, dan suhan yang memadai pada setiap TPA. Anak-anak
mendasar (Goleman, 1997; Megawangi. 2004). yang berada di TPA perlu dipastikan memperoleh
Fenomena ini banyak terjadi di daerah perko- asuhan dan kasih sayang selayaknya yang diper-
193
194 ABDIMAS PEDAGOGI: Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat, VOL 1 NO 2 APRIL 2108: 193-204

oleh dari orang tua. Anak-anak harus diasuh tan- PAUD, Pos PAUD, dan PAUD sejenis lainnya. Di-
pa kekerasan dan dibimbing dengan penuh kasih rektorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Non
sayang. Mengingat masa kanak-kanak khususnya Formal dan Informal (PAUDNI) mengeluarkan ke-
5 tahun pertama yang sering disebut sebagai masa bijakan bahwa pada tahun 2014 jumlah PAUD ter-
usia dini merupakan salah satu fase penting dalam padu akan dilipatgandakan menjadi 1.000 PAUD
sejarah perkembangan kehidupan manusia. terpadu (Kompas.com, 2012).
Kehadiran lembaga TPA yang berkualitas, Perkembangan jumlah TPA perlu diimbangi
sebagai lembaga yang dipercaya masyarakat dengan kualitas pelayanan pengasuhan.
untuk menyelenggarakan pendidikan anak usia Pendidikan ramah anak dan pengasuhan tanpa
dini, sangat diharapkan. Guna meningkatkan kekerasan menjadi tuntutan pertama yang perlu
kualitas manajemen dan layanan TPA, Pemerintah dipenuhi oleh setiap lembaga TPA. Agar supaya
Indonesia telah menerbitkan sebuah pedoman anak dapat tumbuh dan berkembang sesuai
teknis tentang cara menjalankan pusat pengasuhan dengan haknya. Layanan di TPA harus memenuhi
anak sebagai acuan program TPA sebagai salah satu kebutuhan tumbuh kembang anak secara sempurna
layanan Pendidikan Anak Usia Dini. Tetapi fakta yang meliputi (1) layanan kesehatan, meliputi
di lapangan menunjukkan bahwa penyelenggaraan menyediakan lingkungan yang bersih; memastikan
TPA di Indonesia masih mengalami keterbatasan pencahayaan dan ventilasi yang memadai;
dalam hal jangkauan pelayanan, jenis pelayanan, menjamin ketersediaan air bersih; memberikan
dan kesenjangan kebutuhan esensial anak. pelatihan toilet untuk mendorong pencegahan
Berdasarkan laporan dari UNESCO (2005) penyakit menular; dan memberikan waktu
keterbatasan tersebut disebabkan oleh pelayanan yang cukup bagi anak-anak untuk beristirahat.
TPA yang belum terintegrasi dan kualitas pemeriksaan rutin dengan dokter dan/atau perawat
pengelolaan yang kurang profesional. Sementara yang meliputi: pemeriksaan gigi, pemberian
itu berdasarkan penelitian di bidang Neorologi Vitamin A, berat badan, imunisasi, dan perawatan
oleh Osbon White dan Brock (2013) ditemukan darurat; (2) Layanan gizi, yaitu menyediakan
beberapa permasalahan penyelenggaraan TPA menu yang seimbang dan bergizi untuk anak-anak;
diantaranya terkait dengan permasalahan akses (3) Stimulasi anak usia dini, yaitu merangsang
dan mutu. Dari sekitar 28,9 juta anak usia dini pertumbuhan fisik, psikologis dan sosial anak; dan
yang ada, baru sekitar 15,4 juta anak yang dapat (4) dukungan untuk pengasuhan yang baik.
mengakses pelayanan pendidikan anak usia dini Selain layanan fisik, yang terpenting dalam
(Kemdikbud, 2011) maka pemerintah menargetkan pengasuhan di TPA adalah upaya pemenuhan hak
APK sebesar 72,90 % pada tahun 2014. anak, menempatkan anak pada pribadi yang harus
Adanya beberapa permasalahan tersebut telah diperhatikan dan diistimewakan. Pengasuhan
mendorong pemerintah untuk mengeluarkan kebi- anak di TPA hendaknya penuh dengan kasih
jakan PAUD holistik-integratif atau PAUD Terpadu sayang tanpa diskriminasi dan tanpa kekerasan,
yaitu pengembangan anak usia dini yang dilakukan sehingga anak-anak merasakan kehadiran orang
berdasarkan pemahaman untuk memenuhi kebu- tua, walaupun tidak sedang bersama. Karena itu
tuhan esensial anak yang beragam dan saling ter- para pengasuh TPA perlu memahami hak-hak
kait secara utuh, terpadu, simultan dan sistematis anak dan bagaimana etika pengasuhan. Karena
yang mencakup layanan kesehatan, pemenuhan pengasuh TPA merupakan orang tua pengganti
gizi, pengasuhan, perlindungan, rangsangan pen- bagi anak-anak. Pengasuh TPA menjadi pihak yang
didikan, dan parenting education. Pembentukan telah dipercaya oleh orang tua untuk mendidik
lembaga PAUD terpadu juga merupakan upaya dan membimbing anaknya. Kepercayaan orang
untuk menghilangkan dikotomi antara PAUD jal- tua terhadap para pengasuh TPA merupakan
ur formal dan PAUD jalur nonformal. Kebijakan kepercayaan yang sangat besar, dimana orang tua
tersebut berimplikasi pada menjamurnya lemba- rela meninggalkan anaknya seharian untuk bersama
ga-lembaga PAUD di masyarakat seperti Tem- pengasuh TPA. Tentunya setiap orang tua yang
pat Penitipan Anak, Kelompok Bermain, Taman menitipkan anaknya berharap anaknya mendapat
Kanak-kanak, Bina Keluarga Balita, Posyandu kasih sayang dan rasa aman selama di TPA. Orang
Wahyuni, dkk, Peningkatan Kompetensi Pengasuh melalui Pelatihan Pengasuhan... 195

tua juga berharap anaknya dapat tumbuh menjadi di Kabupaen Malang. PAUD Terpadu merupakan
anak yang memiliki karakter yang baik. Maka bentuk layanan PAUD yang menyediakan tiga
keberadaan pengasuh TPA menjadi sangat penting program layanan yaitu Kelompok Bermain, Taman
terhadap upaya penanaman karakter anak. Fungsi Kanak-kanak, dan Tempat Penitipan Anak. Kota
pengasuh anak usia dini secara khusus menurut Malang. Menurut data HIMPAUDI, di Kabupaten
Asmawati (2008) adalah:(1) Mengenalkan Malang pada tahun 2013 telah terdapat lebih dari
peraturan dan menanamkan disiplin pada anak; 275 lembaga PAUD, beberapa diantaranya tercatat
(2) Mengenalkan anak pada dunia sekitar; (3) sebagai PAUD Terpadu.
Menumbuhkan sikap dan perilaku yang baik; (4) Permasalahan yang terjadi pada lembaga
Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan PAUD tersebut terletak pada layanan Tempat
bersosialisasi; (5) Mengembangkan keterampilan, Penitipan Anak (TPA) yang dinilai kurang ramah
kreativitas, dan kemampuan yang dimiliki anak; anak dengan indikator sebagai berikut: (1)
dan (6) Menyiapkan anak untuk memasuki berlokasi di pinggir jalan raya dan tanpa pagar
pendidikan selanjutnya. yang aman; (2) kemampuan komunikasi dan teknik
Namun dalam berbagai fenomena menunjuk- pengasuhan pendidik/ pengasuh, yang tidak ramah
kan bahwa kualitas layanan TPA tidaklah sebagus anak; (3) keterbatasan kemampuan penyediaan
seperti yang diharapkan. Masih sering terjadi ke- makanan serta pola hidup bersih dan sehat, (4)
kerasan terhadap anak (child abuse) di lingkun- area bermainnya sempit dan tidak dilengkapi
gan TPA, baik secara fisik, maupun emosional perangkat pengaman; (5) rasio pengasuh dengan
yang dilakukan oleh para pengasuh sendiri. Ka- anak yang tidak proporsional; dan (6) dan jadwal
sus kekerasan terhadap anak yang dialami RAN pengasuhan overtime, sehingga pengasuh merasa
(14 bulan) di tempat penitipan anak di kawasan jenuh dan tidak memerdulikan anak. Permasalahan
Gambir, Jakarta pusat menjadi salah satu kasus tersebut sering dijumpai di lembaga TPA di Kota
yang menunjukkan rendahnya kualitas layanan Malang. Indikasi-indikasi kekerasan pada anak
pengasuhan di TPA. RAN mengalami memar di masih sering terjadi seperti membentak, mencubit,
pipi bagian kiri dan lengan setelah dianiaya oleh memberikan label pada anak, dan membiarkan
pengasuh day care. Menurut data KPAI saat ini atau tidak memperdulikan anak. Anak juga
masih banyak day care yang kurang ramah anak. seringkali memperoleh perlakuan diskriminatif.
Banyak day care yang belum dapat memenuhi hak- Hal tesebut disebabkan oleh karena keterbatasan
hak anak dengan baik, komunikasi pengasuh atau pemahaman dan pengetahuan para pengasuh TPA
pendidik yang masih belum sesuai dengan tumbuh tentang bagaimana pengasuhan yang ramah anak.
kembang anak, dan pemenuhan gizi anak yang ti- Pemahaman para pengasuh terhadap pentingnya
dak seimbang (KPAI, 2015). Peristiwa ini sebet- pendidikan ramah anak bagi pertumbuhan dan
ulnya menjadi indikator rendahnya kualitas peng- perkembangan anak belum sepenuhnya dimiliki
asuhan yang dilmiliki oleh pendidik TPA. Faktor oleh para pengasuh di TPA. Selama ini kebanyakan
penyebabnya bisa bervariasi baik faktor internal pelatihan tentang pendidikan ramah anak hanya
maupun eksternal. Rendahnya pengetahuan dan diperuntukkan bagi pendidik taman kanak-kanak.
pemahaman pendidik TPA terhadap nilai strategis Padahal faktanya, pengasuh TPA merupakan pihak
pendidikan anak usia dini dan rendahnya pemaha- yang hampir sepanjang hari bersinggungan dan
man tentang pentingnya pengasuhan ramah anak berkomunikasi dengan anak-anak.
yang menjadi salah satu faktor penyebabnya. Para
pendidik dan pengasuh TPA sebagian besar tidak METODE
memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi Pendidik TPA atau Kelompok Bermain di Kota
yang memadai dan relevan, khususnya para pen- Malang sebagian besar belum pernah mengikuti
didik TPA di wilayah pedesaan, karena terbatasnya pelatihan tentang konsep ini. Oleh karena itu
akses informasi dan sumber daya manusia. untuk menyampaikan konsep pengasuhan ramah
Sejak adanya kebijakan pemerintah anak kepada para pendidik TPA perlu dilakukan.
tentang PAUD holistik integrative, maka banyak Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah melalui
bermunculan lembaga PAUD Terpadu, termasuk pelatihan yang diikuti oleh para pendidik TPA.
196 ABDIMAS PEDAGOGI: Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat, VOL 1 NO 2 APRIL 2108: 193-204

Pelatihan yang dilaksanakan tidak hanya sekedar pendidik atau pengasuh dalam melakukan komunikasi
menyampaikan informasi kepada para pendidik, dan pengasuhan yang ramah pada anak. Peningkatan
tetapi para pendidik TPA juga diarahkan untuk kompetensi pendidik ini merupakan langkah strategis
berlatih mengenali sikap yang ramah anak dan yang yang harus dilakukan oleh lembaga agar lembaga
tidak ramah anak, serta diajak untuk menyusun TPA yang dikelola dapat berkembang dan dipercaya
langkah-langkah operasional pengasuhan yang oleh masyarakat. Sebagaimana hasil penelitian tentang
ramah anak. Pelatihan didesain dengan model in- perencanaan strategis pengembangan lembaga PAUD
on training, dimana peserta pelatihan tidak hanya Terpadu yang dilakukan oleh Wahyuni (2014) bahwa
mendapatkan kesempatan mempelajari teori, untuk meningkatkan kualitas layanan lembaga PAUD
namun juga diberi kesempatan untuk melakukan Terpadu, termasuk di dalamnya TPA, maka setiap
praktek pengasuhan ramah anak di lembaganya. lembaga wajib melakukan peningkatan kompetensi
Peserta pelatihan mengikuti sajian teori dalam pendidik sehingga dapat menjadi model bagi anak.
waktu sehari kemudian diwajibkan melaksanakan Di sisi lain hasil penelitian Wahyuni (2013) tentang
praktek terbimbing di lembaganya selama 2 pembinaan karakter pendidik juga membuktikan
minggu. Demi kelancaran kegiatan praktek ditunjuk bahwa pembinaan karakter pendidik yang dilakukan
seorang pembimbing dan pemantau kegiatan, yaitu dengan baik dan terprogram menjadi nilai keunggulan
kepala TPA. Kepala TPA yang bekerjasama dengan lembaga tersebut. Juga menjadi salah satu dimensi
pelatih dan menjadi patner untuk melaksanakan kepercayaan pengguna jasa terhadap layanan lembaga,
pendampingan terhadap pendidik atau pengasuh. sehingga mampu meningkatkan selling point lembaga
Secara ringkas, proses pelatihan tersebut dapat tersebut (Wahyuni, 2015). Ketiga hasil penelitian
dijelaskan dengan Gambar 1. tersebut yang mendasari pemilihan strategi pelatihan
sebagai upaya pemecahan masalah rendahnya
kompetensi pendidik atau pengasuh lembaga TPA.
Adanya pelatihan tentang pengasuhan ramah
anak diharapkan setiap pengasuh atau pendidik
TPA di lembaga mitra menjadi mengetahui dan
memahami pentingnya pengasuhan ramah anak
dan bahayanya pengasuhan yang diwarnai dengan
kekerasan, sehingga terbiasa untuk melaksanakan
pengasuhan ramah anak, mengasuh dan
membimbing anak dengan tanpa kekerasan
atau diskriminasi. Jika diilustrasikan kelayakan
Gambar 1. Desain Pelatihan Pendidikan program pelatihan ini adalah sebagai berikut.
Ramah Anak

Permasalahan yang dialami oleh lembaga TPA


sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya adalah
terkait dengan 3 hal, yaitu (1) kurangnya pemahaman
para pendidik atau pengasuh tentang pendidikan
ramah anak; (2) rendahnya kualitas komunikasi
dan pengasuhan yang dilakukan para pendidik atau
pengasuh kepada anak-anak; dan (3) masih terdapat
indikasi kekerasan pada anak (child abuse), baik
secara fisik maupun emosional. Permasalahan tersebut
berdampak pada rendahnya kualitas layanan yang
diberikan TPA kepada anak dan para orang tua. Maka
untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu adanya Gambar 2. Kelayakan Metode dalam
upaya peningkatan kompetensi dari para pendidik Pemecahan Masalah Mitra
atau pengasuh TPA, khususnya kemampuan para
Wahyuni, dkk, Peningkatan Kompetensi Pengasuh melalui Pelatihan Pengasuhan... 197

Pelatihan difokuskan untuk para pendidik dari sifat spiritual manusia. Semua manusia
TPA karena pendidik TPA dituntut untuk mampu memiliki dimensi spiritual, yang membedakannya
memberi contoh dan menjadi teladan karakter bagi dari binatang (Danes 1994:6). Mendidik manusia
anak-anak. Kebiasaan bertutur kata dan berperilaku sejak dulu mengandung arti membantu menggali
baik seorang pendidik TPA dilihat langsung oleh dan mengembangkan potensi yang dimiliki anak,
anak-anak dan menjadi contoh bagi mereka. Karena dapat diumpamakan dengan permata yang amat
itu pendidik TPA harus berkarakter kuat, agar berharga yang dapat digali dan diasah hanya melalui
mampu membentuk anak didik yang berkarakter pendidikan. Diantara potensi yang tersembunyi
kuat pula, dan bersikap penuh kasih sayang agar itu adalah kualitas spiritual yang disebut juga
anak tidak mengalami kekerasan. Pentingnya dengan sifat sifat baik atau kebajikan. Berdasarkan
karakter bagi profesi pendidik diungkapkan dalam pemikiran tersebut, maka upaya pembinaan
beberapa istilah dalam Undang-undang Republik terhadap pengasuh TPA perlu dilaksanakan dengan
Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan sungguh-sungguh. Pemahaman seorang pendidik
dosen, seperti memiliki idialisme (ps 7 ayat 1a), terhadap makna pengasuhan ramah anak menjadi
memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu hal utama yang wajib dimiliki oleh seorang
pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak pendidik TPA. Sebab mendidik anak di usia dini
mulia (ps 7 ayat 1b), memiliki tanggungjawab berbeda dengan mendidik orang dewasa, karena
(ps7 ayat 1e). Peraturan pemerintah Republik anak usia dini bukan orang dewasa mini.
Indonesia nomor 74 tahun 2008 tentang guru dan
dosen dalam pasal 3 ayat 5 menyatakan bahwa HASIL DAN PEMBAHASAN
guru harus memiliki kompetensi kepribadian yang
Penyampaian materi pelatihan merupakan
mencakup kepribadian beriman dan bertakwa,
tahapan awal dari kegiatan pengabdian masyarakat
berakhlak mulia, arif dan bijaksana, demokratis,
ini yang bertujuan untuk membekali para pengasuh
mantap, berwibawa, stabil, dewasa, jujur, sportif,
TPA dengan teori pengasuhan ramah anak.
menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat,
Penyajian teori pengasuhan ramah ini dilaksanakan
objektif, dan mengembangkan diri secara mandiri
oleh tim pelaksana pengabdian sebagai fasilitator
dan berkelanjutan.
dan satu fasilitator dari unsur praktisi pendidikan
Pribadi yang mampu mengembangkan diri
anak usia dini. Kegiatan dilaksanakan pada
secara mandiri dan berkelanjutan merupakan
tanggal 22 Oktober 2016 bertempat di aula pasca
pribadi yang stabil dan mantap, memiliki karakter
sarjana gedung H2 Universitas Negeri Malang,
kuat, seorang pribadi yang utuh. Pribadi yang arif
sebagaimana terlihat dalam Gambar 3.
dan bijaksana dapat mengungkapkan kewibawaan.
Penyajian teori dilaksanakan dengan metode
Sifat-sifat jujur dan sportif yang merupakan
ceramah bervariasi yang dilengkapi dengan
ungkapan keadilan, kejujuran dan dapat dipercaya
brainstorming dan sharing pengalaman dengan
dapat menjadi pondasi bagi hubungan yang
para pengasuh TPA sebagai peserta pelatihan.
setara, yang menghormati setiap orang, menjadi
Sehingga peserta terlihat aktif sebagaimana
dasar dari demokrasi. Orang yang beriman dan
Gambar 4.
bertakwa selalu rendah hati sehingga memiliki
Di sela-sela kegiatan penyajian materi juga
sikap belajar. Kerendahan hati termasuk dalam
disisipkan ice breaking yang dipandu oleh 2 orang
akhlak mulia, karakter yang baik, manifestasi dari
mahasiswa S2 PLS Universitas Negeri Malang,
keluhuran manusia. Pribadi yang dapat menjadi
sebagaimana gambar 5.
teladan bagi peserta didik adalah pribadi yang
Cakupan materi pelatihan meliputi materi
memiliki karakter yang kuat, pribadi yang utuh,
tentang hakekat TPA sebagai layanan pengasuhan
yang senantiasa brjuang dan berusaha bertumbuh,
ramah anak, hak dan masalah tumbuh kembang
memanifestasikan kualitas spiritualnya, kualitas
anak, dan pendidikan tanpa kekerasan. Ketiga
kemanusiaannya, serta terus berproses menjadi
materi disajikan dalam 3 sessi, sebagaimana
manusia seutuhnya. Sementara itu pembinaan
dipaparkan dalam Tabel 1.
karakter pendidik PAUD sangat baik jika dikaitkan
Pihak yang dilibatkan dalam kegiatan
dengan nilai spiritual, karena karakter bersumber
penyajian materi ini, diantaranya adalah tim dosen
198 ABDIMAS PEDAGOGI: Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat, VOL 1 NO 2 APRIL 2108: 193-204

pelaksana pengabdian masyarakat yaitu Dr. Sri


Wahyuni, M.Pd, Dr. Ellyn Sugeng Desyanty, dan
Dr. Endang Sri Redjeki, MS. Kegiatan ini dibantu
oleh 3 orang mahasiswa S2 jurusan PLS UM yaitu
Yuyum Sistim Ilmi, S.Pd, Dani Setiawan, S.Pd,
Nazarul Fikri, S.Pd, serta seorang mahasiswa S1
jurusan PLS UM yaitu Hafidhatul Khoiriyah.
Pada kegiatan penyajian materi ini, setiap peserta
mendapatkan sebuah buku saku yang berjudul
“Kuku Perak: Buku Saku Pendidikan Ramah
Anak” yang disusun oleh Hafidhatul Khoiriyah Di
akhir sessi dalam penyajian teori ini, disampaikan
Gambar 3. Proses Pembukaan Pelatihan yang rencana tindak lanjut yang berisi informasi tentang
dipimpin oleh Ketua Tim teknis penyelenggaraan praktek terbimbing selama
2 minggu di lembaga masing-masing. Berikut
beberapa dokumentasi dari kegiatan penyampaian
teori tentang pengasuhan aramah anak.
Praktik terbimbing di lembaga masing-masing
merupakan rangkaian kegiatan pelatihan yang
dimaksudkan untuk memastikan kesungguhan para
peserta pelatihan dalam mengimplementasikan
teori pelatihan yang telah disajikan selama sehari.
Praktek terbimbing ini dilakukan oleh pengasuh
TPA sebagai praktikan dan kepala lembaga sebagai
pemantau dan pembimbing. Untuk memudahkan
pelaksanaan praktek tersebut ada beberapa
instrumen yang wajib diisi oleh para praktikan,
diantaranya instrumen evaluasi pengasuhan ramah
anak, yang meliputi 3 aspek , yaitu ramah secara
fisiologis, ramah secara psikologis, dan ramah
secara sosial emosional. Masing-masing aspek
terdiri dari beberapa indikator sebagaimana pada
Tabel 2.
Gambar 4. Antusiasme Peserta dalam Setiap peserta pelatihan diminta untuk
Mengikuti Kegiatan melakukan pengasuhan berdasarkan indikator-
indikator pengasuhan sebagaimana tersebut di
atas, yang telah dijabarkan dalam bentuk instrumen
dalam bentuk skala Likert, dengan 4 opsi jawaban,
yaitu tidak pernah, jarang, sering, dan selalu.
Instrumen lengkap dapat diperiksa di lampiran.
Selain berkewajiban mengisi instrumen,
setiap peserta juga diwajibkan untuk mengisi
lembar praktek pengasuhan yang berfungsi untuk
menuangkan segala permasalahan –permasalahan
yang sering muncul saat melakukan pengasuhan
terhadap anak di lembaga masing-masing. Setiap
peserta wajib menuliskan setiap permasalahan
Gambar 5. Ice Breaking di sela-sela kegiatan yang dialami saat melakukan pengasuhan kepada
penyajian materi anak asuh di TPA. Setiap peserta wajib melaporkan
Wahyuni, dkk, Peningkatan Kompetensi Pengasuh melalui Pelatihan Pengasuhan... 199

Tabel 1 Jadwal Penyajian Teori Pelatihan


Waktu Kegiatan Fasilitator
08.00-08.30 Pembukaan Hafidhatul Khoiriyah
08.30-09.00 Bina Suasana dan Kontrak Pelatihan Mahasiswa S2 PLS
Materi I : Hakekat TPA sebagai Layanan
09.00-10.30 Dr. Sri Wahyuni, M.Pd
Pengasuhan Ramah Anak
Materi II : Hak-hak Anak dan Masalah Tumbuh Siti Asiyah, S.Pd
10.30-12.00 Kembang Anak (Kasek PAUD Restu 2)
12.00-13.00 ISHOMA Panitia
Materi III : Stop Kekerasan pada Anak: Katakan
13.00-14.30 Dr. Ellyn S. Desyanty, M.Pd
Cinta dengan Cinta
14.30-15.00 Evaluasi dan RTL Dr. Endang SR, M.S
15.00-15.15 Penutupan

Tabel 2 Aspek Penilaian dalam Kegiatan Praktek Terbimbing


No Aspek PRA Indikator
1 Ramah Secara Fisiologis Memberikan makan anak tepat waktu
Menyiapkan APE yang cukup untuk anak
Mendampingi anak saat bermain
Membersihkan kuku dan telinga anak secara rutin
Menidurkan anak di siang hari
Memandikan anak di sore hari
Memberikan pertolongan pertama saat anak sakit
Menjaga anak dari gangguan (barang2 berbahaya, serangga, dll
Mendongeng untuk anak-anak
Mengajari anak bernyanyi atau menari
Membantu toilet training
2 Ramah Secara Psikologis Mendengarkan celotehan anak
Menjawab semua pertanyaan anak dengan baik
Bertutur kata lemah lembut
Memberikan pujian pada anak
Menghindari kebiasaan menghukum anak
Tidak membandingkan anak dengan temannya
Tidak menakut-nakuti anak dengan sesuatu
3 Ramah Sosial-emosional Mendamaikan anak yang bertengkar
Memperkenalkan anak dengan teman-temannya
Mengajari anak untuk berbagi
Mengajari anak meminta maaf
Mengajari anak berterimakasih
Mengajari anak untuk menolong temannya
Mengajari anak untuk tampil di depan temannya

permasalahan pengasuhan terhadap minimal satu prinsip-prinsip pengasuhan ramah anak. Kepala
anak di lembaganya masing-masing, seperti pada sekolah juga diikutkan sebagai peserta pelatihan
Tabel 2. dengan harapan agar dapat memiliki pengetahuan
Kegiatan praktik dipantau dan dibimbing dan persepsi yang sama tentang materi pelatihan.
oleh kepala lembaga masing-masing. Fungsi Setiap hari selama 2 minggu selain mendapatkan
kepala lembaga adalah melakukan monitoring laporan dari pengasuh, kepala lembaga juga ikut
dan penilaian terhadap kinerja pengasuh, apakah memonitor perkembangan kinerja setiap pengasuh
sudah melaksanakan pengasuhan sesuai dengan berdasarkan instrumen pelatihan.
200 ABDIMAS PEDAGOGI: Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat, VOL 1 NO 2 APRIL 2108: 193-204

Sebagai langkah akhir dari program ini adalah prinsip pengasuhan ramah anak secara sosial
kegiatan evaluasi terhadap penyelenggaraan emosional. Hanya 15% peserta menyatakan jarang
program. Aspek yang dievaluasi diantaranya adalah melakukan prinsip pengasuhan ramah anak secara
penyajian materi dan ketercapaian pelaksanaan fisiologis, 22% menyatakan jarang melakukan
kegiatan praktek. Masing-masing aspek dinilai prinsip pengasuhan ramah anak secara psikologis,
dengan menggunakan instrumen yang berbeda. dan 14% menyatakan jarang melaksanakan prinsip
Untuk menilai efektifitas penyajian materi, telah pengasuhan ramah secara sosial emosional.
dikembangkan instrumen seperti Tabel 3. Permasalahan yang sering dialami oleh sebagian
Berdasarkan hasil pengisian intrumen besar pengasuh adalah masalah pertengkaran antar
tersebut, diperoleh hasil penilaian sebagai berikut teman. Hal ini wajar karena setiap anak usia dini
85% peserta menyatakan senang mengikuti masih memiliki rasa egosentris yang sangat tinggi.
pelatihan dengan memberikan skor 5, 15% Permasalahan lain yang dikeluhkan oleh pengasuh
memberikan skor 4. Materi pelatihan dinyatakan adalah masalah kurangnya kerjasama dan perhatian
oleh 90% peserta sangat bermanfaat, dan orang tua terhadap permasalahan anak.
83%% peserta menyatakan bahwa penyampaian Kegiatan pelatihan dinilai dapat meningkatkan
materi telah dilakukan dengan metode yang kompetensi pengasuh sehingga mampu
menyenangkan. Bahasa yang digunakan oleh meningkatkan kualitas pengasuhan anak usia dini.
pemateri dapat dipahami dengan baik oleh 87% Menurut beberapa ahli usia dini merupakan masa
peserta. Menurut 97% peserta media, sarpras, dan keemasan (golden age) atau jendela kesempatan
ruangan yang digunakan untuk pelatihan dirasakan (window opportunity) bagi tumbuh kembang
cukup nyaman dan mendukung kegiatan. Jadwal anak. Freud berpendapat bahwa seluruh proses
kegiatan menurut 95% peserta dilaksanakan secara pemasakan fisik, kognisi, dan sosial terjadi pada
konsisten dan panitia melayani kegiatan dengan masa ini. Secara fisik maupun psikologis anak
ramah. Sedangkan untuk pelaksanaan praktek usia dini, perkembangan motorik halus dan
terbimbing semua peserta telah mengumpulkan kasarnya mulai berkembang dan mengalami
instrumen penilaian kegiatan. Instrumen telah terisi pemasakan. Secara kognisi, pada masa ini otak
dengan baik. Secara fisiologis dapat disimpulkan anak sedang dibentuk menjadi struktur otak yang
bahwa hampir 85% peserta menyatakan sering lengkap. Secara sosial, pada masa tersebut anak
melakukan aktifitas pengasuhan yang ramah sedang mengembangkan pola sosialisasi (Wilson,
secara fisiologis. Sekitar 78% peserta menyatakan 2009:12).
sering melakukan pengasuhan berdasarkan prinsip Masa usia dini juga merupakan masa
pengasuhan ramah anak secara psikologis, dan kritis dimana jika terjadi kesalahan pengasuhan
86% peserta menyatakan selalu menerapkan atau perlakuan terhadap anak usia dini akan

Tabel 3 Instrumen Penilaian Penyajian Materi


Skala Penilaian
No Aspek Yang Dinilai
1 2 3 4 5
1. Saya merasa senang mengikuti pelatihan ini
2. Materi pelatihan sesuai dengan kebutuhan saya
3. Materi disampaikan dengan metode yang menyenangkan
4. Saya diajak terlibat secara aktif dalam proses penyampaian materi
5. Bahasa yang digunakan pemateri dapat saya pahami dengan baik
6. Media yang digunakan sesuai dengan materi yang disampaikan
7. Jadwal kegiatan dilaksanakan secara konsisten dan tepat waktu
8. Sarana prasarana pelatihan mendukung proses pelatihan
9. Ruangan yang digunakan terasa nyaman dan layak
10. Panitia melayani saya dengan ramah dan penuh perhatian
Wahyuni, dkk, Peningkatan Kompetensi Pengasuh melalui Pelatihan Pengasuhan... 201

berdampak serius pada perkembangan selanjutnya. Secara umum tujuan pendidikan anak usia
Sebagaimana teori Erik Erickson yang mengatakan dini adalah mengembangkan berbagai potensi
bahwa tugas perkembangan yang harus diselesaikan anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan
pada masa ini adalah kemandirian sekaligus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
dapat memperkecil perasaan malu dan ragu-ragu. Pendidikan anak usia dini bisa dimaknai sebagai
Kesalahan asuhan pada masa ini akan menyebabkan usaha mengoptimalkan potensi-potensi luar
anak berkembang ke arah sikap maladaptif. Pada biasa anak melalui upaya pendidikan, pembinaan
masa usia dini saat anak mengembangkan inisiatif, terpadu, maupun pendampingan. Upaya stimulasi
jika hal ini tidak terfasilitasi dengan baik maka yang maksimal pada anak usia dini akan
akan menjadi jiwa yang penakut dan pasif (Anita, berpengaruh positif pada proses tumbuh kembang
2015:11), dengan demikian menurut Janet (2001) anak usia dini. Sebaliknya jika stimulasi kurang
kualitas tahun pertama menentukan kualitas di memadai maka proses tumbuh kembang anak juga
masa depan. tidak maksimal.
Mengingat nilai strategis masa usia dini, Secara khusus menurut Asmawati (2008)
maka diperlukan suatu rangsangan melalui pendidikan anak usia dini berfungsi untuk
program pendidikan bagi anak usia dini agar dapat menanamkan disiplin, mengenalkan dunia
mengalami kesempurnaan tumbuh kembang. sekitar, menumbuhkan sikap perilaku yang
Menurut Hasan (2009) pendidikan anak usia dini baik, kemampuan bersosialisasi, membangun
merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan kreatifitas, dan menyiapkan anak untuk memasuki
pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan jenjang pendidikan selanjutnya. Sedangkan
dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan menurut Sujiono (2009:43) pendidikan anak
fisik (motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya usia dini memiliki maksud untuk menumbuhkan
pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan kepercayaan anak pada Tuhan, mengembangkan
spiritual), sosio emosional (sikap, perilaku, dan keterampilan fisik motorik, mengembangkan
agama), bahasa, dan komunikasi sesuai dengan kemampuan berbahasa, melatih berpikir logis dan
keunikan dan tahap perkembangan yang dilalui kritis, serta mengenalkan anak pada lingkungan dan
oleh anak usia dini. Senada dengan hal ini alam sekitar. Sementara itu Cochran sebagaimana
Santrock (2007) berpendapat bahwa pendidikan dikutip Brown (2011:7) berpandangan bahwa
anak usia dini merupakan pendidikan yang keberadaan lembaga PAUD juga dimaksudkan
mempedulikan perkembangan fisik, kognitif, dan sebagai lembaga yang menyediakan sebuah
sosial anak melalui sebuah proses pembelajaran kesempatan bagi wanita untuk memasuki pasar
yang diorganisasikan sesuai minat dan gaya kerja dan menjaga anak-anak yang ditinggal kerja
belajar anak. orang tuanya. Berdasarkan beberapa pendapat
Secara substansi pendidikan anak usia dini tersebut maka PAUD harus diselenggarakan sesuai
menurut Arifin (2011:2) harus disiapkan sejak dengan prinsip tertentu.
anak dalam kandungan, atau bahkan dimulai dari Prinsip penyelenggaraan pendidikan
pendidikan pranikah bagi calon suami istri atau anak usia dini menurut Asmawati (2008:131)
calon orang tua. Oleh karena itu Ki Hajar Dewantara hendaknya dilakukan melalui belajar dan bermain
menyebutkan bahwa pendidikan anak harus (learning through games), karena melalui bermain
dilakukan melalui konsep Tri Pusat yang terdiri anak akan memperoleh kesempatan untuk
dari sekolah-keluarga-masyarakat. Ketiga lembaga bereksplorasi (exploration), menemukan (finding),
tersebut perlu bersinergi untuk mendukung tumbuh mengekspresikan (expression) perasaan, dan
kembang anak sesuai dengan nilai dan budaya yang berkreasi (creation). Secara khusus prinsip-prinsip
berkembang di masyarakat. Harini (2003) juga penyelenggaraan pendidikan anak usia dini harus
menyatakan bahwa penyelenggaraan pendidikan dilakukan pada lingkungan yang kondusif, sehingga
adalah tanggungjawab bersama antara keluarga, dapat memberikan keamanan dan kenyamanan bagi
masyarakat, dan pemerintah. Hal ini bermakna proses belajar anak, menggunakan pembelajaran
bahwa keberhasilan dalam pendidikan anak usia terpadu, mengembangkan berbagai kecakapan
dini ditentukan oleh peran ketiga lembaga tersebut. hidup, dan menggunakan berbagai media edukatif
202 ABDIMAS PEDAGOGI: Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat, VOL 1 NO 2 APRIL 2108: 193-204

dan sumber belajar dari lingkungan alam sekitar masyarakat.


(by utilities) atau bahan yang sengaja disiapkan (by Kekerasan terhadap anak di Indonesia
desain). semakin memprihatinkan. Ironisnya, kekerasan
Keberadaan PAUD di Indonesia sudah menja- justru banyak terjadi di sekolah yang seharusnya
di program nasional yang penyelenggaraannya dia- menjadi tempat yang aman dan nyaman untuk
tur oleh undang-undang. Berdasarkan Undang-un- belajar dan tumbuh kembang anak. Sebuah riset
dang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 LSM Plan International dan International Center
tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 4, for Research on Women (ICRW) yang dirilis awal
PAUD merupakan suatu upaya pembinaan yang di- Maret 2015 menunjukkan data yang mengejutkan.
tujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia Dari survei yang diambil di Jakarta dan Kabupaten
6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rang- Serang, Banten, 84% anak Indonesia mengalami
sangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan kekerasan di sekolah. Melihat kondisi yang
dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak semakin memprihatinkan ini, maka perlu adanya
memiliki kesiapan dalam pendidikan lebih lanjut. upaya untuk mengembalikan lembaga pendidikan
Selanjutnya pada pasal 28 diterangkan sebagai ke fungsi utama sebagai tempat belajar yang
berikut: (1) pendidikan anak usia dini diseleng- aman bagi anak dalam format pendidikan atau
garakan sebelum jenjang pendidikan dasar; (2) pengasuhan ramah anak.
pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan Pengasuhan ramah anak merupakan sebuah
melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan/ pola pengasuhan yang berlandaskan pada konsep
atau informal; (3) pendidikan anak usia dini jalur pendidikan ramah anak, yang diharapkan dapat
pendidikan formal: TK, RA, atau bentuk lain yang dipahami oleh semua praktisi pendidikan, tidak ter-
sederajat; (4) pendidikan anak usia dini jalur pen- kecuali para pendidik TPA. Pengasuhan ramah anak
didikan nonformal: KB, TPA atau bentuk lain yang adalah pengasuhan yang mengedepankan rasa kasih
sederajat; (5) pendidikan anak usia dini jalur pen- sayang tanpa diskriminasi dan berorientasi pada up-
didikan informal: pendidikan keluarga atau pendi- aya pemenuhan hak anak secara komprehensif. Pen-
dikan yang diselenggarakan oleh lingkungan. Hal gasuhan ramah anak menjadi hal yang sangat pent-
ini diperjelas kembali pada peraturan Menteri Pen- ing untuk dimasyarakatkan sebagai upaya mendidik
didikan dan Kebudayaan Nomor 146 taun 2014 anak sesuai dengan tumbuh kembang anak. Mod-
tentang kurikulum 2013 PAUD, Nomor 137 tahun el ini juga dapat bermanfaat sebagai upaya untuk
2014 tentang Standar Nasional PAUD, dan Nomor meminimalisir kekerasan pada anak (child abuse).
84 tahun 2014 tentang Pendirian Satuan PAUD. Pengasuhan ramah anak merupakan pendidikan
Penyelenggaraan masing-masing satuan PAUD yang mengedepankan rasa kasih sayang dan bukan
harus bersinergi, sehingga pemerintah mengelu- kekerasan, mengedepankan pujian bukan umpatan,
arkan kebijakan penyelenggaraan PAUD Holistik mengedepankan asah, asih asuh bukan tekanan dan
dan Integratif atau PAUD Terpadu (kompas.com, menghormati hak-hak anak (Hermawati, 2012).
2012), seperti diatur dalam Peraturan Presiden No Ada tiga prinsip pengasuhan ramah anak, yaitu (1)
60 Tahun 2013. pendidikan tanpa diskriminasi yang bermakna per-
PAUD di Indonesia perlu mengembangkan lakukan anak dengan seadil-adilnya tanpa mem-
visi terwujudnya anak sehat, cerdas ceria dan beda-bedakan anak atas dasar perbedaan asal usul,
berakhlak mulia serta memiliki kesiapan fisik suku, agama, ras, jenis kelamin, dan status sosial;
maupun mental dalam memasuki pendidikan lebih (2) pendidikan tanpa kekerasan, yaitu pendidikan
lanjut, dengan mengembangkan misi berikut: yang menghargai hak-hak anak dan memberikan
(1) meningkatkan perluasan dan pemerataan kepercayaan penuh kepada anak serta menghindari
akses layanan PAUD melalui penyelenggaraan pelampiasan kemarahan pada anak; (3) pendidikan
PAUD yang mudah, murah, tetapi bermutu; dengan kasih sayang, yakni pendidikan dengan
(2) meningkatkan kesadaran, kemampuan dan penuh kasih sayang yang memberikan kasih sayang
partisipasi aktif masyarakat dalam memberikan dalam mendidik sehingga anak dapat hidup dengan
layanan PAUD; (3) memberikan layanan prima karakter positif dan rasa percaya diri yang tinggi
(efektif, efisien, akuntabel, dan transparan) kepada karena mereka merasa terlindungi dan nyaman.
Wahyuni, dkk, Peningkatan Kompetensi Pengasuh melalui Pelatihan Pengasuhan... 203

Kasih sayang kepada anak dapat diungkapkan efektif bagi peserta didik sebagai tempat mencari
dengan berbagai cara, diantaranya denganmelakukan ilmu, saling memberikan kasih sayang dan mengasuh
hal-hal berikut: (1) sering mengekspresikan cinta anak-anak sebagai generasi penerus bangsa (7)
kepada anak dengan sentuhan dan pelukan; (2) nyaman, yaitu suasana yang membuat anak menjadi
mengungkapkan kasih sayang kepada anak dengan kerasan dalam melakukan aktivitas; (8) aspiratif yang
lembut dan tulus; (3) memberikan belaian menjelang berarti bahwa satuan pendidikan sebagai lembaga
tidur atau akan bepergian sehingga memberikan selalu menampung dan menggali masukan baik dari
rasa aman dan nyaman pada anak; (4) meakukan anak, pendidik, tenaga kependidikan dan masyarakat
komunikasi yang teratur dalam keluarga sehingga dan (9) komunikatif, yaitu adanya jalinan aktif antara
dapat membangun keyakinan pada anak bahwa anak, pendidik tenaga kependidikan dan masyarakat
keluarga saling menyayangi satu sama lain; dan untuk menciptakan suasana transparan dan dapat
(5) mewujudkan kasih sayang kepada anak secara dipertanggungjawabkan.
konsisten, ketika anak melakukan kesalahan maka Pengasuhan ramah anak dapat dilakukan di
perlu dipahamkan dan ditegur dengan bahasa yang lingkungan keluarga atau di lembaga pendidikan.
lembut dan tegas. Sebaliknya jika anak melakukan Lembaga pendidikan saat ini telah memiliki fungsi
kebaikan maka anak layak untuk mendapatkan pujian. pengganti dari keluarga dalam hal pengasuhan
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk memuji terhadap anak. Oleh karena itu upaya untuk
anak dengan baik, yaitu (1) pujian diungkapkan mencipatak pengasuhan ramah anak di setiap lembaga
dengan sepenuh hati dan ikhlas; (2) mengusahakan pendidikan menjadi hal yang sangat mendesak harus
kontak mata dengan anak ketika memberi pujian; (3) diwujudkan. Semua upaya pengasuhan ramah anak
pujian diberikan segera saat anak sedang melakukan baik di keluarga maupun di sekolah, pada dasarnya
perbuatan baik; dan (4) pujian harus bebas dari pujian diarahkan untuk pemenuhan hak anak, yang meliputi
yang berlebihan dengan komentar negatif atau 10 hak yaitu (1) hak untuk bermain, dimana setiap
membandingkan. anak berhak mendapatkan waktu bermain dengan
Visi Pengasuhan Ramah Anak adalah teman-temannya; (2) hak mendapatkan pendidikan,
terwujudnya anak yang cerdas, sehat terampil dan yaitu bahwa anak berhak dapat mengenyam
berkualitas. Sedangkan miisi Pendidikan RamahAnak, pendidikan agar nantinya dapat menjadi manusia
meliputi (1) Melaksanakan PAKEM ( Pembelajaran yang berkualitas; (3) hak mendapatkan perlindungan,
Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) yaitu anak berhak mendapatkan perlindungan dari
berdasarkan Iman dan Taqwa; (2) Meningkatkan ancaman, penindasan, atau pelecehan; (4) hak
profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan; mendapatkan identitas atau nama yang baik; (5)
(3) Melaksanakan pembiasaan berperilaku hidup hak mendapatkan status kebangsaan yang jelas;
sehat dan bersih; (4) Mengoptimalkan tumbuh (6) hak mendapatkan makanan yang halal dan
kembang anak; dan (5) Melaksanakan pendidikan bergizi; (7) hak mendapatkan akses kesehatan,
berbasis ketrampilan. Indikator Pendidikan Ramah yaitu setiap anak berhak mendapatkan perawatan
Anak adalah pendidikan yang mengedepankan (1) sebaik-baiknya ketika sakit hingga sembuh; (8)
rasa riang, yaitu anak selalu merasa senang dalam hak mendapatkan rekreasi atau hiburan; (9) hak
melakukan kegiatan, tidak bosan dan tidak jemu; mendapatkan kesamaan, yaitu anak berhak untuk
(2) aman dan sehat, yaitu situasi yang memberikan berpendapat serta membuat pilihan; dan (10) hak
jaminan keselamatan dan kesehatan yang bersifat berperan dalam pembangunan bangsa (Hapsari,
fisik dan psikis; (3) menarik, yaitu kondisi dinamis 2013). Oleh karena itu penciptaan lingkungan yang
yang menumbuhkan minat untuk mengembangkan ramah anak di sekolah maupun di keluarga menjadi
potensi anak; (4) aktif, berarti adanya partisipasi hal yang sangat penting, sebab menurut Dorothy Law
yang ditunjukkan oleh anak, pendidik dan tenaga anak belajar dari lingkungannya (Children Learn
kependidikan serta masyarakat; (5) menghormati hak What They Live). Maka dengan pelatihan ini terbukti
anak, yaitu terjaminnya pemenuhan hak anak seperti bahwa kualitas wawasan pengasuh terhadap konsep
hak hidup, tumbuh kembang, perlindungan, dan pendidikan ramah anak meningkat, sehingga mampu
partisipasi dalam lingkungan pendidikan atau sekolah; meningkatkan pengasuhan ramah anak secara
(6) asah, asih, asuh, bermakna satuan pendidikan yang fisiologis, psikologis, dan sosial emosional.
204 ABDIMAS PEDAGOGI: Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat, VOL 1 NO 2 APRIL 2108: 193-204

SIMPULAN DAN SARAN Ottawa Canada: Nine Pines Publishing.


Simpulan Goleman, D. 1997, Kecerdasan Emoslonal:
Mengapa EI lebih penting dori IQ?
Secara umum dapat disimpulkan bahwa
Diterjemalrkan dari Emotional Intellegence,
kegiatan pelatihan ini telah terlaksana dengan baik
alih batrasa oleh susi Purwoko, Jakarta: PT
sesuai dengan perencanaan, dengan tercapainya
Crrarnedia Fustaka Utama.
target, yaitu: (1) Peserta dapat memahami materi
Hadad, L. 2001. An Integrated Approach to
pelatihan dengan baik, khusunya tentang hakekat
Early Childhood Education and Care; A
Taman Penitipan Anak sebaga layanan pengasuhan
Preleminary Study. Contribution to the
ramah anak, hak-hak dan masalah tumbuh kembag
workshop: Toward a systemic
anak, dan prinsip pengasuhan dan mendidik anak
Hasan, M. 2009. Pendidikan Anak Usia Dini
dengan cinta; dan (2) Peserta pelatihan telah
(PAUD). Diva Press. Yogyakarta.
mampu menerapkan prinsip-prinsip pengasuhan
Janet, G., & Diane, W. 2001. Infant, Toddler, and
ramah anak pada kegiatan pengasuhan sehari-hari
Caregivers. London: Delmars Publishers.
di lembaga masing-masing.
Kemdikbud, 2013. Rencana Strategis Pendidikan
(http://www. kemdikbud.go.org)
Saran
Kompas.com. 2013. Jumlah PAUD Terpadu
Berdasarkan hasil kegiatan tersebut, maka Akan Dilipatgandakan. (http:/ kompas.com.
saran yang dapat diajukan kepada pihak yang diakses tgl 9 Oktober 2013).
terkait, diantaranya yaitu: (1) Kepada pihak KPAI. 2015. Kekerasan Terhadap Anak: Upaya
HIMPAUDI sebagai lembaga mitra hendaknya Preventif dan Kuratif (http:/ kpai.go.id
secara rutin melaksanakan kegiatan pembinaan diakses
terhadap para pendidk PAUD khususnya para Megawangi, R. 2004. Pendidikan Karalder:
pengasuh TPA; dan (2) Kepada pihak perguruan Solusi yang Tepat untuk Membangun Bangsa.
tinggi hendaknya sering memberikan fasilitas Jakarta: lndonesia Heritage Foundation.
untuk kegiatan pengabdian kepada masyarakat Santrock, J. W. 2007. Perkembangan Anak. Boston:
terutama untuk kegiatan pembinaan terhadap Mc. Graw Hill.
lembaga PAUD, khususnya dalam hal peningkatan Sujiono, Yuliani, N.2009. Konsep Dasar
kompetensi pendidiknya. Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT
Indeks
DAFTAR RUJUKAN tanggal 29 Oktober 2015).
Arifin, I. 2011. Kepemimpinan HIMPAUDI: Studi UNESCO. 2005. Policy Review Report: Early
Kasus di Kota Malang. Malang: Aditya Childhood Care and Education in Indonesia.
Media Publishing. Early Childhood and Family Policy Series,
Asmawati, L. 2008. Pengelolaan Kegiatan No. 10.
Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Wahyuni, S. 2013. Pembinaan Karakter Pendidik
Penerbit Universitas Terbuka. PAUD Berbasis Nilai-nilai Agamis. Laporan
Brock, A. Building a Model of Early Years Penelitian. Malang: Universitas Negeri
Professionalism from Practitioners Malang.
Perspectives. 27 Nopember 2013 published Wahyuni, S. 2014. Perencanaan Strategis
online by Journal of Early Childhood Pengembangan Lembaga PAUD Terpadu:
Research: SAGE Publications. Studi multikasus pada Tiga Lembaga PAUD
Brown, C., Lisa, A., & John, W. 2011. Introduction: Terpadu di Kota Malang. Laporan Penelitian.
Crossiy Boendaries and CollidingWorld: Malang: Universitas Negeri Malang.
The Polities of Prekindergarten Education. Wahyuni, S. 2015. Peningkatan Nilai Strategis
Journal Educational Policy. Vol. 25. No. 1. Jasa Layanan Lembaga PAUD: Studi
pp. 3-8 Multisitus pada Tiga Lembaga PAUD
Danesh, H.8.1994. The Psychology of Spirituality. di Kota Malang. Disertasi. Malang:
Victoria Canada: Paradigm Publishing. Universitas Negeri Malang.

Anda mungkin juga menyukai