Anda di halaman 1dari 52

SOSIOLOGI KELUARGA

(Modul Untuk Lingkungan Sendiri)

Disusun Oleh :

HENDRA PRIJATNA, M.Pd

Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Universitas Bale Bandung (UNIBBA)


2012

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR Page 1


Individu, Keluarga dan Masyarakat

Individu
Individu berasal dari kata latin “individuum” artinya yang tidak terbagi, maka
kata individu merupakan sebutan yang dapat digunakan untuk menyatakan suatu
kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Kata individu bukan berarti manusia sebagai
suatu keseluruhan yang tak dapat dibagi, melainkan sebagai kesatuan yang terbatas yaitu
sebagai manusia perseorangan. Dalam pandangan psikologi sosial, manusia itu disebut
individu bila pola tingkah lakunya bersifat spesifik dirinya dan bukan lagi mengikuti
pola tingkah laku umum.
Perkembangan manusia yang wajar dan normal harus melalui proses
pertumbuhan dan perkembangan lahir batin. Dalam arti bahwa individu atau pribadi
manusia merupakan keselurhan jiwa raga yang mempunyai cirri-ciri khas tersendiri.
Walaupun terdapat perbedaan pendapat diantara para ahli, namun diakui bahwa
pertumbuhan adalah suatu perubahan yang menuju kearah yang lebih maju, lebih
dewasa.
Timbul berbagai pendapat dari berbagai aliran mengenai pertumbuhan:
 Menurut aliran asosiasi
pertumbuhan pada dasarnya adalah proses asosiasi. Pada proses asosiasi yang primer
adalah bagian-bagian. Bagian-bagian yang ada lebih dahulu, sedangkan keseluruhan
ada pada kemudian. Bagian-bagian ini terikat satu sama lain menjadi keseluruhan
asosiasi.
 Menurut aliran psikologi gestalt
pertmbuhan adalah proses diferensiasi. Dalam proses diferensiasi yang pokok adalah
keseluruhan sedang bagian-bagian hanya mempunyai arti sebagai bagian dari
keseluruhan dalam hubungan fungsional dengan bagian-bagian yang lain. Jadi
menurut proses ini keselurhan yang lebih dahulu ada, baru kemudian menyusul
bagian-bagiannya.
 Menurut aliran sosiologi
pertumbuhan itu adalah proses sosialisasi yaitu proses perubahan dari sifat mula-
mula yang asosial atau juga sosial kemudian tahap demi tahap disosialisasikan.
Tahap pertumbuhan individu berdasarkan psikologi
1. Masa vital yaitu dari usia 0.0 sampai kira-kira 2 tahun.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR Page 2


2. Masa estetik dari umur kira-kira 2 tahun sampai kira-kira 7 tahun
3. Masa intelektual dari kira-kria 7 tahun sampai kira-kira 13 tahun atau 14 tahun
4. Masa sosial, kira-kira umur 13 atau 14 tahun sampai kira-kira 20 – 21 tahun
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan:
1. Pendirian Nativistik. Menurut para ahli dari golongan ini berpendapat bahwa
pertumbuhan itu semata-mata ditentukan oleh factor-faktor yang dibawa sejak lahir
2. Pendirian Empiristik dan environmentalistik. Pendirian ini berlawanan dengan
pendapat nativistik, mereka menganggap bahwa pertumbuhan individu semata-nmata
tergantung pada lingkungan sedang dasar tidak berperan sama sekali.
3. Pendirian konvergensi dan interaksionisme. Aliran ini berpendapat bahwa interaksi
antara dasar dan lingkungan dapat menentukan pertumbuhan individu.

Keluarga
Keluarga adalah unit/satuan masyarakat terkecil yang sekaligus merupakan suatu
kelompok kecil dalam masyarakat. Kelompok ini dalam hubungannya dengan
perkembangan individu sering dikenal dengan sebutan primary group. Kelompok inilah
yang melahirkan individu dengan berbagai macam bentuk kepribadiannya dalam
masyarakat.
Keluarga mempunyai 4 karakteristik yang memberi kejelasan tentang konsep
keluarga
1. Keluarga terdiri dari orang-orang yang bersatu karena ikatan perkawinan, darah atau
adopsi. Yang mengiakat suami dan istri adalah perkawinan, yang mempersatukan
orang tua dan anak-anak adalah hubungan darah (umumnya) dan kadang-karang
adopsi.
2. para anggota suatu keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah dan
mereka membentuk sautu rumah tangga (household), kadang-kadang satu rumah
tangga itu hanya terdiri dari suami istri tanpa anak-anak, atau dengan satu atau dua
anak saja
3. Keluarga itu merupakan satu kesatuan orang-orang yang berinteraksi dan saling
berkomunikasi, yang memainkan peran suami dan istri, bapak dan ibu, anak laki-laki
dan anak perempuan
4. Keluarga itu mempertahankan suatu kebudayaan bersama yang sebagian besar berasal
dari kebudayaan umum yang lebih luas.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR Page 3


Dalam bentuknya yang paling dasar sebuah keluarga terdiri atas seorang laki-laki
dan seorang perempuan, dan ditambah dengan anak-anak mereka yang belum menikah,
biasanya tinggal dalam satu rumah, dalam antropologi disebut keluarga inti. satu
keluarga ini dapat juga terwujud menjadi keluarga luas dengan adanya tambahan dari
sejumlah orang lain, baik yang kerabat maupun yang tidak sekerabat, yang secara
bersama-sama hidup dalam satu rumah tangga dengan keluarga inti.
Emile Durkheim mengemukakan tentang sosiologi keluarga dalam karyanya :
Introduction a la sosiologi de la famile (mayor Polak, 1979: 331). Bersumber dari karya
ini muncul istilah : keluarga conjugal : yaitu keluarga dalam perkawinan monogamy,
terdiri dari ayah, bibi, dan anak-anaknya. Keluarga conjugal sering juga disebut keluarga
batih atau keluarga inti.
Koentjaraningrat membedakan 3 macam keluarga luas berdasarkan bentuknya :
1. keluarga luas utrolokal, berdasarkan adapt utrolokal, terdiri dari keluarga inti senior
dengan keluarga-keluarga batih/inti anak laki-laki maupun anak perempuan
2. keluarga luas viriolokal, berdasakan adapt viriolokal, terdiri dari satu keluarga inti
senior dengan keluarga-keluarga inti dari anak-anak lelaki
3. Keluarga luas uxorilokal, berdasarkan adapt uxorilokal, terdiri dari satu keluarga inti
senior dengan keluarga-keluarga batih/inti anak-anak perempuan
Dalam keluarga sering kita jumpai adanya pekerjaan-pekerjaan yang harus
dilakukan. Suatu pekerjaan yang harus dilakukan itu biasanya disebut fungsi. Fungsi
keluarga adalah suatu pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan didalam atau oleh
keluarga itu.
Macam-macam fungsi keluarga adalah
1. Fungsi biologis
2. Fungsi Pemeliharaan
3. Fungsi Ekonomi
4. Fungsi Keagamaan
5. Fungsi Sosial
Pengertian keluarga menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:
1) Menurut Khairuddin (1997:3) merumuskan inti sari pengertian keluarga sebagai
berikut:
a. Keluarga merupakan kelompok sosial kecil yang umumnya terdiri dari ayah, ibu,
dan anak.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR Page 4


b. Hubungan sosial diantara angota keluarga relatif tetap dan berdasarkan atas ikatan
darah, perkawinan, dan atau adopsi.
c. Hubungan antar angota keluarga dijiwai oleh suasana kasih sayang dan rasa
tanggung jawab.
d.Fungsi keluarga ialah merawat, memelihara dan melindingi anak dalam rangka
sosialisasinya agar mereka mampu mengendalikan diri dan berjiwa sosial.
2) Menurut Kartono (1977:59) mengemukakan keluarga merupakan persekutuan hidup
primer dan alami di antara seorang wanita, yang dekat dengan tali pekawinan dan
cinta kasih.
Berdasarkan pengertian lingkungan dan pengertian keluarga di atas dapat
disimpulkan bahwa lingkungan keluarga adalah segenap stimuli, interaksi, dan kondisi
dalam hubungannya dengan perilaku ataupun karya orang lain yang berada disekitar
sekelompok orang yang terikat oleh darah, perkawinan, dan atau adopsi.

Ciri-ciri Keluarga
a. Ciri-ciri Umum Keluarga
Menurut Mac Iver dan Page dalam Khairuddin (1997:6) ciri-ciri umum keluarga
adalah sebagai berikut:
1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.
2. Berbentuk perkawinan atau susunan kelembagaan yang berkenaan dengan
hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk dan dipelihara.
3. Suatu sistem tata nama, termasuk perhitungan garis keturunan.
4. Ketentuan-ketentuan ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggota kelompok
yang mempunyai ketentuan khusus terhadap kebutuhan-kebutuhan ekonomi
yang berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan
membesarkan anak.
5. Merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga yang walau
bagaimanapun tidak mungkin terpisah terhadap kelompok keluarga.
b. Ciri-ciri Khusus Keluarga
Menurut Khairuddin (1997:7) cirri-ciri khusus keluarga adalah:
1. Kebersamaan
2. Dasar-dasar emosional
3. Pengaruh perkembangan
4. Ukuran yang terbatas
PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR Page 5
5. Posisi inti dalam struktur sosial
6. Tanggung jawab para anggota
7. Aturan kemasyarakatan

Lembaga Keluarga
Ciri-Ciri Keluarga
Keluarga umumnya bersifat universil, artinya yang namanya keluarga itu dimana-
mana sama, yang mempunyai tugas antara lain :
 Mengontrol hubungan kelamin, tempat kelahiran bagi anak-anak yang syah, dll.
 Kingsley Davis, dalam bukunya “Human Society” (1969) menyebutkan bahwa fungsi
keluarga antara lain adalah reproduksi (mengatur keturunan), mengatur sistem
penggantian, mendidik balita, dll.

Tipe Keluarga :
1. Keluarga dapat diklasifikasikan secara luas dalam
hubungannya dengan pola hubungan keluarga.
 Keluarga Konjugal (Conjugal Family) atau keluarga kecil (nuclear family)
yakni keluarga yang terdiri dari ayah ibu dan anak-anaknya.
 Keluarga Konsanguini (Consanguine Family) atau sering disebut keluarga
besar (exstended family), yakni keluarga yang didasarkan atas hubungan
darah (kakek-nenek, paman, kemenakan, dll.).
Umumnya dalam setiap masyarakat berlaku kedua sistem kekeluargaan tersebut.
2. Keluarga dapat juga digolongkan menurut bentuk perkawinannya.
a. Monogami (monogamy) yakni sistem kekeluargaan yang didasarkan pada
satu suami satu istri.
b. Poligami (poligamy) yakni sistem kekeluargaan dimana seorang suami
dapat mempunyai lebih dari satu istri atau sebaliknya. Kalau seorang
suami mempunyai lebih dari satu istri disebut polyginy. Kalau seorang
istri mempunyai lebih dari satu suami disebut polyandry.
c. Senogami (cenogamy) yakni sistem kekeluargaan yang membolehkan
suami istri mempunyai lebih dari satu istri atau suami.
3. Disamping sistem perkawinan, keluarga dapat juga dibedakan menurut tata cara
pemilihan calon suami/istri.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR Page 6


d. Endogami (Endogamy) menentukan bahwa seseorang harus memilih
calon suami/istri dalam kelompoknya sendiri.
e. Eksogami (Exogamy) menentukan bahwa seseorang harus memilih calon
suami/istri dari luat kelompoknya sendiri.
4. Keluarga juga digambarkan menurut sumber otoritasnya.
a. Keluarga patriarkal (patriarchal) ditandai dengan
kekuasaan dipihak laki-laki.
b. Keluarga matriarkal (matriarchal) ditandai dengan
kekuasaan dipihak wanita.
c. Equalitarian adalah sistem kekeluargaan yang
membagi kekuasaan sama antara laki-laki dan wanita.
5. Turunan juga merupakan basis untuk membedakan sistem kekeluargaan.
a. Patrilineal adalah sistem
kekeluargaan yang mengaitkan dengan garis turunan laki-laki.
b. Matrilineal adalah sistem
kekeluargaan yang mengaitkan dengan garis turunan perempuan.
c. Bilateral adalah sistem
kekeluargaan yang mengikat hubungan baik melalui garis turunan laki-
laki atau perempuan.
6. Tempat tinggal dapat juga dipakai untuk membedakan sistem kekeluargaan.
a. Keluarga Patrilocal, menggambarkan keadaan
dimana pasangan bertempat tinggal pada keluarga atau desa tempat asal
suami.
b. Keluarga Matrilocal, menggambarkan keadaan
dimana pasangan bertempat tinggal pada keluarga atau desa tempat asal
istri.
c. Keluarga Neolocal, menggambarkan keadaan
dimana pasangan tinggal ditempat yang masih baru (tidak di
desa/keluarga laki-laki atau perempuan).
Disamping klasifikasi yang disebutkan di atas para ahli sosiologi juga
membedakan dua konsep-konsep yang berorientasi pada perkawinan (family of
procreation) yakni keluarga tang terbentuk dari suatu perkawinan dan diakhiri bila salah
satu diantaranya meninggal; dan keluarga yang berorientasi pada kelahiran dan

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR Page 7


sosialisasi (family orientation) yakni keluarga tempat seseorang dilahirkan dan
dibesarkan dan biasanya ikatannya terus menerus sepanjang masa kehidupannya.

Masyarakat
Masyarakat adalah suatu istilah yang kita kenal dalam kehidupan sehari-hari
untuk masyarakat kota, masyarakat desa, masyarakat ilmiah, dan lain-lain. Dalam bahasa
Inggris dipakai istilah society yang berasal dari kata latin socius, yang berarti “kawan”
istilah masyarakat itu sendiri berasal dari akar kata Arab yaitu Syaraka yang berarti “ ikut
serta, berpartisipasi”
Menurut berbagai pandangan msyarakat dapat diartikan :
 Peter L Berger, seorang ahli sosiologi memberikan definisi masyarakat sebagai
berikut : “ masyarakat merupakan suatu keseluruhan kompleks hubungan manusia
yang luas sifatnya.”.
 Koentjaraningrat dalam tulisannya menyatakan bahwa masyarakat adalah
sekumpulan manusia atau kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu
sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan yang terikat oleh suatu rasa
identitas bersama.
 Dalam psikologi sosial masyarakat dinyatakan sebagai sekelompok manusia dalam
suatu kebersamaan hidup dan dengan wawasan hidup yang bersifat kolektif, yang
menunjukkan keteraturan tingkah laku warganya guna memenuhi kebutuhan dan
kepentingan masing-masing.
Menilik kenyataan dilapangan, suatu masyarakat bisa berupa suatu suku bangsa,
bisa juga berlatar belakang dari berbagai suku. Dalam perkembangan dan
pertumbuhannya masyarakat dapata digolongkan menjadi :
1. Masyarakat sederhana
Dalam lingkungan masyarakat sederhana (primitive) pola pembagian kerja
cenderung dibedakan menurut jenis kelamin. Pembagian kerja berdasarkan jenis
kelamin, nampaknya berpangkal tolak dari latar belakang adanya kelemahan dan
kemampuan fisik antara seorang wanita dan pria dalam menghadapi tantangan-
tantangan.
2. Masyarakat Maju

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR Page 8


Masyarakat maju memiliki aneka ragam kelompok sosial, atau lebih dikenal
dengan sebuatan kelompok organisasi kemasyarakatan yang tumbuh dan
berkembang berdasarkan kebutuhan serta tujuan tertentu yang akan dicapai.
Masyarakat non industri. Secara garis besar, kelompok ini dapat digolongkan menjadi
gua golongan yaitu
 Kelompok primer
Dalam kelompok primer, interaksi antar anggotanya terjdi lebih intensif, lebih
erat, lebi akrab. Kelompok ini disebut juga kelompok face to face group.Sifat
interaksi bercorak kekeluargaan dan lebih berdasarkan simpati. Pembagian kerja
atau pembagian tugas pada kelompok ini dititik berakan pada kesadaran,
tanggung jawab para anggota dan berlangsung atas dasar rasa simpati dan secara
sukarela.
 Kelompok sekunder
Dalam kelompok sekunder terpaut saling hubungan tidak langsung, formal, juga
kurang bersifat kekeluargaan. Oleh krn itu sifat interaksi, pembagian kerja, diatur
atas dasar pertimbangan-pertimbagnan rasional obyektif. Para anggota menerima
pembagian kerja atas dasar kemampuan / keahlian tertentu, disamping dituntut
target dan tujuan tertentu yang telah ditentukan.

Dari kesemua itu dapat kita ketahui simpulkan hubungan antara individu,
keluarga dan masyarakat:

Individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan-peranan


yang khas didalam lingkungan sosialnya, meliankan juga mempunyai kepribadian serta
pola tingkah laku spesifik dirinya. Didalam suatu kerumunan massa manusia cenderung
menyingkirkan individualitasnya, karena tingkah laku yang ditampilkannya hampir
identik dengan tingkah laku masa.
Dalam perkembangannya setiap individu mengalami dan dibebankan berbagai
peranan, yang berasal dari kondisi kebersamaan hidup dengan sesama manusia.
Seringkali pula terdapat konflik dalam diri individu, karena tingkah laku yang khas
dirinya bertentangan dengan peranan yang dituntut masyarakatnya. Namun setiap warga
masyarakat yang namanya individu wajar untuk menyesuaikan tingkah lakunya sebagai
bagian dari perilaku sosial masyarakatnya. Keberhasilan dalam menyesuaikan diri atau
memerankan diri sebagai individu dan sebagai warga bagian masyarakatnya memberikan
PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR Page 9
konotasi dalam arti sosial. Artinya individu tersebut telah dapat menemukan
kepribadiannya atau dengan kata lain proses aktualisasi dirinya sebagai bagian dari
lingkungannya telah terbentuk.
Keluarga adalah unit/satuan masyarakat terkecil yang sekaligus merupakan suatu
kelompok kecil dalam masyarakat. Kelompok ini dalam hubungannya dengan
perkembangan individu sering dikenal dengan sebutan primary group. Kelompok inilah
yang melahrikan individu dengan berbagai macam bentuk kepribadiannya dalam
masyarakat. Jadi Keluarga adalah kelompok pertama yang membentuk sifat dari seorang
individu di dalam masyarakat.
Masyarakat adalah sekumpulan manusia atau sekumpulan individu yang saling
berinteraksi satu sama lain, seperti yang kita telah ketahui bahwa manusia ialah makhluk
sosial yang tidak dapat hidup tanpa manusia lain disekitarnya.

Agama dan Keluarga yang Sehat

Manusia adalah makhluk yang secara tabiat mencari kesempurnaan dan tujuan. Ia
tidak puas dengan rutinitas kehidupan yang dijalaninya dan selalu menjauhi stagnansi.
Karena itu, ia bisa menikmati hidup, ketika mampu memahami dengan benar tujuan
keberadaannya di dunia ini. Dapat dikatakan bahwa di dunia saat ini ketidakpuasan yang
dialami manusia bukan karena minimnya tingkat kesejahteraan mereka. Dengan kata
lain, manusia yang hidup sederhana bahkan hidup dalam kondisi sulit sekalipun, bisa
hidup bahagia ketika mampu memaknai kehidupannya dengan benar.
Kehidupan terbaik bisa didapatkan dalam lingkungan keluarga. Laki-laki dan
perempuan, sebagai manifestasi dari penciptaan Allah swt, menjejakkan kaki di bumi ini
untuk bersama-sama memberi makna bagi kehidupan. Dari kehidupan bersama tersebut,
lahir ketentraman dan kasih sayang yang menghantarkan manusia meniti jalan
kesempurnaan secara lebih baik. Dengan dasar inilah, Allah swt dalam al-Quran al-
Karim surat ar-Ruum ayat 21, menyebut salah satu tujuan penciptaan laki-laki dan
perempuan adalah untuk mencapai ketentraman dan kasih sayang.
Sejak permulaan manusia hadir di alam dunia dan lahirnya ikatan pertama
kehidupan, nampak bahwa manusia tumbuh dari lingkungan yang aman bernama
keluarga. Kedatangan nabi Adam as dan Hawa as ke bumi sebagai keluarga pertama,
menunjukkan bahwa manusia senantiasa memerlukan pasangan dalam mengarungi
kehidupan menuju kesempurnaan. Sejak awal penciptaan, manusia telah menyadari
PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR Page 10
secara fitrah bahwa kelanggengan kehidupan, keberlanjutan keturunan, serta
kesempurnaan spiritual, material, fisik dan maupun mental, semuanya bergantung pada
keluarga. Dalam lingkungan keluargalah kita menikmati kelembutan kasih sayang ibu
dan kehangatan pelukan ayah.
Keluarga senantiasa menjadi perhatian agama-agama langit dan berbagai aliran
pemikiran, karena peran vitalnya dalam kehidupan manusia. Keluarga merupakan
lingkungan yang paling tepat untuk memenuhi kebutuhan material dan spiritual manusia.
Saat ini, krisis identitas di dalam keluarga menjadi salah satu ancaman terbesar bagi
masyarakat modern. Meningkatnya angka konflik dalam keluarga, perceraian, dan kian
bertambahnya anak-anak tanpa pengasuh menunjukan krisis fundamental pada
masyarakat modern. Fenomena kemerosotan moral dan pengabaian sisi spiritual di
tengah masyarakat, mengancam tatanan kehidupan sosial, dan korban terbesarnya adalah
keluarga. Munculnya berbagai kekacauan saat ini, memicu kehawatiran berbagai
kalangan. Para pemikir, psikolog, sosiolog dan pakar hukum memandang penyelesaian
krisis ini erat kaitannya dengan masalah keluarga. Mereka mengajukan berbagai
alternatif mengatasi krisis tersebut. Bagaimana pun, hal ini menunjukan bahwa keluarga
memerlukan berbagai bimbingan, wejangan, pendidikan dan pengarahan dalam
menghadapi liku-liku kehidupan.
Sebagian pakar meyakini bahwa sepanjang manusia yang telah maju secara sains
mencampakkan keimanan dan moral, lalu dengan mengatasnamakan kemajuan
meninggalkan tuntunan agama, maka cinta sejati dan kebahagiaan tidak akan pernah ada
dalam keluarga. Selama orang mengingkari perbedaan natural antara pria dan wanita,
maka selalu saja ada penistaam hak kedua jenis gender ini. Sebab, ketidaktahuan akan
kebutuhan asasi masing-masing gender, menjadi kendala utama bagi keluarga untuk bisa
sampai ke tujuan pembentukannya. Ketimpangan-ketimpangan yang ada di zaman
modern ini adalah buah getir dari kekeliruan peran dan pembagian tugas yang tidak logis
antara laki-laki dan perempuan.
Dengan memandang pentingnya pembahasan keluarga di era modern, kami
berupaya mempersembahkan paket acara spesial tentang kedudukan keluarga dan urgensi
pernikahan serta mengupas berbagai patologi hubungan keluarga dengan berporos pada
ajaran agama. Dalam rangkaian acara ini, kami akan menyajikan pembahasan psikologis
dan teori-teori aplikatif dalam ajaran Islam. Kami juga akan mengupas ajaran Islam
tentang bagaimana hubungan yang seharusnya antara anggota keluarga dan hak serta
tanggung jawab masing-masing. Semoga dengan acara ini, para pendengar yang
PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR Page 11
budiman bisa mengenal karakteristik keluarga bahagia beserta cara untuk membentuk
keluarga idaman.
Kini, manusia yang berada dalam bayangan sains dan eksperimen, sampai pada
sebuah hakikat bahwa pilar identitas setiap manusia dibentuk oleh faktor keturunan,
pendidikan dan budaya. Kesejahteraan sebuah masyarakat tergantung pada kondisi
keluarga di masyarakat tersebut. Keluarga adalah kelompok masyarakat kecil yang terdiri
dari suami, istri dan anak-anak. Keanggotaan dalam keluarga adalah hubungan hati antar
sesama dan merasa sebagai bagian dari kelompok sosial yang kecil ini.
Keluarga dari kaca mata ini begitu urgen, karena menjadi tempat untuk berbagi
tradisi, keyakinan dan pengetahuan. Mulai dari cara makan hingga masalah sosial, politik
dan budaya, semuanya bisa terbentuk dalam keluarga. Keluarga menjadi media untuk
memindahkan warisan budaya dan pengalaman dari generasi lampau ke generasi baru.
Dari sini, keluarga merupakan elemen yang berpengaruh bagi kehidupan sosial manusia.
Menurut para pakar sosiologi, keluarga adalah himpunan beberapa orang yang
terikat karena hubungan darah, perkawinan atau pengangkatan anak dan hidup bersama
dalam jangka waktu yang panjang dan tidak ditentukan. Keluarga merupakan tempat
pertama lahirnya emosi kemanusiaan dan tempat menjalin hubungan cinta dan kasih
sayang yang terdalam antar anggotanya.
Keluarga terbentuk dari adanya sebuah pernikahan antar individu. Yaitu
penyatuan komitmen seorang laki-laki dan perempuan. Oleh dasar itulah mereka berani
melangkah kejenjang yang dinamakan dengan pernikahan untuk membentuk sebuah
keluarga. Setelah menikah dan mengucapkan ikrar janji sumpah setia, sepasang suami-
istri memberanikan diri untuka menambah satu atau lebih anggota keluarganya tesebut
dengan memiliki seurang anak atau lebih. Karena mereka beranggapan bahwa, keluarga
membentuk yunit dasar dari masyarakat kita, maka pengaruh sosial yang paling banyak
memiliki efek-efek yang paling menonjol terhadap anggotanya adalah keluarga. Unit
dasar ini memiliki pengaruh yang begitu kuat terhadap perkembangan seorang individu
yang dapat menentukan bergasil-tidaknya kehidupan individu tersebut. Bersamaan
dengan itu pula, keluarga mengadakan “penerimaan” baru bagi masyarakat, dan
menyaipkan anak-anak untuk menerima paran-peran dalam masyarakat.
Keluarga juga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggota
keluarganya. Bagi pasanga suami dan istri atau anggota keluarga yang dewasa, keluarga
berfungsi menstabilisasikan kehidupan mereka, yaitu memenuhi kebutuhan kasih sayang,

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR Page 12


sosio-ekonomi,dan kebutuhan seksual. Bagi anak-anak, keluarga memberikan perawatan
fisik dan perhatian emosional, dan seiring dengan itu, keluraga juga memberikan
pengarahan perkembangan kepribadian. Sitem kelurga merupakan konteks belajar yang
utama bagi suatu perilaku, pikiran dan perasaan dari seorang individu. Orang tua
merupakan “guru” yang utama, kaena orang tua menginterprestasiakan dunia dan
masyarakat bagi anak-anak.
Lingkungan seperti kekuatan-kekuatan yang penting, semata-mata karena
lingkungan mempengaruhi orangtua, dan karena orangtua adalah orang yang
menerjemahkan arti-arti pentig yang dimiliki oleh kekuatan-kekuatan luar kepada anak.
Keluarga telah lama dilihat sebagai konteks yang paling vital bagi pertumbuhan dan
perkembangan yang sehat. Kelurga memiliki pengaruh yang penting sekali terhadap
pembentukan identitas seorang individu dan perasaan harga diri.
Dalam sebuah masyarakat, keluarga dipandang sebagai struktur terkecil dari
masyarakat tersebut yang terdiri dari individu-individu yang merupakan bagian dari
jaringan social yang lebih besar. Keluarga inilah sebagai satu-satunya lembaga social
yang diberi tanggung jawab untuk mengubah suatu organisme biologis menjadi manusia,
yaitu manusia yang memiliki hak dan kewajiban yang berbeda sesuai dengan stratifikasi
yang ada.
Ilmu sosiologi juga menaruh perhatian besar terhadap keluarga, bukan dilihat dari
sisi biologis atau psikologis semata, tetapi lebih menekankan tidak hanya pada hubungan
antar anggota, juga pada hubungan antar keluarga dengan masyarakat yang selalu
mengalami perubahan.
Di semua masyarakat yang pernah dikenal, hampir semua orang hidup terikat
dalam jaringan kewajiban dan hak keluarga yang disebut hubungan peran (role relations).
Seseorang disadarkan akan adanya hubungan peran tersebut karena proses sosialisasi
yang sudah berangsung sejak masa kanak-kanak, yaitu suatu proses dimana ia belajar
mengetahui apa yang dikehendaki oleh anggota keluarga lain daripadanya, yang akhirnya
menimbulkan kesadaran tentang kebenaran yang dikehendaki.(Goode, 1983)
Anak-anak memiliki dunianya sendiri. Hal iu ditandai dengan banyaknya gerak,
penuh semangat, suka bermain pada setiap tempat dan waktu,tidak mudah letih, dan
cepat bosan. Anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang besar dan selalu ingin mencoba
segala hal yang dianggapnya baru. Anak-anak hidup dan berpikir untuk saat ini, sehingga
ia tidak memikirkan masa lalu yang jauh dan tidak pula masa depan yang tidak

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR Page 13


diketahuinya. Oleh sebab itu, seharusnya orang tua dapat menjadikan realitas masa
sekarang sebagai titik tolak dan metode pembelajaran bagi anak.(Zurayk, 1997)
Perkembangan karakter seorang anak dipengaruhi oleh perlakuan keluarga
terhadapnya. Karakter seseorang terbentuk sejak dini, dalam hal ini peran keluarga tentu
sangat berpengaruh. “Keluarga merupakan kelompok sosial terkecil dalam masyarakat.
Bagi setiap orang keluarga (suami, istri, dan anak-anak) mempunyai proses
sosialisasinya untuk dapat memahami, menghayati budaya yang berlaku dalam
masyarakatnya.” (Mudjijono, et al., 1995)
Pendidikan dalam keluarga sangatlah penting dan merupakan pilar pokok
pembangunan karakter seorang anak. Pendidikan dasar wajib dimiliki tidak hanya oleh
masyarakat kota, tetapi juga masyarakat pedesaan. Seseorang yang memiliki tingkat
pendidikan tinggi cenderung lebih dihormati karena dianggap berada strata sosial yang
tinggi. Kualitas seseorang dilihat dari bagaimana dia dapat menempatkan dirinya dalam
berbagai situasi.
“Manusia Indonesia yang berkualitas hanya akan lahir dari renaja yang
berkualitas, remaja yang berkualitas hanya akan tumbuh dari anak yang berkualitas.”
(TOR dalam Mudjijono,et al., 1995). Keluarga sebagai lembaga sosial terkecil memiliki
peran penting dalam hal pembentukan karakter individu. Keluarga menjadi begitu
penting karena melalui keluarga inilah kehidupan seseorang terbentuk.
Sebagai lembaga sosial terkecil, keluarga merupakan miniatur masyarakat yang
kompleks, karena dimulai dari keluarga seorang anak mengalami proses sosialisasi.
Dalam keluarga, seorang anak belajar bersosialisasi, memahami, menghayati, dan
merasakan segala aspek kehidupan yang tercermin dalam kebudayaan. Hal tersebut dapat
dijadikan sebagai kerangka acuan di setiap tindakannya dalam menjalani kehidupan.
Seiring dengan perkembangan zaman, pendidikan moral dalam keluarga mulai luntur.
Arus globalisasi menyerang di segala aspek kehidupan bermasyarakat, tidak hanya
masyarakat kota tetapi juga masyarakat pedesaan. Dengan demikian, tidak dapat
dipungkiri bahwa peran kelurga sangat besar sebagai penentu terbentuknya moral
manusia-manusia yang dilahirkan.

Fungsi Keluarga

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR Page 14


Istilah keberfungsian sosial mengacu pada cara-cara yang dipakai oleh individu
akan kolektivitas seperti keluarga dalam bertingkah laku agar dapat melaksanakan tugas-
tugas kehidupannya serta dapat memenuhi kebutuhannya. Juga dapat diartikan sebagai
kegiatan-kegiatan yang dianggap penting dan pokok bagi penampilan beberapa peranan
sosial tertentu yang harus dilaksanakan oleh setiap individu sebagai konsekuensi dari
keanggotaannya dalam masyarakat. Penampilan dianggap efektif diantarannya jika suatu
keluarga mampu melaksanakan tugas-tugasnya, menurut (Achlis, 1992) keberfungsian
sosial adalah kemampuan seseorang dalam melaksanakan tugas dan peranannya selama
berinteraksi dalam situasi social tertentu berupa adanya rintangan dan hambatan dalam
mewujudkan nilai dirinnya mencapai kebutuhan hidupnya.
Keberfungsian sosial kelurga mengandung pengertian pertukaran dan
kesinambungan, serta adaptasi resprokal antara keluarga dengan anggotannya, dengan
lingkungannya, dan dengan tetangganya dll. Kemampuan berfungsi social secara positif
dan adaptif bagi sebuah keluarga salah satunnya jika berhasil dalam melaksanakan tugas-
tugas kehidupan, peranan dan fungsinya terutama dalam sosialisasi terhadap anggota
keluarganya.
Pada dasarnya keluarga yang terbentuk dalam suatu masyarakat mempunyai
fungsi yang jelas. Keluarga terbentuk dari ikatan pertemuan antara seorang laki-laki dan
perempuan yang pada akhirnya akan hidup dalam satu atap yaitu rumah tangga keluarga.
Fungsi keluarga adalah sebagai berikut:
a. Fungsi biologis
Keluarga merupakan tempat lahirnya anak-anak, fungsi biologis orang tua adalah
melahirkan anak. Fungsi ini merupakan dasar kelangsungan hidup masyarakat
b. Fungsi afeksi
Dalam keluarga terjadi hubungan sosial yang penuh dengan kemesraan dan afeksi.
Hubungan afeksi ini tumbuh sebagai akibat hubungan cinta kasih yang menjadi dasar
perkawinan.
c. Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi ini menujuk peranan keluarga dalam membentuk kepribadian anak.
Melalui interaksi ini anak akan mempelajari pola-pola tingkah laku, sikap, keyakinan,
cita-cita, dan nilai-nilai di kehidupan masyarakat dalam rangka perkembangan
kepribadiannya (Khairuddin 1997:48).
Keluarga tetap merupakan kelompok sosial pertama dan utama bagi manusia dan
termasuk lembaga sosial terpenting. Dalam pergantian waktu, arti penting keluarga
PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR Page 15
sebagai pusat kehidupan agaknya menurun daripada meningkat. Namun anggapan
mengenai wujud keluarga, dan juga struktur keluarga itu sendiri telah mengalami
perubahan besar berkenaan dengan pergantian sosial. Dahulu dalam keluarga tradisional
golongan menengah, pasangan suami-istri yang hidup dalam perkawinan seumur hidup
mengasuh beberapa anak dengan pembagian peran yang tegas: Sang ayah bekerja untuk
mencari nafkah, sang ibu mengurus rumah tangga.
Pembagian tugas menurut “model pencari nafkah” ini masih tetap berlaku –
misalnya di lapisan bawah masyarakat, di kalangan migran, atau untuk waktu terbatas
selama anak-anak masih kecil. Namun model bentuk keluarga itu tidak lagi berlaku
umum.
Bentuk kehidupan bersama kian beragam. Orang lebih bebas untuk memilih di
antara berbagai bentuk keluarga, atau untuk hidup tanpa keluarga sama sekali.
Perkembangan ini untuk sebagian besar terkait dengan peran perempuan yang telah
berubah: Kini sekitar 64 persen ibu-ibu bekerja. Keluarga menjadi lebih kecil. Lebih
sering terdapat keluarga dengan anak tunggal daripada keluarga dengan tiga anak atau
lebih. Yang biasa adalah keluarga dengan dua anak. Tidak jarang orang hidup tanpa anak,
sebagai pasangan atau sendirian.
Bukan hanya cara hidup, pendirian pokok di bidang moral pun bergeser.
Kesetiaan terhadap pasangan memang tetap dinilai penting. Akan tetapi norma hidup
bersama sampai mati sudah melonggar. Sebaliknya tuntutan akan mutu hidup
berpasangan telah meningkat. Hal itu menjadi salah satu penyebab bagi angka perceraian
yang tinggi. Kini sekitar 40 persen dari perkawinan yang diikat selama beberapa tahun
terakhir ini diceraikan lagi. Biasanya orang yang cerai itu kemudian kawin lagi atau
hidup dengan partner baru. Yang meningkat juga ialah jumlah pasangan yang hidup
bersama tanpa menikah.
Khususnya di kalangan muda atau di antara orang yang baru bercerai,
“perkawinan tanpa surat nikah digemari”. Akibatnya, semakin banyak anak lahir di luar
perkawinan. Perubahan itu berdampak terhadap bentuk keluarga; jumlah keluarga
dengan ayah atau ibu tiri ataupun dengan orang tua tunggal meningkat: Seperlima dari
semua keluarga dengan anak dikepalai oleh orang tua tunggal, umumnya seorang ibu.
Keadaan dalam keluarga pun mengalami perkembang-an selama puluhan tahun terakhir
ini. Hubungan antara orang tua dan anak sering kali baik sekali. Yang menjadi ciri
hubungan tersebut umumnya bukan lagi kepatuhan dan ketergantungan, melainkan

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR Page 16


kesediaan berdialog, persamaan hak, dukungan, perhatian dan asuhan yang berorientasi
kemandirian.
Sebagai sistem sosial terkecil, keluarga memiliki pengaruh luar biasa dalam hal
pembentukan karakter suatu individu. “Keluarga merupakan produsen dan konsumen
sekaligus, dan harus mempersiapkan dan menyediakan segala kebutuhan sehari-hari
seperti sandang dan pangan. Setiap keluarga dibutuhkan dan saling membutuhkan satu
sama lain, supaya mereka dapat hidup lebih senang dan tenang.” Keluarga memiliki
definisi tersendiri bagi orang Jawa. “Bagi orang Jawa, keluarga merupakan sarung
keamanan dan sumber perlindungan.” Hildred Geertz memberikan suatu gambaran ideal
suatu keluarga sebagai berikut : (… bagi setiap orang Jawa, keluarga yang terdiri dari
orang tua, anak-anak, dan biasanya suami atau istri merupakan orang-orang tepenting di
dunia ini. Mereka itulah yang memberikan kepadanya kesejahteraan emosional serta titik
keseimbangan dalam orientasi sosial. Mereka memberi bimbingan moral, membantunya
dari masa kanak-kanak menempuh usia tua dengan mempelajari nilai-nilai budaya Jawa.
Proses sosialisasi adalah suatu proses kesinambungan di sepanjang hidup diri pribadi
(1983:7).
Pengertian keluarga juga dapat dilihat dalam arti kata yang sempit, sebagai
keluarga inti yang merupakan kelompok sosial terkecil dari masyarakat yang terbentuk
berdasarkan pernikahan dan terdiri dari seorang suami (ayah), isteri (ibu) dan anak-anak
mereka. Sedangkan keluarga dalam arti kata yang lebih luas misalnya keluarga RT,
keluarga komplek, atau keluarga Indonesia. (Munandar, 1985).
Keluarga menjalankan peranannya sebagai suatu sistem sosial yang dapat
membentuk karakter serta moral seorang anak. Keluarga tidak hanya sebuah wadah
tempat berkumpulnya ayah, ibu, dan anak. Sebuah keluarga sesungguhnya lebih dari itu.
Keluarga merupakan tempat ternyaman bagi anak. Berawal dari keluarga segala sesuatu
berkembang. Kemampuan untuk bersosialisasi, mengaktualisasikan diri, berpendapat,
hingga perilaku yang menyimpang.
Keluarga merupakan payung kehidupan bagi seorang anak. Keluarga merupakan
tempat ternyaman bagi seorang anak. Beberapa fungsi keluarga selain sebagai tempat
berlindung, (Mudjijono, et al., 1995) diantaranya :
1) Mempersiapkan anak-anak bertingkah laku sesuai dengan niai-nilai dan norma-
norma aturan-aturan dalam masyarakat dimana keluarga tersebut berada
(sosialisasi).

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR Page 17


2) Mengusahakan tersekenggaranya kebutuhan ekonomi rumah tangga (ekonomi),
sehingga keluarga sering disebut unit produksi.
3) Melindungi anggota keluarga yang tidak produksi lagi (jompo).
4) Meneruskan keturunan (reproduksi).
Menurut Kingslet Davis dalam Murdianto (2003) menyebutkan bahwa fungsi
keluarga ialah :
a) Reproduction, yaitu menggantikan apa yang telah habis atau hilang untuk
kelestarian sistem sosial yang bersangkutan.
b) Maintenance, yaitu perawatan dan pengasuhan anak hingga mereka mampu
berdiri sendiri.
c) Placement, memberi posisi sosial kepada setiap anggotanya, baik itu posisi
sebagai kepala rumah tangga maupun anggota rumah tangga, atau pun posisi-
posisi lainnya.
d) Sosialization, pendidikan serta pewarisan nilai-nilai sosial sehingga anak-anak
kemudian dapat diterima dengan wajar sebagai anggota masyarakat.
e) Economics, mencukupi kebutuhan akan barang dan jasa dengan jalan produksi,
distribusi, dan konsumsi yang dilakukan di antara anggota keluarga.
f) Care of the ages, perawatan bagi anggota keluarga yang telah lanjut usianya.
g) Political center, memberikan posisi politik dalam masyarakat tempat tinggal.
h) Physical protection, memberikan perlindungan fisik terutama berupa sandang,
pangan, dan perumahan bagi anggotanya.
Bila seorang anak dibesarkan pada keluarga pembunuh, maka ia akan menjadi
pembunuh. Bila seorang anak dibesarkan melalui cara-cara kasar, maka ia akan menjadi
pemberontak. Akan tetapi, bila seorang anak dibesarkan pada keluarga yang penuh cinta
kasih sayang, maka ia akan tumbuh menjadi pribadi cemerlang yang memilki budi
pekerti luhur. Keluarga sebagai tempat bernaung, merupakan wadah penempaan karakter
individu.
Pada masa sekarang ini, pengaruh keluarga mulai melemah karena terjadi
perubahan sosial, politik, dan budaya. Keadaan ini memiliki andil yang besar terhadap
terbebasnya anak dari kekuasaan orang tua. Keluarga telah kehilangan fungsinya dalam
pendidikan. Tidak seperti fungsi keluarga pada masa lalu yang merupakan kesatuan
produktif sekaligus konsumtif. Ketika kebijakan ekonomi pada zaman modern sekarang
ini mendasarkan pada aturan pembagian kerja yang terspesialisasi secara lebih ketat,

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR Page 18


maka sebagian tanggung jawab keluarga beralih kepada orang-orang yang menggeluti
profesi tertentu[3].
Uraian tersebut cukup menjelaskan apa arti keluarga yang sesungguhnya.
Keluarga bukan hanya wadah untuk tempat berkumpulnya ayah, ibu, dan anak. Lebih
dari itu, keluarga merupakan wahana awal pembentukan moral serta penempaan karakter
manusia. Berhasil atau tidaknya seorang anak dalam menjalani hidup bergantung pada
berhasil atau tidaknya peran keluarga dalam menanamkan ajaran moral kehidupan.
Keluarga lebih dari sekedar pelestarian tradisi, kelurga bukan hanya menyangkut
hubungan orang tua dengan anak, keluarga merupakan wadah mencurahkan segala
inspirasi. Keluarga menjadi tempat pencurahan segala keluh kesah. Keluarga merupakan
suatu jalinan cinta kasih yang tidak akan pernah terputus.

Pengaruh Keluarga Terhadap Perkembangan Moral Anak

Papalia dan Old (1987) dalam Hawadi (2001) membagi masa kanak-kanak dalam
lima tahap :
1) Masa Prenatal, yaitu diawali dari masa konsepsi sampai masa lahir.
2) Masa Bayi dan Tatih, yaitu saat usia 18 bulan pertama kehidupan merupakan
masa bayi, di atas usia 18 bulan pertama kehidupan merupakan masa bayi, di atas
usia 18 bulan sampai tiga tahun merupakan masa tatih. Saat tatih inilah, anak-
anak menuju pada penguasaan bahasa dan motorik serta kemandirian.
3) Masa kanak-kanak pertama, yaitu rentang usia 3-6 tahun, masa ini dikenal juga
dengan masa prasekolah.
4) Masa kanak-kanak kedua, yaitu usia 6-12 tahun, dikenal pula sebagai masa
sekolah. Anak-anak telah mampu menerima pendidikan formal dan menyerap
berbagai hal yang ada di lingkungannya.
5) Masa remaja, yaitu rentang usia 12-18 tahun. Saat anak mencari identitas dirinya
dan banyak menghabiskan waktunya dengan teman sebayanya serta berupaya
lepas dari kungkungan orang tua.
Anak-anak sering bertanya tentang banyak hal, baik yang berhubungan dengan hal-hal
yang faktual maupun yang fiktif. Pertanyaan-pertanyaan ini, bagi anak-anak, merupakan
ekspresi dari rasa ingin tahu dan menyibak keraguannya, sehingga anak tersebut
terdorong untuk mengajukan pertanyaan. Hal ini merupakan kebutuhan psikis alamiah
yang dinamakan dengan istilah “cinta meneliti.”(Zurayk, 1997)
PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR Page 19
Cinta meneliti ini merupakan salah satu pertanda anak yang cerdas. Anak cerdas
selalu ingin tahu dan terangsang untuk memcahkan masalah yang baru ditemukannya.
Dengan begitu, ia dapat mencoba hal-hal baru dan menciptakan produk-produk
pemikiran bagi dirinya sendiri. Gardner (2005) dalam Amstrong (2005), mendefinisikan
kecerdasan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah dan menciptakan produk
yang mempunyai nilai budaya.
Anak-anak mulai berpikir kritis dimulai ketika mereka menuju pada panguasaan
bahasa dan motorik serta kemandirian, yaitu pada masa tatih (diatas 18 bulan). Pada
masa ini anak-anak mulai mengenal bahasa dan tertarik untuk mempelajarinya. Berbagai
pertanyaan kritis mulai terlontar.
Seiring dengan pertanyaan yang keluar dari bibir mungil seorang anak, disinilah
peran orang tua bermain. Orang tua dapat menjawab segala pertanyaan anak dengan
jawaban yang sebenarnya atau jawaban fiksi yang merupakan karangan orang tua. Orang
tua dituntut untuk dapat memberi jawaban yang dapat memuaskan hati seorang anak,
sekalipun jawaban itu dirasanya sangat sulit dipahami oleh anak karena pertanyaannya
yang bersifat sensitif. Berawal dari pertanyaan-pertanyaan dari seorang anak, pendidikan
mengenani moral dan budi pekerti dapat ditanamkan.
Penanaman moral pada diri seorang anak berawal dari lingkungan keluarga.
Pengaruh keluarga dalam penempaan karakter anak sangalah besar. Dalam sebuah
keluarga, seorang anak diasuh, diajarkan bebagai macam hal, diberi pendidikan
mengenai budi pekerti serta budaya. Setiap orang tua yang memiliki anak tentunya ingin
anaknya tumbuh dan berkembang menjadi manusia cerdas yang memiliki budi pekerti
baik agar dapat menjaga nama baik keluarga.
Anak bukan lah orang dewasa, ia memiliki sifat-sifat yang khas. Seorang anak
melihat, mendengar, berperasaan, dan berpikir dengan bentuk yang khas, namun tidak
keluar dari logika dan perasaan yang sehat. Misalnya, anak-anak itu melihat, mendengar,
dan berperasaan sebagaimana orang tua melihat, mendengar, berperasaan, dan berpikir.
Karena itu, orang tua seharusnya mempergauli anak-anak berdasarkan pada anggapan
bahwa dia adalah anak-anak. Sebagaimana dikatakan, “Pemuda tidak akan menjadi
pemuda yang sebenarnya selama masa kanak-kanaknya tidak menjadi anak-anak yang
sebenarnya.”.
Keluarga memberikan pengaruh pada pembentukan budi luhur bagi seorang anak.
Salah satu ciri anak yang berbudi luhur adalah selalu menunjukkan sikap sopan dan
hormatnya pada orang tua. Budi luhur yang melekat pada setiap orang bukan datang
PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR Page 20
dengan sendirinya, melainkan harus diciptakan. Terutama dalam keluarga dan bukan
merupakan keturunan. Dengan kata lain, budi luhur tidak merupakan keturunan
melainkan merupakan produk pendidikan dalam keluarga, merupakan perpaduan antara
akal. Kehendak, dan rasa.
Seiring dengan perkembangan zaman, terjadi pergeseran nilai-nilai kebudayaan
pada masyarakat. Siaran-siaran televisi kembali menjadi salah satu faktor penyebab
lunturnya nilai-nilai tersebut. Hadirnya televisi telah merebut perhatian anak terhadap
orang tua. Anak seringkali mengabaikan nasihat yang diberikan oleh orang tua dengan
alasan nasihat tersebut terkesan kuno. Dalam kondisi demikian, seorang anak tidak
mengetahui yang sebenarnya mengenai nilai-nilai yang seharusnya diberikan orang tua
kepada anaknya.
Pada masa sekarang, intensitas bertemu antara anak dengan orang tua sangatlah
sempit. Oleh karena itu, orang tua harus mampu membagi waktu dengan baik dan
mencari saat-saat yang tepat untuk menyelipkan pelajaran mengenai budi pekerti luhur.
Pada saat makan malam misalnya, atau pada saat menonton televisi bersama, sambil
membimbing.
Kejujuran merupakan hal terpenting bagi individu dalam menjalani hidup, dan
tahap awal penanaman sikap jujur dimulai dari keluarga. Penanaman sikap jujur dalam
keluarga dapat dimulai dari perilaku orang tua yang selalu bersikap dan berkata jujur.
Dengan begitu, maka akan lebih mudah bagi seorang anak menanamkan sikap jujur pada
dirinya karena tidak pernah merasa dibohongi. Dalam suatu keluarga, tidak dapat
dipungkiri bahwa sesekali seorang anggotanya melakukan suatu kebohongan. Seseorang
melakukan suatu kebohongan biasanya disebabkan oleh rasa takut karena dianggap
melakukan kesalahan atau sedang menyembunyikan sesuatu. Dalam banyak hal,
sebaiknya orang tua mendengarkan pendapat anaknya, karena bagaimana pun
komunikasi dalam keluarga harus tetap berlangsung dengan baik.

Peran Keluarga

“..…Masa kanak-kanak merupakan masa yang begitu penting untuk meletakkan


dasar-dasar kepribadian yang akan memberi warna ketika seorang anak kelak menjadi
dewasa. Karena itu, kualitas pada pola-pola perkembangan masa anak adalah sangat
penting.” (Gunarsa, 2001)

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR Page 21


“Keluarga memiliki peranan utama didalam mengasuh anak, di segala norma dan
etika yan berlaku didalam lingkungan masyarakat, dan budayanya dapat diteruskan dari
orang tua kepada anaknya dari generasi-generasi yang disesuaikan dengan
perkembangan masyarakat.” (Effendi, et al., 1995)
Keluarga memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya
manusia. Pendidikan moral dalam keluarga perlu ditanamkan pada sejak dini pada setiap
individu. Walau bagaimana pun, selain tingkat pendidikan, moral individu juga menjadi
tolak ukur berhasil tidaknya suatu pembangunan.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memegang peranan penting serta
sangat mempengaruhi perkembangan sikap dan intelektualitas generasi muda sebagai
penerus bangsa. Keluarga, kembali mengmbil peranan penting dalam peningkatan
kualitas sumber daya manusia.
Berbagai aspek pembangunan suatu bangsa, tidak dapat lepas dari berbgai aspek
yang saling mendukung, salah satunya sumber daya manusia. Terlihat pada garis-garis
besar haluan negara bahwa penduduk merupakan sumber daya manusia yang potensial
dan produktif bagi pembangunan nasional. Hal ini pun tidak dapat terlepas dari peran
serta keluarga sebagai pembentuk karakter dan moral individu sehingga menjadi sumber
daya manusia yang berkualitas.
Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat memerlukan adanya sumber
daya manusia yang berkualitas baik. Untuk mendapatkan sumber daya manusia yang
berkualitas baik tentunya memerlukan berbagai macam cara. Salah satu diantanya adalah
melalui pendidikan. Pendidikan baik formal maupun informal. Pendidikan moral dalam
keluarga salah satunya.
Walaupun memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, tetapi rendah dalam hal
moralitas, individu tidak akan berarti dimata siapa pun. Pendidikan moral dimulai dari
sebuah keluarga yamng menanamkan budi pekerti luhur dala setiap interaksinya. Sumber
daya manusia berkualitas dapat dilihat dari keluarganya. Bukan hanya keluarga mampu
dari segi materi, yang dapat meningkatkan kualitas individunya melalui tambahan-
tambahan materi pembelajaran di luar bangku sekolah. Akan tetapi, keluarga sederhana
di desa pun dapat menjamin kualitas sumber daya manusianya. Kualitas sumber daya dan
keluhuran budi pekerti merupakan hasil tempaan orang tua.

Perempuan dan Laki-Laki

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR Page 22


Sama halnya dengan keadaan di negara lain dengan tatanan masyarakat modern,
persamaan hak untuk kaum perempuan yang dituntut oleh undang-undang dasar telah
mengalami perkembangan cukup jauh. Di bidang pendidikan misalnya, anak perempuan
tidak saja dapat mengejar ketertinggalan terhadap anak laki-laki, melainkan malah sudah
mendahului mereka. Di antara lulusan gimnasium – yaitu sekolah lanjutan taraf
tertinggi– terdapat 56 persen perempuan; andil perempuan muda pada jumlah mahasiswa
baru di universitas mencapai hamper 54 persen. Dari peserta pendidikan kerja yang lulus
ujian akhir pada tahun 2006, 43 persen adalah perempuan muda. Semakin banyak
perempuan mencari nafkah dalam pekerjaan. Sebagai salah satu dampak undang-undang
tahun 2008 yang mengatur tunjangan dalam hal perceraian, keterampilan kerja menjadi
semakin penting bagi kaum perempuan. Di Jerman bagian barat kini 67 persen
perempuan bekerja, di bagian timur 73 persen.
Laki-laki biasanya bekerja purnawaktu, sedangkan perempuan sering bekerja
paruh waktu, khususnya mereka yang anaknya masih kecil. Dalam hal upah dan gaji pun
masih tetap ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan: Menurut contoh statistik,
perempuan yang bekerja sebagai buruh hanya mendapat 74 persen dari imbalan kerja
rekan laki-lakinya, dan pegawai kantor 71 persen saja. Hal itu terutama disebabkan
perempuan sering menempati posisi lebih rendah yang pembayarannya kurang baik.
Biarpun perempuan kini lebih sering menduduki posisi pimpinan, halangan yang
mereka hadapi dalam meniti karier masih cukup besar juga. Contohnya, hampir separuh
di antara para mahasiswa, tetapi hanya sepertiga di antara karyawan ilmiah dan 15 persen
saja di antara para profesor adalah perempuan.
Ada sejumlah faktor utama yang menghalangi kenaikan posisi dalam pekerjaan.
Jaringan tempat asuhan anak balita belum begitu erat, dibandingkan dengan keadaan di
negara Eropa lainnya. Dalam situasi di rumah juga belum terjadi perubahan berarti dalam
pembagian kerja antara perempuan dan laki-laki. Dalam 75 sampai 90 persen semua
keluarga, pekerjaan inti rumah tangga tradisional ditangani perempuan. Walaupun 80
persen di antara para ayah menyatakan ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan
anak-anak mereka, tetapi kaum perempuan, termasuk mereka yang bekerja, menyediakan
waktu untuk mengasuh anak dua kali lipat banyaknya dibandingkan pasangan mereka.

Fakta-fakta, bukti dan data yang berhubungan

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR Page 23


Fakta- fakta, bukti serta data yang berhubungan dengan pergeseran peran
keluarga ini ini dilatarbelakangi oleh salah satu upaya revitalisasi yang diusulkan oleh
Stephen Covey (1990) yakni mengajukan delapan cara yang dapat memperkaya
hubungan keluarga, dimana hal ini juga sangat sesuai dengan kondisi yang terjadi pada
kehidupan keluarga, di era pasca modern saat ini, antara lain :

a. Fenomena pergeseran peran suami-istri pada kehidupan modern .


Fenomena mengenai pergeseran antara peran suami - istri pada era moden ini
ditandai dengan beberapa penelitian yang hasilnya menyatakan bahwa sebagian besar
tugas rumah tangga yang seharusnya dikerjakan oleh para istri kini juga bergeser menjadi
pekerjaan suami atau dikenal dengan “Bapak Rumah Tangga”. Hal ini diperkuat dengan
peningkatan angka statistik yang dilakukan oleh beberapa penelitian yang dilakukan,
yakni perbedaan signifikan fenomena “Bapak Rumah Tangga” sebesar 20.000 orang dan
pada tahun 2000 ini meningkat sebanyak 10 kali lipat, atau tepatnya 200.000 orang
bapak rumah tangga yang berperan menyelesaikan tugas-tugas rumah tangga yang
sebelumnya dilakukan oleh para istri mereka, hal ini diperoleh berdasarkan penelitian
Amerika Serikat. (http://popsy.wordpress. com/2007/10/21/para-ayah-kinisemakin -
keibuan/).
Maraknya fenomena ini didasarkan pada pandangan mengenai kesetaraan gender,
yakni kesetaraan yang dimiliki oleh kaum perempuan untuk memiliki hak yang sama
dalam berkarier, dan hal inilah yang dianggap sebagai pergeseran peran dalam keluarga.
Di mana hal ini diperkuat dengan pandangan yang dikemukakan oleh Aaron Rochlen,
profesor psikologi University of Texas yang mempelajari fatherhood dan kejantanan
yang menyatakan bahwa pada masa sekarang ini, pria sudah tidak terlalu mementingkan
makna “Kejantanan Pria”, di mana beberapa studi juga menunjukkan bahwa para pria
lebih bahagia dengan diri mereka, pernikahan mereka, anak-anak mereka, serta
kesehatan fisik dan mentalnya.
Secara obyektif, terbukti mereka memang memiliki anak-anak yang lebih adaptif,
hubungan suami-istri yang lebih berkualitas, dan kehidupan kerja yang lebih baik. Secara
keseluruhan, beberapa penelitian para ahli menganggap bahwa pergeseran peran para
suami dan ayah ke ranah yang lebih domestik ini sebagai sesuatu yang baik. Di mana hal
Ini dianggap sebagai sebuah kesempatan yang baik bagi para ayah untuk mengeksplorasi
dan mengembangkan sisi pengasuhan mereka yang selama ini mungkin diabaikan karena
sudah ada istri yang melakukannya.
PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR Page 24
Secara keseluruhan pembahasan fakta-fakta di atas menyatakan bahwa perubahan
peran antara suami dan istri dalam kehidupan keluarga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi terjadinya revitalisasi keluarga yang disebabkan oleh perubahan atau
pergeseran peran antara suami - istri yang ada dalam sebuah keluarga dan fenomena
tersebut memang sudah dianggap sebagai suatu kewajaran yang terjadi seiring dengan
perkembangan jaman dari era pra-modern hingga saat ini.

b. Fenomena Kenakalan remaja yang disebabkan ketidak - berfungsian fungsi


keluarga.
Berdasarkan beberapa penelitian menyebutkan bahwa yang menjadi salah satu
faktor kenakalan remaja (sebagai anggota keluarga) ini disebabkan oleh “Keberfungsian
peran keluarga”. Pengertian mengenai keberfungsian peran keluarga adalah
keberfungsian sosial keluarga mengandung pengertian pertukaran dan kesinambungan,
serta adaptasi resiprokal antara keluarga dengan anggotanya, dengan lingkungannya, dan
dengan tetangganya dan lain-lain. Kemampuan berfungsi sosial secara positif dan adaptif
bagi sebuah keluarga salah satunya jika berhasil dalam melaksanakan tugas-tugas
kehidupan, peranan dan fungsinya terutama dalam sosialisasi terhadap anggota
keluarganya. Pada kenyataannya, keberfungsian keluarga ini tidak berjalan dengan baik
sehingga menyebabkan fenomena mengenai kenakalan remaja sebagai dampak dari
ketidakberfungsian peran keluarga dengan baik.
Fenomena di atas secara spesifik dibahas dalam jurnal penelitian yang membahas
tentang Kasus di Pondok Pinang Pinggiran Kota Metropolitan Jakarta (Rincian penelitian
ada di halaman lampiran). Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa salah satu perilaku
menyimpang hubungannya dengan keberfungsian sosial keluarga di Pondok Pinang
pinggiran kota metropolitan Jakarta di mana secara spesifik dibahas bahwa penyebab
kenakalan remaja.
Secara garis besar didapatkan kesimpulan bahwa berdasarkan analisis di atas,
ditemukan bahwa remaja yang memiliki waktu luang banyak seperti mereka yang tidak
bekerja atau menganggur dan masih pelajar kemungkinannya lebih besar untuk
melakukan kenakalan atau perilaku menyimpang. Demikian juga dari keluarga yang
tingkat keberfungsian sosialnya rendah maka kemungkinan besar anaknya akan
melakukan kenakalan pada tingkat yang lebih berat. Sebaliknya bagi keluarga yang

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR Page 25


tingkat keberfungsian sosialnya tinggi maka kemungkinan anak-anaknya melakukan
kenakalan sangat kecil, apalagi kenakalan khusus.
Dari analisis statistik (kuantitatif) maupun kualitatif dapat ditarik kesimpulan
umum bahwa ada hubungan negatif antara keberfungsian sosial keluarga dengan
kenakalan remaja, artinya bahwa semakin tinggi keberfungsian social keluarga akan
semakin rendah kenakalan yang dilakukan oleh remaja. Sebaliknya semakin
ketidakberfungsian sosial suatu keluarga maka semakin tinggi tingkat kenakalan
remajanya (perilaku menyimpang yang dilakukan oleh remaja).
Berdasarkan kenyataan di atas, maka untuk memperkecil tingkat kenakalan
remaja ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu meningkatkan keberfungsian sosial
keluarga melalui programprogram kesejahteraan sosial yang berorientasi pada keluarga
dan pembangunan sosial yang programnya sangat berguna bagi pengembangan
masyarakat secara keseluruhan Di samping itu untuk memperkecil perilaku menyimpang
remaja dengan memberikan program-program untuk mengisi waktu luang dengan
meningkatkan program di tiap karang taruna. Program ini terutama diarahkan pada
peningkatan sumber daya manusianya yaitu program pelatihan yang mampu bersaing
dalam pekerjaan yang sesuai dengan kebutuhan.

c. Fenomena maraknya perselingkuhan yang terjadi antara suami-istri dalam


kehidupan modern
Berdasarkan kenyataan yang ada pada saat ini menyatakan bahwa sebagian besar
para wanita yang berstatus sebagai wanita karier ini memiliki kemungkinan besar untuk
melakukan perselingkuhan di tempat kerja, hal ini disebabkan banyaknya waktu yang
lebih banyak digunakan di tempat kerja, sedangkan rumah hanya dianggap sebagai
tempat singgah atau istirahat saja.
Hal ini menyebabkan makin menurunnya komunikasi antar anggota keluarga.
Menurunnya komunikasi antar anggotakeluarga inilah yang dinilai sebagai salah satu
faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan atau pergeseran peran keluarga yang
dimiliki oleh masing-masing anggota keluarga inti (nuclear family), yakni suami-istri
beserta anak-anaknya. (http://www.untukku.com/artikel-untukku/mengungkap-
%E2%80%9Cmitos-danfakta-perselingkuhan%E2%80%9D-untukku.html)

PERSPEKTIF TEORI

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR Page 26


 Pendekatan teori – teori perubahan sosial yang digunakan
Pada dasarnya perspektif teori yang digunakan untuk “membedah permasalahan”
harus disesuaikan dengan konsep permasalahan yang ingin dianalisis. Dalam hal ini
adalah kesesuaian antara judul “Revitalisasi keluarga” yang memiliki
pemahaman/pengertian sebagai proses perubahan ke arah yang lebih adaptif, yakni
dilihat dari sumbersumber perubahan yang ada dalam keluarga itu sendiri. Oleh sebab
itu, untuk menganalisisnya harus menggunakan konstruk teori yang juga harus sesuai
dengan bahasan mengenai analisis perubahan social yang dilihat dari sumber-sumbernya
pula..
Perspektif teori yang ditinjau dari sumber-sumber perubahan sosial (Perubahan
imanen/perubahan dari dalam, perubahan kontak/perubahan dari luar) ini memiliki
kesesuaian dengan sumbersumber penyebab revitalisasi keluarga yang berasal dari factor
eksogenus dan faktor endogenus. Untuk lebih memperjelas analisis, maka diterangkan
terlebih dahulu definisi beserta proses yang ada dalam perubahan sosial itu sendiri
sehingga pola berfikir (mind set) yang terbentuk untuk menganalisis masalah tidak akan
melebar dan menjadi lebih jelas dan sesuai.
Berikut ini adalah penjelasan mengenai pendekatan teoritis yang digunakan untuk
menganalisis permasalahan yang ada, antara lain :
a. Definisi Perubahan Sosial
Perubahan sosial dapat diartikan sebagai segala perubahan pada lembaga-
lembaga sosial dalam suatu masyarakat. Perubahanperubahan pada lembaga-
lembaga sosial itu selanjutnya mempunyai pengaruhnya pada sistem-sistem
sosialnya, termasuk di dalamnya nilainilai, pola-pola perilaku ataupun sikap-
sikap dalam masyarakat itu yang terdiri dari kelompok-kelompok sosial.
William F Ogburn mengemukakan bahwa ruang lingkup perubahan-perubahan
sosial meliputi unsur-unsur kebudayaan, baik yang material maupun
immaterial. Sedangkan, Kingsley Davis mengartikan perubahan sosial sebagai
perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat.
Masih banyak faktor-faktor penyebab perubahan sosial yang dapat
disebutkan, ataupun mempengaruhi proses suatu perubahan sosial. Kontak-
kontak dengan kebudayaan lain yang kemudian memberikan pengaruhnya,
perubahan pendidikan, ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang
kehidupan tertentu, penduduk yang heterogen, toleransi terhadap perbuatan-
perbuatan yang semula dianggap menyimpang dan melanggar tetapi yang
PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR Page 27
lambat laun menjadi norma-norma, bahkan peraturan-peraturan atau hukum-
hukum yang bersifat formal.
Perubahan itu dapat mengenai lingkungan hidup dalam arti lebih luas lagi,
mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola keperilakuan,
strukturstruktur, organisasi, lembaga-lembaga, lapisanlapisan masyarakat,
relasi-relasi sosial, sistem-sistem komunikasi itu sendiri. Juga perihal
kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial, kemajuan teknologi dan seterusnya.

b. Proses Perubahan Sosial


Proses perubahan sosial terdiri dari tiga tahap, antara lain:
1. Invensi, yaitu proses di mana ide-ide baru diciptakan dan dikembangkan.
2. Difusi, yaitu proses di mana ide-ide baru itu dikomunikasikan ke dalam
Sistem sosial.
3. Konsekuensi, yaitu perubahan-perubahan yang terjadi dalam system sosial
sebagai akibat pengadopsian atau penolakan inovasi.
Perubahan terjadi jika penggunaan atau penolakan ide baru itu
mempunysi akibat. Karena itu perubahan sosial adalah akibat komunikasi
sosial. Beberapa pengamat terutama ahli anthropologi memerinci dua tahap
tambahan dalam urutan proses di atas. Salah satunya ialah pengembangan
inovasi yang terjadi setelah invensi sebelum terjadi difusi.
Yang dimaksud ialah proses terbentuknya ide baru dari suatu bentuk
hingga menjadi suatu bentuk yang memenuhi kebutuhan audiens penerima
yang menghendaki. Kami tidak memasukkan tahap ini karena ia tidak selalu
ada. Misalnya, jika inovasi itu dalam bentuk yang siap pakai. Tahap terakhir
yang terjadi setelah konsekuensi, adalah menyusutnya inovasi, ini menjadi
bagian dari konsekuensi.

c. Macam-Macam Perubahan Sosial


Salah satu cara yang berguna dalam meninjau perubahan social ialah
dengan memperhatikan darimana sumber terjadinya perubahan itu. Jika
sumber perubahan itu dari dalam sistem sosial itu sendiri, dinamakannya
Perubahan Imanen. Jika sumber ide baru itu berasal dari luar sistem sosial,
yang demikian itu disebut Perubahan kontak.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR Page 28


Perubahan kontak terjadi jika sumber dari luar sistem social
memperkenalkan ide baru. Perubahan kontak adalah gejala "antar sistem". Ada
dua macam perubahan kontak, yaitu perubahan selektif dan perubahan kontak
terarah. Perbedaan perubahan ini tergantung dari mana kita mengamati
datangnya kebutuhan untuk berubah itu, dari dalamkah atau dari luar sistem
sosial. Berikut ini adalah beberapa macam jenis-jenis perubahan yang ada,
antara lain :

 Perubahan Imanen
Perubahan imanen terjadi jika anggota sistem sosial menciptakan dan
mengembangkan ide baru dengan sedikit atau tanpa pengaruh sama sekali
dari pihak luar dan kemudian ide baru itu menyebar ke seluruh sistem
sosial. Dengan demikian perubahan imanen adalah suatu gejala "dari
dalam sistem"
 Perubahan Kontak Selektif
Perubahan kontak selektif terjadi jika anggota sistem sosial terbuka pada
pengaruh dari luar dan menerima atau menolak ide baru itu berdasarkan
kebutuhan yang mereka rasakan sendiri. Tersajinya inovasi itu sendiri
secara spontan atau kebetulan, penerima bebas memilih, menafsir atau
menolak ide baru itu.
 Perubahan Kontak Terarah
Perubahan kontak terarah atau perubahan terencana adalah perubahan
yang disengaja dengan adanya orang luar atau sebagian anggota sistem
yang bertindak sebagai agen pembaru yang secara intensif berusaha
memperkenalkan ide-ide baru untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
oleh lembaga dari luar. Inovasi dan kebutuhan untuk berubah datang dari
luar sistem.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR Page 29


Selain paradigma-paradigma diatas yang membedakan tentang fenomena
perubahan sosial ditinjau dari sumbernya, maka juga terdapat seorang teoritikus besar
perubahan sosial yang menganggap perubahan kontak terarah sama dengan
“pembangunan” itu tidak perlu. Akan tetapi August Comte tetap mempertahankan
pendapat bahwa perubahan terarah itu berguna, sebagai kebalikan dari teori Darwinisme
sosialnya Herbert Spencer. Ini berarti Comte membantah teori taken-fair komplit dan
survival of the fittest yang evolusioner.
Pada abad sekarang ini sebagian besar pemerintahan nasional menunjukkan
kecenderungan yang jelas mengikuti pendekatan Comte. Pemerintah-pemerintah nasional
itu ingin lebih meningkatkan taraf kehidupan rakyatnya, suatu tujuan yang hanya dapat
dicapai dengan program-program yang betul-betul terencana. Program perubahan yang
terencana ini merupakan reaksi ketidakpuasan terhadap lambannya perubahan yang
dihasilkan oleh perubahan imanen maupun perubahan kontak selektif.
Dalam arti luas mungkin benar bahwa sebagian besar perubahan sosial yang
terjadi lebih banyak bertipe spontan daripada yang berencana. Jika penduduk secara
teknis sudah lebih ahli dan lebih pandai mendiagnosa perubahan mereka sendiri, maka
perubahan kontak selektif akan dapat terjadi lebih cepat dan lebih efisien. Dalam hal ini
agen pembaru mungkin akan bekerja di luar tugasnya atau setidak-tidaknya dalam
peranan yang berbeda. Agen pembaru harus memenuhi permintaan-permintaan inovasi
dari kliennya. Tetapi pada umumnya para klien itu belum tahu apa kebutuhan mereka dan
inovasi mana yang cocok untuk kebutuhan tersebut, sehingga perubahan yang lebih tepat
diterapkan adalah perubahan terencana. Jika agen pembaru juga berusaha untuk
meningkatkan kemampuan dan keahlian kliennya untuk menganalisis kebutuhannya,

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR Page 30


maka pada masa mendatang mungkin akan lebih mudah terjadi perubahan imanen atau
perubahan kontak selektif yang lebih cepat dan efisien.
Umumnya perubahan terencana tidak selalu identik dengan keberhasilan.
Keinginan untuk mempercepat perubahan telah menyebabkan lebih cepat laju peranan
ilmu pengetahuan tentang bagaimana memperkenalkan inovasi ke masyarakat. Jika hasil-
hasil penelitian komunikasi yang dilakukan dalam penyebaran ide-ide baru itu
dikumpulkan dengan baik, kita akan dapat menggunakannya untuk merencanakan
program perubahan terencana secara lebih efektif.

ANALISIS

Proses analisis yang dapat dilakukan pada jurnal mengenai revitalisasi keluarga
ini dapat dimulai melalui runtutan pembahasan berikut ini. Dimulai dengan pembahasan
mengenai “prinsip atau konsep keluarga” pada umumnya (idealnya seperti apa),
kemudian dilanjutkan dengan pembahasan mengenai konsep keluarga pada saat ini
(kenyataan saat ini mengenai konsep keluarga itu sendiri).
Dari pembahasan dua konsep tersebut kemudian didapatkan bahwa konsep
keluarga antara dulu (Pre-modern) dengan Konsep keluarga masa sekarang (post -
modern) ini cenderung mengalami perubahan. Sehingga untuk mengetahui hal tersebut
apabila dikaitkan dengan perubahan sosial, maka hal ini harus dikaitkan dengan
perspektif-perspektif teori perubahan sosial, dimana konstuk teori yang digunakan dalam
pembahasan kali ini dengan menggunakan beberapa paradigma perubahan sosial yang

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR Page 31


berkaitan dengan sumber-sumber penyebab perubahan sosial itu sendiri, antara lain :
perubahan imanen, perubahan kontak selektif, serta perubahan kontak terarah.
Paradigma-paradigma diatas ini digunakan untuk membedah permasalahan yang
ada pada jurnal yang diangkat, yakni revitalisasi keluarga. Kemudian untuk memperjelas
proses analisis yang dilakukan pada masing-masing bagian yang ada dalam skema
kerangka teori, maka analisis dilakukan dengan memisah (khususnya yang membahas
tentang analisis keluarga pre modern dan keluarga pasca modern, sehingga dapat
memperjelas perubahan-perubahan yang terjadi), antara lain :
a. Kondisi Keluarga Pre-Modern
Definisi keluarga dapat dilihat dari berbagai perspektif. Menurut Olson
dan DeFrain (2003) mendefinisikan keluarga sebagai saling komitmen antara
dua orang atau lebih untuk barbagi keintiman (sharing intimacy), sumber daya,
pengambilan keputusan , tanggung jawab dan nilai. Dalam kehidupan keluarga
diperoleh pandangan mengenai keluarga, yakni “Family System Theory” yang
menyatakan bahwa segala sesuatu yang terjadi pada salah satu anggota keluarga
akan berpengaruh terhadap anggota keluarga yang lainnya. Antar anggota
keluarga akan saling berhubungan dan bekerja sebagai atu kelompok sistem
keluarga (family system). Carl Whitaker menekankan pemikirannya bahwa
tidak ada individu dalam hidup ini, yang ada adalah kepingan keluarga. Dengan
kata lain, manusia sebagai individu tidak dapat dilepaskan dari keterikatannya
dengan keluarga. Bagaimana individu berfikir dan berperilaku sangat
dipengaruhi oleh latar belakang keluarga. Cara terbaik untuk memahami
individu adalah dengan memahami keluarganya. Dalam terapi keluarga, cara
paling paling efektif untuk mengubah individu adalah dengan mengubah
keluarganya.
Family System Theory dikembangkan dari general system theory.
Beberapa konsep dalam general system theory dianggap relevan dengan sistem
keluarga. Konsep mengenai multiple system level menjelaskan bahwa sistem
melekat di dalam sistem yang lain, dimana ketika perhatian difokuskan pada
satu sistem tertentu, maka satu supra sistem (system yang lebih besar) dan sub
sistem (sistem yang lebih kecil) biasanya akan ikut terlibat. Dalam pasangan
suami istri, maka supra sistemnya adalah keluarga dan subsistemnya terdiri dari
2 individu. Jika fokusnya adalah nuclear family maka supra sistemnya adalah

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR Page 32


extended family dan sub sistemnya adalah pasangan sumai istri atau unit diadic
(dua orang) yang lainnya, seperti orang tua dan anak.
Konsep selanjutnya yang mengemukakan mengenai keluarga dalam
general system theory adalah “Wholeness”, yaitu konsep bahwa keseluruhan
itu lebih besar dari penjumlahan bagian-bagiannya (whole is more than the sum
of its parts). Dimana kualitas keseluruhan keluarga lebih bermakna daripada
sekedar penjumlahan anggota keluarga. Hal ini memiliki arti bahwa keluarga
tidak dapat dipahami dengan hanya memahami masing-masing anggota
keluarga sebagai individu saja karena masing-masing individu akan berperilaku
berbeda saat diluar lingkungan keluarganya.
Dalam family system framework berasumsi bahwa sistem-sistem bersifat
kontinum dari extreem morphostatis sampai extremm morphogenesis. Dalam
sistem yang sehat menyatakan bahwa keseimbangan antara separatedness
sebagai individu dan connectedness sebagai sebuah sistem. Dinamika akan
membantu system untuk menjaga keseimbangan antara separatedness-
connectedness yang ada.
Secara keseluruhan dapat dikaakan bahwa kaitan antara keluarga dengan
general system theory adalah penekanan bahwa komunikasi dalam sistem itu
penting. Sistem keluarga akan berfungsi dengan baik jika pertukaran informasi-
informasi yang penting dilakukan secara terattur antar anggota keluarga.
General system theory membicarakan umpan balik dalam komunikasi yang
dapat bersifat positif dan negatif. Umpan balik yang bersifat positif dalam
keluarga akan mengarahkan perubahan, sementara umpan balik negatif dibuat
untuk meminimalkan perubahan dan menjaga segala sesuatu tetap sama,
dimana umpan balik dapat berasal dari dalam (internal) maupun dari luar
keluarga (eksternal). Selain dari analisis yang dilakukan melalui sistem- sistem
diatas, hal ini juga membawa pada beberapa kondisi yang ada dalam keluarga
pre-modern atau disebut keluarga dalam keadaan tradisional, antara lain :
1) Suami sebagai kepala keluarga
Hal ini memiliki pandangan bahwa peran suami adalah sentral, terkait
dengan berjalan maupun tidaknya keluarga tersebut, dimana tugas
suami sebagai kepala keluarga ini memiliki kewajiban penuh dalam
memenuhi segala kebutuhan baik lahiriah maupun batiniah yang ada
dalam keluarga yang dibinanya, sehingga didapatkan struktur bahwa
PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR Page 33
posisi suami selalu berada diatas dan selalu harus dihargai dan
dihormati segala ucapan dan tindakannya.
2) Istri sebagai ibu rumah tangga
Peran istri dalam konsep keluarga tradisional adalah sebagai ibu rumah
tangga saja, dimana pekerjaannya sebagai pengasuh anakanak dan
suami dalam mengurus segala keperluan yang dibutuhkan oleh anggota
keluarganya. Selain itu, istri hanya berada di dalam rumah saja dan
mengurusi segala kebutuhan rumah tangga. Hal ini juga terkait dengan
peran gender, dimana peran perempuan adalah sosok penurut dan rata-
rata selalu memiliki tingkat pendidikan yang tidak terlalu tinggi.
3) Keharmonisan keluarga
Sebisa mungkin segala konflik yang terjadi dalam setiap kehidupan
keluarga diselesaikan dengan jalan damai, dimana pada akhirnya istri
selalu mengalah pada keputusan yang dibuat oleh suaminya sebagai
kepala keluarga maka dengan konsep seperti itulah kehidupan keluarga
bisa berlangsung dengan baik.

b. Kondisi Keluarga Post - Modern


Pada dasarnya sistem yang ada dalam keluarga merupakan suatu unit
sistem terkecil dalam masyarakat telah mengalami perubahan. Hal ini terkait
dengan perubahan dalam hal peran dan fungsi keluarga, pemaknaan anggota
atas keluarga, serta terkait dengan bagaimana keluarga sebagai sistem,
berhubungan dan berinteraksi dengan sistem eksternalnya.
Sebagai konsekuensinya, perubahan tersebut ternyata memunculkan
beberapa permasalahan yang mengancam hakikat peran dan fungsi keluarga
yang diidealkan oleh masyarakat. Masyarakat dalam hal ini masih
menginginkan sistem keluarga mempunyai peran dan fungsi vitalnya.
Peranperan dan fungsi vital tersebut antara lain : terkait dengan berdasarkan
faktafakta yang telah kami paparkan, permasalahan-permasalahan tersebut
antara lain :
Kedudukan utama keluarga adalah:
1. Pengantara pada masyarakat besar
Sebagai penghubung pribadi dengan struktur sosial yang lebih besar.
Suatu masyarakat tidak akan bertahan jika kebutuhannya yang
PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR Page 34
bermacam-macam tidak terpenuhi seperti produksi dan pembagian
makan, perlindungan tehadap yang muda dan tua, yang sakit dan yang
mengandung, persamaan hukum, pengembangan dan waktu muda
dalam kehidupan sosial dsb. Hanya dengan memodifikasi pribadi-
pribadi, melalui keluarga, untuk mengabdikan diri kepada kepentingan
umum, masyarakat itu akan dapat bertahan.

2. Sebagai kontrol sosial


Lembaga kontrol sosial tertentu hanya mampu memaksa mereka yang
benar-benar membangkang untuk menyesuaikan diri, kemasyarakatan
telah membuat kita ingin menyesuaikan diri, tetapi setiap hari kita
sering tergoda untuk menyeleweng. Karena itu baik kontrol ekstern
maupun resmi saja tidak cukup yang diperlukan adalah kekuatan sosial
yang dapat bertindak bagi si pribadi setiap waktu ia berbuat baik atau
buruk, mendukung kontrol intern maupun dari lembaga-lembaga resmi
di sini keluarga yang melingkupi pribadi sepanjang bagian terbesar
waktu kehidupan sosialnya, dapat menyajikan kekuatan yang
dimaksud.
3. Keluarga sebagai elemen utama pendukung masyarakat
Hanya melalui keluarga, masyarakat dapat memperoleh hubungan yang
diperlukan dari pribadi-pribadi. Sebaliknya, keluarga hanya dapat terus
bertahan bila didukung oleh masyarakat yang lebih luas. Jika
masyarakat itu sebagai sistem kelompok sosial yang lebih besar
mendukung keluarga. Sebagai sub sistem yang lebih kecil, sebagai
syarat agar keluarga itu dapat bertahan, maka kedua macam system ini
haruslah saling berhubungan dalam banyak hal penting. Sehingga
hubungan antar anggota keluarga dan hubungan antar keluarga dan
masyarakat menjadi sentral.

c. Analisis permasalahan berdasarkan pendekatan paradigm psikologi


perubahan sosial
Berdasarkan permasalahan yang diangkat, yakni “revitalisasi
keluarga” ini pada hakekatnya adalah sebuah proses perubahan ke arah yang
PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR Page 35
lebih adaptif, sumber-sumber perubahan dalam keluarga itu sendiri tidak
dapat diabaikan. Sehingga analisis yang dilakukan ini dapat dilihat dari
perspektif “sumber-sumber perubahan keluarga” yang berasal dari faktor
endogenus (faktor dalam) dan faktor eksogenus (faktor luar).
Terkait dengan pemahaman diatas, maka proses analisis yang dilakukan ini harus
disesuaikan dengan “pisau analsis” yang digunakan. Sesuai dengan penjelasan perspektif
teori yang menjelaskan tentang macam - macam perubahan sosial, ditinjau dari
sumbernya (perubahan imanen, kontak selektif) Maka hal ini memiliki kesesuaian
dengan pemahaman tentang “revitalisasi keluarga” itu sendiri (apabila dilihat dari
sumber-sumbernya), Antara lain :

 Perubahan Imanen
Pengertian dasar dari perubahan imanen adalah perubahan yang terjadi jika
anggota sistem sosial yang menciptakan dan mengembangkan ide baru dengan sedikit
atau tanpa pengaruh sama sekali dari pihak luar dan kemudian ide baru itu menyebar ke
seluruh sistem sistem sosial.
Analisis yang dilakukan dalam perubahan imanen ini dapat berupa fenomena
orang tua tunggal (single parent) yang banyak terjadi pada keluarga-keluarga modern,
dimana hal ini dilakukan karena peristiwa perceraian yang sepakati oleh orang – tua
(suami-istri) yang disebabkan oleh beberapa hal, yang salah satunya juga dipengaruhi
oleh pergeseran peran yang ada dalam kehidupan keluarga yang ada di dalamnya
(misalnya perbedaan pendapatan, perselingkuhan) sehingga hal ini akan berpengaruh
pada pola asuh yang diterapkan bagi anak-anak mereka.
Pola asuh yang tidak tepat ini dapat menimbulkan permasalanpermasalahan,
salah satunya adalah seperti yang dibahas dalam fakta dan bukti-bukti yang dipaparkan
sebelumnya, yakni kenakalan remaja yang disebabkan oleh “ketidakberfungsian atas
fungsi keluarga” dimana dinyatakan dalam data statistik yang menyatakan bahwa
terdapat hubungan negatif antara keberfungsian keluarga dengan kenakalan remaja, yang
artinya bahwa semakin tinggi keberfungsian social kelauarga maka akan semakin rendah
pula kenakalan remaja yang dilakukan dan hal ini juga berlaku sebaliknya.
Dari kenyataan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa paradigm tersebut
“perubahan imanen” ini menjawab mengenai fenomena perubahan keluarga yang ada
pada saat ini yang pada dasarnya menyatakan bahwa perubahan keluarga ini juga
disebabkan oleh perubahan yang berasal dari dalam sistem, yakni perubahan struktur
PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR Page 36
keluarga itu sendiri sehingga membuat sebuah perubahan ataupun pergeseran dalam
keluarga yang ada.

 Perubahan Kontak Selektif


Perubahan ini terjadi jika anggota sistem sosial terbuka pada pengaruh dari luar
dan menerima atau menolak ide baru berdasarkan kebutuhan yang mereka rasakan
sendiri. Tersajinya inovasi itu sendiri secara spontan atau menolak ide baru lagi.
Analisis yang bisa dilakukan atas paradigma diatas ini bias dicontohkan melalui
perubahan peran yang ada pada keluarga-keluarga modern, biasanya yang hidup di desa
kemudian hidup di kota, dimana karena dengan alasan pemenuhan kebutuhan yang
semakin meningkat seiring dengan tuntutan ekomomi dalam pemenuhan berbagai
kebutuhan hidup yang pada akhirnya peran atau kedudukan seorang istri dalam sebuah
keluarga itu sudah bergeser menjadi “pencari nafkah” sama dengan peran suami.
Fenomena inilah yang membuat peran istri yang sebelumnya hanya bertugas di rumah
saja, tetapi karena “factor pemenuhan kebutuhan” yang tidak memungkinkan untuk
dipenuhi oleh seorang suami (kepala keluarga) maka peran istri bergeser sebagai wanita
karier yang memiliki posisi sama dengan suami, yakni sebagai sumber pencari nafkah.
Permasalahan yang timbul atas perubahan peran yang diakibatkan atas faktor
tuntutan pemenuhan kebutuhan yang berasal dari eksternal, yakni perubahan posisi
seorang istri yang menjadi wanita karier ini akhirnya berujung pada fenomena -
fenomena seperti perselingkuhan di tempat kerja yang dilakukan oleh pasangan suami
istri yang dilakukan dengan alasan masalah waktu mereka lebih banyak dihabiskan di
tempat kerja dibandingkan di rumah. Hal ini sesuai dengan salah satu fakta dan bukti
permasalahan seperti yang dibahas sebelumnya.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka permasalahan mengenai perubahan peran
keluarga diatas ini dapat dianalisis dengan paradigm perubahan kontak selektif, yakni
perubahan yang disebabkan oleh factor eksternal yang ditekankan pada perubahan
kebutuhan yang mengharuskan para elemen yang ada di dalamnya untuk mengalami
perubahan, baik berupa perubahan peran maupun perubahan pemaknaan yang ada dalam
keluarga.

 Perubahan Kontak Terarah


Perubahan yang disengaja dengan adanya orang luar atau sebagian anggota
sistem yang bertindak sebagian anggota sistem yang bertindak sebagai agen pembaharu
PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR Page 37
yang secara intensif berusaha memperkenalkan ide - ide baru untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan oleh lembaga dari luar. Inovasi dan kebutuhan untuk berubah
datang dari luar sistem.
Analisa yang didapatkan atas perubahan keluarga dilihat dari perspektif
paradigma perubahan sosial berupa perubahan kontak terarah ini dapat dicontohkan
dengan program-program pemerintah (pihak eksternal) yang mencanagkan program KB
(Keluarga Berencana) dengan tujuan untuk menekan angka kelahiran (fertilitas) dan
meningkatkan kesejahteraan para anggota keluarga. Hal ini juga dibahas dalam jurnal
“Revitalisasi Keluarga” yang dikemukakan oleh facturochman. Dimana seperti kutipan
berikut ini : ........”Pertama, dengan rata-rata jumlah keluarga yang mengecil
mengakibatkan bentuk keluarga luas (extended familiy) bergeser ke bentuk keluarga inti
(nuclear family)........”.
Kutipan diatas memiliki pemahaman bahwa seiring dengan turunnya angka
kelahiran maka secara otomatis memang dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi
tetapi hal ini serta merta juga membawa pergeseran peran gender, dimana dengan
perolehan kesejahteraan yang layak dalam berbagai bidang kehidupan, terlebih lagi
dalam bidang pendidikan maka akan membentuk persepsi tentang “kesetaraan gender”
dimana dengan kemampuan ekonomi yang mapan, maka orang tua akan adil dalam
memberikan pendidikan yang layak bagi anak-anaknya baik perempuan maupun laki-laki
sehingga tidak ada diskriminasi lagi (laki-laki lebih diutamakan). Akhirnya dengan
kemapanan ekonomi yang juga berpengaruh pada kesetaraaan gender tadi juga sedikit
banyak akan berpengaruh pada “konsep peran keluarga” yang berbeda pula sehingga
didapatkan kesimpulan bahwa perubahan peran keluarga tidak hanya dipengaruhi oleh
faktor pemenuhan kebutuhan ekonomi (bersifat minus) saja, seperti yang dibahas
sebelumnya tetapi juga disebabkan oleh faktor kesejahteraan (bersifat plus) pula.
Pandangan ini juga didukung oleh pendekatan yang dikemukakan oleh August
Comte yang menyatakan bahwa peran pemerintah sebagai agen pembaharu memiliki
pemahaman atas permasalahan sekaligus jalan keluar (problem solving) kepada
rakyatnya sehingga pemerintah disini juga berfungsi untuk memberikan pengarahan-
pengarahan positif pada rakyatnya yang belum tahu-menahu mengenai manfaat dari
perubahan yang dilakukan yang pada akhirnya juga akan meningkatkan kesejahteraan
rakyatnya.
Disisi lain, seperti yang dikemukakan oleh August Comte menyatakan bahwa
paradigma “perubahan terencana ini tidak selalu identik dengan keberhasilan, sehingga
PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR Page 38
hal ini bisa saja menimbulkan permasalahan, salah satunya adalah “perubahan peran
keluarga” seperti yang telah dijelaskan diatas.

Analisis terhadap Revitalisasi Keluarga

Hakekat dari revitalisasi keluarga adalah proses perubahan ke arah yang lebih
adaptif, sumber-sumber perubahan yang ada dalam keluarga itu sendiri tidak dapat
diabaikan. Berdasarkan pembahasan mengenai sumber-sumber yang menyebabkan
terjadinya “perubahan keluarga” yang dibahas pada konstruk teori diatas, maka analisis
yang bisa dikemukakan atas pentingnya diadakan upaya revitalisasi, antara lain :
 Beberapa sejarawan berkeyakinan bahwa kecilnya peran ayah terhadap anaknya
sama sekali bukan sebagai akibat perbedaan biologis. Perubahan pandangan ini mulai
berkembang semenjak revolusi industri. Pola pikiran tradisional yang membedakan
siapa yang bekerja di luar rumah dan siapa di rumah tidak pelak lagi dalam
perjalanan sejarah sudah mulai berubah.
 Pada abad dua puluh ini, hanya satu dari dua puluh keluarga yang menyenangi pola
peran tradisional, seperti sang suami bekerja dan si istri tinggal di rumah mengurusi
keluarga dan mengasuh anak. Pergeseran pandangan ini juga berimbas pada
keputusan untuk memiliki anak. Pada wanita yang berpandangan bahwa anak adalah
penghambat karier bahkan memutuskan untuk tidak memiliki anak. Sebuah
perubahan telah terjadi. Dahulu, wanita yang tidak mampu memberikan keturunan
kepada suaminya dinilai sebagai wanita yang kurang sempurna dan aib bagi keluarga,
namun sekarang memiliki anak adalah sebuah keputusan pribadi pasangan yang telah
menikah.
 Perubahan jumlah keluarga dalam kehidupan modern dilatarbelakangi oleh kemajuan
teknologi terutama teknologi bidang kedokteran. Perubahan itu berawal dari suatu
momen, semenjak semakin sadar akan beratnya tanggungan keluarga bagi banyak
anak. Muncullah usaha KB efektif yang membatasi jumlah dan mengontrol
kelahiran.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR Page 39


 Pada keluarga tradisional, ayah cenderung berinteraksi dan sering terlibat dalam
bermain dengan anaknya. Dan ibu cenderung menghabiskan waktunya untuk
membaca ceritera. Ayah cenderung bermain dengan melibatkan fisik dan mendorong
anaknya bermain di luar rumah. Tetapi, pada keluarga nontradisional tatkala ayah
terlibat sepenuhnya dalam mendidik dan mengasuh anak, maka cara bermain pun
berubah. Peranan ayah yang biasanya sebagai pelatih main bola dan ibu sebagai
tukang cerita menjadi berkurang. Dari beberapa hasil penelitian Russell yang
meneliti ayah dan ibu, menemukan bahwa baik ayah maupun ibu sama-sama
mendorong aktivitas anaknya, baik di rumah maupun di luar rumah. Ada ayah yang
justru sering mengajak anaknya bercerita, mengajak bernyanyi, atau menggambar.
Mereka menjadi kurang mengajak anaknya bermain bola atau bermain yang
melibatkan fisik. Dari pandangan-pandangan diatas, yang dikaitkan dengan upaya
revitalisasi keluarga, maka dapat dikatakan bahwa dengan pergeseran peran yang ada
dalam keluarga ini tidak serta merta membawa perubahan ke arah positif tetapi juga
memungkinkan untuk membawa pada perubahan yang berarah negatif, sehingga hal
ini harus diseimbangkan antara keduanya. Dalam upaya menyeimbangkan tersebut
maka keluarga harus bisa adaptif terhadap segala situasi dan kondisi yang ada dalam
kehidupan sosialnya yang selalu mengalami dinamika, sehingga dengan kepemilikan
sifat adaptif tidak serta merta membuat keluarga tersebut kehilangan jati diri, tetapi
dengan adapatif maka akan membuat keluarga tersebut lebih maju dan dapat
mengatasi segala permasalahan yang ada akibat dinamika kehidupan sosial yang ada.
Keluarga terbentuk dari adanya sebuah pernikahan antar individu. Yaitu
penyatuan komitmen seorang laki-laki dan perempuan. Oleh dasar itulah mereka berani
melangkah kejenjang yang dinamakan dengan pernikahan untuk membentuk sebuah
keluarga. Setelah menikah dan mengucapkan ikrar janji sumpah setia, sepasang suami-
istri memberanikan diri untuk menambah satu atau lebih anggota keluarganya tesebut
dengan memiliki seorang anak atau lebih. Karena mereka beranggapan bahwa, keluarga
membentuk yunit dasar dari masyarakat kita, maka pengaruh sosial yang paling banyak
memiliki efek-efek yang paling menonjol terhadap anggotanya adalah keluarga. Unit
dasar ini memiliki pengaruh yang begitu kuat terhadap perkembangan seorang individu
yang dapat menentukan bergasil-tidaknya kehidupan individu tersebut. Bersamaan
dengan itu pula, keluarga mengadakan “penerimaan” baru bagi masyarakat, dan
menyaipkan anak-anak untuk menerima paran-peran dalam masyarakat.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR Page 40


Keluarga juga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggota
keluarganya. Bagi pasanga suami dan istri atau anggota keluarga yang dewasa, keluarga
berfungsi menstabilisasikan kehidupan mereka, yaitu memenuhi kebutuhan kasih sayang,
sosio-ekonomi,dan kebutuhan seksual. Bagi anak-anak, keluarga memberikan perawatan
fisik dan perhatian emosional, dan seiring dengan itu, keluraga juga memberikan
pengarahan perkembangan kepribadian. Sitem kelurga merupakan konteks belajar yang
utama bagi suatu perilaku, pikiran dan perasaan dari seorang individu. Orang tua
merupakan “guru” yang utama, kaena orang tua menginterprestasiakan dunia dan
masyarakat bagi anak-anak.
Lingkungan seperti kekuatan-kekuatan yang penting, semata-mata karena
lingkungan mempengaruhi orangtua, dan karena orangtua adalah orang yang
menerjemahkan arti-arti pentig yang dimiliki oleh kekuatan-kekuatan luar kepada anak.
Keluarga telah lama dilihat sebagai konteks yang paling vital bagi pertumbuhan dan
perkembangan yang sehat. Kelurga memiliki pengaruh yang penting sekali terhadap
pembentukan identitas seorang individu dan perasaan harga diri.
Dalam sebuah masyarakat, keluarga dipandang sebagai struktur terkecil dari
masyarakat tersebut yang terdiri dari individu-individu yang merupakan bagian dari
jaringan social yang lebih besar. Keluarga inilah sebagai satu-satunya lembaga social
yang diberi tanggung jawab untuk mengubah suatu organisme biologis menjadi manusia,
yaitu manusia yang memiliki hak dan kewajiban yang berbeda sesuai dengan stratifikasi
yang ada.
Ilmu sosiologi juga menaruh perhatian besar terhadap keluarga, bukan dilihat dari
sisi biologis atau psikologis semata, tetapi lebih menekankan tidak hanya pada hubungan
antar anggota, juga pada hubungan antar keluarga dengan masyarakat yang selalu
mengalami perubahan.
Di semua masyarakat yang pernah dikenal, hampir semua orang hidup terikat
dalam jaringan kewajiban dan hak keluarga yang disebut hubungan peran (role relations).
Seseorang disadarkan akan adanya hubungan peran tersebut karena proses sosialisasi
yang sudah berangsung sejak masa kanak-kanak, yaitu suatu proses dimana ia belajar
mengetahui apa yang dikehendaki oleh anggota keluarga lain daripadanya, yang akhirnya
menimbulkan kesadaran tentang kebenaran yang dikehendaki.(Goode, 1983)
Anak-anak memiliki dunianya sendiri. Hal iu ditandai dengan banyaknya gerak,
penuh semangat, suka bermain pada setiap tempat dan waktu,tidak mudah letih, dan
cepat bosan. Anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang besar dan selalu ingin mencoba
PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR Page 41
segala hal yang dianggapnya baru. Anak-anak hidup dan berpikir untuk saat ini, sehingga
ia tidak memikirkan masa lalu yang jauh dan tidak pula masa depan yang tidak
diketahuinya. Oleh sebab itu, seharusnya orang tua dapat menjadikan realitas masa
sekarang sebagai titik tolak dan metode pembelajaran bagi anak.(Zurayk, 1997)
Perkembangan karakter seorang anak dipengaruhi oleh perlakuan keluarga
terhadapnya. Karakter seseorang terbentuk sejak dini, dalam hal ini peran keluarga tentu
sangat berpengaruh. “Keluarga merupakan kelompok sosial terkecil dalam masyarakat.
Bagi setiap orang keluarga (suami, istri, dan anak-anak) mempunyai proses
sosialisasinya untuk dapat memahami, menghayati budaya yang berlaku dalam
masyarakatnya.” (Mudjijono, et al., 1995)
Pendidikan dalam keluarga sangatlah penting dan merupakan pilar pokok
pembangunan karakter seorang anak. Pendidikan dasar wajib dimiliki tidak hanya oleh
masyarakat kota, tetapi juga masyarakat pedesaan. Seseorang yang memiliki tingkat
pendidikan tinggi cenderung lebih dihormati karena dianggap berada strata sosial yang
tinggi. Kualitas seseorang dilihat dari bagaimana dia dapat menempatkan dirinya dalam
berbagai situasi. “Manusia Indonesia yang berkualitas hanya akan lahir dari renaja yang
berkualitas, remaja yang berkualitas hanya akan tumbuh dari anak yang berkualitas.”
(TOR dalam Mudjijono,et al., 1995). Keluarga sebagai lembaga sosial terkecil memiliki
peran penting dalam hal pembentukan karakter individu. Keluarga menjadi begitu
penting karena melalui keluarga inilah kehidupan seseorang terbentuk.
Sebagai lembaga sosial terkecil, keluarga merupakan miniatur masyarakat yang
kompleks, karena dimulai dari keluarga seorang anak mengalami proses sosialisasi.
Dalam keluarga, seorang anak belajar bersosialisasi, memahami, menghayati, dan
merasakan segala aspek kehidupan yang tercermin dalam kebudayaan. Hal tersebut dapat
dijadikan sebagai kerangka acuan di setiap tindakannya dalam menjalani kehidupan.
Sebagai sistem sosial terkecil, keluarga memiliki pengaruh luar biasa dalam hal
pembentukan karakter suatu individu. “Keluarga merupakan produsen dan konsumen
sekaligus, dan harus mempersiapkan dan menyediakan segala kebutuhan sehari-hari
seperti sandang dan pangan. Setiap keluarga dibutuhkan dan saling membutuhkan satu
sama lain, supaya mereka dapat hidup lebih senang dan tenang.” Keluarga memiliki
definisi tersendiri bagi orang Jawa. “Bagi orang Jawa, keluarga merupakan sarung
keamanan dan sumber perlindungan.” Hildred Geertz memberikan suatu gambaran ideal
suatu keluarga sebagai berikut : (… bagi setiap orang Jawa, keluarga yang terdiri dari
orang tua, anak-anak, dan biasanya suami atau istri merupakan orang-orang tepenting di
PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR Page 42
dunia ini. Mereka itulah yang memberikan kepadanya kesejahteraan emosional serta titik
keseimbangan dalam orientasi sosial. Mereka memberi bimbingan moral, membantunya
dari masa kanak-kanak menempuh usia tua dengan mempelajari nilai-nilai budaya Jawa.
Proses sosialisasi adalah suatu proses kesinambungan di sepanjang hidup diri pribadi …)
(1983:7)
Pengertian keluarga juga dapat dilihat dalam arti kata yang sempit, sebagai
keluarga inti yang merupakan kelompok sosial terkecil dari masyarakat yang terbentuk
berdasarkan pernikahan dan terdiri dari seorang suami (ayah), isteri (ibu) dan anak-anak
mereka. Sedangkan keluarga dalam arti kata yang lebih luas misalnya keluarga RT,
keluarga komplek, atau keluarga Indonesia. (Munandar, 1985).
Keluarga menjalankan peranannya sebagai suatu sistem sosial yang dapat
membentuk karakter serta moral seorang anak. Keluarga tidak hanya sebuah wadah
tempat berkumpulnya ayah, ibu, dan anak. Sebuah keluarga sesungguhnya lebih dari itu.
Keluarga merupakan tempat ternyaman bagi anak. Berawal dari keluarga segala sesuatu
berkembang. Kemampuan untuk bersosialisasi, mengaktualisasikan diri, berpendapat,
hingga perilaku yang menyimpang.
Keluarga merupakan payung kehidupan bagi seorang anak. Keluarga merupakan
tempat ternyaman bagi seorang anak. Beberapa fungsi keluarga selain sebagai tempat
berlindung, (Mudjijono, et al., 1995) diantaranya :
a) Mempersiapkan anak-anak bertingkah laku sesuai dengan niai-nilai dan
norma-norma aturan-aturan dalam masyarakat dimana keluarga tersebut
berada (sosialisasi).
b) Mengusahakan tersekenggaranya kebutuhan ekonomi rumah tangga
(ekonomi), sehingga keluarga sering disebut unit produksi.
c) Melindungi anggota keluarga yang tidak produksi lagi (jompo).
d) Meneruskan keturunan (reproduksi).
Menurut Kingslet Davis dalam Murdianto (2003) menyebutkan bahwa fungsi
keluarga ialah :
a) Reproduction, yaitu menggantikan apa yang telah habis atau hilang untuk
kelestarian sistem sosial yang bersangkutan.
b) Maintenance, yaitu perawatan dan pengasuhan anak hingga mereka mampu
berdiri sendiri.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR Page 43


c) Placement, memberi posisi sosial kepada setiap anggotanya, baik itu posisi
sebagai kepala rumah tangga maupun anggota rumah tangga, atau pun posisi-
posisi lainnya.
d) Sosialization, pendidikan serta pewarisan nilai-nilai sosial sehingga anak-anak
kemudian dapat diterima dengan wajar sebagai anggota masyarakat.
e) Economics, mencukupi kebutuhan akan barang dan jasa dengan jalan
produksi, distribusi, dan konsumsi yang dilakukan di antara anggota keluarga.
f) Care of the ages, perawatan bagi anggota keluarga yang telah lanjut usianya.
g) Political center, memberikan posisi politik dalam masyarakat tempat tinggal.
h) Physical protection, memberikan perlindungan fisik terutama berupa sandang,
pangan, dan perumahan bagi anggotanya.
Bila seorang anak dibesarkan pada keluarga pembunuh, maka ia akan menjadi
pembunuh. Bila seorang anak dibesarkan melalui cara-cara kasar, maka ia akan menjadi
pemberontak. Akan tetapi, bila seorang anak dibesarkan pada keluarga yang penuh cinta
kasih sayang, maka ia akan tumbuh menjadi pribadi cemerlang yang memilki budi
pekerti luhur. Keluarga sebagai tempat bernaung, merupakan wadah penempaan karakter
individu.
Pada masa sekarang ini, pengaruh keluarga mulai melemah karena terjadi
perubahan sosial, politik, dan budaya. Keadaan ini memiliki andil yang besar terhadap
terbebasnya anak dari kekuasaan orang tua. Keluarga telah kehilangan fungsinya dalam
pendidikan. Tidak seperti fungsi keluarga pada masa lalu yang merupakan kesatuan
produktif sekaligus konsumtif. Ketika kebijakan ekonomi pada zaman modern sekarang
ini mendasarkan pada aturan pembagian kerja yang terspesialisasi secara lebih ketat,
maka sebagian tanggung jawab keluarga beralih kepada orang-orang yang menggeluti
profesi tertentu.
Uraian tersebut cukup menjelaskan apa arti keluarga yang sesungguhnya.
Keluarga bukan hanya wadah untuk tempat berkumpulnya ayah, ibu, dan anak. Lebih
dari itu, keluarga merupakan wahana awal pembentukan moral serta penempaan karakter
manusia. Berhasil atau tidaknya seorang anak dalam menjalani hidup bergantung pada
berhasil atau tidaknya peran keluarga dalam menanamkan ajaran moral kehidupan.
Keluarga lebih dari sekedar pelestarian tradisi, kelurga bukan hanya menyangkut
hubungan orang tua dengan anak, keluarga merupakan wadah mencurahkan segala
inspirasi. Keluarga menjadi tempat pencurahan segala keluh kesah. Keluarga merupakan
suatu jalinan cinta kasih yang tidak akan pernah terputus.
PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR Page 44
Pengaruh Keluarga Terhadap Perkembangan Moral Anak

Papalia dan Old (1987) dalam Hawadi (2001) membagi masa kanak-kanak dalam
lima tahap :
1). Masa Prenatal, yaitu diawali dari masa konsepsi sampai masa lahir.
2). Masa Bayi dan Tatih, yaitu saat usia 18 bulan pertama kehidupan merupakan
masa bayi, di atas usia 18 bulan pertama kehidupan merupakan masa bayi, di atas
usia 18 bulan sampai tiga tahun merupakan masa tatih. Saat tatih inilah, anak-
anak menuju pada penguasaan bahasa dan motorik serta kemandirian.
3). Masa kanak-kanak pertama, yaitu rentang usia 3-6 tahun, masa ini dikenal juga
dengan masa prasekolah.
4). Masa kanak-kanak kedua, yaitu usia 6-12 tahun, dikenal pula sebagai masa
sekolah. Anak-anak telah mampu menerima pendidikan formal dan menyerap
berbagai hal yang ada di lingkungannya.
5). Masa remaja, yaitu rentang usia 12-18 tahun. Saat anak mencari identitas dirinya
dan banyak menghabiskan waktunya dengan teman sebayanya serta berupaya
lepas dari kungkungan orang tua.
Anak-anak sering bertanya tentang banyak hal, baik yang berhubungan dengan
hal-hal yang faktual maupun yang fiktif. Pertanyaan-pertanyaan ini, bagi anak-anak,
merupakan ekspresi dari rasa ingin tahu dan menyibak keraguannya, sehingga anak
tersebut terdorong untuk mengajukan pertanyaan. Hal ini merupakan kebutuhan psikis
alamiah yang dinamakan dengan istilah “cinta meneliti.”(Zurayk, 1997)
Cinta meneliti ini merupakan salah satu pertanda anak yang cerdas. Anak cerdas
selalu ingin tahu dan terangsang untuk memcahkan masalah yang baru ditemukannya.
Dengan begitu, ia dapat mencoba hal-hal baru dan menciptakan produk-produk
pemikiran bagi dirinya sendiri. Gardner (2005) dalam Amstrong (2005), mendefinisikan
kecerdasan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah dan menciptakan produk
yang mempunyai nilai budaya.
Anak-anak mulai berpikir kritis dimulai ketika mereka menuju pada panguasaan
bahasa dan motorik serta kemandirian, yaitu pada masa tatih (diatas 18 bulan). Pada
masa ini anak-anak mulai mengenal bahasa dan tertarik untuk mempelajarinya. Berbagai
pertanyaan kritis mulai terlontar.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR Page 45


Seiring dengan pertanyaan yang keluar dari bibir mungil seorang anak, disinilah
peran orang tua bermain. Orang tua dapat menjawab segala pertanyaan anak dengan
jawaban yang sebenarnya atau jawaban fiksi yang merupakan karangan orang tua. Orang
tua dituntut untuk dapat memberi jawaban yang dapat memuaskan hati seorang anak,
sekalipun jawaban itu dirasanya sangat sulit dipahami oleh anak karena pertanyaannya
yang bersifat sensitif. Berawal dari pertanyaan-pertanyaan dari seorang anak, pendidikan
mengenani moral dan budi pekerti dapat ditanamkan.
Penanaman moral pada diri seorang anak berawal dari lingkungan keluarga.
Pengaruh keluarga dalam penempaan karakter anak sangalah besar. Dalam sebuah
keluarga, seorang anak diasuh, diajarkan bebagai macam hal, diberi pendidikan
mengenai budi pekerti serta budaya. Setiap orang tua yang memiliki anak tentunya ingin
anaknya tumbuh dan berkembang menjadi manusia cerdas yang memiliki budi pekerti
baik agar dapat menjaga nama baik keluarga.
Anak bukanlah orang dewasa, ia memiliki sifat-sifat yang khas. Seorang anak
melihat, mendengar, berperasaan, dan berpikir dengan bentuk yang khas, namun tidak
keluar dari logika dan perasaan yang sehat. Misalnya, anak-anak itu melihat, mendengar,
dan berperasaan sebagaimana orang tua melihat, mendengar, berperasaan, dan berpikir.
Karena itu, orang tua seharusnya mempergauli anak-anak berdasarkan pada anggapan
bahwa dia adalah anak-anak. Sebagaimana dikatakan, “Pemuda tidak akan menjadi
pemuda yang sebenarnya selama masa kanak-kanaknya tidak menjadi anak-anak yang
sebenarnya.
Keluarga memberikan pengaruh pada pembentukan budi luhur bagi seorang anak.
Salah satu ciri anak yang berbudi luhur adalah selalu menunjukkan sikap sopan dan
hormatnya pada orang tua. Budi luhur yang melekat pada setiap orang bukan datang
dengan sendirinya, melainkan harus diciptakan. Terutama dalam keluarga dan bukan
merupakan keturunan. Dengan kata lain, budi luhur tidak merupakan keturunan
melainkan merupakan produk pendidikan dalam keluarga, merupakan perpaduan antara
akal. Kehendak, dan rasa.
Seiring dengan perkembangan zaman, terjadi pergeseran nilai-nilai kebudayaan
pada masyarakat. Siaran-siaran televisi kembali menjadi salah satu faktor penyebab
lunturnya nilai-nilai tersebut. Hadirnya televisi telah merebut perhatian anak terhadap
orang tua. Anak seringkali mengabaikan nasihat yang diberikan oleh orang tua dengan
alasan nasihat tersebut terkesan kuno. Dalam kondisi demikian, seorang anak tidak

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR Page 46


mengetahui yang sebenarnya mengenai nilai-nilai yang seharusnya diberikan orang tua
kepada anaknya.
Pada masa sekarang, intensitas bertemu antara anak dengan orang tua sangatlah
sempit. Oleh karena itu, orang tua harus mampu membagi waktu dengan baik dan
mencari saat-saat yang tepat untuk menyelipkan pelajaran mengenai budi pekerti luhur.
Pada saat makan malam misalnya, atau pada saat menonton televisi bersama, sambil
membimbing.
Kejujuran merupakan hal terpenting bagi individu dalam menjalani hidup, dan
tahap awal penanaman sikap jujur dimulai dari keluarga. Penanaman sikap jujur dalam
keluarga dapat dimulai dari perilaku orang tua yang selalu bersikap dan berkata jujur.
Dengan begitu, maka akan lebih mudah bagi seorang anak menanamkan sikap jujur pada
dirinya karena tidak pernah merasa dibohongi. Dalam suatu keluarga, tidak dapat
dipungkiri bahwa sesekali seorang anggotanya melakukan suatu kebohongan. Seseorang
melakukan suatu kebohongan biasanya disebabkan oleh rasa takut karena dianggap
melakukan kesalahan atau sedang menyembunyikan sesuatu. Dalam banyak hal,
sebaiknya orang tua mendengarkan pendapat anaknya, karena bagaimana pun
komunikasi dalam keluarga harus tetap berlangsung dengan baik.
Keluarga memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya
manusia. Pendidikan moral dalam keluarga perlu ditanamkan pada sejak dini pada setiap
individu. Walau bagaimana pun, selain tingkat pendidikan, moral individu juga menjadi
tolak ukur berhasil tidaknya suatu pembangunan.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memegang peranan penting serta
sangat mempengaruhi perkembangan sikap dan intelektualitas generasi muda sebagai
penerus bangsa. Keluarga, kembali mengmbil peranan penting dalam peningkatan
kualitas sumber daya manusia.
Berbagai aspek pembangunan suatu bangsa, tidak dapat lepas dari berbgai aspek
yang saling mendukung, salah satunya sumber daya manusia. Terlihat pada garis-garis
besar haluan negara bahwa penduduk merupakan sumber daya manusia yang potensial
dan produktif bagi pembangunan nasional. Hal ini pun tidak dapat terlepas dari peran
serta keluarga sebagai pembentuk karakter dan moral individu sehingga menjadi sumber
daya manusia yang berkualitas.
Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat memerlukan adanya sumber
daya manusia yang berkualitas baik. Untuk mendapatkan sumber daya manusia yang
berkualitas baik tentunya memerlukan berbagai macam cara. Salah satu diantanya adalah
PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR Page 47
melalui pendidikan. Pendidikan baik formal maupun informal. Pendidikan moral dalam
keluarga salah satunya.
Walaupun memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, tetapi rendah dalam hal
moralitas, individu tidak akan berarti dimata siapa pun. Pendidikan moral dimulai dari
sebuah keluarga yamng menanamkan budi pekerti luhur dala setiap interaksinya. Sumber
daya manusia berkualitas dapat dilihat dari keluarganya. Bukan hanya keluarga mampu
dari segi materi, yang dapat meningkatkan kualitas individunya melalui tambahan-
tambahan materi pembelajaran di luar bangku sekolah. Akan tetapi, keluarga sederhana
di desa pun dapat menjamin kualitas sumber daya manusianya. Kualitas sumber daya dan
keluhuran budi pekerti merupakan hasil tempaan orang tua.
Orang tua merupakan panutan bagi anak-anaknya, untuk itu sebaiknya orang tua
dapat menjadi contoh yang baik bagi anak-anaknya. Orang tua juga harus membuka diri
terhadap perkembangan zaman dan teknologi saat ini. Anak-anak memiliki pemikiran
yang kritis terhadap sesuatu yang baru. Bila orang tua tidak membuka diri terhadap
perkmbangan yang ada, kelak akan menuai kesulitan dalam menjawab pertanyaan dari
anak. Pada akhirnya berbuah kebohongan dan secara tidak langsung menanamkannya
pada anak.
Dalam setiap masyarakat manusia, pasti akan dijumpai keluarga batih (“nuclear
family”). Keluarga batih tersebut merupakan kelompok sosial kecil yang terdiri dari
suami, istri beserta anak-anaknya yang belum menikah. Keluarga batih tersebut lazimnya
juga disebut rumah tangga, yang merupakan unit terkecil dalam masyarakat sebagai
wadah dan proses pergaulan hidup.
Suatu keluarga batih dianggap sebagai suatu sistem sosial, oleh karena memiliki
unsur-unsur sistem sosial yang pada pokoknya mencakup kepercayaan, perasaan, tujuan,
kaidah-kaidah, kedudukan dan peranan, tingkatan atau jenjang, sanksi, kekuasaan, dan
fasilitas. Sehingga akan bermunculan beberapa item-item keadaan tertentu apabila kita
coba untuk mengapresiasikan dan mengaplikasikan dari unsur-unsur cakupan pokok
keluarga batih tersebut.
Profesor Soerjono Soekanto, dalam buku Sosiologi Keluarga: tentang ikhwal
keluarga, remaja dan anak, menjelaskan bahwa, masa mendatang merupakan sambungan
masa kini, sedangkan masa kini berasal dari masa dulu, orang tua ideal masa dulu,
memberikan landasan bagi orang tua ideal masa kini. Hal ini berarti, bahwa hal-hal yang
pokok pada masa dulu, mungkin masih dapat dijadikan dasar orientasi pada masa kini.
Sikap tindak logis yang mendapat tekanan pada masa kini, tidak perlu menjadi hal yang
PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR Page 48
negatif, apabila disertai dengan penyerasiannya dengan sikap tindak etis dan estetis
dalam arti dan penafsiran yang sebenarnya.
Orang tua ideal masa mendatang, merupakan produk orang tua ideal masa kini.
Kalau pada masa kini sudah mulai tampak gejala-gejala negatif yang mempengaruhi pola
mendatang, maka pengaruh itu sebenarnya harus dihilangkan. Menghilangkan pengaruh
yang negatif itu bukanlah dengan cara mengagung-agungkan masa lampau yang sudah
lewat, akan tetapi dengan cara menunjukkan bahwa pola yang berlaku dewasa ini tidak
akan menguntungkan manusia pada masa mendatang
Ciri orang tua ideal masa mendatang, seyogyanya mulai dipikirkan dan dicoba
pada masa kini dalam bentuk usaha untuk lebih menyerasikan nilai spritualisme dengan
nilai materialisme yang memang merupakan pasangan. Hal itu tidak akan tercapai,
apabila manusia tetap fanatik pada salah satu nilai saja, dengan mengabaikan nilai yang
menjadi pasangannya. Orang tua ideal di masa mendatang adalah orang tua yang dapat
menyerasikan nilai spritualisme dengan nilai materialisme secara proporsional
Penjelasan mengenai remaja, yaitu, apabila remaja muda sudah menginjak usia
17 tahun sampai 18 tahun, mereka lazim disebut golongan muda atau pemuda-pemudi.
Sikap tindak mereka rata-rata sudah mendekati pola sikap tindak orang dewasa,
walaupun dari sudut perkembangan mental belum sepenuhnya demikian. Biasanya
mereka berharap agar dianggap dewasa oleh masyarakat. Remaja sebenarnya tergolong
kalangan yang transisional. Artinya, keremajaan merupakan gejala sosial yang bersifat
sementara, oleh karena berada antara usia kanak-kanak dengan usia dewasa. Sifat
sementara dari kedudukannya mengakibatkan remaja masih mencari identitasnya, karena
oleh anak-anak mereka sudah dianggap dewasa, sedangkan orang dewasa mereka masih
dianggap kecil
Secara umum persoalan-persoalan yang dihadapi remaja berkisar pada masalah
pribadi yang khas remaja, misalnya, soal kemandirian, hak dan kewajiban, kebebasan,
pengakuan terhadap eksistensi budaya remaja, dan lain masalah yang boleh dikatakan
bersifat universalistik. Sehingga persoalan-persoalan itu menimbukan berbagai ciri atau
karakteristik pada diri remaja, yang juga bersifat umum, dengan catatan bahwa
kemungkinan terjadinya variasi tetap ada
Secara teoritis tidak mungkin untuk menemukan upaya-upaya yang pasti untuk
menanggulangi permasalahan yang diuraikan tersebut. Agaknya kunci yang pokok
adalah hubungan yang akrab antara ora tua dengan anak-anaknya yang menginjak usia
remaja. Hubungan yang akrab itu jangalah semata-mata didasarkan pada kebendaan saja,
PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR Page 49
akan tetapi senantiasa harus diserasikan dengan landasan spitual. Kedua landasan itu
tidak mungkin dipisah-pisahkan, apalagi saling menggantikan. Keduanya harus selalu
diserasikan, sehingga menghasilkan akibat yang baik
Dengan mempelajari seluk beluk kehidupan remaja secara seksama, orang tua
dapat membantu mereka untuk menemukan identitas diri. Pola kehidupan remaja zaman
kini mempunyai ciri-ciri tersendiri; janganlah orang tua memaksakan ciri-ciri kehidupan
remaja pada zaman mereka pada anak-anaknya. Cara demikian hanyalah memperbesar
kesenjangan. Yang seyogyanya dilakukan adalah membandingkan yang sekarang dengan
yang terjadi dahulu, kemudian berilah kesempatan pada remaja untuk memilihnya
sendiri, sesuai dengan keinginan hatinya sendiri
Namun semua itu tidak lepas dari pengaruh terhadap perkembangan ilmu dan
teknologi, pergeseran tekanan nilai-nilai dan persiapan masa depan anak dengan segala
persoalannya. Terjadinya pergeseran tekanan nilai sebenarnya bukan sepenuhnya
merupakan akibat perkembangan ilmu dan teknologi, sebenarnya hal itu sangat
tergantung pada pihak yang memanfaatkan ilmu dan teknologi itu. Ilmu dan teknologi
pada dasarnya mempunyai sifat netral; tergantung pada manusianya, apakah akan
digunakan untuk maksud-maksud positif atau negatif. Oleh karena itu, penggunaan ilmu
dan teknologi tersebut hendaknya tidak berhenti pada sekedar penggunannya saja, akan
tetapi juga dengan memperhitungkan akibat-akibatnya sepanjang manusia mampu untuk
mengadakan predeksi yang akurat. Penerapan ilmu dan teknologi tidak perlu
menghasilkan pergeseran nilai, oleh karena dapat ditujukan untuk menyerasikan
pasangan nilai-nilai. Ringkasnya, pemahaman ilmuan teknologi tidak hanya digunakan
semata-mata, akan tetapi senantiasa harus disertai dengan tanggung jawab
penggunaannya

KESIMPULAN

Secara garis besar dapat dikatakan bahwa keluarga adalah sebuah sistem yang
dijadikan sebagai pedoman dan mempengaruhi kelangsungan hidup para anggota
keluarga yang ada di dalamnya. Disisi lain juga harus disadari bahwa “Hal yang paling
tidak bisa untuk dirubah adalah perubahan itu sendiri”. Pandangan ini juga berlaku
pada dinamika kehidupan sosial yang selalu berubah mengikuti perubahan jaman, yang
hal ini juga akan berimbas pada struktur-struktur atau elemen yang ada di dalamnya,
salah satunya adalah keluarga. Perubahan-perubahan yang ada dalam keluarga ini terkait

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR Page 50


dengan pergeseran peran, pemaknaan atas keluarga itu sendiri. Hal – hal tersebut telah
membawa para elemenelemen yang ada dalam keluarga tersebut harus tanggap dan sigap
dalam menghadapi perubahan yang ada.
Salah satu upaya untuk menghadapi tantangan perubahan adalah dengan
revitalisasi yang dianggap sebagai proses perubahan ke arah yang lebih adaptif, sumber-
sumber perubahan dalam keluarga itu sendiri tidak dapat diabaikan berupa perubahan
yang asalnya dari faktor internal maupun faktor eksternal. Pengertian revitalisasi ini
tidak membawa pada perubahan jati diri yang ada pada konsep keluarga tersebut tapi
lebih ditekankan pada makna “adaptif” itu sendiri. seperti yang diungkapkan dalam
jurnal dikatakan bahwa pada dasarnya masyarakat ini memiliki kerinduan khusus
terhadap makna keluarga yang dulu (keluarga tradisional) meskipun pada akhirnya
masyarakat juga ikut terbawa dan berperan dengan proses perubahan itu sendiri.
kerinduan tersebut dirasakan karena pada konsep perubahan keluarga yang ada pada saat
ini itu membawa lebih banyak persoalan yang muncul dibandingkan dengan konsep
keluarga tradisional yang dulu. Maka untuk itu peran atau upaya revitalisasi disini lebih
ditekankan pada penyeimbang atau jalan keluar untuk menghadapi tantangan perubahan
yang ada dalam system keluarga itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Armstrong, Thomas. 2005. Setiap Anak Cerdas. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Dagun, S. M. 2002. Psikologi Keluarga (Peranan Ayah dalam Keluarga). Cetakan
kedua. Penerbit :Rineka Cipta. Jakarta.
Effendi, Suratman, Ali Thaib, Wijaya, Dan B. Chasrul Hadi. 1995. Fungsi Keluarga
Dalam Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia. Jambi:
Departemen Pendidikan dan Kebudayan.
Geertz, Hildred. 1983. Keluarga Jawa. Jakarta: Grafiti Pers.
Goode, William., 1991. Sosiologi Keluarga., Edisi Pertama. Bumi Aksara. Jakarta.
Gunarsa, Singgih D. Menyikapi Periode Kritis Pada Anak dan Dampaknya Pada Profil
Kepribadian tahun 2001 dalam Psikologi Perkembangan Pribadi dari bayi
sampai lanjut usia. Editor: S. C. Utami Munandar. Jakarta: UI Press. 2001.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR Page 51


Handayani M. Muryatinah, dkk. 2008. Psikologi Keluarga. Edisi Pertama. Fakultas
Psikologi Universitas Airlangga. Surabaya.
Hawadi, Reni Akbar. 2001. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: PT. Grasindo.
Lauer, Robert., 2003. Perspektif Tentang Perubahan Sosial, Edisi Kedua. Penerbit :
Rineka Karya. Jakarta.
Magnis Suseno (1993:163), dalam Mudjijono, et al. Fungsi Keluarga Dalam
Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia. (Yogyakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan),
Ma’fur Zurayk. 1997 Aku dan Anakku (Bandung: Al-Bayan (Kelompok Penerbit Mizan),
Mudjijono, Hermawan, Hisbaron, Noor Sulistyo, dan Sudarmo Ali. 1996 . Fungsi
Keluarga Dalam Meningkatkan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Munandar, Utami. 1983. Emansipasi dan Peran Ganda Wanita Indonesia: Suatu Tinjauan
Psikologis. Depok: UI Press.
Murdianto, Utomo, Bambang S. 2003. Modul Mata Kuliah Sosiologi Pedesaan. Bogor:
Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian IPB.
Singgih Gunarsa (1976:9) dalam Mudjijono, et al. Fungsi Keluarga Dalam
Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia. (Yogyakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan)
Zurayk, Ma’ruf. 1997. Aku dan Anakku. Bandung: Al-Bayan (Kelompok Penerbit
Mizan).

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR Page 52

Anda mungkin juga menyukai