Anda di halaman 1dari 6

PENGARUH PROSES TEMPERING

PADA HASIL PENGELASAN BAJA 516-70 TERHADAP


MECHANICAL PROPERTIES DAN SIFAT KOROSI

Ir. Soeweify M.Eng*. dan Dony Setyawan., S.T., M.Eng *


Juang Priyo Bandono**
* Staf Pengajar Jurusan Teknik Perkapalan
** Mahasiswa Jurusan Teknik Perkapalan
Fakultas Teknologi Kelautan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya
Sukolilo – Surabaya (60111)
Telp : 081357438825
Email : juan_its200@yahoo.co.uk

Abstrak

Material baja karbon A 516 – 70 merupakan material yang telah dispesifikasikan American Society For Testing
and Materials (ASTM) dan dispesifikasikan penggunaan material dalam pembuatan bejana bertekanan (Pressure
Vessel) maupun pada sebuah konstruksi bersuhu menengah atau rendah. Seiring kebutuhan pemakaian baja
karbon pada umumnya, material ini memiliki kuat tarik antara 70 (485) dalam satuan SI hingga 70-90 (485-620)
dalam satuan Ksi (Mpa). Seperti yang telah kita ketahui bahwa proses pengelasaan banyak dilakukan dalam
proses produksi, demikian material inipun diijinkan penggunaan las dalam proses penyambungan. Dengan kata
lain proses penyambungan las sangat produktif digunakan dalam penyambungan material baja. Namun pada
kenyataannya penyambungan dengan metode pengelasan, menyebabkan perubahan struktur mikro pada material
baja karbon. Sehingga beberapa kejadian sering adanya keretakan pada hasil lasan yang dikarenakan adanya
beban dari tekanan pada bejana bertekanan (Pressure Vessel). Permasalahan ini melahirkan sebuah penelitian
yang akan dituangkan dalam penulisan tugas akhir ini. Dari beberapa literatur diketahui bahwa, struktur mikro
suatu baja dapat dirubah dengan suatu perlakuan panas. Hal ini mendasari suatu penelitian tugas akhir ini yang
melakukan pengamatan pada perlakuan temper sebagai salah satu metode perlakuan panas (Heat Treatment)
dalam memperbaiki sifat mekanis pada baja karbon 516 dengan grade 70 ini. Namun dari beberapa literatur
sebelumnya bahwa, akibat proses temper yang diberikan pada sebuah baja dapat berpengaruh menningkatnya
laju korosi suatu baja. Oleh sebab itu, kami lengkapi penelitian ini dengan pengujian laju korosi yang terjadi
pada material ini. Sehingga dapat diasumsikan besar peningkatan kekuatan akibat pengaruh metode temper ini,
terhadap ketahanan rambat korosinya. Dengan melakukan beberapa pengujian secara mekanik dan laju
perambatan korosi, diharapkan dapat memperbaiki kualitas hasil pengelasan pada material baja 516 dengan
grade 70. Dari hasil prosentase kenaikan nilai kekuatan dan laju korosi pada logam lasan material baja 516-70
ini, diharapkan dapat diapplikasikan sebagai perawatan maupun perbaikan pada sebuah bejana berekanan.
Kata kunci: A516 - 70, Proses Tempering, Uji Mekanik, dan Laju korosi.
CuNiFe is a product of many maritime application in the world as a good resistance to seawater corrosion, its
applications are widely used in onboard bilga channels and also channels that deliver a substance that is
chemically like the channels that contain foam extinguishers, as well as other gas lines. In this research material
are used CuNiFe welded pipe circular pipe (5G) with a thickness of 2 mm pipe, 3 inch diameter pipe (76 mm),
and the electrodes used was SG-CuNi10Fe (2.4 mm) with a strong flow of welding between 50 to 100 Ampere is
based on Field Work Standards Property PT.PAL Indonesia (Persero). This study aimed to determine the results
of welding pipes that led from CuNiFe outage WPS. But the authors analyzed only the results of the welding of
the criteria accepted by the standard welding pipe welding, especially for those (ASME). To change the structure
of the pipe before and after the welding deformation test used, and to know the existence of welding defects that
occur in use radiography testing. Analysis of the toughness and the mechanical connections used tensile testing
(Tension Test) and bending (Bending Test). From the test - a test that was done it was found that welding with a
heat input pipe CuNiFe input 0.497 Kj / mm distortion angle of the farthest distance of the straight line welding
of 2.43 mm, 3 mm Porosity of (reject), so that was not chosen for mechanical testing connection. For the
specimens welded with heat input 0.746 Kj/mm distortion angle of the farthest distance of the straight line
welding of 3.21 mm, there is no weld defects (porosity), 306.45 N/mm2 Ultimate strength, there is also an open
crack or defect the bending test. For the specimens welded with heat input 0.995 Kj/mm distortion angle of the
farthest distance of the straight line welding of 3.85 mm, porosity of 0.5 mm, and are not selected for
mechanicaltesting.

Keywords: Pipe CuNiFe, Ampere, Heat Input, TIG, Deformation Testing, Radiography Testing,
Mechanical Testing
.

1. Pendahuluan kekuatan sebuah bangunan atau sebuah konstruksi


yang dibangun.
PENDAHULUAN
Penggunaan material baja A516 dengan
Dalam penggunaan material yang telah diatur grade 70, sering digunakan pada konstruksi
oleh ASTM, klasifikasi A516 – 70 sering digunakan bertekanan (Boiler) sebagai sebuah ketel / bejana
proses pengelasan dalam penyambungan sebuah bertekanan yang dapat digunakan untuk pembangkit
konstruksi. Proses pengelasan banyak dipilih sebagai tenaga listrik, maupun pemanas. Dengan adanya
proses yang memiliki nilai ekonomis dan efisiensi beban yang cukup tinggi yang berasal dari tekanan
yang cukup tinggi. Namun dalam proses pengelasan yang terjadi pada sebuah bejana bertekanan dapat
pada penyambungan material baja dapat menunrunkan mematahkan sebuah sambungan lasnya. Dari uraian
nilai kekuatan dari sebuah material baja. Hal ini diatas, maka penulisan tugas akhir ini dilatar
disebabkan adanya perubahan struktur mikro sebuah belakangi oleh perbaikan kualitas sambungan las
material baja oleh pengaruh panas yang diberikan oleh pada material ini. Salah satu cara guna memperbaiki
proses pengelasan. kualitas sambungan dengan melakukan pemanasan
Dapat kita ketahui bahwa kekuatan sebuah ulang pada sambungan las material A516 dengan
sambungan las material baja yang digunakan grade 70 ini. Dengan perlakuan panas yang
sebagai elemen sebuah bangunan atau konstruksi dilakukan setelah proses pengelasan dapat
sangat diharapkan dalam penggunaanya. Oleh sebab meningkatkan kekuatan sebuah sambungan las.
itu berbagai lembaga mengeluarkan standart yang Beberapa literatur yang telah menyebutkan, bahwa
secara spesifik yang dapat mengasumsikan sebagai perlakuan panas dapat menurunkan ketahanan
kuat tarik (Tensile), kuat tekan (Bend), kuat pukul terhadap korosi suatu baja. Oleh karena itu
(Impact), serta ketahanan terhadap perambatan retak pengujian terhadap laju korosi pun dilakukan yang
(Fracture) sebuah material baja. Berbagai macam diharapkan menjadi pertimbangan sebelum
kekuatan sebuah material baja maupun sambungan melakukan pemanasan ulang pada material ini.
las tersebut menjadikan dasar dari berbagai macam
pengujian untuk mengetahui nilai dan besaran yang
dihasilkan pada sebuah baja. Diharapkan dengan
mengetahui besaran kekuatan sebuah material
maupun sambungannya dapat ditentukan pula
2. Metode Penelitian
Bahan Penelitian
Penyambungan las material A516-70 dilakukan
dengan membentuk bevel berdasarkan AWS
D1.1dengan sudut 30º sehingga kampuh las
berbentuk ’V’ ( ’V’ groove ). Proses pembuatan
kampuh ini dilakukan dengan tahapan penandaan
dan diikuti dengan pemotongan menggunakan alat
potong gas oxy acetylene (gambar 3.3) sebagai
berikut:
(G ro v e A n g e l)

12 ,7
4. Proses Temper
B a c k P la te
Temperng merupakan salah satu metode
perlakuan panas yang dilakukan pada temperature
(R o o t O p e n in g )
A1. Hal ini dilakukan bertujuan untuk mendapatkan
kumpulan bentuk cementite yang berasal dari
3. Proses Pengelasan struktur ferrite.
Disusun sebuah welding parameter sbb:

Dengan tebal material 12.7mm, maka digunakan


metode seperti pada gambar dibawah:
Pass Welding Filler Metals Current Volt Travel
No. Process AWS Dia. Type & Range Range Speed
Class (mm) Polarity (A) (V) (mm /
(Brand Min)
Name)
1 FCAW E70T-2 1.2 DC- 100-150 27-28 10-20

2 FCAW E70T-2 1.2 DC- 105-155 29-30 20-40

3 FCAW E70T-2 1.2 DC- 110-160 31-32 40-80

4 FCAW E70T-2 1.2 DC- 100-150 27-28 10-25

Mengikuti perlakuan panas yang diizinkan oleh


ASTM-A516 / A516M point 5.4, proses tempering
3 dilakukan pada kisaran suhu 595ºC hingga 705ºC.
2 dengan tujuan menghasilkan struktur mikro pada
1 baja karbon martensite dengan butiran yang halus
4 sehingga material lebih keras dan kuat.
GAUGING
1. Dilanjutkan proses temper yaitu:
memanaskan material hingga suhu 595ºC
Pengelasan dilakukan 4 layer dengan parameter dengan waktu penahanan 60menit.
tersebut diatas. Dari proses pengelasan dihasilkan
perubahan struktur mikro yang dapat mengurangi 2. Setelah perlakuan panas tersebut diatas,
kualitas sambungan. Perubahan tersebut dapat maka dilakukan pendinginan pada suhu
digambarkan seperti gambar dibawah: ruang (28ºC)
5. Uji Mekanik tekuk ini menurut AWS D1.1 (4.8.3.3) material uji
dapat dikatakan diterima (acceptable) apabila:
5.1 Uji Tarik (Tensile Test) • Pada permukaan logam terdapat sobekan tidak
lebih dari > 1/8 in (3 mm) pada arah manapun juga.
Tujuan
• Jumlah semua sobekan tidak lebih dari > 3/8
Kekuatan tarik merupakan sifat mekanis in (6 mm) dengan kedalaman 1/32 in (1mm).
material yang penting, terutama untuk perencanaan
konstruksi maupun pengerjaan logam tersebut. Hasil Uji Tekuk (Bending Test)
Kekuatan tarik suatu bahan dapat diketahui dengan
melakukan pengujian tarik pada bahan tersebut. BENDING TEST RESULT
Diameter Mandrel =
Pengujian tarik dapat dilakukan pada bahan dasar 50º Result

(raw material) maupun material product. Dari hasil No. Item Identification Width Thick Open Lateral Tubular

pengujian tarik dapat diketahui sifat-sifat material (mm) (mm) Defect Crack Crack

dan informasi sebagai berikut : (mm²) (mm²) (mm²)

• Tegangan tarik maksimum (Ultimate 1 Temper 1 Weld Metal 9.9 12.7 - - -

Tensile Strength) σ u 2 Temper 2 Weld Metal 9.95 12.75 - - -

• Tegangan luluh (yield strength) σ y


3 Temper 3 Weld Metal 10.22 12.66 - - -

4 Temper 4 Weld Metal 10.26 12.7 - - -


• Regangan (elongation) 1 Non Temper 1 Weld Metal 9.7 12.7 - - -
• Pengurangan luas penampang (reduction 2 Non Temper 2 Weld Metal 10.25 12.7 - - -
of area) 3 Non Temper 3 Weld Metal 9.84 12.7 - - -
• Diagram tegangan-regangan (stress-strain 4 Non Temper 4 Weld Metal 9.82 12.7 - - -
diagram)
• Lokasi dan mode kepecahan 5.3 Uji Pukul (Impact Test)

Hasil Uji Tarik Impact strength adalah ketahanan batang uji


terhadap pukulan (impact) dinyatakan dengan
Dari pengujian tarik dari material dengan banyaknya energi yang diperlukan untuk
proses temper dan Non temper, dapat dijelaskan mematahkan batang uji, dengan satuan kg m atau ft
dengan grafik dibawah: lb atau joule.
Perbandingan Kuat Tarik & Kuat Luluh
Hasil Uji Pukul
600.00
Dari Pengujian impact, didapat nilai kekuatan
500.00
518.03 528.39
509.74 505.59 impact masing-masing spesimen pada tabel 4.4
447.58 455.86
439.29 431.00 sebagai berikut:
400.00

Impact
Ultimate Strength
300.00
1.69
Yield Stregth
1.69
Impact Strength (Nm/mm2)

200.00
1.69
1.68
100.00
1.68
1.68
0.00
Temper 1 Temper 2 Non Temper 1 Non Temper 2 1.68
1.68
1.67
1.67
5.2 Uji Tekuk (Tensile Test) 1.67
Temper 1 Temper 2 Temper 3 Non Temper Non Temper Non Temper
Tujuan 1 2 3
Spesimen
Tujuan dari Pengujian tekuk digunakan untuk
menguji kualitas sambungan tersebut, yaitu untuk 5.4 Laju korosi
mengetahui kekenyalan dan adanya cacat-cacat pada
Hukum termodinamika mengungkapkan kepada
bagian dalam logam las. Berdasarkan standar AWS
kita tentang kuatnya kecenderungan keadaan energi
D1.1 yang didapati, bahwa ketentuan pada
tinggi untuk berubah ke keadaan energi rendah.
pengujian tekuk material A516 grade 70 dengan
Kecenderungan inilah yang membuat logam-logam
ketebalan 12,7 dapat dilakukan dengan uji tekuk
tergabung kembali dengan unsur-unsur yang ada di
dari sisi weld metal (Side Bending). Pada pengujian
lingkungan, yang akhirnya membentuk gejala yang elektroda acuan. besarnya arus yang keluar dicatat
disebut korosi. sebagai variabel untuk perhitungan besarnya laju
korosi. Berdasarkan hukum Faraday, maka besarnya
Dasar Teori laju korosi dapat dihitung menggunakan rumus
sebagai berikut :
Ketika suatu logam tidak berada dalam
Laju korosi(2) = K ai
kesetimbangan dengan larutan yang mengandung ion-
nD
ionnya, potensial elektrodanya berbeda dari potensial
Dimana :
korosi medianya dan selisih antara keduanya disebut
K = Konstanta (0.129 untuk mpy)
polarisasi. Polarisasi merupakan parameter yang
a = Berat atom logam terkorosi
penting yang memungkinkan kita membuat
i = kerapatan arus (μA/cm³)
pernyataan-pernyataan tentang laju-laju proses korosi.
n = Jumlah elektron valensi logam terkorosi
Hal tersebut terjadi karena laju korosi dan kerapatan
D = Densitas logam terkorosi (gr/cm³)
arus mempunyai kaitan langsung. Polarisasi atau
penyimpangan dari potensial kesetimbangan disini
Hasil Laju Korosi
sama dengan gabungan polarisasi anoda pada logam
dan polarisasi katoda pada lingkungannya. Jenis No ikor Laju korosi
[Trethewey, et, al, 1991]. Spesimen (μA/cm2) (mmpy)
Tempered Base Metal T1 3,002 1.09 x 10-4
Bila dalam percobaan mendapatkan iukur >> Tempered Weld Metal T2 3.328 1.34 x 10-4
ic maka akan menunjukkan perilaku pengeplotan Non Tempered Base Metal 1 2.812 0.927 x 10-4
Tabel yang linier. Bagaimanapun, ketika polarisasi
Non Tempered Weld Metal 2 2.926 0.998 x 10-4
mendekati Ekor, yakni bila ia kurang lebih sama
dengan io maka harga kerapatan arus terukur akan
jauh meninggalkan harga ia yang sejati dan kita akan
mendapatkan penyimpangan yang besar sekali dari Laju Korosi
perilaku linier. Argumen-argumen yang sama berlaku 0.00016
0.00014
baik apabila polarisasi anoda maupun polarisasi 0.00012
katoda yang digunakan. Jadi kalau kita mencoba 0.0001
mendapatkan data dari percobaan, dalam hal ini kita
iko rr

0.00008
masih bisa menetapkan harga io melalui ekspolasi 0.00006

terhadap bagian-bagian yang linier pada hasil 0.00004

pengeplotan polarisasi. (grafik 2.13) [Trethewey, et, 0.00002


0
al, 1991]. Tempered Base Tempered Weld Non Tempered Base Non Tempered Weld
Metal Metal Metal Metal
Spesimen

0.20

0.10 6. Kesimpulan
Polarisasi (V)

• Dari hasil perhitungan besar kekuatan tarik pada


0 E kor masing-masing spesimen uji tarik, dapat diambil
hasil logam lasan material A-516 grade 70 yang
io
telah melalui proses temper hingga suhu 595ºC
-0.10 dengan pendinginan suhu ruang, rata-rata
menunjukan kenaikan nilai kuat tarik hingga 3%.

-0.20
• Dari hasil uji impact dapat diperhitungkan besar
10 -4 10 -3 10 -2 10 -1 1
kuat impact pada masing-masing spesimen
Kerapatan Arus (A m -2 )
material hasil lasan pada material A-516 grade 70,
dapat diketahui rata-rata kenaikan nilai kuat
impact hingga 11%.
Setelah dilakukan percobaan, maka diperoleh • Dengan proses temper material baja 516-70 dan
besarnya arus yang diasumsikan sama dengan hasil logam lasannya, yang dilakukan pada suhu
besarnya elektron yang melewati elektroda kerja dan 595°c selama 1 jam dengan pendinginan
temperatur ruang sebesar 27°c yang telah 12. Ayers and Machmeier, Metall. and Mater.
dilakukan dalam penulisan ini, tidak menghasilkan Trans. A, 24 (1993), 1943.
peningkatan nilai kuat tarik dan yang besar. Proses
temper ini, merupakan suatu proses temper yang 13. Tempered Martensite by H. K. D. H.
dikondisikan secara sederhana sehingga dapat Bhadeshia University of Cambridge tempered
dilakukan dengan cepat dan pada suatu konstruksi martensite.html.
yang telah terpasang.
• Pengaruh perlakuan temper terhadap laju korosi
suatu material baja karbon A516 grade 70 dengan
ukuran spesimen 10x10x20 tidak menunjukan
nilai hingga 1.34 x 10-4 (mmpy) dengan
peningkatan laju korosi hingga 35%, namun dari
literatur yang didapat pada bab II tabel 2.7 dapat
digolongkan sempurna. Sehingga peningkatan
laju korosi yang terjadi masih dapat di terima.

7. Sumber
1. Benjamin W. Niebel, Alan B. Draper, Richard
A. Wysk : “ Modern Manufacturing Process
Engineering ” Mc GRAW_HILL EDITIONS

2. B. Zakharov : “HEAT - TRATMENT OF


METALS”

3. Amercan Society for Testing and Material


(ASTM) A20 / A20M dan A516 / A516M – 01

4. American Welding Society (AWS) D1.1

5. Amercan Society of Mechanical Engineering


(ASME) Section IX

6. Dosen Metalurgi , ‘DIKTAT PETUNJUK


PRAKTIKUM LOGAM’ , Teknik Mesin FTI
– ITS 1992

7. Fontana G. Mars “Corrosion Engineering”,


second edition

8. Trethewey, K. R dan Chamberlain J. 1991.


“Korosi untuk Mahasiswa dan Rekayasawan”.
Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

9. Diktat API and JWES Welding Engineers.

10. SAE-AISIdesignations
forSteel(http//www:help@material
engineers.com)

11. Donald Clark Ph.D/Phisicall Metalurgy for


Engineering 2nd Edition

Anda mungkin juga menyukai