Denny Akmal Fathurrachman-Fkik PDF
Denny Akmal Fathurrachman-Fkik PDF
SKRIPSI
NIM: 1110102000021
JAKARTA
NOVEMBER 2014
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
NIM : 1110102000021
Tanda Tangan :
kan oleh
Nama : Denny Akmal Fathurrachman
NIM : 1110102000021
Program Studi : Farmasi
Judul : PENGARUH KONSENTRASI PELARUT TERHADAP ...................
iii
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL ................... DAUN
SIRSAnnona
iv
v
ABSTRAK
Kata kunci : Daun sirsak (Annona muricata Linn); antioksidan; DPPH; IC50;
AAI
vi
ABSTRACT
The study aimed to find out antioxidant activity of 96%, 70%, and 50%
ethanolic extract of soursop leaves (Annona muricata Linn) was obtained by
maceration method. Antioxidant activity testing was tasted by DPPH (2,2-
diphenyl-1-picrylhydrazil) method with vitamin C as a positive control. The
result of antioxidant activity showed that IC50 (Inhibitory Concentration) value
of 96% ethanolic extract of soursop leaves was 29,810 ppm (very active), 70%
ethanolic extract of soursop leaves was 18,030 ppm (very active), 50%
ethanolic extract of soursop leaves was 73,819 ppm (active), and vitamin C
was 5,999 (very active). AAI (Antioxidant Activity Index) value of 96%
soursop leaves was 1,328 (strong), 70% ethanolic extract of soursop leaves was
2,196 (very strong), 50% ethanolic extract of soursop leaves was 0,536
(moderate), and vitamin C was 6,601 (very active). Based on this study, 70%
ethanolic extract of soursop leaves have higher antioxidant activity than 96%
and 50% ethanolic extract of soursop leaves.
Key word : Soursop leaves (Annona muricata Linn); antioxidant; DPPH; AAI
vii
KATA PENGANTAR
1. Bapak Prof. Dr. (hc) dr. M. K. Tadjudin, Sp. And selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Drs. Umar Mansur, M.Sc., Apt. selaku Ketua Program Studi Farmasi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Prof. Dr. Atiek Soemiati, MS., Apt dan Bapak Drs. Ahmad Musir,
M.Sc., Apt selaku Pembimbing I dan Pembimbing II, yang memiliki andil
besar dalam proses penelitian dan penyelesaian tugas akhir saya ini, semoga
segala bantuan dan bimbingan ibu dan bapak mendapat imbalan yang lebih
baik di sisi-Nya.
viii
4. Bapak dan Ibu staf pengajar dan karyawan yang telah memberikan
bimbingan dan bantuan selama saya menempuh pendidikan di Program
Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tak lupa kepada kedua orang tua saya, ayahanda Musaini dan ibunda
Delilah, semoga segala amalan dan jerih payah keduanya mendapat balasan
yang jauh lebih baik disisi-Nya.
Akhir kata, saya berharap Allah subhanahu wa ta'ala membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.
ix
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital
Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.
Demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan
sebenarnya.
Yang menyatakan,
x
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................ vi
2.2 Simplisia........................................................................................................ 7
xi
2.3 Ekstrak .......................................................................................................... 7
3.3.5 Uji Aktivitas Antioksidan secara Kuantitatif dengan Metode DPPH ...... 19
3.3.5.4 Pembuatan Larutan Uji Ekstrak Etanol 96%, 70%, dan 50% ............... 19
xii
3.3.5.5 Pembuatan Larutan Pembanding Vitamin C ......................................... 20
4.2 Saran............................................................................................................ 32
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Kurva Hubungan Konsentrasi dan % Inhibisi Ekstrak Etanol 96%
................... Daun Sirsak (Annona muricata Linn) .......................................... 29
Gambar 4.2 Kurva Hubungan Konsentrasi dan % Inhibisi Ekstrak Etanol 70%
................... Daun Sirsak (Annona muricata Linn) .......................................... 29
Gambar 4.3 Kurva Hubungan Konsentrasi dan % Inhibisi Ekstrak Etanol 50%
................... Daun Sirsak (Annona muricata Linn) .......................................... 29
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Randemen Ekstrak Etanol 96%, 70%, Dan 50% Daun
.................Sirsak (Annona muricata Linn)....................................................... 23
Tabel 4.2 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 96%, 70%, Dan 50%
................ Daun Sirsak (Annona muricata Linn) ............................................ 24
Tabel 4.3 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol 96% Daun Sirsak
............... .(Annona muricata Linn)................................................................... 26
Tabel 4.4 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol 70% Daun Sirsak
............... .(Annona muricata Linn)................................................................... 26
Tabel 4.5 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol 50% Daun Sirsak
.............. ..(Annona muricata Linn)................................................................... 27
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 3. Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 96%, 70%, dan 50% Daun
Sirsak (Annona muricata Linn)......................................................................... 39
Lampiran 4. Perhitungan Randemen Ekstrak Etanol 96%, 70%, dan 50% Daun
Sirsak (Annona muricata Linn)......................................................................... 41
Lampiran 7. Skema Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol 96% Daun Sirsak
(Annona muricata Linn) dengan Metode DPPH .............................................. 45
Lampiran 8. Skema Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol 70% Daun Sirsak
(Annona muricata Linn) dengan Metode DPPH .............................................. 46
Lampiran 9. Skema Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol 50% Daun Sirsak
(Annona muricata Linn) dengan Metode DPPH .............................................. 47
xvi
1
BAB I
PENDAHULUAN
beracun, makanan dalam kemasan, bahan aditif, dan sinar ultraviolet matahari
yang menyebabkan radiasi (Winarsi, 2007).
Untuk menghambat dan mencegah reaksi oksidasi yang disebabkan oleh
radikal bebas diperlukan antioksidan alami. Antioksidan alami mampu
melindungi tubuh terhadap kerusakan yang disebabkan senyawa oksigen reaktif,
menghambat terjadinya penyakit degeneratif serta mampu menghambat
peroksidasi lipid pada makanan (Sunarni, 2005). Senyawa kimia yang tergolong
dalam kelompok antioksidan dan dapat ditemukan pada tanaman, antara lain
berasal dari golongan polifenol, bioflavonoid, vitamin C, vitamin E, beta karoten,
katekin, dan resveratrol (Hernani et al., 2005). Perlu diketahui bahwa terdapat
pula antioksidan sintetis yaitu butylatedhydroytoluena (BHT) dan
butylatedhydroxyanysole (BHA) yang banyak dimanfaatkan dalam industri
makanan dan minuman. Namun, beberapa hasil penelitian telah membuktikan
bahwa antiradikal bebas tersebut mempunyai efek samping yang tidak diinginkan,
yaitu berpotensi sebagai karsinogenik terhadap efek reproduksi dan metabolisme.
Oleh karena itu jenis antioksidan alami yang baru harus terus dicari untuk
meredam radikal bebas yang dapat merusak tubuh manusia (Putu, et al., 2011).
Sirsak (Annona muricata Linn) merupakan salah satu tanaman yang
memiliki kandungan antioksidan tinggi terutama pada daun dan buahnya. Daun
sirsak mengandung senyawa asetogenin, tanin, fitosterol, kalsium oksalat, alkaloid
murisin, flavonoid, dan steroida (Suranto, 2011). Hasil riset menyatakan, daun
sirsak mengandung asetogenin yang mampu melawan 12 jenis sel kanker.
Banyaknya manfaat daun sirsak membuat orang mulai beralih mengkonsumsi
daun sirsak sebagai alternatif pencegahan dan pengobatan konvensional (Putu
et al., 2011).
Untuk mengoptimalkan kandungan senyawa pada ekstrak daun sirsak dapat
dilakukan ekstraksi dengan konsentrasi pelarut yang berbeda. Pelarut merupakan
salah satu dari faktor kimia eksternal yang mempengaruhi mutu ekstrak. Hasil
penelitian yang dilakukan di Institut Pertanian Bogor (IPB) membuktikan adanya
perbedaan aktivitas antioksidan yang dipengaruhi oleh konsentrasi pelarut yang
digunakan. Perbedaan tersebut ditemukan pada ekstrak etanol 96%, etanol 70%,
dan etanol 30% daun wungu dimana uji aktivitas antioksidan (IC50) dari tiga jenis
pelarut menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan tidak aktif pada tiga jenis
pelarut yang digunakan namun ekstrak etanol 70% daun wungu memiliki aktivitas
antioksidan yang lemah dengan IC50 257,79 ppm. Perbedaan aktivitas antioksidan
pada ekstrak tersebut dikarenakan adanya perbedaan polaritas dari masing-masing
pelarut. Pelarut etanol 96%, etanol 70%, dan etanol 30% berturut-turut memiliki
nilai konstanta dielektrik sebesar 30, 45, dan 65 (Winata, 2011). Selain itu,
semakin kecil konsentrasi pelarut organik yang digunakan maka semakin kecil
pula biaya yang dikeluarkan. Namun memperbesar konsentrasi pelarut organik
saat ekstraksi belum tentu dapat meningkatkan aktivitas antioksidan. Hal ini
membuat perlunya pertimbangan dalam pemilihan konsentrasi pelarut.
Berdasarkan latar belakang tersebut, pada penelitian ini pelarut yang dipilih
merupakan konsentrasi pelarut etanol yang biasa digunakan pada industri dan
penelitian. Penelitian ini diharapkan dapat memperoleh hasil konsentrasi pelarut
etanol terbaik (96%, 70%, dan 50%) pada ekstrak daun sirsak (Annona muricata
Linn) yang memiliki aktivitas antioksidan tertinggi terhadap pengujian aktivitas
antioksidan dengan metode DPPH. Metode DPPH dipilih karena merupakan
metode yang sederhana, mudah, cepat, dan peka serta hanya memerlukan sedikit
sampel untuk pengujian aktivitas antioksidan dari senyawa bahan alam
(Molyneux, 2004).
1.3 Hipotesa
Ekstrak etanol 70% daun sirsak memiliki aktivitas antioksidan paling
optimal dibandingkan ekstrak etanol 96% dan 50% daun sirsak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
b. Biji
Berwarna coklat agak kehitaman dan keras, berujung tumpul,
permukaan halus mengkilat dengan ukuran panjang kira-kira 16,8 mm dan
lebar 9,6 mm. Jumlah biji dalam satu buah bervariasi, berkisar antara 20-70
butir biji normal, sedangkan yang tidak normal berwarna putih kecoklatan
dan tidak berisi.
c. Buah
Buah sejati berganda yakni buah yang berasal dari satu bunga dengan
banyak bakal buah tetapi membentuk satu buah. Buah memiliki duri sisik
halus. Apabila sudah tua daging buah berwarna putih, lembek, dan berserat
dengan banyak biji berwarna coklat kehitaman.
d. Bunga
Pada bunga tunggal dalam satu bunga terdapat banyak putik sehingga
dinamakan bunga berpistil majemuk. Bagian bunga tersusun secara
hemicylis, yaitu sebagian terdapat dalam lingkaran yang lain spiral atau
terpencar. Mahkota bunga berjumlah 6 sepalum yang terdiri atas 2 lingkaran,
bentuknya hampir segi tiga, tebal dan kaku, berwarna kuning keputih-putihan,
dan setelah tua mekar, kemudian lepas dari dasar bunganya. Putik dan benang
sari lebar dengan banyak karpel (bakal buah). Bunga keluar dari ketiak daun,
cabang, ranting, atau pohon. Bunga umumnya sempurna, tetapi terkadang
hanya bunga jantan dan bunga betina saja dalam satu pohon. Bunga
melakukan penyerbukan silang, karena umumnya tepung sari matang lebih
dahulu sebelum putiknya.
e. Daun
Daun berbentuk bulat telur terbalik, berwarna hijau muda sampai hijau
tua, ujung daun meruncing, pinggiran rata, dan permukaan daun mengkilap.
2.1.4 Khasiat
Daun sirsak (Annona muricata Linn) berkhasiat sebagai obat bisul, obat
kejang, peluruh keringat, antikanker, antidiabetes, antibakteri, antijamur,
antiemetik, sedatif, analgesik, antimutagenik, sitotoksik, vasodilator, antimalaria,
antihepatotoksik, insektisida, antihipertensi, relaksan otot polos, obat jantung, dan
antioksidan (Depkes RI, 1989., Zuhud, 2011., dan Sugiati, et al., 1991).
2.2 Simplisia
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apa pun kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang
telah dikeringkan. Simplisia dibedakan menjadi tiga, yaitu simplisia nabati,
simplisia hewani, dan simplisia pelikan (mineral).
Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian
tanaman atau eksudat tanaman. Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat
berupa hewan utuh atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum
berupa bahan kimia murni, misalnya ikan dan madu. Simplisia pelikan atau
mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah
atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa bahan kimia murni,
contoh serbuk seng dan serbuk tembaga (Depkes RI, 1980).
2.3 Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi zat
aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang
tersisa diperlukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan
(Depkes RI, 2000).
melewati pengayak dengan nomor tersebut. Namun, jika derajat halus suatu
serbuk dinyatakan dengan 2 nomor, dimaksudkan bahwa semua serbuk dapat
melalui pengayak dengan nomor terendah dan tidak lebih dari 40% melalui
pengayak dengan nomor tertinggi (Depkes RI, 1980).
2.5 Ekstraksi
2.3.1 Pengertian Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair (Depkes
RI, 2000).
jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Depkes RI,
2000).
3. Digesti
Digesti adalah maserasi dengan pengadukan kontinu pada
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara
umum dilakukan pada temperatur 40-50ºC (Depkes RI, 2000).
4. Infus
Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia
nabati dengan air pada suhu 90ºC selama 15 menit (Depkes RI, 1979).
5. Dekok
Dekok adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari
simplisia nabati dengan air pada waktu yang lebih lama ± 30 menit dan
temperatur sampai titik didih air (Depkes RI, 2000).
2.7 Antioksidan
Antioksidan adalah zat yang dapat melawan pengaruh bahaya dari radikal
bebas yang terbentuk sebagai hasil metabolisme oksidatif, yaitu hasil dari reaksi
kimia dan proses metabolik yang terjadi didalam tubuh. Berbagai bukti ilmiah
menunjukkan bahwa senyawa antioksidan mengurangi risiko terhadap penyakit
kronis, seperti kanker dan penyakit jantung koroner (Goldberg, 2003).
Antioksidan memiliki fungsi untuk menghentikan atau memutuskan reaksi
berantai dari radikal bebas yang terdapat didalam tubuh, sehingga dapat
menyelamatkan sel-sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas (Hernani dan
Rahardjo, 2005). Antioksidan berperan dalam menetralkan radikal bebas dengan
cara memberikan satu elektronnya kepada radikal bebas, sehingga menjadi non
radikal. Reaksi antara DPPH dengan senyawa antioksidan dapat digambarkan
sebagai berikut:
- - H
O O
+ +
O2NN N N + AH O2NN N N +A
O O
berupa serbuk halus yang dilapiskan serba rata pada lempeng kaca (Depkes RI,
1979).
KLT dapat dipakai dengan dua tujuan. Pertama, dipakai untuk mencapai
hasil kualitatif, kuantitatif atau preparatif. Kedua dipakai untuk menjajaki sistem
pelarut dan sistem penyangga yang akan dipakai dalam kromatografi kolom
(Gritter, et al., 1991).
Kromatografi lapis tipis (KLT) dapat digunakan untuk tujuan analitik dan
preparatif. KLT analitik digunakan untuk menganalisa senyawa-senyawa organik
dalam jumlah kecil misalnya, menentukan jumlah komponen dalam campuran
dan menentukan pelarut yang tepat untuk pemisahan dengan KLT preparatif.
Sedangkan KLT preparatif digunakan untuk memisahkan campuran senyawa dari
sampel dalam jumlah besar berdasarkan fraksinya, yang selanjutnya fraksi-fraksi
tersebut dikumpulkan dan digunakan untuk analisa berikutnya (Townshend,
1995).
KLT merupakan teknik yang benar-benar menguntungkan karena tingkat
sensitifitasnya sangat besar dan konsekuensinya jumlah sampel lebih sedikit.
Fase gerak yang dikenal sebagai pelarut pengembang atau cairan pengelusi akan
bergerak sepanjang fase diam karena pengaruh kapiler pada pengembangan secara
mekanik (ascending), atau karena pengaruh gravitasi pada pengembangan
menurun (descending) (Gritter, et al., 1991).
Jumlah volume fase gerak harus mampu mengelusi lempeng sampai
ketinggian lempeng yang telah ditentukan. Setelah lempeng terelusi, dilakukan
deteksi bercak (Gandjar dan Rohman, 2007). Laju pergerakan fase gerak terhadap
fase diam dihitung sebagai retardation farctor (Rf). Nilai Rf diperoleh dengan
membandingkan jarak yang ditempuh oleh zat terlarut dengan jarak yang
ditempuh oleh fase gerak (Gandjar dan Rohman, 2007).
Fase gerak harus memiliki kemurnian yang tinggi. Hal ini dikarenakan KLT
merupakan teknik yang sensitif. Fase gerak yang digunakan adalah pelarut
organik yang memiliki tingkat polaritas tersendiri, melarutkan senyawa contoh,
dan tidak bereaksi dengan penjerap. Adsorben umumnya digunakan dalam KLT
meliputi partikel silika gel ukuran 12 µm, alumina, mineral oksida, silika gel
dengan ikatan kimia, selulosa, poliamida, polimer penukar ion, silika gel, dan fase
kiral (Gritter, et al., 1991).
Ada beberapa cara untuk mendeteksi senyawa yang tidak berwarna pada
kromatogram. Deteksi paling sederhana adalah jika senyawa menunjukkan
penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi utama kira-kira 254 nm)
atau jika senyawa itu dapat dieksitasi pada radiasi UV gelombang pendek dan
gelombang panjang (365 nm). Pada senyawa yang mempuyai dua ikatan rangkap
atau lebih dan senyawa aromatik seperti turunan benzena, mempunyai serapan
kuat ± di daerah 230-300 nm (Stahl, 1985).
Identifikasi dari senyawa-senyawa yang terpisah dari lapisan tipis
menggunakan nilai Rf. Polaritas fase gerak perlu diperhatikan pada analisa dengan
KLT, sebaiknya digunakan campuran pelarut organik yang mempunyai polaritas
serendah mungkin. Campuran yang baik memberikan fase gerak yang mempunyai
kekuatan bergerak sedang. Secara umum dikatakan bahwa fase diam yang polar
akan mengikat senyawa polar dengan kuat sehingga bahan yang kurang sifat
kepolarannya akan bergerak lebih cepat dibandingkan bahan-bahan polar (Gritter,
et al., 1991).
Fase gerak harus memiliki kemurnian yang tinggi. Hal ini dikarenakan KLT
merupakan teknik yang sensitif. Fase gerak yang digunakan adalah pelarut
organik yang memiliki tingkat polaritas tersendiri, melarutkan senyawa contoh,
dan tidak bereaksi dengan penjerap (Gritter, et al., 1991).
Pelarut yang ideal harus melarutkan linarut dan harus cukup baik sebagai
pelarut yang bersaing dengan daya serap penjerap. Keadaan yang ideal tersebut
mungkin terjadi jika pelarut tidak berproton seperti hidrokarbon, eter dan senyawa
karbonil dipakai sebagai pelarut pengembang (Gritter et al., 1991).
fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditranmisikan atau yang
diabsorpsi. Spektrofotometer tersusun atas sumber spektrum yang kontinu,
monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blangko dan suatu
alat untuk mengukur pebedaan absorpsi antara sampel dan blangko ataupun
pembanding (Khopkar, 1990).
Spektrofotometer UV-Vis dapat melakukan penentuan terhadap sampel
yang berupa larutan, gas, atau uap. Untuk sampel yang berupa larutan perlu
diperhatikan pelarut yang dipakai antara lain:
1. Pelarut yang dipakai tidak mengandung sistem ikatan rangkap terkonjugasi
pada struktur molekulnya dan tidak berwarna.
2. Tidak terjadi interaksi dengan molekul senyawa yang dianalisis.
3. Kemurniannya harus tinggi atau derajat untuk analisis. (Mulja dan Suharman,
1995).
BAB III
METODE PENELITIAN
4.3.5.4 Pembuatan Larutan Uji Ekstrak Etanol 96%, 70%, dan 50%
1. Pembuatan Larutan Uji Ekstrak etanol 96%, 70%, dan 50%
Sebanyak 50 mg ekstrak etanol 96%, 70%, dan 50% masing-masing
dilarutkan dengan 50 mL metanol p.a dalam labu ukur 50 mL sehingga
diperoleh konsentrasi 1000 ppm (larutan induk). Dari larutan induk dibuat
seri konsentrasi 10, 30, 40, dan 50 ppm untuk ekstrak etanol 96%, seri
konsentrasi 10, 20, 30, dan 40 ppm untuk ekstrak etanol 70%, dan seri
konsentrasi 40, 50, 60, dan 100 ppm untuk ekstrak etanol 50%.
2. Pengukuran serapan dengan menggunakan spekrofotometer UV-Vis
% inhibisi = x 100%
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
maksimal. Serbuk simplisia daun sirsak yang telah diayak diperoleh sebanyak
950 gram.
4.3 Ekstraksi
Proses ekstraksi serbuk simplisia daun sirsak dilakukan dengan cara
maserasi langsung. Maserasi langsung dilakukan dengan mengekstraksi
langsung simplisia daun sirsak menggunakan pelarut etanol 96%, 70%, dan
50% sebanyak 500 mL dengan beberapa kali pengadukan. Maserasi dipilih
karena proses pengerjaan yang mudah dan peralatan yang cukup sederhana.
Pada maserasi ini, digunakan serbuk simplisia daun sirsak sebanyak 300 gram
untuk masing-masing pelarut. Proses maserasi dilakukan selama 2-3 hari dan
diremaserasi sebanyak 11 kali pengulangan.
Total masing-masing pelarut etanol yang digunakan sebanyak 6 L yang
sebelumnya telah didestilasi terlebih dahulu. Menurut Tiwari, et al., (2011),
etanol lebih efisien dalam degradasi dinding sel yang bersifat non polar
sehingga polifenol akan tersari lebih banyak. Untuk mempermudah proses
penyaringan filtrat hasil maserasi disaring dengan kapas terlebih dahulu lalu
dilanjutkan dengan kertas saring. Kemudian dipekatkan dengan vacuum
rotary evaporator pada suhu 45-50°C. Randemen ekstrak yang diperoleh
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1 Randemen Ekstrak Etanol 96%, 70%, dan 50% Daun Sirsak
(Annona muricata Linn)
Tabel 4.2 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 96%, 70%, Dan 50%
...................Daun Sirsak (Annona muricata Linn)
Hasil
Pengujian
Ekstrak Ekstrak Ekstrak
Senyawa
Etanol 96% Etanol 70% Etanol 50%
Alkaloid - - -
Flavonoid + + +
Saponin - + +
Triterpenoid - - -
Fenol + + +
Kuinon + + +
Tanin - - -
Tabel 4.3 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol 96% Daun Sirsak
................(Annona muricata Linn).
Aktivitas
Konsentrasi Absorbansi IC50
Peredaman AAI
(ppm) Rata-rata (ppm)
(%)
10 0,428 16,893 1,328
30 0,242 53,010 (1,0 < AAI
29,810
40 0,160 68,930 < 2,0 atau
50 0,113 78,058 kuat)
Blanko 0,515
Tabel 4.4 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol 70% Daun Sirsak
................(Annona muricata Linn).
Aktivitas
Konsentrasi Absorbansi IC50
Peredaman AAI
(ppm) Rata-rata (ppm)
(%)
10 0,260 36,084 2,196
20 0,193 52,586 (AAI >2,0
18,030
30 0,109 73,153 atau sangat
Blanko 0,406
Tabel 4.5 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol 50% Daun Sirsak
................(Annona muricata Linn).
Aktivitas
Konsentrasi Absorbansi IC50
Peredaman AAI
(ppm) Rata-rata (ppm)
(%)
40 0,316 3,485 0,536
50 0,292 11,515 (0,5 < AAI <
73,819
60 0,231 30,101 1,0 atau
100 0,037 88,788 Sedang)
Blanko 0,330
50 y = 1,5661x + 3,3232
R² = 0,9848
0
0 10 20 30 40 50 60
Konsentrasi µg/ml
80
60
40 y = 1,6502x + 20,259
20 R² = 0,988
0
0 10 20 30 40 50
Konsentrasi µg/ml
50 y = 1,4612x - 57,851
R² = 0,995
0
0 20 40 60 80 100 120
Konsentrasi µg/ml
100.000
50.000
y = 7606,4x + 4366,3
R² = 0,9995
0
0 2 4 6 8 10 12 14
Konsentrasi µg/ml
Kurva diatas diperoleh dengan menggunakan regresi linier pada aplikasi
pengolah data microsoft excel 2007. Koefisien y pada persamaan linier
bernilai 50 merupakan koefisien IC50, Sedangkan koefisien x pada persamaan
linier ini merupakan konsentrasi ekstrak yang akan dicari nilainya, dimana
x yang diperoleh merupakan besarnya konsentrasi yang diperlukan untuk
dapat meredam 50% aktivitas radikal DPPH. Nilai R 2 menggambarkan
linieritas konsentrasi terhadap % inhibisi. Nilai R 2 yang mendekati +1
(bernilai positif) menunjukkan korelasi yang baik antara konsentrasi sampel
dengan % inhibisi (Harmita, 2004).
Aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol 70% daun sirsak lebih kuat
dari kedua sampel lainnya. Kuatnya aktivitas antioksidan pada ekstrak etanol
70% daun sirsak berhubungan dengan kandungan metabolit sekunder yang
yang tersari pada saat proses ekstraksi. Ini membuktikan kandungan metabolit
sekunder yang memiliki aktivitas antioksidan pada ekstrak etanol 70% daun
sirsak lebih banyak dari pada ekstrak etanol 96% dan 50% daun sirsak.
Perbedaan kandungan metabolit sekunder yang tersari saat ekstraksi pada
ketiga ekstrak disebabkan karena adanya perbedaan polaritas antara pelarut
etanol 96%, 70%, dan 50%.
Salah satu senyawa metabolit sekunder yang dapat mempengaruhi
aktivitas antioksidan adalah flavonoid. Flavonoid merupakan antioksidan
eksogen yang mengandung gugus fenolik dan telah dibuktikan bermanfaat
dalam mencegah kerusakan sel akibat stress oksidatif. Mekanisme kerja dari
flavonoid sebagai antioksidan dapat secara langsung maupun tidak langsung.
BAB V
5.1 Kesimpulan
1. Hasil uji aktivitas antioksidan menunjukkan nilai IC 50 (Inhibitory
Concentration) ekstrak etanol 96% daun sirsak sebesar 29,810 ppm
(sangat aktif), ekstrak etanol 70% daun sirsak sebesar 18,030 ppm
(sangat aktif), ekstrak etanol 50% daun sirsak sebesar 73,819 ppm
(aktif), dan vitamin C sebesar 5,999 ppm (sangat aktif).
2. Nilai AAI (Antioxidant Activity Index) ekstrak ekstrak etanol 96%
daun sirsak sebesar 1,328 (kuat), ekstrak etanol 70% daun sirsak
sebesar 2,196 (sangat kuat), ekstrak etanol 50% daun sirsak sebesar
0,536 (sedang), dan vitamin C sebesar 6,601 (sangat kuat).
3. Ekstrak etanol 70% daun sirsak memliki aktivitas antioksidan yang
lebih kuat dari pada ekstrak etanol 96% dan 50% daun sirsak.
5.2 Saran
1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk membandingkan kualitas
mutu ekstrak etanol 96%, 70%, dan 50% daun sirsak (Annona
muricata Linn).
2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai efek antioksidan dari
ekstrak etanol 96%, 70%, dan 50% daun sirsak (Annona muricata
Linn) secara in-vivo.
DAFTAR PUSTAKA
1. Arora, A., M.G. Nair., and G.M. Strasburg. (1998). Structure – activity
relationships for antioxidant activities of a series of flavonoids in a
liposomal system. Free Radic. Biol.& Med. 24(9); p. 1355-1363
2. Blois, M.S. 1958. Antioxidant determinations by theuse of a stable free
radica., Nature; p. 1199-1200.
3. Daun Sirsak Untuk Penyembuhan Kanker. Diakses dari www.daunsirsak.net.
5 November 2010
4. Depkes RI. (1979). Farmakope Indonesia edisi III. Direktorat Jendral
Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta; hal 484.
5. Depkes RI. (1980). Materia Medika Indonesia. Edisi IV. Direktorat Jenderal
Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta; hal XI; XVIII; 159-160; 170-172.
6. Depkes RI. (1989). Materia Medika Indonesia. Edisi V. Direktorat Jenderal
Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta.; hal 41-45.
7. Depkes RI. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.
Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta. hal 1-12; 13-37;
55-58.
8. Gandjar dan Rohman., (2007). Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta
9. Ghosal, M dan Mandal, P. (2012) Phytochemical screening and
antioxidant activities of two selected ‘BIHI ’ Fruits used as vegetables
in Darjeeling Himalaya. Int J Pharm Pharma Sci. Vol 4. p. 567-574
10. Goldberg, G. (2003) . Plants: Diet and Health. I Owa State Press, Blackwell
Publishing Company, 2121 State Avenue, Ames, USA.
11. Gordon, MH. (1990). The mechanism of antioxidant action in vitro. In:
Hudson BJF (editor). Food antioxidants. Elsevier Applied Science. London,
p.1-18.
12. Gritter R.J., James, M., dan Arthur E, S. (1991). Pengantar Kromatografi.
Penerbit ITB. Bandung.
13. Harborne, J. B. (1987). Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern
Menganalisis Tumbuhan. Institut Teknologi Bandung, Bandung.
26. Musfiroh dan Syarief. (2012). Uji Aktivitas Peredaman Radikal Bebas
Nanopartikel Emas dengan Berbagai Konsentrasi sebagai Material
Antiaging dalam Kosmetik. UNESA Journal of Chemistry; hal 2.
27. Nijveldt, R.J., Van, N.E., Van, H.D.E., Boelens, P.S., Van, N.K., and Van
Leeuwen, P.A. (2001). Flavonoids: A Review of Probable Mechanisms of
Action an Potential Applications. US National Library of Medicine. National
Institute of Health. p. 418-425. NCBI.
28. Nurjanah., Izzati., dan Abdullah. (2011). Aktivitas Antioksidan dan
Komponen Bioaktif Kerang Pisau (Solen sp.). Jurnal Ilmu Kelautan Vol 16
(3); hal. 119-124. ISSN
29. 0853-7291.
30. Radi, J. (1997). Sirsak Budidaya dan Pemanfaatannya. Kanisius.
Yogyakarta; hal 12-13.
31. Redaksi Agromedia. (2008). Buku Pintar Tanaman Obat. Agromedia
Pustaka. Jakarta; hal 228.
32. Saija, A., et al. (1995). Flavonoids as antioxidant agents : importance
of their interaction with biomembranes. Free Radic. Biol. & Med. 19(4); p.
481-486.
33. Silalahi, Jansen. (2006). Makanan Fungsional. Kanisius. Yogyakarta; hal 40
34. Stahl, E.(1985). Analisis Obat secara Kromatografi dan Mikroskopi. ITB.
Bandung.
35. Sugiati, S.S., Hutapea, J.R. (1991) Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Jilid
I. Jakarta. Depkes RI; hal 56-57.
36. Sumardika dan Jawi. (2012). Water Extract of Sweet Potato Leaf
Improved Lipid Profile and Blood SOD Cntent of Rats with High
Cholesterol Diet. Medicina vol. 43; p.2.
37. Sunarni, T. (2005). Aktivitas Antioksidan Penangkap Radikal Bebas
Beberapa Kecambah dari Biji Tanaman Familia Papilionaceae. Jurnal
Farmasi Indonesia 2. Vol. 2; hal 53-61.
38. Suranto, A. (2011). Dahsyatnya Sirsak tumpaspenyakit. Pustaka Bunda,
Jakarta.
39. Tiwari, P., Kumar, B., Kaur, M., Kaur, G., dan Kaur, H. (2011).
Phytochemical Screening and Extraction: A Review. Journal Internationale
Pharmaceutical Sciencia. Vol. 1; p. 103-104.
40. Townshend, Alan . (1995). Encyclopedia of analytical science. Uninversitas
Michigan. Vol 7; p. 6059.
41. Winarsi, H. (2007). Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Kanisius.
Yogyakarta; hal 19-65
42. Winata, H. (2011). Aktivitas Antioksidan dan Kandungan Kimiawi Ekstrak
Daun Wungu (Graptophyllum pictum L. Griff). Skripsi. Institut Pertanian
Bogor; hal 9.
43. Yu, Liangli. (2008). Wheat Antioxidants. Wiley. United States of America;
p. 120.
44. Zuhud, E.A.M. (2011). Bukti Kedasyatan Sirsak menumpas Kanker.
Agromedia Pustaka; hal 25; 46-59; 76.
Serbuk Simpisia
dan steroid
3. Saponin Uji Aktivitas
Ekstrak Kental Antioksidan secara
4. Flavonoid
5. Fenol Kuantitatif dengan
7. Tanin
Lampiran 3. Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 96%, 70%, dan 50% Daun
................... .Sirsak (Annona muricata Linn)
Lampiran 4. Perhitungan Randemen Ekstrak etanol 96%, 70%, dan 50% Daun
................... .Sirsak (Annona mmuricata Linn)
X = 1,98 mg
- Jadi, ditimbang 1,98 mg DPPH dan dilarutkan dengan metanol p.a serta
dicukupkan volumenya hingga 50 mL.
2. Pembuatan larutan induk ekstrak etanol 96%, 70%, dan 50% daun sirsak
(Annona muricata Linn)
- Pembuatan larutan uji ekstrak etanol 96% dengan konsentrasi 20 ppm dari larutan
induk 1000 ppm menggunakan labu ukur 10 mL
N1 x V1 = N2 x V2
1000 ppm x V1 = 20 ppm x 10 mL
V1 = 0,2 ,L atau 200 µL (Jumlah yang dipipet dari larutan induk)
4. Perhitungan % Inhibisi
- Contoh perhitungan % inhibisi pada absorbansi rata-rata ekstrak etanol 70% pada
konsentrasi 20 ppm.
5. Perhitungan IC50
Sebelumnya, konsentrasi (x) dan % inhibisi (y) dari ekstrak etanol 50% dibuat
persamaan regresi liniernya menggunakan aplikasi pengolah data microsoft excel
2007 hingga diperoleh persamaan y = 1,6502x + 20,259. Dari persamaan ini
dihitunglah nilai IC50 nya.
y = 1,6502x + 20,259
50 = 1,6502x + 20,259
x = 18,030 ppm
Konsentrasi DPPH yang digunakan adalah 1,98 mg/50 mL = 39,6 ppm serta nilai
IC50 vitamin C yang diperoleh sebesar 5,999 ppm.
- Jadi, nilai AAI dari vitamin C adalah 6,601 dan tergolong sangat kuat.
Absorbansi
% inhibisi
IC50
AAI
Analisa data
Absorbansi
% inhibisi
IC50
AAI
Analisa data
Absorbansi
% inhibisi
IC50
AAI
Analisa data
25 µL 50 µL 75 µL 100 µL 125 µL
Ad metanol Ad metanol Ad metanol Ad metanol Ad metanol
p.a hingga p.a hingga p.a hingga p.a hingga p.a hingga
10 mL 10 mL 10 mL 10 mL 10 mL
Absorbansi
% inhibisi
IC50
AAI
Analisa data