Abstrak
Terapi cairan Maintenance bisa dianggap sebagai salah satu terapi pendukung yang
penting bagi pasien rawat-inap. Jika tujuan terapi cairan resusitasi adalah memperbaiki
gangguan hemodinamik, maka tujuan terapi cairan Maintenance adalah memelihara
homeostasis pada pasien yang kurang asupan cairan per oral. Jadi, laju dan jenis cairan
infus untuk kedua indikasi itu berbeda. Untuk resusitasi digunakan "cairan pengganti"
seperti normal saline, ringer asetat/ringerlaktat yang bersifat isotonik. Diberikan dengan
jumlah besar dan kecepatan tinggi (20 -30 ml/kg/jam) cairan ini digunakan pada keadaan
emergensi untuk menggantikan kehilangan akut..Pada keadaan-keadaan tertentu, cairan
pengganti bisa juga digunakan untuk Maintenance, khususnya jika didapatkan
hiponatremia (kadar Na+ < 135 mmol/L). Untuk pasien-pasien yang hemodinamiknya
masih bagus (tidak syok), cairan yang dipilih adalah cairan Maintenance (maintenance).
Dulu cairan Maintenance diwakili oleh kombinasi NaCl 0.45% dengan dekstrosa 5% dan
ditambahkan 20 mmol of K+ per L. Produk-produk siap-pakai juga sudah lama
dikenalkan yakni larutanlarutan KAEN dan Larutan DGAA (larutan setengah Darrow).
Larutan KAEN dan DGAA memiliki kandungan kalium yang cukup untuk memelihara
kebutuhan homeostasis kalium. Sebagai contoh KAEN 3B (20 mEq/L) dan DGAA (17,5
mEq/L) memenuhi kebutuhan minimum 20-30 mEq/hari untuk pasien dewasa.
Belum lama ini dengan dikembangkannya teknik canggih dual chamber oleh Otsuka
Japan cairan Maintenance telah berevolusi dari sekedar mengandung elektrolit basal
(Na+ dan K+ dll) juga dilengkapi dengan mikromineral, asam amino dan glukosa.
Pendahuluan
Sampai saat ini masih banyak persepsi di antara para klinisi terhadap terapi cairan,antara
lain:
Informasi demikian sering luput dari pengamatan dokter, padahal pasien memerlukan
dukungan meintenance untuk keadaan-keadaan tsb.
1. Prekursor (zat pendahulu) dalam sintesis glutamine dan alanine pada otot rangka
2. Pada banyak penyakit konsumsi BCAA meningkat
3. Leucine paling jelas efeknya dan berguna untuk sintesis protein. Ini telah diteliti
pada sepsis dan luka bakar
4. BCAA meningkatkan napsu makan dengan menghambat masuknya triptofan
(prekursor serotonin) ke dalam susunan saraf pusat. Dengan berkurangnya kadar
serotonin, maka perangsangan sistem melanokortin akan berkurang di
hipotalamus. Ini diikuti dengan peningkatan napsu makan (diperlihatkan pada
gambar C di bawah)
5. Pada sepsis rasio BCAA(Branched chain amino acids) : AAA (aromatic amino
acids) akan menurun
6. Pasien yang selamat dari sepsis ternyata memiliki kandungan BCAA lebih tinggi
daripada yang meninggal
7. BCAA memacu aliran darah
ke otak
BAGAIMANA
LARUTAN
MAINTENANCE
BERBEDA DENGAN
NUTRISI PARENTERAL?
Walaupun tidak ada definisi yang tegas di dalam kepustakaan, berdasarkan kepentingan
dari konstituen larutan infus, kita bisa mengkategorikan suatu produk sebagai larutan
maintenance, jika komponen air dan elektrolit (dalam konsentrasi moderat) sebagai
unsur dominan sedangkan kandungan asam amino dan glukosa menyediakan sekedar
kebutuhan basal untuk homeostasis dan bukan untuk replesi protein dan energi.
Sebaliknya kandungan yang menjadi prioritas dari nutrisi parenteral adalah kandungan
asam amino atau NPC (nonprotein calories baik sebagai karbohidrat atau lipid).
Obat suntik tidak boleh dioplos ke dalam AMINOFLUID karena bisa meningkatkan
osmolaritas dan mengganggu kestabilan komposisi. Bila dianggap perlu, obat suntik bisa
diberikan dengan piggy bag (untuk drip kontinyu) atau via stop cork (jika bolus)
sementara aliran infus primer dihentikan.
V. MONITORING
DAN KOMPLIKASI
POTENTIAL
Monitoring adalah hal terpenting
dalam terapi cairan
MAINTENANCE. Bila tersedia
fasilitas lab, idealnya diperiksa panel elektrolit dan metabolik (Na+,K+,Cl-,HCO3 -,
BUN, glucose, creatinine) (11) sebelum memberikan cairan. Pada kasus yang cukup
serius atau berat paling tidak harus diperiksa Na+ dan K+. Tidak sesuai untuk
memberikan cairan natrium rendah (hipotonik) ke pasien dengan hiponatremia (1). Di
lain pihak, tidak tepat jika cairan dengan natrium tinggi (misal NS) diberikan kepada
pasien dengan hipernatremia (12). Bilamana perlu, larutan Maintenance bisa digabung
dengan larutan pengganti (Asering, RL, Normal saline) atau produk nutrisi parenteral.
Hipokalemia banyak dijumpai pada pasien rawatinap dan bisa dicegah. Pentingnya
kalium terungkap dari laporan tentang prevalensi hipokalemia di bebebrapa rumah sakit,
di mana pasien-pasien hanya diberikan larutan pengganti selama perawatan. Larutan
pengganti mengandung 4 mEq/L of K+ (Ringer's lactate) or 0 mEq of K+ (Normal
Saline) Hiperkalemia bisa diinduksi dan atau diperberat jika larutan yang mengandung
kalium diberikan kepada pasien oliguria (vol urine < 400 ml/24 jam) atau anuria (<100
ml/24 jam).
KESIMPULAN
Terapi suportif yang baik akan memacu penyembuhan pasien
Terapi cairan Maintenance telah mengalami evolusi dari sekedar memberikan air
dan elektrolit basal dalam kemasan tunggal, menjadi formulasi praktis, lengkap
dengan elektrolit,asam,amino,glukosa dan mikromineral dalam kemasan canggih
dual-chamber
Tujuan terpenting dari terapi cairan Maintenance adalah mengoreksi
homeostasis, memperbaiki KU, melawan letih dan meningkatkan napsu makan,
serta memacu penyembuhan
Peranan BCAA (Leucine, Isoleucine dan Valine) semakin banyak diketahui
Temuan terakhir mengesankan bahwa BCAA bisa meningkatkan napsu makan
dan memacu sintesis protein di otot rangka
AMINOFLUID tidak ditujukan untuk replesi energi dan protein
AMINOFLUID adalah larutan Maintenance masa kini, bukan produk nutrisi
parenteral atau hypocaloric feeding. Bila dipandang perlu AMINOFLUID bisa
dikombinasi dengan larutan elektrolit lain (RA, RL, NS, KAEN) atau produk
nutrisi parenteral.
Rujukan:
1. Shafiee M.A.S., Bohn D, Hoorn EJ and Halperin ML. How to select optimal
maintenance intravenous fluid therapy. Q J Med 2003; 96: 601- 610
2. ASPEN Board of Directors and the Clinical Guidelines Task Force. Guidelines
for the use of parenteral and enteral nutrition in adult and pediatric patients.
JPEN Vol 26, No1 Suppl Jan-Feb 2002.
3. Lee, Carla A.B. Fluids and Electrolytes: a practical approach. 4 ed. FA Davis
Philadelphia.
4. Alessandro Laviano; Michael M Meguid; Akio Inui; Maurizio Muscaritoli;
Filippo Rossi-Fanelli. Therapy Insight: Cancer Anorexia?Cachexia Syndrome-
When All You Can Eat Is Yourself. Nat Clin Pract Oncol. 2005;2(3):158-165.
5. Rossi-Fanelli et al. Branched Chain Amino Acids: The best compromise to
achieve anabolism. Curr Opin Clin Nutr Metab Care 8:408-414. 2005 Lippincott
Williams ∓ Wilkins.
6. Jean-Pascal De Bandt and Luc Cynober Therapeutic Use of Branched-Chain
Amino Acids in Burn, Trauma, and Sepsis.J. Nutr. 2006 136: 308S-313S
7. Samuel N. Cheuvront, Robert Carter, III, Margaret A. Kolka, Harris R.
Lieberman, Mark D. Kellogg, and Michael N. Sawka.Branched-chain amino acid
supplementation and human performance when hypohydrated in the heat J Appl
Physiol, Oct 2004; 97: 1275 - 1282.
8. Calder PC. Branched-chain amino acids and immunity.J Nutr. 2006 Jan;136(1
Suppl
9. Mizock BA, Troglia S. Nutritional support of the hospitalized patient. Mosby Vol
53, No 6, 1997, p 367
10. Tannen RL. Potassium Disorders. In Kokko ∓ Tannen : Fluids and
Electrolytes. 3rd Edition WB Saunders 1996. p 114
11. Mark Graber. Terapi Cairan, Elektrolit dan Metabolik. Farmedia, 2003. p 95
12. Fiona REID*, Dileep N. LOBO*, Robert N. WILLIAMS*, Brian J.
ROWLANDS* and Simon P. ALLISON†(Ab)normal saline and physiological
Hartmann's solution: a randomized doubleblind crossover study.Clinical Science
(2003) 104, (17–24)
13. Sudomo, Untung. Marissa Ira. Gastroenterogy hepatoloy and digestive
endoscopy vol.5. Ed: Dec 2004. Page: 115-120
14. Widodo D, Setiawan B, Khie Chen. The prevalence of hypokalemia in
hospitalized patients with infectious diseases problems at Ciptomangun- kusumo
Hospital Jakarta. Acta Med Indonesia, 2006;38(4):202-5
15. Medika 2006 Vol XXXII,No 12, p 732-734 * Dibacakan pada Simposium
Nasional Penyakit Tropik Infeksi, HIV ∓ AIDS, J W Marriott Hotel,
Surabaya 22 Maret 2008
Seperti tercetak di Majalah Farmacia Edisi April 2008 , Halaman: 74 (8219 hits)