LP Nyeri Ajeng
LP Nyeri Ajeng
DISUSUN OLEH :
P1337420617087
2018
I. JUDUL
Laporan Pendahuluan Kebutuhan Dasar Manusia Dengan Gangguan Pemenuhan
Kebutuhan Rasa Aman Dan Nyaman.
Keamanan adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis atau bisa juga
keadaan aman dan tentram (Potter& Perry, 2006).
Kebutuhan akan keamanan adalah kebutuhan untuk melindungi diri dari
bahaya fisik. Ancaman terhadap keselamatan seseorang dapat dikategorikan sebagai
ancaman mekanis, kimiawi, retmal dan bakteriologis. Kebutuhan akan keamanan
terkait dengan konteks fisiologis dan hubungan interpersonal. Keamanan fisiologis
berkaitan dengan sesuatu yang mengancam tubuh dan kehidupan seseorang.
Ancaman itu bisa nyata atau hanya imajinasi (misalnya: penyakit, nyeri, cemas, dan
sebaginya). Dalam konteks hubungan interpersonal bergantung pada banyak faktor,
seperti kemampuan berkomunikasi, kemampuan mengontrol masalah, kemampuan
memahami, tingkah laku yang konsisten dengan orang lain, serta kemampuan
memahami orang-orang di sekitarnya dan lingkungannya. Ketidaktahuan akan
sesuatu kadang membuat perasaan cemas dan tidak aman. (Asmadi, 2008)
Kenyamanan adalah konsep sentral tentang kiat keperawatan. Donahue (1989)
meringkaskan “melalui rasa nyaman dan tindakan untuk mengupayakan
kenyamanan, perawat memberikan kekuatan, harapan, hiburan, dukungan, dorongan
dan bantuan.” Berbagai teori keperawatan menyatakan kenyamanan sebagai
kebutuhan dasar klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan.
Kolcaba (1992) mendefinisikan kenyamanan dengan cara yang konsisten pada
pengalaman subjektif klien. Kolcaba mendefinisikan kenyamanan sebagai suatu
keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia baik berupa ketentraman,
kelegaan dan transcenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah atau
nyeri).
Suatu cara pandang yang holistik tentang kenyamanan membantu dalam upaya
mengidentifikasi 4 konteks :
Fisik → Berhubungan dengan sensasi tubuh.
Sosial → Berhubungan dengan kewaspadaan interpersonal, keluarga dan
sosial.
Psikospiritual → Berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri
sendiri, meliputi harga diri, seksualitas, dan makna kehidupan.
Lingkungan → Berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal
manusia : cahaya, bunyi, temperatur, warna dan unsur-unsur alamiah.
2. Gangguan Rasa Nyaman Akibat Nyeri
a. Pengertian Nyeri
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial
(Smatzler & Bare, 2002). Nyeri adalah suatu sensori subyektif dan pengalaman
emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang
aktual atau potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi
kerusakan IASP (dalam Potter & Perry, 2006). Nyeri adalah segala sesuatu yang
dikatakan seseorang tentang nyeri tersebut dan terjadi kapan saja seseorang
mengatakan bahwa ia merasa nyeri (Mc Caffery dalam Potter & Perry, 2006).
3. Etiologi Nyeri
Adapun Etiologi Nyeri yaitu:
a. Pembengkakan Jaringan
b. Spasmus Otot (ketegangan otot meningkat)
c. Kehamilan
d. Inflamasi
e. Keletihan
f. Kanker
4. Tanda dan Gejala
a. Posisi yang memperlihatkan pasien
Pasien tampak takut bergerak, dan berusaha merusak posisi yang memberikan
rasa nyaman
b. Ekspresi umum
1) Tampak meringis, merintih
2) Cemas, wajah pucat
3) Ketakutan bila nyeri timbul mendadak
4) Keluar keringat dingin
5) Kedua rahang dikatupkan erat-erat dan kedua tangan tampak dalam posisi
menggenggam
6) Pasien tampak mengeliat karena kesakitan
5. Klasifikasi Nyeri
Nyeri dapat diklasifikasikan menjadi nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri
akut adalah nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit atau intervensi bedah
dan memiliki awitan yang cepat, dengan intensitas yang bervariasi ( ringan
sampai berat) dan berlangsung singkat ( kurang dari enam bulan dan menghilang
dengan atau tanpa pengobatan setelah keadaan pulih pada area yang rusak. Nyeri
kronis adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang suatu periode
waktu. Nyeri yang disebabkan oleh adanya kausa keganasan seperti kanker yang
tidak terkontrol atau non keganasan. Nyeri kronik berlangsung lama (lebih dari
enam bulan ) dan akan berlanjut walaupun pasien diberi pengobatan atau penyakit
tampak sembuh.
Nyeri Akut Nyeri Kronik
1. Ringan sampai berat 1. Ringan sampai berat
2. Respon sistem saraf simpatik: 2. Respon sistem saraf parasimpatik:
a. peningkatan denyut nadi a. Tanda-tanda vital normal
b. peningkatan frekuensi pernapasan b. kulit kering, hangat
c. peningkatan tekanan darah c. pupil normal atau dilatasi
d. diaforesis 3. Terus berlanjut setelah penyembuhan
e. dilatasi pupil 4. Klien tampak depresi dan menarik diri
3.Berhubungan dengan cedera jaringan; 5. Klien sering kali tidak menyebutkan
hilang dengan penyembuhan rasa nyeri kecuali ditanya
4. Klien tampak gelisah dan cemas 6. Perilaku nyeri sering kali tidak
5. Klien melaporkan rasa nyeri muncul
6.Klien menunjukkan perilaku yang
mengindikasikan rasa nyeri; menangis,
menggosok area nyeri, memegang area
nyeri
9. Pengukuran Nyeri
a. Skala Deskriptif
Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor Scale, VDS) merupakan
sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsian yang
tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis. Pendeskripsi ini dirangking
dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri yang tidak tertahankan”.
1-3 : Nyeri ringan :secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.
7-9 : Nyeri berat :secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi
masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan
distraksi
10 : Nyeri sangat berat :Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul.
B. Kebutuhan Rasa Aman
1. Definisi Rasa Aman
Keamanan adalah kondisi bebas dari cedera fisik dan psikologis (Potter & Perry,
2006). Keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang terhindar dari
ancaman bahaya/kecelakaan. Pemenuhan kebutuhan keamanan dan keselamatan
dilakukan untuk menjaga tubuh bebas dari kecelakaan baik pada pasien, perawat, atau
petugas lainnya yang bekerja untuk pemenuhan kebutuhan tersebut.
2. Faktor –faktor yang mempengaruhi kebutuhan keamanan dan keselamatan :
a. Usia
b. Tingkat kesadaran
c. Emosi
d. Status mobilisasi
e. Gangguan persepsi sensori
f. Informasi/komunikasi
g. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional
h. Keadaan imunitas.
i. Status nutrisi
j. Tingkat pengetahuan
C. PATHWAY
a. Diagnosa 1
b. Diagnosa 2