Anda di halaman 1dari 5

SISTEM RESPIRASI

1. Perubahan anatomi udara dalam alveolus (air trapping) ataupun


Perubahan-perubahan sistem pernafasan pada gangguan pendistribusian gangguan udara nafas
manusia lanjut usia (lansia) antara lain : dalam cabang bronkus.
a. Dinding dada: Tulang-tulang mengalami c. Volume dan kapasitas paru menurun: hal ini
osteoporosis, rawan mengalami osifikasi sehingga disebabkan karena beberapa faktor:
terjadi perubahan bentuk dan ukuran dada. Sudut 1) kelemahan otot nafas
epigastrik relatif mengecil dan volume rongga 2) elastisitas jaringan parenkim paru menurun,
dada mengecil. 3) resistensi saluaran nafas (menurun sedikit).
b. Otot-otot pernafasan: Musculus interkostal dan
Secara umum dikatakan bahwa pada usia lanjut
aksesori mengalami kelemahan akibat atrofi.
terjadi pengurangan ventilasi paru.
c. Saluran nafas: Akibat kelemahan otot,
berkurangnya jaringan elastis bronkus dan aveoli d. Gangguan transport gas: pada usia lanjut terjadi
menyebabkan lumen bronkus mengecil. Cicin penurunan PaO2 secara bertahap, penyebabnya
rawan bronkus mengalami pengapuran. terutama disebabkan oleh adanya
d. Struktur jaringan parenkim paru: Bronkiolus, ketidakseimbangan ventilasi-perfusi. Selain itu
duktus alveoris dan alveolus membesar secara diketahui bahwa pengambilan O2 oleh darah dari
progresip, terjadi emfisema senilis. Struktur alveoli (difusi) dan transport O2 ke jaringan
kolagen dan elastin dinding saluran nafas perifer berkurang, terutama terjadi pada saat melakukan
kualitasnya berkurang sehingga menyebabkan olahraga. Penurunan pengambilan O2 maksimal
elastisitas jaringan parenkim paru mengurang. disebabkan antara lain karena:
Penurunan elastisitas jaringan parenkim paru • berbagi perubahan pada jaringan paru yang
pada usia lanjut dapat karena menurunnya menghambat difusi gas, dan
tegangan permukaan akibat pengurangan daerah • kerena bertkurangnya aliran darah ke paru
permukaan alveolus. akibat turunnyan curah jantung.
2. Perubahan fisiologis e. Gangguan perubahan ventilasi paru: pada usia
a. Gerak pernafasan: adanya perubahan bentuk, lanjut terjadi gangguan pengaturan ventilasi paru,
ukuran dada, maupun volume rongga dada akan akibat adanya penurunan kepekaan kemoreseptor
merubah mekanika pernafasan menjadi dangkal, perifer, kemoreseptor sentral atupun pusat-pusat
timbul gangguan sesak nafas, lebih-lebih apabila pernafasan di medulla oblongata dan pons
terdapat deformitas rangka dada akibat penuaan. terhadap rangsangan berupa penurunan PaO2,
b. Distribusi gas: perubahan struktur anatomik peninggian PaCO2, Perubahan pH darah arteri dan
saluran nafas akan menimbulkan penumpukan sebagainya.

SISTEM PERKEMIHAN
GINJAL PEMBULUH DARAH GINJAL
• Umur 30 tahun mulai terjadi penurunan kemampuan  Sejak umur 40 tahun, aliran darah renal berkurang,
ginjal terutama di korteks. Pada korteks ginjal, arteri aferen
• Usia 60 tahun kemampuan tingggal 50% dari umur 30 dan eferen cenderung untuk atrofi yang berarti
tahun, berkurangnya populasi nefron dan tidak terjadi pengurangan jumlah darah yang terdapat di
adanya kemampuan regenerasi. Sehingga glomerulus.
menyebabkan hipertensi.  Pengurangan aliran darah ginjal mungkin sebagai
hasil dari kombinasi pengurangan curah jantung dan
• Membran basalis glomerulus mengalami penebalan, perubahan dari hilus besar, arcus aorta dan arteri
sklerosis pada area fokal, dan total permukaan interlobaris.
glomerulus mengalami penurunan, panjang dan
volume tubulus proksimal berkurang. Implikasi dari VESIKA URINARIA/ KANDUNG KEMIH
hal ini adalah filtrasi menjadi kurang efisien, • Otot kandung kemih menjadi lemah, kapasitasnya
sehingga secara fisiologis glomerulus yang mampu menurun sampai 200 ml atau menyebabkan
menyaring 20% darah dengan kecepatan 125 frekuensi BAK meningkat.
mL/menit (pada lansia menurun hingga 97 mL/menit
• Aktivitas kendali sfingter dan detrusor hilang,
atau kurang) dan fungsi penyaringan protein dan
sehingga sering kencing tanpa sadar, terutama di
eritrosit menjadi terganggu.
malam hari.
• Dengan bertambahnya usia kapasitas kandung kemih tampaknya adalah tingkat estrogen yang menurun
menurun, sisa urin setelah selesai berkemih selama menopause.
cenderung meningkat dan kontraksi otot kandung
KELENJAR PROSTAT
kemih yang tidak teratur sering terjadi. Keadaan ini
menyebabkan sering berkemih dan kesulitan Pada pria, kelenjar prostat cenderung membesar
menahan keluarnya urin. dengan penuaan, secara bertahap menghalangi aliran
urin (lihat Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)). Jika tidak
• Pada wanita pasca menopause karena menipisnya
diobati, penyumbatan bisa menyebabkan retensi urin
mukosa disertai dengan menurunnya kapasitas,
dan kemungkinan kerusakan ginjal.
kandung kemih lebih rentan dan sensitif terhadap
rangsangan urine, sehingga akan berkontraksi tanpa FAKTOR YG MEMPENGARUHI PERUBAHAN SISTEM
dapat dikendalikan. PERKEMIHAN PADA LANSIA
• Perubahan pada sistem saraf dan sistem regulator Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Sistem
lain mempengaruhi fungsi perkemihan. Perkemihan Lansia :
• Pada lansia, perubahan degeneratif di korteks 1. Diet dan intake
serebral dapat mengubah sensasi pemenuhan Jumlah dan tipe makanan, cairan, dan obat-obatan
kandung kemih dan kemampuan mengosongkan mempengaruhi jumlah urine yang keluar.
kandung kemih dengan komplIt. 2. Respon keinginan awal untuk berkemih
Pada lansia, respon berkemih menjadi lebih sering.
• Pada orang dewasa, sensasi penuh dimulai ketika
3. Gaya hidup
kandung kemih terisi setengah. Tetapi, pada lansia
Gaya hidup mempengaruhi seseorang dalam hal
interval antara persepsi awal dari dorongan untuk
eliminasi urine. Tersedianya fasilitas toilet atau
mengosongkan dan kebutuhan sebenarnya untuk
kamar mandi dapat mempengaruhi frekuensi
mengosongkan kandung kemih menjadi lebih singkat
eliminasi. Praktik eliminasi keluarga dapat
sehingga meningkatkan kejadian inkontinensia urin.
mempengaruhi tingkah laku.
URETER 4. Stress psikologi
Meningkatnya stres seseorang dapat meningkatkan
Ureter tidak banyak berubah seiring bertambahnya
frekuensi keinginan berkemih. Hal ini karena
usia, tetapi kandung kemih dan uretra mengalami
meningkatnya sensitivitas untuk keinginan
beberapa perubahan. Volume urin maksimum yang
berkemih dan atau meningkatnya jumlah urine yang
dapat ditahan oleh kandung kemih menurun.
diproduksi.
Kemampuan seseorang untuk menunda buang air kecil
5. Tingkat aktivitas
setelah pertama kali merasakan kebutuhan untuk buang
Aktivitas sangat dibutuhkan untuk
air kecil juga menurun. Tingkat aliran urin keluar dari
mempertahankan tonus otot. Eliminasi urine
kandung kemih dan ke dalam uretra melambat.
membutuhkan tonus otot kandung kemih yang baik
URETRA untuk tonus spingter internal dan eksternal.
Pada wanita, uretra memendek dan lapisannya menjadi 6. Tingkat perkembangan
lebih tipis. Perubahan-perubahan dalam uretra ini Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga akan
mengurangi kemampuan sfingter urin untuk menutup mempengaruhi pola berkemih. Pada lansia,
rapat, sehingga meningkatkan risiko inkontinensia urin. kapasitas kandung kemihnya menurun dan berbagai
Pemicu perubahan-perubahan ini dalam uretra wanita perubahan lain pada sistem perkemihan.

SISTEM MUSKULOSKELETAL
TULANG Perubahan-perubahan lain yang terjadi menurut Miller
(2012) antara lain:
Menurut Colón, et al. (2018) secara umum, perubahan
fisiologis pada tulang lansia: 1. Meningkatnya resorbsi tulang (misalnya,
pemecahan tulang diperlukan untuk remodeling)
1. Kehilangan kandungan mineral tulang. keadaan
tersebut bedampak pada meningkatnya risiko 2. Arbsorbsi kalsium berkurang
fraktur dan kejadian terjatuh.
3. Meningkatnya hormon serum paratiroid;
2. Penurunan massa tulang atau disebut dengan
4. Gangguan regulasi dari aktivitas osteoblast;
osteopenia. Jika tidak ditangani segara osteopenia
bisa berlanjut menjadi osteoporosis yang ditandai 5. Gangguan formasi tulang sekunder untuk
dengan karakteristik berkuranganya kepadatan mengurangi produksi osteoblastik dari matriks
tulang dan meningkatkan laju kehilangan tulang. tulang; dan
6. Menurunnya estrogen pada wanita dan Penurunan kapasitas gerakan, Gangguan fleksi
testosterone pada laki-laki. seperti: penurunan rentang gerak dan ekstensi
OTOT pada lengan atas, fleksi sehingga kegiatan
punggung bawah, rotasi sehari-hari menjadi
Perubahan Efek Fungsional eksternal pinggul, fleksi lutut, terhambat.
Peningkatan heterogenitas jarak dan dorsofleksi kaki
Peningkatan kapiler, karena kapiler dapat
variabilitas dalam hanya terletak di tepi serat
ukuran serat otot berdampak negatif terhadap  Komponen-komponen kapsul sendi pecah dan
oksigenasi jaringan kolagen pada jaringan penyambung meningkat
Kehilangan massa secara progresif (Stanley, et. al., 2007).
Penurunan kekuatan dan tenaga
otot  Efek perubahan pada sendi ini adalah gangguan
Serabut otot fleksi dan ekstensi, penurunan fleksibilitas struktur
(fiber) tipe II Terjatuh berserat, berkurang perlindungan dari kekuatan
menurun gerakan, erosi tulang, berkurangnya kemampuan
jaringan ikat (Miller, 2012), inflamasi, nyeri,
Infiltrasi lemak Kerapuhan atau otot melemah penurunan mobilitas sendi, dan deformitas
(Stanley, et. al., 2007).
Secara keseluruhan akibat dari perubahan kondisi otot SARAF
yang berhubungan dengan bertambahnya usia disebut
sarkopenia. Sarkopenia adalah kehilangan masa, Perubahan Fisiologis Efek
kekuatan dan ketahanan otot (Miller, 2012).  Penurunan gerakan  Berjalan lebih
SENDI refleks. lambat.
 Gangguan  Berkurangnya
Perubahan Fisiologis Efek proprioception respon terhadap
Menurunnya viskositas cairan Menurunnya terutama pada rangsangan
synovial perlindungan wanita. lingkungan (Miller,
ketika bergerak  Berkurangnya rasa 2012).
(Miller, 2012). sensasi getaran dan
 Erosi tulang (Miller, 2012). Menghambat posisi sendi pada
 Mengecilnya kartilago pertumbuhan ektremitas bagian
tulang bawah (Miller, 2012).

 Degenerasi gen dan sel Penurunan Perubahan kemampuan Perubahan


elastin. elastisitas, visual pemeliharaan dalam
 Ligamen memendek fleksibilitas, posisi tegak
 Fragmentasi struktur fibrosa stabilitas, dan
imobilitas Perubahan kontrol Peningkatan
di jaringan ikat.
postural goyangan tubuh yang
 Pembentukan jaringan parut (Kurnianto, 2015).
merupakan tolak
di kapsul sendi dan jaringan
ukur dari gerakan
ikat (Miller, 2012).
tubuh saat berdiri
(Miller, 2012).

SISTEM PENCAINDERA
INDERA PENGLIHATAN
Perubahan penglihatan merupakan bagian dari dari 3 mm menjadi 1 mm saat lansia. Sedangkan pada
penyesuaian berkesinambungan yang datang dalam retina terjadi degenerasi. Gambaran fundus mata mula-
kehidupan usia lanjut. Perubahan penglihatan dan mula merah jingga cemerlang, menjadi suram dan ada
fungsi mata yang dianggap normal dalam proses jalur-jalur berpigmen. Jumlah sel fotoreseptor
penuaan. Pada iris mengalami proses degenerasi, berkurang sehingga adaptasi gelap dan terang
menjadi kurang cemerlang dan mengalami memanjang dan terjadi penyempitan lapang pandang
depigmentasi tampak ada bercak berwarna muda (Darmojo, 2011).
sampai putih. Pada pupil terjadi perubahan diameter
Perubahan penglihatan pada lanjut usia antara lain b) Glaukoma (penyakit mata dengan tanda: tekanan
penglihatan menurun, akomodasi lensa menurun, iris intra-okuler meninggi, penyempitan lapang
mengalami arkus senilities, koroid memperlihatkan pandang yang terjadi pada usia 40 tahun).
atrofi di sekitar discus, lensa dibutuhkan lebih banyak c) Buta warna (umumnya tidak dapat membedakan
cahaya untuk melihat warna, konjungtiva menipis dan warna hijau dan biru).
terlihat kekuningan, air mata menurun infeksi dan iritasi d) Rabun dekat (gangguan pada mata yang
meningkat, pupil ukuranya berbeda (Stanly, 2006). menyebabkan penderita tidak bisa melihat objek
Gangguan penglihatan pada lansia: dekat dengan jelas atau terlihat buram, namun
biasanya benda yang jauh justru terlihat jelas).
a) Katarak (kekeruhan lensa mata pada usia tua)
INDERA PENCIUMAN
Alat indra penciuman pada manusia adalah hidung. Alat lemah apabila selaput lendir hidung sangat kering, basah
penciuman terdapat dalam rongga hidung dari ujung atau membengkak seperti keadaan influenza. Rasa
saraf otak nervus olfaktorius. Konka nasalis terdiri dari penciuman akan hilang sama sekali akibat komplikasi
lipatan selaput lendir. Pada bagian puncaknya terdapat dari suatu cedera pada kepala. Ambang penciuman
saraf-saraf pembau. Saat kita bernafas lewat hidung meningkat dengan bertambahnya usia. Umur di atas 80
kita akan mencium bau suatu udara. tahun, 75% kemampuan penciuman untuk
mengidentifikasi bau terganggu (Syaifuddin, 2006).
Bagian-bagian hidung :
Beberapa gangguan penciuman meliputi :
1. Sel penyokong berupa sel-sel epitel
a) Anasomia, tidak bisa mendeteksi bau
2. Sel-sel pembau (sel olfaktori) yang berupa sel
b) Hiposomia, penurunan kemampuan dalam
saraf sebagai reseptor. Sel-sel olfaktori sangat
mendeteksi bau
peka terhadap rangsangan gas kimia
c) Disosmia, distorsi identifikasi bau
(kemoreseptor).
d) Parosmia, perubahan persepsi pembauan meskipun
Cara kerja hidung : terdapat sumber bau, biasanya bau tidak enak
Bau yang masuk ke dalam rongga hidung akan e) Phantosmia, persepsi bau tanpa adanya sumber
merangsang saraf (nervus olfaktorius) dari bulbus bau
olfaktorius. Indra bau bergerakk melalui traktus f) Agnosia, tidak bisa menyebutkan atau
olfaktorius dengan perantaraan stasiun penghubung membedakan bau, walaupun penderita dapat
hingga mencapai daerah penerima akhir dalam pusat mendeteksi bau.
olfaktorius pada lobus temporalis di otak besar tempat Pada sistem penciuman terjadi pembentukan kartilago
perasaan itu ditafsirkan. Rasa pencium di rangsang oleh yang terus menerus terbentuk didalam hidung sesuai
gas yang di isap dan kepekan akan rasa tersebut mudah proses penuaan, menyebabkan hidung menonjol lebih
hilang bila hihadapkan pada suatu bau yang sama untuk tajamAtropi progresif pada tonjolan olfaktorius juga
waktu yang cukup lama. terjadi, mengakibatkan kemunduran terhadap dalam
Penurunan fungsi penciuman merupakan indikator awal indra penciuman.
pada penyakit neurodegeneratif. Rasa penciuman akan
INDERA PENGECAP
Kurangnya sensasi rasa dikarenakan pengaruh sensori Selain itu elastin dan kolagen dalam tubuh berkurang
persarafan. Ketidakmampuan mengidentifiksi rasa sehingga menyebabkan kekenyalan pada kulit menurun
secara unilateral atau bilateral. Adanya iritasi yang dan kulit menjadi kasar dan bersisik. Masalah
kronis dari selaput lendir, atropi indera pengecapan, kesehatan, seperti kekurangan nutrisi tertentu, juga
hilangnya sensitifitas dari syaraf pengecap dilidah dapat menyebabkan perubahan sensasi. Pembedahan
terutama rasa manis dan asin, hilangnya sensitivitas dari otak, masalah di otak, kebingungan, dan kerusakan
syaraf pengecap. Masalah yang sering timbul pada saraf akibat cedera atau penyakit jangka panjang
lansia adalah kemapuan mengunyah yang semangkin (kronis) seperti diabetes juga dapat menyebabkan
menurun. perubahan sensasi.
Dengan bertambahnya usia, sensasi dapat Gejala sensasi yang berubah bervariasi berdasarkan
berkurang.Perubahan ini dapat terjadi karena penyebabnya. Dengan sensitivitas suhu yang menurun,
penurunan aliran darah ke ujung saraf atau ke sumsum mungkin sulit untuk membedakan antara dingin dan
tulang belakang atau otak. Sumsum tulang belakang dingin dan panas dan hangat. Ini dapat meningkatkan
mentransmisikan sinyal saraf dan otak menafsirkan risiko ce-dera akibat radang dingin, hipotermia (suhu
sinyal ini. tubuh sangat rendah), dan terbakar. Orang yang lebih
tua dapat menjadi lebih sensitif terhadap sentuhan ringan karena kulit mereka lebih tipis.
INDERA PENDENGARAN
• Telinga bagian tengah terjadi pengecilan daya Penyebab utama dari kelainan ini adalah kerusakan
tangkap membran timfani, pengapuran dari tulang neuron akibat bising, prebiakusis, obat yang oto-
pendengaran, lemah dan kakunya otot dan toksik, hereditas, reaksi pasca radang dan
ligamen. Implikasi dari hal ini adalah gangguan komplikasi aterosklerosis.
konduksi pada suara. c. Prebiakusis
Presbikusis merupakan perubahan yang terjadi
• Pada telinga bagian luar terjadi perpanjangan dan
pada pendengaran akibat proses penuaan yaitu
penebalan rambut, kulit menjadi lebih tipis dan
telinga bagian dalam terdapat penurunan fungsi
kering serta terjadi peningkatan keratin. Implikasi
sensorineural, hal ini terjadi karena telinga bagian
dari hal ini adalah potensial terbentuk serumen
dalam dan komponen saraf tidak berfungsi dengan
sehingga berdampak pada gangguan konduksi
baik sehingga terjadi perubahan konduksi. Implikasi
suara.
dari hal ini adalah kehilangan pendengaran
a. Gangguan Pendengaran Tipe Konduktif terhadap nada murni berfrekwensi tinggi secara
Gangguan bersifat mekanik, sebagai akibat dari bertahap. Prevalensi presbikusis juga meningkat
kerusakan kanalis auditorius, seiring bertambahnya usia. Bersifat simetris,
membrana timpani atau tulang-tulang dengan perjalanan yang progresif lambat. Terdapat
pendengaran. Salah satu penyebab gangguan beberapa tipe presbiakusis, yaitu :
pendengaran tipe konduktif yang terjadi pada usia 1) Presbiakusis Sensorik
lanjut adalah adanya serumen obturans, yang justru 2) Presbiakusis neural
sering dilupakan pada pemeriksaan. Hanya dengan 3) Prebiakusis Strial ( metabolic )
membersihkan lobang telinga dari serumen ini 4) Prebiakusis Konduktif Kohlear ( mekanik )
pendengaran bisa menjadi lebih baik.
b. Gangguan Pendengaran Tipe Sensori-Neural

Anda mungkin juga menyukai