FISIKA LINGKUNGAN
“TANAH”
DOSEN PEMBIMBING :
OLEH
SITI MUHAIMIN
NIM. P 40501613451041 RPL
I. PENDAHULUAN
Tanah adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponen-
komponen padat, cairan, dan gas, mempunyai sifat serta prilaku yang dinamik. Sifat
dinamik tanah tersebut karena tanah merupakan system yang terbuka dengan
terjadinya proses pertukaran bahan dan energy secara berkesinambungan (Palar,
1994).
Tanah merupakan suatu sistem yang kompleks, berperan sebagai sumber
kehidupan tanaman, yang mengandung semua unsur yang berbeda baik dalam
bentuk maupun jumlahnya. Unsur hara mikro seperti besi (Fe), mangan (Mn), seng
(Zn) dan tembaga (Cu) merupakan unsur hara penting bagi tanaman yang terdapat
dalam tanah.
Tanah secara alami telah mengandung logam berat meskipun hanya sedikit.
Tanah pun memiliki kemampuan dalam menyerap logam berat yang berbeda untuk
tiap jenis tanah berdasarkan bahan induk penyusun tanah tersebut. Menurut standar
umum kadar Pb dan Cd yang boleh ada pada tanah adalah masing-masing 150 ppm
dan 2 ppm namun untuk jenis tanah yang berasal dari batuan beku (Charlena, 2004)
Kandungan unsur-unsur tersebut dalam tanah sangat bervariasi tergantung
sifat-sifat tanah seperti pH, tekstur tanah, komposisi mineral, aktivitas mikroorganisme
di dalamnya dan kelembaban. Ketersediaan Fe dalam tanah berkisar antara (10.000 ~
60.000) ppm atau (1 % ~ 6 %), Mn berkisar (100 ~ 5.000) ppm, Zn berkisar (20 ~ 150)
ppm, sedangkan Cu berkisar (2 ~ 60) ppm (Lindsay, 1979).
Tanah dengan atau tanpa disadari merupakan tempat penimbunan akhir dari
limbah yang diakibatkan oleh aktivitas manusia. Secara alami tanah akan
menguraikan bahan kimia yang mask kedalam tanah, tetapi apabila bahan kimia yang
direrima tersebut berlebihan maka tanah tidak akan mampu menguraikannya. Setiap
jenis tanah mempunyai kemampuan yang berbeda dalam merespon bahan kimia yang
diterimanya.
Kontaminasi logam berat Pb akan cendrung meningkat di dalam tubuh seiring
dengan bertambahnya jumlah kendaraan bermotor yang mengunakan bahan bakar
bensin. Hal ini disebabkan Indonesia belum dapat membuat bahan bakar minyak yang
bebas dari Pb. Dampak yang ditimbulkan adalah menurunnya kualitas lingkungan
hidup (Fardiaz, 1992).
Menurut ahli ilmu tanah, tanah didefinisikan sebagai lapisan permukaan bumi
yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya
penakaran, sebagai penopang tumbuh tegaknya tanaman dan menyuplai
kebutuhan air, serta hara ke akar tanaman. Tanah di berbagaikepulauan di
Indonesia sangat beraneka ragam, begitu pula dengan
vegetasinya.Keanekaragaman ini, baik dalam hal kesuburan tanah maupun
kemampuan lahan bagipembangunan pertanian disebabkan oleh perbedaan
geologi, iklim dan topografi, sertakegiatan alam seperti letusan gunung berapi.
Kegunaan langsung dari pengamatan profiltanah ini,yaitu antara lain untuk
memahami :
1. Kedalaman lapisan oleh atau solum tanah yang merupakan indikator potensi
kedalaman akar tanaman untuk berpenetrasi, makin dangkal berarti makin tipis
sistem perakarannya, sehingga jika makin besar bobot atau tinggi tanaman,
maka akan makin mudah tanaman untuk tumbang. Informasi ini tentu dapat
menuntun kita dalam memilih jenis tanaman dan teknik penanamannya.
2. Kelengkapan atau differensiasi horizon pada profil tanah merupakan indikator
umur tanah atau proses-proses pembentukan (genesis) yang telah dilaluinya,
makin lengkap atau makin berdifferensiasi horizon-horizon tanah berarti makin
tua umur tanah.
3. Warna tanah merupakan indikator sifat kimiawi tanah. Tanah yang berwarna
gelap berarti banyak mengandung bahan organik tanah atau belum mengalami
pelindian (leaching) hara secara intensif, sehingga relative subur, sedangkan
tanah yang berwarna terang atau pucat berarti ber BOT (bahan organic tanah)
rendah atau mengalami pelindian hara intensif, sehingga relative miskin. Tanah
yang berwarna homogen bersih menunjukkan sirkulasi udara ( aerasi ) dan
airnya ( drainase) baik, berarti kadar oksigennya cukup, sehingga proses
oksidasi berjalan baik, sedangkan tanah yang berwarna tak bersih atau
bebercak menunjukkan aerasi dan drainasenya tidak baik, sehingga proses
oksidasi dan reduksinya terjadi secara bergantian. Proses reduksi yang lama
pada tanah kering berkadar besi tinggi akan menimbulkan bercak bercak
senyawa ferro yang berwarna kekuningan, sedangkan proses oksidasi yang
lama pada tanah rawa akan menghasilkan senyawa ferri yang berwarna
kecoklatmerahan.
1. Alat untuk mengambil contoh tanah seperti bor tanah (auger, tabung), cangkul,
sekop.
2 Alat untuk membersihkan bor, cangkul dan sekop seperti pisau dan sendok tanah
untuk mencampur atau mengaduk
3. Ember plastic untuk mengaduk kumpulan contoh tanah individu
4. Kantong plastic agak tebal yang dapat memuat 1 kg tanah, dan kantong plastic
untuk label.
5. Kertas manila karton untuk label dan benang kasur untuk mengikat label luar
6. Spidol (water proof) untuk menulis isi label
7. Lembaran informasi contoh tanah yang diambil.
Hal- hal yang perlu diperhatikan :
1. Jangan mengambil contoh tanah dari galengan, selokan, bibir teras, tanah tererosi
sekitar rumah dan jalan, bekas pembakaran sampah/ sisa tanaman/ jerami, bekas
penimbunan pupuk, kapur dan bahan organic, dan bekas penggembalaan ternak.
2. Permukaan tanah yang akan diambil contohnya harus bersih dari rumput-
rumputan, sisa tanaman, bahyan organic/ serasah, dan batu- batuan atau kerikil.
3. Alat- alat yang digunakan bersih dari kotoran- kotoran dan tidak berkarat. Kantong
plastic yang digunakan sebaiknya masih baru, belum pernah dipakai untuk
keperluan lain.
V. METODE SAMPLING
Jenis metode sampling tanah utama yang biasa dilakukan dilapangan dan
sederhana, adalah :
Sampling lapisan tanah permukaan secara grab
Sampling ini menggunakan peralatan seperti sekop dari metal, plastic dan kayu.
Lapisan tanah yang tercemar dapat berada di antara dua titik sampling yang
dipilih. Peralatan yang digunakan untuk mengambil sampel di satu titik sampling
harus dalam keadaan benar-benar bersih. Metode sampling tanah permukaan
secara grab ini dapat juga digunakan pada lokasi yang jenis tanah
permukaannya beragam.
Teknik pengambilan Manual Shallow Sub Surface
Metode ini banyak dikerjakan secara manual menggunakan peralatan seperti
bor tangan, pipa pendesak dan sekop untuk mendapatkan sampel tanah dari
lapisan tanah paling atas. Alat tersebut dapat juga digunakan pada berbagai
tekstur lapisan tanah. Kedua teknik mempunyai keuntungan karena lebih murah
dan menggunakan peralatan yang mudah digunakan, tidak memerlukan latihan
khusus, sampling dapat dilakukan dengan cepat, dan teknik init deal dilakukan
untuk survey pendahuluan. Akan tetapi teknik membutuhkan waktu dan titik
tepat untuk pengambilan sampel padat kasar atau sampel tanah kering
Pemboran kedalaman Sub Surface
Teknik ini biasanya menggunakan traktor atau alat berat yang lain. Metode ini
lebih banyak menggunakan alat dan waktu, tetapi lebih cepat dari pada
penggalian manual pada kedalaman 1 m, dimana teknik ini menghasilkan
banyak sampel atau sampel yang sulit diambil. Potensial pencemaran sampel
atau hilangnya unsur-unsur dalam sampel dapat terjadi akibat perlakuan
yangmemenuhi prosedur atau teknik penyimpanan yang tidak memperhatikan
factor-faktor yang dapat menyebabkan kesalahan dalam analisa sampel.
Beberapa hal tersebut harus dihindari. Sekali waktu untuk menghindari
kesalahan perlu perlu mengambil dua sampel. Satu sampel untuk analisa
logam dikemas dalam wadah plastic, sedang sampel lain untuk analisa bahan
organic dikemas dalam wadah dari bahan logam atau gelas.
Trial pit Trech
Metode ini jarang digunakan untuk pengambilan sampel pada kedalaman lebih
dari 5 m. Meskipun demikian sampel yang diambil dengan metode ini cukup
mewakili. Hanya saja metode ini sukar dilakukan dengan penggalian manual.
Petugas sampling tidak dapat mencapai pada lubang galian pada kedalaman
tertentu. Bagaimanapun juga pemilihan prosedur sampling harus
memperhatikan bahan yang akan diambil dan perlengkapan sampling. Harus
diupayakan untuk mendapatkan sampel yang homogeny, representative dari
lokasi pengambilan sampel tanah, kemudian harus diperhatikan juga
pencampuran dan penyimpanan sampel. Sehingga harus diutamakan
bagaimana memilih peralatan sampling yang tepat untuk mendapatkan sampel
tanah atau sampel lain akan berpengaruh pada ketepatan hasil analisa.
Perhitungan:
Berat Jenis tanah (GS) dapat dihitung dengan rumus :
GS = (W2-W1) / (W4-W1) – (W3-W2)
Dimana :
W1 = berat labu ukur (gr)
W2 = berat labu ukur + tanah (gr)
W3 = berat labu ukur +tanah+air (gr)
W4 = berat labu ukur + air pada temperatur (T O C) (gr)
Perhitungan:
W1 – W2
M = ------------- X 100 %
W1 – W3
Spesific Gravity
No. Kode Sampel
( gr/cm3)
1 C1 2,522
Kadar Air
1 C1 13,10
Tanah adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponen-
komponen padat, cairan, dan gas, mempunyai sifat serta prilaku yang dinamik. Sifat
dinamik tanah tersebut karena tanah merupakan system yang terbuka dengan
terjadinya proses pertukaran bahan dan energy secara berkesinambungan
Sampel adalah sebagian dari populasi. Artinya tidak akan ada sampel jika tidak
ada populasi. Populasi adalah keseluruhan elemen atau unsur yang akan kita teliti.
Pengambilan sampel tanah merupakan tahapan terpenting di dalam program uji
tanah. Analisis kimia dari contoh tanah yang diambil diperlukan untuk mengukur kadar
hara, menetapkan status hara tanah dan dapat digunakan sebagai petunjuk
penggunaan pupuk dan kapur secara efisien, rasional dan menguntungkan. Namun,
hasil uji tanah tidak berarti apabila contoh tanah yang diambil tidak mewakili areal
yang dimintakan rekomendasinya dan tidak dengan cara benar. Oleh karena itu
pengambilan sampel tanah merupakan tahapan terpenting di dalam program uji tanah.