Anda di halaman 1dari 83

SISTEM INSTRUMENTASI

Disusun oleh :

Dr. Drs. Jaja Kustija, M.Sc.

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ........................................................................................................... i

Modul I SISTEM INSTRUMENTASI ELEKTRONIKA ..................................1

Modul II & III SISTEM INSTRUMENTASI ELEKTRONIKA


KARAKTERISTIK STATIS & DINAMIS .........................................................5
Modul IV SISTEM INSTRUMENTASI ORDE 2 ............................................12
Modul V SISTTEM INSTRUMENTASI TRANDUCER ................................18
Modul VI INSTRUMENTASI ELEKTRONIKA OP-AMP ............................24
Modul VII INSTRUMENTASI ELEKTRONIKA SIFAT DAN BESARAN
OP-AMP ................................................................................................................32
Modul VII & IX INSTRUMENTASI ELEKTRONIKA PENGGUNAAN OP-
AMP UNTUK PENGUAT INSTRUMENTASI DAN PENGUAT LOG DAN
ANTILOG .............................................................................................................27
Modul X & XI SISTEM INSTRUMENTASI ELEKTRONIKA
PENGOLAHAN DIGITAL TO ANALOG CONVERTER .............................52
Modul XII & XIII SISTEM INSTRUMENTASI ELEKTRONIKA
PENGOLAH ISYARAT (SINYAL) ...................................................................63
Modul XIV SISTEM INSTRUMENTASI ELEKTRONIKA JENIS-JENIS
PENGUBAH ISYARAT ANALOG KE DIGITAL ..........................................75

i
MODUL I
SISTEM INSTRUMENTASI ELEKTRONIKA

Tujuan : Menjelaskan bagian-bagian dari Sistem Instrumentasi Elektronika

Pokok-pokok Bahasan
1. Definisi Sistem Instrumentasi Elektronika
2. Bagian dari Sistem Instrumentasi Elektronika
3. Contoh Sistem Instrumentasi Elektronika
4. Definisi-definisi dalam Sistem Instrumentasi Elektronika

Daftar Pustaka
1. Rangan Sarma : Instrumentasi Devices And Sistem
2. W. Bolton : Mechatronic
3. William D.Cooper : Electronic Instrumentasi And
Measurement Technique
I. Bagian – bagian Sistem Instrumentasi Elektronika dan beberapa definisi dalam
instrumentasi
Mempelajari pengukuran besaran-besaran fisis dengan bantuan peralatan
elektronik.
Secara umum Sistem Instrumentasi Elektronik terdiri dari tiga bagian seperti
terlihat pada gambar 1.1

D
i
Quantity s Value
Sensor Signal
Being p Of
Measured Conditioner The Quantity
l
a
y

Gambar 1.1 Sistem Instrumentasi

1. Sensor which respond to the quantity being measured by giving as its output a
signal which is related to the quantity
Definisi lain :

1
Sensor / Tranduser adalah suatu alat yang dapat mengubah suatu besaran
fisis menjadi besaran fisis yang lain.
Untuk keperluan Sistem Instrumentasi Elektronik, tranduser yang digunakan
yang mempunyai output besaran listrik.
Contoh :
Kuantitas yang ingin kita ukur adalah temperatur, supaya temperatur dapat
dibaca secara elektronik maka digunakan sensor termo kopel (Thermocouple).

Temperatur Thermo EMF


Couple (Beda Potensial Listrik)

Gambar 1.2
Beda potensial listrik yang dihasilkan sebanding dengan tinggi rendahnya
temperature.
2. A Signal Conditioner
Which takes the signal from sensor and convert it into a condition which is
suitable for either display.
Ex :
Keluaran dari sensor termokopel adalah tegangan yang masih lemah, maka
pada “ signal Conditioner ” (pengkondisian) sinyal ini diperkuat dalam hal ini
alat pengkondisian sinyal adalah Penguat Instrumentasi (Ampli), lebih lengkap
lagi sinyal yang telah diperkuat tadi tumbuh menjadi data digital (ADC)
kemudian dicacah secara digital untuk selanjutnya masuk ke bagian display.

3. A Display Sistem
A Display system where the output from signal conditioner is displayed.
Contoh-contoh display
1. Printer
2. Layar Monitor
3. Jarum
4. Seven Segment
5. LCD
Contoh : Sistem Instrumentasi Elektronik

2
Pemancar
Ultra Sonic
C
Display
Penerima AT 89C51
Ultra Sonic

Object Pemeroses

Gambar 1.3 Pengukuran jarak dengan media ultra sonic dan pengolah signal
mikro kontroler

“ Konfigurasi Sistem Pengukuran “


Dapat dijelaskan seperti pada gambar dibawah ini :

Digital Printer

Input Signal
Tranduser Digital Display
Measurend Conditioner

Analog
Panel
Meter
Power Supply

To Control System

Grafic Recorder

Osiloscope

Magnetic Tape
Recorder

Gambar 1.4 Konfigurasi Sistem Pengukuran

a. The Tranduser
Which Convert the measured into a useable electrical output.
b. The Signal Conditioner

3
Which Convert the tranduser output into an electrical quantity suitable for
control recording and display.
c. The Display or red out devices which display the required information about
the measurend, generally in engineering units.

Beberapa definisi dalam Pengukuran


Instrument : Sebuah alat untuk menentukan nilai atau kebesaran
suatu kuantitas atau variable
Ketelitian (Accuracy)
Harga terdekat dengan mana suatu pembacaan instrument
mendekati harga sebenarnya dari variable yang diukur.
Ketepatan (Precision)
Suatu ukuran kemampuan untuk mendapatkan hasil
pengukuran yang serupa dengan memberikan suatu harga tertentu
bagi sebuah variable
Ketepatan (presisi) merupakan suatu ukuran tingkatan yang menunjukan
perbedaan hasil pengukuran pada pengukuran – pengukuran yang telah
dilakukan secara berurutan
Sensitivitas (sensitivity)
Perbandingan antara sinyal keluaran atau respon instrument
terhadap perubahan masukan atau variable yang diukur.
Resolusi (Resolution)
Perubahan terkecil masukan yang dapat direspon oleh
instrument
Kesalahan (Error)
Penyimpangan Variable yang diukur dari nilai sebenarnya

4
SISTEM INSTRUMENTASI ELEKTRONIKA
KARAKTERISTIK STATIS & DYNAMIS

Tujuan : Mempelajari karakteristik statis dan dynamis alat ukur

Pokok-pokok Bahasan
1. Karakteristik statis
2. Karakteristik Dynamis
3. Sistem Orde nol
4. Sistem Orde satu dengan masukkan step dan ramp

Daftar Pustaka
1. Instrumentation Devices : Rangan, SARMA, and System.
2. Electronic Instrumentation
And measurement Tekhniques : William. D. Coopera
3. Techniques of Instrumentation : A. C. Srivastava
4. Mechatronics : w. Bolton

2.1. Pendahuluan
Karakteristik kerja instrumentasi secara garis besarnya terbagi dalam dua kelompok
besar adalah :
Karakteristik Statis yang dipresentasikan oleh tingkat presisi dan akurasi. Sifat akurasi
ditentukan oleh sensitivitas, range (jangkauan), non linieritas, hysteresis.
Karakteristik dynamis : Karakteristik ini di definisikan oleh time constant, damping
coefisien dan frekuensi natural.

2.2. Karakteristik Statis


Karakteristik Statis adalah suatu alat ukur (instrumentasi) adalah karakteristik apabila
alat ukur digunakan untuk mengukur suatu kondisi yang tidak berubah karena waktu
atau hanya berubah secara lambat.

2.3. Karakteristik Dynamis


Karakteristik Dynamis suatu alat ukur adalah fungsi waktu. Hubungan masukkan
keluaran dinyatakan dalam bentuk persamaan diferensial karakteristik utama adalah
kecepatan dalam tanggapan kecermatan kecepatan tanggapan (respon adalah

5
kecepatan alat ukur dalam memberi tanggapan terhadap perubahan kuantitas yang
diukur).
Kecermatan adalah tingkat yang memberi gambar apakah alat ukur tanpa kesalahan
dinamis adalah perbedaan antara kuantitas nilai sebenarnya yang berubah menurut
waktu terhadap nilai yang ditunjukkan alat ukur jika di asumsikan tidak ada kesalahan
statis.
Model matematis yang berkaitan dengan masukkan dan keluaran pada karakteristik
dinamis adalah sebagai berikut.
d n eo d n1eo de
an n
 a n 1 n 1
 ...a1 o  ao eo
dt dt dt
dm d m 1 de
= bm e
m i
 bm 1 e  ...b1 i  bo ei
m 1 i
dt dt dt

Dimana eo = Keluaran
ei = Masukkan
a dan b adalah tetapan-tetapan yang berkaitan dengan kombinasi parameter-
parameter fisik system. Persamaan matematis diatas dapat diselesaikan
menggunakan operator D atau transformasi Laplace.
Marilah kita definisikan operator diferensial sebagai berikut.
d
D
dt
Persamaan umum menjadi :
(an D n  a n1 D n1  ...a1 D  ao )eo

= (bmD m  bm 1 D m 1  ...b1 D  bo )ei

Dengan mengunakan metoda operator D penyelesaian eo secara lengkap diperoleh


dua bagian.
e o  e OCF  e opi

eOCF  bagian penyelesaian fungsi pelengkap

e opi  bagian penyelesaian integral tertentu

Penyelesaian eOCF mempunyai n tetapan sembarang, e opi tidak memiliki tetapan,

tetapan sembarang ini dapat dievaluasi secara numerik dengan menentukan kondisi
awal pada persamaan umum. Penyelesaian eOEF diperoleh dengan menghitung n

akar persamaan al-jabar karakteristik.

6
a o Dn n  a n 1 D n 1  ...a1 D  a o  0
Bila akar r1,r2,r3….Rn telah diperoleh maka penyelesaian pelengkap dapat ditulis
sesuai aturan jawaban persamaan diferensial .
Bagian penyelesaian integral tertentu dapat dikerjakan menggunakan metoda
kooefisien tak ditetapkan sehingga diperoleh penyelesaiannya.

eopi  Af (t )  Bf ' (t )  Cf " (t )  ......

ei eo
K

Gambar 2.1 Hubungan Input-Output

eo bmD m  bm1 D m 1  ...b1 D  bo


( D)  K
ei a n D n  an1 D n1  ...a1 D  ao

Pernyataan diatas menunjukkan perbandingan keluaran dan masukkan dinyatakan


dengan fungsi transfer.
Fungsi transfer sangat berguna dalam menggambarkan karakteristik dinamis sistem
dengan symbol yaitu menggunakan diagram blok misalkan suatu system terdiri dari 4
subsatuan yang mempunyai transfer K1,K2,K3, dan K4. seluruh fungsi transfer dari
sistem adalah :
eo
 K1  K 2  K 3  K 4  K 5
ei

ei
K1 K2 K3 K4
eo
eo  K 5 ei
Gambar 2.2
Fungsi Transfer Keseluruhan

7
eo  ei  K 5
Fungsi transfer menggunakan transformasi laplace.
eo b S m  bm1 S m 1  ...b1S  bo
(s)  m n
ei a n S  a n1 S n1  ...ai S  ao
fungsi transfer menggunakan sinusioda dengan frekuensi anguler () menggunakan

e j
eo bm ( j ) m  bm1 ( j ) m1  ...bi ( j )  bo

ei an ( j ) n  a n1 ( j ) n1  ...ai ( j )  ao

Instrumen Orde Nol


Semua instrument yang menghasilkan konstanta a dan b sama dengan nol kecuali ao
dan bo sehingga persamaan umum karakteristik sebagai berikut:
eo bo

ei ao
ao eo  bo ei
bo
eo  ei
ao
bo
dimana K   kepekaan statis
ao
eo  Kei
alat ukur (instrumen urutan nol orde nol jika masukan berubah terhadap waktu maka
keluaran mengikuti secara sempurna tanpa penyimpangan atau kesenjangan waktu.
Instrumen orde nol memperlihatkan penampilan dinamis yang ideal.

E e

R1 Gambar 2.3
e R
Potensio meter menggambarkanR2 sistem orde nol
Resistansi
R1

8
Persamaan potensio meter diatas mempunyai hubungan output – input sebagai
e Ro
berikut 
E Ri
Ro
e E
R1

e  KE
Instrumen orde pertama
Model matematik dari model pertama
deo
ai  ao eo  bo ei
dt
persamaan diatas dapat disederhanakan manjadi
ai deo b
.  eo  o ei
ao dt ao
misal
ai
 T = Tetapan waktu
ao
bo
 K = Tetapan statis
ao

menggunakan operator D
(TDeo  eo )  Kei

(TD  1)eo  Kei

eo K
T 
ei Td  1
Tanggapan tangga (Step Response) untuk system orde pertama

e1
E

Gambar 2.4
t=0 t
Fungsi tangga
e1 = 0 untuk t = 0

9
e2 = E untuk t  0
Untuk transformasi Laplace
E
E1 (s ) 
S
deo
T  eo  Ke1
dt
E (s )
T sEo(s) + Eo(s) = K
s
E ( s)
(T s + 1)Eo(s) = K
s
K
Eo (s) = .E ( s)
s(Ts  1)

K KT 
Eo(s) =    E(s)
 s Ts  1

 
1 1 
=   KE(s)
s 1
 s 
 T
Transormasi inverse Laplace menghasilkan
eo
...  ( 1 – e -t / T )
Kei
dapat digambarkan proses system orde pertama terhadap masukkan fungsi step
adalah sebagai berikut:
Xo Amplitudo Step Input

Output
ke1
0,632

Kx Gambar 2.5
t
Response System orde pertama jika diberi masukkan step
Respon system orde terhadap masukkan Ramp
Masukkan ramp mempunyai persamaan :
ei  mt → Ei ( s )  L mt

m
Ei ( s ) 
s2

10
sehingga persamaan matematik siatem dengan input ramp menjadi :
K m
E (s)  . 2
(Ts  1) s

 
1 T T
= Km  2  
s 1 s
 s 
 T 
eo (t) = Km (t – T + T e -t/T) untuk t  0
Error ( kesalahan ) dynamic antara input dan output adalah :
 (t) = kmt – xo (t)
= Kmt – Km (t – T +T e-t/T )
=Km (1 – e-t/T )
Untuk t =  maka error yang terjadi adalah
ss = KmT
sehingga dapat digambarkan sebagai berikut

eo

Ramp Input mt
outputt
Steady state
Amplitudo
ss = KmT
Gambar 2. 6
Rspons system orde pertama jika diberi masukkan ramp
t

11
MODUL IV
SISTEM INSTRUMENTASI ORDE 2

Tujuan Instruksional Umum :


Menjelaskan persamaan matematis system orde dua

Tujuan Instruksi Khusus :


a. Dapat memahami response dari system orde 2
b. Dapat memahami system orde 2 dengan input rampt

Buku Rujukan
1. Rangan Sarma : Instrumentasi Devices And Sistem
2. W. Bolton : Mechatronic
3. William D.Cooper : Electronic Instrumentasi And
Measurement Techniques

Sistem orde dua memenuhi persaman matematis sebagai berikut :


d 2eo de
a2 2
 a1 o  ao eo  bo e1
dt dt
dengan menggunakan transformasi laplace akan diperoleh :

a2 s 2eo ( s )  a1seo (s )  ao eo ( s )  bo ei ( s )

(a2 s 2  a1s  ao )eo ( s )  boei ( s )

semua dibagi dengan ao


a2 2 a1 b
( s  s  1)eo ( s)  o e i (s )
ao ao ao
Jika dimisalkan
bo
1. K
ao

ao a2 1
2.  n    2
a2 ao  n

12
a1
3.  
2 ao a2
Dari persamaan 2 dan 3 didapat
a1
 2 n
ao
Sehingga
s2
(  2 n s  1)eo (s )  Kei ( s )
n 2
eo 1
 2
Kei (s) s 2
 s 1
n 2 n
eo K
(s)  2
ei s 2
 s 1
n 2 n

contoh system orde 2 pada system yang mengandung pegas, gesekkan dan
percepatan
d2x dx
m 2
 b  kx  f (t )
dt dt
masukkan berupa fungsi step untuk system orde 2 :

Es

Gambar 4.1

ei (t )  0 Untuk t  0

ei (t )  Es Untuk t  0

Es
L ei (t) =
s

13
Dengan memasukkan ke fungsi transfer system orde 2 dengan masukkan step
didapat :
eo ( s) 1
 2
E s 2
K s 2
 s 1
s n n

2
eo ( s ) n
 2
KE s s ( s  2 n s   n
ada tiga kemungkinan response dari system orde 2 untuk masukkan berupa step input
tergantung dari harga  antara lain :
a. Untuk   1 (Overdamped)
Dengan menggunakan transformasi balik (inverse transformasi laplace) akan
didapat

eo    2 1
(t )   exp(    2  1) nt
KE s 2  1

   2 1
 exp(    2  1)n t  1
2  1

b. Untuk  = 1 ( critically damped)


Persamaan menjadi
2
eo ( s ) n
 2
KE s s ( s  2 n s   n

n 2

s( s  n ) 2

A B c
  2

s ( s  n ) ( s  n )
sehingga

 n 2  A(s  n ) 2  B.s  Cs (s  n )
untuk s =   n Didapat B =   n

14
diferensiasi dari *
0 = 2 A (s +n) + B + C ((s + n)+ s))………..(**)
Untuk s = -n
0 = B + C (-n)
0 = -n – C -n
C = -1
Diferensiasi dari **
0 = 2 A + C(2)
A = -C = 1
Sehingga persamaan menjadi
eo ( s ) 1 (n ) 1
  2

KE s s ( s  n ) (s  n )
dan
eo
(t )  1  nte nt  e nt
KE s
eo
(t )  1  (1  nt ) exp( nt )
KE s

sedang kemungkinan ke tiga adalah


  1 (under damped)
didapat hasil
eo exp(  n t )
(t )  1  sin(( 1   nt )   )
KE s 1  2
dimana

  inv sin 1   2
Respon dari system orde 2 terhadap masukkan step dapat digambarkan sebagai
berikut :

15
1,5

STEP INPUT  = 0,1  = 0,7

eo 1,0

KEs  = 1,0
 = 1,5
 = 3,0

0,5
1 2 3 4 5 xt

Gambar 4.2
System orde 2 dengan input rampt :
Input rampt
ei (t) = mt
m
Ei(s) =
s2
Solusi dari persamaan orde input rampt
a.   1

eo  2 2 2 2  1 
(t )  ( Kmt  ) exp(  nt )(cosh nt  2  1   sinh  n t  2
 1) 
KEi  n n 2  2  1 

b.  =1

eo  2 2  t
(t )  ( Kmt  ) exp( nt )(1  n 
KEi  n n 2 

c.   1

eo  2 exp( nt ) 
(t )  ( Kmt  ) sin(n t 1     
KEi  n n 1   2 

dimana

2 1   2
  invtg
2 2  1

16
Response dari system orde 2 untuk masukkan berbentuk rampt dapat
digambarkan sebagai

 = 0,4
3

2 0,6
0,8
eo
1,0
KEi 1
1,5

Gambar 4.3

1 2 3 4 5 nt

17
MODUL V
SISTEM INSTRUMENTASI
TRANSDUCER

5.1 Definisi dan pengelompokkan Transducer


Transducer adalah suatu peralatan / alat yang dapat mengubah suatu besaran ke
besaran lain.
Dilihat dari pengubahan suatu besaran menjadi tegangan atau arus listrik terdapat
dua kelompok transducer yakni :
Tranducer fasif yakni transducer yang mengubah besaran menjadi tegangan atau
arus listrik memerlukan sumber dari luar.
Contoh :
Mengubah level (tinggi) fluida menjadi tegangan arus listrik menggunkan
transducer kapasitor.

Terminal
kapasitor

Tinggi cairan

Gambar 5.1 kapasitor yang kesambung tangki

Perubahan medium kapasitor dapat mengakibatkan harga kapasitansi dari kapasitor


. Untuk kapasitor tabung berlaku persamaan
2 o KeL
C
R
Ln 2
R1
dimana
c = kapasitansi (Farad)
Ke= Konstanta dielektrik medium
L = tinggi kapasitor
o= permebilitas listrik udara/ vacuum

18
untuk mengubah besaran kapasitansi menjadi tegangan listrik memerlukan sumbe
rdari luar.
1
Xc 
c

 jXc
R Vc 
Ac RjXc

C Vc

Gambar 5.2
Dihitung dalam bentuk phasor
Contoh lain transformer Pasif
Transducer perpindahan menggunakan resistansi terubah

Sa pu P erpindahan

E o

E i

Gambar 5.3

R
A
R  Resistansi ()
  Panjang (m)
A  Luas (m 2 )
  Re sis tan si bahan (m)
harga resistansi berbanding lurus dengan l sehingga jika panjang resistor perubah
maka resistansinya berubah. Denganmemberi sumber dari luar maka akan
didapatkan perpindahan berbanding lurus dengan tegangan keluaran.

19
Rw
EO  .Ei
Rt
EO  tegangan keluaran
E i  tegangan masukkan
Rw  Resistansi antara sapu dan termin al
Rt  Re sis tan si total

2. Transducer jenis pembangkit sendiri (Self generating type)


Adalah transducer yang menghasilkan suatu tegangan atau arus analog bila
diransang oleh suatu bentuk fisis enrgi tertentu, transducer pembangkit sendiri tidak
memerlukan daya luar.
Contoh :

Anoda

Katoda

Cahaya
A

a. Kontruksi b. Rangkaian uji


Gambar 5.4
Dapat digambarkan karakteristik dari fotolistrik sebagai berikut:

Fluks =0,1 lumen


20
Arus 0,8
anoda
15 0,6
A
10 0,4
0,4
5
Tegangan
anoda
80 v 160 v
Gambar 5.5

20
Perhatikan bahwa untuk tegangan diatas 20 volt arus keluaran hampir tidak
bergantung pada tegangan yang diberikan tetapi tergantung dari intensitas cahaya
yang masuk melalui tabung, arus keluaran biasanya dalam orde mikrometer
dengan demikian tabung cahaya dihubungkan ke penguat arus guna menghasilkan
suatu keluaran yang bermanfaat, transduser ini dapat mengubah intensitas cahaya
menjadi arus listrik. Arus listrik yang terjadi berbanding lurus dengan intensitas
cahaya yang masuk.
Alat pengubah intensitas cahaya menjadi arus listrik tanpa sumber dari luar .
Contoh lain transducer pembangkit energi sendiri :
Tachogenerator
Mengubah kecepatan putar atau kecepatan fluida menjadi ggl induksi (tegangan
listrik)
Prinsip kerjanya sebagai berikut:

N Magnet
S permanent

Rotating coil

Gambar 5.6

Menurut prinsip Faraday


Jika penghantar mendapat fluks magnet yang tidak konstan akan menghasilkan ggl
induksi sebesar
d
e N
dt
e  ggl induksi
N  Jumlah lilitan
d
 Perubahan fluks magnet terhadap waktu
dt
d d  
  B.ds
dt dt
[fluks magnet ] yang dihasilakan dari magnet permanent berharga kostan tetapi
karena lilitan diputar pada medan magnet maka lilitan penghantar (kumparan
penghantar) akan mendapat fluks yang berubah sesuai dengan posisi penghantar.

21
 Maximum

Fluks maksimum

Gambar 5.7. (a) Penghantar mendapat fluks maximum (b)gambar penghantar


mendapat fluks sama dengan nol.

t

jika penghantar membentuk sudut t


mendapat    m sin t
Gambar 5.8
Dari persamaan di atas t= sudut yang ditempuh oleh penghantar yang berputar
dan  adalah kecepatan sudut.
Dengan mensubstitusikan ke persamaan Maxwell didapat
d
e N ( m sin t )
dt
e  N m cos t
dimana merupakan fungsi dari banyaknya putaran permenit sehingga secara
keluruhan hubungan antara tegangan keluaran dengan rotasi permenit mempunyai
hubungan :

22
E  cn
E  tegangan keluaran
c  konstanta
  fluks magnet
n  rotasi permenit

23
MODUL VI
INSTRUMENTASI ELEKTRONIKA
OP-AMP

Tujuan Instruksional Umum


 Agar mahasiswa dapat memahami tentang Op-amp

Tujuan Instruksional Khusus


 Dapat menerangkan tentang sifat-sifat ideal Op-amp
 Dapat menerangkan penguat menggunakan Op-amp

Buku Rujukan
 Rangan Sarma : Instrumentasi Devices And Sistem
 W. Bolton : Mechatronic
 William D.Cooper : Electronic Instrumentasi And
Measurement Techniques

6.1. Pendahuluan
Penguat operasional atau op-amp (dari kata operational amplifier) adalah
penguat diferensial dengan dua masukan dan satu keluaran yang mempunyai
penguatan tegangan yang amat tinggi, yaitu dalam orde 105. dengan penguatan
yang amat tinggi ini, penguat operasional dengan rangkaian balikan lebih banyak
digunakan daripada dalam lingkar terbuka.
Pada masa kini op-amp dibuat dalam bentuk rangkaian terpadu atau IC
(Integrated Circuit), dimana dalam satu potong kristal silicon dengan luas kurang dari
1 mm2 terkadang rangkaian penguat lengkap terdiri dari banyak transistor, dioda,
resistor, dan kadang-kadang kapasitor. Kini kita dapat membeli suatu IC yang dalam
satu potongan kristal mengandung empat buah op-amp sekaligus.
Pemakaian op-amp amatlah luas meliputi bidang elektronika audio, pengatur
tegangan dc, tapis aktif, penyearah presisi, pengubah analog ke digital dan
pengubah digital ke analog, pengolah isyarat seperti cupliktahan , penguat pengunci,
pengintegral, kendali otomatik, computer analog, elektronik nuklir, dan lain-lain.

6.2. Sifat-sifat ideal op-amp


Op-amp biasanya dilakukan dengan gambar 6.1

24
Gambar 6.1
Tampak ada dua masukan, yaitu masukan pembalik (inv) dan masukan tak
membalik (non inv). Masukan diberi tanda minus dan masukan tidak membalik diberi
tanda (+). Jika isyarat masukan dihubungkan dengan masukan membalik, maka
pada daersh frekuensi tangah isyarat keluaran berlawanan fasa atau berlawanan
tanda dengan isyarat masukan.
Sebaliknya jika isyarat masukan dihubungkan dengan masukan tak membalik maka
isyarat keluaran sefasa atau mempunyai tanda yang sama dengan isyarat masukan.
Pada umumnya op-amp menghasilkan tegangan keluaran yang sebanding
dengan beda tegangan isyarat antara kedua masukannya. Op-amp semacam ini
dikenal sebagai op-amp biasa.
Disamping op-amp biasa ada pula op-amp yang menghasilkan tegangan
isyarat keluaran yang sebanding dengan beda arus masukan. Op-amp semacam ini
dikenal sebagai op-amp Norton. Satu contoh op-amp Norton adalah IC LM 3900
buatan National semikonduktor. Satu macam ini adalah op-amp yang menghasilkan
arus keluaran yang sebanding dengan beda tegangan isyarat antara kedua
masukannya. Op-amp semacam ini disebut penguat transkonduktansi operational
(Operational Transconcuctance Amplifier-OTA). Satu contoh OTA adalah IC 3080
buatan RCA. Pada bahasan ini hanya sebatas op-amp biasa.
Beberapa ideal sifat op-amp adalah:
a. Penguat lingkar terbuka tak berhingga atau Av,ib =
b. Hambatan keluaran lingkar terbuka adalah nol, atau Ro, ib = 0
c. Hambatan masukan lingkar terbuka tak berhingga atau Ri,ib = 
d. Lebar pita tak berhingga, atau f = f2 – f1 = 
e. Nisbah penolakan bersama (CMMR) = 
Marilah kita tinjau op-amp yang popular digunakan yang dikenal dengan IC 741.
pada mula IC 741 dibuat oleh Fairchild Semiconductor dan bernama A 741. Akan

25
tetapi oleh karena amat popular hamper semua perusahaan membuatnya. Untuk 741
kita mempunyai data sebagai berikut Ri,lb = 2 M, CMMR = 90 dB, Av,lb = 2000009
pada frekuensi rendah), Ro,lb = 75, lebar pita untuk penguatan =1 adalah 1 MHz.

6.3. Penguat Menggunakan Op-amp


Jika kita menggunakan op-amp untuk penguat dengan penguatan yang tidak terlalu
besar, kita harus memasang balikan negative. Ini dilakukan dengan memasang
resistor antara keluaran dengan masukan membalik. Oleh karena penguatan tanpa
balikan (lingkar terbuka) amat besar maka penguatan lingkar tertutup (dengan
balikan) boleh dikata hanya bergantung pada rangkaian balikan saja, dan tak
bergantung pada nilai komponen yang digunakan dalam op-amp IC itu sendiri. Ini tak
berlaku pada frekuensi tinggi.
Ada tiga macam penguatan yaitu penguat pembalik, penguat tak membalik dan
penguat jumlah.
Penguat pembalik
Penguat pembalik sumber isyarat dihubungkan dengan masukan membalik seperti
pada gambar 6.2

Gambar 6.2 Penguat pembalik


Kita membahas penguatan lingkar tertutup (Av,lb) dengan pengertian balikan. Akan
tetapi disini akan ditempuh jalan lain lebih praktis pada gambar 6.3 pastikan bahwa

Gambar 6.3 Arus isyarat pada penguat pembalik

26
vo = Av,lb Vab
sedangkan
Co = Av,it vi
Tegangan puncak-puncak isyarat keluaran tak melebihi 2 Vcc, sebab bila ini terjadi
vo
isyarat keluaran akan tergunting, akibatnya Vab   0 , elah karena itu penguatan
Av ,lb
lingkar terbuka tampak Vab  0 atau va  vb, akan tetapi antara a dan b ada hambatan
masukan Ri yang amat besar, dalam keadaan ini dikatakan titik a dan b keadaan
hubungan singkat maya
Selanjutnya oleh karena titik b dihubungkan dengan tanah, titik a dikatakan berada
pada tanah maya. Adanya hambatan masukan Ri yang amat besar antara masukan
membalik dan tak membalik mengakibatkan arus yang mengalir kedalam masukan
membalik dan tak membalik amatilah kecil. Arus isyarat pada penguat membalik
ditunjukkan pad gambar 6.4

Gambar 6.4 Menentukan hambatan masukan penguat pembalik


Perhatikan bahwa titik a ada pada tanah maya, sehingga Va = 0. Nyatakanlah
vi
vi – va = ii Ri akan tetapi Va = 0, sehingga vi = ii R1 dan Rin   R1 , Hambatan
ii
keluaran amatlah kecil yaitu

A 
Ro,lt  ( Ro ,lb ) v ,lt 
 Av ,lb 
oleh karena titik a dan b ada dalam keadaan hubung singkat maya dan b pada
tanah, maka titik a ada pada tanah maya. Tegangan isyarat pada titik a mendekati
nol, akan tetapi titik terpisah dari tanah oleh hambatan masukan Rid yang amat
besar. Oleh karena adanya hambatan dalam antara masukan membalik dan
membalik amat besar maka
i2  0 sehingga i1  i3 .

27
kedua hal ini yaitu kedua masukan op-amp ada dalam hubung singkat maya dan
bahwa arus isyarat yang masuk dalam op-amp amat kecil sehingga dapat diabaikan,
merupakan dasar berfikir terhadap cara kerja op-amp.
Marilah kita kembali kepada penguat pembalik dari gambar 6.3 kita peroleh :
vi  ii Ri  v a
va  vb  0
i1  i3
v a  v c  i3 R 2
vc  vo
dari hubungan diatas kita peroleh vi = ii Ri dan vo = - i3 R2 = i1 R2 sehingga :
vo i R  R2
Av ,lt   1 2 
vi i1 R1 R1
contoh 6.1
misalkan kita mempunyai rangkaian penguat pembalik seperti pada gambar 6.5

Gambar 6.5 Rangkaian untuk contoh soal


Hitunglah tegangan isyarat keluaran jika dihubungkan dengan sumber isyarat
tegangan keluaran terbuka 100 m Vpp dan hambatan keluaran 5 K
Jawab :
vo  R2 120 K
   12
vi R1 10 K
atau
vo = - 12 vi
Rin,lt R1
akan tetapi vi  vs  vs
Rs  Rin ,lt Rs  R1
sehingga

 10 K 
vo   12vi  12  v s   8vs   800mVpp
 10 K  5 K 

28
dapatlah disimpulkan bahwa
vo  R2

v s R1  Rs
penguat tak membalik

Gambar 6.6 Penguatan tak membalik

Op-amp dapat dipasang untuk membentuk penguat tak membalik seperti pada
gambar.
Perhatikan bahwa pada penguat tak membalik isyarat dihubungkan dengan masukan
tak membalik (+) pada Op-amp. Balikan melalui R2 dan R1 tetap dipasang pada
masukan membalik agar membentuk balikan negative. Penguat tak membalik
dilukiskan seperti gambar 6.6 dibawah ini

Gambar 6.7
Marilah kita tinjau lingkar tertutup penguat tak membalik dengan anggapan bahwa
lingkar terbuka Av,lb = . Perhatikan gambar oleh karena masukan membalik dan tak
membalik berada pada keadaan hubung singkat maya maka Vb = Vi.
R1 R1
Akan tetapi Vb  va  vo
R1  R2 R1  R2
Nyatakanlah penguatan lingkar tertutup untuk penguat tak membalik adalah

 R 
Av ,lt  1 2 
 R1 

29
Hambatan masukan penguat tak membalik amat tinggi karena isyarat masukan
berhubungan langsung dengan masukan tak membalik secara teori

A 
Ri ,lt  Ri , dif  Ri ,lb  v ,lb 

 Av ,lt 
yang mempunyai nilai amat besar (6.4)
Hambatan keluaran Ro mempunyai nilai amat rendah.
Kita dapat membuat suatu bentuk khusus penguat tak membalik dengan membuat
agar
R1 =  dan R2 = 0 lihat gambar 6.8

Gambar 6.8 Penguat tegangan


Oleh karena kedua masukan ada dalam keadaan hubung singkat maya maka vo = vi
atau penguatan lingkar tertutup sama dengan satu. Penguatan dalam bentuk ini
disebut pengikut tegangan, mengikuti nama pengikut emitor pada penguat transistor
diskret. Pengikut tegangan mempunyai penguatan sama dengan satu, impedansi
masukan amat tinggi, dan keluaran amat kecil. Jadi pengikut tegangan berfungsi
sebagai penyangga dengan penguatan sama dengan astu.
Penguat jumlah
Agar pengertian tanah maya menjadi lebih jelas lagi, kita bahas penguat jumlah
dengan rangkaian seperti pada gambar 6.9. oleh karena masukan membalik (-) ada
dalam keadaan hubung singkat maya dengan tak membalik (+), sedang masukan tak
membalik berhubungan dengan tanah, maka membalik berada pada tanah maya.

R1
i1 i
R2
-

R1 i2 i3
+

Gambar 6.9 Rangkaian penguat jumlah

30
Dari gambar 6.9 terlihat arus i1 dari masukan v1 terus menuju titik a dan tak akan
masuk R2 dan R3. Begitu juga halnya dengan arus i2 dan v2, dan arus I3 dari
masukan v3. Jadi arus dari ketiga masukan ini tak saling mengganggu. Jumlah ketiga
arus masukan ini seolah-olah diteruskan ke R4oleh karena ia  0 sehingga
va – vo = i R4 = ( i1 + i2 + i3 ) R4
Oleh karena va = 0 tanah maya maka
vo = -i R4 = - ( i1 + i2 + i3 ) R4
v1  va v1
i1  
R1 R1
v2  v a v2
i2  
R1 R2
v3  va v3
i3   
R3 R3
Persamaan diatas menjadi
v v v 
vo    1  2  3  R4
 R1 R2 R 3 
R R R 
vo    4 v1  4 v2  4 v3 
 R1 R2 R3 
Penguat jumlah ini sering digunakan untuk menjumlahkan atau mencampur berapa
isyarat suara tanpa saling mengganggu. Alat semacam ini dikenal sebagai audio
yang digunakan untuk mencampur isyarat musik dari instrument dan suara penyanyi
melalui mikropon.

31
MODUL VI
INSTRUMENTASI ELEKTRONIKA
SIFAT DAN BESARAN OP-AMP

Tujuan intruksional umum


Agar mahasiswa dapat memahami sifa tdan besaran Op-amp

Tinjauan Instruksional khusus


1. Dapat menerangkan tentang ofset tegangan keluaran
2. Dapat menerangkan tentang tanggapan amplitude
3. Dapat menerangkan impedansi keluaran dan masukan

Buku Rujukan :
a. Rangan Sarma Instrumentation Devices and Sistem
b. W. Bolton Mechatronic
c. William D. Cooper Electronic Instrumentation and
Measurement Technique

Beberapa sifat dan besaran dasar op-amp


dalam pembahasan ini kita akan membahas beberapa sifat lain dari op-amp
misalnya arus panjar masukan, offset masukan dan keluaran, laju belok dan
tanggapan frekuensi.
7.1 Ofset tegangan keluaran
Offset pada tegangan keluaran atau disingkat offset keluaran (Vo,of), menyatakan
tegangan dc pada keluaran op-amp jika op-amp dalam keadaan lingkar tertutup tidak
diberi isyarat masukan (vi = 0 ) Suatu op-amp yang ideal ialah apabila tidak ada
isyarat masukan maka tegangan dc pada keluaran sama dengan nol, jika op-amp
bekerja dengan catu daya dwikutub(+Vcc dan –Vcc), jika tanpa isyarat masukan
tegangan dc pada keluaran tak sama dengan nol dikatakan op-amp mempunyai
ofset pada tegangan keluaran. adanya ofset membatasi kemampuan penguat untuk
menghasilkan isyarat keluaran yang besar tanpa cacat. Agar lebih jelas perhatikan
gambar 7.1

32
Vo  Voo  Vos

Gambar 7.1 Penguat tak membalik dengan catu daya simetrik


Bila tidak ada ofset pada tegangan keluaran kita akan mampu memperoleh isyarat
keluaran dengan nilai puncak mendekati Vcc seperti dilukiskan pada gambar 7.2 a

Gambar 7.2 Pengaruh ofset pada isyarat keluaran (a) tanpa ofset Voo;
(b) dengan ofset Voo.
Jika ada ofset, isyarat keluaran akan menumpang di atas tegangan ofset sehingga
Vopmaks  Vcc  Vo,of Penyebab terjadinya ofset pada tegangan keluaran ada

bermacam-macam. Di antaranya ialah karena kedua bagian penguat difrensial pada


masukan tidak tepat sama. Sehubungan dengan ini orang mendefenisikan ofset
tegangan masukan Vi,of sebagai tegangan maksimum yang diperlukan pada op-amp
dengan rangkaian terbuka agar tak ada ofset pada tegangan keluaran. Sebab lain
adalah arus panjar masukan pada basis kedua transistor penguat difrensial dalam
melihat hambatan yang berbeda pada masukan membalik dan tak membalik seperti
pada gambar 7.3 a.

ib1
ib1
ib 2 vo
ib 2 vo
R3  R1 // R 2

Gambar 7.3 Pengaruh arus masukan

33
dilihat dari titik a resistor R1 dan R2 tampak paralel, sehingga jika pada masukan tak
membalik (+) kita beri hambatan R3 dengan R3=R1//R2, maka kedua masukan akan
melihat hambatan yang kurang lebih sama, sehingga ofset tegangan keluaran oleh
arus panjar masukan berkurang. Kedua arus panjar masukan, yaitu IB1 dan IB2
tidaklah sama besar. Selisih kedua arus panjar masukan ini disebut ofset arus
panjar, yang dinyatakan sebagai I io  I B1  I B 2  . Ofset arus panjar ini akan

mengakibatkan tegangan keluaran Vo ,of  R2 I io . Hubungan ini menyatakan bahwa

besar nilai hambatan R2 dibatasi oleh ofset pada arus masukan. Sebagai contoh
ofset masukan Iio untuk 741 mempunyai nilai antara 12 nA hingga 500 nA. Jika untuk
penguat pada gambar kita gunakan R2 = 10 M kita dapat memproleh ofset tegangan
keluaran
Vo,of  I io R2  5 Volt . Besar arus panjar masukan dan ofset pada arus masukan
amat penting pada penguat intrumentasi, pada pengintegral dan cuplik pada tanah.

Gambar 7.4 Potensiometer Rv digunakan untuk meniadakan ofset pada


keluarannya

Adanya ofset pada keluaran dapat diatasi dengan berbagai cara . bebarapa jenis
op-amp mempunyai kaki-kaki untuk membuat agar ofset keluaran menjadi nol.
Kedua kaki ini disebut kaki pelenyap ofset.
Pada penguat 741 pelenyap rangkaian ofset dipasang anatara kaki nomor 1 dan 5
seperti pada gambar. 7.4
Untuk op-amp yang tak mempunyai pengaturan ofset di dalamnya dapat digunakan
rangkaian seperti pada gambar 7.5

34
Gambar 7.5 Pengaturan ofset keluaran (a) Penguat pembalik (b) Penguat tak
membalik

Tanggapan Amplitudo

Pada umumnya op-amp mempunyai beberapa tahap penguatan di dalamnya


dengan menggunakan gandengan dc. Akibatnya op-amp tak punya kutub di daerah
frekuensi rendah dan mempunyai lebih dari dua kutub pada daerah frekuensi tinggi.
Agar op-amp dapat diberi berbagai nilai factor balikan tanpa mengakibatkan
ketidakmantapan (osilasi), maka op-amp harus menggunakan kompensasi frekuensi
. pada beberapa macam op-amp seperti misalnya 741, LM 324, RC 4739 dan XR
4196 kompensasi frekuensi sudah dipasang dalam IC . Op-amp tersebut dikatakan
mempunyai kompensasi dalam . Pada beberapa macam IC yang lain kita harus
menambahkan kapasitor dan resistor pada kaki-kaki tertentu untuk kompensasi
frekwensi. Op-amp ini dikatakan mempunyai kompensasi luar. Beberapa contoh
kompensasi luar adalah 748, 709, LM 301, LM 308, dan LF357.
Tanggapan amplitudo op-amp dengan kompensasi dalam seperti pada op-amp 741
dilukiskan pada gambar .7.6.

Av, gb
dB

110

100

80 Kemiringian -6 dB/oktaf

60

40

20
0
1 10 100 1 K 10 K 1M 10 M F(log)

Gambar 7.6 Tanggapan amplitudo 741

35
Misalkan kita ingin menentukan tangapan amplitude penguat lingkar tertutup sebesar
AV. lt = 40 dB. Kita tarik garis ab pada AV = 40 dB. Bagan Bode untuk lingkar tertutup
diberikan oleh garis patah abc, dan tanggapan frekwensinya dilukiskan dengan garis
putus-putus (gambar 7.7). Dari gambar 7.7 tampak bahwa jika digunakan penyangga
dengan penguatan satu (0 dB), 741 dapat mempunyai frekwensi potong atas 1 M Hz.
Dengan kata lain dapat dikatakan, lebar pita pada penguatan satu kali adalah 1 MHz.
Op-amp LM 357 misalnya mempunyai lebar pita pada penguatan satu kali sebesar
20 MHz.

Av , gb
dB

110

100

80 Tanggapan gelung terbuka

60
a b
40
20
0 c
1 10 100 1K 10 K 1M 10 M F(log)

Gambar 7.7 Tanggapan amplitudo lingkar untuk penguatan Av,lt= 40dB


Untuk op-amp dengan kompensasi-luar tanggapan amplitudo lingkar terbuka
bergantung pada rangkaian kompensasi yang dipasang. Op-amp 748 mempunyai
rangkaian didalam IC yang tepat sama dengan 741, tetapi tanpa kompensasi kutub
dominant pada transistor keluarannya. Pada 748 kapasitor untuk kompensasi harus
dipasang diluar IC. Op-amp 709 menggunakan dua rangkaian kompensasi frekwensi
yaitu kompensasi masukan dan kompensasi keluaran.

C k  30 pF
C k  5 pF
C k  2 pF

Gambar 7.8 Op-amp 748 beserta tanggapan amplitudonya; (a) diagram kaki
beserta rangkaian untuk ofset; (b) tanggapan amplitudo.

36
Jika dipasang kapasitor kompensasi Ck = 30 pF, tampak tanggapan amplitudo turun
dengan kemiringan -6 dB/oktaf dari penguatan lebih dari 100 dB hingga kira-kira -10
dB. Pada keadaan ini 748 dapat digunakan sebagai penyangga dengan penguatan
satu kali. Untuk nilai kapasintasi Ck= 5 pF pada penguatan dibawah Av = 10 dB,
tanggapan amplitude turun dengan kemiringan lebih curam -6 dB/oktap. Pada
keadaan ini 748 tak dapat digunakan untuk penguatan lingkar tertutup kurang dari 10
dB, atau agar lebih pasti jangan digunakan untuk penguatan lebih dari 20 dB, atau
10 kali. Untuk Ck = 2 pF jangan gunakan 748 untuk penguatan kurang dari 40 dB
atau 100 kali.
Keuntungan op-amp dengan kompensasi luar ialah pada nilai penguatan tinggi kita
dapat mempunyai frekuensi potong atas yang lebih tinggi dari op-amp kompensasi
dalam.
Laju belok
Laju belok menyatakan sifat op-amp terhadap isyarat besar berupa isyarat persegi
atau denyut, yaitu untuk perubahan tegangan yang mendadak. Laju belok dinyatakan
v
dengan yang menyatakan berapa volt isyarat keluaran berubah dalam waktu 1
s
s , jik masukan diberi isyarat berbentuk tingkap. Op-amp untuk keperluan umum
v
biasanya mempunyai laju belok sekitar 0,5 , seperti 741 , 709 301 dan
s
sebagainya. Op-amp LF 357 dengan lebar pita untuk penguatan satu sebesar 20 M
v v
Hz mempunyai laju belok 50 . Op-amp LH 0024 mempunyai laju belok 500 .
s s
Untuk laju belok ayng lebih tinggi orang harus menggunakn op-amp hybrid yang
merupakan campuran IC dan diskret. Pengaruh laju belok pada bentuk isyarat
keluaran dilukiskan pada gambar 7.9

t

 V0

Gambar 7.9 Pengaruh laju belok pada bentuk isyarat keluaran

37
vo
Pad gambar 7.9 diatas laju belok dapat ditentukan dari . Laju belok disebabkan
t
oelh pengisian dan pengosongan muatan kapsitor kompensasi. Makin kecil
kapasitor kompensasi luar makin tinggi laju belok . Jika kita bekerja dengan op-amp
kompensasi luar kita dapat mengatur nilai laju belok yang lebih tinggi dengan
menggunkan kapasitansi yang kecil, dengan kemantapan balikan yang
bersangkutan.

Impedansi masukan dan keluaran


Op-amp yang ideal mempunyai impedansi atu hambatan takberhingga dan
hambatan keluaran nol . op-amp IC yang paling popular yaitu 741 mempunyai
hambatan masukan kira-kira 1 M, dan hambatan keluaran 75 . Op-amp lain yang
banyak digunakan yaitu 709. mempunyai hambatan masukan kira-kira 150 K, dan
hambatan keluaran 200 . Op-amp IC LF 157 yang mempunyai tahap penguat
difensial menggunakan JFET, mempunyai impedansi masukan 1012 .
Impedansi masukan yang dinyatakan dalam lembaran data op-amp adalah untuk
keadaan lingkar terbuka. Ada dua pengertian tentang impedansi masukan, yaitu
masukan difrensial Rid
Dan impedansi masukan modus bersama Ric keduan impedansi ini dilukiskan pada
gambar 7.10

Ric

Rid

Ric

Gambar 7.10 Impedansi masukan Pada IC op-amp


Untuk menentukan Ri penguat, kita pasang suatu sumber tegangan tetap vi, dan kita
vi
hitung arus yang ditarik ii, maka Ri 
ii

38
R2

Ric

R1

ii id Rid

Ric
Vs ic Vs

Gambar 7.11 Impedansi masukan pada penguat tak membalik


Dari gambar 7.11
ii  ic  id
tetapi
vi
ic 
Ric
vab v
id  dan vab  o
Rid ,lb Av ,lb

vo
sehingga id 
Rid ,lb Av ,lb

tetapi vo  Av,lt vi

Av ,lt vi vi
sehingga id  
Rid ,lb Av ,lb Av ,lb
Rid ,lb
Av ,lt

vi
dapat dituliskan id 
Rid ,ef

Av,lb
dengan Rid ,ef  Rid ,lb
Av ,lt

oleh karena ii  ic  id

vi v
ii   i
Ric Rid ,ef

1 ii v v
maka   i  i
Ri vi Ric Rid ,ef
atau
Av,lb
Ri  Rid ,ef // Ric dengan Rid ,ef  Rid ,lb
Av ,lt

39
lembaran data op-amp biasanya menyatakan impedansi masukan difrensial. Jadi
untuk 741 Rid  1 M dan untuk 709 adalah Rid  200 M impedansi masukan

modus bersama Ric biasanya jasuh lebih besar daripada Rid(lingkar terbuka) yang
mempunyai nilai hambatan tak terlalu besar, tetapi pada keadaan lingkar tertutup
mempunyai nilai efektif yang besar. Sebagai contoh marilah kita bahas impedansi
masukan penguat tak membalik seperti gambar 7.11
pada keadaan lingkar tertutup hambatan masukan penguat adalah
Ri  ( Rid ,ef  Ric // R2 // R1 ) // Ric
 R id, ef // Ric

Rid ,ef adalah impedansi masukan difrensial dilihat dari difrensial a dan b, pada

keadaan lingkar terbuka R id, ef  Rid ,lb . Nyata bahwa walaupun Rid ,lb mungkin

mempunyai nilai tak terlalu besar , tetapi keadaan lingkar tertutup tampak
mempunyai nilai efektif sebesar
Av,lb
Rid ,ef  Rid ,lb
Av ,lt

Pada op-amp dalam keadaan linkar tertutup mungkin Rid ,ef  Ric sehingga

Rin  Rid , ef // Ric


Impedansi keluaran
R2

vid i2
io
R1
Rid
ii

Ric Vs
Vo ,b  Av, ohVid
ic Vs

Gambar 7.12 Menentukan Ro,lt


Impedansi keluaran op-amp dalam keadaan lingkar tertutup dapat mempunyai nilai
yang jauh lebih kecil daripada impedansi keluaran lingkar terbuka. Ini dapat kita
tunjukkan dengan uraian sebagai berikut. Untuk menentukan impedansi keluaran kita
pasang suatu sumber tegangan khayal vo, hingga arus io yang ditarik dari vo maka
Ro  voio
dari gambar

40
io  i1  i2

vo
i2 
R1  R2
vo,lb Av ,lb vid
i1  
Ro ,lb Ro ,lb
R1 vo
vid  vo 
R1  R2 R
1 2
R1
vo

Av ,lt

vo
Av ,lb x
Av ,lt vo
io  
Ro,lb R1  R2

ii 1 1 1
Ro     atau
vo Av ,lt R1  R2 Ro,lt
Ro ,lb
Av ,lb

 A 
Ro ,lt   Ro,lb v,lt  //( R1  R2 )
 Av ,lb 

 A 
Ro ,lt   Ro ,lb v ,lt 
 Av ,lb 

Av ,lt
karena Ro ,lb  ( R1  R2 )
Av ,lb

41
MODUL VIII & IX
INSTRUMENTASI ELEKTRONIKA
PENGGUNAAN OP-AMP UNTUK PENGUAT INSTRUMENTASI
DAN PENGUAT LOG DAN ANTILOG

Tujuan instruksional umum :


Agar mahasiswa dapat memahami tentang penguat instrumentasi

Tujuan instruksional khusus :


Dapat menjelaskan tentang rangkaian penguat instrumentasi
Dapat menjelaskan bagian- bagian rangkaian penguat instrumentasi
Dapat menjelaskan penurunan rumus rangkaian instrumentasi

Buku Rujukan :
a. Rangan Sarma Instrumentation Devices and Sistem
b. W. Bolton Mechatronic
c. William D. Cooper Electronic Instrumentation and
Measurement Technique

8.1 Penguat instrumentasi


Penguat instrumentasi adalah suatu penguat loop tertutup (closed loop) dengan
masukan difrensial, dan penguatannya dapat diatur tanpa mempengaruhi nisbah
penolakan modus bersama (Common Mode Rejection Ratio –CMRR). Fungsi utama
penguat instrumentasi adalah untuk memperkuat tegangan yang tepat berasal dari
suatu sensor atau transducer secara akurat. Rangkaian ekuivalen penguat
instrumentasi adalah seperti gambar 8.1

e1
Ri , dif

e2

Gambar 8.1 Rangkaian ekuivalen suatu penguat instrumentasi

42
Besaran RicM adalah hambatan atau impedansi atau impedansi masukan diferensial .
eo,o adalah tegangan keluaran tanpa beban (terbuka) dan Ro adalah hambatan atau
impedansi keluaran. Karena penguat instrumentasi adalah penguat loop terbuka.
Maka tak perlu dipasang rangkaian umpan balik untuk menggunakannya seperti
halnya penguat operasioanal (op-amp). Penguat instrumentasi yang bermutu tinggi
dibuat dalam bentuk hybrid yaitu campuran IC dan komponen diskrit. Satu contoh
penguat instrumentasi adalah penguat Burr-Brown 3620. spesifikasi penguat ini
adalah sebagai berikut ;
Drift rendah :  25 v/ c

Bising rendah : 1 Vpp


CMRR tinggi 100 dB
Impedansi masukan tinggi : 300 M (difrensial) dan 1 G CM(common mode)
Kisaran penguatan : 1 hingga 10.000 .
Penguat instrumentasi dapat dibuat dengan menggunakan op-amp. Mutu penguat ini
bergantung pada mutu op-amp yang digunakan yang menyangkut offset masukan.,
impedansi masukan, drift pada tegangan keluaran, CMRR, PSRR dan sebagainya.
Disamping itu CMRR dan ketepatan penguatan op-amp amat bergantung kepada
presisi dari komponen pasif yang digunakan . marilah kita bahas dua rangkaian
penguat instrumentasi menggunakan op-amp.
Rangkaian yang lazim digunakan orang untuk membuat panguat instrumentasi
dengan op-amp adalah seperti pada gambar 8.2

Gambar 8.2 Suatu penguat instrumentasi


Kita dapat bagi rangkaian diatas menjadi dua bagian yaitu bagian terdiri dari OA1
dan OA2 dan bagian II terdiri dari OA3 marialh kita bahas bagian II lebih dahulu
bagian kita lukiskan lagi pada gambar 8.3

43
Gambar 8.3 Rangkaian penguat diferensial menggunakan op-amp
Oleh karena hambatan masukan difrensial dari op-amp amat tinggi maka dapat
dianggap I1=I4 =0 sehingga :
Ia =I a’ dan Ib =Ib’
Dengan menggunakan hukum Kirchoff kita peroleh :
ea  Vo  ( R2  R6 ) I a
eb  0  ( R5  R7 ) I b
selanjutnya kita gunakan suatu sifat op-amp yang lain yaitu bahwa masukan
inverting dan non inverting ada dalam keadaan hubung singkat virtual oleh sebab ini:
VO   I a R6  I b R7
dari ketiga persamaan ini kita peroleh ;
R7 R6
VO   I a R6  I b R7VO  eb  (ea  VO )
R5  R7 R2  R6
R6 R7 R6
VO  (1  )( eb  ea )
R2 R5  R7 R2  R6
agar tegangan Vo sebanding dengan selisih tegangan isyarat masukan maka hasrus
dibuat agar :
R7 R6 R R
 atau 5  2
R5  R7 R2  R6 R7 R6
sebaiknya digunakan R5 =R2 dan R7 = R6 maka :
R6 R6
VO  (1  ) eb  ea )
R2 R2  R6

44
R6
VO   (ea  eb )
R2
jadi
VO R
Av , dif   6
ea  eb R2
Penguatan common mode dapat kita peroleh bila kita gunakan
eb  ea  eCM
seperti gambar 8.4

R6

R2 -

+
R5

R7 Vo

Gambar 8.4 Penguat difrensial dengan menggunakan common mode.


Persamaan menjadi
R6 R7 R6
VO  (1  )(  )eCM ………………………………………(8.5)
R2 R5  R7 R2  R6
seperti telah digunakan diatas jika digunakan R7=R6 dan R5=R2 kita peroleh
penguat difrensial akan tetapi dalam prakteknya tidak mungkin membuat dua
hambatan tepat sama. Resistor yang dijual ditoko mempunyai toelransi minimum 1
%.
R7 R6
Misalkan     1
R5  R7 R2  R6
R6
Maka VO  (1  )eCM
R2
VO R
Av ,CM   (1  6 )
eCM R2
dari persamaan diatas kita peroleh common mode Rejection ratio.
Av , dif R6 R2 1
CMRR   ( )
Av ,CM R2 R2  R6 

R6 1
CMRR  ( )
R2  R6 
tampak bila   1%  0.01 dan R2  R6 maka CMRR =60=30 dB

45
jadi agar diperoleh CMRR yang tinggi diperlukan komponen dengan presisi yang
tinggi pula .
Marilah kita kembali kepada gambar 8.2 dan kita lukiskan bagian I

V PQ

Gambar 8.5 Bagian I rangkaian pada gambar 8.2


Oleh karena masukan inverting dan non inverting pada op-amp ada pada keadaan
hubung singkat virtual, maka tegangan pada titik A = ea dan pada titik B = eb.
disamping itu karena hambatan masukan difrensial pada op-amp mempunyai harga
sangat besar maka arus I 1= I2 = 0 akibatnya:
VPQ  VP  VQ  I ( R1  R3  R4 )

akan tetapi V A  VB  ea  eb  IR3

ea  eb
sehingga I 
R3
R1  R4
sehinggs V  (1  )(ea  eb ) Persamaan 8.8 menyatakan bahwa bila ea= eb=
R3
eCM maka VPQ=0 sehingga Av,CM=0, yang berarti bahwa pada rangkaian Gambar 8.2
penurunan CMRR disebabkan oleh bagian II saja. Ini berarti bahwa dipandang dari
segi CMRR hanya R2,R6, R5 dan R7 yang harus mempunyai nilai yang presisi.
Penguatan dari seluruh rangkaian gambar 8.2 dapat diperoleh dengan
menggabungkan persamaan 8.5 dan 8.8 yaitu :
R1  R4 R6
Av , dif  (1  )( )
R3 R2
suatu contoh rangkaian instrumentasi ditunjukkan pada gambar 8.6 yang digunakan
adalah tipe CA 3140 yaitu CMOS-input op-amp dengan Zin(CM)=1012 ,
CMRR=90dB, unity gain bandwith 7,5 MHz dan PSRR = 90dB. IC CA 3240 adalah
dua CA 3140 yaitu dalam satu IC ada dua op-amp seperti Ca 3140.

46
+15V

2n
1%
8
10 M 3 -
5K1
OA1
2 + 100K 1%
100K 2n +15V
1%
2 7
100K -
OA3 6
OA1,0A2:CA324 +
3 4 2K Vo
V1 3K9

100K 100 K
6 - 2n
1% 1%
OA2
2
+ 5K1
10M 5 4 1%
2n OA3:CA314

-15V

Gambar 8.6 Penguat difrensial presisi


Spesifikasi penguat diatas adalah respon frekuensi (-3 dB) dc hingga 1 Mhz; slew
rate =1,5 V/us, CMRR=86 dB. Penguatan = 35-60 dB.
Suatu rangkaian penguat instrumentasi lain ditunjukkan pada gambar 8.7

R2
Eb(1  )
R1

Gambar 8.7 Suatu rangkaian penguat instrumentasi


Rangkaian diatas digunakan penguat instrumentasi buatan Burr Brown yaitu BB
3627, suatu penguat instrumentasi dengan drift amat rendah. Keuntungan
disbanding dengan rangkaian pertama adalah hanya diperlukan du op-amp dan
empat buah resistor. Resistor R5 tak perlu dipasang bila diinginkan penguatan
tegangan sama besar.

47
R4
(1  )
R3
Kita gunakan dua sifat op-amp yaitu bahwa masukan inverting dan non inverting ada
dalam keadaan hubung singkat virtual, dan bahwa hambatan difrensial antara kedua
masukan ini amat besar . sehingga arus yang masuk dapat diabaikan. Dari gamba
r8.7 kita peroleh :
I o  I1  I 2
I o  ( Eo  Ea ) / R4
R2
I1  ( Ea  Eb )(1  ) / R3
R1
I 2  ( Ea  Eb ) / R5
dari hubungan-hubungan di atas kita dapatkan:
R4 R4 RR R R
Eo  Ea (1   )  Eb ( 2 4  4  4 )
R3 R5 R1R3 R3 R5
bila dibuat agar R2 R4  R1 R3 yaitu dengan memilih R2  R3 dan R4  R1 maka

R4 R4
Eo  (1   )( Ea  Eb )
R3 R5
I o  I1  I 2
( Eb  Ea )
I2 
R5
Ea
I3   I2
R1
Ea Eb  Ea
I3  ( )
R1 R5
Ea Eb  Ea
Ec  Ea  R2 (  )
R1 R5
R2 R R
Ec  Ea  Ea  2 Ea  2 Eb
R1 R1 R5
R2 R2 R
 E a (1   )  2 Eb
R1 R5 R5
Eb  Ec 1 R R R
I1   ( Eb (1  2 )  Ea (1  2  2 ))
R3 R3 R5 R1 R5
I o  I1  I 2
1 R R R E  Ea
 ( Eb (1  2 )  Ea (1  2  2 )  b
R3 R5 R1 R5 R5

48
VO  Eb  R4 I O
R4  R2 R2 R2  R4
  Eb (1  )  Ea (1   )  ( Eb  Ea )
R3  R5 R1 R5  R5
R R R R R R
 Eb  4 Eb (1  2 )  Ea 4 (1  2  2 )  1 ( Eb  Ea )
R3 R5 R3 R1 R5 R5

R4 R4 R2 R4 R R R R R R
 Eb (1    )  Ea (1  4  4 2  4 2  4 )
R3 R3 R5 R5 R3 R3 R1 R3 R5 R5

R4 R4 R2 R4 R4 R4 R2 R4 R2 R4 R4 R2
(1       1
R3 R3 R5 R5 R3 R3 R1 R3 R5 R5 R3 R1
R4  R1 R2  R3

R4 R4 R2 R4
 ( Eb  Ea )(1    )
R3 R3 R5 R5

R4 R4 R
 ( Eb  Ea )(1   2 4 )
R3 R3 R5

R4
 ( Eb  Ea )(100  2 )
R5

R4 R4
atau AV ,diff  (1   ) Bila R2 R4 tidak tepat sama dengan R1R3, sehingga
R3 R5
R4 R2
dapat dituliskan  1 
R1 R3
dengan   1 maka untuk isyarat Ea=Eb=ECM
Eo= ( )ECM
Kita peroleh Common Mode Rejection yaitu :
Av , dif R4 R4
CMRR   (1   )/
Av,CM R3 R5
tampak bahwa R5 tidak mempengaruhi Av,CM sehingga dapat digunakan untuk
mengatur penguatan tanpa mengubah CMRR. Dengan menggunakan sebuah op-
amp dan beberapa buah transistor kita juga dapat membuat suatu penguat
instrumentasi yaitu seperti ditunjukkan pada gambar 8.8 rangkaian ini sering
dijumpai dalam instrumentasi dan juga di dalam rangkaian lain seperti IC analog
multiplier. Yaitu MC 1496 dan juga IC balanced modulator MC 1495. Pada gambar
diatas transistor Q1, Q2, Q3, dan Q4 sebaiknya terbuat dari IC yang berisi transistor
array seperti LM 314 atau CA 3049 .

49
R6 = R7 = 1211 k.1%

R8 = R9 = 100 k.1%

R1 = R2 = 470

R3 = R4 = 2 k. 1%

R10 = 10

R5 = 1 k (pot)

Gambar 8.8 Penguat instrumentasi menggunakan transistor dan op-amp


Va  VO  I 2  R6
akan tetapi Va=Vb sebab masukan op-amp ada dalam keadaan hubung singkat
virtual akibat kita peroleh :
Vo  I1 ' R9  I 2 ' R6

bila digunakan R9  R8 maka Vo  ( I1 ' I 2 ' ) R8

sekarang marilah kita pikirkan rangkaian transistor pada penguat di atas Dua
transistor Q1 dan Q2 membentuk penguat difrensial. Sedang transistor Q3 dan Q4
membentuk sumur arus tetap (constant current sink).yang menarik arus sama yaitu I
dari Q1 dan Q2. Kalau kita gunakan hokum kirchoff untuk arus –arus pada titik c dan
d kiat akan peroleh:
I1  I o  I

I 2  I  IO

sehingga I 2  I1  2 I O

Kembali pada titik a dan b . Va  Vcc  R7 I o 2

Vb  Vcc  R6 I o1

Karena Va  Vb dan kita buat R7  R6 maka I o1  I o 2 yang berarti I1 ' I1  I 2 ' I 2

I 2 ' I1 '  I1  I 2  2 I o selanjutnya dari persmaa di atas menjadi VO  2 I o R8

Vc  Vd  I O R11

50
akan tetapi Vc  Eb  VBE (Q2 )

dan Vd  Ea  VBE (Q1 )

Bila Q1 dan Q2 dibuat agar mempunyai karekteristik sedekat mungkin sehingga


Vc  Vd ( Ea  Eb )
VBE (Q2 )  VBE (Q1 ) maka Vc  Vd  Ea  Eb akibatnya I O   dan
R11 R11
persamaan di atas kita peroleh :
R8 R
Vo  2 ( Ea  Eb ) atau Av , dif  2 8
R11 R11
Nyata bahwa penguatan dapa tdibuat variable dengan memasang potensiometer
untuk R11
.

51
MODUL X
SISTEM INSTRUMENTASI ELEKTRONIKA
PENGOLAHAN ISYARAT DIGITAL TO ANALOG CONVERTER

Tujuan Instruksional Umum :


 Agar mahasiswa dapat memahami tentang Digital Analog converter

Tujuan Instruksional Khusus :


 Dapat menjelaskan tentang pengubahan data analog
 Dapat menjelaskan bagian- bagian rangkaian DAC
 Dapat menjelaskan penurunan jenis-jenis DAC

Buku Rujukan :
 Rangan Sarma Instrumentation Devices and Sistem
 W. Bolton Mechatronic
 William D. Cooper Electronic Instrumentation and
Measurement Technique

Pengubahan Data Analog


Bila kita ingin memproses dari transducer yang telah diperkuat ke dalam
microcontroller atau mikroprosesor diperlukan isyarat analog ke bentuk digital yang
hanya sesuai dengan besaran analog. Piranti yang digunakan untuk mengubah data
analog ke digital disebut ADC (Analog to Digital Converter ). Dan sebaliknya data dari
digital jika ingin dirubah ke besaran analog diperlukan alat yang disebut DAC (Digital to
Analog Converter).
Sebelum menjelaskan cara kerja ADC pada kuliah ini akan dibahas dulu cara
kerja DAC terdapat beberapa cara kerja DAC adalah:
 Multiplying DAC;MDAC
 Internal refrence DAC
 Companding DAC
Dasar kerja dari pada semua DAC di atas adalah perubahan arus-arus yang disaklar
oleh masing-masing bit pada masukan digital diubah mejadi tegangan dengan
mengunakan suatu op-amp.
Contoh DAC-4 bit sederhana

52
I tot

Gambar 10.1
Vref Vref Vref Vref
I Tot  (    )
R 2R 4R 8R
1 1 1 Vref
 (1    )
2 4 8 R
Vref 1 1 1
Vo  K R2 I tot  K (1    )
2 2 4 8
1 1 1 1
Vo  KVref (    )
2 4 8 16
Vo  KVref (2 1  22  2 3  2 4
Tampak bahwa tegangan keluaran Vo adalah sebanding dengan Vref dikalikan dengan
nilai kode biner natural dari masukannya.
DAC dengan tegangan acuan Vref di luar rangkaian, artinya tidak ada di dalam IC
disebut multiplying (MDAC)
Soal :
Diket Vref = 5V R= 5k
D0, D1, D2,D3, masing-masing urutan bit rendah ke bit tinggi

53
Tabe 10.1
No. D3 D2 D1 D0 Arus keluaran Perbandingan
Maksimum
0 0 0 0 0 ------ 0
1 0 0 0 1 .
2 0 0 1 0 .
3 0 0 1 1 .
4 0 1 0 0
5 0 1 0 1 1/15
6 0 1 1 0
7 0 1 1 1
8 1 0 0 0
9 1 0 0 1
10 1 0 1 0
11 1 0 1 1
12 1 1 0 0
13 1 1 0 1
14 1 1 1 0
15 1 1 1 1

Saklar arus

Gambar 10.2

54
Transistor di atas bisa dihidupkan (saturasi) apabila titik D0, D1, D2,D3, diberi tegangan
yang menghasilkan arus basis yang cukup membuat transistor saturasi sebaliknya jika
D0, D1, D2,D3, bertegangan nol maka transistor cut-off..
Pada masa kini orang telah membuat DAC dalam bentuk rangkaian terintegrasi (IC).
Beberapa tipe yang banyak digunakan adalah MC 1408 buatan Motorollah, DAC-08
membuat Precision Monolisthics dan AD 7522 buatan analog divices.
Ketiga DAC yang tersebut di atas adalah MDAC (multiplying DAC) dimana jaringan
tangga R-2R serta saklar arus sudah ada dalam IC, sedang Vref dan Op-amp ada
diluar.
Sebagai contoh diagram fungsional DAC 8 bit MC 1408 ditunjukkan pada GB. 10.3
adalah dari multiplying DAC, dan perlu menggunakan tegangan acuan di luar IC.

MSB A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 LSB

5 6 7 8 9 10 11 12
Range Io
1 Saklar-saklar arus
control 4

Tangga R-2R Arus Bias 2


Gnd

Vref (+)
14
13
Vcc
-
Vref (-) Penguat
+ Arus
15
Acuan
16
compen

V EE Pasangan sumber
(a) arus npn

55

Io

Gambar 10.3 (a) Diagram fungsional MC 1408 (b) Simbol MC 1408


Pengkodean pada logika masukan menggunakan kode biner natural. Suatu arus acuan
Iref = 2 mA akan menyebabkan arus keluaran skala penuh 2 mA. Arus keluaran ini
bersifat menyedot waktu mapan DAC ini adalah 300 ns dan menggunakan catu daya
+5 V dan -15 V. tegangan acuan dapat bipolar.Penggunaa DAC MC 1408 ditunjukkan
pada gambar 10.4 .
Vref
Arus keluarn pada skala penuh adalah sama dengan arus acua Iref yaitu  2 mA
R
. Oleh penguat operasional arus keluaran Io diubah menjadi tegangan keluaran :
Vo  IoRF   (2mA)(5k)  10 V (skala penuh) .
Pada DAC-08 saklar arus digunakan untuk menghasilkan dua arus keluaran yang

kompelmenter, yaitu Io dan I o . Waktu setting untuk DAC-08 adalah amat cepat , yaitu

85 ns. Arus acuan adalah dari 0,1 mA hingga 4 mA. Catu daya adalah  4,5 V hingga
 18V. masukan logika dapat deprogram agar dapat bekerja untuk berbagai keluarga
logika (TTL,CMOS ECL dsb).

56
Penggunaan DAC-08 dalam rangkaian ditunjukkan pada gb 10.4

VLC 6,2K
10V

3,6K
0.1F
(C) CMOS -10V

Gambar 10.4
(a) Rancangan DAC-08 dalam rangkaian untuk menghasilkan tegangan keluaran
negatif. (b) Penyambungan VLC untuk CMOS 5 V (c) penyambungan VLC CMOS 10 V.
Pada gambar diatas impedansi masukan keluaran DAC adalah 5 k bila dinginkan
impedansi masukan keluaran yang rendah kita dapat memasang suatu buffer. Agar
masukan digital bekerja untuk tingkat tegangan TTL, kaki VLC harus dihubungkan
langsung dengan pertanahan. Untuk hubungan dengan tingkat logika CMOS VLC
dihubungkan dengan tanah melalui rangkaian seperti ditunjukkan pada gambar 10.4 b
dan c. hubungan antara logika digital pada masukan tegangan keluaran analog pada
gambar 10.5 ditunjukkan pada table 10.2.

57
Tabel 10.2

B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 Io(mA) I o (mA) Eo(V) E o(V )


FS 1 1 1 1 1 1 1 1 1,992 0,000 -9,960 -0,000
FS-LB 1 1 1 1 1 1 1 0 1,984 0,008 -9,920 -0,040
½ 1 0 0 0 0 0 0 1 1,008 0,984 -5,040 -4,960
FS+LB
½ FS 1 0 0 0 0 0 0 0 1,000 0,992 -5,000 -5,000
½ FS- 0 1 1 1 1 1 1 1 0,992 1,000 -4,960 -5,040
LB
0+LSB 0 0 0 0 0 0 0 1 0,008 1,984 -0,040 -9,920
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,000 1,992 -0,000 -9,960

(a)

Gambar 10.5
Tabel 10.3
B1………………B8 EO(mV) EO (mV)
+FS 1 1 1 1 1 1 1 1 -9,940 +10,000
+FS-LSB 1 1 1 1 1 1 1 0 -9,840 +9,920
0 1 0 0 0 0 0 0 0 0,000 +0,080
-FS+LSB 0 0 0 0 0 0 0 1 +9,920 -9,840
-FS 0 0 0 0 0 0 0 0 +10,000 -9,940

58
RL
MSB LSB
Vref
5,0K
+2,5 V 15 12

14
Io -
1,25K DAC-08 Op-02 Eo
+
1,25K 15 IO
2
16 3 1
13
5,0K
RL

-15V +15V

Bila R L dan R L dalam  0,05%


(b)
keluaran akan simetrik thd GND
Gambar 10.6
Tabel 10.4
B1…………………B2 Io (mA) I o (mA) Eo(V)

+FS 1 1 1 1 1 1 1 1 1.992 0,000 +9,960


+FS-LSB 1 1 1 1 1 1 1 0 1,984 0,008 +9,880
+0 1 0 0 0 0 0 0 0 1,000 0,992 +0,040
-0 0 1 1 1 1 1 1 1 0,992 1,000 -0,040
-FS+LSB 0 0 0 0 0 0 0 1 0,008 1,984 -9,880
-FS 0 0 0 0 0 0 0 0 0,000 1.992 -9,960

Gambar 10.5 Dua pemasangan DAC-08 untuk tegangan bipolar


a. Biner natural
b. Biner offset simetrik
Satu teknik untuk mengatur gain dan affset untuk DAC-08 ditunukkan pada gambar
10.6 .

59
Eo

47 

Gambar 10.7 Satu teknik untukmengatur gain dan offset


Dari rangkaian diatas tegangan keluaran FS dapat diatur demikian pula titik OV pada
tegangan keluaran .
Satu contoh lagi DAC adalah AD-7520 dan AD-7521 buatan analog devices . AD-7520
adalah DAC perkalian (MDAC) 8 bit sedangkan AD-7521 adalah 12 bit diagram
fungsional AD-7520 dan AD-752 adalah seperti gambar 10.7

Rfeed back

60
 Vref

RV 1

R FB
I OUT 2 500

I OUT1

 Vref

I OUT 2

I OUT 2 A2

I 'OUT 2

RFB ( I OUT 1  I 'OUT 2 )

I 'OUT 2
I OUT 1

Gambar 10 .8 Konverter D/A 8 bit AD-7520


(a) Diagram fungsinal
(b) Rangkaian untuk menghasilkan tegangan unipolar.
(c) Rangkaian untuk menghasilkan tegangan bipolar.

61
Tampak bahwa AD-7520 ddan AD-7521 hanya berisi jaringan tangga R-2R serta
saklar-saklar arus. Di dalam chip AD-7520 disediakan hambatan 10 K untuk
digunakan mengubah arus menjadi tegangan melalui op-amp.
Dioda pada pada gb10.7 b dan c adalah dioda schottky yang digunakan untuk
mencegah saklar mencantol (latcing). Tegangan acuan Vref dapat positif maupun
negatif.
Untuk mendapat tegangan bipolar dapat digunakan rangakan 10.7 (b) op-amp A2
digunakan sebagai cermin arus (current mirror) yang menyebabkan arus I’out2=Iout2
diambil dari Iout1, sehingga arus yang mengalir melalui RFB adalah sebesar
( I out1  I out 2 ) akibatnya

Vo   RFB ( I out1  I out 2 )


bila masukan digital B1…….B10 semua nol, maka Iout1=0 dan Iout2=IFS dan
Vo= + VoFS + Vref

62
MODUL XII & XIII
SISTEM INSTRUMENTASI ELEKTRONIKA
PENGOLAH ISYARAT (SINYAL)

Tujuan Instruksional Umum :

 Agar mahasiswa dapat memahami tentang pengolahan isyarat analog menjadi

isyarat digital

Tujuan Instruksional Khusus :

 Dapat menjelaskan tentang pengubahan data analog ke digital

 Dapat menjelaskan cara kerja pengubahan analog ke digital secara elektronik

Buku Rujukan :

 Rangan Sarma : Instrumentasi Devices And Sistem

 W. Bolton : Mechatronic

 William D.Cooper : Electronic Instrumentasi And

Measurement Techniques

Pada bagian ini kita akan membahas bagaimana isyarat analog menjadi digital yang

dapat diproses oleh computer. Jadi peristiwa yang akan kita bahas ini kebalikan dari

peristiwa sebelumnya. Yaitu pengubah digital ke analog (pengubah D/A). pada

pengubah D/A data dari memori dikeluarkan dan diubah menjadi analog. Pada

pengubah analog ke digital, data analog seperti misalnya tegangan DC yang

menyatakan suhu, tekanan, arah angina diubah menjadi isyarat digital yang dapat

disimpan dalam memori untuk diproses.

63
Ada beberapa macam cara yang digunakan orang untuk mengubah isyarat analog ke

isyarat digital. Pengubah analog menjadi digital (Analog to digital converter – ADC)

biasanya diartikan sebagai piranti yang mengubah tegangan masukan analog menjadi

isyarat digital parallel. Disamping ini ada piranti yang mengubah masukan analog

menjadi pulsa-pulsa digital seri periodic. Piranti ini disebut pengubah tegangan ke

frekuensi (Voltage to Frequency Converter – VFC).

Ada beberapa macam A/D yang digunakan orang pada masa ini. Yaitu pengubah A/D

Ramp, pengubah A/D dual slope, pengubah A/D Successive Approximation

(Aproksimasi berurutan) dan A/D parallel pengubah A/D flash.

12.1. Pengubah A/D ramp atau pengubah A/D pencacah.

Pengubah A/D pencacah (counter type ADC) atau sering dikenal sebagai pengubah A/D

ramp menggunakan feedback yang mengandung satu pengubah D/A dan pencacah.

System pengubah A/D ini ditunjukan pada gambar 12.1

64
Gambar 12.1

Begitu ada perintah mulai konversi maka pencacah dibuat reset, sehingga keluaran

pengubah D/A menjadi nol. Selanjutnya keluaran D/A dibandingkan masukan analog.

Selama Vin > VDAC keluaran komparator tetap tinggi sehingga pencacah terus bekerja.

Setelah pengeluaran D/A lebih tinggi dari masukan analog, maka keluaran komparator

menjadi rendah, dan pencacah dibuat berhenti mencacah. Keluaran pencacah

menyatakan kode digital amat panjang, yaitu 2n perioda clock. Untuk konversi 10 bit

diperlukan 28 = 1024 perioda clock. Keuntungan adalah rangkaian sederhana.

Suatu modifikasi dari pengubah A/D pencacah adalah yang disebut pengubah A/D

pelacakan (Tracking ADC), yang juga dikenal sebagai pengubah A/D servo. Pada

pengubah A/D ini digunakan pencacah naik turun (Up-Down Counter). Dengan

tambahan sedikit rangkaian logika ADC ini dapat mengikuti atau melacak masukan

analog yang berubah.

12.2 Pengubah A/D Integrasi

pengubah A/D Integrasi (Integrasi ADC) menggunakan integrator op-amp seperti

ditunjukan gambar

65
VINT

(a) Diagram blok

t1 t2a
t 2b

(b) Diagram timming

Gambar 12.2

System ini mempunyai dua selang waktu, yaitu t1 dan t2. selang waktu t1

mempunyai panjang tertentu. Dalam selang waktu ini isyarat masukan dihubungkan

dengan saklar S1, yang membuat keluaran integrator VINT menjadi positif. Nilai tegangan

VINT yang dicapai pada akhir selang t1 bergantung pada nilai tegangan masukan Vin bila

Vin (t1) akan besar pula.

66
Dalam waktu t2 tegangan masukan Vin dilepas dan S1 dihubungkan dengan Vref

(positif) akibatnya tegangan keluaran VINT akan turun dengan kemiringan tertentu

Vref
(ditentukan oleh ). Bila VINT mencapai harga nol maka komparator akan berbalik
Rc

keadaan dan t2 akan berakhir.

Selang waktu t1 dan t2 adalah selang waktu yang dapat diukur dengan

menggunakan suatu pencacah dapat ditunjukkan bahwa

t2
Vin  Vref
t1

Bila Vref dan t1 tetap, maka Vin  t2, selang waktu t2 dicacah dengan suatu

pencacah yang akan menghasilkan keluaran biner ataupun BCD. Keluaran ini adalah

keluaran digital untuk isyarat analog Vin.

Oleh karena ada dua kemiringan pada diagram pewaktuan, pengubah A/D

integrasi juga dikenal sebagai pengubah A/D kemiringan rangkap (dual slope).

Kekurangan pencacah A/D integrasi terletak pada waktu konversi yang sama,

yaitu pada orde 10 ms atau lebih. Pengubah A/D integrasi banyak digunakan pada

multimeter digital, dimana waktu konversi tidaklah terlalu mengganggu.

12.3 Pengubah A/D pendekatan berurutan

Pengubah A/D ini dikenal sebagai pengubah A/D pendekatan berurutan

(successive approximation) dan bekerja dengan prinsip umpan balik. Diagram blok dan

timing diagram pengubah A/D pendekatan berurutan. Ditentukan pada gambar

67
Register
Vi pendekatan
Masukan struktural
analog
Komparator

Keluaran
Digital

Pengubah
D/A

VD / A
VD / A V2
Vi 2
VlSB
Vi 1 V3
VlSB
VMSB 2
V2 V1
VMSB1
V1  VMSB
VMSB

Gambar 12.3 A/D pendekatan berurutan

(a) Diagram blok

(b) Diagram timing

Komparator digunakan untuk membandingkan keluaran D/A dengan masukan

analog Vin. Keluaran komparator digunakan untuk mencek register pendekatan

berurutan (Successive Approximation Register – SAR). Untuk register ini dapat

digunakan IC MSI

68
Seperti misalnya AM 2502 buatan Advance Micro Device. Cara kerja register ini adalah

sebagai berikut :

Setelah menerima pulsa mulai konversi, SAR akan mengeluarkan bit-bit untuk

diubah menjadi tegangan analog oleh suatu pengubah D/A. perhatikan gambar 12.b kiri

yang menunjukan diagram timing keluaran pengubah D/A. mula SAR akan mengaktifkan

MSB, yang akan menghasilkan suatu tegangan analog pada keluaran pengubah D/A.

tegangan ini dibandingkan dengan Vin. Bila V1 < Vin maka MSB dibiarkan tinggi(“1”), bila

V1 > Vin maka MSB dibuat “0”. Pada contoh kita V1 < Vin sehingga MSB dibuat “1”.

Selanjutnya bit no 2 diaktifkan dibuat 1 dan keluaran pengubah D/A yang baru

dibandingkan lagi dengan Vin . pada contoh V2 < Vin sehingga bit no 2 dibuat juga 1.

kemudian bit no 3 dibuat 1. terakhir bit no 4 (LSB) dibuat “1”. Akan tetapi V4 > Vin, maka

bit no 4 dibuat 0. keadaan akhir pada keluaran SAR adalah (1110)2 menyatakan

keluaran digital untuk Vin.

Bagaimana pengubah kerja pengubah A/D pada gambar 12.3b. pengubah A/D

pendekatan berurutan n-bit melakukan konversi dalam waktu (n+1) siklus Clock.

pengubah A/D termasuk pengubah A/D yang cepat, dapat melakukan dibawah 1s.

pengubah A/D pendekatan berurutan dapat dibuat sangat akurat, bergantung pada

tegangan acuan dan pengubah D/A yang digunakan pengubah A/D macam ini kini dapat

diperoleh dengan resolusi 12 bit dan waktu konversi 10 – 20 s.

kita juga dapat menggunakan mikrokomputer untuk bertindak sebagai register

pendekatan berurutan dengan menggunakan program. Disamping itu kita dapat

diperoleh pengubah A/D pendekatan berurutan monoklitik (IC) atau pun hybrid, yang

lengkap mengandung semua komponennya.

69
kita akan membahas D/A pendekatan yang berurutan perangkat lunak, serta

antara muka ADC ini bagian tersendiri. marilah kita singgung sedikit tentang pengubah

A/D atau A/D flash sekedar untuk pengetahuan umum.

12.4 Pengubah A/D Paralel

Pada pengubah A/D parallel semua tingkat kode analog pada tegangan masukan

konversi serentak dengan menggunakan banyak komparator.

3 LSB
Vref 
2

Gambar 12.4 Pengubah A/D Paralel

70
Untuk menghasilkan keluaran digital 8 Bit diperlukan 255 komparator, seperti pada

pengubah A/D monolitik TDC 1007 J buatan TRW-LSI product. pengubah A/D ini

mempunyai waktu konversi yang pendek yaitu 5 milisecond sehingga dapat digunakan

untuk melakukan konversi dengan frekuensi 45 MHz. ini berarti bahwa pengubah A/D

parallel dapat digunakan untuk mengubah isyarat analog yang berubah dengan

frekuensi 20 MHz. pengubah A/D dapat digunakan untuk memproses isyarat video pada

televisi. Karena semua kode analog di konversi dalam waktu satu siklus clock maka

pengubah A/D ini sering dikenal sebagai pengubah A/D kilat.

Spesifikasi Data

Ada beberapa parameter yang perlu di ketahui dalam pengubah A/D dan pengubah D/A

yang menyangkut penyimpangan-penyimpangan keluaran terhadap sifat-sifat idealnya.

Resolusi

Resolusi atau daya pisah adalah perubahan analog terkecil yang dapat dibedakan oleh

A/D atau dihasilkan oleh suatu pengubah D/A. resolusi adalah nilai analog daripada LSB

yaitu FS/2n untuk computer binar n bit.

Linieritas

Linieritas diartikan sebagai penyimpangan dari lurus yang ditarik antara kedua ujung

fungsi transfer suatu computer. Linieritas dapat dinyatakan sebagai presentase skala

penuh (FS) atau sebagian pecahan LSB. Linieritas suatu converter yang baik adalah

1/2 LSB . pengertian Linieritas beserta kesalahan penguatan (gain error) dan

kesalahan offset ditunjukkan pada gambar 2.5 dibawah ini.

71
(a) (b)

Gambar 12.5 fungsi respon converter data, (a) Ideal, (b) kesalahan-kesalahan

Liniertias Diferensial

Kesalahan Linieritas Diferensial adalah penyimpangan maksimum dari ukuran bit yang

sebenarnya dari nilai teorinya dalam daerah jangkau (range) converter.

suatu linieritas diferensial sebesar 1/2 LSB berarti bahwa ukurannya adalah 1 LSB 1/2

LSB. Kesalahan linieritas diferensial ditunjukan pada gambar 12.6

Gambar 12.6 Linieritas Diferensial dan monotonisitas

72
Monotonisitas

Monotonisitas berarti dihasilkan keluaran yang selalu bertambah bila diberi masukan

yang selalu bertambah. gambar 12.6 b menunjukkan keluaran yang tak monoton.

Kode Hilang (Missing Code)

Didalam pengubah A/D ini, terjadi bila keluaran melompat 1 digit.

Kesalahan Kuantitas (Quantizing Error)

Kesalahan ini adalah ketakpastian dasar yang berhubungan dengan digitisasi suatu

isyarat analog oleh adanya resolusi (daya pisah) yang terbatas pada suatu pengubah

A/D. Suatu converter ideal mempunyai kesalahan kuantisasi sebesar ½ LSB.

Akurasi Relatif

Akurasi relative menyatakan berapa % FS kesalahan pada keluaran bila tak ada

kesalahan offset dan penguatan. Akurasi relative berhubungan dengan linieritas.

Kesalahan Offset

Kesalahan yang terjadi bila fungsi transfer tak melalui titik asal (origin).

Kesalahan Penguatan

Beda kemiringan antara fungsi transfer ideal dan fungsi transfer yang sebenarnya .

Laju Kelok dan Waktu Mapan

Laju perubahan keluaran suatu pengubah D/A ditentukan oleh laju belok (Slew Rate),

yaitu kemampuan keluaran pengubah D/A untuk merubah dalam suatu selang waktu.

73
Laju belok dinyatakan dalam V/s untuk mengubah D/A dengan keluaran tegangan atau

mA/s untuk mengubah D/A dengan keluaran arus.

Laju belok memberikan gambaran kasar kecepatan pengubah D/A, kecepatan

pengubah D/A harus memperhitungkan waktu yang diperlukan agar isyarat keluaran

menjadi tetap dalam daerah ketepatan yang diinginkan. pengertian laju belok dan waktu

mapan (setting time) ditunjukkan pada gambar 12.

V
V
Laju Belok ( slew rate) 
t

t

Gambar 12.7 Pengukuran Laju belok dan waktu mapan

74
MODUL XIV
SISTEM INSTRUMENTASI ELEKTRONIKA
JENIS-JENIS PENGUBAH ISYARAT ANALOG KE DIGITAL

Tujuan Instruksional Umum :


 Agar mahasiswa dapat memahami tentang pengolahan jenis-jenis isyarat
analog menjadi isyarat digital.

Tujuan Instruksional Khusus :


 Dapat menyebutkan jenis-jenis pengubah isyarat analog menjadi isyarat
digital.
 Dapat menjelaskan bagian-bagian dan cara kerja pengubah analog ke digital

Buku Rujukan :
 Rangan Sarma Instrumentation Devices and Sistem
 W. Bolton Mechatronic
 William D. Cooper Electronic Instrumentation and
Measurement Technique

14.1 Pemakaian Pengubah A/D Pendekatan Berturutan


Kita akan membahas salah satu pengubah A/D yang sering digunakan, yaitu
pengubah pendekatan berurutan (Successive Aproximation SA). Ad-Sa mempunyai
waktu konversi yang cukup pendek, yaitu dari 1 s hingga 100 s. Ada tiga bentuk
pengubah A/D ini, yaitu mengunakan Register pendekatan berurutan (Successive
Aproximation SAR). Dan pengubah D/A dalam satu chip, dan yang menggunakan
perangkat lunak sebagai ganti SAR. Yang terakhir ini mempunyai waktu konversi yang
panjang, akan tetapi dapat dilaksanakan tanpa SAR perangkat keras.
Pengubah AD-SA dengan mengubah D./A dan SAR

75
Do
Q Co

Io

Gambar 14.1 Susunan dasar pengubah A/D pendekatan berurutan


Komponen kunci dari suatu AD-SA adalah SAR, yaitu suatu register khusus dirancang
untuk mengubah AD-SA . Satu seri SAR yang amat popular adalah AM 2502, AM 2504
buatan Advance Micro devices. IC ini dirancang menggunakan TTL , dan dibuat
untuk 8 bit ( AM 25.2 dan AM 2503) serta 12 bit (AM 2504). Ada pula SAR yang dibuat
dengan teknologi CMOS, yaitu Motorola MC 14549 dan Motorola 14559, serta MM
74c905 buatan National Semiconductor.
AM 2502 (8 bit) dapat digandeng dengan AM 2502 yang lain agar dapat beroperasi
untuk jumlah bit lebih besar dari 8 bit. Semua SAR seri 2500 mempunyai kaki untuk
menerima pulsa mulai konversi (START), dan kaki yang menghasilkan tingkat logika
yang menyatakan selesai konversi.
Gambar 14.2 menunjukkan pengubah A/D-SA dengan menggunakan DAC-08 dan
SAR AM 2502 membentuk pengubah A/D 8 bit biner dengan waktu konversi 4 s.

76
S CC DO

IO
IO

IO

Gambar 14.2 Pengubah A/D menggunakan DAC-08 dan AM 2502


Pada rangkaian ini keluaran pengubah D/A, yaitu arus Io, tak diubah menjadi
tegangan melalui op-amp oleh karena op-amp akan menambah waktu mapan. Pada
rangkaian DAC-08 yang digunakan mempunyai waktu mapan 85ns . Op-amp akan
menambahi waktu mapan sebesar 1000 ns.
Vin
Tengangan pada masukan komparator CMP-01 adalah (iin  I o ) RL  (  I o ) RL .
Rin
Kecepatan respons komparator ditentukan oleh beda tegangan antara masukan
inverting dan non-inverting. Beda tegangan ini disebut pacu lebih. Pacu lebih ini
mempunyai nilai
1 1FS
( Rin // RL ) x LSB  ( Rin // RL )  (850)(39A)  3, 2 mV.
2 2 x 28
Dari karakteristik CMP-01 pacu lebih sebesar ini akan memberikan waktu respon 100
ns (Gambar 13.35)

77
Gambar 14.3 Waktu respons CMP-01 untuk berbagai pacu lebih
Untuk menentukan waktu mapan pengubah D/A kita perlu tahu beberapa informasi
yang dapat diperoleh dari lembaran data. Untuk beban diatas 500  , untuk DAC-01
rangkaian RC luar merupakan faktor penentu bagi waktu mapan : Misalkan kapasitansi
keluaran adalah 25pF, maka dengan R = Rin / / RL =850  , RC 0 = 20 ns. Untuk
1
memperoleh ketelitian LBS kita harus menunggu 6.2 x RC = 130 ns. Disamping
2
waktu mapam untuk komparator (100 ns) dan waktu mapan pengubah D/A (130 ns)
harus ditambahkan waktu penundaan SAR (20 ns). Jadi seluruhnya diperlukan waktu
255 ns. Ini berarti frekuensi clock maksimum adalah 3,9 MHZ. Waktu konversi
minimum adalah (n+1) 255 ns = 9 x 255 ns = 2,4 s . Dalam hal kita tak memerlukan
waktu konversi minimum, frekuensi clock dapat ditentukan dari :
1 waktukonversi
Tclock  clock 
f n 1
Pada gambar 13.33 resistor R2 = 2.4 M  akan memberikan arus offset sebesar  3,9
1
A ( LBS dari IFS = 2 mA). Dengan menggunakan R2 maka masukkan pengubahan
2
1
A/D dapat diberi bias LBS dari nol untuk kalibrasi. Pengaturan gain (atau FS) dapat
2
dilakukan dengan mengubah arus acuan pengubahan D/A atau Rin . Rin dan Rif
hendaknya bersifat bila mungkin dari satu jaringan bersama.

78
Operasi bipolar dapat diperoleh dengan memasang Roffset pada Vref seperti ditunjukan
1
pada gambar 14.3 Roffset hendaknya memberi arus sebesar IFS pada titik jumlahan.
2
Resistor ini juga harus bersifat melacak terhadap Rin dan Rref.
Pengubahan AD SA Integral
Kita telah membahas sistem pengubah A/D SA yang menggunakan pengubahan D/A,
SAR dan komparator. Berbagai perusahaan telah membuat pengubahan A/D SA yang
lengkap dalam satu kemasan, siap untuk beroperasi. Pengubahan A/D seperti ini
disebut pengubah A/D integral. Hampir semua piranti ini dapat dihubungkan dengan
masukan analog yang baku (standard), dan mempunyai keluaran seri dan paralel.
Ada berbagai resolusi maksimum, yaitu dari 8 hingga 12 bit, dan hampir semua dapat
dibuat agar bekerja dibawah resolusi maksimumnya. Sebagian contoh pengubahan
A/D 8 bit (maksimum) dapat dibuat agar bekerja dengan resolusi di bawah 8 bit, misal
6 bit. Hampir semua mempunyai clock dalam, walaupun ada pula yang juga dapat
beroperasi engan clock luar. Diantara beberapa perusahaan yang membuka
pengubahan A/D SA adalah Analog Devicer, Detel, Burr-Brown, Intersil, Motorola.
Marilah kita pelajari satu contoh pengubahan A/D SA integral, yaitu ADC 82, yaitu
pengubahan A/D 8 bit buat rata-rata Burr-Brown (Gambar 14.4)

1

10
MSB

79
0  20V 10V
0  10V  5V
0  5V  2,5V

Gambar 14.4 ADC dan diagram hubungannya


.ADC 82 ini dapat mengubah tegangang masukan unipolar maupun bipolar dengan
kecepatan konversi 2,8 s, menggunakan clock dalam. Pada keluaran berupa
tegangan digital paralel dengan tingkat TTl. Juga disediakan keluaran MSB untuk
keluaran bipolar komplemen.
Pada Gambar 14.5 ADC 82 dihubungkan untuk jangka unipolar OV hingga +10V.
Untuk menggunakan clock – IN. Konversi akan dimulai dengan menaikkan Convert
Command (dimulai konversi ) Konversi akan dimulai pada tepi jatuh (negatif) dari pada
pulsa Convert Command. Ini ditunjukan pada gambar ADC 82 (gambar 14.5 )

Gambar 14.5 Diagram Pewaktuan ADC 82

80
Pada gambar 14.5 ADC 82 melakukan konversi hanya bila mendapat perintah melalui
kaki 23 dengan suatu pulsa. Konversi dilakukan dengan menggunakan clock dalam.
Kita dapat menbuat agar konversi dilakukan secara kontinu menggunakan clock dalam
dengan rangkaian seperti pada gambar 14.6 Pada rangkaian ini keluaran status atau
akhir konversi digunakan untuk menggerbang suatu multivibrator astabil.

650

Gambar 14.6 Menggunakan ADC 82 dengan clock dalam untuk konversi kontinu
ADC 82 juga dapat menggunakan clock luar untuk operasi kantinu. Kaki clock keluar
dan kaki perintah konversi dibiarkan terbuka, sedangkan clock luar dihubungkan
dengan kaki clock masuk.
Untuk operasi konversi atas perintah dengan clock luar diperlukan “untai” seperti pada
gambar 14.7

Gambar 14.7 Untai untuk membuat ADC 82 melakukan konversi atas perintah dengan
clock luar
Dengan untaian di atas konversi akan terjadi bila keluaran STATUS ada pada
keadaan tinggi dan perintah konversi rendah. Selama perintah konversi ada pada
keadaan tinggi clock luar tak dapat masuk ADC 82.

81

Anda mungkin juga menyukai