Sistem Instrumentasi PDF
Sistem Instrumentasi PDF
Disusun oleh :
2014
DAFTAR ISI
Halaman
i
MODUL I
SISTEM INSTRUMENTASI ELEKTRONIKA
Pokok-pokok Bahasan
1. Definisi Sistem Instrumentasi Elektronika
2. Bagian dari Sistem Instrumentasi Elektronika
3. Contoh Sistem Instrumentasi Elektronika
4. Definisi-definisi dalam Sistem Instrumentasi Elektronika
Daftar Pustaka
1. Rangan Sarma : Instrumentasi Devices And Sistem
2. W. Bolton : Mechatronic
3. William D.Cooper : Electronic Instrumentasi And
Measurement Technique
I. Bagian – bagian Sistem Instrumentasi Elektronika dan beberapa definisi dalam
instrumentasi
Mempelajari pengukuran besaran-besaran fisis dengan bantuan peralatan
elektronik.
Secara umum Sistem Instrumentasi Elektronik terdiri dari tiga bagian seperti
terlihat pada gambar 1.1
D
i
Quantity s Value
Sensor Signal
Being p Of
Measured Conditioner The Quantity
l
a
y
1. Sensor which respond to the quantity being measured by giving as its output a
signal which is related to the quantity
Definisi lain :
1
Sensor / Tranduser adalah suatu alat yang dapat mengubah suatu besaran
fisis menjadi besaran fisis yang lain.
Untuk keperluan Sistem Instrumentasi Elektronik, tranduser yang digunakan
yang mempunyai output besaran listrik.
Contoh :
Kuantitas yang ingin kita ukur adalah temperatur, supaya temperatur dapat
dibaca secara elektronik maka digunakan sensor termo kopel (Thermocouple).
Gambar 1.2
Beda potensial listrik yang dihasilkan sebanding dengan tinggi rendahnya
temperature.
2. A Signal Conditioner
Which takes the signal from sensor and convert it into a condition which is
suitable for either display.
Ex :
Keluaran dari sensor termokopel adalah tegangan yang masih lemah, maka
pada “ signal Conditioner ” (pengkondisian) sinyal ini diperkuat dalam hal ini
alat pengkondisian sinyal adalah Penguat Instrumentasi (Ampli), lebih lengkap
lagi sinyal yang telah diperkuat tadi tumbuh menjadi data digital (ADC)
kemudian dicacah secara digital untuk selanjutnya masuk ke bagian display.
3. A Display Sistem
A Display system where the output from signal conditioner is displayed.
Contoh-contoh display
1. Printer
2. Layar Monitor
3. Jarum
4. Seven Segment
5. LCD
Contoh : Sistem Instrumentasi Elektronik
2
Pemancar
Ultra Sonic
C
Display
Penerima AT 89C51
Ultra Sonic
Object Pemeroses
Gambar 1.3 Pengukuran jarak dengan media ultra sonic dan pengolah signal
mikro kontroler
Digital Printer
Input Signal
Tranduser Digital Display
Measurend Conditioner
Analog
Panel
Meter
Power Supply
To Control System
Grafic Recorder
Osiloscope
Magnetic Tape
Recorder
a. The Tranduser
Which Convert the measured into a useable electrical output.
b. The Signal Conditioner
3
Which Convert the tranduser output into an electrical quantity suitable for
control recording and display.
c. The Display or red out devices which display the required information about
the measurend, generally in engineering units.
4
SISTEM INSTRUMENTASI ELEKTRONIKA
KARAKTERISTIK STATIS & DYNAMIS
Pokok-pokok Bahasan
1. Karakteristik statis
2. Karakteristik Dynamis
3. Sistem Orde nol
4. Sistem Orde satu dengan masukkan step dan ramp
Daftar Pustaka
1. Instrumentation Devices : Rangan, SARMA, and System.
2. Electronic Instrumentation
And measurement Tekhniques : William. D. Coopera
3. Techniques of Instrumentation : A. C. Srivastava
4. Mechatronics : w. Bolton
2.1. Pendahuluan
Karakteristik kerja instrumentasi secara garis besarnya terbagi dalam dua kelompok
besar adalah :
Karakteristik Statis yang dipresentasikan oleh tingkat presisi dan akurasi. Sifat akurasi
ditentukan oleh sensitivitas, range (jangkauan), non linieritas, hysteresis.
Karakteristik dynamis : Karakteristik ini di definisikan oleh time constant, damping
coefisien dan frekuensi natural.
5
kecepatan alat ukur dalam memberi tanggapan terhadap perubahan kuantitas yang
diukur).
Kecermatan adalah tingkat yang memberi gambar apakah alat ukur tanpa kesalahan
dinamis adalah perbedaan antara kuantitas nilai sebenarnya yang berubah menurut
waktu terhadap nilai yang ditunjukkan alat ukur jika di asumsikan tidak ada kesalahan
statis.
Model matematis yang berkaitan dengan masukkan dan keluaran pada karakteristik
dinamis adalah sebagai berikut.
d n eo d n1eo de
an n
a n 1 n 1
...a1 o ao eo
dt dt dt
dm d m 1 de
= bm e
m i
bm 1 e ...b1 i bo ei
m 1 i
dt dt dt
Dimana eo = Keluaran
ei = Masukkan
a dan b adalah tetapan-tetapan yang berkaitan dengan kombinasi parameter-
parameter fisik system. Persamaan matematis diatas dapat diselesaikan
menggunakan operator D atau transformasi Laplace.
Marilah kita definisikan operator diferensial sebagai berikut.
d
D
dt
Persamaan umum menjadi :
(an D n a n1 D n1 ...a1 D ao )eo
tetapan sembarang ini dapat dievaluasi secara numerik dengan menentukan kondisi
awal pada persamaan umum. Penyelesaian eOEF diperoleh dengan menghitung n
6
a o Dn n a n 1 D n 1 ...a1 D a o 0
Bila akar r1,r2,r3….Rn telah diperoleh maka penyelesaian pelengkap dapat ditulis
sesuai aturan jawaban persamaan diferensial .
Bagian penyelesaian integral tertentu dapat dikerjakan menggunakan metoda
kooefisien tak ditetapkan sehingga diperoleh penyelesaiannya.
ei eo
K
ei
K1 K2 K3 K4
eo
eo K 5 ei
Gambar 2.2
Fungsi Transfer Keseluruhan
7
eo ei K 5
Fungsi transfer menggunakan transformasi laplace.
eo b S m bm1 S m 1 ...b1S bo
(s) m n
ei a n S a n1 S n1 ...ai S ao
fungsi transfer menggunakan sinusioda dengan frekuensi anguler () menggunakan
e j
eo bm ( j ) m bm1 ( j ) m1 ...bi ( j ) bo
ei an ( j ) n a n1 ( j ) n1 ...ai ( j ) ao
E e
R1 Gambar 2.3
e R
Potensio meter menggambarkanR2 sistem orde nol
Resistansi
R1
8
Persamaan potensio meter diatas mempunyai hubungan output – input sebagai
e Ro
berikut
E Ri
Ro
e E
R1
e KE
Instrumen orde pertama
Model matematik dari model pertama
deo
ai ao eo bo ei
dt
persamaan diatas dapat disederhanakan manjadi
ai deo b
. eo o ei
ao dt ao
misal
ai
T = Tetapan waktu
ao
bo
K = Tetapan statis
ao
menggunakan operator D
(TDeo eo ) Kei
eo K
T
ei Td 1
Tanggapan tangga (Step Response) untuk system orde pertama
e1
E
Gambar 2.4
t=0 t
Fungsi tangga
e1 = 0 untuk t = 0
9
e2 = E untuk t 0
Untuk transformasi Laplace
E
E1 (s )
S
deo
T eo Ke1
dt
E (s )
T sEo(s) + Eo(s) = K
s
E ( s)
(T s + 1)Eo(s) = K
s
K
Eo (s) = .E ( s)
s(Ts 1)
K KT
Eo(s) = E(s)
s Ts 1
1 1
= KE(s)
s 1
s
T
Transormasi inverse Laplace menghasilkan
eo
... ( 1 – e -t / T )
Kei
dapat digambarkan proses system orde pertama terhadap masukkan fungsi step
adalah sebagai berikut:
Xo Amplitudo Step Input
Output
ke1
0,632
Kx Gambar 2.5
t
Response System orde pertama jika diberi masukkan step
Respon system orde terhadap masukkan Ramp
Masukkan ramp mempunyai persamaan :
ei mt → Ei ( s ) L mt
m
Ei ( s )
s2
10
sehingga persamaan matematik siatem dengan input ramp menjadi :
K m
E (s) . 2
(Ts 1) s
1 T T
= Km 2
s 1 s
s
T
eo (t) = Km (t – T + T e -t/T) untuk t 0
Error ( kesalahan ) dynamic antara input dan output adalah :
(t) = kmt – xo (t)
= Kmt – Km (t – T +T e-t/T )
=Km (1 – e-t/T )
Untuk t = maka error yang terjadi adalah
ss = KmT
sehingga dapat digambarkan sebagai berikut
eo
Ramp Input mt
outputt
Steady state
Amplitudo
ss = KmT
Gambar 2. 6
Rspons system orde pertama jika diberi masukkan ramp
t
11
MODUL IV
SISTEM INSTRUMENTASI ORDE 2
Buku Rujukan
1. Rangan Sarma : Instrumentasi Devices And Sistem
2. W. Bolton : Mechatronic
3. William D.Cooper : Electronic Instrumentasi And
Measurement Techniques
a2 s 2eo ( s ) a1seo (s ) ao eo ( s ) bo ei ( s )
ao a2 1
2. n 2
a2 ao n
12
a1
3.
2 ao a2
Dari persamaan 2 dan 3 didapat
a1
2 n
ao
Sehingga
s2
( 2 n s 1)eo (s ) Kei ( s )
n 2
eo 1
2
Kei (s) s 2
s 1
n 2 n
eo K
(s) 2
ei s 2
s 1
n 2 n
contoh system orde 2 pada system yang mengandung pegas, gesekkan dan
percepatan
d2x dx
m 2
b kx f (t )
dt dt
masukkan berupa fungsi step untuk system orde 2 :
Es
Gambar 4.1
ei (t ) 0 Untuk t 0
ei (t ) Es Untuk t 0
Es
L ei (t) =
s
13
Dengan memasukkan ke fungsi transfer system orde 2 dengan masukkan step
didapat :
eo ( s) 1
2
E s 2
K s 2
s 1
s n n
2
eo ( s ) n
2
KE s s ( s 2 n s n
ada tiga kemungkinan response dari system orde 2 untuk masukkan berupa step input
tergantung dari harga antara lain :
a. Untuk 1 (Overdamped)
Dengan menggunakan transformasi balik (inverse transformasi laplace) akan
didapat
eo 2 1
(t ) exp( 2 1) nt
KE s 2 1
2 1
exp( 2 1)n t 1
2 1
n 2
s( s n ) 2
A B c
2
s ( s n ) ( s n )
sehingga
n 2 A(s n ) 2 B.s Cs (s n )
untuk s = n Didapat B = n
14
diferensiasi dari *
0 = 2 A (s +n) + B + C ((s + n)+ s))………..(**)
Untuk s = -n
0 = B + C (-n)
0 = -n – C -n
C = -1
Diferensiasi dari **
0 = 2 A + C(2)
A = -C = 1
Sehingga persamaan menjadi
eo ( s ) 1 (n ) 1
2
KE s s ( s n ) (s n )
dan
eo
(t ) 1 nte nt e nt
KE s
eo
(t ) 1 (1 nt ) exp( nt )
KE s
inv sin 1 2
Respon dari system orde 2 terhadap masukkan step dapat digambarkan sebagai
berikut :
15
1,5
eo 1,0
KEs = 1,0
= 1,5
= 3,0
0,5
1 2 3 4 5 xt
Gambar 4.2
System orde 2 dengan input rampt :
Input rampt
ei (t) = mt
m
Ei(s) =
s2
Solusi dari persamaan orde input rampt
a. 1
eo 2 2 2 2 1
(t ) ( Kmt ) exp( nt )(cosh nt 2 1 sinh n t 2
1)
KEi n n 2 2 1
b. =1
eo 2 2 t
(t ) ( Kmt ) exp( nt )(1 n
KEi n n 2
c. 1
eo 2 exp( nt )
(t ) ( Kmt ) sin(n t 1
KEi n n 1 2
dimana
2 1 2
invtg
2 2 1
16
Response dari system orde 2 untuk masukkan berbentuk rampt dapat
digambarkan sebagai
= 0,4
3
2 0,6
0,8
eo
1,0
KEi 1
1,5
Gambar 4.3
1 2 3 4 5 nt
17
MODUL V
SISTEM INSTRUMENTASI
TRANSDUCER
Terminal
kapasitor
Tinggi cairan
18
untuk mengubah besaran kapasitansi menjadi tegangan listrik memerlukan sumbe
rdari luar.
1
Xc
c
jXc
R Vc
Ac RjXc
C Vc
Gambar 5.2
Dihitung dalam bentuk phasor
Contoh lain transformer Pasif
Transducer perpindahan menggunakan resistansi terubah
Sa pu P erpindahan
E o
E i
Gambar 5.3
R
A
R Resistansi ()
Panjang (m)
A Luas (m 2 )
Re sis tan si bahan (m)
harga resistansi berbanding lurus dengan l sehingga jika panjang resistor perubah
maka resistansinya berubah. Denganmemberi sumber dari luar maka akan
didapatkan perpindahan berbanding lurus dengan tegangan keluaran.
19
Rw
EO .Ei
Rt
EO tegangan keluaran
E i tegangan masukkan
Rw Resistansi antara sapu dan termin al
Rt Re sis tan si total
Anoda
Katoda
Cahaya
A
20
Perhatikan bahwa untuk tegangan diatas 20 volt arus keluaran hampir tidak
bergantung pada tegangan yang diberikan tetapi tergantung dari intensitas cahaya
yang masuk melalui tabung, arus keluaran biasanya dalam orde mikrometer
dengan demikian tabung cahaya dihubungkan ke penguat arus guna menghasilkan
suatu keluaran yang bermanfaat, transduser ini dapat mengubah intensitas cahaya
menjadi arus listrik. Arus listrik yang terjadi berbanding lurus dengan intensitas
cahaya yang masuk.
Alat pengubah intensitas cahaya menjadi arus listrik tanpa sumber dari luar .
Contoh lain transducer pembangkit energi sendiri :
Tachogenerator
Mengubah kecepatan putar atau kecepatan fluida menjadi ggl induksi (tegangan
listrik)
Prinsip kerjanya sebagai berikut:
N Magnet
S permanent
Rotating coil
Gambar 5.6
21
Maximum
Fluks maksimum
t
22
E cn
E tegangan keluaran
c konstanta
fluks magnet
n rotasi permenit
23
MODUL VI
INSTRUMENTASI ELEKTRONIKA
OP-AMP
Buku Rujukan
Rangan Sarma : Instrumentasi Devices And Sistem
W. Bolton : Mechatronic
William D.Cooper : Electronic Instrumentasi And
Measurement Techniques
6.1. Pendahuluan
Penguat operasional atau op-amp (dari kata operational amplifier) adalah
penguat diferensial dengan dua masukan dan satu keluaran yang mempunyai
penguatan tegangan yang amat tinggi, yaitu dalam orde 105. dengan penguatan
yang amat tinggi ini, penguat operasional dengan rangkaian balikan lebih banyak
digunakan daripada dalam lingkar terbuka.
Pada masa kini op-amp dibuat dalam bentuk rangkaian terpadu atau IC
(Integrated Circuit), dimana dalam satu potong kristal silicon dengan luas kurang dari
1 mm2 terkadang rangkaian penguat lengkap terdiri dari banyak transistor, dioda,
resistor, dan kadang-kadang kapasitor. Kini kita dapat membeli suatu IC yang dalam
satu potongan kristal mengandung empat buah op-amp sekaligus.
Pemakaian op-amp amatlah luas meliputi bidang elektronika audio, pengatur
tegangan dc, tapis aktif, penyearah presisi, pengubah analog ke digital dan
pengubah digital ke analog, pengolah isyarat seperti cupliktahan , penguat pengunci,
pengintegral, kendali otomatik, computer analog, elektronik nuklir, dan lain-lain.
24
Gambar 6.1
Tampak ada dua masukan, yaitu masukan pembalik (inv) dan masukan tak
membalik (non inv). Masukan diberi tanda minus dan masukan tidak membalik diberi
tanda (+). Jika isyarat masukan dihubungkan dengan masukan membalik, maka
pada daersh frekuensi tangah isyarat keluaran berlawanan fasa atau berlawanan
tanda dengan isyarat masukan.
Sebaliknya jika isyarat masukan dihubungkan dengan masukan tak membalik maka
isyarat keluaran sefasa atau mempunyai tanda yang sama dengan isyarat masukan.
Pada umumnya op-amp menghasilkan tegangan keluaran yang sebanding
dengan beda tegangan isyarat antara kedua masukannya. Op-amp semacam ini
dikenal sebagai op-amp biasa.
Disamping op-amp biasa ada pula op-amp yang menghasilkan tegangan
isyarat keluaran yang sebanding dengan beda arus masukan. Op-amp semacam ini
dikenal sebagai op-amp Norton. Satu contoh op-amp Norton adalah IC LM 3900
buatan National semikonduktor. Satu macam ini adalah op-amp yang menghasilkan
arus keluaran yang sebanding dengan beda tegangan isyarat antara kedua
masukannya. Op-amp semacam ini disebut penguat transkonduktansi operational
(Operational Transconcuctance Amplifier-OTA). Satu contoh OTA adalah IC 3080
buatan RCA. Pada bahasan ini hanya sebatas op-amp biasa.
Beberapa ideal sifat op-amp adalah:
a. Penguat lingkar terbuka tak berhingga atau Av,ib =
b. Hambatan keluaran lingkar terbuka adalah nol, atau Ro, ib = 0
c. Hambatan masukan lingkar terbuka tak berhingga atau Ri,ib =
d. Lebar pita tak berhingga, atau f = f2 – f1 =
e. Nisbah penolakan bersama (CMMR) =
Marilah kita tinjau op-amp yang popular digunakan yang dikenal dengan IC 741.
pada mula IC 741 dibuat oleh Fairchild Semiconductor dan bernama A 741. Akan
25
tetapi oleh karena amat popular hamper semua perusahaan membuatnya. Untuk 741
kita mempunyai data sebagai berikut Ri,lb = 2 M, CMMR = 90 dB, Av,lb = 2000009
pada frekuensi rendah), Ro,lb = 75, lebar pita untuk penguatan =1 adalah 1 MHz.
26
vo = Av,lb Vab
sedangkan
Co = Av,it vi
Tegangan puncak-puncak isyarat keluaran tak melebihi 2 Vcc, sebab bila ini terjadi
vo
isyarat keluaran akan tergunting, akibatnya Vab 0 , elah karena itu penguatan
Av ,lb
lingkar terbuka tampak Vab 0 atau va vb, akan tetapi antara a dan b ada hambatan
masukan Ri yang amat besar, dalam keadaan ini dikatakan titik a dan b keadaan
hubungan singkat maya
Selanjutnya oleh karena titik b dihubungkan dengan tanah, titik a dikatakan berada
pada tanah maya. Adanya hambatan masukan Ri yang amat besar antara masukan
membalik dan tak membalik mengakibatkan arus yang mengalir kedalam masukan
membalik dan tak membalik amatilah kecil. Arus isyarat pada penguat membalik
ditunjukkan pad gambar 6.4
A
Ro,lt ( Ro ,lb ) v ,lt
Av ,lb
oleh karena titik a dan b ada dalam keadaan hubung singkat maya dan b pada
tanah, maka titik a ada pada tanah maya. Tegangan isyarat pada titik a mendekati
nol, akan tetapi titik terpisah dari tanah oleh hambatan masukan Rid yang amat
besar. Oleh karena adanya hambatan dalam antara masukan membalik dan
membalik amat besar maka
i2 0 sehingga i1 i3 .
27
kedua hal ini yaitu kedua masukan op-amp ada dalam hubung singkat maya dan
bahwa arus isyarat yang masuk dalam op-amp amat kecil sehingga dapat diabaikan,
merupakan dasar berfikir terhadap cara kerja op-amp.
Marilah kita kembali kepada penguat pembalik dari gambar 6.3 kita peroleh :
vi ii Ri v a
va vb 0
i1 i3
v a v c i3 R 2
vc vo
dari hubungan diatas kita peroleh vi = ii Ri dan vo = - i3 R2 = i1 R2 sehingga :
vo i R R2
Av ,lt 1 2
vi i1 R1 R1
contoh 6.1
misalkan kita mempunyai rangkaian penguat pembalik seperti pada gambar 6.5
10 K
vo 12vi 12 v s 8vs 800mVpp
10 K 5 K
28
dapatlah disimpulkan bahwa
vo R2
v s R1 Rs
penguat tak membalik
Op-amp dapat dipasang untuk membentuk penguat tak membalik seperti pada
gambar.
Perhatikan bahwa pada penguat tak membalik isyarat dihubungkan dengan masukan
tak membalik (+) pada Op-amp. Balikan melalui R2 dan R1 tetap dipasang pada
masukan membalik agar membentuk balikan negative. Penguat tak membalik
dilukiskan seperti gambar 6.6 dibawah ini
Gambar 6.7
Marilah kita tinjau lingkar tertutup penguat tak membalik dengan anggapan bahwa
lingkar terbuka Av,lb = . Perhatikan gambar oleh karena masukan membalik dan tak
membalik berada pada keadaan hubung singkat maya maka Vb = Vi.
R1 R1
Akan tetapi Vb va vo
R1 R2 R1 R2
Nyatakanlah penguatan lingkar tertutup untuk penguat tak membalik adalah
R
Av ,lt 1 2
R1
29
Hambatan masukan penguat tak membalik amat tinggi karena isyarat masukan
berhubungan langsung dengan masukan tak membalik secara teori
A
Ri ,lt Ri , dif Ri ,lb v ,lb
Av ,lt
yang mempunyai nilai amat besar (6.4)
Hambatan keluaran Ro mempunyai nilai amat rendah.
Kita dapat membuat suatu bentuk khusus penguat tak membalik dengan membuat
agar
R1 = dan R2 = 0 lihat gambar 6.8
R1
i1 i
R2
-
R1 i2 i3
+
30
Dari gambar 6.9 terlihat arus i1 dari masukan v1 terus menuju titik a dan tak akan
masuk R2 dan R3. Begitu juga halnya dengan arus i2 dan v2, dan arus I3 dari
masukan v3. Jadi arus dari ketiga masukan ini tak saling mengganggu. Jumlah ketiga
arus masukan ini seolah-olah diteruskan ke R4oleh karena ia 0 sehingga
va – vo = i R4 = ( i1 + i2 + i3 ) R4
Oleh karena va = 0 tanah maya maka
vo = -i R4 = - ( i1 + i2 + i3 ) R4
v1 va v1
i1
R1 R1
v2 v a v2
i2
R1 R2
v3 va v3
i3
R3 R3
Persamaan diatas menjadi
v v v
vo 1 2 3 R4
R1 R2 R 3
R R R
vo 4 v1 4 v2 4 v3
R1 R2 R3
Penguat jumlah ini sering digunakan untuk menjumlahkan atau mencampur berapa
isyarat suara tanpa saling mengganggu. Alat semacam ini dikenal sebagai audio
yang digunakan untuk mencampur isyarat musik dari instrument dan suara penyanyi
melalui mikropon.
31
MODUL VI
INSTRUMENTASI ELEKTRONIKA
SIFAT DAN BESARAN OP-AMP
Buku Rujukan :
a. Rangan Sarma Instrumentation Devices and Sistem
b. W. Bolton Mechatronic
c. William D. Cooper Electronic Instrumentation and
Measurement Technique
32
Vo Voo Vos
Gambar 7.2 Pengaruh ofset pada isyarat keluaran (a) tanpa ofset Voo;
(b) dengan ofset Voo.
Jika ada ofset, isyarat keluaran akan menumpang di atas tegangan ofset sehingga
Vopmaks Vcc Vo,of Penyebab terjadinya ofset pada tegangan keluaran ada
ib1
ib1
ib 2 vo
ib 2 vo
R3 R1 // R 2
33
dilihat dari titik a resistor R1 dan R2 tampak paralel, sehingga jika pada masukan tak
membalik (+) kita beri hambatan R3 dengan R3=R1//R2, maka kedua masukan akan
melihat hambatan yang kurang lebih sama, sehingga ofset tegangan keluaran oleh
arus panjar masukan berkurang. Kedua arus panjar masukan, yaitu IB1 dan IB2
tidaklah sama besar. Selisih kedua arus panjar masukan ini disebut ofset arus
panjar, yang dinyatakan sebagai I io I B1 I B 2 . Ofset arus panjar ini akan
besar nilai hambatan R2 dibatasi oleh ofset pada arus masukan. Sebagai contoh
ofset masukan Iio untuk 741 mempunyai nilai antara 12 nA hingga 500 nA. Jika untuk
penguat pada gambar kita gunakan R2 = 10 M kita dapat memproleh ofset tegangan
keluaran
Vo,of I io R2 5 Volt . Besar arus panjar masukan dan ofset pada arus masukan
amat penting pada penguat intrumentasi, pada pengintegral dan cuplik pada tanah.
Adanya ofset pada keluaran dapat diatasi dengan berbagai cara . bebarapa jenis
op-amp mempunyai kaki-kaki untuk membuat agar ofset keluaran menjadi nol.
Kedua kaki ini disebut kaki pelenyap ofset.
Pada penguat 741 pelenyap rangkaian ofset dipasang anatara kaki nomor 1 dan 5
seperti pada gambar. 7.4
Untuk op-amp yang tak mempunyai pengaturan ofset di dalamnya dapat digunakan
rangkaian seperti pada gambar 7.5
34
Gambar 7.5 Pengaturan ofset keluaran (a) Penguat pembalik (b) Penguat tak
membalik
Tanggapan Amplitudo
Av, gb
dB
110
100
80 Kemiringian -6 dB/oktaf
60
40
20
0
1 10 100 1 K 10 K 1M 10 M F(log)
35
Misalkan kita ingin menentukan tangapan amplitude penguat lingkar tertutup sebesar
AV. lt = 40 dB. Kita tarik garis ab pada AV = 40 dB. Bagan Bode untuk lingkar tertutup
diberikan oleh garis patah abc, dan tanggapan frekwensinya dilukiskan dengan garis
putus-putus (gambar 7.7). Dari gambar 7.7 tampak bahwa jika digunakan penyangga
dengan penguatan satu (0 dB), 741 dapat mempunyai frekwensi potong atas 1 M Hz.
Dengan kata lain dapat dikatakan, lebar pita pada penguatan satu kali adalah 1 MHz.
Op-amp LM 357 misalnya mempunyai lebar pita pada penguatan satu kali sebesar
20 MHz.
Av , gb
dB
110
100
60
a b
40
20
0 c
1 10 100 1K 10 K 1M 10 M F(log)
C k 30 pF
C k 5 pF
C k 2 pF
Gambar 7.8 Op-amp 748 beserta tanggapan amplitudonya; (a) diagram kaki
beserta rangkaian untuk ofset; (b) tanggapan amplitudo.
36
Jika dipasang kapasitor kompensasi Ck = 30 pF, tampak tanggapan amplitudo turun
dengan kemiringan -6 dB/oktaf dari penguatan lebih dari 100 dB hingga kira-kira -10
dB. Pada keadaan ini 748 dapat digunakan sebagai penyangga dengan penguatan
satu kali. Untuk nilai kapasintasi Ck= 5 pF pada penguatan dibawah Av = 10 dB,
tanggapan amplitude turun dengan kemiringan lebih curam -6 dB/oktap. Pada
keadaan ini 748 tak dapat digunakan untuk penguatan lingkar tertutup kurang dari 10
dB, atau agar lebih pasti jangan digunakan untuk penguatan lebih dari 20 dB, atau
10 kali. Untuk Ck = 2 pF jangan gunakan 748 untuk penguatan kurang dari 40 dB
atau 100 kali.
Keuntungan op-amp dengan kompensasi luar ialah pada nilai penguatan tinggi kita
dapat mempunyai frekuensi potong atas yang lebih tinggi dari op-amp kompensasi
dalam.
Laju belok
Laju belok menyatakan sifat op-amp terhadap isyarat besar berupa isyarat persegi
atau denyut, yaitu untuk perubahan tegangan yang mendadak. Laju belok dinyatakan
v
dengan yang menyatakan berapa volt isyarat keluaran berubah dalam waktu 1
s
s , jik masukan diberi isyarat berbentuk tingkap. Op-amp untuk keperluan umum
v
biasanya mempunyai laju belok sekitar 0,5 , seperti 741 , 709 301 dan
s
sebagainya. Op-amp LF 357 dengan lebar pita untuk penguatan satu sebesar 20 M
v v
Hz mempunyai laju belok 50 . Op-amp LH 0024 mempunyai laju belok 500 .
s s
Untuk laju belok ayng lebih tinggi orang harus menggunakn op-amp hybrid yang
merupakan campuran IC dan diskret. Pengaruh laju belok pada bentuk isyarat
keluaran dilukiskan pada gambar 7.9
t
V0
37
vo
Pad gambar 7.9 diatas laju belok dapat ditentukan dari . Laju belok disebabkan
t
oelh pengisian dan pengosongan muatan kapsitor kompensasi. Makin kecil
kapasitor kompensasi luar makin tinggi laju belok . Jika kita bekerja dengan op-amp
kompensasi luar kita dapat mengatur nilai laju belok yang lebih tinggi dengan
menggunkan kapasitansi yang kecil, dengan kemantapan balikan yang
bersangkutan.
Ric
Rid
Ric
38
R2
Ric
R1
ii id Rid
Ric
Vs ic Vs
vo
sehingga id
Rid ,lb Av ,lb
tetapi vo Av,lt vi
Av ,lt vi vi
sehingga id
Rid ,lb Av ,lb Av ,lb
Rid ,lb
Av ,lt
vi
dapat dituliskan id
Rid ,ef
Av,lb
dengan Rid ,ef Rid ,lb
Av ,lt
oleh karena ii ic id
vi v
ii i
Ric Rid ,ef
1 ii v v
maka i i
Ri vi Ric Rid ,ef
atau
Av,lb
Ri Rid ,ef // Ric dengan Rid ,ef Rid ,lb
Av ,lt
39
lembaran data op-amp biasanya menyatakan impedansi masukan difrensial. Jadi
untuk 741 Rid 1 M dan untuk 709 adalah Rid 200 M impedansi masukan
modus bersama Ric biasanya jasuh lebih besar daripada Rid(lingkar terbuka) yang
mempunyai nilai hambatan tak terlalu besar, tetapi pada keadaan lingkar tertutup
mempunyai nilai efektif yang besar. Sebagai contoh marilah kita bahas impedansi
masukan penguat tak membalik seperti gambar 7.11
pada keadaan lingkar tertutup hambatan masukan penguat adalah
Ri ( Rid ,ef Ric // R2 // R1 ) // Ric
R id, ef // Ric
Rid ,ef adalah impedansi masukan difrensial dilihat dari difrensial a dan b, pada
keadaan lingkar terbuka R id, ef Rid ,lb . Nyata bahwa walaupun Rid ,lb mungkin
mempunyai nilai tak terlalu besar , tetapi keadaan lingkar tertutup tampak
mempunyai nilai efektif sebesar
Av,lb
Rid ,ef Rid ,lb
Av ,lt
Pada op-amp dalam keadaan linkar tertutup mungkin Rid ,ef Ric sehingga
vid i2
io
R1
Rid
ii
Ric Vs
Vo ,b Av, ohVid
ic Vs
40
io i1 i2
vo
i2
R1 R2
vo,lb Av ,lb vid
i1
Ro ,lb Ro ,lb
R1 vo
vid vo
R1 R2 R
1 2
R1
vo
Av ,lt
vo
Av ,lb x
Av ,lt vo
io
Ro,lb R1 R2
ii 1 1 1
Ro atau
vo Av ,lt R1 R2 Ro,lt
Ro ,lb
Av ,lb
A
Ro ,lt Ro,lb v,lt //( R1 R2 )
Av ,lb
A
Ro ,lt Ro ,lb v ,lt
Av ,lb
Av ,lt
karena Ro ,lb ( R1 R2 )
Av ,lb
41
MODUL VIII & IX
INSTRUMENTASI ELEKTRONIKA
PENGGUNAAN OP-AMP UNTUK PENGUAT INSTRUMENTASI
DAN PENGUAT LOG DAN ANTILOG
Buku Rujukan :
a. Rangan Sarma Instrumentation Devices and Sistem
b. W. Bolton Mechatronic
c. William D. Cooper Electronic Instrumentation and
Measurement Technique
e1
Ri , dif
e2
42
Besaran RicM adalah hambatan atau impedansi atau impedansi masukan diferensial .
eo,o adalah tegangan keluaran tanpa beban (terbuka) dan Ro adalah hambatan atau
impedansi keluaran. Karena penguat instrumentasi adalah penguat loop terbuka.
Maka tak perlu dipasang rangkaian umpan balik untuk menggunakannya seperti
halnya penguat operasioanal (op-amp). Penguat instrumentasi yang bermutu tinggi
dibuat dalam bentuk hybrid yaitu campuran IC dan komponen diskrit. Satu contoh
penguat instrumentasi adalah penguat Burr-Brown 3620. spesifikasi penguat ini
adalah sebagai berikut ;
Drift rendah : 25 v/ c
43
Gambar 8.3 Rangkaian penguat diferensial menggunakan op-amp
Oleh karena hambatan masukan difrensial dari op-amp amat tinggi maka dapat
dianggap I1=I4 =0 sehingga :
Ia =I a’ dan Ib =Ib’
Dengan menggunakan hukum Kirchoff kita peroleh :
ea Vo ( R2 R6 ) I a
eb 0 ( R5 R7 ) I b
selanjutnya kita gunakan suatu sifat op-amp yang lain yaitu bahwa masukan
inverting dan non inverting ada dalam keadaan hubung singkat virtual oleh sebab ini:
VO I a R6 I b R7
dari ketiga persamaan ini kita peroleh ;
R7 R6
VO I a R6 I b R7VO eb (ea VO )
R5 R7 R2 R6
R6 R7 R6
VO (1 )( eb ea )
R2 R5 R7 R2 R6
agar tegangan Vo sebanding dengan selisih tegangan isyarat masukan maka hasrus
dibuat agar :
R7 R6 R R
atau 5 2
R5 R7 R2 R6 R7 R6
sebaiknya digunakan R5 =R2 dan R7 = R6 maka :
R6 R6
VO (1 ) eb ea )
R2 R2 R6
44
R6
VO (ea eb )
R2
jadi
VO R
Av , dif 6
ea eb R2
Penguatan common mode dapat kita peroleh bila kita gunakan
eb ea eCM
seperti gambar 8.4
R6
R2 -
+
R5
R7 Vo
R6 1
CMRR ( )
R2 R6
tampak bila 1% 0.01 dan R2 R6 maka CMRR =60=30 dB
45
jadi agar diperoleh CMRR yang tinggi diperlukan komponen dengan presisi yang
tinggi pula .
Marilah kita kembali kepada gambar 8.2 dan kita lukiskan bagian I
V PQ
ea eb
sehingga I
R3
R1 R4
sehinggs V (1 )(ea eb ) Persamaan 8.8 menyatakan bahwa bila ea= eb=
R3
eCM maka VPQ=0 sehingga Av,CM=0, yang berarti bahwa pada rangkaian Gambar 8.2
penurunan CMRR disebabkan oleh bagian II saja. Ini berarti bahwa dipandang dari
segi CMRR hanya R2,R6, R5 dan R7 yang harus mempunyai nilai yang presisi.
Penguatan dari seluruh rangkaian gambar 8.2 dapat diperoleh dengan
menggabungkan persamaan 8.5 dan 8.8 yaitu :
R1 R4 R6
Av , dif (1 )( )
R3 R2
suatu contoh rangkaian instrumentasi ditunjukkan pada gambar 8.6 yang digunakan
adalah tipe CA 3140 yaitu CMOS-input op-amp dengan Zin(CM)=1012 ,
CMRR=90dB, unity gain bandwith 7,5 MHz dan PSRR = 90dB. IC CA 3240 adalah
dua CA 3140 yaitu dalam satu IC ada dua op-amp seperti Ca 3140.
46
+15V
2n
1%
8
10 M 3 -
5K1
OA1
2 + 100K 1%
100K 2n +15V
1%
2 7
100K -
OA3 6
OA1,0A2:CA324 +
3 4 2K Vo
V1 3K9
100K 100 K
6 - 2n
1% 1%
OA2
2
+ 5K1
10M 5 4 1%
2n OA3:CA314
-15V
R2
Eb(1 )
R1
47
R4
(1 )
R3
Kita gunakan dua sifat op-amp yaitu bahwa masukan inverting dan non inverting ada
dalam keadaan hubung singkat virtual, dan bahwa hambatan difrensial antara kedua
masukan ini amat besar . sehingga arus yang masuk dapat diabaikan. Dari gamba
r8.7 kita peroleh :
I o I1 I 2
I o ( Eo Ea ) / R4
R2
I1 ( Ea Eb )(1 ) / R3
R1
I 2 ( Ea Eb ) / R5
dari hubungan-hubungan di atas kita dapatkan:
R4 R4 RR R R
Eo Ea (1 ) Eb ( 2 4 4 4 )
R3 R5 R1R3 R3 R5
bila dibuat agar R2 R4 R1 R3 yaitu dengan memilih R2 R3 dan R4 R1 maka
R4 R4
Eo (1 )( Ea Eb )
R3 R5
I o I1 I 2
( Eb Ea )
I2
R5
Ea
I3 I2
R1
Ea Eb Ea
I3 ( )
R1 R5
Ea Eb Ea
Ec Ea R2 ( )
R1 R5
R2 R R
Ec Ea Ea 2 Ea 2 Eb
R1 R1 R5
R2 R2 R
E a (1 ) 2 Eb
R1 R5 R5
Eb Ec 1 R R R
I1 ( Eb (1 2 ) Ea (1 2 2 ))
R3 R3 R5 R1 R5
I o I1 I 2
1 R R R E Ea
( Eb (1 2 ) Ea (1 2 2 ) b
R3 R5 R1 R5 R5
48
VO Eb R4 I O
R4 R2 R2 R2 R4
Eb (1 ) Ea (1 ) ( Eb Ea )
R3 R5 R1 R5 R5
R R R R R R
Eb 4 Eb (1 2 ) Ea 4 (1 2 2 ) 1 ( Eb Ea )
R3 R5 R3 R1 R5 R5
R4 R4 R2 R4 R R R R R R
Eb (1 ) Ea (1 4 4 2 4 2 4 )
R3 R3 R5 R5 R3 R3 R1 R3 R5 R5
R4 R4 R2 R4 R4 R4 R2 R4 R2 R4 R4 R2
(1 1
R3 R3 R5 R5 R3 R3 R1 R3 R5 R5 R3 R1
R4 R1 R2 R3
R4 R4 R2 R4
( Eb Ea )(1 )
R3 R3 R5 R5
R4 R4 R
( Eb Ea )(1 2 4 )
R3 R3 R5
R4
( Eb Ea )(100 2 )
R5
R4 R4
atau AV ,diff (1 ) Bila R2 R4 tidak tepat sama dengan R1R3, sehingga
R3 R5
R4 R2
dapat dituliskan 1
R1 R3
dengan 1 maka untuk isyarat Ea=Eb=ECM
Eo= ( )ECM
Kita peroleh Common Mode Rejection yaitu :
Av , dif R4 R4
CMRR (1 )/
Av,CM R3 R5
tampak bahwa R5 tidak mempengaruhi Av,CM sehingga dapat digunakan untuk
mengatur penguatan tanpa mengubah CMRR. Dengan menggunakan sebuah op-
amp dan beberapa buah transistor kita juga dapat membuat suatu penguat
instrumentasi yaitu seperti ditunjukkan pada gambar 8.8 rangkaian ini sering
dijumpai dalam instrumentasi dan juga di dalam rangkaian lain seperti IC analog
multiplier. Yaitu MC 1496 dan juga IC balanced modulator MC 1495. Pada gambar
diatas transistor Q1, Q2, Q3, dan Q4 sebaiknya terbuat dari IC yang berisi transistor
array seperti LM 314 atau CA 3049 .
49
R6 = R7 = 1211 k.1%
R8 = R9 = 100 k.1%
R1 = R2 = 470
R3 = R4 = 2 k. 1%
R10 = 10
R5 = 1 k (pot)
sekarang marilah kita pikirkan rangkaian transistor pada penguat di atas Dua
transistor Q1 dan Q2 membentuk penguat difrensial. Sedang transistor Q3 dan Q4
membentuk sumur arus tetap (constant current sink).yang menarik arus sama yaitu I
dari Q1 dan Q2. Kalau kita gunakan hokum kirchoff untuk arus –arus pada titik c dan
d kiat akan peroleh:
I1 I o I
I 2 I IO
sehingga I 2 I1 2 I O
Vb Vcc R6 I o1
Vc Vd I O R11
50
akan tetapi Vc Eb VBE (Q2 )
51
MODUL X
SISTEM INSTRUMENTASI ELEKTRONIKA
PENGOLAHAN ISYARAT DIGITAL TO ANALOG CONVERTER
Buku Rujukan :
Rangan Sarma Instrumentation Devices and Sistem
W. Bolton Mechatronic
William D. Cooper Electronic Instrumentation and
Measurement Technique
52
I tot
Gambar 10.1
Vref Vref Vref Vref
I Tot ( )
R 2R 4R 8R
1 1 1 Vref
(1 )
2 4 8 R
Vref 1 1 1
Vo K R2 I tot K (1 )
2 2 4 8
1 1 1 1
Vo KVref ( )
2 4 8 16
Vo KVref (2 1 22 2 3 2 4
Tampak bahwa tegangan keluaran Vo adalah sebanding dengan Vref dikalikan dengan
nilai kode biner natural dari masukannya.
DAC dengan tegangan acuan Vref di luar rangkaian, artinya tidak ada di dalam IC
disebut multiplying (MDAC)
Soal :
Diket Vref = 5V R= 5k
D0, D1, D2,D3, masing-masing urutan bit rendah ke bit tinggi
53
Tabe 10.1
No. D3 D2 D1 D0 Arus keluaran Perbandingan
Maksimum
0 0 0 0 0 ------ 0
1 0 0 0 1 .
2 0 0 1 0 .
3 0 0 1 1 .
4 0 1 0 0
5 0 1 0 1 1/15
6 0 1 1 0
7 0 1 1 1
8 1 0 0 0
9 1 0 0 1
10 1 0 1 0
11 1 0 1 1
12 1 1 0 0
13 1 1 0 1
14 1 1 1 0
15 1 1 1 1
Saklar arus
Gambar 10.2
54
Transistor di atas bisa dihidupkan (saturasi) apabila titik D0, D1, D2,D3, diberi tegangan
yang menghasilkan arus basis yang cukup membuat transistor saturasi sebaliknya jika
D0, D1, D2,D3, bertegangan nol maka transistor cut-off..
Pada masa kini orang telah membuat DAC dalam bentuk rangkaian terintegrasi (IC).
Beberapa tipe yang banyak digunakan adalah MC 1408 buatan Motorollah, DAC-08
membuat Precision Monolisthics dan AD 7522 buatan analog divices.
Ketiga DAC yang tersebut di atas adalah MDAC (multiplying DAC) dimana jaringan
tangga R-2R serta saklar arus sudah ada dalam IC, sedang Vref dan Op-amp ada
diluar.
Sebagai contoh diagram fungsional DAC 8 bit MC 1408 ditunjukkan pada GB. 10.3
adalah dari multiplying DAC, dan perlu menggunakan tegangan acuan di luar IC.
MSB A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 LSB
5 6 7 8 9 10 11 12
Range Io
1 Saklar-saklar arus
control 4
Vref (+)
14
13
Vcc
-
Vref (-) Penguat
+ Arus
15
Acuan
16
compen
V EE Pasangan sumber
(a) arus npn
55
Io
kompelmenter, yaitu Io dan I o . Waktu setting untuk DAC-08 adalah amat cepat , yaitu
85 ns. Arus acuan adalah dari 0,1 mA hingga 4 mA. Catu daya adalah 4,5 V hingga
18V. masukan logika dapat deprogram agar dapat bekerja untuk berbagai keluarga
logika (TTL,CMOS ECL dsb).
56
Penggunaan DAC-08 dalam rangkaian ditunjukkan pada gb 10.4
VLC 6,2K
10V
3,6K
0.1F
(C) CMOS -10V
Gambar 10.4
(a) Rancangan DAC-08 dalam rangkaian untuk menghasilkan tegangan keluaran
negatif. (b) Penyambungan VLC untuk CMOS 5 V (c) penyambungan VLC CMOS 10 V.
Pada gambar diatas impedansi masukan keluaran DAC adalah 5 k bila dinginkan
impedansi masukan keluaran yang rendah kita dapat memasang suatu buffer. Agar
masukan digital bekerja untuk tingkat tegangan TTL, kaki VLC harus dihubungkan
langsung dengan pertanahan. Untuk hubungan dengan tingkat logika CMOS VLC
dihubungkan dengan tanah melalui rangkaian seperti ditunjukkan pada gambar 10.4 b
dan c. hubungan antara logika digital pada masukan tegangan keluaran analog pada
gambar 10.5 ditunjukkan pada table 10.2.
57
Tabel 10.2
(a)
Gambar 10.5
Tabel 10.3
B1………………B8 EO(mV) EO (mV)
+FS 1 1 1 1 1 1 1 1 -9,940 +10,000
+FS-LSB 1 1 1 1 1 1 1 0 -9,840 +9,920
0 1 0 0 0 0 0 0 0 0,000 +0,080
-FS+LSB 0 0 0 0 0 0 0 1 +9,920 -9,840
-FS 0 0 0 0 0 0 0 0 +10,000 -9,940
58
RL
MSB LSB
Vref
5,0K
+2,5 V 15 12
14
Io -
1,25K DAC-08 Op-02 Eo
+
1,25K 15 IO
2
16 3 1
13
5,0K
RL
-15V +15V
59
Eo
47
Rfeed back
60
Vref
RV 1
R FB
I OUT 2 500
I OUT1
Vref
I OUT 2
I OUT 2 A2
I 'OUT 2
I 'OUT 2
I OUT 1
61
Tampak bahwa AD-7520 ddan AD-7521 hanya berisi jaringan tangga R-2R serta
saklar-saklar arus. Di dalam chip AD-7520 disediakan hambatan 10 K untuk
digunakan mengubah arus menjadi tegangan melalui op-amp.
Dioda pada pada gb10.7 b dan c adalah dioda schottky yang digunakan untuk
mencegah saklar mencantol (latcing). Tegangan acuan Vref dapat positif maupun
negatif.
Untuk mendapat tegangan bipolar dapat digunakan rangakan 10.7 (b) op-amp A2
digunakan sebagai cermin arus (current mirror) yang menyebabkan arus I’out2=Iout2
diambil dari Iout1, sehingga arus yang mengalir melalui RFB adalah sebesar
( I out1 I out 2 ) akibatnya
62
MODUL XII & XIII
SISTEM INSTRUMENTASI ELEKTRONIKA
PENGOLAH ISYARAT (SINYAL)
isyarat digital
Buku Rujukan :
W. Bolton : Mechatronic
Measurement Techniques
Pada bagian ini kita akan membahas bagaimana isyarat analog menjadi digital yang
dapat diproses oleh computer. Jadi peristiwa yang akan kita bahas ini kebalikan dari
pengubah D/A data dari memori dikeluarkan dan diubah menjadi analog. Pada
menyatakan suhu, tekanan, arah angina diubah menjadi isyarat digital yang dapat
63
Ada beberapa macam cara yang digunakan orang untuk mengubah isyarat analog ke
isyarat digital. Pengubah analog menjadi digital (Analog to digital converter – ADC)
biasanya diartikan sebagai piranti yang mengubah tegangan masukan analog menjadi
isyarat digital parallel. Disamping ini ada piranti yang mengubah masukan analog
menjadi pulsa-pulsa digital seri periodic. Piranti ini disebut pengubah tegangan ke
Ada beberapa macam A/D yang digunakan orang pada masa ini. Yaitu pengubah A/D
Pengubah A/D pencacah (counter type ADC) atau sering dikenal sebagai pengubah A/D
ramp menggunakan feedback yang mengandung satu pengubah D/A dan pencacah.
64
Gambar 12.1
Begitu ada perintah mulai konversi maka pencacah dibuat reset, sehingga keluaran
pengubah D/A menjadi nol. Selanjutnya keluaran D/A dibandingkan masukan analog.
Selama Vin > VDAC keluaran komparator tetap tinggi sehingga pencacah terus bekerja.
Setelah pengeluaran D/A lebih tinggi dari masukan analog, maka keluaran komparator
menyatakan kode digital amat panjang, yaitu 2n perioda clock. Untuk konversi 10 bit
Suatu modifikasi dari pengubah A/D pencacah adalah yang disebut pengubah A/D
pelacakan (Tracking ADC), yang juga dikenal sebagai pengubah A/D servo. Pada
pengubah A/D ini digunakan pencacah naik turun (Up-Down Counter). Dengan
tambahan sedikit rangkaian logika ADC ini dapat mengikuti atau melacak masukan
ditunjukan gambar
65
VINT
t1 t2a
t 2b
Gambar 12.2
System ini mempunyai dua selang waktu, yaitu t1 dan t2. selang waktu t1
mempunyai panjang tertentu. Dalam selang waktu ini isyarat masukan dihubungkan
dengan saklar S1, yang membuat keluaran integrator VINT menjadi positif. Nilai tegangan
VINT yang dicapai pada akhir selang t1 bergantung pada nilai tegangan masukan Vin bila
66
Dalam waktu t2 tegangan masukan Vin dilepas dan S1 dihubungkan dengan Vref
(positif) akibatnya tegangan keluaran VINT akan turun dengan kemiringan tertentu
Vref
(ditentukan oleh ). Bila VINT mencapai harga nol maka komparator akan berbalik
Rc
Selang waktu t1 dan t2 adalah selang waktu yang dapat diukur dengan
t2
Vin Vref
t1
Bila Vref dan t1 tetap, maka Vin t2, selang waktu t2 dicacah dengan suatu
pencacah yang akan menghasilkan keluaran biner ataupun BCD. Keluaran ini adalah
Oleh karena ada dua kemiringan pada diagram pewaktuan, pengubah A/D
integrasi juga dikenal sebagai pengubah A/D kemiringan rangkap (dual slope).
Kekurangan pencacah A/D integrasi terletak pada waktu konversi yang sama,
yaitu pada orde 10 ms atau lebih. Pengubah A/D integrasi banyak digunakan pada
(successive approximation) dan bekerja dengan prinsip umpan balik. Diagram blok dan
67
Register
Vi pendekatan
Masukan struktural
analog
Komparator
Keluaran
Digital
Pengubah
D/A
VD / A
VD / A V2
Vi 2
VlSB
Vi 1 V3
VlSB
VMSB 2
V2 V1
VMSB1
V1 VMSB
VMSB
digunakan IC MSI
68
Seperti misalnya AM 2502 buatan Advance Micro Device. Cara kerja register ini adalah
sebagai berikut :
Setelah menerima pulsa mulai konversi, SAR akan mengeluarkan bit-bit untuk
diubah menjadi tegangan analog oleh suatu pengubah D/A. perhatikan gambar 12.b kiri
yang menunjukan diagram timing keluaran pengubah D/A. mula SAR akan mengaktifkan
MSB, yang akan menghasilkan suatu tegangan analog pada keluaran pengubah D/A.
tegangan ini dibandingkan dengan Vin. Bila V1 < Vin maka MSB dibiarkan tinggi(“1”), bila
V1 > Vin maka MSB dibuat “0”. Pada contoh kita V1 < Vin sehingga MSB dibuat “1”.
Selanjutnya bit no 2 diaktifkan dibuat 1 dan keluaran pengubah D/A yang baru
dibandingkan lagi dengan Vin . pada contoh V2 < Vin sehingga bit no 2 dibuat juga 1.
kemudian bit no 3 dibuat 1. terakhir bit no 4 (LSB) dibuat “1”. Akan tetapi V4 > Vin, maka
bit no 4 dibuat 0. keadaan akhir pada keluaran SAR adalah (1110)2 menyatakan
Bagaimana pengubah kerja pengubah A/D pada gambar 12.3b. pengubah A/D
pendekatan berurutan n-bit melakukan konversi dalam waktu (n+1) siklus Clock.
pengubah A/D termasuk pengubah A/D yang cepat, dapat melakukan dibawah 1s.
pengubah A/D pendekatan berurutan dapat dibuat sangat akurat, bergantung pada
tegangan acuan dan pengubah D/A yang digunakan pengubah A/D macam ini kini dapat
diperoleh pengubah A/D pendekatan berurutan monoklitik (IC) atau pun hybrid, yang
69
kita akan membahas D/A pendekatan yang berurutan perangkat lunak, serta
antara muka ADC ini bagian tersendiri. marilah kita singgung sedikit tentang pengubah
Pada pengubah A/D parallel semua tingkat kode analog pada tegangan masukan
3 LSB
Vref
2
70
Untuk menghasilkan keluaran digital 8 Bit diperlukan 255 komparator, seperti pada
pengubah A/D monolitik TDC 1007 J buatan TRW-LSI product. pengubah A/D ini
mempunyai waktu konversi yang pendek yaitu 5 milisecond sehingga dapat digunakan
untuk melakukan konversi dengan frekuensi 45 MHz. ini berarti bahwa pengubah A/D
parallel dapat digunakan untuk mengubah isyarat analog yang berubah dengan
frekuensi 20 MHz. pengubah A/D dapat digunakan untuk memproses isyarat video pada
televisi. Karena semua kode analog di konversi dalam waktu satu siklus clock maka
Spesifikasi Data
Ada beberapa parameter yang perlu di ketahui dalam pengubah A/D dan pengubah D/A
Resolusi
Resolusi atau daya pisah adalah perubahan analog terkecil yang dapat dibedakan oleh
A/D atau dihasilkan oleh suatu pengubah D/A. resolusi adalah nilai analog daripada LSB
Linieritas
Linieritas diartikan sebagai penyimpangan dari lurus yang ditarik antara kedua ujung
fungsi transfer suatu computer. Linieritas dapat dinyatakan sebagai presentase skala
penuh (FS) atau sebagian pecahan LSB. Linieritas suatu converter yang baik adalah
1/2 LSB . pengertian Linieritas beserta kesalahan penguatan (gain error) dan
71
(a) (b)
Gambar 12.5 fungsi respon converter data, (a) Ideal, (b) kesalahan-kesalahan
Liniertias Diferensial
Kesalahan Linieritas Diferensial adalah penyimpangan maksimum dari ukuran bit yang
suatu linieritas diferensial sebesar 1/2 LSB berarti bahwa ukurannya adalah 1 LSB 1/2
72
Monotonisitas
Monotonisitas berarti dihasilkan keluaran yang selalu bertambah bila diberi masukan
yang selalu bertambah. gambar 12.6 b menunjukkan keluaran yang tak monoton.
Kesalahan ini adalah ketakpastian dasar yang berhubungan dengan digitisasi suatu
isyarat analog oleh adanya resolusi (daya pisah) yang terbatas pada suatu pengubah
Akurasi Relatif
Akurasi relative menyatakan berapa % FS kesalahan pada keluaran bila tak ada
Kesalahan Offset
Kesalahan yang terjadi bila fungsi transfer tak melalui titik asal (origin).
Kesalahan Penguatan
Beda kemiringan antara fungsi transfer ideal dan fungsi transfer yang sebenarnya .
Laju perubahan keluaran suatu pengubah D/A ditentukan oleh laju belok (Slew Rate),
yaitu kemampuan keluaran pengubah D/A untuk merubah dalam suatu selang waktu.
73
Laju belok dinyatakan dalam V/s untuk mengubah D/A dengan keluaran tegangan atau
pengubah D/A harus memperhitungkan waktu yang diperlukan agar isyarat keluaran
menjadi tetap dalam daerah ketepatan yang diinginkan. pengertian laju belok dan waktu
V
V
Laju Belok ( slew rate)
t
t
74
MODUL XIV
SISTEM INSTRUMENTASI ELEKTRONIKA
JENIS-JENIS PENGUBAH ISYARAT ANALOG KE DIGITAL
Buku Rujukan :
Rangan Sarma Instrumentation Devices and Sistem
W. Bolton Mechatronic
William D. Cooper Electronic Instrumentation and
Measurement Technique
75
Do
Q Co
Io
76
S CC DO
IO
IO
IO
77
Gambar 14.3 Waktu respons CMP-01 untuk berbagai pacu lebih
Untuk menentukan waktu mapan pengubah D/A kita perlu tahu beberapa informasi
yang dapat diperoleh dari lembaran data. Untuk beban diatas 500 , untuk DAC-01
rangkaian RC luar merupakan faktor penentu bagi waktu mapan : Misalkan kapasitansi
keluaran adalah 25pF, maka dengan R = Rin / / RL =850 , RC 0 = 20 ns. Untuk
1
memperoleh ketelitian LBS kita harus menunggu 6.2 x RC = 130 ns. Disamping
2
waktu mapam untuk komparator (100 ns) dan waktu mapan pengubah D/A (130 ns)
harus ditambahkan waktu penundaan SAR (20 ns). Jadi seluruhnya diperlukan waktu
255 ns. Ini berarti frekuensi clock maksimum adalah 3,9 MHZ. Waktu konversi
minimum adalah (n+1) 255 ns = 9 x 255 ns = 2,4 s . Dalam hal kita tak memerlukan
waktu konversi minimum, frekuensi clock dapat ditentukan dari :
1 waktukonversi
Tclock clock
f n 1
Pada gambar 13.33 resistor R2 = 2.4 M akan memberikan arus offset sebesar 3,9
1
A ( LBS dari IFS = 2 mA). Dengan menggunakan R2 maka masukkan pengubahan
2
1
A/D dapat diberi bias LBS dari nol untuk kalibrasi. Pengaturan gain (atau FS) dapat
2
dilakukan dengan mengubah arus acuan pengubahan D/A atau Rin . Rin dan Rif
hendaknya bersifat bila mungkin dari satu jaringan bersama.
78
Operasi bipolar dapat diperoleh dengan memasang Roffset pada Vref seperti ditunjukan
1
pada gambar 14.3 Roffset hendaknya memberi arus sebesar IFS pada titik jumlahan.
2
Resistor ini juga harus bersifat melacak terhadap Rin dan Rref.
Pengubahan AD SA Integral
Kita telah membahas sistem pengubah A/D SA yang menggunakan pengubahan D/A,
SAR dan komparator. Berbagai perusahaan telah membuat pengubahan A/D SA yang
lengkap dalam satu kemasan, siap untuk beroperasi. Pengubahan A/D seperti ini
disebut pengubah A/D integral. Hampir semua piranti ini dapat dihubungkan dengan
masukan analog yang baku (standard), dan mempunyai keluaran seri dan paralel.
Ada berbagai resolusi maksimum, yaitu dari 8 hingga 12 bit, dan hampir semua dapat
dibuat agar bekerja dibawah resolusi maksimumnya. Sebagian contoh pengubahan
A/D 8 bit (maksimum) dapat dibuat agar bekerja dengan resolusi di bawah 8 bit, misal
6 bit. Hampir semua mempunyai clock dalam, walaupun ada pula yang juga dapat
beroperasi engan clock luar. Diantara beberapa perusahaan yang membuka
pengubahan A/D SA adalah Analog Devicer, Detel, Burr-Brown, Intersil, Motorola.
Marilah kita pelajari satu contoh pengubahan A/D SA integral, yaitu ADC 82, yaitu
pengubahan A/D 8 bit buat rata-rata Burr-Brown (Gambar 14.4)
1
10
MSB
79
0 20V 10V
0 10V 5V
0 5V 2,5V
80
Pada gambar 14.5 ADC 82 melakukan konversi hanya bila mendapat perintah melalui
kaki 23 dengan suatu pulsa. Konversi dilakukan dengan menggunakan clock dalam.
Kita dapat menbuat agar konversi dilakukan secara kontinu menggunakan clock dalam
dengan rangkaian seperti pada gambar 14.6 Pada rangkaian ini keluaran status atau
akhir konversi digunakan untuk menggerbang suatu multivibrator astabil.
650
Gambar 14.6 Menggunakan ADC 82 dengan clock dalam untuk konversi kontinu
ADC 82 juga dapat menggunakan clock luar untuk operasi kantinu. Kaki clock keluar
dan kaki perintah konversi dibiarkan terbuka, sedangkan clock luar dihubungkan
dengan kaki clock masuk.
Untuk operasi konversi atas perintah dengan clock luar diperlukan “untai” seperti pada
gambar 14.7
Gambar 14.7 Untai untuk membuat ADC 82 melakukan konversi atas perintah dengan
clock luar
Dengan untaian di atas konversi akan terjadi bila keluaran STATUS ada pada
keadaan tinggi dan perintah konversi rendah. Selama perintah konversi ada pada
keadaan tinggi clock luar tak dapat masuk ADC 82.
81