Laporan
Disusun oleh:
FAKULTAS TEKNIK
Oktober 2014
PRAKTEK
ANALISIS SARINGAN
(SLAVE ANALYSIS)
SNI 1968-1990-F
I. PENDAHULUAN
Sifat-sifat tanah tertentu banyak tergantung pada ukuran butirnya. Maka dari itu
diperlukan pengukuran besarnya butir tanah dengan melakukan pengujian analisis
saringan. Dengan mengetahui pembagian besarnya butir dari suatu tanah, maka dapat
dinentukan
klasifikasi terhadap suatu macam tanah tertentu atau dengan kata lain dapat
mengadakan
deskripsi tanah.
Besaranya butiran tanah biasanya digambarkan dalam grafik yang disebut grafik
lengkung gradasi atau garis pembagian butir. Dari grafik ini didapatkan Cu dan Cc yang
digunakan untuk menentukan pembagian besarnya butiran tanah tertentu dan juga untuk
melihat batas antara kerikil dan pasir,pasir dan lanau dll.
Koefisien Uniformitas
𝐷
Cu = 𝐷60
10
Cu = koefisien keseragaman
D60 = diameter yang bersesuaian dengan 60% lolos ayakan.
Koefisien Gradasi
𝐷302
Cc = 𝐷
60 𝑥 𝐷10
Cc = koefisien gradasi
Tanah yang bergradasi baik akan mempunyai Cu > 4 dan Cc antara 1 dan 3 untuk
tanah berkerikil, untuk tanah pasir memiliki Cu > 6 dan Cc antara 1 dan 3.
III. PERALATAN
1. Plastik
2. Palu
3. stopwatch
4. Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2% dari benda uji.
5. Satu set saringan dengan ukuran No 2, No 4, No 10, No 20, No 30, No 40, No 50, No
100, No 200.
6. Oven dengan pengatur suhu sampai 110 0C.
7. Mesin penggetar saringan.
8. Talam.
9. Kuas, sikat kuningan, sendok dan alat-alat lainnya.
V. PERHITUNGAN
1. Jumlah berat tertahan untuk masing-masing ukuran saringan secara kumulatif.
2. Jumlah persentase berat benda uji tertahan dihitung terhadap berat total secara
komulatif.
3. Jumlah persentase berat diuji yang melalui masing-masing saringan dihitung.
VI. REFERENSI
1. M Das, Braja.1993. Mekanika Tanah Jilid I. Jakarta: Erlangga. Bab 1 Tanah dan
Batuan 17 - 24.
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
Berat Persentase
Berat
No. Berat Saringan + Ʃ Berat
Saringan Tanah
Saringan Saringan Tanah Tertahan Tertahan Lolos
Tertahan
Tertahan
(mm) (gr) (gr) (gr) (gr) % %
1 2 3 4 (5 = 4 - 3) 6 7 8
4 4.75 430 450 20 20 2.07 97.93
16 1.18 410 750 340 360 37.3 62.7
20 0.850 365 520 155 515 53.3 46.7
30 0.600 400 450 50 565 58.5 41.5
40 0.400 320 445 125 690 71.5 28.5
50 0.300 395 450 55 745 77.2 22.8
100 0.150 400 510 110 855 88.6 11.4
200 0.075 405 490 85 940 97.4 2.6
PAN 0.000 450 475 25 965 100 0
Total 965
Hasil Perhitungan
Presentase yang lolos
60
Ke60 : D60 = 100 × 97.93% = 58.76%
30
Ke30 : D60 = 100 × 97.93% = 29.38%
10
Ke10 : D60 = 100 × 97.93% = 9.79%
𝐷
Cu = 𝐷60 = 8.073
10
Catatan:
Tanah baik
Tanah kerikil : Cu = 4
Tanah pasir : Cu = 6
Tanah biasa : Cc = (1 – 3)
Cu > 4
Pasir Cc > 6
Cu > 15
100
80
60
40
20
0
10 1 0.1 0.01
Kesimpulan
Tanah yang telah digunakan untuk uji analisa saringan adalah kerikil dan
memiliki harga Cc = 1.148 dan Cu = 8.073. Maka tanah tersebut memiliki degradasi
yang baik.
PENGUJIAN PEMADATAN TANAH
(SOIL COMPACTION)
ASTM D - 1556
I. PENDAHULUAN
Uji pemadatan adalah untuk meningkatkan sifat fisik tanah dengan cara pemadatan.
Pemadatan tanah juga salah satu upaya untuk:
- Meningkatkan kekuatan geser tanah = f(c, φ)
- Memperkecil nilai permeabilitas tanah k = f(e)
- Memperkecil nilai pemampatan tanah S = f(e)
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil dari suatu proses pemadatan antara lain:
besarnya enersi pemadatan, kandungan air dalam tanah, serta jenis tanah.
Pelaksanaan pemadatan di lapangan umumnya dapat dilakukan melalui beberapa
cara, antara lain: dengan cara menggilas secara statis/dinamis, penggetaran (khususnya
untuk tanah berbutir), dan lain sebagainya.
V. PERHITUNGAN
Rumus – rumus yang digunakan :
5.1. Berat isi tanah basah
𝑤
wet = gr/cm3
𝑣
Dimana :
- wet = berat isi basah
- dry = berat isi kering
- w = berat isi air
- Zavc = berat isi kering ZAVC
- Gs = berat jenis tanah
- V = volume cetakan
- w = kadar air benda uji
- W1 = berat cetakan dengan/tanpa alas
- W2 = berat cetakan dengan/tanpa alas + benda uji
5.4 Gambarkan grafik hubungan antara berat isi kering tanah (dry) dan kadar air (w)
kemudian dapatkan nilai berat isi kering tanah maksimum (dry maks) dan kadar
air optimum (OMC) dari grafik tersebut.
Catatan:
Untuk pembuatan grafik dari hasil compaction, perlu dicamtumkan juga batas
Zero Air Void Content (ZAVC), yang bisa dihitung dengan rumus.
VIl. REFERENSI
1. ASTM D 3441—86
2. AASHTO T99-81 & T180-74
3. Bowles, J.E., Engineering Properties of Soils and Their Measurement
Experiment No. 9
4. British Standart BS Test 12 & 13
5. Manual Pemeriksaan Bahan Jalan No. 01/MN/BM/1976, PB-0112-76
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
PEMADATAN TANAH
(ASTM D - 1556)
44.72+48.53+41.71
W = 3
= 44.989
𝑤
ɣb = 𝑣
44.989
=
1490
= 1.58 g/cm3
ɣ
ɣd 𝑏
= 1+𝑤
1.58
=
1 + 0.449
= 1.09 g/cm3
Penentuan Kepadatan Tanah
Pemadatan Tanah
1.1050
1.1000
1.0950
1.0900
Berat Isi Kering
1.0850
1.0800
1.0750
1.0700
1.0650
1.0600
1.0550
40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55
Kadar Air
PENGUJIAN BERAT JENIS
(SPECIFIC GRAFITY)
SK SNI 04-1989-F
I. PENDAHULUAN
Percobaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis tanah dengan ukuran
butiran tanah yang lolos ayakan no. 4 (4.75 mm), menggunakan piknometer.
Apabila nilai Gs akan digunakan dalam perhitungan pada percobaan hydrometer,
maka benda uji yang dipakai adalah yang lolos ayakan no. 10 (2.00 mm)
Berat jenis tanah (Gs) adalah perbandingan antara berat butir tanah dengan berat
air yang mempunyai volume yang sama pada suhu tertentu. Berat jenis tanah diperlukan
untuk menghitung indeks propertis tanah (misalnya: angka pori, berat isi tanah, derajat
kejenuhan, karateristik pemampatan), dan sifat-sifat penting tanah lainnya.
Selain itu dari nilai berat jenis tanah (Gs) dapat pula ditentukan sifat tanah
secara umum. Misalnya, tanah organis mempunyai berat jenis yang kecil, sedangkan
adanya kandungan mineral berat jenis yang kecil, sedangkan adanya kandungan mineral
berat jenis lainnya (missal: besi) ditunjukkan dari berat jenis tanahnya yang besar.
III. PERALATAN
1. Piknometer dengan kapasitas 50 ml
2. Timbangan dengan ketelitian 0.001 gram dan 0.01 gram
3. Oven dengan pengatur suhu (110±5)0C
4. Thermometer ukuran 0 oC – 50 0C dengan ketelitian membaca 10C
5. Ayakan #40
6. Air suling
7. Pipet
IV. PROSEDUR PENGUJIAN
1. Timbang piknometer (W1).
2. Ambil tanah yang lolos saringan nomor 40 sebanyak 15 gram.
3. Timbang piknometer dan tanah (W2).
4. Lalu masukkan air sampai batas ketinggian alat.
5. Kocok piknometer sampai tanah tercampur dan mengeluarka gelembung.
6. Ambil gelembung dengan pipet, kocok piknometer lagi dan ambil gelembung lagi
dengan pipet (sampai tidak terdapat gelembung).
7. Lalu timbang piknometer, tanah, dan air (W3).
8. Bersihkan piknometer, lalu isi dengan air suling sampai batas ketinggian.
9. Ukur suhu air dengan menggunakan thermometer ± 5 menit.
10. Lalu timbang piknometer yang berisi air (W4).
11. Lalu catat semua data yang didapatkan.
VI. PERAWATAN
1. Bersihkan labu ukur segera setelah selesai pengujian untuk menghidari kotoran
yang melekat.
VII. REFERENSI
1. ASTM D 854 – 83
2. British Standart BS 1377 – 1975
3. Bowles, J.E.,”Engineering Properties os Soils and their Measurement”
Experiment No. 7
4. Head, K.H.,”Manual of Soil Laboratry Testing” Vol. 1 Section 3.6.2
5. Manual Pemeriksaan Bahan Jalan, PB – 0105 – 76
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
SK SNI – 04 – 1989 – F)
0
Suhu C 27
SK SNI M 07-1989-F
PENDAHULUAN
Tanah berbutir halus yang mengandung mineral lempung sangat peka terhadap
perubahan kandungan air. Atterberg telah menentukan titik-titik tertentu berupa batas
cair (Liquid Limit), batas plastic (Plastic Limit), dan batas kerut/susut (Shrinkage Limit).
Batas cair adalah nilai kadar air dimana tanah dalam keadaan antara cair dan
plastis. Dengan diketahui nilai konsistensi tanah maka sifat-sifat plastisitas dari tanah
dapat diketahui. Sifat-sifat plastisitas dinyatakan dengan harga indeks plastisitas.
(Plastic Index) yang merupakan selisih nilai kadar air batas cair dengan nilai kadar air
batas plastik ( IP = LL – PL ).
I. TUJUAN PENELITIAN
1. Praktikan akan dapat melaksanakan salah satu cara pengujian liquid limit dengan
prosedur yang benar.
2. Praktikan dapat menentukan harga-harga batas cair, serta menggambarkan grafik
untuk batas cair yang benar.
IV. PERALATAN
1. Alat batas cair standar (Atterberg)
2. Alat pembuat alur
- Grooving tool (ASTM) untuk tanah kepasiran
- Grooving tool (Cassagrande) untuk tanah kohesif
3. Spatula
4. Botol berisi air suling (botol semprot)
5. Plat kaca
6. Cawan
7. 3 buah cawan kecil
8. Saringan nomor 40
9. Oven
10. Timbangan dengan ketelitian 0.001 gram
V. PROSEDUR PENGUJIAN
1. Siapkan mangkok batas cair, membersihkan dari lemak atau kotoran yang
menempel dengan menggunakan eather.
2. Mengatur ketinggian jatuh magkok, dengan cara sebagai berikut:
- Kendurkan kedua baut penjepit, lalu memutar handel/tuas pemutas sampai posisi
mangkok mencapai tinggi jatuh setinggi 10 mm.
- Untuk menentukan tinggi jatuh mangkok dapat mengendurkan baut belakang,
mangangkat mangkok, memasukkan bagian ujung tangkai pemutar alur ASTM
tepat masuk diantara dasra mangkok dan alasnya, dan mengencangkan kembali
baut bagian belakang.
3. Lalu siapkan contoh tanah, saring tanah dengan saringan nomor 40 sebanyak ±
200 gram.
4. Ambil sedikit tanah lalu masukkan ke dalam cawan.
5. Lalu beri air secukupnya dan aduk sampai rata menggunakan spatula.
6. Masukkan tanah ke dalam mangkok yang ada pada alat batas cair standar
(Atterberg) dengan spatula sampai setengah bagian mangkok.
7. Belah menjadi dua bagian contoh tanah yang ada dalam mangkok menggunakan
alat pembuat alur.
8. Putar secara konstan sampai belahan pada contoh tanah menempel.
9. Setelah belahan pada tanah menempel, hentikan pemutaran pada alat dan catat
berapa kali putaran yang dilakukan.
10. Timbang berat cawan kecil, sebelum diisi contoh tanah.
11. Setelah melakukan pemutaran, ambil contoh tanah di dalam mangkok lalu
letakkan pada cawan kecil.
12. Lakukan prosedur 5.4 sampai 5.11 dengan memberi tambahan air sampai dua
kali percobaan.
13. Timbang berat cawan yang berisi contoh tanah pada setiap percobaan.
14. Catat berat cawan dan berat cawan yang berisi contoh tanah.
15. Lalu masukkan cawan yang berisi contoh tanah ke dalam oven.
16. Oven selama 24 jam.
17. Lalu keluarkan cawan yang berisi contoh tanah dari oven dan timbang beratnya.
18. Lalu catat berat cawan yang berisi contoh tanah yang telah dioven.
Catatan :
1. Proses bersinggungannya kedua sisi tanah harus terjadi karena aliran dan
bukan karena geseran antara tanah dan mangkok.
2. Selama berlangsungnya percobaan, kadar air harus dijaga konstan
(pencampuran dilakukan dari kadar air terendah kemudian berurutan
menuju yang lebih tinggi).
3. Untuk memperoleh hasil yang teliti, jumlah pukulan diambil antara 10 –
20, 20 – 30, 30 – 40 dengan tiga kali pengujian.
4. Alat pembuat alur Cassagrande digunakan untuk tanah berbutir halus
(lempung) sedangkan tipe ASTM untuk tanah lempung kepasiran.
Nomor Cawan 1 2 3
60
50
40
Kadar Air ( w ) %
30
20
10
0
1 10 N = 25 100 ( N )
PENGUJIAN GESER LANGSUNG
(DIRECT SHEAR TEST)
SK SNI M 108 – 1990 - 03
I. PENDAHULUAN
Pengujian Geser Langsung merupakan salah satu jenis pengujian tertua dan
sangat sederhana, untuk menentukan parameter kekuatan tanah terhadap beban geser
(shear strength parameter) c dan . Dalam pengujian ini dapat dilakukan pengukuran
secara langsung dan cepat, nilai kekuatan geser tanah dengan kondisi tanpa pengaliran
(undrained) atau dalam konsep tegangan total (total stress). Pengujian ini pertama-tama
diperuntukkan bagi jenis tanah non-kohesif, namun dalam perkembangannya dapat pula
diterapkan pada jenis tanah kohesif. Pengujian lain dengan tujuan yang sama, yakni: Kuat
Tekan Bebas, dan Triaksial, serta pengujian Geser Baling (Vane Test) yang dapat
dilakukan di laboratorium, maupun di lapangan.
Nilai kekuatan geser tanah antara lain digunakan dalam merencanakan
kestabilan lereng, serta daya dukung tanah pondasi, dan sebagainya.
Nilai kekuatan geser ini dirumuskan oleh Coulomb dan Mohr dalam persamaan
berikut ini:
S = c + ntan
dimana:
S = kekuatan geser maksimum [kg/cm2]
c = kohesi (kg/cm2]
n= tegangan normal (kg/cm2]
= sudut geser dalam [o]
III. PERALATAN
1. Mesin geser langsung yang terdiri dari:
-Alat penggeser horisontal, dilengkapi dengan cincin beban (proving ring), arloji
regangan horisontal, dan arloji deformasi vertikal.
-Kotak uji yang terbagi atas dua bagian dilengkapi baut pengunci
-Plat berpori 2 (dua) buah.
-Sistem pembebanan vertikal, terdiri dari penggantung dan keping beban.
-Alat pengeluar contoh (extruder) dan pisau pemotong
2. Cetakan untuk membuat benda uji
3. Kaca
4. Pengukur waktu (stop watch).
5. Timbangan dengan ketelitian 0.1 gram
6. Peralatan untuk penentuan kadar air
7. Peralatan untuk membuat benda uji buatan.
V. PROSEDUR PENGUJIAN
1. Ukur tinggi dan lebar, serta timbang berat benda uji
2. Pindahkan benda uji dari cetakan ke dalam kotak geser dalam sel pengujian yang
terkunci oleh kedua baut, dengan bagian bawah dan atas dipasang pelat/batu
berpori.
3. Pasang penggantung beban vertikal guna memberi beban normal pada benda uji.
Sebelumnya timbang dan catat lebih dahulu berat penggantung beban tersebut.
Atur arloji deformasi vertikal pada posisi nol pembacaan.
4. Pasang batang penggeser horisontal untuk memberi beban mendatar pada kotak
penguji. Atur arloji regangan dan arloji beban sehingga menunjukkan angka nol.
5. Beri beban normal yang pertama sesuai dengan beban yang diperlukan. Sebagai
pedoman: besar beban normal pertama (termasuk berat penggantung) yang
diberikan, diusahakan agar menimbulkan tegangan pada benda uji minimal sebesar
tegangan geostatik di lapangan. Pada pengujian Consolidated drained/ undrained,
segera beri air sampai di atas permukaan benda uji dan pertahankan selama
pengujian.
6. Pada pengujian tanpa konsolidasi (unconsolidated), beban geser dapat segera
diberikan setelah pemberian beban normal pada langkah (5.5). Sedangkan pada
pengujian dengan konsolidasi (consolidated), sebelum melakukan pergeseran,
lakukan terlebih dahulu pencatatan proses konsolidasi tersebut pada waktu-waktu
tertentu, dan tunggu sampai konsolidasi selesai. Gunakan cara Taylor untuk
menetapkan waktu (t50), yaitu pada saat derajat konsolidasi U = 50%.
7. Kecepatan pergeseran horisontal dapat ditentukan berdasarkan jenis pengujian.
8. Lepaskan baut pengunci, kemudian pasangkan pada 2 (dua) lubang yang lain,
berikan putaran secukupnya sehingga kotak geser atas dan bawah terpisah 0,5
mm.
9. Lakukan pergeseran sampai jarum pada arloji beban pada 3 (tiga) pembacaan
terakhir berturut-turut menunjukkan nilai konstan. Baca arloji geser dan arloji
beban setiap 15 detik sampai terjadi keruntuhan.
10. Lepaskan benda uji ke mesin cari kadar air berat isi, dan lain sebagainya
11. Untuk benda uji kedua, beri beban normal 2 (dua) kali beban normal yang pertama
kemudian ulangi langkah-langkah (5.6 s.d 5.10).
12. Untuk benda uji ketiga beri beban normal 3 (tiga) kali beban normal yang pertama,
kemudian ulangi langkah-langkah (5.6 s.d 5.10).
I =
Pi
A
kg/cm 2
dimana:
i = tegangan geser untuk pergeseran horisontal ke-i (kg/cm2)
Pi = gaya geser untuk pergeseran horisontal ke-i
A = luas bidang geser (cm2)
2. Gambarkan grafik hubungan antara tegangan geser terhadap pergeseran
horisontal untuk masing-masing tegangan normal (Gambar 6.1). Dari grafik
yang diperoleh tentukan nilai geser maksimum (maks).
3. Hitung tegangan normal (n) yang dikenakan pada masing-masing benda uji
dengan rumus:
ni =
Wi
A
kg/cm 2
dimana:
mi = tegangan normal dari benda uji ke-i
Wi = beban vertikal pada benda uji ke-i (termasuk berat
penggantung)
A = luas permukaan bidang geser
4. Buatlah grafik hubungan antara tegangan normal dengan tegangan geser
maksimum. Hubungkan ketiga titik yang diperoleh sehingga membentuk garis
lurus yang memotong sumbu vertikal. Nilai kohesi (c) adalah jarak yang dihitung dari
titik potong tersebut sampai sumbu mendatar, dan sudut geser dalam () adalah
sudut kemiringan garis tersebut terhadap sumbu horisontal, yang memenuhi
persamaan:
S = c + ntan[kg/cm2]
VII. REFERENSI
1. ASTM D 3080–82
2. Bowles, J. E., “Engineering Properties of Soils and Their Measurement”
Experiment No.17
3. Manual Pemeriksaan Bahan Jalan No. 01/MN/BM/1976, PB-0116-76
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
DIRECT SHEAR
(SK SNI M 108 – 1990 – 03)
Gaya normal/ P1 = 5 kg P2 = 10 kg P3 = 15 kg
Perge- Pemb. Gaya Teg.geser Pemb. Gaya Teg.geser Pemb. Gaya Teg.geser
Waktu
seran dial Geser t1 dial geser t2 dial geser t3
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05 ɸ = 6.150
C = 0.025
0
2.032 2.034 2.036 2.038 2.04 2.042 2.044 (kg/cm2)
Tegangan Geser
PENGUJIAN KUAT TEKAN BEBAS
(UNCONFINED COMPRESSION TEST)
AASHTO T 208 - 70
I. PENDAHULUAN
Prinsip dasar dari percobaan ini adalah pemberian beban vertikal yang dinaikkan secara
bertahap terhadap benda uji berbentuk silinder yang didirikan bebas sampai terjadi
keruntuhan. Pembacaan beban dilakukan pada interval regangan aksial tetap tertentu, yang
dapat dicapai dengan cara mempertahankan kecepatan pembebanan dengan besaran tertentu
pula, selama pengujian berlangsung (Strain control). Oleh karena beban yang diberikan hanya
dalam arah vertikal saja, maka percobaan ini dikenal pula sebagai percobaan tekan satu arah
(Uniaxial test).
Konsistensi Tanah
Konsistensi tanah Kuat Geser Undrained (kg/cm2)
Sangat lunak < 2.0
Lunak 2.0 – 4.0
Lunak s/d kenyal 4.0 – 5.0
Kenyal 5.0 – 7.5
Sangat kenyal 7.5 – 10.0
Kaku 10.0 – 15.0
Sangat kaku s/d keras > 15.0
III. PERALATAN
1. Mesin beban (Load frame), dengan ketelitian bacaan sampai 0.01 kg/cm2
2. Cetakan benda uji berbentuk silinder dengan tinggi 2 kali diameter, tabung belah
3. Alat untuk mengeluarkan contoh tanah (Extruder)
4. Pengukur waktu (Stopwatch)
5. Timbangan dengan ketelitian 0.1gram
6. Pisau tipis, kawat serta talam, jangka sorong
7. Peralatan untuk keperluan penentuan kadar air.
V. PROSEDUR PENGUJIAN
1. Menimbang benda uji, lalu letakkan pada alat uji tekan bebas.
2. Gerakan alat uji dengan hati-hati agar pelat atas menyentuh benda uji.
3. Atur arloji deformasi di nol-kan.
4. Jalankan atau gerakan alat agar benda uji menerima regangan aksial dengan
kecepatan 0,5 % - 2% permenit dari tinggi benda uji.
5. Baca dial deformasi , catat beban, dan interval waktu pada regangan 0,5%, 1,0%,
1,5%, 2,0%, dan seterusnya
6. Menghentikan pengujian jika dial deformasi benda uji mengalami penurunan atau
relative tetap dalam 3 pembacaan atau jika regangan telah mencapai 15%.
L
= 100%
Lo
dimana:
= regangan aksial (%)
L = perubahan panjang benda uji (cm)
Lo = panjang benda uji semula (cm)
=
P
A
kg / cm 2
dimana:
P = N x (kg)
n = tegangan normal (kg/cm2)
P = gaya aksial (kg)
A = luas penampang rata-rata pada regangan tertentu (cm)2
N = bacaan arloji beban (div)
= kalibrasi dari ring beban (kg/div)
VII. REFERENSI
8.1. ASTM D 2166-85
8.2. AASHTO
8.3. Bowles, J.E., “Engineering Properties of Soils and Their Measurement”
Experiment No. 14
8.4. Head, K. H. “Manual os Soil Laboratory Testing”, Vol.1 – Chapter 2.5.
KUAT TEKAN BEBAS
(UNCONFINED COMPRESSION TEST)
(ASTM D 2166)
0'30 35.00 0.00 1.00 0.378 1.00 10.061 0.038 0.30 0.116 1.000 9.561 0.012 0.50 0.194 1.000 9.398 0.021
1'00 70.00 1.00 1.00 0.378 1.01 10.161 0.037 1.00 0.378 1.010 9.657 0.039 0.90 0.340 1.010 9.492 0.036
2'00 140.00 2.00 2.40 0.908 1.02 10.262 0.088 1.50 0.174 1.020 9.753 0.018 1.30 0.492 1.020 9.586 0.051
3'00 210.00 3.00 3.90 1.475 1.03 10.373 0.142 2.10 0.244 1.031 9.858 0.025 2.30 0.870 1.031 9.689 0.090
4'00 280.00 4.00 4.90 1.853 1.04 10.483 0.177 3.00 0.348 1.042 9.963 0.035 5.00 1.891 1.042 9.792 0.193
5'00 350.00 5.00 6.00 2.269 1.05 10.594 0.214 3.30 0.383 1.053 10.068 0.038 5.30 2.004 1.053 9.896 0.203
6'00 420.00 6.00 6.90 2.610 1.06 10.705 0.244 4.00 0.464 1.064 10.173 0.046 5.90 2.231 1.064 9.999 0.223
7'00 490.00 7.00 7.90 2.988 1.08 10.815 0.276 4.90 0.569 1.075 10.278 0.055 6.10 2.307 1.075 10.103 0.228
8'00 560.00 8.00 8.80 3.328 1.09 10.936 0.304 5.20 0.604 1.087 10.393 0.058 7.00 2.647 1.087 10.215 0.259
9'00 630.00 9.00 9.20 3.479 1.10 11.057 0.315 6.10 0.708 1.099 10.508 0.067 7.30 2.761 1.099 10.328 0.267
10'0
700.00 10.00 9.80 3.706 1.11 11.178 0.332 7.00 0.813 1.111 10.623 0.077 7.90 2.988 1.111 10.441 0.286
0
11'0
770.00 11.00 10.00 3.782 1.12 11.298 0.335 7.20 0.836 1.123 10.737 0.078 8.20 3.101 1.123 10.554 0.294
0
12'0
840.00 12.00 7.90 0.917 1.137 10.871 0.084 8.90 3.366 1.137 10.685 0.315
0
13'0
910.00 13.00 8.30 0.964 1.149 10.986 0.088 9.00 3.404 1.149 10.798 0.315
0
14'0
980.00 14.00 9.00 1.045 1.162 11.110 0.094 9.30 3.517 1.162 10.920 0.322
0
15'0 1,050.0
15.00 9.20 1.068 1.177 11.254 0.095 10.00 3.782 1.177 11.061 0.342
0 0
16'0 1,120.0
16.00 10.40 3.933 1.19 11.183 0.352
0 0
Benda Uji 1
0.400
0.350
0.300
Tegangan ( Kg/cm )
2
0.250
0.200
Qu = 0.325 kg/cm2
0.150
0.100
0.050
0.000
0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00
Regangan ( % )
Benda Uji 2
0.100
0.090
0.080
0.070
Tegangan ( Kg/cm2 )
0.060
0.050
Qu = 0.095 kg/cm2
0.040
0.030
0.020
0.010
0.000
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00
Regangan ( % )
Benda Uji 3
0.400
0.350
0.300
Tegangan ( Kg/cm2 )
0.250
0.200
0.150
Qu = 0.39 kg/cm2
0.100
0.050
0.000
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00
Regangan ( % )
PENGUJIAN KONSOLIDASI
I. PENDAHULUAN
Konsolidasi merupakan proses mengalirnya air keluar dari ruang pori tanah jenuh
dengan kemampuan lolos air rendah. Menyebabkan terjadinya perubahan volume, sebagai
akibat adanya tegangan vertikal tambahan (dari beban luar).
Tujuan pengujian ini meliputi penentuan kecepatan dan besarnya laju penurunan
konsolidasi tanah (rate and magnitude of settlement consolidation) yang ditahan secara lateral
akibat proses pembebanan dan penagliran air secara vertical.
Laju keceptan penurunan dinyatakan dalamkoefiien Konsolidasi (Consolidation
coefficient) Cv, sedangkan untuk menggambarkan besarnya penurunan, digunakan Indek
Pemampatan (Compresion index)Cc.
Kegunaan dair pengujian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai besarnya
kecepatan dan penurunan pondasi bangunan yang didirikan di atas tanah.
III. PERALATAN
1. Alat Konsolidasi
2. Cetakkan benda uji
3. Alat pengeluar benda uji
4. Stop watch
5. Dial deformasi
6. Timbangan
7. Oven
Cv =
0.197 H 2
t50
mm2 / menit
Cara Taylor
Cv =
0.848H 2
t90
mm2 / menit
Dimana :
H = panjang pengaliran (ketebalan benda uji rata-rata untuk
pengaliran tunggal) pada tahap pembebanan tertentu (mm)
t50 = waktu yang diperlukan untuk derajat konolidasi 50% (menit)
t90 = waktu yang diperlukan untuk derajat konolidasi 90% (menit)
dimana:
e0 = angka pori
2H = tinggi benda uji awal
2H0 = tinggi butir tanah awal
4. Perhitungan Indeks Pemampatan Tanah (Cc)
e1 e2 e
Cc = log P2 log P1 log( P2 / P1 )
dimana :
Cc = indeks pemampatan
e1 dan e2 = angka pori yang bersesuaian dengan tegangan P1 dan P2
V. REFERENSI
1. ASTM D 2435-80
2. AASTHO T216-81
3. Bowles, J.E.,”Engineering Properties of Soils and Their Meaurement” Experiment
No.13
4. British Standart BS Test 17
5. Head, K. H.”Manual os Soil Laboratory Testing”, Vol. 2- Chapter 14
6. Manual Pemeriksaan Bahan Jalan No. 01/MN/1976,PB-0116-76
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
PEMERIKSAAN KONSOLIDASI
(SK SNI M 107 – 1990 - 03)
FORM A
Tanah Uji BT 1 - 2,50
1 Barat ring (gram) 159,75
2 Barat ring + tanah basah 210,48
3 Berat ring + tanah kering 195,19
4 Berat air (gram)
5 Kadar air (%)
6 Volume ring / tanah (cc) 5,05 x 1,451 = 7,33
7 Berat isi basah (gram/cc) 50,73
8 Berat isi kering (gram/cc) 35,44
Cv =
0.197 H 2
t 50
mm 2 / menit
Metode Taylor
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
𝑡
0.00 1.00 90 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00
Cv =
0.848H 2
t90
mm2 / menit
PENGUJIAN KEPADATAN LAPANGAN DENGAN KONUS PASIR
(SAND CONE TEST)
SK SNI M-13-1991-03
I. PENDAHULUAN
Percobaan Kerucut Pasir merupakan salah satu jenis pengujian yang dilakukan di
lapangan, untuk menentukan berat isi kering (kepadatan) tanah asli atau pada hasil suatu
pekerjaan pemadatan, yang dapat dilakukan baik pada tanah kohesif maupun non kohesif.
Cara lain yang dapat dilakukan untuk tujuan yang sama, yaitu:
- Metoda Silider (Drive Silinder Method), khusus untuk tanah kohesif.
- Metoda Balon Karet (Rubber Ballon Method), untuk semua jenis tanah.
- Metoda Nuclear (Nuclear Method), untuk semua jenis tanah
Nilai berat isi tanah kering yang diperoleh melalui pengujian ini, biasanya digunakan
untuk mengevaluasi hasil pekerjaan di lapangan yang dinyatakan dalam derajat pemadatan
(degree of compaction), yaitu perbandingan antara d (kerucut pasir) dengan dmaks. Hasil
percobaan pemadatan di laboratorium dalam (%).
III. PERALATAN
1. Peralatan utama terdiri dari
- Tabung kalibrasi pasir uji
- Botol/silinder tempat pasir uji
- Kerucut yang dilengkapi dengan kran
- Plat dasar yang berlubang
2. Sekop kecil, palu, linggis, perata dll
3. Timbangan dengan ketelitian 1,00 gram (di bawa kelapangan)
4. Pasir uji (Ottawa/Kwarsa)
5. Kantung plastik, cawan untuk penentuan kadar air
IV. PROSEDUR PENGUJIAN
1. Isilah botol sand cone dengan pasir standar.
2. Timbang botol dan corong, berikut pasir gradasi yang telah diisi secukupnya.
3. Bersihkan permukaan tanah yang akan digali dan ratakan permukaannya.
4. Letakkan plat lapangan di permukaan tanah dalam posisi yang kokoh.
5. Galilah lubang sesuai dengan diameter lubang di lapangan. Gunakan pahat, palu, dan
sendok tanah.
6. Timbang kaleng lapangan yang telah dibersihkan dalam keadaan kosong (Wkal).
7. Masukkan semua tanah hasil galian tersebut ke dalam kaleng lapangan lalu timbang
beratnya (Wkt).
8. Letakkan corong sand cone berikut botol yang telah berisi pasir di atas plat lapangan
tadi dalam posisi terbalik.
9. Buka kran corong sehingga pasir dalam botol turun melalui corong mengisi lubang
tadi.
10. Setelah pasir berhenti mengalir, tutup kran corong.
11. Ambil sebagian tanah dari lubang yang sudah dimasukkan ke dalam kaleng.
12. Timbang corong berikut botol yang berisi sisa pasir didalamnya.
13. Hitung berat jenis pasir yang keluar dari dalam botol.
14. Ambil kembali pasir yang mengisi lubang tadi untuk dipergunakan pada pengujian
selanjutnya.
V. KALIBRASI
1. Timbang berat corong dan botol kosong (W1).
2. Masukkan pasir ke dalam botol melalui corong lalu timbang (W2).
3. Letakkan plat lapangan pada permukaan kaca yang bersih kemudian pasang corong
berikut botol tadi di atasnya dalam posisi terbalik.
4. Buka kran corong sehingga pasir akan mengisi corong bawah.
5. Setelah pasir berhenti mengalir, kran corong ditutup kembali.
6. Timbang corong berikut botol yang berisi pasir di dalamnya (W2), setelah uji.
7. Hitung berat pasir yang mengisi corong bawah.
8. Ulangi prosedur ini 3 kali lalu hasilnya dirata-ratakan. Perbedaan hasil antara masing-
masing percobaan tidak boleh melebihi 1%.
9. Masukkan pasir ke dalam botol melalui corong sampai penuh (biarkan pasir turun
dengan bebas), kemudian timbang berikut corong (W bp), ulangi 3 kali berturut-turut.
Ambil rata-ratanya, perbedaan antara berat masing-masing dengan harga rata-rata
tidak boleh lebih dari 1%.
10. Ukur volume botol dengan cara mengisinya dengan air sampai penuh.
11. Timbang berat corong dan botol yang berisi penuh dengan air (Ww btl). Ulangi
prosedur 5.10 s/d 5.11 sebanyak 2 kali.
VII. REFERENSI
8.1 ASTM D 1556-82
8.2 AASHTO T191 – 82
8.3 Bowles, J.E., “Engineering Properties of Soils and Their Measurement”
Experiment No. 10
8.4 British Standart BS Test 15 Manual Pemeriksaan Bahan Jalan No.
01/MN/BM/1976, PB-0103-76
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
I. PENDAHULUAN
Seperti pada halnya pada pengujian Penetrasi Konus (Sondir/CPT), pengujian Penetrasi
Standar (SPT) juga merupakan salah satu jenis pengujian langsung di lapangan yang luas
penggunaannya, dimana pengujian ini selalu dilakukan bersamaan/didahului dengan pekerjaan
pemboran.
Kedalaman penetrasi total yang disyaratkan adalah 0,45 m, terdiri atas 3 bagian masing-
masing bagian 0,15 m, dimana kedalaman penetrasi 0,15 m yang pertama disebut dengan
tumbukan awal (seating drive), dan jumlah tumbukan yang diperlukan tidak termasuk dalam
perhitungan nilai N.
Nilai “N” dalam SPT adalah jumlah tumbukan yang diperlukan untuk memasukkan
tabung contoh belah sedalam 0,30 m (0,15 m kedua dan ketiga). Apabila dijumpai lapisan tanah
atau batuan yang keras, sehingga kedalaman penetrasi tidak mencapai seperti yang disyaratkan,
penumbuakan dapat dihentikan.
V. PELAPORAN
1. Jenis bor yang dipakai (tangan/mesin), jika bor mesin cantumkan merk dan tahun
keluarannya.
2. Keadaan cuaca pada saat itu.
3. Jika menggunakan pipa pelindung (casing), cantumkan panjang yang digunakan.
4. Ketinggian muka air tanah.
5. Gambarkan profil bor yang menunjukkan setiap perubahan jenis tanah.
6. Menjelasan (deskripsi) jenis lapis tanah.
7. Kedalaman dimana pengujian tengah dilakukan.
8. Kedalaman penetrasi tabung contoh belah dan panjang contoh tanah yang didapat.
9. Jumlah pukulan untuk kedalaman penetrasi 0,15 m pertama.
10. Jumlah pukulan dan penetrasi kedalaman penetrasi, apabila penumbukan dihentikan
untuk kedalaman penetrasi lebih kecil dari 0,30 m.
VI. REFERENSI
1. ASTM D 1586-84
2. Brithish Standart BS Test 19
3. Manual Penyelidikan Geoteknik untuk Perencanaan Jembatan No.
4. 02/MN/B/1983 bagian 3.8.1
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
60
80
100
120
140
160
180
PENGUJIAN DI LAPANGAN DENGAN SONDIR
I. PENDAHULUAN
Pengujian Penetrasi Konus (Cone Penetration Test – CPT) merupakan satu jenis
pengujian langsung di lapangan yang sudah sejak lama dikembangkan, dan sangat luas
kegunaannya.
Pengujian ini secara umum dikenal sebagai pengujian sondir, yaitu uji statis
berkaitan dengan cara memasukkan konus melalui penekanan dengan kecepatan tertentu.
Alat yang digunakan adalah Sondir mekanis tipe Begemann Friction Sleeve – Cone
(Bikonus), dengan luas proyeksi konus 10 cm2, dan luas bidang geser 100 cm2. Pemberian gaya
dengan system hidrolis dengan luas torak (piston) 10 cm2. Pembacaan gaya (tegangan) pada
setiap interval kedalaman 20 cm, menggunakan dua buah manometer masing-masing berskala
0 – 60 kg/ cm2 dan 0 – 250 kg/ cm2.
Hasil dari pengujian ini dapat digunakan untuk merencanakan daya dukung ujung
(end bearing) dan perlawanan keliling permukaan tiang (friction/adhesion resistence) dari
pondasi tiang maupun daya dukung pondasi dangkal. Selain itu pengujian ini sangat praktis
untuk mengetahui dengan cepat letak kedalaman lapisan tanah keras, bahkan dengan
mengevaluasi nilai rasio gesekan (friction ratio), dapat pula dilakukan deskripsi jenis lapisan
tanah.
Percobaan ini dapat dilakukan pada semua jenis tanah berbutir halus maupun kasar
(pasir), namun tidak dapat dilaksanakan jika pada lapisan tanah tersebut terdapat banyak
kerikil.
III. PERALATAN
1. Mesin sondir kapasitas 2,5 ton
2. Stang sondir luar (push rods) dan stang sondir dalam (inner rods)
3. Dua buah manometer kapasitas 0 – 60 kg/ cm2 dan 0 – 250 kg/ cm2
4. Mantle cone
5. Frictions cone
6. Jangkar spiral
7. Ambang penekan
8. Peralatan penunjang
7. Pasang friction conelmatle cone pada draad stang sondir berikut stang dalamnya.
Tempatkan stang sondir tersebut pada lubang pemusat pada rangka sondir tepat di
bawah ruang oli. Pasang kop pelekat.
8. Dorong tracker, pada posisi lubang terpotong lalu putarlah engkol pemutar sampai
menyentuh ujung atas stang sondir. Pengujian dan pengukuran sudah siap dilakukan.
9. Tiang sondir diberi tanda, diberi tanda setiap 20 cm dengan menggunakan spidol/kapur
tulis, gunanya untuk mengetahui ke dalamannya pada saat dilakukan pembacaan
manometer.
10. Engkol pemutar kembali diputar sehingga paten friction cone/mantle cone masuk
kedalam tanah. Setelah mencapai batas 20 cm (lihat tanda spidol), engkol pemutar
diputar sedikit dengan arah berlawanan. Tracker ditarik ke depan dalam posisi lubang
bulat.
11. Buka keran yang menuju manometer 60 kg/cm2
12. Engkol pemutar diputar kembali sehingga setang dalam tertekan ke dalam anah dengan
kecepatan 2 cm/detik. Stang dalam akan menekan piston dahulu akan menekan oli di
dalamnya, tekanan yang terjadi akan terbaca pada manometer. Mantle cone hanya akan
mengukur tahanan ujung konus (q c ) sedangkan friction mantle cone akan mengukur
tahanan dan gesekan dinding terhadap tanah.
13. Tekan stang, catat angka penunjukan pertama pada jarum manometer, teruskan
penekanan sampai jarum manometer bergerak yang ke dua kalinya.
14. Lakukan penekanan dengan hati-hati dan amati selalu jarum manometer bila
diperkirakan tekanan akan melebihi kapasitas manometer, tutup kran manometer
tersebut dan kran manometer yang berkapasitas besar dibuka.
Stang sondir jangan menyentuh piston karena dapat menyebabkan kelebihan tekanan
secara drastis dan merusak manometer.
15. Putar kembali engkol pemutar berlawanan arah lalu posisi tracker dipindahkan kembali
menjadi posisi lubang terpotong. Lakukan penekanan kembali dengan jarak 20 cm
berikutnya dan ulang prosedur 4.12 sampai dengan 4.14.
16. Setelah mencapai kedalaman -1 m, stang sondir perlu ditambah. Caranya terlebih
dahulu naikkan piston penekan supaya stang sondir dapat disambung. Gunakan kunci
pipa untuk mengencangkan. Ulangi prosedur 4.8 sampai dengan 4.15.
17. Setelah mencapai kedalaman tanah keras (tahanan konus lebih besar dari 250 kg/cm2)
pembacaan dihentikan. Stang sondir yang sudah tertanam dicabut kembali dengan cara
sebagai berikut :
Putar engkol pemutar agar piston penekan terangkat.
Tarik trecker pada posisi lubang penuh.
Dorong trecker pada posisi lubang terpotong.
Putar engkol pemutar sehinggga stang sondir terangkat sampai stang sondir
berikutnya terlihat.
Tahan stang sondir bawah dengan kunci pipa agar rangkaian di bawahnya tidak
jatuh.
Lepaskan stang sondir atas dengan kunci pipa yang lain.
Ulangi prosedur ini stang sondir berilutnya.
18. Percobaan prosedur ini stang sondir berikutnya
Perhitungan
1. Luas potongan melintang bikonus (Ac) = ¼ π Dc2
Gaya geser yang bekerja (P) = Ac (JP – qc)
= Ac (kolom3 – kolom 2)
= Ac (kolom 4)
2. Luas selimut geser (Ag) = π Dg. Hg
𝑃
3. Hambatan pelekat (HP), kolom 5 = 20. 𝐴𝑔
Hambatan
Jumlah Perlawan Hambatan Friction
Kedalaman qc pelekat JHP
Perlawanan Gesek Setempat Ratio
(HP)
(kg/cm2
(M) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) ) (kg/cm2)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
0,00 0 0 0 0 0 0 0
-0,20 40 50 10 13.4 13.4 0.67 0.25
-0,40 55 70 15 20.1 33.5 1.005 0.27
-0,60 40 65 25 33.5 67 1.675 0.63
-0,80 35 55 20 26.8 93.8 1.34 0.57
-1,00 40 70 30 40.2 134 2.01 0.75
-1,20 - - 0 0 134 0 0
-1,40 40 60 20 26.8 160.8 1.34 0.5
-1,60 30 50 20 26.8 187.6 1.34 0.67
-1,80 30 50 20 26.8 214.4 1.34 0.67
-2,00 35 55 20 26.8 241.2 1.34 0.57
-2,20 35 40 5 6.7 247.9 0.335 0.14
-2,40 - - 0 0 247.9 0 0
-2,60 35 40 5 6.7 254.6 0.335 0.14
-2,80 35 38 3 4.02 258.62 0.201 0.09
0 50 100 150 200 250 300 350
0
50
100
Series1
Kedalaman (cm)
Series3
150
200
250
300