Anda di halaman 1dari 19

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mazhab dari bahasa arab yang artinya jalan yang dilalui dan dilewati,sesuatu
yang menjadi tujuan seseorang baik konkrit maupun abstrak.sesuatu dikatakan
mazhab bagi seseorang itu jika selaras atau jalan tersebut menjadi ciri khas.menurut
para ulama dan ahli agama islam,yang dinamakan mazhab adalah metode(manhaj)
yang dibentuk setelah melalui pemikiran dan penelitian ,kemudian orang yang
menjalaninya menjadikannya sebagai pedoman yang jelas batasan-batasannya
,bagian-bagiannya,dibangun diatas prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Madzhab Sunni ?
2. Siapakah yang termasuk Madzhab Sunni ?
3. Dalil-dalil apa sajakah yang dipakai setiap Imam dalam Madzhab Sunni?

C. Metodologi Penulisan
Untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan di atas, penulisan
menggunakan metode tinjauan pustaka dan mendiskusikannya agar jawaban
yang didapatkan sesuai yang diharapkan.

D. Tujuan Masalah
Dalam penulisan ini, bertujuan untuk mengetahui jawaban dari perumusan
masalah, yaitu:
1. Bertujuan untuk mengetahui secara jelas apa itu Madzhab Sunni.
2. Bertujuan untuk mengetahui secara jelas siapa saja yang termasuk Imam
Madzhab Sunni.
3. Mengetahui secara jelas Dalil-dalil yang digunakan Imam-imam
Madzhab Sunni.

BAB II
PEMBAHASAN

1
A. PENGERTIAN MAZHAB SUNNI
Mazhb sunni adalah istilah lain dari mazhab ahlussunnah waljamaah.kata
ahlusunnah waljamaah ini terdapat dalam hadits yang diriwayatkan oleh imam
tabrani tentang terpecahnya umat islam menjadi 73 golongan.golongan ahlusuuah
wal jamaah adalah mereka ynag mengikuti sunah rasul dan para sahabtnya termasuk
para tabi”in dalam memahami ayat alquran terutama ayat-ayat yang bersifat
mutasyabih atau samar.
Dalam menafsirkan ayat mutasyabih ,secara berurutan mereka berpatokan
kepada:
1) Sunnah rasul/hadist walaupun kategori hadist ahad
2) Tafsir sahabat
3) Tafsir tabi”in
4) Ilmu bahasa dan rasio atau akal yang tidak bertentangan dengan ayat
muhkamat atau jelas.1
Namun dalam prakteknya .mazhab-mazhab yang termasuk kategori golongan
ahlu sunnah waljamaah terbagi 2 golongan besar.
1) Golongan ahli hadits.
Golongan ini cenderung menggunakan hadits sebagai patokan
menetapkan sebuah hukum daripada rasio.
2) Golongan ahli ra”yu/akal
Golongan ini lebih dominan menggunakan akal atau rasio dalam
menetapkan hukum namun tetap tidak bertentangan dengan hukum-hukum yang
sudah jelas.
Dalam perkembangan fiqih,kurang lebih ada 500 mazhab
bermunculan,namun seiring dengan perkembangan dan evaluasi serta seleksi
ketat,mazhab tersebut menciut menjadi puluhan saja dan yang paling subur
sampai sekarang hanya 4 mazhab yang paling banyak dianut dan diakui umat
isam seluruh dunia yaitu:
1. Mazhab hanafi
2. Mazhab syafi”i
3. Mazhab maliki
4. Mazhab hambali

1 M.hasan,perbandingan mazhab cet.1v(jakarta :PT rajawali pers,2002) hlm.242

2
Dalam tulisan ini mazhab-mazhab tersebut akan sedikit kami paparkan.
Tambahan pula, sebelum kami membahas lebih jauh, maka akan sedikit diuraikan
tentang pengertian dasar-dasar hukum yang dipakai oleh para mujtahid sebagai
landasan mereka dalam bermazhab.
1. AL-QURAN
Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan oleh-Nya melalui
perantara malaikat jibril kapada Rasulullah untuk menjadi hujjah bagi Rasul atas
pengakuannya sebagai Rasulullah serta menjadi undang-undang bagi manusia
yang mengikuti petunjuknya. Dan dalil-dalil yang terkandung di dalamnya
merupakan undanng-undang yang wajib diikuti oleh manusia. Akan tetapi dalil-
dalil yang ada dalam al-Qur’an masih bersifat global, maka diperlukan suatu
penjelasan-penjelasan, adapun berupa hadis yang merupakan sumber utama
dalam menafsirkan al-Qur’an, karena al-Qur’an pertama dalam tahapannya
diterima oleh Rasululla, maka yang berhak untuk menafsirkannya secara benar
adalah rasulullah.
2. AS-SUNNAH
As-Sunnah menurut istilah syara’ adalah sesuatu yang datang dari
Rasulullah SAW,baik berupa perkataan, perbuatan, ataupun pengakuan (taqrir).
Ummat Islam sepakat bahwasanya apa yang keluar dari Rasulullah saw., baik
berupa perkataan, perbuatan, atau taqriri, dan hal itu dimaksudkan sebagai
pembentukan hukum-hukum Islam dan sebagai tuntunan, serta diriwayatkan
kepada kita dengan sanad yang shahih yang menunjukkan kepastian atau dugaan
kuat tentang kebenarannya. Maka as-Sunnah menjadi hujjah atas kaum muslimin,
dan sebagai sumber hukum syara’ yang mana para mujtahid mengistimbatkan
berbagai hukum syara’ dari as-Sunnah tersebut berkenaan dengan perbuatan
orang mukallaf. Maksudnya, bahwasanya hukum-hukum yang terdapat dalam
sunnah ini, bersama dengan hukum-hukum yang terdapat dalam al-Qur’an
membentuk suatu undang-undang yang wajib diikuti.2
3. FATWA SAHABAT

2 M.hasan,perbandingan mazhab cet.1v(jakarta :PT rajawali pers,2002) hlm.242

3
Sahabat adalah orang-orang yang bertemu Rasulullah yang secara
langsung menerima risalahnya, dan mendengar langsung penjelasan syariat dari
Beliau sendiri. Oleh karena itu Jumhur Fuqoha telah menetapkan bahwa pendapat
mereka dapat dijadikan hujjah sesudah dalil-dalil nash. Adapun fatwa-fatwa
sahabat tidak keluar dari lima kemungkinan:
a. Fatwa tersebut mereka dengar langsung dari Rasulullah saw.
b. Fatwa tersebut merka dengar dari sahabat yang mendengarkan fatwa dari
Rasulullah saw.
c. Fatwa tersebut mereka fahami dari ayat-ayat suci al-Qur’an yang tidak
jelas atau masih global.
d. Fatwa tersebut telah mereka sepakati, akan tetapi hanya disampaikan
oleh seorang mufti.
e. Fatwa tersebut merupakan pendapat sahabat secara pribadi, lantaran
mereka menguasai bahasa Arab secara sempurna, sehingga mereka
mengetahui dilalah lafadz terhadap sesuatu yang tidak dapat kita ketahui.
Atau karena mereka mengetahui latar belakang suatu khithab al-Qur’an dan
Hadis, atau karena mereka lebih menguasai permasalahan-permasalahan yang
berkembang sepanjang pantauan mereka terhadap Rasulullah saw. Baik
perbuatan dan tingkah lakunya, ucapannya, mengetahui tujuannya, dan
menyaksikan turunnya wahyu serta ta’wil (tafsir) nya secara kongkrit.
Dengan demikian, mereka mempunyai pemahaman terhadap al-Qur’an dan
Hadis yang lebih mendalam disbanding yang kita pahami. Fatwa-fatwa
sahabat yang didasarkan atas lima kemungkinan ini dapat dijadikan hujjah
4. IJMA
Ijma’ menurut para ahli ushul fiqh adalah kesepakatan seluruh para
mujtahid di kalangan ummat Islam pada suatu masa setelah Rasulullah saw.
wafat atas hokum syara’ mengenai suatu kejadian.
Apabila terjadi suatu kejadian yang dihadapkan kepada semua mujtahid dari
ummat Islam pada wakti kejadian itu terjadi, dan mereka sepakat atas hokum
mengenainnya, maka kesepakatan mereka itu disebut ijma’. Kesepakatan mereka
atas satu hokum mengenainya dianggap sebagai dalil, bahwasanya hokum
tersebut merupakan hokum syara’ mengenai kejadian itu
5. QIYAS

4
Qiyas menurut istilah Ahli Ilmu Ushul Fiqh adalah memepersamakan
suatu kasus yang tidak ada nash hukumnya dengan suatu kasus yang ada nash
hukumnya, dalam hokum yang ada nashnya, karena persamaan kedua itu dalam
illat hukumnya.
6. ISTIHSAN
istihsan Menurut bahasa: menganggap sesuatu itu baik, sedangkan
menurut istilah Ulama Ushul Fiqh : berpalingnya seorang mujtahid dari tintitan
qiyas yang jali (nyata) kepada tuntutan qiyas yang khafiy (samara), atau dari
hokum kulli (umum) kepada hokum ististnaiy (pengecualian) ada dalil yang
menyebabkan dia mencela akalnya dan memenangkan perpalingan ini.

B. ASAL-USUL MAZHAB
1) MAZHAB HANAFI
a) asal-usul mazhab hanafi
Mazhab Hanafi merupakan salah satu madzhab Sunni, mazhab ini
berkedudukan di Kufah. Nama mazhab ini diambil dari ulama yang bernama
Nu’man bin Tsabit, yang lebih dikenal dengan Imam abu Hanifah. Imam
Abu Hanifah dilahirkan di kota Kufah, Irak pada tahun 80 Hijriyah. Abu
Hanifah adalah seorang pedagang sutera yang diwariskan oleh ayahnya
Tsabit. Sebagai pedagang sutera beliau dikenal sebagai orang yang jujur,
selalu benar, serta amanah dalam berdagang.3
Meskipun besar di lingkungan pedagang, Abu Hanifah tetap
mempunyai kecenderungan yang tinggi dalam memperdalam ilmu agama.
Beliau terkenal orang yang sangat cerdas, kecerdasan beliau dapat diketahui
dari pengakuan para tokoh dan ilmuan, antara lain:
1) Imam Ibn al-Mubarak, yang mengatakan: “Aku belum pernah
melihat laki-laki yang lebih cerdik daripada Imam Hanifah”.
2) Imam Ali bin Ashim, yang mengatakan: “jika sekiranya
ditimbang, akal Abu Hanifah dengan akal penduduk kota ini, tentu akal
mereka dapat dikalahkan”.
3) Raja Harun ar-Rasyid pernah berkata: “Abu Hanifah adalah
seorang yang dapat melihat dengan akalnya atas sesuatu yang tidak dapat
dilihat dengan mata kepalanya”.

3 Muhammad abu zahrah,tarikh al-madzabibal-islamiyah(ttp:dar al-fikr al-araby,t.t)11:131

5
4) Imam Abu Yusuf, berkata: “Aku belum pernah bersahabat dengan
orang yang kecerdasannya melebihi kecerdasan akal pikiran Abu
Hanifah”.4
Dari ungkapan dan pernyataan para tokoh dan ilmuan tersebut, dapat
diketahui betapa cerdasnya seorang Abu Hanifah, hal inipun terbukti dengan
mashurnya nama beliau hingga saat ini sebagai mujtahid.
Abu Hanifah dienal sebagai seorang yang rajin menuntut ilmu, pada
awalnya beliau mempelajari semua ilmu yang bertalian dengan agama, dan
setelah menguasai berbagai ilmu, beliau mulai memfokuskan diri pada
bidang Fiqh. Beliau belajar Fiqh pada seorang ulama bernama Hammad bin
Ali Sulaiman yang merupakan salah satu ulama besar pada saat itu. Beliau
menimba ilmu dari gurunya tersebut selama kurang lebih 18 tahun, hingga
gurunya meninggal pada tahun 120 H.5
Abu Hanifah menjadi ulama terken serta sangat disegani dan banyak
orang yang menuntut ilmu darinya. Disaat kholifah Abu ja’far al-Mansur
membangun kota Baghdad, Imam Abu Hanifah didatangkan ke sana beserta
beberapa ulama lain. Diriwayatkan juga bahwa kholifah Abu Ja’far juga
meminta Imam Abu Hanifah untuk menjadi qadli, namun permintaan
tersebut ditolak oleh beliau, oleh karenanya beliau disiksa dan dipenjara
hingga meninggalnya beliau pada tahun 150 H.
 Dalil-dalil yang digunakan oleh Madzhab Hanafi
Imam Abu Hanifah dikenal sebagai ulama Ahl ar-Ra’yi. Meskipun
Abu Hanifah pernah bermukim di Makkah dan mempelajari hadist-hadist
Nabi, serta ilmu-ilmu lain dari para tokoh yang beliau jumpai, akan tetapi
pengalaman dan ilmu yang beliau peroleh dari luar Kufah digunakan untuk
memperkaya koleksi hadist-hadistnya, sementara metodologi kajian Fiqhnya
mencerminkan aliran Ahl ar-Ra’yi yang beliau pelajari dari Imam Hammad,
dengan al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai sumber pertama dan kedua.6

4 Ibid,hlm.184-185

5 Muhammad abu zahrah, ,tarikh al-madzabibal-islamiyah(ttp:dar al-fikr al-araby,t.t)11:131.

6
Apabila beliau tidak menemukan ketentuan yang tegas tentang
hukum persoalan yang dikajinya dalam al-Qur’an maupun as-Sunnah, maka
beliau mempelajari dari perkataan sahabat baik dalam bentuk ijma’ maupun
fatwa, kalau ketiganya tidak menyatakan secara esplisit tentang persoalan-
persoalan tersebut, maka beliau mengajinya melalui qiyas dan istihsan, atau
melihat tradisi-tradisi yang berkembang dalam masyarakat yang ditaati
secara bersama-sama.
Imam Abu Hanifah pernah berkata: “Aku memberikan hukum
berdasarkan al-Qur’an, apabila tidak saya jumpai dalam al-Qur’an, maka aku
gunakan as-Sunnah dan jika tidak dalam keduanya (al-Qur’an dan as-
Sunnah), maka aku dasarkan pada pendapat para sahabat dan aku tinggalkan
apa saja yang tidak kusukai dan tetap berpegang kepada satu pendapat saja”.
7
Beliau juga berkata: aku berijtihad sebagaimana mereka berijtihad, dan
berpegang kepada kebenaran yang didapat separti mereka juga.
Adapun contoh pemikiran-pemikiran itu antara lain seperti yang
tersebut dibawah ini:
1. Kemudahan dalam beribadah.
2. Memelihara kehormatan dan perikemanusiaan.
3. Memberikan kuasa penuh kepada Raja dan pemimpin-pemimpin
Negara.
Untuk lebih jelaskan, berikut ini akan diuraikan satu persatu dalil-
dalil atau dasar-dasar yang digunakan oleh Madzhab Hanafi dalam
menetapkan suatu hukum berdasarkan urutan:
1) AL-QURAN
Madzhab Hanafi berpendapat bahwa al-Qur’an merupakan sumber
dan dalil utama bagi hukum Islam, yang akan menyinari pembentukan
hukum Islam sampai hari kiamat. Al-Qur’an mengandung berbagai
ketentuan syari’ah, oleh karena itu al-Qur’an berperan sebagai rujukan
dalam proses kajian segala permasalahan hukum agama.
2) AS-SUNNAH

6 Teungku muhammada hasbi ash-shiddieqy,pengantar hukum islam,cet 11(semarang :PT pustaka rizki
putra,2001)hlm.86.
7 Dede rosyada,hukum islam dan pranata sosial,cet 1v(jakarta:PT rajawali pers ,1996)hlm.141

7
As-sunnah memiliki fungsi sebagai penerang dan penjelas al-Qur’an,
merinci kandungan al-Qur’an yang masih bersifat umum. Orang yang tidak
mau memegangi as-Sunnah berarti tidak mengakui kabenaran risalah Allah
yang disampingkan oleh Nabi SAW.
Jika madzhab Hanafi tidak menerima atau menggunakan hadist yang
diriwayatkan oleh seorang rawi saja bukan berarti mengingkari as-Sunnah
dan tidak mempercayai Rasulullah SAW, akan tetapi bertujuan menyelidiki
kebenaran para rawi tersebut.8
3) PERKATAAN SAHABAT
Adapun perkataan sahabat ini bisa dikelompokkan menjadi dua
bentuk yakni ijma’ dan pendapat pribadi sahabat. Dalam hal ini ijma’ tentu
lebih didahulukan, baru jika ada pendapat yang berbeda-beda dari para
sahabat yang bukan merupakan hasil ijma’, maka Abu Hanifah memilih
pendapat yang dipandang paling memadai dalam menjawab dan
menyelesaian persoalan. Sebagai prinsip penting dalam madzhabnya, Imam
Abu Hanifah.
4) AL-QIYAS
Sebab Imam Abu Hanifah menggunakan Al-Qiyas karena merasa
tidak harus menerima rumusan hukum dari murid-murid para sahabat atau
tabi’in ketika tidak mempunyai bukti jelas dan kuat. Beliau memandang
bahwa dirinya setara dengan tabi’in dan melakukan ijtihad sendiri
berdasarkan pada prinsip-prinsip al-qiyas yang telah dibangunnya bersama
para muridnya.

 Al-Istihsan
Dalil al-Istihsan ini biasanya pertama kali dinisbatkan Imam
AbuHanifah,sehingga beliau dipandang sebagai ulama yang ahli dalam
bidang al-Istihsan. Muhammad Ibn al-Hasan, salah seorang murid beliau
mengatakan bahwa dia bersama-sama murid-murid Imam Abu Hanifah yang
lain sering berselisih pendapat dalam hal penggunaan al-qiyas atas suatu
permasalahan hukum, namun apabila kemudian Imam Abu Hanifah

8 Muhammad abu zahrah, ,tarikh al-madzabibal-islamiyah(ttp:dar al-fikr al-araby,t.t)11:161-162

8
menetapkan pendapat dengan melalui al-Istihsan, maka mereka semua diam
karena menerima pendapat itu. 9Hal ini menunjukkan al-Istihsan memang
diakui dan tidak diragukan lagi oleh madzhab Hanafi sebagai salah stu dalil
dalam menetapkan suatu hukum.
 Al-Urf
Urf berarti tradisi masyarakat baik berupa perkataan maupun
perbuatan, atau dengan perkataan lain adalah adat kebiasaan. Namun
demikian tida semua urf dapat dijadikan sebagai dasar atau dalil tasyri’,
melainkan hanyalah urf yang tidak bertentangan dengan nash, dan sejalan
dengan semangat syari’ah, sedangan urf yang bertentangan dengan nash jelas
ditolak oleh madzhab Hanafi.

2) MAZHAB MALIKI
a) Asal-usul Madzhab Maliki
Sebagaimana Madzhab Hanafi, Madzhab Maliki ini juga merupakan
salah satu Madzhab dari golongan Sunni. Adapun nama dari Madzhab ini
dinisbatkan dari nama seorang ulama yang bernama Imam Malik bin Anas (93H-
179H). Beliau lahir di Madinah dan menjadi ahli Fiqh yang terenal di Madinah.
Diriwayatkan bahwa beliau tidak pernah meninggalkan kota ini kecuali pada
waktu melaksanakan ibadah haji.
Imam Malik termasuk orang yang sangat kuat hafalannya. Pada usia
remaja, beliau mulai menghafal al-Qur’an dan menjadi hafidz yang baik, selain
itu beliau dengan cepat menghafal hadist-hadist yang diajarkan oleh para
gurunya. Guru beliau dalam bidang hadist antara lain adalah: Ibnu Syihab az-
zuhri, Ibnu Hurmuz, dan Nafi’. Sementara guru beliau dalam bidang fiqh adalah
10
Rabi’ah dan Yahya bin Sa’id al-Anshari.
Adapun pemikiran-pemikiran Imam Malik dapat dilihat dalam karyanya
al-Muwatbtba’, suatu kitab yang berisi tentang hadist dan fiqh sekaligus. Hadist
yang ada di dalamnya sesuai dengan bidang-bidang yang terdapat dalam buku
fiqh. Khalifah Harun ar-Rasyid pernah menginginkan kitab ini sebagai kitab

9 Muhammad ab zahrah,abuhanifah: hayatuhu wa ashruhu- arauhu wa fiqbubu,(kairo:dar alfikr al-


arabi,1991)hlm301
10 Teungku muhammad hasbhi ash-shiddieqy,pengantar hukum islam,.......hlm.87

9
hukum yang diterapkan dan berlaku di seluruh wilayah negeri tersebut, namun
keinginan itu tidak disetujui oleh Imam Malik.
Imam malik meninggal dunia pada tahun 179 H di madinah setelah
mengalai sakit,dan di kuburkan di makam alba-baqi’.
 Dalil-dalil yang digunakan oleh mazdhab maliki dalam menetapkan
suatu hukum adalah sebagai berikut:
1) AL-QURAN
Sebagaimana imam abu hanifah,imam malik juga meletakan al-quran
sebagai dalil dan dasar yang tinggi di atas dalil-dalil yang lain.
2) AS-SUNNAH
Menjadikan as-sunnah sebagai dalil kedua setelah al-quran,berbeda
dengan imam abu hanifah yang mensyaratkan penggunaan as-sunnah dengan
kualifikasi tertentu,imam malik meski mengutamakan al-hadist yang
mutawatir dan masybur juga bisa menerima al-hadist yang ahad sekli pun
aslkan tidak bertentangan dengan amal ahli madinah.
3) AMAL AHLI MADINAH ( praktek ahli madinah)
Imam malik berpendapat bahwa madinah merupakan tempat
rasululllah SAW menghabiskan sepuluh tahun akhir hidupnya,maka praktek
yang dilakukan oleh masyarakat madinah meski di perbolehkan oleh
nabi,oleh karena ituimam malik mengggap bahwa praktik masyarakat
madinah merupakan bentuk as-sunnah yang sangat otentik yamg
diriwayatkan dalam bentuk tindakan.11
Imam malik lebih mengutamakan dan mendahuluan tradisi
masyarakat madinah ini dari pada al-hadist yang ahad, hal ini sesuai dengan
pernyatan guru beliau rabi”ah bin abd ar-rahman ,bahwa” seribu dari seribu
itu lebih baik daripada satu dari satu.12
4) FATWA SAHABAT
Imam malik menggunakan dan menjadikan fatwa sahabat sebagai
dalil dalam menetapkan hukum islam
5) AL-QIYAS

11 Ibid 97 lihat juga muhammad abu zahrah ,tarikh almazhabil islamiyah...11:216


12 Ibid hlm 216-217

10
Apabila dalam praktik masyarakat madinah dan fatwa sahabat tidak
diketemukan hukum asas persoalan yang ada, maka imam malik
menggunakan al-qiyas.
6) AL-MASHLAHAH AL-MURSALAH13
Al-mashlahah al-mursalah yani menetapkan hukum atas berbagai
persoalan yang tidak ada petunjukj nyata dalam nash,dengan pertimbangan
kemaslahatan,yang proses analisisnya lebih bnyak di tentukan oleh nalar
mujtahidnya.
7) AL-ISTIHSAN
Imam malik juga menggunakan al-ihtihsan sebagai
pendahulunya,imam abu hanifah, hanya saja uraian al-ihtihsan mereka agak
berbeda.
8) ADZ-DZARI”AH
Secara etimologi kata adz-dzari’ah berarti sarana ,sedangkan secara
terminology para ahli ushul fiqih adalah sarana atau jalan untuk sampai pada
suatu tujuan.adapun tujuan tersebut bisa berupa kebaikan yang berarti
maslahah dan bisa pula maksiat yang berarti mafsadah.
Apabila sarana tersebut membawa pada kemaslahatan maka harus dibuka
peluang untuk melakukannya ,dalam ilmu ushul fiqih disebut fath adz-
dzari”ah,sedangkan sarana yang membawa pada kemafsadatan maka harus
ditutup jalan untuk sanpai kepadanya,dalam ilmu ushul fiqih disebut sad adz-
dzari”ah.
 Para pengikut madzhab maliki
Sebagai ulama besar di madinah,imam malik banyak didatangi
murid-murid dari berbagai penjuru negeri yang ingin berguru pada beliau,di
antara murid-murid beliau yang terkenal antara lain: abd ar-rahman bin al-
qasim ,ibnu wahab dan asy-syafi”i
3) MAZHAB SYAFI”I
a) asal usul mazdhab syafi’i
Nama madzab ini di ambil dari nama imam yang menjadi tokoh
utama yang pemikirannya banyak di ikuti oleh pengikut madzhab ini.beliau
13 Dede rosyada,hukum islam dan pranata sosial,cet 1v(jakarta:PT rajawali pers ,1996)hlm.147

11
adalah imam asyari, nama lengkap ulama besar ini adalah muhammad bn
idris asy-syafi’i yang lahir pada tahun150 H di daerah yang bernama Ghazza.
Ibu as-syafi’i membawanya ke makkah yang merupakan kota
leluhurnya setelah ayahnya meniggal.beliau mempunyai kecerdasan yang
luar biasa,diriwayatkan bahwa sebelum dewasa beliau sudah hafal al-quran
dengan sempurna dan telah pula menguasai kitab al-muwatha’.di kta makkah
beliau belajar kepada bebrapa guru antara lain: muslim bin kholid,dan
sufyan,kemudian beliau belajar kepada imam malik di madinah.
Setelah imam malik meninggal dunia,imam asy-syafi’i kembali ke
yamandan bekerja sebagai pegawai pemerintahan.bebrapa saat kemudian
terjadi pemberontakan darinpuhak oposisi ,oleh karenanya beliau dibawa
kehadapan khalifah harun ar-rasyid di bagdad,namun berkat
kepandaiannya ,beliau mampu membuktikan kebenaran
pendapatnya,sehingga beliau terbebas dari tuduhan.14
Diantara murid-murid imam syafi’i yang turut menyebarkan
pemikiran-pmikiran beliau adalah: imam ahmad bin hambal, ar-rabi’ bn
sulaiman al-muradi yusuf bin yahya al-muwati”i,ismail bin yahya al-al-
muzani,yunus bin abd al-a”la.

a) Dalil-dalil yang di gunakan oleh madzhab syafi’i


Setelah menyerap ilmu dari para gurunya di berbagai
daerah,imam asy-syafi”i mulai melukan kajian-kajian hukumbeliau
dikenal memiliki dua qoul yakti qaul qadim yang berlangsyng di irak dan
qaul jadid yang berlangsung di mesir.
Dalam kajian-kajian hukum ,imam asy-syafi’i menggunakan
dalil-dalil sebagai berikut;
1. AL-QURAN

14 Ahmad asysurbasi,sejarah dan biografi empat madhab.....hlm 147 lihat juga abu ameenah bilal
philips,asal-usul dan perkembangan fiqih,,,hlm.109

12
Imam syafi’i meletakkkan alquran sebagai dalil utama dan
pertama dalam menetapka suatu hukm,karena aq-quran datang dari
Allah yang sampai pada umat islam secara mutawatir.
Guna memahami alquran imam asy-syafi’itelah merumuskan
kaidah-kaidah ijtihat yang beliau tunagkan dalam kitab ushul fiqih
yang berjudul ar-risalah.
2. AS-SUNNAH
Imam asy-syafi”i memposisikan as-sunnah sebagai dalil
kedua setelah alquran.hanya perbedaannya adalah dalam
penggunaannya imam asy-syafi”i tidak mensyaratkan kriteria sebagai
mana imam abu hanifah dan imam maliki.
3. AL-IJMA”
Imam asy-syafi’i berpandanga bahwa ijma” yang berarti
persamaan paham atau kesepakaan seluruh ulamaatas suartu
persoalan pada satu masa merupakan hal yang sulit terjadi karena
jauhnya jarak dan sulitnya komunikasi di antara para ulama
tersebut ,namun demikian beliau tetap mengakui adanya ijma’ dan
memegangnya sebagai dalil,dan yang mungkin terjadi adalah ijma’
sahabat dalam persoalan-persoalan tertentu.

4. PERKATAAN SAHABAT
Imam asy-syafi’i memberi kepercayaan yang tinggi terhadap
pendapat dan hasil kajian para sahabat.produk-produk ijtihad mereka
yang
5. AL-QIYAS
,asy-syafi’i adalah orang pertama yang menguraikan masalah
qiyas secara terrinci.pada waktu itu,para ahli fiqig belum membuat
pembatasan antara ra’yun yang shahih dan ra’yun yang tidak
shahih.asy-syafi’i kemudian memaparkan kaidah ra’yun ynag di
anggapnya shahih dan istinbat yang tidak shahih.ia jelaskan pula

13
adanya perbedaan besar antara macam-macam istinbath dan
qiyas,menurut kadar yang di tentukannya dalam kaidah.
6. ISTISHAB
Istishab berarti membiarkan berlangsungnya suatu hukum
yang sudah di tetapkan pada masa lampau dan masih diperlukan
ketentuannya hingga ada dalil lain ynag menggantikannya.istishab ini
di dasarkan pada asumsi bahwa hukum fiqih yang ada bisa
diaplikasikan pada setiap waktu dan tetap sah sepangjang tidak ada
aturan yang lain datang kemudian.
Dalam kitab al-um imam asy-syafi’i mengatakan:” apabila
seseorang melakukan sesuatu perjalanan dannia membawa
air,kemudian ia menduga air tersebut tercampuri najis,tetapi ia tidak
yakinakan terjadinya percampuran tersebut,maka dalam hal ini air
tersebut di hukumi suci,bisa di buat wudhu maupun diminum hingga
orang tersebut yakin benar bahwa air itu telah tercampuri najis.15
Pernyataan diatas menunjukkan bahwa asy-syafi’i juga
menggunakan teori istishab dalam kajian fiqihnya.
b) Para pengikut mazhab syafi”i
Diantara murid imam asy-syafi’i yang turut menyebarkan
pemikiran-pemikiran beliau adalah: imam ahmad bin hambal,ar-rabi’bin
sulaiman al-muradi,yusuf bin yahya al-buwaithi,ismail bi
yahya,sedangkan yang termasuk para pengikut madzhab sya’fi yang
terkenal adalah: abu hamid al-ghazali,muhyiddin annawawi,tajuddin abd
al-wahab as-subki, da jalaluddin as-suyuti.
Mazhab syafi’i sampai saat ini masih banyak pengikutnya dan
berkembang dibeberapa daerah seperti mesir,afrika timur,persia,malaysia
da indonesia.
4) MAZHAB HAMBALI
a. Asal usul madhab hambali
Nama ulama yang namanya dijadikan sebagai nama madhab ini
adalah imam

15 Al-imadris abi abdillah muhammad bin idris asy-syafi”i,al-umm(ttp:dar asy-sya”bi,1321H) 1:9

14
Ahmad bin hambal.beliau lahir pada bulan rabi’ul awal tahun 164 H
di bagdad.diriwayatkan bahwa kehidupan imam ahmad sangatlah
sederhana ,beliau tidak memiliki mata pencaharian tetap sebagaimana imam
abu hanifah dan imam malik,juga tidak memiliki fasilitas dari pemerntah
sebagaimana imam syafii .sumber pendapatan beliau adalah warisan rumah
dan tanah ,juga peratan penyulaman yang beliau sewakan.16
Sebagaimanna para imam mazhab sebelumnya,beliau juga memiliki
kecerdasan dan daya ingat yang luar biasa.imam ahmad selain menggeluti
hadist hadist dengan melauakukan perjalanan ke berbagai daerah ,juga
mendalami ilmu fiqih.dinantara guru guru imam ahmad yaituu abu yusuf
,yang merupakan imam abu hanifah ,imam asyari murid imam malik .seluruh
waktunya di curahkan untuk ,mendalami hadist hadist nabi,sehungga dari
kerja keras nya beliau lahirkan karya besar yang bernama musnad ahmad bin
hanbal.
b. Dalil dalil yang digunakan mazhab hambali
1) AL-QURAN
Tidak ada perbedaan anatara imam ahmad dan imam sebelum nya
dalam memempatkan alquran sebagai dalil yang paling tinggi dalam
menjawab dan persoalan hukum islam.
2) AS-SUNNAH
Imam ahmad senantiasa memperhatikan hadis marfu” dalam
menetapkan hukum,dan jika beliau telah mendapatkan nash dari hadish
tersebut,mak beliau tidak lagi memperhatikan pendapat pendapat sahabat
yang bertentangan denganya.
3) PERKATAAN SAHABAT
Adapun dalam hal pendapat individu sahabat yang saling
bertentangan ,imam ahmad menrima dan mengambilnya dengan
melakukan seleksi dan analisis atas kedekatan pendapat tersebut dengan
nash al-quran dan as-sunnah
4) HADIST MURSAL

16 Dede rosyada,hukum islam dan pranata sosial,cet 1v(jakarta:PT rajawali pers ,1996)hlm.154

15
Imam ahmad tergolong ulama yang sangat berani karena
menjadikan hadits mursak sebagai bahn rujukan atau dalil dalam
menyelesaikan persoalan persoalan hukum yAng beliau hadapi,padahal
hadist mursal tergolong sebagai hadist dhoif.17
5) AL-QIYAS
Ketika tidak ditemui lagi jawaban atas persoalan persoalan yang
di hadapi daam semua dalil yang telah di sebutkan sebelumnya,maka
sebagai langkahnya imam ahmad melakukan kajiannya dengan
menggunakan cara al-qiyas.

c. Para pengikut mazhab hambali


Imam ahmad memiliki murid yang amat banyak,di antara mereka
adalah:imam al-bukhori dan imam muslim,pengumpul hadist terkenal
,yahya bin adam,abu daud
,ar-razi.sementara para pengikut mazhab hanbali yang terkenal antara
lain adalah:abu al-wafa’ ibn aqil,taqiyuddin ibn taimiyah,dan muhammad ibn
al-qoyyim.18
adapun para pengikut mazhab hanbali ini telah tersebar ke beberapa
daerah seperti :iraq, mesir, suria, palestina, dan arab saudi.bahkan di arab
saudi ini,mazhab ini merupakan mazhab resmi negara.

17 Dede rosyada,hukum islam dan pranata sosial,cet 1v(jakarta:PT rajawali pers ,1996)hlm.155 ada yang
meriwayatkan imam ahmad cenderung menggunakan hadist dhoif daripada aq-qiyas ,dengan syarat
dhoifnya hadist tersebut bukan karena adanya fakta bahwa salah satu rawinya fasiq atau jadziv,lihat abu
ameenah bilal philips,asal usul dan perkembangan fiqih.hlm.116.

18 Harun nasution,islam di tinjau dari...11:18.

16
17
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Perbedaan pola fikir yang menimbulkan bermacam-macam pendapat dalam
kalangan umat Islam khususnya perbedaan pendapat oleh tokoh-tokoh pembaharu
Islam adalah sunnatullah yang tidak dapat dipungkiri lagi. Sehingga muncul
berbagai macam mazhab-mazhab, diantaranya adalah mazhab-mazhab sunni yang
masih berkembang sampai sekarang.
Kemunculan mazhab-mazhab ini disebabkan munculnya para tokoh pembaharu
yang dengan ide gagasannya tentang hukum Islam yang berlaku dalam suatu
masyarakat, dimana hukum-hukum itu dibuat suatu pegangan untuk beragama dan
bermasyarakat. Para tokoh atau imam mazhab seperti Abu Hanifah, Imam Malik,
Imam Syafi’i, imam Ahmad bin Hambal dan lainnya, masing-masing menawarkan
kerangka metodologi, teori, dan kaidah-kaidah ijtihad yang menjadi pijakan mereka
dalam menetapkan hukum.
Dalam beristimbat, mereka berpegang teguh pada al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai
landasan pokok ketika berijtihad. Setelah itu mereka berpatokan pada metode-
metode istimbat seperti ijma’, Qiyas, Istihsan, Maslahah Mursalh, dan lain
sebagainya. Semua itu merupakan bahan pendukung ketika mereka berijtihat,
apabila masalah hukum tidak ditemukan atau masih global dalam al-Qur’an dan as-
Sunnah. Dan hal itu dibutuhkan suatu penelitian oleh para Imam Mazhab.
Dalam perkembangannya, hanya ada empat mazhab sunni yang masih
berkembang dalam masyarakat, yaitu seperti yang telah disebutkan di atas, saat ini
juga masih dipakai sebagai rujukan di negara-negara muslim, seperti Timur Tengah
dan di beberapa belahan Asia khususnya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Dahlan, Abdul Aziz. 1996.Ensiklopedi Hukum Islam. Ichtian Baru: Jakarta.

Khallaf, Abdul Wahab. 1994. Ilmu Ushul Fiqh. Dina Utama Semarang (Toha Putra
group): Semarang.

Yusuf, Muhammad dkk. 2005. Fiqh & Ushul Fiqh. Pokja Akademik UIN Sunan
Kalijaga: Yogyakarta

Zahrah, Muhammad Abu. 2007. Ushul Fiqih. Pustaka Firdaus: Jakarta


Zuhri, Muh.1996. Hukum Islam Dalam Lintasan Sejarah. Rajagrafindo: Jakarta.

19

Anda mungkin juga menyukai