Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Seiring dengan perputaran waktu dan perkembangan zaman yang amat pesat
menimbulkan banyak masalah dalam kehidupan masyarakat terutama dalam penataan
kawasan perumahan, banyak kawasan perumahan yang telah terbangun tidak memenuhi
standar yang telah ditentukan, sehingga dikemudian hari dapat menyebabkan timbulnya
masalah. Dengan demikian dibutuhkanlah sebuah Perencanaan Tapak Perumahan.
Menurut Ir. Haryani,MTP, 2011 Perencanaan Tapak adalah suatu seni dan ilmu
penatagunaan bagian-bagian suatu tapak/lahan secara teratur, terinci, fungsional dan
merupakan suatu proses yang kreatif yang menghendaki kemampuan mengolah dari berbagai
faktor-faktor kemungkinan. Dan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesiazx Nomor
1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, di jelaskan pada pasal 1 ayat
(2) bahwa Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai baginan dari permukiman, baik
perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasaran, sarana, dan utilitas umum
sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni.
Selain itu dalam Perencanaan Tapak Perumahan kita tidak boleh terlepas dari
aturan/kebijakan yag telah ada. Sesuai dengan ketentuan dari Ditjen Cipta Karya Departemen
PU, Mengatakan bahwa Perumahan yang ideal harus memenuhi syarat-syarat diantaranya :
(1) Aksesibilitas yaitu kemudahan pencapaian dari dan ke berbagai kawasan yang
diwujudkan dalam bentuk jaringan transportasi (2) Kompatibilitas yaitu keserasian dan
keterpaduan antar kawasan dalam lingkungan (3) Fleksibelitas yaitu kemunginan
pertumbuhan (4) Ekologi yaitu keterpaduan antara kegiatan dan kemampuan lahan.baik itu
dari segi pembangunan maupun fasilitas yang tidak sesuai akan kebutuhan masyarakat.
Dengan adanya Perencanaan Tapak ini kita mampu mengenali kawasan yang akan kita
bangun dan juga dapat mengoptimalkan fungsi dari Tapak Perumahan tersebut, Secara umum
dapat memiliki kesan elegan yang berpotensi baik di luar maupun di dalam, dan secara
khusus dapat memberikan kepuasan terhadap masyarakat baik itu dari segi penataan,
lingkungan, dan fasilitas yang memadai.
Kawasan studi pada perencanaan tapak ini yaitu berada di Kelurahan Batipuah
Panjang, dengan kondisi eksisting yang sangat mendukung dalam pembuatan tapak
perumahan di daerah tersebut, maka dalam rencana pembuatan tapak ini lebih menuju pada
Konsep Perumahan Modern Minimalis. Yaitu dimana sebuah konsep perumahan yang elegan,
baik itu dari segi rumah mewah maupun rumah sehat sederhana. Dalam rencana tapak
perumahan yang menggunakan konsep perumahan modern minimalis ini telah
mempertimbangkan segala aspek baik itu lingkungan maupun selera masyarakat pada zaman
sekarang ini.

1.2. Rumusan Masalah


Masalah yang timbul di site yaitu :
a) Cara mengatasi bangunan yang telah berdiri didalam site serta memikirkan bagaimana
tindakan selanjutnya terhadap bangunan tersebut.
b) Dikarenakan calon penghuninya adalah masyarakat umum dan akan ditetapkan untuk jadi
rumah hunian bukan rumah cost ataupun hanya untuk vila singgah, maka yang menjadi
masalah di sini yaitu mengusahakan agar perumahan tersebut benar-benar jatuh pada tangan
yang tepat.
1.3. Tujuan dan Sasaran
1.3.1. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan Tapak Perumahan ini adalah
a) Lebih memusatkan pada Konsep Perumahan Modern Minimalis.
b) Menciptakan perumahan yang elegan baik itu dari segi penataan maupun fisiknya.
c) Melengkapi fasilitas yang memadai untuk kawasan perumahan.
d) Membuat lingkungan perumahan memiliki daya tarik tersendiri, sehingga membuat penghuni
nyaman dan merasa tempat ternyamannya adalah berada di lingkungan perumahan itu sendiri.

1.3.2. Sasaran

Adapun sasaran yang ingin dicapai dalam pembuatan Tapak Perumahan ini yaitu :
a) Mengetahui potensi/karakteristik dari kawasan perencanaan tapak.
b) Membenahi konsep tapak perumahan yang selama ini kurang di terapkan
c) Menyeimbangkan antara fasilitas dengan kebutuhan masyarakat

1.4. Ruang Lingkup

1.4.1. Ruang lingkup wilayah


Ruang lingkup wilayah studi dalam perencanaan tapak dengan konsep Perumahan
Modern Minimalis yang diperuntukan bagi Masyaraka Umum yaitu berada di Kelurahan
Batipuah Panjang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat .

1.4.1.1. Ruang Lingkup Makro


Ruang Lingkup Makro dalam perencanaan tapak ini berada di Kelurahan Batipuah
Panjang dengan luas sebesar 14,32 km2. Dengan batas administrasi sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Samudera Hindia.
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kel.Koto Pulai dan Kel.Batang Kabung Ganting.
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kel. Padang Sarai dan Kel. Lubuk Buaya.
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kel. Balai Gadang.

1.4.1.2. Ruang Lingkup Mikro


Ruang lingkup mikro dalam perencanaan tapak ini berada tepat di Kelurahan Batipuah
Panjang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, Sumatera Barat. Dengan batas administrasi
sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Sawah Penduduk.
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Sawah Penduduk.
- Sebelah Timur berbatasan dengan Perumahan Perumahan Graha Agung Perdana.
- Sebelah Barat berbatasan dengan Pemukiman Warga.
1.4.2. Ruang lingkup materi
Ruang lingkup materi dalam perencanaan tapak ini yaitu hal-hal yang mendukung
dalam penyelesaian perencanaan tapak, dan hal-hal tersebut dapat di jabarkan sebagai berikut
:
a. Mengidentifikasi lokasi perencanaan tapak apakah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b. Mengidentifikasi karakteristik (potensi dan masalah) dari tapak perumahan yang akan
direncanakan.
c. Melakukan analisa terhadap standar fasilitas dan utilitas yang akan diterapkan pada
lingkungan perumahan.
d. Mengkaji standar lingkungan perumahan yang akan dijadikan pedoman dalam perencanaan
tapak.

1.5. Metodologi
1.5.1. Metodologi Pengumpulan Data
Adapun metodologi pengumpulan data dalam perencanaan tapak ini yaitu sebagai
berikut :
a) Observasi yaitu dengan melibatkan semua indera, Pencatatan hasil dapat dilakukan dengan
alat rekam elektronik.
b) Wawancara dimana pengambilan data dalam metode ini dilakukan secara lisan/langsung
dengan sumber datanya melalui tatap muka .
c) Dokumen yaitu Pengambilan data yang yang bersumber dari lembaga/institusi baik berupa
dokumen tertulis maupun elektronik. Dan dokumen diperlukan untuk mendukung
kelengkapan data yang lain.
1.6. Keluaran
Keluaran yang dihasilkan dalam Perencanaan Tapak Perumahan ini yaitu berupa
Laporan Perencanaan Tapak yang menjadi pedoman dalam pembuatan Tapak Kawasan
perumahan, dan keluaran lainnya yaitu berupa Peta Site Tapak Perumahan yang nantinya
akan digunakan untuk pembuatan kawasan perumahan.

1.7. Sistematika Penulisan


Sistematika Penulisan yang digunakan dalam Laporan Perencanaan Tapak ini adalah
sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN
Berisikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup makro
dan mikro, metodologi penelitian, keluaran dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORI
Berisikan pedoman atau konsep-konsep yang dipakai dalam tahap analisis pembuatan laporan
ini yang bersumberkan dari Buku Perencanaan Tapak Perumahan Ir.Haryani,Mtp,2010.
BAB III GAMBARAN UMUM
Dalam bab ini menjelaskan tentang keadaan topografi, penggunaan lahan fasilitas dan utilitas
yang ada pada kawasan studi baik makro maupun mikro.
BAB IV ANALISA
Pada bab ini membahas segala bentuk analisis baik analisis makro, mikro dan analisis
kebutuhan site. Selain itu juga berisi tentang arah dari konsep kawasan site yang sudah
terencana berdasarkan literatur, fakta dan analisis yang dilakukan.
BAB V KONSEP
Bab ini berisikan tentang bentuk/vokus perencanaan tapak perumahan dan uraian dari
rencana tapak yang akan dibuat pada site
BAB VI PENUTUP
Berisi kesimpulan dari Perencanaan Tapak dengan substansi Perencanaan Tapak Perumahan
Minimalis dengan Hunian Berimbang.

BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Pengertian Penataan Ruang
Berdasarkan pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007
Tentang Penataan Ruang dalam pasal 1 ayat (1) dijelaskan bahwa Ruang adalah wadah yang
meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu
kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan
memelihara kelangsungan hidupnya.
Sedangkan pengertian dari penataan ruang itu sendiri yang berada dalam pasal 1 ayat
(5) menyatakan bahwa penataaan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaaatan ruang.

2.2. Pengertian Wilayah


a) Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang
Penataan Ruang dalam pasal 1 ayat (17) menyatakan bahwa wilayah adalah ruang yang
merupakan satu kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya
ditentukan berdasarkan aspek administratif dan / atau aspek fungsional.
b) T.J. Uwoofer menyatakan bahwa,Region atau wilayah merupakan suatu area dengan
kombinasi lingkungan dan faktor geografis yang mempunyai batasan keseragaman ekonomi
dan struktur sosial. Pembatasan ini dapat diterapkan di suatu daerah yang cukup luas seperti
suatu provinsi, kabupaten, daerah aliran sungai, dan lain-lain.
c) American Society of Planning Official mendefinisikan region sebagai wilayah (area) yang
mempunyai suatu pola sifat pertumbuhan yang berpengaruh kepada lingkungan.
d) W. I. G Joeng mendefinisikan region sebagai wilayah (area) yang mempunyai kondisi fisik
yang homogen. Sehingga dari pengertian tersebut cukup memberikan alasan bahwa suatu
wilayah adalah gabungan antara keseragaman fisik, sosial, dan ekonomi dalam arti yang statis
dan ditambah dengan adanya motivasi politik seperti batas administrasi dan lainnya yang
tidak bisa diabaikan.
e) Ratelit mendefinisikan bahwa wilayah mengandung arti luas dan tidak ada satu klasifikasi
tertentu untuk menentukan suatu kesatuan defenisi sehingga region itu dibedakan dalam
beberapa pengertian.

2.3. Pengertian Perencanaan Tapak


Menurut Ir.Haryani,Mtp, 2010 menyatakan bahwa Perencanaan tapak adalah suatu
seni dan ilmu penatagunaan bagian-bagian suatu lahan/tapak secara teratur, terinci,
fungsional dan merupakan suatu proses yang kreatif yang menghendaki kemampuan
mengolah dari berbagai faktor-faktor kemungkinan. Perencana tapak dapat menata dan
menentukan bermacam-macam penggunaan kawasan/fungsional khusus, bangunanan,
jaringan jalan, jaringan utilitas, dan landscape pada tapak tersebut secara mendetail baik
tapak untuk periwisata, perkantoran, pendidikan, pusat pembelanjaan, perumahan dan lain-
lain.
Sesungguhnya perencanaan tapak merupakan proses yang kreatif dan menghendaki
kemampuan pengelolaan dari berbagai faktor kemungkinan baik faktor fisik (alami maupun
buatan), faktor sosial, ekonomi dan budaya. Permasalahan-permasalahan ataupun potensi-
potensi yang terdapat di suatu tapak diatur pnggunaannya secara fungsional sedemikian rupa
sehingga tapak dapat berfungsi optimal dan tata letak bangunan-bangunannya tertata/teratur.
Sedangkan Tujuan dari perencanaan tapak perumahan itu sendiri adalah agar tapak
dapat berfungsi secara optimal dan bangunan (rumah-rumah) tertata sedemikian rupa
sehingga secara internal teratur dan secara eksternal dapat bersinergi dengan lingkungan
sekitarnya serta rencan ruang kawasan yang lebih luas dan sejalan dengan rencana tata ruang
kota.

2.4. Pengertian Perumahan


Menurut Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 dan pasal 28 H amandemen UUD 1945,
menyatakan definisi Rumah adalah salah satu hak dasar rakyat dan oleh karena itu setiap
warga negara berhak untuk bertempat tinggal dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan
sehat. Selain itu rumah juga merupakan kebutuhan dasar mausia dalam meningkatkan harkat,
martabat, mutu kehidupan dan penghidupan, serta sebagai pencerminan diri pribadi dalam
upaya peningkatan taraf hidup, serta pembentukan watak, karakter dan kepribadian bangsa.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman pada pasal 1 ayat (2) menyatakan bahwa perumahan
adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan,
yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan
rumah yang layak huni.

2.5. Lingkungan Perumahan


Setiap lokasi yang sudah ditetapkan sebagai kawasan perumahan memiliki tingkat
kemudahan aksesibilitas (Pedoman Teknik Pembangunan Perumahan Sederhana,1980).
Dalam Perencanaan Tapak Kawasan Perumahan Technical Consultan ini tingkat kemudahan
aksesibilitas yang dipakai yaitu Lingkungan perumahan dengan tingkat kemudahan II. Pada
tingkat ini lingkungan perumahan langsung berbatasan dengan lingkungan perumahan
dengan tingkat kemudahan I.
Berikut adalah standar lingkungan perumahan Lingkungan II, dengan Standar sebagai
berikut :
 Jumlah penduduk 800-1000 jiwa
 Jumlah rumah tangga 160-200 KK
 Luas lahan perumahan 12.000 - 30.000 m2 ( 65,5 % )
 Luas open space 800 m2 (2,2%)
 Luas lahan untuk jaringan jalan 12.000 m2 (26,2 %)
 Untuk fasilitas umum dan fasilitas sosial dibutuhkan 2750 m 2 ( 6,1 % ) lahan yang digunakan
untuk :
- Sekolah TK 1200 m2
- Koperasi seluas 100 m2
- Toko dengan luas lahan 1000 m2
- Fasilitas kesehatan berupa poliklinik seluas 200m2
Dari rincian penggunaan lahan diatas maka total lahan yang dibutuhkan seluas 45.950
m2 dengan radius pelayanannya 260 m.
Untuk itu dalam merencanakan kawasan/lingkungan perumahan perlu memperhatikan
hal-hal sebagi berikut (Pedoman Teknik Pembangunan Perumahan Sederhana,1980)
a) Lokasi
Lokasi perumahan yang baik adalah lokasi yang memiliki aksesibilitas yang tinggi
antara lain kemudahan dalam pencapaian ketempat kerja atau pusat kegiatan dengan
kendaraan lebih kurang 30 menit. Hal ini tentunya didukung oleh tersedianya sarana dan
prasarana umum baik jalan maupun modal transportasi.

b) Topografi
Kawasan perumahan yang baik harus memperhatikan topografi dan geologinya. Hal ini
disebabkan karena aspek geologi, struktur dan kekuatan tanah tapak yang direncanakan atau
dikembangkan harus dalam kondisi baik dan stabil. Kondisi tanah yang kurang stabil
hendaknya diolah terlebih dahulu sehingga mencapai kondisi yang baik/stabil. Kondisi
topografi atau kemiringan lahan yang terjal tidak cocok untuk perumahan, sedangkan
topografi yang datar (kemiringan maksimum (15%) lebih tepat dan baik untuk perumahan.
Hal ini juga dimungkinkan untuk dibuat sistem drainase dan kondisi tanah yang stabil untuk
kemudian memungkinkan dibangunnya perumahan.

c) Kepastian Hukum
Kepastian hukum atas status lahan hendaknya jelas karena hal tersebut penyangkut
aspek legalitas lahan tersebut. Jelasnya status lahan, maka pemilik akan mempunyai
keleluasaan untuk mengembangkan ataupun pindah tangan/menjual kepada pihak lain. Tanah
atau bangunan yang mempunyai status hukum yang jelas dan rumah diperoleh dengan
prosedur hukum yang benar. Prosedur hukum yang dilakukan mencakup:
- Pembebasan tanah
- Permohonan hak
- Pembangunan
- penghunian
Adapun syarat-syarat lokasi Perumahan adalah sebagi berikut :
 Tidak terganggu polusi.
 Dapat disediakan air bersih.
 Memberikan kemungkinan untuk perkembangan pembangunannya.
 Mempunyai aksesbilitas yang baik.
 Mudah dan aman mencapai tempat kerja.
 Tidak berada dibawakh pemukaan air setempat.
 Mempunyai kemiringan rata-rata 0-5 %.

Selain itu Kawasan Perumahan juga harus memiliki beberapa Persyaratan, dimana
persyaratan tersebut adalah sebagai berikut :
 Aksesbilitas yaitu kemungkinan pencapaian dari kawasan kekawasan berwujud jalan dan
transportasi.
 Kompabilitas yaitu keterpaduan antar kawasan yang menjadi lingkungannya.
 Fleksibilitas yaitu pertumbuhan fisik / pemekaran kawasan perumahan dikaitkan dengan
kondisi fisik lingkungan dan keterpaduan prasarana.
 Ekologi yaitu keterpaduan antara tatanan kegiatan alam yang mewadahinnya.
Dalam Perencanaan tapak perumahan ini tipologi rumah yang dipakai adalah pola rumah
tunggal dengan letak setiap unit rumah tidak berhimpitan dengan rumah disebelahnya dan
umumnya luas persil > 600 m2 dengan lebar persil minimum 15m.

Pada dasarnya dalam perencanaan tapak ini ada 2 tipe rumah yang akan di pakai yaitu
tipe 145, dengan luas lahan 348m² (15m x 23,2m) dan,. Dengan dipakainya dua tipe dalam
perencanaan tapak ini maka akan memungkinkan terjadinya kombinasi anatara rumah tipe
145 penataan yang terjadi tidak terlihat begitu kaku, penataanya akan terasa hidup dan
didukung dengan lingkungan yang sehat.

2.6. Jaringan Jalan untuk Perumahan


Jalan adalah salah satu perhubungan darat dalam bentuk apapun meliputi segala
bagian termasuk perlengkapan dan perlengkapanya yang diperuntukan bagi lalu lintas. Jalan
penghubung lingkungan perumahan adalah jalan yang menghubungkan lingkungan
perumahan dengan jalan lokal terdekat dengan lebar badan jalan / ROW minimum 13 m.
Jalan proses lingkungan perumahan adalah jalan yang menghubungkan masing-masing
satuan permukiman/perumahan dengan lebar jalan yaitu 11 m.
Berikur adalah Standar jaringan jalan berdasarkan jenis jalan :
a) Jalan penghubung lingkungan perumahan
- ROW minimum 13 m.
- Lebar perkerasan aspal minimum 6 m.
- Lebar perkerasan bahu jalan minimum 1m.
b) Jalan poros lingkungan perumahan
- ROW minimum 11 m.
- Lebar perkerasan aspal minimum 4,5 m.
- Lebar perkerasan bahu jalan minimum 1 m.
c) Jalan lingkungan perumahan II
- ROW minimum 3,6 m.
- Lebar perkerasan minimum 1,5 m.
Dan pembagian jalan menurut jenisnya pada daerah kemudahan tingkat II dapat
dilihat sebagai berikut :
- Jalan lingkungan perumahan I , 30 %.
- Jalan lingkungan perumahan II dan III , 50 %.
- Jalan poros lingkungan perumahan dan penghubung lingkungan perumahan 20 %.
Pada perencanaan tapak ini bentuk pola jalan yang akan di pakai adalah pola
modifikasi antara pola grid,loop dan culdesac . Pada pola ini jalan akan dibuat seperti pola
culdesac akan tetapi tidak 1 arah melainkan tergabung dalam beberapa bagian yang menyebar
seperti pola grid, dan untuk bagian site yang ,melengkung akan diterapkan pola semi loop.
Jadi intinya pola jalan yang saya gunakan adalah pola jalan hasil modifikasi fersi saya.

2.7. Fasilitas dan Utilitas Perumahan


2.7.1. Fasilitas Sosial Perumahan
a) Standar Fasilitas Pendidikan
- Satu unit taman kanak-kanak disedikan untuk melayani 1.000 jiwa penduduk dengan luas
1.200 m² (disesuaikan atau dimodifikasi dari standar penduduk yaitu dengan luas 250
jiwa/ha). Dengan pencapaian maksimum 500 m.
- Satu unit sekolah dasar disediakan untuk melayani 1.600 jiwa penduduk dengan luas 3.600
m². Dengan pencapaian maksimum 1.000 m.
- Satu unit sekolah lanjutan tingkat pertama disediakan untuk melayani 4.800 jiwa penduduk
dengan luas 2.700 m². Dengan pencapaian maksimum 1.000 m.
- Atau unit sekolah lanjutan tingkat atas disediaka untuk melayani 4.800 jiwa penduduk
dengan luas 2.700 m². Dengan pencapaian maksimum 1.000m.

b) Standar Fasilitas Kesehatan


- Satu unit puskesmas dan balai pengobatan untuk melayani 120.000 penduduk dengan luas
lahan yang diperlukan 2.400 m²/unit dengan pencapain maksimuum 3.000 m.
- Satu unit puskesmas pembantu untuk melayani 30.000 jiwa dengan luas lahan 1.200 m²/unit
dengan pencapaian maksimum 1.500 m.
- Satu unit apotik untuk melayani 10.000 penduduk dengan luas lahan yang diperlukan 35 m²/
unit dengan pencapaian maksimum 1.5000 m.
- Satu unit rumah bersalin untuk melayani 10.000 penduduk dengan luas lahan yang
diperlukan 1.600 m² dengan pencapaian maksimum 2.000 m.
- Satu unit praktek untuk melayani 6.000 penduduk dengan luas lahan 150 m² dengan
pencapaian maksimum 1.500 m.
c) Standar Fasilitas Perdagangan dan Jasa
- Fasilitas warung yang melayani 250 penduduk membutuhkan lahan seluas 10 m² dengan
pencapaian maksimum 300 m.
- Fasilitas pertokoan yang melayani 2.500 penduduk membutuhkan lahan seluas 1.200 m²
dengan pencapaian maksimum 500 m.
- Fasilitas pusat perbelanjaan yang melayani 30.000 penduduk membutuhkan lahan seluas
1.350 ha/unit.
- Fasilitas pusat perbelanjaan dan niaga yang melayani 120.000 penduduk membutuhkan lahan
seluas 36.000 ha/unit.
d) Standar Fasilitas Rekreasi dan Olah Raga
- Taman bermain yang terdapat di satu lingkungan RT dengan kapasitas melayani 250
penduduk dan membutuhkan lahan seluas 250 m²/unit.
- Taman bermain yang terdapat di satu lingkungan RW dengan kapasitas melayani 2.500
penduduk dan membutuhkan lahan seluas 1.250 m²/unit.
- Taman bermain yang terdapat di satu kelurahan dengan kapasitas melayani 30.000 penduduk
dan membutuhkan lahan seluas 9.000 m²/unit.
2.7.2. Standar Utilitas Umum
a) Penyediaan Air Bersih
- Sambungan halaman dan sambungan rumah
Apabila tersedia sistem penyediaan air bersih kota maka setiap rumah berhak mendapat
sambungan rumah atau sambungan halaman.
- Sumur pompa dangkal dan sumur gali
o Jumlah rumah yang dilayani maksimum 8 rumah
o Jarak perumahan yang dilayani 50 m
o Sumur pompa dangkal minimum terletak10 m dari bidang resapan tangki septik.
b) Pembuangan Sampah
c) Pengumpulan sampah
- Faslitas pengumpulan sampah rumah tangga
Kapasitas minimum tempat sampah rumah tangga 0,002 m³ berdasrkan jumlah orang dan
banyaknya buangan sampah untuk seluruh kota ± 0,002 m³/orang/hari.
- Tempat pengumpulan sampah lingkungan
Kapasitas tempat pengumpulan sampah lingkungan minimum bervolume 2 m³ berdasarkan
jumlah rumah yang dilayani 200 rumah.
d) Jaringan Listrik
- Jarak jaringan listrik
Jarak antar tiang rata-rata 40 m sedangkan jarak antara kawat penghantar terhadap unsur-
unsur didalam lingkungan antara lain bangunan, pohon, jarak tiang dan lain-lain harus dengan
peraturan PLN yang telah berlaku. Penempatan tiang dan penarikan kawat harus sempurna
dan tinggi kawat minimum 7 m di atas permukaan tanah.
- Penerangan unit kegiatan
Satu unit kediaman minimum disediakan jatah 450 VA.
- Penerangan Jalan Umum
Pada jarak dan tempt-tempat tertentu yang dipandang perlu harus diberi penerangan dengan
persyaratan-persyaratan yang sesuai dengan standar lingkungan..
2.8. Drainase
Merupakan suatu sistem pembuangan air bersih dan air limbah dari daerah
pemukiman, industri, pertanian, badan jalan dan permukaan perkerasan lainnya, serta berupa
penyaluran kelebihan air pada umumnya, baik berupa air hujan, air limbah maupun air kotor
lainnya yang keluar dari kawasan yang bersangkutan baik di atas maupun di bawah
permukaan tanah ke badan air atau ke bangunan resapan.

2.8.1. Tujuan Drainase


Drainase perkotaan bertujuan untuk mengalirkan air lebih dari suatu kawasan yang
berasal dari air hujan maupun air buangan, agar tidak terjadi genangan yang berlebihan pada
suatu kawasan tertentu. Karena suatu kota terbagi-bagi menjadi beberapa kawasan, maka
drainase di masing-masing kawasan merupakan komponen yang saling terkait dalam suatu
jaringan drainase perkotaan dan membentuk satu sistem drainase perkotaan.

2.8.2. Sistem Drainase


Sistem drainase adalah pembuangan air hujan dari halaman fasilitas atau elemen-
elemen yang di rencanakan dan jalan penampungan, sehingga tidak terdapat genangan-
genangan air atau banjir yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan .
Beberapa hal yang harus di pertimbangkan dalam pengaturan sistem drainase yaitu :
- Rencana tapak
- Kondisi tofografi
- Luas daerah pengaliran dan kondisi aliran permukaan
- Keselarasan terhadap jaringan jalan yang ada
- Tempat pembuangan akhir atau badan penerimaan yang ada di daerah terbuka.

Sistem drainase dapat di bagi atas 3 yaitu:


a) Pembuangan air hujan utama (saluran primer)
- Ukuran pipa untuk sistem pembuangan air hujan utama harus mempunyai diameter yang
didasarkan pada analisis rancangan, tetapi tidak kurang dari 15 inchi.
- Kelandain minimum harus di tetapkan untuk memungkinkan pembersihan dari saluran pada
aliran lambat, juga memudahkan pemindahan endapan daerah drainase di masa mendatang.

b) Saluran air hujan ke dua (saluran sekunder)


Dengan syarat Ukuran pipa untuk sistem pembuangan utama air hujan memadai harus di
sediakan dana di hubungkan ke pipa pembuangan yang memadai ,sesuai di perlukan menurut
analisis .
c) Cekungan drainase dan selokan (saluran tersier)
Harus memenuhi Syarat- syarat berikut :
- Selokan di perkeras dengan kelandaian minimum 0,5 %.
- Selekon /cekungan yang tidak di perkeras mempunyai kedalaman dan lebar yang memadai
untuk menampung kemungkinan limpasan maksimum tanpa melimpah.
Untuk pengadaan drainase dalam perencanaan tapak dan beberapa metode atau sistem
yang biasa di gunakan yaitu:
- Sistem drainase permukaan.
- Sistem drainase bawah tanah tertutup.
- Sistem drainase bawah tanah tertutup dengan penampungan pada tapak.
- Sistem kombinasi drainase tertutup daerah yang yang di perkeras dengan drainase terbuka
untuk daerah yang di perkeras.

Pada Perencanaan Tapak ini pola drainase yang akan dipakai terdiri atas dua pola
yaitu pola paralel dan pola jaring-jaring, pola ini dipakai karena sesuai dengan keadaan lokasi
tapak perumahan dan nanti apabila ada suatu perbaikan kota akan mudah untuk
mengatasinya, Untuk lebih jelasnya mengenai ke dua pola ini berikut penjelasannya:

a. Pola Parallel
saluran utama terletak sejajar dengan saluran cabang (sekunder) yang cukup banyak dan
pendek-pendek. apabila terjadi pengembangan kota, saluran-saluran akan dapat
menyesesuaikan.
b. Jaring-jaring
Pola ini mempunyai saluran-saluran pembuang yang mengikuti arah jalaan raya dan cocok
untuk daerah tofografi datar.

BAB III
GAMBAR UMUM
3.1. Data Eksternal (Makro)

3.1.1. Kebijakan Terkait dalam RTRW Kota Padang Tahun 2028

Berdasarkan Kebijakan yang tertera di RTRW Kota Padang Tahun 2028 berikut adalah
kebijakan yang terkait dan termuat di dalamnya :
a. Pengembangan pusat-pusat pengembangan kota yang dapat mendorong terjadinya
pertumbuhan yang merata diseluruh wilayah kota sesuai dengan hirarki dan skala
pelayanannya.
b. meningkatkan aksesbilitas dari dan kedaerah sekitar (hinterland) melalui penyediaan sarana
dan prasarana transportasi yang memadai dalam rangka mendorong pengembangan kota-kota
satelit yang berfungsi sebagai commputer city.
c. pengembangan system prasarana dan sarana perkotaan yang memadai sesuai dengan
kapasitas dan tingkat pelayanan kepada masyarakat serta mempertimbangkan kondisi darurat
akibat bencana alam.
d. pengembangan system permukiman yang sesuai dengan karakter ruang kota, social, budaya
masyarakat, daya dukung dan daya tampung serta kesesuaian lahan serta kerawanan terhadat
bencana.
 Mengembangkan permukiman di kota Padang meliputi permukiman perkotaan dengan
kepadatan tinggi dan permukiman kepadatan sedang dan kepadatan rendah (sub urban).
 Mengembangkan permukiman kepadatan rendah pada wilayah yang akan dipertahankan
sebagai kawasan konservasi dan kawasan lindung serta kawasan perkebunan dan pertanian
perkotaan dan kawasan rawan bencana.
 Mendorong pembangunan secara vertical terbatas di kawasan pusat kota untuk
mengoptimalkan dan meningkatkan intensitas ruang di pusat kota dalam rangka menjamin
keseimbangan antara ruang terbangun dan ruang terbuka hijau dengan tetap memperhatikan
ketentuan bangunan tahan gempa.
 Membatasi pengembangan permukiman di ruang-ruang yang ditetapkan sebagai kawasan
rawan bencana di sepanjang pantai, kawasan lindung dan kawasan resapan air.
 Meremajakan kawasan permukiman kumuh di kawasan pusat kota lama, memertahankan dan
meningkatkan kualitas lingkungan permukiman yang sudah tertata, mengembangkan
perumahan yang mendukung pengembangan kawasan industry.
e. penyediaan fasilitas sosial dan fasilitas umum sesuai dengan standar pelayanan minimal yang
dapat difungsikan sebagai saran evakuasi dalam kondisi darurat akibat bencana alam.
f. penanganan kawasan rawan bencana.
g. menetapkan ruang sebagai kawasan lindung yang berfungsi melindungi kawasan di
bawahnya daerah tangkapan air, kawasan lindung stempat maupun ruang yang kondisi fisik
alamia dan kerawanan bencana.

3.1.2. Undang-Undang Tata Ruang

Seperti yang termuat dalam undang-undang tata ruang dimana dijelaskan bahwa pengaturan
penataan ruang adalah upaya pembentukan landasan hukum bagi pemerintah, pemerintah
daerah, dan masyarakat dalam penataan ruang. Sedangkan Pelaksanaann penataan ruang
adalah upaya pencapai tujuan penataan ruang melalui pelksanaan perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang.
Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan
Ruang pada bagian kelima tentang Penataan Ruang Kawasan Perdesaan yang tertera pada
pasal 48 ayat (1) yang berbunyi : Penataan ruang kawasan perdesaan diarahkan untuk:
a. pemberdayaan masyarakat perdesaan
b. pertahanan kualitas lingkungan setempat dan wilayah yang didukungnya
c. Konservasi sumber daya alam
d. Pelestarian warisan budaya lokal
e. Pertahanan kawasan lahan abadi pertanian pangan untuk ketahanan pangan
f. Penjagaan keseimbangan pembangunan perdesaan-perkotaan.

Kemudian dari itu sesuai dengan kerja sama penataan ruang kawasan perdesaan pasal 54
ayat (5) menyatakan bahwa keterpaduan sebagaimana dimaksudkan pada ayat (4) mencakup
keteeerpaduan sistem permukiman, prasarana, sistem ruang terbuka, baik ruang terbuka hijau
maupun nonhijau. Dengan adanya penataanruang dikawasan pedesaan maka dari itu penataan
ini tidak lepas dari masyarakat sekitar sesuai dengan pasal 65 yang berbunyi :
(1) Penyelenggaraan penataan ruang dilakukan oleh pemerintah dengan melibatkan peran
masyarakat.
(2) Peran masyarakat dalam penataan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan,
antara lain, melalui:
a. partisipasi dalam penyusunan rencana tata ruang;
b. partisipasi dan pemanfaatan ruang; dan
c. partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan bentuk peran masyarakat dalam penataan
ruang sebagaimna dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan pemerintah

Dengan adanya penataan ruang maka akan timbulnya sengketa seperti yang tercantum pada
pasal 67 tentang penyelesaian sengketa yang berbunyi :
(1) Penyelesaian sengketa penataan ruang pada tahap pertama diupayakan berdasarkan prinsip
musyawarah untuk mufakat.
(2) Dalam hal penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak diperoleh
kesepakatan. Para pihak dapat menempuh upaya penyelesaian sengketa melalui pengadilan
atau di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3.1.3. Undang-Undang Perumahan dan Kawasan Permukiman


Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman. Tertera jelas pada pasal 19 tentang penyelenggaraan
perumahan yang berbunyi :
(1) Penyelenggaraan rumah dan perumahan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan rumah
sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia bagi peningkatan dan pemerataan kesejahteraan
rakyat.
(2) Penyelenggaraan rumah dan perumahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau setiap orang untuk menjamin hak setiap warga
negara untuk menempati, menikmati, dan/atau memiliki rumah yang layak dalam lingkungan
yang sehat, aman, serasi, dan teratur.

Pada pasal 20 berikut ini memiliki keterkaitan dengan pasal 19 sebelumnya yang mana
bunyi pasal tersebut adalah sebagai berikut:
(1) Penyelenggaraan perumahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 meliput :
a. perencanaan perumahan;
b. pembangunan perumahan;
c. pemanfaatan perumahan; dan
d. pengendalia perumahan;
(2) Perumahan sebagimana dimaksud pada ayat (1) mencakup rumah atau perumahan beserta
prasarana, sarana, dan utilitas umum.

3.2.Data Internal/Tapak (Mikro)


3.2.1. Fisik Alami
 Geografis

Wilayah administrasi perencanaan tapak terletak di Kelurahan Batipuah Panjang


dengan luas sebesar 14,32 km2. Yang memiliki RT sebanyak 18 dan RW 59, yang letaknya
berdekatan dengan perbatasan antar kelurahan, dengan luas lokasi site sebesar 5,12 ha,
dengan batas administrasi sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Sawah Penduduk.


- Sebelah Selatan berbatasan dengan Sawah Penduduk.
- Sebelah Timur berbatasan dengan Perumahan Graha Agung Perdana.
- Sebelah Barat berbatasan dengan Pemukiman Warga.
Dengan lahan terbangun didalam site hanya berkisar 0, sekian.
 Topografi
Topografi di wilayah administrasi perencanaan yakninya di Kelurahan Batipuah
Panjang relatif datar.
 Hidrologi
Hidrologi di kawasan site ini berupa aliran drainase yang mengalir ke sungai yang
tepatnya berada di luar lokasi site.
 Jenis Tanah
Jenis tanah pada lokasi site perencanaan tapak yaitu tanah alluvial. Tanah ini
merupakan tanah endapan lumpur dan baik dimanfaatkan dalam bidang pertanian, karena
itulah tanah di lokasi site yang akan dibangun perumahan awalnya adalah lahan pertanian
yang akan di alih fungsikan lahannya dari pertanian ke perumahan.
 Vegetasi
Vegetasi yang ada di sekitar site perencanaan tapak yaitu berupa : Sawah, Pohon
Kelapa, Pohon Aren, dan Semak Belukar. Yang posisinya bervariasi, pohon kelapa tepat
berada di tengah site 1 (satu) Kelompok, sedangkan kelompok pohon aren berada di bagian
site tepi, dan untuk sawah bisa dikatakan lahan tersebut 95% sawah.
 Klimatologi
Iklim pada lokasi ini diklasifikasikan sebagai tropis. Meskipun pada bulan terkering
masih terjadi hujan. Dengan, tingkat curah hujannya yaitu 384,88 mm/bulan dengan
temperatur 22,00 C – 31,70 C.

 Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan di lokasi site ini yaitu beberapa pemukiman penduduk, dan lebih di
dominasi oleh sawah , untuk perencanaan tapak perumahan ini menggunakan lahan yang
awalnya adalah lahan pertanian yang lahannya akan dialih fungsikan.
3.2.2. Fisik Buatan
 Kawasan Terbangun
Untuk kawasan terbangun disini tidak terlalu banyak, akan tetapi tetap saja harus ada
tindakan di karenakan lahan dalam site tersebut akan dibangun perumahan minimalis elegan,
maka sesuai dengan namanya seharusnya yang ada di dalam perumahan tersebut adalah
perumahan minimalis dan konsisten terhadap konsep awal yang menekannkan pada kata
minimalis modern dan ke eleganan.

 Ketersediaan Sarana
a) Sarana Pendidikan
Sarana Pendidikan merupakan salah satu sarana yang mendukung di sekitar lokasi
site, akan tetapi disekitar lokasi site ini hanya terdapat paud, tk, dan sd.

b) Sarana Peribadatan
Sarana Peribadatan yang berada disekitar lokasi site hanya terdiri dari 2 (dua) jenis
yaitu Mesjid dan Mushola.

 Ketersediaan Prasarana
a) Listrik
Pada kawasan perencanaan telah di aliri aliran listrik menggunakan jaringan listrik
sekunder yaitu listrik yang di alirkan dari gardu induk ke tiang -tiang listrik.

b) Telepon
Di Kelurahan Batipuah Panjang, Kecamatan Koto Tangah pada umumnya memakai
telepon genggam/nirkabel.

c) Air Bersih
Disekitar lokasi site masyarakat menggunakan pelayanan PDAM dan ada juga yang
masih menggunakan sumur. Fungsi dari PDAM/Air Sumur seperti yang telah kita ketahui
bahwa PDAM ini sebagai penunjang kehidupan manusia dan kebutuhan lain.

d) Drainase
Drainase disekitar lokasi site memiliki sistem drainase yang kurang berfungsi yang
sering di sebabkan oleh tumpukan sampah atau sedimentasi sehingga apabila terjadi hujan
yang berkepanjangan dapat mengakibatkan banjir. menggunakan saluran drainase terbuka
ukuran drainase yaitu kedalaman 45 cm dan lebar 40 cm kondisi drainase eksisting cukup
baik.
e) Jalan
Jalan disekitar lokasi site terdiri dari 3(tiga) klasifikasi yaitu aspal, beton dan tanah
berkerikil yang memiliki kondisi cukup baik.

BAB IV
ANALISIS
4.1.Analisis Kebijakan
Pembangunan kota padang telah memperlihatkan banyak kemajuan. Hal ini dapat
dilihat dari pertumbuhan ekonomi masyarakat yang mulai meningkat dan relatif stabil, dan
hal lain yang mendukung yaitu kota padang telah mulai memanfaat lokasi yang memiliki
view menarik menjadi tempat wisata, bahkan perkembangan perdagangan dan jasa juga
sudah dapat dilihat di kota padang meskipun masih belum teratur. Meskipun banyak
perkembangan yang terjadi di kota padang tetap saja fakta yang terjadi sebenarnya kota ini
belum siap dengan hal yang tertera dalam peraturan per-undang-undangan, baik itu dari sisi
manapun termasuk satu hal yang sangat mendasar yaitu tentang kelayakan dari sebuah
pembuatan perumahan, masih banyak pembangunan perumahan yang hanya mementingkan
Profit Oriented, tanpa melihat keadaan lingkungan sekitar bahkan menyalahi aturan yang
telah tertera.
Seperti yang tertera dalam RTRW kota padang tahun 2028 yang menyatakan bahwa
“pengembangan system prasarana dan sarana perkotaan yang memadai sesuai dengan
kapasitas dan tingkat pelayanan kepada masyarakat serta mempertimbangkan kondisi darurat
akibat bencana alam”. Tentang kebijakan yang terkait RTRW tersebut telah di
implementasikan dalam peraturan yang apabila pembangunan suatu perumahan setidaknya
harus menyiapkan sarana dan prasarana yang telah ditetapkan dalam undang-undang,
sedangkan realita yang terjadi dalam pembangunan perumahan ada yang kurang bahkan sama
sekali tidak menyediakan sarana yang telah ditetapkan dalam peraturan.
Itu hanya segelintir kecil dari peraturan yang tidak diindahkan jika dilihat dari sisi lain
seperti yang tertera pasal 65 ayat (1) yang berbunyi “ Penyelenggaraan penataan ruang
dilakukan oleh pemerintah dengan melibatkan peran masyarakat”. Telah jelas dibunyikan
bahwaa setiap penataan ruang haruslah melibatkan masyarakat akan tetapi yang kita lihat di
lapangan berbalik dengan yang dibunyikan dalam pasal tersebut, bahkan karena tidak
terlibatnya masyarakat mengakibatkan terjadinya bentrok antara pemerintah dengan
masyarakat, alasannya klise tidak ada satu pihakpun yang ingin disalahkan dan saling
mempertahankan argumennya masing-masing.
Seperti yang tertera pada Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan
Ruang jelas tertulis dan mengamanatkan bahwa penetapan 30% dari total luasan wilayah
sebagi ruang hijau. Sedangkan yang kita lihat kebanyakan yang terjadi yaitu peraturan
tersebut tidak ditaati melainkan memanfaatkan semua ruang (100% dibangun). Meski banyak
kebijakan yang dibuat sebanding pula dengan banyaknya kebijakan yang dilanggar.

4.2. Analisis Fisik Alami


4.2.1. Analisis Jenis Tanah
Jenis tanah pada lokasi site perencanaan tapak yaitu tanah aluvial. Satuan ini memiliki
topografi datar (0-3%), meliputi daerah seluas 5,27 Km2. Dengan proses geomorfologi yang
dominan adalah deposisi material klastik yang terbawa aliran air, satuan ini dapat dikatakan
jarang tergenang air ( ter-genang air kurang dari 2 bulan setahun ) .
Dataran aluvial ini tersusun oleh aluvium dengan jenis tanah aluvial kelabu, tekstur
geluh berdebu sampai geluh berlempeng, struktur remah hingga pejal dengan konsistensi
tanah lekat, daya hantar tanah agk lambat (0,5 – 2,0 cm/jam), yang memiliki daya dukung
tanah kurang dari 1,75 kg/cm2. Yang memiliki kedalaman air tanah birkisar 2,25 meter hingga
10 meter dari permukaan tanah. Penggunaan dan pada satuan ini meliputi tegalan 2,25 km2
atau 1,85 % luas tanah penelitian serta untuk perumahan 3,02 km2 atau 2,49 % luas daerah
pengamatan

Dikarenakan tanah pada lokasi site ini adalah aluvial, maka untuk mengatasinya yaitu
menggunakan pondasi dangkal yang terbuat dari sloof memanjang dengan bagian bawah
diperlebar menjadi pelat. Selain itu juga dapat diatasi dengan proses elektrokinetik yang
berguna untuk menurunkan kadar air tanah.

4.2.2. Analisis Topografi


Topografi/Kelerengan pada lokasi site perencanaan tapak ini memiliki topografi yang
datar (0-3%). Sesuai dengan PERMEN yang menyatakan bahwa kelas lereng 1 dengan
kisaran lereng 0-8% yang memiliki spesifikasi datar dengan hasil nilai kelas x bobot adalah
20. Dikarenakan topografi dikawasan site perencanaan tapak ini adalah datar maka ini adalah
nilai tambah yaitu banyak pola jalan yang bisa dipakai. Dikarenakan topografinya 0-3% maka
ini termasuk dalam klasifikasi aman di bangun, yang nantinya dalam penggunaan Drainase
( saluran air hujan dalam site) akan diterapkan dengan kemiringan 2 - 10%, sedangkan jalan
yaitu 0,5-5%,
yang dilengkapi dengan jalan setapak kolektor yang memiliki kemiringan 1-8%.

Untuk perencanaan tapak di site kelurahan batipuah panjang ini yang memiliki
topografi relatif datar maka pola penempatan bangunan pada tanah datar yang cocok yaitu
dengan pola monolit dan pola kompak.

4.2.3. Analisis Guna Lahan


Dari 100% lahan akan dibuat 65,5% untuk lahan terbangun sedangkan sisanya yaitu
34,5% akan dijadikan sebagi ruang terbuka hijau. Disekitar lokasi site bahkan bisa dikatakan
untuk penggunaan lahan dilokasi ini akan terjadi alih fungsi lahan.
Karena lahan yang didapatkan untuk perencanaan tapak ini adalah lahan yang
difungskan untuk area pertanian, dan akan dialih fungsikan menjadi kawasan untuk
perumahan. Sedangkan untuk rumah yang telah terbangun di sekitar site akan ditindak lanjuti
dengan 2 (dua) tindakan yaitu : (1) rumah-rumah yang posisinya diperbatasan site akan
dibiarkan tetap terbangun, (2) rumah-rumah yang posisinya berada tepat di dalam site akan
dilakukan penggusuran sebagai gantinya developper akan mengeluar uang ganti rugi (Impact
fees).

Dalam analisis tata guna lahan ini juga mempertimbangkan gangguan-gangguan yang
terjadi diluar tapak, seperti yang tertera pada Perencanaan Tapak Perumahan, Ir. Haryani,
MTP . Salah satu gangguan yang bersifat pendengaran yaitu bersumber dari kebisingan.

4.2.4. Analisis Klimatologi


Iklim pada lokasi ini diklasifikasikan sebagai tropis. Meskipun pada bulan terkering
masih terjadi hujan. Menurut koppen dan Geiger, iklim ini diklasifikasikan sebagai Af.
Dengan suhu rata-rata 23,3 0C. Dengan 2460 mm presipitasi yang jatuh setiap tahunnya.
4.2.5. Analisis Vegetasi
Vegetasi yang ada di sekitar site perencanaan tapak yaitu berupa : Sawah, Pohon
Kelapa, Pohon Aren, dan Semak Belukar. Dalam perencanaan tapak ini tindakan yang akan
dilakukan pada vegetasi tersebut bervariasi, pada sawah tentunya nanti akan terjadi alih
fungsi lahan dari persawahan menjadi perumahan, kemudian pohon kelapa akan ditinggalkan
hanya satu batang sebagai simbol dari perumahan tersebut sebelum berdirinya perumahan
tersebut sudah ada pohon kelapa dan juga pohon aren.
Meskipun hal kecil seperti itu bisa menjadi manfaat besar nantinya seperti penamaan
jalan bisa menggunakan nama kelapa dan aren.

4.2.6. Analisis View


Untuk View disekitar lokasi site bisa dikatakan sudah memenuhi standard dan dengan
masih dipertahankannya sawah diantara pembatas site akan menjadi suatu keunikan tersendiri
dan hal lainnya yaitu hamparan perbukitan yang menjadi nilai tambah bagi perumahan yang
akan menjadi kiblat dari pembangunan perumahan ini.

4.3. Analisis Kondisi Sarana


Sesuai dengan standar lingkungan II sarana yang harus disediakan dalam site
perencanaaan tapak yaitu terdiri dari : Tk, Koperasi, Toko, dan Poliklinik. Selain dari yang 4
(empat) tersebut boleh disediakan jika itu memungkinkan, akan tetapi untuk
menyeimbangkan antara kebijakan dengan pengeluaran dalam perencanaan tapak ini, akan
lebih baik hanya menyediakan sesuai kebutuhan tidak lebih dan tidak kurang.

4.3.1. Sarana Kesehatan


Seperti yang telah tertera dalam standar lingkungan perumahan yaitu pada perumahan
yang memakai lingkungan II wajib menyediakan 1 poliklinik yang luasnya 200 m 2. Yang
mana nantinya ini berguana untuk penunjang kesehatan dalam kawasan perumahan tersebut.

4.3.2. Sarana Pendidikan


Untuk suatu keamanan bagi penghuni perumahan yang menginginkan anak dari
penghuni perumahan tersebut untuk mendapatkan suatu sarana yang dekat dengan kompleks
perumahannya, maka dari itu dalam perencanaan tapak ini disediakanlah 1 (satu) unit TK
seluas 1.200 m2 sesuai dengan standar lingkungan II yang telah ditetapkan. Selain mengikuti
peraturan yang ada penyediaan fasilitas ini juga berguna bagi masyarakat yang merasa
khawatir akan anak-anak mereka jika bersekolah teralalu jauh dengan umur yang relatif kecil.

4.3.3. Sarana Perekonomian


Dalam site perencanaan tapak ini haruslah disediakan 1 buah toko dengan luasan
1.000 m2, yang nantinya akan berguna untuk kemudahan dari penghuni perumahan sebagai
suatu sarana untuk perbelanjaan didalam kompleks tersebut. Tanpa harus pergi jauh keluar
dari kompleks perumahan tersebut.

4.3.4. Sarana Perkantoran


Sarana perkantoran yang disediakan disini yaitu berupa sebuah koperasi yang
memiliki luas 100 m2. Selain berfungsi sebagai penunjang untuk kehidupan penghuni
perumahan tersebut “dari mereka untuk mereka”, juga berfungsi sebagai penjalin
silahturahmi antar sesama penghuni perumahan.

4.3.5. Sarana Peribadatan


Meskipun dalam standard lingkungan II tidak ada dikatakan untuk penyediaan sarana
peribadatan, akan tetapi dikarenakan adanya sebuah sarana peribadatan yang terletak tepat di
batasan antara site dengan pemukiman warga, maka dari itu untuk sarana peribadatan menjadi
nilai tambah dalam perencanaan tapak ini, yaitu adanya sarana peribadatan diperbatasan
antara site yang telah melewati standard lingkungan II.

4.4. Analisis Kondisi Prasarana


4.4.1. Air Bersih
Air bersih pada saat sekarang ini telah menjadi sebuah kebutuhan pokok bagi
kehidupan, bukan hanya untuk minum saja melainkan untuk atifitas lain sangat diperlukan
seperti : memasak nasi, mandi, mencuci, dll.
Pada site perencanaan tapak ini direncanakan sumber air bersihnya dimaksimalkan
dari PDAM, kecuali pada bangunan yang telah ada di perbatasan site yang dibiarkan berdiri,
sumber air bersih yang berasal dari sumur akan dibiarkan tetap sumur tetapi jika pemilik
rumah tersebut ingin mengganti dengan PDAM itu akan dikembalikan pada masyarakat
tesebut.

4.4.2. Persampahan
Sistem persampahan yang direncanakan untuk kawasan site baru ini yaitu sistem
persampahan yang telah kita ketahui selama ini .
4.4.3. Drainase
Drainase pada site perencanaan tapak masih alami yaitu berupa irigasi yang
bersumber dari sawah setempat, airnya menglir ke timur dan tempat terakhirnya adalah
mengarah ke sungai. Yang memiliki lebar 40 cm dengan kedalaman 35 cm dengan konstruksi
tanah. Dengan adanya drainase ini maka bisa dimanfaatkan sebagai limpasan air hujan.
4.4.4. Listrik
Listrik bukanlah hal asing lagi setiap aktifitas manusia tergantung pada listrik. Pada
site perencanaan tapak ini, perumahan ini nantinya akan dilayani oleh PLN dengan sistem
jaringannya memakai gardu induk, yang kemudian disalurkan ke rumah-rumah penduduk.
Dimana klasifikasi daya yang akan disalurkan pada tiap rumah adalah :
- Rumah mewah : 2.500 VA / unit
- Rumah sederhana : 1.300 VA / unit
- Rumah sangat sederhana : 900 VA / unit
- Sarana sosual ekonomi : 20% dari kebutuhan rumah tangga
- Untuk Jalan : 10 % dari kebutuhan rumah tangga

4.4.5. Telephon

Pada zaman sekarang kebutuhan akan telephon mungkin tidak terlalu terlihat lagi
karena kebanyakan masyarakat sekarang memakai ponsel/Gadget lainnya. Akan tetapi masih
ada yang memakai telepon sebagi alat komunikasi, dan kebutuhan masyarakat akan sarana
telekomunikasi akan terpenuhi dengan jasa pelayanan PT. Telkom. Jaringan telepon ini akan
menggunakan kabel atas dengan sistem jaringan tersier yang langsung dihubungkan dengan
konsumen.
Dalam site perencanaan tapak ini untuk kawasan perumahan kebutuhan telephon
untuk kawasan perumahahn ini akan disediakan kebutuhan telephon sebesar 60% dari jumlah
KK akan dilayani oleh fasilitas telephon umum per 160 KK.

4.5.Analisis Kebutuhan
4.5.1. Analisis Kebutuhan Rumah
Site perencanaan tapak ini memakai standar lingkungan II, untuk keterangan standar
lingkungan II beserta hasil analisis kebutuhan per masing-masing aspek dapat dilihat pada
masing – masing tabel berikut :
Tabel 4.1
Standar Lingkungan Perumahan
No Keterangan Lingkungan II
1 Jumlah Penduduk 800 - 1.000 jiwa
2 Jumlah RT 160 – 200 KK
3 Perumahan 12.000 – 30.000 m2 (65,5%)
4 Open Space 800 m2 (2,2%)
2.750 m2 (6,1%)
TK : 1.200 m2
5 Fasilitas Sosial Koperasi : 100 m2
Toko : 1.000 m2
Poliklinik : 200 m2
6 Jaringan Jalan 12.000 m2 (26,2%)
Total 45.950 m2
Radius Pelayanan 260 m
Sumber : Rancangan Pedoman Perencanaan Lingkungan Perumahan untuk kota-kota di Indonesia

Tabel 4.2
Hasil Anaalisis Kebutuhan
Luas Berdasarkan Luas berdasarkan Sisa
No Kebutuhan %
Standar (m2) analisis (m2) Lahan
1 Rumah 65,5 32.750 32.534
- RM - 7.904
216
- RS - 12.870
- RSS -11.760
2 Open 2,2 1.100 1.100
Space
3 J.Jalan 26,2 13.100 13.100
4 Fasos 6,1 2.750 3.050 550
- Tk - 1.200
- Poliklinik - 200
- Toko -1.000
- Koperasi - 100
Jumlah 100 50.000 49.734 766
Sumber :Analisis Langsung

Berikut adalah analisis kebutuhan rumah dari lingkungan II :


 Luas site adalah 50.000 m2
 Luas perumahan : 65,5 x 50.000 = 32. 750
100

- Rumah mewah : 1/6 x 196 KK = 32 unit


- Rumah sederhana : 2/6 x 196 KK = 66 unit
- Rumah sangat sederhana: 3/6 x 196 KK = 98 unit

Tipe dalam membangunan kawasan perumahan yaitu:


- Rumah mewah menggunakan tipe 90 dengan luas lahan 247 m² ( 13 x 19 m )
2
- Rumah sederhanan menggunakan tipe 70 dengan luas lahan 198 m (18m x 11 m)
- Rumah sangat sederhana menggunakan tipe 45 dengan luas lahan 120 m2 ( 10 x 12 )
Dengan perbandingan 1 : 2 : 3, maka jumlah rumah dan luas tanah untuk rumah
adalah sebagai berikut :
- Rumah Mewah
1/6 X 196 KK = 32 unit rumah
247 m² X 32 unit rumah = 7.904 m²
jadi peruntukan lahan untuk rumah tipe 90 dengan luas kavling 247 m2 yang
berjumlah 32 unit rumah adalah 7.904 m2 .
- Rumah Sederhana
2/6 X 196 KK = 65 unit rumah
198 m² X 65 unit rumah = 12.870 m²
jadi peruntukan lahan untuk rumah tipe 70 dengan luas kavling 198 m² yang
berjumlah 65 unit rumah adalah 12.870 m².

- Rumah Sangat Sederhana


3/6 X 196 KK = 98 unit rumah
120 m2 X 98 unit rumah= 11.760 m2
jadi peruntukan lahan untuk rumah tipe 45 dengan luas kapling 120 m² yang
berjumlah 98 unit rumah adalah 11.760 m².
Jadi total luas lahan yang akan dimanfaatkan untuk rumah adalah 7.904 + 12.870
+ 11.760 = 32.534 m². Jadi lahan yang tersisa yaitu 216 m2
4.5.2. Analisis Kebutuhan Open Space

Sesuai Dengan Standar Lingkungan II, Maka Standar Untuk Open Space Adalah 2,2
%. Dengan kebutuhannya sebagai berikut :
Open space = 2,2 % x 50.000 = 1.100 m2

4.5.3. Analisis Kebutuhan Jaringan Jalan

Menurut standard lingkungan II Persentase untuk kebutuhan jaringan jalan adalah


26,2 % dari luas lahan. Berikut adalah perhitungannya :
Kebutuhan jaringan jalan : 26,2 % x 50.000 = 13.100 m²
4.5.4. Analisa Kebutuhan Fasilitas Sosial

Berdasarkan luas lahan 50.000 m2 Adapun fasilitas-fasilitas yang harus ada pada
lingkungan II berdasarkan standar lingkungan perumahan adalah terdapat Tk, Poliklinik,
koperasi, dan Toko. Dengan luas lahan untuk fasilitas sosial adalah sebagai berikut :
6,1% x 50.000 = 3.050 m² . Dengan luas fasilitas yang akan dibangun yaitu :
- TK = 1.200 m²
- Poliklinik = 200 m²
- Toko = 1.000 m²
- Koperasi = 100 m²
Jadi, sisa lahan untuk kebutuhan fasilitas sosial 550 m². Dan sisa lahan tersebut akan
dibangun rumah sehat sederhana.
4.6.Analisis Utilitas
4.6.1. Air Bersih
Dalam standar lingkungan II tertera bahwa jumlah RT 160-200 KK, Sedangkan dalam
perencanaan tapak ini menargetkan jumlah RT sebanyak 180 KK dengan melihat kebutuhan
air perorang. Apabila didalam 1 (satu) rumah terdapat 5 (lima), maka jumlah penghuni
diperumahan ini yaitu sekitar 900 jiwa.
Dimana kebutuhan perorangan akan air bersih yaitu 150 liter/orang /hari.
 Maka kebutuhan akan air bersih pada site yaitu ;
- Kebutuhan perorangan = 150 liter /orang / hari x 980 orang

= 147.000 liter/orang/hari
- Kebutuhan untuk pusat kegiatan lingkungan:

= 20% x kebutuhan perorangan


= 20 % x 147.000 = 29.400 liter / orang / hari
- Kebutuhan cadangan = 20% x 147.000 = 29.400
 Maka jumlah kebutuhan air total untuk kawasan site yaitu :

147.000 +29.400 = 176.400 liter /orang /hari


4.6.2. Listrik

Kebutuhan jaringan litrik pada site perencanaan tapak ini dilayani oleh PLN dengan
sistem jaringannya dengan gardu induk, dimana beban tersambung :
- Rumah mewah : 2.500VA/unit × 32 = 80.000
- Rumah sederhana : 1.300VA/unit × 65 = 84.500
- Rumah sangat sederhana : 900 VA/unit x 98 = 88.200
Total jaringan listrik yang di butuhkan = 252.700 VA
- Sarana sosial ekonomi : 20% × 252.700 VA = 50.540 VA
- Untuk jalan : 10% × 252.700 VA = 25.270 VA

Jadi total kebutuhan listrik untuk kawasan site rencana yaitu :


= Keb. RT + Keb. Sarana Sosial Ekonomi + Keb. Untuk Jalan
= 252.700 VA + 50.540 VA + 25.270 VA
= 328.510 VA
4.6.3. Jaringan Telepon
Kebutuhan masyarakat akan sarana telekomunikasi akan dipenuhi oleh PT.Telkom.
Dimana kebutuhan telepon adalah 60 % dari jumlah KK akan dilayani oleh fasilitas telepon
umum per 180 KK, maka :
60% x 196 KK = 117,6 (117) KK
4.6.4. Drainase

Drainase yang mengalir di site perencanaan tapak umunya masih rigasi dan berasal
dari pemukiman dan perumahan disebelah kawasan site.
Saluran pembuangan air hujan mempunyai persyaratan sebagai berikut :
a. Salurannya direncanakan berdasarkan frekuensi intensitas curah hujan
b. Salurannya dapat terbuka dan tertutup
c. Untuk saluran tertutup tiap perubahan arah harus dilengkapi dengan lubang pemeriksa dan
pada saluran yang lurus, lubang pemeriksa harus dibuat tiap jarak 50 m.
d. Sistem pembuangan air hujan tersebut harus mempunyai badan penerima yang dapat berupa
sungai, danau, dan kolam yang mempunyai daya tampung cukup.

4.6.5. Persampahan
Seperti yang telah dibahas dalam analisis prasarana diatas, Persampahan juga masuk
kedalam kategori perhitungan. Dengan standarnya, berdasarkan sumbervolume sampah
adalah sebagai berikut :
- Perumahan : 2 - 4 liter/orang/hari
- Pendidikan : 0,5 – 0,5 liter/orang/hari
- Peribadatan : 0,2 – 2 liter/orang/hari
- Fasilitas umum lainnya : 0,5 – 1 liter/orang/hari
- Selokan : 0,2 – 0,5 liter/orang/hari
- Open space : 0,2 – 0,5 liter/orang/hari

Jumlah penduduk yang terlayani : 90% X jumlah penduduk


= 90% X 980 jiwa
= 882 jiwa
- % pelayanan = jum.penduduk terlayani / jumpenduduk total X 100%

= 810 jiwa / 980 jiwa X 100%


= 82,6 %
- timbunan sampah = jenis timbunan X jumlah penduduk telayani

= 1 X 882 jiwa
= 882 liter orang perhari
- Ananlisis volume timbunan sampah = jum. penduduk terlayani X standar volume
sampah

= 882 jiwa X 2,5


= 2.205 m2 / hari
d. analisis kebutuhan container
% tingkat pelayanan = 90% (0,9) , Vt = 2.205 m2 / hari
Jumlah container = % tingkat pelayanan X Vt
6 m2 / unit
= 0.9 X 2.205 m2
6 m2 / unit
= 330,7 % / unit= 3,3 Unit
Jadi, untuk kawasan perumahan ini membutuhkan 3 unit container

4.6.6 Kebutuhan Jalan


Dalam perencanaan tapak ini kebutuhan jalan sangatlah penting, jalan
yang akan dibuat adalah jalan utama dan jalan penghubung lingkungan.
Analisis Kebutuhan Jaringan Jalan
Standar Jaringan Jalan = 26,2%
Luas Site = 50.000 m2
Luas Jaringan Jalan = 26,2 % x 50.000 m2
= 13.100 m2
Untuk Garis Sepadan Bangunan (GSB) tiap jalan dapat diketahui dengan rumus :
Pada Jalan Arteri GSB yang digunakan = ½ lebar jalan + 1
= ½ 9+ 1
= 5,5 m
Pada Jalan primer dan skunder GSB yang digunakan =½ lebar jalan + 1
= ½ 4+ 1
= 3m
Jadi jalan arteri GSB yang digunakan adalah 5,5 m dan jalan sekunder dan jalan
primer GSB yang digunakan adalah 3 m yang akan diterapkan untuk pembuatan GSB.

BAB V
KONSEP
5.1 Konsep
Pada perencanaan tapak yang terletak di Kelurahan Batipuah Panjang ini menggunakan
konsep perumahan Modern Minimalis dengan hunian berimbang, yang menggunakan
standard lingkungan II sesuai dengan kondisi dilapangan yang memiliki kondisi datar dan
view yang menarik, maka konsep perumahan ini akan sangat cocok dengan perumahan
elegan minimalis. Baik itu dari segi bentuk rumah, susunan rumah, dan pola jalan. Semuanya
akan memiliki kesan elegan meskipun dengan ukuran kecil.
Kesan elegan untuk perumahan ini dapat dilihat dari pola jalan,susunan rumah dan
bentuk fisik lingkungan serta rumah yang ada di lokasi site tersebut. Untuk pola jalan pada
tapak perumahan ini akan memakai kombinasi antara pola loop dan pola cul de sac yang
nantinya akan langsung terhubung ke jalan lingkungan dan rumah akan mengikuti lekuk
jalan. Sedangkan untuk pola cul de sac akan ditetapkan dibuat di tengah atau tepatnya antara
dua sisi pola loop yang nantinya pola cul de sac ini alurnya akan menuju pada Fasos yang
akan diletakkan sekelompok, dan sisi lainnya yaitu ditengah-tengah tepat pada bundaran pola
cul de sac ini akan dibuat open space yang berguna sebagai tempat santai juga akan
dibangun di dalamnya sebuah patung air mancur.
Untuk rumah yang digunakan yaitu dengan tipe 90,70, dan 45 semuanya adalah rumah
minimalis tanpa terkecuali. Tipe minimalis ini di pilih karena gaya hidup masyarakat
sekarang yang menyukai tampilan fisik yang menarik. Jika semua tampilannya minimalis dan
di padukan dengan lingkungan yang nyaman maka akan menjadi daya tarik tersendiri tidak
hanya sebagai hunian tetapi juga memiliki view yang menarik untuk berfoto karena pada
zaman sekarang berfoto adalah hal yang bisa dikatakan wajib segelintir orang. Dan dengan
kebiasaan ini lah yang dapat juga dimanfaatkan untuk menarik pembeli agar tertarik dengan
perumahan ini.

5.1.1 Konsep Kebutuhan Ruang


a. Konsep Kebutuhan Rumah
Sesuai dengan analisis yang telah dilakukan terhadap karakteristik fisik, sarana,
maupun prasarana di lokasi site, maka konsep yang digunakan yaitu Konsep Perumahan
Modern Minimalis. Dengan kawasan perencanaan yang memiliki luas lahan yang akan
dibangun 50.000 m2 atau 5 Ha.
Berdasarkan atas hunian berimbang sesuai dengan Surat Keputusan Bersama/SKB
3 menetri yaitu Menteri Dalam Negri, Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Negara
Perumahan Rakyat tentang Pedoman Pembangunan Perumahan dan Pemukiman dengan
Lingkungan Hunian yang Berimbang, yang mana menyatakan bahwa perbandingan untuk
hunian berimbangan yaitu 1 : 2 : 3, dengan penjelasan apabila membangun 1 rumah mewah
maka harus diseiakan 2 rumah sedrhana dan 3 rumah sehat sederhana.
Hal ini bertujuan untuk pemerataan kesempatan bagi seluruh masyarakat untuk
mendapatkaan rumah serta pemerataan kesempatan bagi penghuni rumah sehat sederhana
untuk mendapat fasilitas real estate (playground, jogging track, tenis court) dan fasilitas
lainnya.
Berdasarkan konsep perumahan hunian berimbang 1 : 2 : 3, maka jumlah unit rumah yang
akan dibangun menurut tipenya adalah sebagai berikut:
 Type 90 / 247 = 32 unit
 Type 70 / 198 = 67 unit
 Type 45 / 120 = 98 unit

b. Konsep Kebutuhan Open space


Open space sesuai dengan namanya telah dapat diartikan bahwa merupakan
penghijuan yang berfungsi menciptakan keindahan dan kenyaman. Sesuai dengan standard
lingkungan II untuk perencanaan tapak ini open space yaitu sebesar (2,2 %). Berdasarkan atas
analisis kebutuhan akan Open Space maka luas Open Space untuk perencanaan tapak ini
adalah 1.100 m2.

c. Konsep Fasilitas
Berdasarkan standard lingkungan II yang telah di analisis untuk fasilitas sosial yaitu
sebesar (6,1 %) dengan luas 3.050 m². Dengan penjabaran sebagai berikut :
 TK
Dalam perencanaan tapak perumahan ini akan disediakan satu unit TK di dalam site, dengan
sesuai standar lingkungan II seluas 1.200 m2 akan tetapi dikarenakan luas lahan pada
perencanaan tapak ini sebesar 50.000 m2, maka luas lahan untuk Tk yaitu 1.300.
Pembangunan TK ini bertujuan untuk kedekatan antara orangtua dan anak, dikarenakan pada
usia TK ini anak-anak masih dikategorikan dalam ketidak tahuan mengenai apa-apa. Dengan
adanya TK dilingkup perumahan maka kecil kemungkinan untuk kriminalitas terjadi pada
anak-anak baik itu penculikan, kecelakaan, dll.

 Koperasi
Dalam perencanaan tapak ini akan disediakan satu unit koperasi di dalam lokasi site yaitu 300
m2.

 Toko
Pembangunan Toko pada site ini bertujuan untuk memberikan kemudahan pada calon
penghuni dalam melakukan perbelanjaan. Sesuai dengan standar lingkungan II luas toko yang
akan dibangun adalah 1.000 m2.
 Poliklinik
Dalam perencanaan pembangunan perumahan ini, akan dibangun 1 unit poliklinik yang dapat
melayani penghuni perumahan dalam bidang kesehatan. Yaitu dengan luas 400 m2.

d. Konsep Utilitas

 Jaringan Air Bersih


Jaringan air bersih yang digunakan memakai system perpipaan dengan sambungan dan
jaringannya di bawah tanah.
Gambar 5.1
Sistem Distribusi Air PDAM

 Jaringan Air Limbah


Air buangan berupa air bekas mencuci dan air bekas mandi dialirkan ke saluran
drainase yang selanjutnya di salurkan ke saluran akhir yang bermuara ke sungai kecil.
Sedangkan limbah berupa tinja dibuang/ditampung dalam septic tank yang apabila penuh
akan disedot untuk pengosongan kembali.
 Drainase
Drainase di buat dengan mengikuti jalan. System drainase yang digunakan yaitu
system drainase terbuka yang alirannya dari saluran tersier kemudian ditampung di saluran
pengumpul, selanjutnya di alirkan ke saluran primer dan bermuara ke sungai.
 Persampahan
System persampahan yang digunakan yaitu menggunakan konsep pengumpulan
sementara di setiap rumah, kemudian sampah yang terkumpul dengan system door to door
diangkut ke TPA dan dari TPS, sampah yang dikumpul di depan rumah akan diangkut ke TPS
dengan frekuensi 2 kali sehari, kemudian sampah dari TPS tersebut diangkut ke TPA dengan
mobil pengangkut sampah dengan frekuensi 1 kali seminggu.

 Listrik
Jaringan listrik pada perencanaan tapak ini bersumber dari PLN yang dialirkan dari
gardu tiang ke rumah-rumah penduduk dalam site. Jaringan listrik yang digunakan mengikuti
pola jalan.
 Jalan
Jalan merupakan prasarana yang berada didarat sebagai kemudahan dalam
transportasi berjalan, pengangkutan, dll. Dalam perencanaan tapak perumahan ini pola jalan
yang akan digunakan ada 2 (dua) yaitu dengan mengkombinasikan pola cul de sac dan pola
loop. Dengan adanya kombinasi pola ini maka akan menimbulkan kesan elegan pada
perumahan ini, meskipun menggunakan hunian berimbang masih menimbulkan kesan elegan
pada setiap sudut jalannya dan dari penampakan gerbang sudah dapat terlihat seperti sebuah
perumahan elit.
Jalan perumahan yang direncanakan adalah:
1. Jalan arteri sekunder yaitu jalan yang menghubungkan antara lingkungan perumahan satu
dengan lingkungan perumahan lainnya atau untuk menghubungkan jalan utama lingkungan
satu dan lainnya. Jalan ateri sekunder ini merupakan jalan utama dengan lebar 10 meter.
Gambar 5.2
Konsep jalan arteri sekunder

10 m 5m 1m
1m

2. Jalan kolektor sekunder yaitu jalan yang menghubungkan jalan lingkungan perumahan satu
dengan yang lainnya. Lebar jalan untuk jalan kolektor sekunder ini yaitu 9 meter.

Gambar 5.3
Konsep jalan kolektor sekunder

1m 9m 1m
0.5m 0.5m

3. Jalan local merupakan jalan penghubung pada perumahan dengan lebar 4 meter.
Gambar 5.4
Konsep jalan Lokal

0.5m 4m 0.5m
5.1.2. Konsep Tata Letak Perumahan
a. Konsep Tata Letak Rumah
Pada konsep perumahan ini sesuai dengan site, maka perumahan yang akan dibuat
adalah perumahan modern minimalis dengan hunian berimbang. Dalam tata letak perumahan
akan disesuaikan dengan kondisi site. Di karenakan kondisi sitenya datar maka tata letak
perumahan yang digunakan yaitu tata letak untuk rumah yang berpola tunggal adanya jarak
antara bangunan satu dengan bangunan lainnya untuk mengantisipasi apabila adanya
bencana.
Sesuai dengan konsep untuk perencanaan tapak perumahan konsep yang digunakan
disini adalah konsep hunian berimbang bagi perumahan modern minimalis. Dengan tipe :
Rumah Mewah, Rumah Sederhana, Rumah Sehat Sederhana.
Untuk akses jalan perumahan, menggunakan modifikasi pola cul de sac,grid dan
loop. Keuntungan yang dapat dilihat disini yaitu pembuatan jalan yang hanya dalam
lingkungan site, untuk akses keluar site jalan ini sudah dapat disesuaikan dengan jalan
lingkungan yang telah ada.Dengan adanya kesan elegan dari jalan untuk perumahan ini maka
itupun berdampak pada pola peletakkan perumahannya.
Dengan modifikasi jalan cul de sac dan loop maka jalan yang terbentuk adalah jalan
yang serupa dengan perumahan elit, ini akan menjadi daya tarik tersendiri bagi calon
penghuni. Penjabaran pola peletakan rumahnya, Dimana diantara rumah mewah akan
didirikan rumah sederhana dan rumah sehat sederhana ini mengingat agar terjaganya
keseimbangan dan tidak adanya perbedaan antara status sosial yang sangat tajam antara
kalangan masyarakat yang berekonomi lebih dibandingkan masyarakat yang memiliki
ekonomi dibawahnya.

b. Konsep Tata Letak Open Space


Pada perencanaan tapak ini konsep yang digunakan untuk peletakan open space yaitu
akan diletakkan tepat ditengah-tengah perumahan berdasarkan atas pola jalan yang akn dibuat
yaitu modifikasi cul de sac pada bagian bundaran/tempat perputaran jalan ini, tepat berada
ditengahnya akan dijadikan sebagai open space yang mana disana akan dibangun pula sebuah
patung air mancur. Ini akan menjadi nilai tambah untuk perumahan ini, karena patung air
mancur ini langsung menghadap ke arah pintu masuk perumahan, disinilah akan terlihat
kesan ke-eleganan sebuah perumahan. Terutama bagi calon penghuni yang menyukai suatu
ke-glamoran tentunya mata mereka akan langsung termanjakan akan penampakan langsung
dari pintu gerbang perumahan.
c. Konsep Tata Letak Fasilitas
Sesuai dengan standar lingkungan II telah ditetapkan bahwa fasilitas sosial yang wajib
ada di perumahan tersebut adalah TK, Koperasi, Toko, dan poliklinik. Untuk tata letak
fasilitas akan dibuat menyebar. TK di letakkan di daerah rumah sederhana yang tidak terlalu
padat aktifitas kendaraannya, kemudian toko akan di pecah di beberapa tempat, hal tersebut
dilakukan untuk memudahkan akses pembeli ke toko tersebut. Koperasi di letakkan di sekitar
rumah sehat sederhana, hal tersebut telah di pertimbangkan, menurut analisa dan fakta yang
terjadi menyatakan bahwa masyarakat yang sangat banyak ikut dalam koperasi adalah
masyarakat yang memiliki ekonomi agak di bawah. Jadi, untuk menunjang kebutuhan
tersebut maka ditetapkanlah tata letak koperasi di lingkungan sehat sederhana. Yang terakhir
adalah poliklinik terletak di bagian perumahan mewah, hal tersebut dikarenakan sifat dari
masyarakat di perumahan mewah sangat peka akan kesehatan, meskipun hanya sakit kepala
sedikit mereka lebih mementingkan untuk langsung ke dokter. Maka dari itu, ditetapkanlah
tata letak poliklinik di sekitar perumahan mewah. Penamaan perumahan yaitu Wisata di
ambil dari nama kami 3 (tiga) bersaudara (Winda,Sari, dan Tara)
Berikut adalah site plan perumahan “Wisata” minimalis dengan hunian berimbang.

d. Konsep Tata Letak Utilitas


- Jalan
Pada perencanaan tapak perumahan ini jalan yang digunakan adalah cul de sac,
grid dan loop. Dimana hanya ada 1 (pintu) yang berfungsi sebagai pintu masuk dann pintu
keluar.

- Drainase
Konsep drainase yang di pakai untuk site perumahan ini adalah system
drainase terbuka dan tertutup. Drainase tertutup menggunakan drainase yang lama yaitu
sebagian di jalan utama site. Untuk drainase terbuka akan melingkari rumah mengikuti jalan

- Air Bersih
Konsep untuk air bersih yang akan di bangun memilki kriteria sebagai berikut
biaya pembangunan murah, penggunaan tenaga listrik dan bahan kimia seefisien mungkin,
menggunakan teknologi yang tidak terlalu tinggi dan suku cadang mudah didapatkan, biaya
perawatan mudah, sederhana dan compact untuk mengurangi penggunaan lahan yang
berlebih dan menggunakan system yang sfektif dan efisien.

- Sampah
Konsep system persampahan perkotaan bersumber dari peermukiman adalah
meningkatkan pelayanan sampah rumah tangga melalui program perbaikan lingkungan dan
mengupayakan koordinasi antar instasi yang berwenang (Dinas Kebersihan dan Pertamanan)
dengan melibatkan peran serta masyarakat, rehabilitasi dan penambahan angkutan sampah
dalam upaya meningkatkan pelayanan, dan peanambahan tempat pembuangan sampah
sementara (TPS) dengan system container yang memenuhi persyaratan jarak 60 m dari
perumahn, radius pelayanan 600 m dan luas lahan minimum 9m x 12 m.

- Listrik dan Telepon


Konsep utilitas listrik dan telpon merupakan alat penunjang kegiatan perkotaan
termasuk permukiman. kecendrungan perkembangan teknologi komunikasi akhir- akhir ini
menunjukan sangat pesat dan semakin cangggih. Konsep pelayanan telepon umum dilakukan
oleh pihak PT. Telkom yang menyebatkan pelayanan ini secara merata dengan adanya box
telepon umum dan warung telekomunikasi (wartel). Untuk jaringan listrik yang terdiri dari
system kabel udara merupakan persyaratan dari perusahaan Listrik Megara (PLN) dan system
kabel di bawah tanah.

BAB VI
PENUTUP
6.1. KESIMPULAN

Dari uraian di atas baik d


ari rincian data, hasil analisis dan survey lapangan, maka dapatlah disimpulkan bahwa
pembuatan tapak perumahan di Kelurahan Batipuah Panjang ini tidak lain yaitu untuk dapat
mengoptimalkan fungsi dari Tapak Perumahan yang berpotensi baik di dalam maupun di luar.
Dengan luas lahan tapak perumahan yaitu sebesar 50.000 m2 , Menggunakan konsep
perumahan minimalis elegan dengan hunian berimbang yang di peruntukan bagi semua
kalangan.
Sumber :

Haryani, Perencanaan Tapak Perumahan, Padang : Bung Hatta University


Press

Anda mungkin juga menyukai