Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Seiring dengan perputaran waktu dan perkembangan zaman yang amat pesat
menimbulkan banyak masalah dalam kehidupan masyarakat terutama dalam penataan
kawasan perumahan, banyak kawasan perumahan yang telah terbangun tidak memenuhi
standar yang telah ditentukan, sehingga dikemudian hari dapat menyebabkan timbulnya
masalah. Dengan demikian dibutuhkanlah sebuah Perencanaan Tapak Perumahan.
Menurut Ir. Haryani,MTP, 2011 Perencanaan Tapak adalah suatu seni dan ilmu
penatagunaan bagian-bagian suatu tapak/lahan secara teratur, terinci, fungsional dan
merupakan suatu proses yang kreatif yang menghendaki kemampuan mengolah dari berbagai
faktor-faktor kemungkinan. Dan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesiazx Nomor
1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, di jelaskan pada pasal 1 ayat
(2) bahwa Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai baginan dari permukiman, baik
perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasaran, sarana, dan utilitas umum
sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni.
Selain itu dalam Perencanaan Tapak Perumahan kita tidak boleh terlepas dari
aturan/kebijakan yag telah ada. Sesuai dengan ketentuan dari Ditjen Cipta Karya Departemen
PU, Mengatakan bahwa Perumahan yang ideal harus memenuhi syarat-syarat diantaranya :
(1) Aksesibilitas yaitu kemudahan pencapaian dari dan ke berbagai kawasan yang
diwujudkan dalam bentuk jaringan transportasi (2) Kompatibilitas yaitu keserasian dan
keterpaduan antar kawasan dalam lingkungan (3) Fleksibelitas yaitu kemunginan
pertumbuhan (4) Ekologi yaitu keterpaduan antara kegiatan dan kemampuan lahan.baik itu
dari segi pembangunan maupun fasilitas yang tidak sesuai akan kebutuhan masyarakat.
Dengan adanya Perencanaan Tapak ini kita mampu mengenali kawasan yang akan kita
bangun dan juga dapat mengoptimalkan fungsi dari Tapak Perumahan tersebut, Secara umum
dapat memiliki kesan elegan yang berpotensi baik di luar maupun di dalam, dan secara
khusus dapat memberikan kepuasan terhadap masyarakat baik itu dari segi penataan,
lingkungan, dan fasilitas yang memadai.
Kawasan studi pada perencanaan tapak ini yaitu berada di Kelurahan Batipuah
Panjang, dengan kondisi eksisting yang sangat mendukung dalam pembuatan tapak
perumahan di daerah tersebut, maka dalam rencana pembuatan tapak ini lebih menuju pada
Konsep Perumahan Modern Minimalis. Yaitu dimana sebuah konsep perumahan yang elegan,
baik itu dari segi rumah mewah maupun rumah sehat sederhana. Dalam rencana tapak
perumahan yang menggunakan konsep perumahan modern minimalis ini telah
mempertimbangkan segala aspek baik itu lingkungan maupun selera masyarakat pada zaman
sekarang ini.
Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan Tapak Perumahan ini adalah
a) Lebih memusatkan pada Konsep Perumahan Modern Minimalis.
b) Menciptakan perumahan yang elegan baik itu dari segi penataan maupun fisiknya.
c) Melengkapi fasilitas yang memadai untuk kawasan perumahan.
d) Membuat lingkungan perumahan memiliki daya tarik tersendiri, sehingga membuat penghuni
nyaman dan merasa tempat ternyamannya adalah berada di lingkungan perumahan itu sendiri.
1.3.2. Sasaran
Adapun sasaran yang ingin dicapai dalam pembuatan Tapak Perumahan ini yaitu :
a) Mengetahui potensi/karakteristik dari kawasan perencanaan tapak.
b) Membenahi konsep tapak perumahan yang selama ini kurang di terapkan
c) Menyeimbangkan antara fasilitas dengan kebutuhan masyarakat
1.5. Metodologi
1.5.1. Metodologi Pengumpulan Data
Adapun metodologi pengumpulan data dalam perencanaan tapak ini yaitu sebagai
berikut :
a) Observasi yaitu dengan melibatkan semua indera, Pencatatan hasil dapat dilakukan dengan
alat rekam elektronik.
b) Wawancara dimana pengambilan data dalam metode ini dilakukan secara lisan/langsung
dengan sumber datanya melalui tatap muka .
c) Dokumen yaitu Pengambilan data yang yang bersumber dari lembaga/institusi baik berupa
dokumen tertulis maupun elektronik. Dan dokumen diperlukan untuk mendukung
kelengkapan data yang lain.
1.6. Keluaran
Keluaran yang dihasilkan dalam Perencanaan Tapak Perumahan ini yaitu berupa
Laporan Perencanaan Tapak yang menjadi pedoman dalam pembuatan Tapak Kawasan
perumahan, dan keluaran lainnya yaitu berupa Peta Site Tapak Perumahan yang nantinya
akan digunakan untuk pembuatan kawasan perumahan.
BAB I PENDAHULUAN
Berisikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup makro
dan mikro, metodologi penelitian, keluaran dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORI
Berisikan pedoman atau konsep-konsep yang dipakai dalam tahap analisis pembuatan laporan
ini yang bersumberkan dari Buku Perencanaan Tapak Perumahan Ir.Haryani,Mtp,2010.
BAB III GAMBARAN UMUM
Dalam bab ini menjelaskan tentang keadaan topografi, penggunaan lahan fasilitas dan utilitas
yang ada pada kawasan studi baik makro maupun mikro.
BAB IV ANALISA
Pada bab ini membahas segala bentuk analisis baik analisis makro, mikro dan analisis
kebutuhan site. Selain itu juga berisi tentang arah dari konsep kawasan site yang sudah
terencana berdasarkan literatur, fakta dan analisis yang dilakukan.
BAB V KONSEP
Bab ini berisikan tentang bentuk/vokus perencanaan tapak perumahan dan uraian dari
rencana tapak yang akan dibuat pada site
BAB VI PENUTUP
Berisi kesimpulan dari Perencanaan Tapak dengan substansi Perencanaan Tapak Perumahan
Minimalis dengan Hunian Berimbang.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Pengertian Penataan Ruang
Berdasarkan pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007
Tentang Penataan Ruang dalam pasal 1 ayat (1) dijelaskan bahwa Ruang adalah wadah yang
meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu
kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan
memelihara kelangsungan hidupnya.
Sedangkan pengertian dari penataan ruang itu sendiri yang berada dalam pasal 1 ayat
(5) menyatakan bahwa penataaan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaaatan ruang.
b) Topografi
Kawasan perumahan yang baik harus memperhatikan topografi dan geologinya. Hal ini
disebabkan karena aspek geologi, struktur dan kekuatan tanah tapak yang direncanakan atau
dikembangkan harus dalam kondisi baik dan stabil. Kondisi tanah yang kurang stabil
hendaknya diolah terlebih dahulu sehingga mencapai kondisi yang baik/stabil. Kondisi
topografi atau kemiringan lahan yang terjal tidak cocok untuk perumahan, sedangkan
topografi yang datar (kemiringan maksimum (15%) lebih tepat dan baik untuk perumahan.
Hal ini juga dimungkinkan untuk dibuat sistem drainase dan kondisi tanah yang stabil untuk
kemudian memungkinkan dibangunnya perumahan.
c) Kepastian Hukum
Kepastian hukum atas status lahan hendaknya jelas karena hal tersebut penyangkut
aspek legalitas lahan tersebut. Jelasnya status lahan, maka pemilik akan mempunyai
keleluasaan untuk mengembangkan ataupun pindah tangan/menjual kepada pihak lain. Tanah
atau bangunan yang mempunyai status hukum yang jelas dan rumah diperoleh dengan
prosedur hukum yang benar. Prosedur hukum yang dilakukan mencakup:
- Pembebasan tanah
- Permohonan hak
- Pembangunan
- penghunian
Adapun syarat-syarat lokasi Perumahan adalah sebagi berikut :
Tidak terganggu polusi.
Dapat disediakan air bersih.
Memberikan kemungkinan untuk perkembangan pembangunannya.
Mempunyai aksesbilitas yang baik.
Mudah dan aman mencapai tempat kerja.
Tidak berada dibawakh pemukaan air setempat.
Mempunyai kemiringan rata-rata 0-5 %.
Selain itu Kawasan Perumahan juga harus memiliki beberapa Persyaratan, dimana
persyaratan tersebut adalah sebagai berikut :
Aksesbilitas yaitu kemungkinan pencapaian dari kawasan kekawasan berwujud jalan dan
transportasi.
Kompabilitas yaitu keterpaduan antar kawasan yang menjadi lingkungannya.
Fleksibilitas yaitu pertumbuhan fisik / pemekaran kawasan perumahan dikaitkan dengan
kondisi fisik lingkungan dan keterpaduan prasarana.
Ekologi yaitu keterpaduan antara tatanan kegiatan alam yang mewadahinnya.
Dalam Perencanaan tapak perumahan ini tipologi rumah yang dipakai adalah pola rumah
tunggal dengan letak setiap unit rumah tidak berhimpitan dengan rumah disebelahnya dan
umumnya luas persil > 600 m2 dengan lebar persil minimum 15m.
Pada dasarnya dalam perencanaan tapak ini ada 2 tipe rumah yang akan di pakai yaitu
tipe 145, dengan luas lahan 348m² (15m x 23,2m) dan,. Dengan dipakainya dua tipe dalam
perencanaan tapak ini maka akan memungkinkan terjadinya kombinasi anatara rumah tipe
145 penataan yang terjadi tidak terlihat begitu kaku, penataanya akan terasa hidup dan
didukung dengan lingkungan yang sehat.
Pada Perencanaan Tapak ini pola drainase yang akan dipakai terdiri atas dua pola
yaitu pola paralel dan pola jaring-jaring, pola ini dipakai karena sesuai dengan keadaan lokasi
tapak perumahan dan nanti apabila ada suatu perbaikan kota akan mudah untuk
mengatasinya, Untuk lebih jelasnya mengenai ke dua pola ini berikut penjelasannya:
a. Pola Parallel
saluran utama terletak sejajar dengan saluran cabang (sekunder) yang cukup banyak dan
pendek-pendek. apabila terjadi pengembangan kota, saluran-saluran akan dapat
menyesesuaikan.
b. Jaring-jaring
Pola ini mempunyai saluran-saluran pembuang yang mengikuti arah jalaan raya dan cocok
untuk daerah tofografi datar.
BAB III
GAMBAR UMUM
3.1. Data Eksternal (Makro)
Berdasarkan Kebijakan yang tertera di RTRW Kota Padang Tahun 2028 berikut adalah
kebijakan yang terkait dan termuat di dalamnya :
a. Pengembangan pusat-pusat pengembangan kota yang dapat mendorong terjadinya
pertumbuhan yang merata diseluruh wilayah kota sesuai dengan hirarki dan skala
pelayanannya.
b. meningkatkan aksesbilitas dari dan kedaerah sekitar (hinterland) melalui penyediaan sarana
dan prasarana transportasi yang memadai dalam rangka mendorong pengembangan kota-kota
satelit yang berfungsi sebagai commputer city.
c. pengembangan system prasarana dan sarana perkotaan yang memadai sesuai dengan
kapasitas dan tingkat pelayanan kepada masyarakat serta mempertimbangkan kondisi darurat
akibat bencana alam.
d. pengembangan system permukiman yang sesuai dengan karakter ruang kota, social, budaya
masyarakat, daya dukung dan daya tampung serta kesesuaian lahan serta kerawanan terhadat
bencana.
Mengembangkan permukiman di kota Padang meliputi permukiman perkotaan dengan
kepadatan tinggi dan permukiman kepadatan sedang dan kepadatan rendah (sub urban).
Mengembangkan permukiman kepadatan rendah pada wilayah yang akan dipertahankan
sebagai kawasan konservasi dan kawasan lindung serta kawasan perkebunan dan pertanian
perkotaan dan kawasan rawan bencana.
Mendorong pembangunan secara vertical terbatas di kawasan pusat kota untuk
mengoptimalkan dan meningkatkan intensitas ruang di pusat kota dalam rangka menjamin
keseimbangan antara ruang terbangun dan ruang terbuka hijau dengan tetap memperhatikan
ketentuan bangunan tahan gempa.
Membatasi pengembangan permukiman di ruang-ruang yang ditetapkan sebagai kawasan
rawan bencana di sepanjang pantai, kawasan lindung dan kawasan resapan air.
Meremajakan kawasan permukiman kumuh di kawasan pusat kota lama, memertahankan dan
meningkatkan kualitas lingkungan permukiman yang sudah tertata, mengembangkan
perumahan yang mendukung pengembangan kawasan industry.
e. penyediaan fasilitas sosial dan fasilitas umum sesuai dengan standar pelayanan minimal yang
dapat difungsikan sebagai saran evakuasi dalam kondisi darurat akibat bencana alam.
f. penanganan kawasan rawan bencana.
g. menetapkan ruang sebagai kawasan lindung yang berfungsi melindungi kawasan di
bawahnya daerah tangkapan air, kawasan lindung stempat maupun ruang yang kondisi fisik
alamia dan kerawanan bencana.
Seperti yang termuat dalam undang-undang tata ruang dimana dijelaskan bahwa pengaturan
penataan ruang adalah upaya pembentukan landasan hukum bagi pemerintah, pemerintah
daerah, dan masyarakat dalam penataan ruang. Sedangkan Pelaksanaann penataan ruang
adalah upaya pencapai tujuan penataan ruang melalui pelksanaan perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang.
Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan
Ruang pada bagian kelima tentang Penataan Ruang Kawasan Perdesaan yang tertera pada
pasal 48 ayat (1) yang berbunyi : Penataan ruang kawasan perdesaan diarahkan untuk:
a. pemberdayaan masyarakat perdesaan
b. pertahanan kualitas lingkungan setempat dan wilayah yang didukungnya
c. Konservasi sumber daya alam
d. Pelestarian warisan budaya lokal
e. Pertahanan kawasan lahan abadi pertanian pangan untuk ketahanan pangan
f. Penjagaan keseimbangan pembangunan perdesaan-perkotaan.
Kemudian dari itu sesuai dengan kerja sama penataan ruang kawasan perdesaan pasal 54
ayat (5) menyatakan bahwa keterpaduan sebagaimana dimaksudkan pada ayat (4) mencakup
keteeerpaduan sistem permukiman, prasarana, sistem ruang terbuka, baik ruang terbuka hijau
maupun nonhijau. Dengan adanya penataanruang dikawasan pedesaan maka dari itu penataan
ini tidak lepas dari masyarakat sekitar sesuai dengan pasal 65 yang berbunyi :
(1) Penyelenggaraan penataan ruang dilakukan oleh pemerintah dengan melibatkan peran
masyarakat.
(2) Peran masyarakat dalam penataan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan,
antara lain, melalui:
a. partisipasi dalam penyusunan rencana tata ruang;
b. partisipasi dan pemanfaatan ruang; dan
c. partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan bentuk peran masyarakat dalam penataan
ruang sebagaimna dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan pemerintah
Dengan adanya penataan ruang maka akan timbulnya sengketa seperti yang tercantum pada
pasal 67 tentang penyelesaian sengketa yang berbunyi :
(1) Penyelesaian sengketa penataan ruang pada tahap pertama diupayakan berdasarkan prinsip
musyawarah untuk mufakat.
(2) Dalam hal penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak diperoleh
kesepakatan. Para pihak dapat menempuh upaya penyelesaian sengketa melalui pengadilan
atau di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pada pasal 20 berikut ini memiliki keterkaitan dengan pasal 19 sebelumnya yang mana
bunyi pasal tersebut adalah sebagai berikut:
(1) Penyelenggaraan perumahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 meliput :
a. perencanaan perumahan;
b. pembangunan perumahan;
c. pemanfaatan perumahan; dan
d. pengendalia perumahan;
(2) Perumahan sebagimana dimaksud pada ayat (1) mencakup rumah atau perumahan beserta
prasarana, sarana, dan utilitas umum.
Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan di lokasi site ini yaitu beberapa pemukiman penduduk, dan lebih di
dominasi oleh sawah , untuk perencanaan tapak perumahan ini menggunakan lahan yang
awalnya adalah lahan pertanian yang lahannya akan dialih fungsikan.
3.2.2. Fisik Buatan
Kawasan Terbangun
Untuk kawasan terbangun disini tidak terlalu banyak, akan tetapi tetap saja harus ada
tindakan di karenakan lahan dalam site tersebut akan dibangun perumahan minimalis elegan,
maka sesuai dengan namanya seharusnya yang ada di dalam perumahan tersebut adalah
perumahan minimalis dan konsisten terhadap konsep awal yang menekannkan pada kata
minimalis modern dan ke eleganan.
Ketersediaan Sarana
a) Sarana Pendidikan
Sarana Pendidikan merupakan salah satu sarana yang mendukung di sekitar lokasi
site, akan tetapi disekitar lokasi site ini hanya terdapat paud, tk, dan sd.
b) Sarana Peribadatan
Sarana Peribadatan yang berada disekitar lokasi site hanya terdiri dari 2 (dua) jenis
yaitu Mesjid dan Mushola.
Ketersediaan Prasarana
a) Listrik
Pada kawasan perencanaan telah di aliri aliran listrik menggunakan jaringan listrik
sekunder yaitu listrik yang di alirkan dari gardu induk ke tiang -tiang listrik.
b) Telepon
Di Kelurahan Batipuah Panjang, Kecamatan Koto Tangah pada umumnya memakai
telepon genggam/nirkabel.
c) Air Bersih
Disekitar lokasi site masyarakat menggunakan pelayanan PDAM dan ada juga yang
masih menggunakan sumur. Fungsi dari PDAM/Air Sumur seperti yang telah kita ketahui
bahwa PDAM ini sebagai penunjang kehidupan manusia dan kebutuhan lain.
d) Drainase
Drainase disekitar lokasi site memiliki sistem drainase yang kurang berfungsi yang
sering di sebabkan oleh tumpukan sampah atau sedimentasi sehingga apabila terjadi hujan
yang berkepanjangan dapat mengakibatkan banjir. menggunakan saluran drainase terbuka
ukuran drainase yaitu kedalaman 45 cm dan lebar 40 cm kondisi drainase eksisting cukup
baik.
e) Jalan
Jalan disekitar lokasi site terdiri dari 3(tiga) klasifikasi yaitu aspal, beton dan tanah
berkerikil yang memiliki kondisi cukup baik.
BAB IV
ANALISIS
4.1.Analisis Kebijakan
Pembangunan kota padang telah memperlihatkan banyak kemajuan. Hal ini dapat
dilihat dari pertumbuhan ekonomi masyarakat yang mulai meningkat dan relatif stabil, dan
hal lain yang mendukung yaitu kota padang telah mulai memanfaat lokasi yang memiliki
view menarik menjadi tempat wisata, bahkan perkembangan perdagangan dan jasa juga
sudah dapat dilihat di kota padang meskipun masih belum teratur. Meskipun banyak
perkembangan yang terjadi di kota padang tetap saja fakta yang terjadi sebenarnya kota ini
belum siap dengan hal yang tertera dalam peraturan per-undang-undangan, baik itu dari sisi
manapun termasuk satu hal yang sangat mendasar yaitu tentang kelayakan dari sebuah
pembuatan perumahan, masih banyak pembangunan perumahan yang hanya mementingkan
Profit Oriented, tanpa melihat keadaan lingkungan sekitar bahkan menyalahi aturan yang
telah tertera.
Seperti yang tertera dalam RTRW kota padang tahun 2028 yang menyatakan bahwa
“pengembangan system prasarana dan sarana perkotaan yang memadai sesuai dengan
kapasitas dan tingkat pelayanan kepada masyarakat serta mempertimbangkan kondisi darurat
akibat bencana alam”. Tentang kebijakan yang terkait RTRW tersebut telah di
implementasikan dalam peraturan yang apabila pembangunan suatu perumahan setidaknya
harus menyiapkan sarana dan prasarana yang telah ditetapkan dalam undang-undang,
sedangkan realita yang terjadi dalam pembangunan perumahan ada yang kurang bahkan sama
sekali tidak menyediakan sarana yang telah ditetapkan dalam peraturan.
Itu hanya segelintir kecil dari peraturan yang tidak diindahkan jika dilihat dari sisi lain
seperti yang tertera pasal 65 ayat (1) yang berbunyi “ Penyelenggaraan penataan ruang
dilakukan oleh pemerintah dengan melibatkan peran masyarakat”. Telah jelas dibunyikan
bahwaa setiap penataan ruang haruslah melibatkan masyarakat akan tetapi yang kita lihat di
lapangan berbalik dengan yang dibunyikan dalam pasal tersebut, bahkan karena tidak
terlibatnya masyarakat mengakibatkan terjadinya bentrok antara pemerintah dengan
masyarakat, alasannya klise tidak ada satu pihakpun yang ingin disalahkan dan saling
mempertahankan argumennya masing-masing.
Seperti yang tertera pada Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan
Ruang jelas tertulis dan mengamanatkan bahwa penetapan 30% dari total luasan wilayah
sebagi ruang hijau. Sedangkan yang kita lihat kebanyakan yang terjadi yaitu peraturan
tersebut tidak ditaati melainkan memanfaatkan semua ruang (100% dibangun). Meski banyak
kebijakan yang dibuat sebanding pula dengan banyaknya kebijakan yang dilanggar.
Dikarenakan tanah pada lokasi site ini adalah aluvial, maka untuk mengatasinya yaitu
menggunakan pondasi dangkal yang terbuat dari sloof memanjang dengan bagian bawah
diperlebar menjadi pelat. Selain itu juga dapat diatasi dengan proses elektrokinetik yang
berguna untuk menurunkan kadar air tanah.
Untuk perencanaan tapak di site kelurahan batipuah panjang ini yang memiliki
topografi relatif datar maka pola penempatan bangunan pada tanah datar yang cocok yaitu
dengan pola monolit dan pola kompak.
Dalam analisis tata guna lahan ini juga mempertimbangkan gangguan-gangguan yang
terjadi diluar tapak, seperti yang tertera pada Perencanaan Tapak Perumahan, Ir. Haryani,
MTP . Salah satu gangguan yang bersifat pendengaran yaitu bersumber dari kebisingan.
4.4.2. Persampahan
Sistem persampahan yang direncanakan untuk kawasan site baru ini yaitu sistem
persampahan yang telah kita ketahui selama ini .
4.4.3. Drainase
Drainase pada site perencanaan tapak masih alami yaitu berupa irigasi yang
bersumber dari sawah setempat, airnya menglir ke timur dan tempat terakhirnya adalah
mengarah ke sungai. Yang memiliki lebar 40 cm dengan kedalaman 35 cm dengan konstruksi
tanah. Dengan adanya drainase ini maka bisa dimanfaatkan sebagai limpasan air hujan.
4.4.4. Listrik
Listrik bukanlah hal asing lagi setiap aktifitas manusia tergantung pada listrik. Pada
site perencanaan tapak ini, perumahan ini nantinya akan dilayani oleh PLN dengan sistem
jaringannya memakai gardu induk, yang kemudian disalurkan ke rumah-rumah penduduk.
Dimana klasifikasi daya yang akan disalurkan pada tiap rumah adalah :
- Rumah mewah : 2.500 VA / unit
- Rumah sederhana : 1.300 VA / unit
- Rumah sangat sederhana : 900 VA / unit
- Sarana sosual ekonomi : 20% dari kebutuhan rumah tangga
- Untuk Jalan : 10 % dari kebutuhan rumah tangga
4.4.5. Telephon
Pada zaman sekarang kebutuhan akan telephon mungkin tidak terlalu terlihat lagi
karena kebanyakan masyarakat sekarang memakai ponsel/Gadget lainnya. Akan tetapi masih
ada yang memakai telepon sebagi alat komunikasi, dan kebutuhan masyarakat akan sarana
telekomunikasi akan terpenuhi dengan jasa pelayanan PT. Telkom. Jaringan telepon ini akan
menggunakan kabel atas dengan sistem jaringan tersier yang langsung dihubungkan dengan
konsumen.
Dalam site perencanaan tapak ini untuk kawasan perumahan kebutuhan telephon
untuk kawasan perumahahn ini akan disediakan kebutuhan telephon sebesar 60% dari jumlah
KK akan dilayani oleh fasilitas telephon umum per 160 KK.
4.5.Analisis Kebutuhan
4.5.1. Analisis Kebutuhan Rumah
Site perencanaan tapak ini memakai standar lingkungan II, untuk keterangan standar
lingkungan II beserta hasil analisis kebutuhan per masing-masing aspek dapat dilihat pada
masing – masing tabel berikut :
Tabel 4.1
Standar Lingkungan Perumahan
No Keterangan Lingkungan II
1 Jumlah Penduduk 800 - 1.000 jiwa
2 Jumlah RT 160 – 200 KK
3 Perumahan 12.000 – 30.000 m2 (65,5%)
4 Open Space 800 m2 (2,2%)
2.750 m2 (6,1%)
TK : 1.200 m2
5 Fasilitas Sosial Koperasi : 100 m2
Toko : 1.000 m2
Poliklinik : 200 m2
6 Jaringan Jalan 12.000 m2 (26,2%)
Total 45.950 m2
Radius Pelayanan 260 m
Sumber : Rancangan Pedoman Perencanaan Lingkungan Perumahan untuk kota-kota di Indonesia
Tabel 4.2
Hasil Anaalisis Kebutuhan
Luas Berdasarkan Luas berdasarkan Sisa
No Kebutuhan %
Standar (m2) analisis (m2) Lahan
1 Rumah 65,5 32.750 32.534
- RM - 7.904
216
- RS - 12.870
- RSS -11.760
2 Open 2,2 1.100 1.100
Space
3 J.Jalan 26,2 13.100 13.100
4 Fasos 6,1 2.750 3.050 550
- Tk - 1.200
- Poliklinik - 200
- Toko -1.000
- Koperasi - 100
Jumlah 100 50.000 49.734 766
Sumber :Analisis Langsung
Sesuai Dengan Standar Lingkungan II, Maka Standar Untuk Open Space Adalah 2,2
%. Dengan kebutuhannya sebagai berikut :
Open space = 2,2 % x 50.000 = 1.100 m2
Berdasarkan luas lahan 50.000 m2 Adapun fasilitas-fasilitas yang harus ada pada
lingkungan II berdasarkan standar lingkungan perumahan adalah terdapat Tk, Poliklinik,
koperasi, dan Toko. Dengan luas lahan untuk fasilitas sosial adalah sebagai berikut :
6,1% x 50.000 = 3.050 m² . Dengan luas fasilitas yang akan dibangun yaitu :
- TK = 1.200 m²
- Poliklinik = 200 m²
- Toko = 1.000 m²
- Koperasi = 100 m²
Jadi, sisa lahan untuk kebutuhan fasilitas sosial 550 m². Dan sisa lahan tersebut akan
dibangun rumah sehat sederhana.
4.6.Analisis Utilitas
4.6.1. Air Bersih
Dalam standar lingkungan II tertera bahwa jumlah RT 160-200 KK, Sedangkan dalam
perencanaan tapak ini menargetkan jumlah RT sebanyak 180 KK dengan melihat kebutuhan
air perorang. Apabila didalam 1 (satu) rumah terdapat 5 (lima), maka jumlah penghuni
diperumahan ini yaitu sekitar 900 jiwa.
Dimana kebutuhan perorangan akan air bersih yaitu 150 liter/orang /hari.
Maka kebutuhan akan air bersih pada site yaitu ;
- Kebutuhan perorangan = 150 liter /orang / hari x 980 orang
= 147.000 liter/orang/hari
- Kebutuhan untuk pusat kegiatan lingkungan:
Kebutuhan jaringan litrik pada site perencanaan tapak ini dilayani oleh PLN dengan
sistem jaringannya dengan gardu induk, dimana beban tersambung :
- Rumah mewah : 2.500VA/unit × 32 = 80.000
- Rumah sederhana : 1.300VA/unit × 65 = 84.500
- Rumah sangat sederhana : 900 VA/unit x 98 = 88.200
Total jaringan listrik yang di butuhkan = 252.700 VA
- Sarana sosial ekonomi : 20% × 252.700 VA = 50.540 VA
- Untuk jalan : 10% × 252.700 VA = 25.270 VA
Drainase yang mengalir di site perencanaan tapak umunya masih rigasi dan berasal
dari pemukiman dan perumahan disebelah kawasan site.
Saluran pembuangan air hujan mempunyai persyaratan sebagai berikut :
a. Salurannya direncanakan berdasarkan frekuensi intensitas curah hujan
b. Salurannya dapat terbuka dan tertutup
c. Untuk saluran tertutup tiap perubahan arah harus dilengkapi dengan lubang pemeriksa dan
pada saluran yang lurus, lubang pemeriksa harus dibuat tiap jarak 50 m.
d. Sistem pembuangan air hujan tersebut harus mempunyai badan penerima yang dapat berupa
sungai, danau, dan kolam yang mempunyai daya tampung cukup.
4.6.5. Persampahan
Seperti yang telah dibahas dalam analisis prasarana diatas, Persampahan juga masuk
kedalam kategori perhitungan. Dengan standarnya, berdasarkan sumbervolume sampah
adalah sebagai berikut :
- Perumahan : 2 - 4 liter/orang/hari
- Pendidikan : 0,5 – 0,5 liter/orang/hari
- Peribadatan : 0,2 – 2 liter/orang/hari
- Fasilitas umum lainnya : 0,5 – 1 liter/orang/hari
- Selokan : 0,2 – 0,5 liter/orang/hari
- Open space : 0,2 – 0,5 liter/orang/hari
= 1 X 882 jiwa
= 882 liter orang perhari
- Ananlisis volume timbunan sampah = jum. penduduk terlayani X standar volume
sampah
BAB V
KONSEP
5.1 Konsep
Pada perencanaan tapak yang terletak di Kelurahan Batipuah Panjang ini menggunakan
konsep perumahan Modern Minimalis dengan hunian berimbang, yang menggunakan
standard lingkungan II sesuai dengan kondisi dilapangan yang memiliki kondisi datar dan
view yang menarik, maka konsep perumahan ini akan sangat cocok dengan perumahan
elegan minimalis. Baik itu dari segi bentuk rumah, susunan rumah, dan pola jalan. Semuanya
akan memiliki kesan elegan meskipun dengan ukuran kecil.
Kesan elegan untuk perumahan ini dapat dilihat dari pola jalan,susunan rumah dan
bentuk fisik lingkungan serta rumah yang ada di lokasi site tersebut. Untuk pola jalan pada
tapak perumahan ini akan memakai kombinasi antara pola loop dan pola cul de sac yang
nantinya akan langsung terhubung ke jalan lingkungan dan rumah akan mengikuti lekuk
jalan. Sedangkan untuk pola cul de sac akan ditetapkan dibuat di tengah atau tepatnya antara
dua sisi pola loop yang nantinya pola cul de sac ini alurnya akan menuju pada Fasos yang
akan diletakkan sekelompok, dan sisi lainnya yaitu ditengah-tengah tepat pada bundaran pola
cul de sac ini akan dibuat open space yang berguna sebagai tempat santai juga akan
dibangun di dalamnya sebuah patung air mancur.
Untuk rumah yang digunakan yaitu dengan tipe 90,70, dan 45 semuanya adalah rumah
minimalis tanpa terkecuali. Tipe minimalis ini di pilih karena gaya hidup masyarakat
sekarang yang menyukai tampilan fisik yang menarik. Jika semua tampilannya minimalis dan
di padukan dengan lingkungan yang nyaman maka akan menjadi daya tarik tersendiri tidak
hanya sebagai hunian tetapi juga memiliki view yang menarik untuk berfoto karena pada
zaman sekarang berfoto adalah hal yang bisa dikatakan wajib segelintir orang. Dan dengan
kebiasaan ini lah yang dapat juga dimanfaatkan untuk menarik pembeli agar tertarik dengan
perumahan ini.
c. Konsep Fasilitas
Berdasarkan standard lingkungan II yang telah di analisis untuk fasilitas sosial yaitu
sebesar (6,1 %) dengan luas 3.050 m². Dengan penjabaran sebagai berikut :
TK
Dalam perencanaan tapak perumahan ini akan disediakan satu unit TK di dalam site, dengan
sesuai standar lingkungan II seluas 1.200 m2 akan tetapi dikarenakan luas lahan pada
perencanaan tapak ini sebesar 50.000 m2, maka luas lahan untuk Tk yaitu 1.300.
Pembangunan TK ini bertujuan untuk kedekatan antara orangtua dan anak, dikarenakan pada
usia TK ini anak-anak masih dikategorikan dalam ketidak tahuan mengenai apa-apa. Dengan
adanya TK dilingkup perumahan maka kecil kemungkinan untuk kriminalitas terjadi pada
anak-anak baik itu penculikan, kecelakaan, dll.
Koperasi
Dalam perencanaan tapak ini akan disediakan satu unit koperasi di dalam lokasi site yaitu 300
m2.
Toko
Pembangunan Toko pada site ini bertujuan untuk memberikan kemudahan pada calon
penghuni dalam melakukan perbelanjaan. Sesuai dengan standar lingkungan II luas toko yang
akan dibangun adalah 1.000 m2.
Poliklinik
Dalam perencanaan pembangunan perumahan ini, akan dibangun 1 unit poliklinik yang dapat
melayani penghuni perumahan dalam bidang kesehatan. Yaitu dengan luas 400 m2.
d. Konsep Utilitas
Listrik
Jaringan listrik pada perencanaan tapak ini bersumber dari PLN yang dialirkan dari
gardu tiang ke rumah-rumah penduduk dalam site. Jaringan listrik yang digunakan mengikuti
pola jalan.
Jalan
Jalan merupakan prasarana yang berada didarat sebagai kemudahan dalam
transportasi berjalan, pengangkutan, dll. Dalam perencanaan tapak perumahan ini pola jalan
yang akan digunakan ada 2 (dua) yaitu dengan mengkombinasikan pola cul de sac dan pola
loop. Dengan adanya kombinasi pola ini maka akan menimbulkan kesan elegan pada
perumahan ini, meskipun menggunakan hunian berimbang masih menimbulkan kesan elegan
pada setiap sudut jalannya dan dari penampakan gerbang sudah dapat terlihat seperti sebuah
perumahan elit.
Jalan perumahan yang direncanakan adalah:
1. Jalan arteri sekunder yaitu jalan yang menghubungkan antara lingkungan perumahan satu
dengan lingkungan perumahan lainnya atau untuk menghubungkan jalan utama lingkungan
satu dan lainnya. Jalan ateri sekunder ini merupakan jalan utama dengan lebar 10 meter.
Gambar 5.2
Konsep jalan arteri sekunder
10 m 5m 1m
1m
2. Jalan kolektor sekunder yaitu jalan yang menghubungkan jalan lingkungan perumahan satu
dengan yang lainnya. Lebar jalan untuk jalan kolektor sekunder ini yaitu 9 meter.
Gambar 5.3
Konsep jalan kolektor sekunder
1m 9m 1m
0.5m 0.5m
3. Jalan local merupakan jalan penghubung pada perumahan dengan lebar 4 meter.
Gambar 5.4
Konsep jalan Lokal
0.5m 4m 0.5m
5.1.2. Konsep Tata Letak Perumahan
a. Konsep Tata Letak Rumah
Pada konsep perumahan ini sesuai dengan site, maka perumahan yang akan dibuat
adalah perumahan modern minimalis dengan hunian berimbang. Dalam tata letak perumahan
akan disesuaikan dengan kondisi site. Di karenakan kondisi sitenya datar maka tata letak
perumahan yang digunakan yaitu tata letak untuk rumah yang berpola tunggal adanya jarak
antara bangunan satu dengan bangunan lainnya untuk mengantisipasi apabila adanya
bencana.
Sesuai dengan konsep untuk perencanaan tapak perumahan konsep yang digunakan
disini adalah konsep hunian berimbang bagi perumahan modern minimalis. Dengan tipe :
Rumah Mewah, Rumah Sederhana, Rumah Sehat Sederhana.
Untuk akses jalan perumahan, menggunakan modifikasi pola cul de sac,grid dan
loop. Keuntungan yang dapat dilihat disini yaitu pembuatan jalan yang hanya dalam
lingkungan site, untuk akses keluar site jalan ini sudah dapat disesuaikan dengan jalan
lingkungan yang telah ada.Dengan adanya kesan elegan dari jalan untuk perumahan ini maka
itupun berdampak pada pola peletakkan perumahannya.
Dengan modifikasi jalan cul de sac dan loop maka jalan yang terbentuk adalah jalan
yang serupa dengan perumahan elit, ini akan menjadi daya tarik tersendiri bagi calon
penghuni. Penjabaran pola peletakan rumahnya, Dimana diantara rumah mewah akan
didirikan rumah sederhana dan rumah sehat sederhana ini mengingat agar terjaganya
keseimbangan dan tidak adanya perbedaan antara status sosial yang sangat tajam antara
kalangan masyarakat yang berekonomi lebih dibandingkan masyarakat yang memiliki
ekonomi dibawahnya.
- Drainase
Konsep drainase yang di pakai untuk site perumahan ini adalah system
drainase terbuka dan tertutup. Drainase tertutup menggunakan drainase yang lama yaitu
sebagian di jalan utama site. Untuk drainase terbuka akan melingkari rumah mengikuti jalan
- Air Bersih
Konsep untuk air bersih yang akan di bangun memilki kriteria sebagai berikut
biaya pembangunan murah, penggunaan tenaga listrik dan bahan kimia seefisien mungkin,
menggunakan teknologi yang tidak terlalu tinggi dan suku cadang mudah didapatkan, biaya
perawatan mudah, sederhana dan compact untuk mengurangi penggunaan lahan yang
berlebih dan menggunakan system yang sfektif dan efisien.
- Sampah
Konsep system persampahan perkotaan bersumber dari peermukiman adalah
meningkatkan pelayanan sampah rumah tangga melalui program perbaikan lingkungan dan
mengupayakan koordinasi antar instasi yang berwenang (Dinas Kebersihan dan Pertamanan)
dengan melibatkan peran serta masyarakat, rehabilitasi dan penambahan angkutan sampah
dalam upaya meningkatkan pelayanan, dan peanambahan tempat pembuangan sampah
sementara (TPS) dengan system container yang memenuhi persyaratan jarak 60 m dari
perumahn, radius pelayanan 600 m dan luas lahan minimum 9m x 12 m.
BAB VI
PENUTUP
6.1. KESIMPULAN