Oleh:
Robet Lumban Tobing
Pusat Sumber Daya Geologi
Jln. Soekarno - Hatta No. 444 Bandung
SARI
Berdasarkan analisis geokimia organik, material organik di dalam conto batuan serpih minyak
Formasi Sangkarewang berkisar 0,11-5,12%, berasal dari campuran alga dan tumbuhan tinggi,
terendapkan pada lingkungan danau teroksidasi, merupakan kerogen Tipe II dan Tipe III, serta
memiliki tingkat kematangan dengan kategori belum matang-awal matang.
ABSTRACT
Based on the analysis of organic geochemistry and organic material in the rock samples from oil
shale in Sangkarewang Formation is about 0.11 to 5.12%, derived from a mixture of algae and
higher plants, deposited in the oxidized lake environment, to form the kerogen Type II and III,
and have immature to early mature level of maturity.
PENDAHULUAN
Ketergantungan pada minyak dan tersebar di daerah Sawahlunto dalam
gas bumi sebagai sumber energi utama, menghasilkan minyak serpih (shale oil).
diiringi dengan kenaikan harga minyak dan
menurunnya cadangan minyak dalam Lokasi penelitian secara administratif
negeri, menyebabkan perlunya menemukan merupakan wilayah Kota Sawahlunto,
sumber energi baru sebagai energi Provinsi Sumatra Barat. Koordinat geografis
pengganti. Serpih minyak ( oil shale) daerah penelitian berada pada 0º27´00” -
merupakan salah satu sumber energi 0º44'00” LS dan 100º38'00” - 100º50'00” BT
alternatif pengganti minyak dan gas bumi (Gambar 1).
konvensional. Serpih minyak adalah batuan
sedimen berbutir halus yang mengandung GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
material organik yang akan menghasilkan
minyak ketika dilakukan retorting pada Morfologi di daerah penelitian
temperatur 550ºC (Yen dan Chilingarian, dibedakan menjadi dua satuan morfologi,
1976; Hutton, 1987; Dyni, 2006; Lee et al., yaitu Satuan Perbukitan Berlereng Landai
2007). dan Satuan Perbukitan Berlereng Terjal.
Satuan Perbukitan Berlereng Landai
Menurut Dyni (2006), nilai ekonomis tersusun oleh batuan sedimen klastik
serpih minyak berkisar 25-40 liter minyak/ton berbutir halus, berumur Tersier dan batuan
batuan. vu lka ni k b er um ur Ku ar t er. S at uan
Perbukitan Berlereng Terjal tersusun oleh
Maksud tulisan ini yaitu untuk batuan sedimen klastik kasar berumur
mengetahui karakter conto batuan serpih Pratersier-Tersier. Pola aliran sungai adalah
minyak Formasi Sangkarewang yang subtrelis dan subdentritik (Amarullah, 2007).
Stratigrafi di daerah penelitian terdiri dari serpih minyak meliputi kekayaan, tipe,
batuan Pratersier dan Tersier. Batuan kematangan termal material organik, serta
Pratersier yang menjadi batuan dasar pada asal mula dan lingkungan pengendapannya.
Cekungan Ombilin tersusun oleh Formasi Analisis laboratorium yang dilakukan
Kuantan berumur Karbon-Perm, Formasi terhadap conto batuan serpih minyak terdiri
Silungkang berumur Perm-Trias, Formasi dari analisis TOC (total organic carbon),
Tuhur berumur Trias. Secara tidak selaras, di pirolisis menggunakan alat Rock-Eval,
atas batuan Pratersier terendapkan batuan ekstraksi dan GC (gas chromatography).
Tersier tersusun oleh Formasi Brani yang
menjemari dengan Formasi Sangkarewang Analisis TOC dari suatu conto batuan
berumur Eosen-Oligosen Tengah, Anggota bertujuan untuk mengetahui kelimpahan
Bawah Formasi Ombilin berumur Oligosen, material organik pada conto batuan. Analisis
Anggota Atas Formasi Ombilin berumur TOC yang dilakukan terhadap 12 (dua belas)
Miosen Awal-Tengah, dan Kelompok conto batuan menunjukkan bahwa conto
Vulkanik (Silitonga dan Kastowo, 1995). batuan mengandung karbon organik
Menurut Koesoemadinata dan Matasak berkisar 0,11-5,21%, dengan nilai Tmaks
o
(1981) Kelompok Vulkanik dinamakan 367-443 C (Tabel 1).
Formasi Ranau berumur Plio-Plistosen.
Berdasarkan pirolisis Rock-Eval conto
Struktur geologi yang berkembang batuan, diperoleh nilai HI (hydrogen index)
berupa struktur sinklin berarah baratlaut- sebesar 350-608 miligram hidrokarbon
tenggara, dengan sudut kemiringan lapisan /gram TOC (Tabel 1), mengindikasikan
o o
batuan berkisar 5 -80 , serta struktur sesar bahwa kemampuan conto batuan untuk
mendatar dan sesar normal. Sesar yang menghasilkan hidrokarbon dikategorikan
memotong perlapisan batuan adalah sesar sedang-sangat banyak, kecuali conto
mendatar berarah utara-selatan (Amarullah, batuan SKR-11 dengan nilai HI sebesar
2007). 54 miligram hidrokarbon/gram TOC,
memiliki kecenderungan menghasilkan
SUMBER DATA hidrokarbon dalam jumlah relatif sedikit
(Waples, 1985).
Data yang digunakan dalam tulisan ini
adalah data yang diperoleh dari hasil Menurut Peters dan Cassa (1994),
pemetaan geologi dan pemboran endapan ni lai H I ber ki sar 50- 200 mi li gr am
bitumen padat pada Formasi Sangkarewang hidrokarbon/gram TOC, merupakan kerogen
di daerah Sawahlunto dan sekitarnya, yang Tipe III, dan pada puncak kematangan akan
dilakukan oleh tim pemetaan geologi dan menghasilkan gas. Kerogen Tipe III
pemboran, Pusat Sumber Daya Geologi, merupakan material organik darat yang
Bandung. Di lingkungan Pusat Sumber Daya kurang akan kandungan lemak atau zat
Geologi, serpih minyak dikenal dengan lilinan. Selulosa dan lignin merupakan
bitumen padat. Pengambilan conto batuan material penyumbang terbesar kerogen tipe
dilakukan pada lokasi-lokasi tertentu, yaitu ini (Waples, 1985).
empat conto batuan yang berasal dari
pemboran inti (coring) sumur TL-1, yaitu TL- D a t a a n a l i s i s e k s t r a k si d a n
1/9, TL-1/23, TL-1/34, TL-1/42, empat conto kromatografi gas (Tabel 2; Gambar 2) yang
batuan dari sumur TL-2, yaitu TL-2/5, TL- dilakukan pada conto batuan TL-1/23, TL-
2/18, TL-2/22, TL-2/30, dan empat conto 1/34, TL-2/18 dan TL-2/22, menunjukkan
batuan yang berasal dari singkapan, yaitu nilai EOM (Extraction Organic Material)
KLM-1, SKR-11, SJT-1, dan AN-1. Total sebesar 2.382-6.039 ppm. Kandungan
conto batuan yang dianalisis berjumlah 12 ekstraksi terbesar terdapat pada conto TL-
(dua belas) conto batuan. 2/18 dan TL-2/22 yaitu 5.665 dan 6.039 ppm,
sedangkan pada conto TL-1/23 dan TL-1/34
DATA HASIL ANALISIS sebesar 2.382 dan 2.714 ppm. Menurut
Peters dan Cassa (1994), nilai EOM sebesar
Secara geokimia organik, karakter 2.000-4.000 ppm berpotensi menghasilkan
Tabel 2.
Data analisis ekstraksi dan kromatografi gas conto batuan serpi minyak (Amarullah,2007).
hidrokarbon dengan kategori sangat baik, plot silang pada diagram TOC dan
dan nilai ekstraksi >4.000 ppm dikategorikan kedalaman.
istimewa.
Gambar 3), memperlihatkan bahwa
Berdasarkan data hasil analisis TOC kandungan material organik semakin
pada Tabel 1 diperoleh kandungan karbon berlimpah dengan bertambahnya
organik conto batuan berkisar 0,11-5,21%, kedalaman.
kecuali conto SKR-11 yang mengandung
karbon organik sebesar 0,11%. Menurut Penggunaan parameter TOC dan PY
Waples (1985) conto batuan yang memiliki (Potential Yields) berupa plot silang pada
ka n du ng an k ar b o n or g an i k >2, 0 % diagram TOC terhadap PY (Gambar 4)
kemungkinan berpotensi baik-sangat baik memperlihatkan bahwa potensi conto
sebagai batuan induk, sedangkan conto batuan untuk menghasilkan hidrokarbon
batuan yang memiliki kandungan karbon termasuk dalam kriteria sedang-istimewa
organik <0,5% kemampuan sebagai batuan (fair-excellent). Plot silang antara
induk dapat diabaikan karena memiliki ekstraksi conto batuan dan karbon organik
kecenderungan menghasilkan hidrokarbon pada diagram ekstraksi terhadap TOC
dalam jumlah yang sangat kecil dan mengindikasikan bahwa conto TL-2/18 dan
kemungkinan tidak terjadi ekspulsif. Korelasi TL-2/22 memiliki kualitas yang paling baik
antara TOC conto batuan hasil pemboran sebagai batuan induk (Gambar 5).
TL-1 dan TL-2 terhadap kedalaman berupa
Gambar 2. Sidikjari kromatografi gas conto TL-1/23, TL-1/34, TL-2/18 dan TL-2/22
(Amarullah, 2007).
Gambar 3. Korelasi antara TOC sum ur pem boran TL-1 dan TL-2 terhadap kedalam an.
Gambar 5. Plot silang antara TOC terhadap total ekstrak si conto TL-2/18 dan TL-2/22.
material organik semakin meningkat seiring dari 12 (dua belas) conto batuan sebesar
de ng an b er t a m ba hn ya ke da l am an . 3,88%. Material organik pada conto batuan
Peningkatan kematangan ini terjadi ketika berasal dari alga dan tumbuhan tinggi yang
suat u material organik mengalami terendapkan pada lingkungan danau di
temperatur tinggi untuk jangka waktu yang bagian tepi, dan merupakan kerogen Tipe II
cukup lama (Waples, 1985). Meningkatnya dan III. Kerogen Tipe II memiliki
temperatur di bawah permukaan dapat kecenderungan menghasilkan minyak,
disebabkan oleh penurunan cekungan sedangkan Tipe III memiliki kecenderungan
(subsidence) karena pembebanan lapisan menghasilkan gas. Tingkat kematangan
penutup, konduktifitas panas yang berasal material organik dikategorikan belum
dari batuan disekitarnya, atau tekanan akibat matang-awal matang.
tektonik (Stone dan Cook, 1979; Teichmuller,
1987; dalam Herudiyanto, 2006). UCAPAN TERIMA KASIH
DAFTAR PUSTAKA
Amarullah, D., 2007. Inventarisasi potensi kandungan minyak dalam endapan bitumen padat di
daerah Sawahlunto, Kota Sawah Lunto, Provinsi Sumatera Barat, Pusat Sumber
Daya Geologi, Badan Geologi, Bandung.
Dyni, J.R., 2006. Geology and resources of some world oil-shale deposits, Scientific
investigation report 2005-5294, USGS, Reston, Virginia.
Herudiyanto, 2006. Laporan kajian awal potensi batuan induk hidrokarbon daerah sangata
Hutton, A.C., 1987. Petrographic classification of serpih minyaks: International Journal of Coal
Geology, 203-231, Elsevier science publisher B.V., Amsterdam.
Koesoemadinata, R.P. dan Matasak, T., 1981. Stratigraphy and sedimentation Ombilin Basin
Central Sumatra (West Sumatra Province), Proceedings Indonesian Petroleum
th
Association, 10 Annual Convention, 217-249.
Lee, Sunggyu, Speight, J.G., Loyalka, S.K., 2007. Handbook of alternative fuel technologies,
CRC Press, Taylor and Francis Group.
Peters, K.E., Cassa, M.R., 1994. Applied source rock geochemistry: The petroleum system from
source rock to trap, AAPG, Memoirs 60.
Philp, R.P., 1985. Biological markers in fossil fuel production, In: Beaumont, E.A. and Foster,
N.H. (eds), Geochemistry, 337-390.
Silitonga P.H. & Kastowo, 1995. Peta geologi lembar Solok, Sumatera, Pusat Penelitain dan
Pengembangan Geologi, Bandung.