BAB III Fiks
BAB III Fiks
METODE PENELITIAN
n = Z1-a/2 P(1-P)
d
n = 1,96 x 0,5(1-0,5)
0,05
n = 1,96 x 0,5(0,5)
0,05
n = 1,96 x 0,25 = 0,49 = 9,8 = 10 (dibulatkan)
0,05 0,05
Keterangan :
Z = derajat kemaknaan 95% = 1,96 (ketetapan)
P = proporsi suatu kasus tertentu terhadap populasi. Jika tidak diketahui
proporsinya, maka yang digunakan adalah 50% = 0,5
d = 1%, 5%, 10% (yang paling sering digunakan adalah 5%)
Berdasarkan penentuan besaran sampel di atas, maka di dapatkan sampel yang
akan di teliti berjumlah 10 orang penderita hipertensi.
3.5.3 Teknik Pengambilan Sampel
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili
populasi. Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling merupakan cara-cara yang
ditempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar
sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian (Sastroasmoro & Ismail, 1995;
Nursalam, 2008). Cara pengambilan sampel dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
probability sampling dan nonprobability sampling. Probability Sampling adalah
teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur
(anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik ini meliputi, simple
random sampling, proportionate stratifed random sampling, disproportionate
stratifies random sampling, sampling area (cluser). Non Probability Sampling adalah
teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi
setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik ini meliputi
purposive sampling, consecutive sampling, convinience sampling dan quota sampling
(judgement sampling).
Pada penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel nonprobability
sampling dengan teknik purposive sampling. Purposive Sampling disebut juga
judgment sampling adalah suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih
sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan/masalah
dalam penelitian), sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi
yang telah dikenal sebelumnya. (Nursalam, 2017). Menurut Sugiyono (2016)
Purposive Sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan
pertimbangan tertentu. Alasan penulis menggunakan teknik Purposive Sampling
adalah karena tidak semua sampel memiliki kriteria yang sesuai dengan fenomena
yang diteliti. Oleh karena itu, penulis memilih teknik Purposive Sampling yang
menetapkan pertimbangan-pertimbangan atau kriteria-kriteria tertentu yang harus
dipenuhi oleh sampel-sampel yang digunakan dalam penelitian ini.
Dalam penelitian ini yang menjadi sampel yaitu penderita hipertensi yang
memenuhi kriteria tertentu. Kriteria sampel terdiri kriteria sampel inklusi, ekslusi dan
drop out. Adapun yang menjadi kriteria inklusi, ekslusi dan drop out sampel pada
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu
populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2017). Kriteria inklusi
dalam penelitian ini adalah :
a. Penderita hipertensi yang berusia 40-50 tahun
b. Jenis kelamin laki-laki
c. Bersedia menjadi responden
2. Kriteria Ekslusi
Kriteria ekslusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subjek yang memenuhi
kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2017). Kriteria ekslusi
dalam penelitian ini adalah :
a. Penderita hipertensi yang berusia <40 atau >50 tahun
b. Berusia 40-50 tahun namun berjenis kelamin wanita
c. Tidak bersedia menjadi responden
3. Kriteria Drop Out
Kriteria drop out adalah kriteria yang apabila dijumpai menyebabkan objek
tidak dapat melanjutkan sebagai sampel dalam penelitian (Nursalam, 2012). Kriteria
drop out dalam penelitian ini adalah :
a. Penderita yang sakit berat
b. Tidak hadir pada saat penelitian dilaksanakan.
1. Tidak terstruktur
Pada pengukuran observasi ini peneliti secara spontan mengobservasi dan
mencatat apa yang dilihat dengan sedikit perencanaan. Metode observasi ini
meliputi penjelasan informasi yang lebih banyak dipergunakan untuk
menganalisis data secara kualitatif daripada kuantitatif. Peneliti (observer)
menggunakan pedoman sesuai pertanyaan penelitian tetapi peneliti tidak hanya
mengobservasi pada hal-hal yang ada pada pedoman. Pada penelitian
keperawatan biasanya peneliti ikut terlibat sebagai peserta dalam suatu
kelompok yang diobservasi. Pada jenis penelitian partisipasi observasi, peneliti
ikut terlibat secara penuh dan berhubungan dengan subjek khususnya terhadap
kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan masalah penelitian. Contoh jenis
pengukuran ini dapat dilihat pada Focus Group Discussion (FGD).
2. Terstruktur
Pengukuran observasi secara terstruktur berbeda dari jenis observasi yang
tidak terstruktur yaitu peneliti secara cermat mendefnisikan apa yang akan
diobservasi melalui suatu perencanaan yang matang. Peneliti tidak hanya
mengobservasi fakta-fakta yang ada pada subjek, tetapi lebih didasarkan pada
perencanaan penelitian yang sudah disusun sesuai pengelompokannya,
pencatatan, dan pemberian kode terhadap hal-hal yang sudah ditetapkan.
c. Wawancara
1. Tidak terstruktur
Jenis pengukuran ini dipergunakan pada penelitian deskriptif dan kualitatif.
Pertanyaan yang diajukan mencakup permasalahan secara luas yang
menyangkut kepribadian, perasaan, dan emosi seseorang. Tujuan penelitian ini
adalah untuk menggali emosi dan pendapat dari subjek terhadap suatu masalah
penelitian. Terdapat beberapa jenis pengukuran pada jenis wawancara ini:
(a) Wawancara secara langung tanpa adanya suatu topik khusus yang
dibicarakan. Tujuan dari wawancara adalah untuk menggali persepsi subjek
secara umum tanpa adanya intervensi jawaban dari peneliti. Misalnya
penelitian Robertson (1992) tentang pendapat 23 ras Afrika yang tinggal di
Amerika “Apa arti ketidakpatuhan klien terhadap program pengobatan pada
klien dengan penyakit kronis” (Polit dan Back, 2012).
(b) Focus interview. Jenis ini dipergunakan oleh peneliti kepada subjek yang
menggunakan pertanyaan secara luas. Jenis pertanyaan biasanya berhubungan
dengan suatu dorongan agar subjek bersedia berbicara secara terbuka, tidak
hanya pertanyaan ya dan tidak. Misalnya, penelitian yang dilakukan oleh
Flaskerud & Calvillo (1991) dalam Polit dan Back (2012) tentang pendapat 59
wanita Latin dengan sosial ekonomi rendah tentang “Apa kepercayaaan wanita
Latin tentang penyebab dan pengobatan penderita yang mengidap AIDS”.
(c) Focus Group Discussion (FGD) adalah suatu teknik penelitian kualitatif
yang bertujuan untuk mendapatkan informasi (perasaan, pikiran) berdasarkan
pengamatan subjektif dari sekelompok sasaran terhadap suatu situasi/produk
tertentu. Sasaran diskusi biasanya homogen dengan jumlah kelompok berkisar
6-12 orang, diskusi berakhir 1-2 jam dipimpin oleh moderator. Moderator
berusaha menjalin hubungan yang akrab dengan responsden sehingga
responsden dapat mengemukakan secara jujur/terbuka terhadap hal-hal yang
menyangkut kepribadian, perasaan, dan emosi yang sesungguhnya. Jenis
pengukuran ini juga digunakan pada penelitian di perusahaan/instansi. Jumlah
subjek biasanya cenderung sedikit (pimpinan atau orang yang dianggap dapat
mewakili kelompoknya) (Nursalam, 2008).
(d) Riwayat hidup. Jenis penelitian ini merupakan penjabaran tentang
pengalaman hidup seseorang.
(e) Catatan kehidupan (diaries)
Penelitian ini digunakan untuk menanyakan kepada subjek tentang kehidupan
yang terjadi selama ini berdasarkan catatan kehidupannya.
2. Terstruktur
Pengukuran wawancara terstruktur meliputi strategi yang memungkinkan
adanya suatu kontrol dari pembicaraan sesuai dengan isi yang diinginkan
peneliti. Dafar pertanyaan biasanya sudah disusun sebelum wawancara dan
ditanyakan secara urut. Untuk jenis wawancara terstruktur yang lebih ketat,
peneliti hanya diperkenankan bertanya apa adanya sesuai dengan pertanyaan
yang telah disusun. Jika responsden tidak jelas, peneliti hanya boleh mengulang
pertanyaan yang sama. Tahapan penyusunan wawancara terstruktur meliputi a)
menyusun pertanyaan, b) pilot testing, c) latihan, d) persiapan, e) pengulangan
(probing), dan f) recording.
d. Kuesioner
Pada jenis pengukuran ini peneliti mengumpulkan data secara formal kepada
subjek untuk menjawab pertanyaan secara tertulis. Pertanyaan yang diajukan
dapat juga dibedakan menjadi pertanyaan terstruktur, peneliti hanya menjawab
sesuai dengan pedoman yang sudah ditetapkan dan tidak terstruktur, yaitu
subjek menjawab secara bebas tentang sejumlah pertanyaan yang diajukan
secara terbuka oleh peneliti. Pertanyaan dapat diajukan secara langsung kepada
subjek atau disampaikan secara lisan oleh peneliti dari pertanyaan yang sudah
tertulis. Hal ini dilakukan khususnya kepada subjek yang buta huruf, lanjut
usia, dan subjek dengan kesulitan membaca yang lain.
e. Skala Pengukuran
Skala psikososial merupakan jenis instrumen self-report yang digunakan oleh
peneliti perawat yang dikombinasikan dengan jenis pengukuran wawancara dan
kuesioner. Skala merupakan bagian dari desain penilaian penomoran terhadap
pendapat subjek mengenai hal-hal yang dirasakan ataupun keadaan fsiologis
subjek. Jenis pengukuran ini sering dipergunakan kepada subjek tentang
kecemasan, konsep diri, koping, depresi, harapan, distres menstruasi, nyeri,
kepuasan, dukungan sosial, dan stres (contoh-contoh instrumen dapat dilihat
pada bagian pembahasan tentang instrumen).
Pada penelitian ini, peneliti mengambil pengukran biofsiologis, dengan
jenis in-vivo. Karena peneliti memperoleh data dengan cara mengukur tekanan
darah sampel. Untuk megetahui hasil sebelum dan sesudah eksperimen.
Hamid, et al. 2012. Metode Dzikir Untuk Mengurangi Stres Pada Wanita Single
Parent. Prosiding Seminar Nasional Psikologi Islami. 11-20.
Hikmah, N. 2017. Hubungan lama merokok dengan derajat hipertensi. Volume,
02. No. 01. Gowa
Muhlisin, Abi dan Adi Laksono, Rian (2011). Analisis pengaruh faktor stres
terhadap kekambuhan penderita hipertensi di puskesmas Bendosari
Sukoharjo. Prosiding seminar ilmiah nasional kesehatan, ISSN: 2338-2694.
Muttaqin, Arif. 2015. Buku Ajar Keperawatan Klien dengan gangguan Sistem
Kardiovaskular dan ISSN 2338-4514
Notokusumo. 2016. Pengaruh kombinasi pijat punggung dan dzikir terhadap
tingkat stres pada penderita hipertensi. Vol,4. No, 1. Yogyakarta.
Purwandari, K. 2016. Efektifitas massage punggung untuk mengurangi nyeri
kepala pada penderita hipertensi. Wonogiri
Putri, Erika Arga . 2017 . Analisis Data Univariat, Bivariat, dan Multivariat .
Dapat diakses di : (https://www.scribd.com/document/350685998/ Analisis-Data-
Univariat-Bivariat-Multivariat) . Diakses pada 3 Maret 2019
Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar). Laporan Nasional. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. 2013.
Saputro, F. 2014. Pengaruh pemberian masase punggung terhadap tekanan darah
pada pasien hipertensi. Semarang
Wijayanto. 2016. Pengaruh terapi masase menggunakan minyak aromaterapi
terhadap tekanan darah pasien hipertensi primer. Pringsewu
.World Health Organization (WHO). (2012). The World Health Statistics 2012.
http://www.apps.whso.int.ghodata diakses tanggal 3 maret 2019.