Anda di halaman 1dari 26

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi ddalam kehidupan
manusia. proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai
dari sewaktu-waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaaan kehidupan. Menjadi
tua merupakan proses alamia, yang berarti seseorang telah melalui tiga taham
kehidupannya yaitu, anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik seacara
biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran,
misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut
memutih, gigi mulai ompong, pendenganran mulai kurang jelas, penglihatan
mulai memburuk, gerakan lambat, dan figure tubuh yang tidak proporsional
(Nugroho, 2008).
Dengan bertambahnya usia harapan hidup orang indonesia, jumlah manusia lanjut
usia (lansia) di indonesia akan bertambah banyak pula. Dengan demikian, masalah
penyakit akibat penuaan akan semakin banyak kita hadapi. Salah satu penyakit
yang harus di antisipasi adalah osteoporosis dan patah tulang. Pada situasi
mendatang, akan terjadi perubahan demografis yang akan meningkat populasi
lanjut usia dan meningkatkan terjadinya patah tulang karena osteoporosis.
Kelainan ini 2-4 kali sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. Dari seluruh
klien, satu diantara tiga wanita yang berusia diantara 60 tahun dan satu di antara
enam pria yang berusia diatas 75 tahun akan mengalami patah tulangakibat
kelainan ini.
Denganpenjelasan di atas, kami tertarik untuk membahas gangguan fungsi mental
pada lansia lebih lanjut. Kami sebagai calon perawat tertarik untuk membahas
tentang asuhan keperawatan gangguan jiwa pada lansia.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat merumusan tujuan sebagai
berikut:
1.2.1 Bagaimana konsep teori dari lansia dan osteoporosis?
1.2.2 Bagaimana askep gerontik dengan osteoporosis?

1.3 Tujuan Penulisan


Dari rumusan masalah di atas dapat ditarik tujuan penulisan, sebagai
berikut :
1.3.1 Untuk mengetahui konsep teori dari lansia dan osteoporosis.
1.3.2 Untuk mengetahui askep gerontik dengan osteoporosis .

BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Lansia


2.1.1 Pengertian
Usia lanjut adalah seseorang yang usianya sudah tua yang merupakan tahap lanjut
dari suatu proses kehidupan. Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 13
Tahun 1998 dikutip dari buku karangan Yusuf (2015) lanjut usia adalah seseorang
yang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas. Sedangkan menurut Stanley
(2007) lanjut usia adalah semua masyarakat mengolongkan individu berdasarkan
karakteristik sosial yang penting (misalnya status kekerabatan dan jernis kelamin),
semua masyarakat jug menggolongakan orang-orang menurut umur. Untuk semua
budaya pada masa sekarang yang datanya tersedia, masing-masing sedikitnya
memiliki satu kategori “tua”. Namun, kronologis waktu yang spesifik pada saat
seseorng masuk pada kategori ini sangat bervariasi dia antara kelompok budaya
yang berbeda, berkisar antara usia 45 samapi 75 tahun.

2.1.2 Klasifikasi
Dikutip dari buku karangan Yusuf (2015) usia lanjut diklasifikasikan oleh
World Health Organization (WHO) , yaitu sebagai berikut:
1. Usia pertengahan (middle age) : 45–59 tahun
2. Lanjut usia (elderly) : 60–74 tahun
3. Lanjut usia tua (old) : 75–90 tahun
4. Usia sangat tua (very old) : di atas 90 tahun
2.1.3 Teori proses menua
Menurut Yusuf (2015) Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses
penuaan, yaitu sebagai berikut.
1. Teori Biologi
1) Teori genetik dan mutasi
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram
oleh molekul-molekul (DNA) dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi,
sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel-sel kelamin (terjadi penurunan
kemampuan fungsional sel). Teori ini merupakan teori intrinsik yang menjelaskan
bahwa tubuh terdapat jam biologis yang mengatur gen dan menentukan jalannya
penuaan.
2) Teori nongenetik
Teori ini merupakan teori ekstrinsik dan terdiri atas berbagai teori, di
antaranya adalah sebagai berikut:
(1) Teori rantai silang (cross link)
Teori ini menjelaskan bahwa molekul kolagen dan zat kimia mengubah
fungsi jaringan, mengakibatkan jaringan yang kaku pada proses penuaan. Sel yang
tua atau usang menyebabkan ikatan reaksi kimianya menjadi lebih kuat,
khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastisitas,
kekacauan, dan hilangnya fungsi.

(2) Teori fisiologis


Teori ini merupakan teori intrinsik dan ekstrinsik, yang terdiri atas teori
oksidasi stres dan pemakaian dan rusak (wear and tear theory).
(3) Pemakaian dan rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah (terpakai).
(4) Reaksi dari kekebalan sendiri (autoimmune theory)
Metabolisme di dalam tubuh memproduksi suatu zat khusus. Saat
dijumpai jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat khusus, maka
jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
(5) Teori immunology slow virus
Sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya
virus ke dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh. Teori ini
menjelaskan bahwa perubahan pada jaringan limfoid mengakibatkan tidak adanya
keseimbangan di dalam sel T sehingga produksi antibodi dan kekebalan menurun.
(6) Teori stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal,
kelebihan usaha, dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
(7) Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas. Tidak stabilnya radikal
bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik
seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat
regenerasi.
Radikal bebas terdapat di lingkungan seperti asap kendaraan bermotor
dan rokok, zat pengawet makanan, radiasi, dan sinar ultraviolet, yang
mengakibatkan terjadinya perubahan pigmen dan kolagen pada proses penuaan.
(8) Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah
setelah sel-sel tersebut mati.

2. Teori Sosial
1) Teori interaksi sosial
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lanjut usia bertindak pada situasi
tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Pokok-pokok interaksi
sosial adalah sebagai berikut (Hardywinoto dan Setiabudi, 1999: 43).
(1) Masyarakat terdiri atas aktor-aktor sosial yang berupaya mencapai tujuan masing-
masing.
(2) Dalam upaya tersebut, maka terjadi interaksi sosial yang memerlukan biaya dan
waktu.
(3) Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai seseorang memerlukan biaya.
(4) Aktor senantiasa berusaha mencari keuntungan dan mencegah terjadinya
kerugian.
(5) Hanya interaksi yang ekonomis saja yang dipertahankan olehnya.

2) Teori penarikan diri


Kemiskinan yang diderita lanjut usia dan menurunnya derajat kesehatan
mengakibatkan seseorang lanjut usia secara perlahan menarik diri dari pergaulan
sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik
secara kualitas maupun kuantitas. Pada lanjut usia sekaligus terjadi kehilangan
ganda (triple loss), yaitu sebagai berikut (Hardywinoto dan Setiabudi, 1999: 45).
(1) Kehilangan peran (loss of role).
(2) Hambatan kontak sosial (restriction of contact and relationship).
(3) Berkurangnya komitmen (reduced commitment to social mores and values).
3) Teori aktivitas
Teori ini dikembangkan oleh Palmore (1965) dan Lemon, dkk. (1972)
yang menyatakan bahwa penuaan yang sukses bergantung pada bagaimana
seseorang lanjut usia merasakan kepuasan dalam melakukan aktivitas dan
mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin. Adapun kualitas aktivitas
tersebut lebih penting dibandingkan dengan kuantitas aktivitas yang dilakukan
(Hardywinoto dan Setiabudi, 1999: 46).

4) Teori kesinambungan
Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan di dalam siklus
kehidupan lanjut usia, sehingga pengalaman hidup seseorang pada suatu saat
merupakan gambarannya kelak pada saat menjadi lanjut usia. Hal ini dapat terlihat
bahwa gaya hidup, perilaku, dan harapan seseorang ternyata tak berubah
walaupun ia menjadi lanjut usia (Hardywinoto dan Setiabudi, 1999: 47).
5) Teori perkembangan
Teori ini menekankan pentingnya mempelajari apa yang telah dialami oleh
lanjut usia pada saat muda hingga dewasa. Menurut Havighurst dan Duval,
terdapat tujuh tugas perkembangan selama hidup yang harus dilaksanakan oleh
lanjut usia yaitu sebagai berikut:
(1) Penyesuaian terhadap penurunan fisik dan psikis.
(2) Penyesuaian terhadap pensiun dan penurunan pendapatan.
(3) Menemukan makna kehidupan.
(4) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan.
(5) Menemukan kepuasan dalam hidup berkeluarga.
(6) Penyesuaian diri terhadap kenyataan akan meninggal dunia.
(7) Menerima dirinya sebagai seorang lanjut usia.

3. Teori Psikologis
Teori ini menjelaskan bagaimana seseorang berespons pada tugas
perkembangannya. Pada dasarnya perkembangan seseorang akan terus berjalan
meskipun orang tersebut telah menua.
1) Teori hierarki kebutuhan dasar manusia Maslow (Maslow’s hierarchy of human
needs)
Dari hierarki Maslow kebutuhan dasar manusia dibagi dalam lima
tingkatan mulai dari yang terendah kebutuhan fisiologi, rasa aman, kasih sayang,
harga diri sampai pada yang paling tinggi yaitu aktualisasi diri. Seseorang akan
memenuhi kebutuhan kebutuhan tersebut. Menurut Maslow, semakin tua usia
individu maka individu akan mulai berusaha mencapai aktualisasi dirinya. Jika
individu telah mencapai aktualisasi diri, maka individu tersebut telah mencapai
kedewasaan dan kematangan dengan semua sifat yang ada di dalamnya, otonomi,
kreatif, independen, dan hubungan interpersonal yang positif.
2) Teori individualisme Jung (Jung’s theory of individualism)
Menurut Carl Jung, sifat dasar manusia terbagi menjadi dua yaitu
ekstrovert dan introvert. Individu yang telah mencapai lanjut usia cenderung
introvert. Dia lebih suka menyendiri seperti bernostalgia tentang masa lalunya.
Menua yang sukses adalah jika dia bisa menyeimbangkan antara sisi introvert dan
ekstrovertnya, tetapi lebih condong ke arah introvert. Dia senang dengan dirinya
sendiri, serta melihat orang dan bergantung pada mereka.
3) Teori delapan tingkat perkembangan Erikson (Erikson’s eigth stages of life)
Menurut Erikson, tugas perkembangan terakhir yang harus dicapai
individu adalah integritas ego vs menghilang (ego integrity vs disappear). Jika
individu tersebut sukses mencapai tugas perkembangan ini, maka dia akan
berkembang menjadi individu yang arif dan bijaksana. Namun jika individu
tersebut gagal mencapai tahap ini, maka dia akan hidup penuh dengan
keputusasaan.
4) Optimalisasi selektif dengan kompensasi (selective optimisation with
compensation)
Menurut teori ini, kompensasi penurunan tubuh ada tiga elemen yaitu
sebagai berikut.
(1) Seleksi
Adanya penurunan dari fungsi tubuh karena proses penuaan maka mau
tidak mau harus ada peningkatan pembatasan terhadap aktivitas sehari-hari.
(2) Optimalisasi
Lanjut usia tetap mengoptimalkan kemampuan yang masih dimilikinya
untuk meningkatkan kehidupannya.
(3) Kompensasi
Berbagai aktivitas yang sudah tidak dapat dijalankan karena proses
penuaan diganti dengan aktivitas lain yang mungkin bisa dilakukan dan
bermanfaat bagi lanjut usia.

2.2 Konsep Dasar Osteoporosis


2.2.1 Pengertian
Osteoporosis adalah kondisi terjadinya penurunan densitas/matriks/massa tulang,
peningkatan porositas tulang dan penurunan proses mineralisasi disertai dengan
kerusakan arsitektur mikro jaringan tulang yang mengakibatkan penurunan
kekokohan tulang sehingga tulang menjadi mudah patah. Osteoporosis merupakan
hasil interaksi kompleks yang menahun antara faktor genetik dan faktor
lingkungan.
2.2.2 Penyebab
Kecepatan pembentukan tulang berkurang secara progesif sejalan dengan usia,
yang dimulai sekitar 30 atau 40 tahun. Semakin padat tulang sebelum usia
tersebut, semakin kecil kemungkinan terjadi osteoporosis. Pada individu yang
berusia 70-an dan 80-an, osteoporosis menjadi penyakit yang sering ditemukan.
Meskipun resorpsi tulang mulai melebihi pembentukan tulang pada usia dekade
keempat atau kelima, pada wanita penipisan tulang yang melebihi signifikan
terjadi selama dan setelah menopause. Penurunan estrogen pascamenopause
tampak sangat berperan dalam perkembangan ini pada populasi wanita lansia.
Meskipun mekanisme estrogen bekerja untuk mempertahankan densitas tulang
belum jelas, diperkirakan bahwa estrogen menstimulasi aktivitas osteoblas dan
membatasi efek stimulasi osteoklas pada hormon paratiroid. Dengan demikian,
penurunan estrogen menyebabkan perubahan besar pada aktivitas osteoklas.
Wanita kurus, wanita berambut terang, dan wanita yang merokok sangat rentan
terhadap osteoporosis karena tulang mereka kurang padat sebelum menopause
dibandingkan tulang wanita gemuk, berambut gelap, dan tidak merokok. Pria
lansia kurang rentan mengalami osteoporosis karena mereka biasanya memiliki
tulang yang lebih padat dari pada wanita (sekitar 30%), dan kadar hormon
produktif tetap tinggi sampai pria mencapai usia 80-an. Akan tetapi, pria lansia
memiliki tulang yang kurang padat dari pada pria yang lebih muda.
Untuk pria dan wanita, penyebab lain osteoporosis adalah penurunan aktivitas
fisik dan ingesti obat tertentu, termasuk kortikosteroid dan beberapa antasid yang
mengandung alumunium yang meningkatkan eliminasi kalsium. Terbukti bahwa
bahkan pria dan wanita yang sangat tua dapat secara signifikan meningkatkan
densitas tulang dengan melakukan aktivitas menahan beban tingkat sedang.
Riwayat keluarga juga berperan dalam menentukan resiko masa depan individu.
Densitas tulang terbukti menurun pada wanita menyusui walaupun kembalinya ke
densitas yang mendekati normal terjadi setelah penyapihan
2.2.3 Klasifikasi
1. Osteoporosis primer
a. Tipe 1, adalah tipe yang timbul pada wanita pascamenopouse
b. Tipe 2, terjadi pada orang lanjut usia, baik pria mupun wanita
2. Osteoporosis sekunder. Osteoporosis sekunder terutama disebabkan oleh
penyakit-penyakit tulang erosit (misalnya mieloma multipel, hipertiroidisme) dan
akibat obat-obatan yang toksik untuk tulang(misalnya glukokortikoid). Jenis ini
ditemukan pada kurang lebih 2-3 juta klien
3. Osteoporosis ideopatik. Osteoporosis ideopatik adalah osteoporosis yang tidak
diketahui penyebabnya dan ditemukan pada :
a. Usia kanak-kanak (juvenil)
b. Usia remaja (adolesen)
c. Wanita pra-menopouse
d. Pria usia pertengahan

2.2.4 Faktor resiko


1. Faktor resiko yang tidak dapat di ubah
 Usia, lebih sering terjadi pada lansia
 Jenis kelamin, tiga kali lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria.
Perbedaan ini mungkin di sebabkan oleh faktor hormonal dan rangka tulang yang
lebih kecil.
 Ras, kulit putih mempunyai resiko paling tinggi
 Riwayat keluarga/keturunan, sejarah keluarga juga mempengaruhi penyakit ini.
Pada keluarga yang mempunyai riwayat osteoporosis, anak-anak yang
dilahirkannya cenderung mempunyai penyakit yang sama
 Bentuk tubuh, adanya kerangka tubuh yang lemah dan skoliosis vertebra
menyebabkan penyakit ini. Keadaan ini terutama terjadi pada wanita antara usia
50-60 tahun dengan densitas tulang yang rendah dan diatas usia 70 tahun dengan
BMI (berat badab dibagi kuadrat tinggi badan) yang rendah
 Tidak pernah melahirkan
2. Faktor risiko yang dapat diubah
 Merokok
 Devisiensi vitamin dan gizi (antara lain protein), kandungan garam pada
makanan, perokok berat, peminum alkohol dan kopi yang berat. Nikotin dalam
rokok menyebabkan melemahnya daya serap sel terhadap kalsium dari darah
ketulang. Oleh karena itu proses pembentukan tulang oleh osteoblas menjadi
melemah. Dampak konsumsi alkohol pada osteoporosis berhubungan dengan
jumlah alkohol yang berlebihan akan menyebabkan melemahnya daya serap sel
terhadap kalsium dari darah ke tulang. Mengkonsumsi atau minum kopi lebih dari
tiga cangkir per hari menyebabkan tubuh selalu ingin berkemih. Keadaan tersebut
menyebabkan kalsium banyak terbuang bersama air kencing. Kekurangan protein
dan kalsium pada masa kanak-kanak dan remaja menyebabkan tidak tercapainya
masa tulang yang maksimal pada waktu dewasa.
 Gaya hidup, aktivitas fisik yang kurang dan imobiliasi dengan penurunan
penyangga berat badan merupakan stimulasi penting bagi resorpsi tulang. Beban
fisik yang terintregasi merupakan penentu dari puncak massa tulang
 Gangguan makan (anoreksia nervosa)
 Menopouse dini(menopouse yang terjadi pada usia 46 tahun) dan hormonal, yaitu
kadar estrogen plasma yang kurang. Disini kadar estrogen menurun. Dengan
menurunnya kadar estrogen, resorpsi tulang menjadi lebih cepat sehingga terjadi
penurunan massa tulang yang banyak. Bila tidak segera diintervensi, akan cepat
terjadi osteoporosis
 Penggunaan obat-obat tertentu seperti(diuretik, glukokortikoid, antikonvulsan,
hormon tiroid berlebihan, kortikostiroid)
2.2.5 Gambaran klinis
3 Nyeri tulang.
Nyeri terutama terasa pada tulang belakang yang intensitas serangannya
meningkat pada malam hari
4 Deformitas tulang.
Dapat terjadi fraktur traumatik pada vertebra dan menyebabkan kifosis angular
yang dapat menyebabkan medula spenalis tertekan sehingga dapat terjadi
paraparesis
• Walaupun berlanjut secara membahayakan, osteoporosis mungkin tidak
berhubungan dengan berbagai gambaran klinis kecuali jika patah tulang terjadi.
Nyeri dan deformitas biasanya menyertai patah tulang.
• Dengan melemah dan kolapsnya korpus vertebra, tinggi individu dapat
berkurang atau terjadi kifosis (kadang-kadang disebut dowager’s hump)
• Pada tahun 2004, U.S. Surgeon General mengidentifikasi fraktur trauma
rendah sebagai kejadian sentinel yang menunjukkan kesehatan tulang yang buruk
harus dianggap sebagai indikasi untuk skrining densitas tulang, bahkan pada
individu berusia muda atau orang lain yang tidak dianggap beresiko tinggi
mengalami osteoporosis

4.1.1 Komplikasi
• Fraktur pangkal paha, pergelangan tangan, kolumna vertebralis, dan
panggul.
• Hospitalisasi, penempatan di nursing home, dan penurunan kemampuan
untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari dapat terjadi etelah fraktur
osteoporosis.

4.1.2 Penatalaksanaan
5 Diet
6 Memberikan kalsium dosis tinggi
7 Pemberian vitamin D dosis tinggi
8 Pemasangan penyangga tulang belakang(spinal brace) untuk mengurangi nyeri
punggung
9 Pencegahan dengan menghindari faktor risiko ostoporosis (misal rokok,
mengurangi konsumsi alkohol, berhati-hati dalam aktivitas fisik)
10 Penanganan terhadap deformitas serta fraktur yang terjad

• Pencegahan osteoporosis dimulai sejak masa kanak-kanak dan remaja


dengan pembentukan kebiasaan berolahraga dan nutrisi yang baik sepanjang
hidup dan untuk memperkuat tulang.
• Cairan sangat penting dalam penatalaksanaan
• Fosfat oral dapat diberikan
• Obat-obatan spesifik untuk mengatasi hiperkalsemia, termasuk steroid dan
diuretik yang mengeluarkan kalsium, dapat digunakan
• Eksisi kelenjar paratiroid melalui pembedahan dapat diperlukan
(Corwin, 2009)
(Maryam & Ekasari, 2011)

BAB 3
ASKEP GERONTIK DENGAN OSTEOPOROSIS
I. Pengkajian
A. Data Biografi
Nama :
Jenis kelamin : Biasanya terjadi pada perempuan
Gol Darah :
Tempat & Tanggal Lahir :
Pendidikan terakhir :
Agama :
Status perkawinan :
Tinggi badan/Berat badan :
Penampilan : Biasanya sering memegangi punggung
Alamat :
Orang yang mudah dihubungi :
Alamat & Telp :
B. Riwayat Keluarga
Genogram

C. Riwayat Pekerjaan
Pekerjaan saat ini :
Alamat pekerjaan :
Berapa jarak dari rumah :
Alamat transportasi :
Pekerjaan sebelumnya :
Berapa jarak dari rumah :
Alat transportasi :
Sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan :
D. Riwayat Lingkungan hidup
Type Tempat tinggal :
Kamar :
Kondisi tempat tinggal :
Jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah :
Derajat privasi :
Tetangga terdekat :
Alamat dan telepon :
E. Riwayat rekreasi
Hobi/minat :
Keanggotaan dalam organisasi :
Liburan/perjalanan :

F. Sistem Pendukung
Perawat/Bidan/Dokter/Fisoterapi :
Jarak dari rumah : Jaraknya Km
Klinik : Jaraknya Km
Pelayanan kesehatan di rumah :
Makanan :
Perawatan sehari-hari yang dilakukan keluarga :
Lain-lain :
G. Deskripsi kekhususan
Kebiasaan ritual :
Yang lainnya :
H. Status kesehatan

Status kesehatan umum selama lima tahun yang lalu :


Keluhan utama :
- Provokatif/palliative :
- Quality/quantity :
- Region :
- Severity scale :
Obat-obatan
No Nama Obat Dosis Ket
Status imunisasi :
Alergi :
-Obat-obatan :
- Makanan :
- Faktor lingkungan :
Penyakit yang diderita :
I. Aktivitas sehari-hari
Indeks Katz, Skore A

Oksigen cairan & elektrolit :


Nutrisi :
Eliminasi :
Aktivitas :
Istirahat & tidur :
Personal Hygiene :
Seksual :
Rekreasi :
Psikologis :
- Persepsi klien :
- Konsep diri :
- Emosi :
- Adaptasi :
- Mekanisme pertahan diri :

J. Tinjauan system
Keadaan Umum : Biasanya menahan nyeri
Tingkat kesadaran
GCS : Composmentis (GCS:15)
Tanda-tanda vital : TD: Meningkat >130/100
(Normalnya: 120/90 – 130/100 mmHg), RR: Meningkat (16-24 x/menit), N:
Meningkat (60-100 x/menit), S: Meningkat (36,5-37,5 0C)
1. Kepala : Ukuran kranium
2. Mata-telinga-hidung :
a. Penglihatan : Sedikit kabur
b. Pendengaran : Kurang baik
c. Hidung, pembau : Kurang baik
3. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
4. Dada dan punggung :
a. Paru-paru :
b. Jantung, TTV :
5. Abdomen dan pinggang :
a. System pencernaan :
b. System genetaurinariue :
6. Ekstrimitas atas dan bawah :
7. Sistem immune :
8. Genetalia :
9. Reproduksi :
10. Persyarafan :
11. Pengecapan :
K. Kulit :
1. Short portable mental status questionnaire (SPMSQ) :
2. Mini-Mental state exam (MMSE) :
3. Inventaris depresi Beck :
4. APGAR keluarga :
L. Data penunjang
1. Laboratorium :
2. Radiologi :
3. EKG :
4. USG :
5. CT-Scan :
6. Obat-obatan :

INDEKS KATZ
(Indeks Kemandirian Pada Aktivitas Sehari-Sehari )
Nama klien : Tanggal ……….
Jenis kelamin :L/P Umur :….Tahun TB/BB :…Cm/…..kg
Agama : Suku :…………..Gol Darah…….
Tahun pendidikan :…….. SD…..SLTP……SLTA…..PT
Alamat :
Skore Kriteria
A Kemandirian dalam hal Makan,kontinen,berpindah ke kamar
kecil,berpakaian dan mandi.
B Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari,kecuali
satu dari fungsi tersebut
C Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari,kecuali
mandi dan satu fungsi tambahan
D Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari,kecuali
mandi berpakaian dan satu fungsi tambahan
E Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari,kecuali
mandi berpakaian kekamar kecil dan satu fungsi tambahan
F Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari,kecuali
mandi berpakaian kekamar kecil, berpindah dan satu fungsi
tambahan
G Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut
Lain-lain Tergantung pada sedikitnya dua fungsi tetapi tidak dapat
diklasifikasikan C,D,E,Atau F.

SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUISIONAIRE


(SPMSQ)
( Penilaian ini Untuk Mengetahui fungsi Intelektual Lansia)

Nama klien : Tanggal ……….


Jenis kelamin :L/P Umur :….Tahun TB/BB :…Cm/…..kg
Agama : Suku :…………..Gol Darah…….
Tahun pendidikan :…….. SD…..SLTP……SLTA…..PT
Alamat :
Skore No Pertanyaan Jawaban

+ - 1 Tanggal berapa hari ini? Tgl Th


2 Hari apa sekarang ini ?
3 Apa nama tempat ini ?
4 Berapa nomor telepon Anda ?
Diman alamat Anda ?(bila tidak
mempunyai no Tlp)
5 Barapa umur Anda ?
6 Kapan Anda lahir ?
7 Siapa bapak presiden Indonesia
saat ini ?
8 Siapa presiden sebelumnya ?
9 Siapa nama panggila kecil
Anda ?
10 Berapa 20 dikurangi tiga begitu
seterusnya sampai bilangan
terkecil ?
Jumlah Kesalahan Total
Keterangan :

1. Kesalahan 0-2 = Fungsi Intelektual Utuh


2. Kesalahan 3-4 = Kerusakan intelektual Ringan
3. Kesalahan 5-7 = Kerisakan Intelektual Sedang
4. Kesalahan 8-10 = Kerusakan intelektual Berat

Dari Pfeiffer E (1975)

MINI-MENTAL STATE EXAM (MMSE)


( Menguji Aspek-Aspek Kognitif Dari Fungsi Mental )

Nilai Pasien Pertanyaan


Maksimum

Orientasi
5 (Tahun) (Musim) (Tanggal) (Hari) (Bulan apa
sekarang)
5 Dimana kita: (negara bagian) (wilayah) (kota) (rumah
sakit) (lantai)

Registrasi
3 Nama tiga obyek : 1 detik untuk mengatakan masing
masing kemmudian tanyakan klien ketiga obyek
setelah anda telah mengatakanya. Berikan satu poin
untuk jawaban yang benar. Kemudian ulangi sampai
ia mempelajari ketiganya. Jumlah percobaan dan catat
Perhatian
Dan kalkulasi
5 Seri 7`s 1 poin untuk setiap kebenaran
Berhenti setelah 5 jawaban.bergantian eja”kata”ke
belakang

Mengingat
3 Minta untuk mengulang salah satu ketiga obyek di
atas berikan untuk satu poin untuk jawaban yang
benar

Bahasa
9 Nama pensil dan melihat ( 2 poin)
Mengulang hal berikut :”tak ada jika, dan,atau
tetapi”(1 poin)
Nilai total
Kaji Tingkat Kesadaran Sepanjang Kontinum

Composmentis Apatis Sumnolen Suoprus coma


Keterangan :
Nilai maksimal 30, nilai 21 atau kurang biasanya indikasi terjadi kerusakan
kognitif yang mamrlukan penyelidikan lebih lanjut

INVENTARIS DEPRESI BECK


Tingkat Untuk Mengetahui Depresi Lansia Dari Beck & Deck (1972)

Nama klien : Tanggal ……….


Jenis kelamin :L/P Umur :….Tahun TB/BB :…Cm/…..kg
Agama : Suku :…………..Gol Darah…….
Tahun pendidikan :…….. SD…..SLTP……SLTA…..PT
Alamat :

No Uraian
I. Kesedihan
3 Saya sangat sedih/tidak bahagia dimana saya tidak dapat menghadapinya
2 Saya galau / sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat keluar darinya
1 Saya merasa sedih atau galau
0 Saya tidak mearasa sedih
II. Pesimisme
3 Saya merasa bahawa masa depan adalah sia-sia
2 Saya merasa tidak mempunyai apa-apa unutk memandang kedepan
1 Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan.
0 Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan
III. III. Rasa Kegagalan
3 Saya merasa benar-benar gagal sebagai orang tua (suami/istri)
2 Bila melihat kehidupan belakang, semua yang dapat saya lihat hanya
kegagalan
1 Saya merasa gagal melebihi orang pada umumnya
0 Saya tidak merasa gagal
IV. IV. Ketidak puasan
3 Saya tidak puas dengan segala
2 Saya tidak lagi mendapat kepuasaan dari apapun
1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Saya tidak merasa tidak puas
V. V. Rasa Bersalah
3 Saya merasa seolah-olah sangat buruk atau tak berharga
2 Saya merasa sangat bersalah
1 Saya merasa buruk / tak berharga sebagai dari waktu yang baik
0 Saya tidak merasa benar-benar bersalah
VI. Tidak menyakai diri sendiri
3 Saya benci diri sendiri
2 Saya muak dengan diri sya sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya tida merasa kecewa dengan diri saya sendiri
VII. Membahayakan diri sendiri
3 Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai kesempatan
2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri sendiri
1 Saya merasa lebih baik mati
0 Saya tidak mempunyai pikiran pikiran mengenai membahayakan diri
sendiri
VIII. Menarik diri dari social
3 Saya telah kehilangan minat saya pada orang lain dan tidak peduli pada
mereka semuanya
2 Saya telah kehilangan minat saya pada orang lain dan mempunyai sedikit
perasaan pada mereka
1 Saya berusaha mengambil keputusan.
0 Saya tidak kehilangan minat pad orang lain
IX. Keragu-raguan
3 Saya tidak bias membuat keputusan
2 Saya mempunyai banyak kesulitan
1 Saya berusaha mengambil keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik
X. Perubahan gambaran diri
3 Saya marasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikan
2 Saya merasa bahwa ada perubahan perubahan yang permanen dalam
penampilan yang saya tak menarik
1 Saya khawatir bahwa saya tampak tua atau tak menarik
0 Saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk dari pada sebelumnya
XI. Kesulitan kerja
3 Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan
sesuatu
1 Saya memerlukan upaya tambahan untuk mulai melakukan sesuatu
0 Saya dapat bekerja kira kira baik sebelumnya
XII. Keletihan
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya merasa lelah dari yang biasanya
0 Saya tidak merasa lebih lelah dari biasanya
XIII. M.Anoreksia
3 Saya tidak lagi mempunyai nafsu makan sama sekali
2 Nafsu makan saya sangat memburuk sekarang
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya.

Penilaian
0-4 Depresi tidak ada atau minimal
5-7 Depresi ringan
8-15 Depresi sedang
16+ Depresi berat
APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA
Suatu Alat Skrining Singlkat Yang Dapat Digunakan Untuk Mengkaji
Fungsi Sosial Lansia

Nama klien : Tanggal ……….


Jenis kelamin :L/P Umur :….Tahun TB/BB :…Cm/…..kg
Agama : Suku :…………..Gol Darah…….
Tahun pendidikan :…….. SD…..SLTP……SLTA…..PT
Alamat :
No Uraian Fungsi Skore
1. Saya puas bahwa saya mau kembali pada Adaptation
keluarga ( teman-teman ) saya untuk
membantu pada waktu menyusahkan saya
2. Saya puas dengan cara keluarga (taman- Partnership
teman ) saya membicarakan sesuatu dengan
saya dan mengungkapkan masalah dengan
saya
3. Saya puas keluarga ( teman-teman) saya Growth
menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan aktivitas atau arah baru
4. Saya puas dengan cara keluarga ( teman- Affection
teman ) saya mengekpresikan efek efek dan
berespon terhadap emosi-emosi saya,seperti
marah,sedih atau mencintai
5. Saya puas dengan cara teman teman saya dan Resolve
saya menyediakan waktu bersama-sama.
Penilaian :
Pertanyaan –pertanyaan yang dijawab ;
Selalu : skore 2 TOTAL
Kadang-kadang : skore 1
Hampir tidak pernah : skore 0

Dari : Smilkstein G : 1982

II ANALISA DATA

NO DATA INTERPRETASI MASALAH


(SIGN/SYMPTOM) (ETIOLOGI) (PROBLEM)
1 DS : Osteoporosis Nyeri Akut
P : Klien mengatakan
nyeri
Q : Nyeri tumpul menetap
R : Nyeri pada punggung
S : Skala 5
T : Nyeri saat aktivitas
DO :
Klien terlihat memegang
punggung, wajah tampak
meringis dan menahan
nyeri
TTV :
TD :
S:
N:
RR :
DS : Osteoporosis Gangguan Mobilitas
Klien mengatakan susah Fisik
menjalani aktivitas sehari-
hari
DO :
Klien terlihat susah
berjalan, berjalan dibantu
orang lain
III PRIORITAS MASALAH

1. Nyeri Akut b.d agen cedera biologis


2. Hambatan mobilitas fisik b.d osteoporosis

IV PROSES KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA RENCANA KEPERAWATAN IMPLEMNTASI EVALUASI
TUJUAN/KR INTERVENSI RASIONAL
ETERIA
HASIL
1 Nyeri b.d Setelah 1. Lakukan1. Mengetahui1. Mengkaji S : Klien
agen seberapa skala nyeri mengatak
dilakukan pengkajian
cedera dalam 2. Menyuruh an nyeri
biologis tindakan nyeri secara intesitas klien untuk berkurang
nyeri yang beristirahat setelah
keperawatan komprehensif
dirasakan 3. Mengajarkan senam
selama 2.
1 Tingkatkan2. Istirahat klien dan lansia
dapat keluarga O : Klien
minggu 1 kali istirahat
mengurangi untuk tidak
Diharapkan 3. Kontrol intensitas menciptakan memegan
nyeri lingkungan g
nyeri lingkungan
3. Agar yang nyaman punggung
berkurang yang dapat intesitas 4. Mengajarkan , wajah
nyeri dapat tehnik tampak
Dengan KH: mempengaruh
berkurang relaksasi, ceria
1. Mengontrol i nyeri seperti4. mis., senam A:
Meningkatk lansia Masalah
nyeri suhu ruangan,
an klien 5. Memberikan beum
(mengetahui pencahayaan, tetap rileks obat teratasi
5. Untuk P:
penyebab dan
mengurangi Intervensi
nyeri, kebisingan nyeri dilanjutka
n senam
mengetahui 4. Ajarkan
cara tentang teknik
mengurangi non
nyeri) farmakologi
2. Rasa nyaman (Senam
tidak Osteoporosis)
terganggu 5. Kolaborasi
dengan dokter
Mengontrol
pemberian
gejala nyer
analgetik
2 Hambatan Setelah 1. Kaji 1. Mengetahui1. Mengajarkan S : Klien
mobilitas klien untuk mengatak
dilakukan mobilit tingkat
fisik b.d posisi an sudah
osteoporosi asuhan as kemampuan menunduk bisa
s yang benar melakuka
keperawatan yang mobilitas
2. Mengajarkan n kegiatan
dalam waktu ada dan klien senam aktivitas
tentang sehari-
2x24 jam klien dan indicator
osteoporosis hari
mampu observ atas 3. Membantu O : Klien
klien mandi terliht
melakukan asi kerusakan
dengan air sudah
aktivitas fisik terhad mobilitas. hangat mampu
4. Mengajarkan berjalan
seesuai dengan ap 2. Program
klien berjalan pelan-
kemampuanny pening latihan dengan ahli pelan
terapi tanpa
a. katan meningkatk
bantuan
kerusa an kekuatan A:
1. Kriteria Masalah
kan. otot berguna
teratasi
Hasil
2. Lakuk dalam sebagian
Klien P:
an memperbaik
Intervensi
menget
progra i kerusakan dilanjutka
ahui n senam
m fisik,
penyeb
latihan Latihan
ab
menin ROM
terjadin
gkatka mengembali
ya
n kan fungsi
mobilit
kekuat otot yang
as fisik
an lemah dan
yang
otot,B kaku.
dialami
antu
nya.
klien 3. Mandi
2. Klien
melak hangat dan
menget
ukan masase
ahui
latihan memperbaik
cara
ROM i sirkulasi
mempe
perawa darah yang
rbaiki tan diri mempengar
mobilit sesuai uhi
as fisik toleran kekuatan
yang si. otot. Health
telah 3. Anjurk education
diajark an memberikan
an mandi informasi
perawa hangat pada klien.
t. dan 4. Ahli fisio
3. Klien masase terapi dapat
dapat otot membantu
ikut dan dalam
serta berika pelatihan
dalam n fsik untuk
progra health mengembali
m educati kan fungsi
latihan. on otot.
pada
4. Tidak terjadi
klien.
kontraktur
sendi. 4. Kolaborasi
dengan ahli
5. bertambahnya
fisio terapi
kekuatan otot
dan
6. klien
menunjukkan
tidakan untuk
meningkatkan
mobilitas.

VI CATATAN PERKEMBANGAN
NO HARI/TGL/JAM DX PERKEMBANGAN TTD

1 Senin, 29 mei 2017 1 - Mengkaji skala nyeri


jam 07.00 Klien mengatkan nyeri
menetap. Skala nyeri 6
2 Senin, 29 mei 2017 1 - Mengajarkan tehnik
jam 07.30 relaksasi, mis., senam
lansia.
3 1 Klien mengikuti
Senin, 29 mei 2017 senam lansia.
4 jam 08.00 2 - Memberikan obat.
Senin, 29 mei 2017 Klien diberikan obat
jam 08.15 analgetik
- Mengajarkan klien
5 2 posisi menunduk yang
Senin, 29 mei 2017 benar. Klien bisa
jam 08.15 menirukan dan
melaksanakan posisi
menunduk yang benar.
- Menganjurkan klien
untuk mandi air
hangat. Klien mandi
air hangat dua kali
sehari.
1 Rabu, 7 juni 2017. 1 - Mengkaji skala nyeri
Jam 07.00 Klien mengatkan nyeri
menetap. Skala nyeri 5
2 Rabu, 7 juni 2017. 1 - Mengajarkan tehnik
Jam 07.30 relaksasi, mis., senam
lansia.
3 1 Klien mengikuti
Rabu, 7 juni 2017. senam lansia.
4 Jam 08.00 2 - Memberikan obat.
Rabu, 7 juni 2017. Klien diberikan obat
Jam 08.15 analgetik
- Mengajarkan klien
5 2 posisi menunduk yang
benar. Klien bisa
Rabu, 7 juni 2017. menirukan dan
Jam 08.15 melaksanakan posisi
menunduk yang benar
secara mandiri.
- Menganjurkan klien
untuk mandi air
hangat. Klien mandi
air hangat dua kali
sehari.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesipulan
5 Usia lanjut adalah seseorang yang usianya sudah tua yang merupakan tahap
lanjut dari suatu proses kehidupan
6 Osteoporosis adalah kondisi terjadinya penurunan densitas/matriks/massa tulang,
peningkatan porositas tulang dan penurunan proses mineralisasi disertai dengan
kerusakan arsitektur mikro jaringan tulang yang mengakibatkan penurunan
kekokohan tulang sehingga tulang menjadi mudah patah. Osteoporosis merupakan
hasil interaksi kompleks yang menahun antara faktor genetik dan faktor
lingkungan.
7 Pada individu yang berusia 70-an dan 80-an, osteoporosis menjadi penyakit yang
sering ditemukan. Meskipun resorpsi tulang mulai melebihi pembentukan tulang
pada usia dekade keempat atau kelima, pada wanita penipisan tulang yang
melebihi signifikan terjadi selama dan setelah menopause.
7.1 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Stanley, M. (2007). Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta: EGC.
Yusuf. Ah. dkk. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika,
Muttaqin, A. (2008). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal.
Jakarta: EGC.
Nugroho, W. (2008). Keerawatan gerontik & geriatrik. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai