18 32 1 SM PDF
18 32 1 SM PDF
1 (2019)
Abstrak
Konsep Teori Adaptasi Roy menekankan pada peningkatan adaptasi individu
terhadap perubahan pemenuhan kebutuhan fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan
interdependensi. Gangguan pada sistem perkemihan akan mempengaruhi
pemenuhan kebutuhan fisiologis khususnya kebutuhan cairan dan elektrolit. Peran
perawat dalam hal ini adalah membantu individu beradaptasi terhadap empat mode
pemenuhan kebutuhan, khususnya mode fisiologis: cairan dan elektrolit. Fokus
utama bahasan adalah penerapan teori adaptasi Roy pada pasien dengan End Stage
Renal Disease (ESRD) atau dikenal juga dengan penyakit ginjal tahap akhir
(PGTA).. Hasil akhir dari penerapan Teori Adaptasi Roy ini menunjukkan adanya
mekanisme adaptasi positif terhadap stimulus yang diterima pasien terutama pasien
dengan kerusakan ginjal progresif.
Kata kunci : Penyakit ginjal kronis tahap akhir, Teori Adaptasi Roy, Self-efficacy.
Abstract
The Concept of Adaptation Theory Roy emphasizes increasing individual
adaptation to changes in the fulfillment of physiological needs, self-concept, role
function and interdependence. Disorders of the urinary system will affect the
fulfillment of physiological needs, especially fluid and electrolyte needs. The role of
nurses in this case is to help individuals adapt to the four modes of fulfillment of
needs, especially physiological modes: fluid and electrolytes. The main focus of the
discussion is the application of Roy's adaptation theory to patients with End Stage
Renal Disease (ESRD), also known as end-stage kidney disease (PGTA). The end
result of the application of Roy's Adaptation Theory shows a positive adaptation
mechanism to the stimulus that patients receive especially patients with progressive
kidney damage.
Keywords: Late stage chronic kidney disease, Roy's adaptation theory, self-efficacy.
ginjal pada tahun 2013 telah meningkat adaptasi. Tujuan keperawatan adalah
50% dari tahun sebelumnya. membantu klien beradaptasi dan
Sedangkan menurut laporan meningkatkan kesehatannya dengan
US Renal Data System (USRDS, cara mempertahankan perilaku adaptif
2017), insiden PGTA tahun 2015 di serta merubah perilaku maladaptif.
Amerika Serikat juga meningkat dari Aplikasi teori ini penulis
120.688 menjadi 124.114 kasus atau gunakan untuk membantu pasien
378 persatu juta penduduk. meningkatkan koping efektif terhadap
Peningkatan jumlah pasien perubahan status kesehatannya, salah
PGTA berbanding lurus dengan jumlah satunya adaptasi terhadap pembatasan
pasien yang membutuhkan terapi minum.
penggantian ginjal. Report Of Hal ini bertujuan untuk
Indonesian Renal Registry (IRR, mencegah Overload cairan yang
2017), melaporkan, jumlah pasien seringkali dialami pasien akibat
PGTA yang menjalani terapi dialisisi ketidakpatuhan terhadap pembatasan
sebanyak 77.892 jiwa. Jumlah ini cairan. Penulis mencoba menerapkan
meningkat lebih dari 150% teori Adaptasi Roy dalam memberikan
dibandingkan dua tahun sebelumnya. asuhan keperawatan pada pasien
Sementara itu, berdasarkan penyakit ginjal kronis tahap akhir baik
studi awal di unit hemodialisis Rumah akan menjalani program dialisis
Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta, maupun yang telah rutin didialisis.
jumlah pasien yang menjalani
hemodialisis rutin adalah 192 orang. Metode Penulisan
Dari jumlah tersebut sebagian besar Metode penulisan bersifat studi
(68%) mengatakan kesulitan kasus penerapan Teori Adaptasi Roy
beradaptasi terhadap program dalam perawatan pasien dengan
pembatasan cairan dan beberapa penyakit ginjal kronis tahap akhir
diantaranya mengalami overload cairan (PGTA) di RSUPN Dr. Cipto
selama rentang fase interdialitik Mangunkusumo Jakarta. Fokus utama
Pembatasan cairan menjadi perawatan adalah membantu pasien
salah satu hal tersulit bagi pasien beradaptasi terhadap perubahan status
hemodialisis. Mereka harus kesehatan yang berdampak pada 4
beradaptasi dan mematuhi aturan mode adaptasi individu yaitu fisiologis,
pembatasan cairan. Kegagalan konsep diri, fungsi peran dan
beradaptasi terhadap keadaan tersebut interdependensi. Penerapan teori
dapat menimbulkan masalah kesehatan adaptasi ini dilakukan terhadap pasien
dan memperburuk prognosis penyakit kelolaan di ruang perawatan penyakit
(Kim & Evangelista, 2010). dalam RSCM
Salah satu teori adaptasi yang
dapat diaplikasikan pada pasien PGTA Hasil Penelitian
yang menjalani hemodialisis adalah Pengelolaan kasus pasien
Roy Adaptation Models. Teori dengan dengan penyakit ginjal kronis
Adaptasi Roy ini pertama kali tahap akhir merupakan salah satu
dikembangkan oleh Sister Calista Roy bentuk implementasi fungsi dan peran
pada tahun 1964 -1966 dan baru perawat. Jumlah responden yang
dioperasionalkan pada tahun 1968. dikelola sebanyak 9 kasus gangguan
Teori adaptasi Roy sistem perkemihan dalam bentuk renal
memandang klien sebagai suatu sistem disease yang terdiri dari CKD stage V
Aplikasi Teori Adapatasi Roy Pada Pasien dengan End Stage Renal Disease ……......... 31
Journal Scientific Solutem, Vol.2 No. 1 (2019)
(dengan atau tanpa komplikasi). Dari 9 dan kolaborasi (medikasi, transfusi dan
orang pasien tersebut terdapat 6 orang tindakan hemodialisis).
pasien yang baru didiagnosa PGTA Sedangkan intervensi
dan 3 orang pasien PGTA dengan keperawatan spesifik untuk masalah
hemodialisis kronik. kelebihan volume cairan adalah
Etiologi terbanyak PGTA yang manajemen cairan, manajemen
baru adalah hipertensi dan diabetes hipervolemia, pemantauan vital sign,
mellitus. Hal ini sesuai dengan hasil pemeriksaan laboratorium rutin,
temuan Indonesian Renal Registrasy kolaborasi medikasi, kolaborasi
(IRR, 2017). Sedangkan alasan hemodialisis, pemantauan berat badan
terbanyak klien masuk rumah sakit sebelum dan setelah hemodialisis serta
pada pada kasus PGTA yang lama pemberian edukasi tentang penyakit,
adalah sesak nafas dan overload. perawatan dan terapi penggantian
Mode Adaptasi Fisiologis ginjal.
Pada mode adaptasi, roy Secara umum, edukasi yang
menetapkan sembilan kebutuhan diberikan pada pasien hemodialisis
fisiologis (oksigenasi, cairan- kronis dititikberatkan pada
elektrolit, nutrisi, eliminasi, aktivitas, peningkatan Self Efficacy dan selfcare
fungsi endokrin, integritas kulit, pasien agar kenaikan IDWG
persepsi sensori dan fungsi (Interdialytic Weight Gain) kurang
neurologis). dari 5% berat badan kering.
Dari sembilan kebutuhan Sedangkan untuk pasien yang
tersebut, ditemukan empat kegagalan baru terdiagnosis PGTA, materi
adaptasi fisiologis yang utama, yaitu edukasi meliputi patofisiologi gagal
kegagalan oksigenasi, cairan-elektrolit, ginjal, terapi penggantian ginjal (jenis,
nutrisi dan aktivitas. tujuan, prinsip kerja, komplikasi) serta
Masalah kelebihan volume self-care pasien.
cairan ditemukan pada semua pasien. Hasil evaluasi menunjukkan
Masalah lain yang juga ditemukan rata-rata pasien dengan end stage renal
pada hampir semua pasien adalah desease dapat menunjukkan perilaku
kekurangan nutrisi yang ditandai adaptif terhadap kelebihan cairan pada
dengan BB klien tidak ideal, hari ke-4 sampai hari ke-9 perawatan.
penurunan berat badan yang signifikan Mode Adaptasi Konsep Diri
dan kadar albumin serum yang rendah. Rata-rata pasien mengalami
Intervensi keperawatan yang perilaku inefektif pada mode konsep
sudah dilakukan untuk mengatasi diri. mereka umumya mengalami
masalah keperawatan adalah kecemasan yang berhubungan dengan
melakukan aktifitas regulator dan proses penyakitnya atau rencana
cognator antara lain melalui airway pengobatan yang akan dijalaninya.
management, cough enchancement, Tingkat kecemasan yang
respiratory monitoring, manajemen dialami psien berada pada rentang
asam basa, cardiac care, fluid ringan sampai dengan sedang. Tingkat
management, fluid and electrolit kecemasan pasien PGTA baru lebih
monitoring, manajemen hipervolemia, tinggi. Kecemasan mereka
manajemen nutrisi, manajemen berhubungan dengan rencana dialysis
eliminasi urine, activity therapy, jangka panjang
energy management, anxiety reduction, Diagnosa keperawatan utama
edukasi, pemeriksaan laboratorium, yang praktikan angkat pada mode
Aplikasi Teori Adapatasi Roy Pada Pasien dengan End Stage Renal Disease ……......... 32
Journal Scientific Solutem, Vol.2 No. 1 (2019)
adaptasi konsep diri dari adalah cemas fisiologis yang terdiri dari 5 kebutuhan
berhubungan dengan kurang fisiologis dasar, serta 4 kebutuhan
pengetahuan tentang proses penyakit, fisiologis kompleks. Analisis
prognosis & kebutuhan pengobatan kebutuhan untuk masalah keperawatan
serta krisis situasi. Intervensi yang yang muncul pada pasien adalah
praktikan lakukan meliputi aktivitas sebagai berikut:
regulator dan kognator melalui Pembersihan jalan nafas tidak
pemberian edukasi tentang proses efektif berhubungan dengan
penyakit, penatalaksanaan dan terapi penumpukkan secret; infeksi.
relaksasi. Hasil evaluasi menunjukkan Ketidakefektifan pembersihan
rata-rata kecemasan pasien menurun jalan nafas adalah ketidakmampuan
namun penurunannya lebih lama pada untuk membersihkan sekresi atau
pasien PGTA baru obstruksi saluran nafas guna
Mode Adaptasi Fungsi Peran mempertahankan jalan nafas yang
Perilaku inefektif pada mode bersih.
fungsi peran ini lebih banyak dialami Batasan karakteristik untuk
oleh semua pasien. Intervensi masalah ini adalah: adanya dipsnea,
keperawatan yang telah dilakukan suara nafas tambahan (ronkhi),
adalah membantu mengidentifikasi perubahan irama dan frekuensi nafas,
ketidakmampuan peran, membantu batuk, sianosis, kesulitan bicara,
pasien mengidentifikasi kemampuan orthopnea, gelisah dan adanya sputum.
klien untuk melaksanakan peran baru, Ketidakefektifan pembersihan
membantu pasien mengidentifikasi jalan nafas dapat disebabkan oleh
strategi positif untuk menjalani peran faktor lingkungan (polusi dan asap
baru. Hasil evaluasi menunjukkan rokok), obstruksi jalan nafas (spasme,
perilaku adaptif rata-rata dicapai pasien akumulasi mukus, jalan nafas buatan)
mulai pada hari ke-7 perawatan. dan gangguan fisiologis seperti
Mode Adaptasi Interdependensi disfungsi neuromuskuler, infeksi,
Perilaku inefektif pada mode alergi, hyperplasia bronchial, PPOK
interdependensi ini hanya ditemui pada dan trauma. (Wilkinson, 2007).
beberapa pasien saja dan umumnya Masalah ketidakefektifan
mereka yang berdomisili dari luar pembersihan jalan nafas pada semua
Jakarta. Perilaku inefektif pada mode kasus ditandai dengan adanya batuk
ini juga ditemui pada klien wanita (+), sputum (+) yang sulit dikeluarkan,
dengan usia muda. suara nafas ronchi basah kasar pada
Intervensi keperawatan yang area basal, faetor uremikum (+),
dilakukan untuk meningkatkan peningkatan frekuensi nafas
mekanisme koping adalah >24x/menit, dan abnormalitas hasil
meningkatkan family support dan AGD.
coping enhancement. Hasil evaluasi Pada salah satu kasusu juga
menunjukkan bahwa klien adaptif pada ditemukan adanya Klebsiella
mode ini teutama setelah adanya Pneumoniae. Masalah ini dapat terjadi
support keluarga dengan rentang waktu akibat penumpukkan secret dan adanya
pencapaian yang berbeda-beda proses infeksi (pneumonia). Infeksi
dapat terjadi akibat penurunan sistem
Diskusi imun. Keadaan sakit kronis dapat
Pada mode adaptasi fisiologis, menggangu sistem imun pasien
Roy menetapkan sembilan kebutuhan dengan berbagai cara. Pada pasien
Aplikasi Teori Adapatasi Roy Pada Pasien dengan End Stage Renal Disease ……......... 33
Journal Scientific Solutem, Vol.2 No. 1 (2019)
18-75% pasien dialisis dan menjadi kkal/kg BB/hari dan protein adalah 1,2
salah salah satu prediktor independen gr/kg BB/hari. 50% protein yang
rawat inap pasien (Castner 2011). dianjurkan merupakan protein dengan
Nutrisi merupakan faktor nilai biologis tinggi (protein hewani)
penting yang harus diperhatikan pada karena memiliki komposisi asam
pasien PGTA dengan terapi amino yang sama dengan protein tubuh
hemodialisis. Nutrisi penting untuk manusia.
meningkatkan imunitas klien, Protein tinggi berikan untuk
mempertahankan keadaan umum, dan mencegah katabolisme cadangan
peningkatan energy. protein sebagai kompensasi akibat
Pasien PGTA dengan terapi hilangnya asam amino dan albumin
hemodialisis sangat berisiko saat hemodialisis. Kadar albumin yang
mengalami kekurangan nutrisi yang direkomendasikan pada pasien yang
disebabkan oleh efek uremia menjalani hemodialisis adalah > 4 g/dl
(anoreksia, mual, muntah) dan (PERNEFRI,2011)
hilangnya zat nutrisi seperti albumin Ketidakadekuatan pemenuhan
saat hemodialisis. Malnutrisi adalah kebutuhan nutrisi juga berdampak pada
suatu kondisi dimana terjadi rendahnya kadar albumin pasien. Rata-
kehilangan massa otot, lemak dan rata nilai albumin pasien yaitu 2.91
cadangan protein visceral yang tidak g/dl. Rendahnya nilai albumin (< 3,5
hanya disebabkan oleh asupan yang g/dl) merupakan penanda klinis
tidak adekuat (PERNEFRI, 2011). buruknya status nutrisi dan protein
Malnutrisi pada pasien PGTA pasien.
juga disebabkan oleh inflamasi kronik Kadar albumin yang rendah
dan adanya kormobid akut atau kronik juga dihubungkan dengan penurunan
serta restriksi diit yang berlebihan sistem imun dan LOS (Length Of
(Campbell, Ash, Davies & Peter, Stay) pasien serta peningkatan
2007). Malnutrisi ditandai dengan morbiditas dan mortalitas (Lacson et
berat badan rendah, kehilangan massa al, 2007; PERNEFRI, 2011). Untuk
otot dan kadar albumin yang rendah memenuhi kebutuhan protein dan
(Castner, 2011). menaikkan kadar albumin klien,
Intervensi keperawatan berupa diperlukan penambahan albumin dalam
pengaturan diet pada pasien PGTA diet. Albumin substitusi tersebut dapat
dengan hemodialisis ditujukan untuk berasal dari putih telur atau ikan gabus
memperbaiki dan mempertahankan segar.
status gizi optimal, mencegah Berdasarkan hasil penelitian
penimbunan sisa metabolisme, diketahui pemberian suplemen putih
mengatur keseimbangan air dan telur 2 x perhari (kandungan protein 5
elektrolit serta mengendalikan g/porsi) dapat meningkatan kadar
komorbid. (PERNEFRI, 2011). albumin (Supriyanta, 2012;
Diet rendah garam bertujuan Syamsiatun & Siswati 2015)).
untuk mengurangi resiko hipertensi Pemberian suplementasi tepung ikan
dan retensi air sedangkan diet tinggi gabus selama 21 hari dapat
kalori-protein diberikan untuk meningkatkan kadar albumin serum
memenuhi kebutuhan energi pasien sebesar 2.04 ± 1.47 g/dl
tanpa memberikan beban berlebih pada (Kusumawardhani, Mexitalia, Susanto
ginjal. Kebutuhan kalori pasien yang & Kosnadi, 2006).
menjalani hemodialisis adalah 35
Aplikasi Teori Adapatasi Roy Pada Pasien dengan End Stage Renal Disease ……......... 36
Journal Scientific Solutem, Vol.2 No. 1 (2019)
[24] Smeltzer, S.C., & Bare, B.G. American Journal of Kidney Dis.
(2009). Textbook of medical 2014;63(1):68-75)
surgical nursing Brunner & [29] USRDS. (2017). Incidence,
Suddarth. 12th edition. prevalence, patient
Lippincott William & Wilkins, a characteristics, & modality
Wolter Kluwer busines. https://www.usrds.org/2017/view
[25] Supriyanta (2012). Pengaruh /v2_01.aspx
Suplementasi Modisco Putih [30] Westerdahl, E. (2015). Optimal
Telur Terhadap Perubahan technique for deep breathing
Kadar Albumin pada Pasien exercises after coronary artery
Bedah dengan Hypoalbuminemia bypass surgery diperoleh 12
di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Desember 2018 dari
Med Hosp 2012; vol 1 (2) : 130- http://www.diva-
133 portal.org/smash/record.jsf?pid=d
[26] Tandra, H (2018), Dari diabetes iva2%3A777416&dswid=-6551
menuju ginjal. Jakarta : [31] Wilkinson, J M (2007), Buku
Gramedia saku Diagnosis Keperawatan
[27] Tovazzi, M.E., & Mazzoni, V. dengan intervensi NIC dan
(2012). Personal paths of fluid kriteria hasil NOC. Jakarta :
restriction in patients on EGC
hemodialysis. Nephrol Nurs J, [32] Yu.J., Hui.JNG.,
2012, 39(3):207-215. Nandakumar.M., & Griva.K
[28] Tsay, Y.C at all (2014). (2014). The management of food
Association of Fluid Overload cravings and thirst in
With Kidney Disease Progression hemodialysis patients: A
in Advanced CKD: A qualitative study
Prospective Cohort Study.
Aplikasi Teori Adapatasi Roy Pada Pasien dengan End Stage Renal Disease ……......... 40