Biosantifika
Berkala Ilmiah Biologi
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/biosaintifika
The Role of Plants Against Air Pollution in The Protocol Street of Semarang City
Nana Kariada Tri Martuti
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang,
Indonesia
Abstract
The increasing number of motor vehicles might potentially increase the air pollution in main
roads. To reduce the increasing concentration of pollutants generated by motor vehicles, the trees
are planted to absorb the pollutants and the dust in the air. The objective of the research was to
understand the role of the plants along the main roads in Semarang City, from point of view of
quality and quantity. Data on the kind and density of shedding plants along the main roads of
Semarang City was collected using line intercept method. Result showed that the air quality of
Semarang City has been worrying in terms of the high concentration of CO. There were 29 kinds
of trees planted along 5 main roads in Semarang City. The kind and the number of plants in each
station did not influence positively to the concentration of the air pollutants. It was concluded
that the quality and the quantity of the plants along the study sites did not positively influence
the concentration of the air pollutants. It was presumed that the kind and the number of plants
along each ain road in Semarang was not appropriately functioning as the absorbants of the air
pollutants.
37
Nana Kariada Tri Martuti / Biosaintifika 5 (1) (2013)
nya daun yang berbulu dan permukaannya Jalan Kaligawe Semarang (Depan Kantor Suara
kasar. Sebagian partikel yang lain akan ter- Merdeka); Setasiun 5 : Jalan Setiyabudi (Sukun).
serap masuk ke dalam ruang stomata daun. Penetapan stasiun pengambilan sampel didasar-
Ngabekti (2004) melaporkan bahwa kebera- kan kepada kepadatan populasi kendaraan.
daan tanaman peneduh jalan dapat menu- Variabel yang akan diukur dalam peneli-
runkan kadar debu (TSP) dari 448,76 µg/m3 tian ini adalah : diambil data jenis pohon pada
di area tanpa tanaman menjadi 64,11 448,76 masing-masing setasiun penelitian. Disamping
µg/m3 di area dengan tanaman. Manfaat lain itu juga diambil data tentang kualitas udara yang
dari tajuk tanaman adalah menjadikan uda- terdiri dari suhu, kelembaban, pencahayaan, ke-
ra lebih bersih dan sehat karena daun mela- bisingan, kecepatan angin, arah angin dominan,
kukan proses fotosintesis. Dengan demikian Kadar NO2, SO2, TSP (debu), Pb, CO, H2S dan
fungsi ini akan tercapai apabila tajuk daun NH3 pada masing-masing setasiun penelitian.
lebar seperti angsana (Pterocarpus indicus), ke- Peralatan yang digunakan dalam peneliti-
tapang, mahoni (Swietenia mahagoni). an ini adalah : meteran. Bahan-bahan yang digu-
b. Penyerap dan penjerap partikel Pb. Kenda- nakan adalah: tumbuh-tumbuhan di lingkungaan
raan bermotor merupakan sumber utama Pb setasiun penelitian
yang mencemari udara daerah perkotaan. Langkah-langkah penelitian adalah seb-
Tumbuhan mempunyai kemampuan men- agai berikut: 1) Melakukan observasi lokasi/seta-
jerap dan mengakumulasi zat pencemar. Tumbu- siun penelitian, 2). Mendata jenis tanaman yang
han melalui daunnya dapat menangkap partikel ada di setasiun penelitian, 3) Pengambilan data
timbal yang diemisikan kandaraan bermotor kualitas udara di jalan-jalan protokol Kota Se-
(Hendrasari (2007). Menurut Karliansyah (1999), marang, 4) Analisis laboratorium, 5) Pengolahan
salah satu cara pemantauan pencemaran udara data penelitian.
adalah dengan menggunakan tumbuhan sebagai Data mengenai jenis dan densitas tanaman
bioindikator. Kemampuan masing-masing tum- peneduh yang ada di jalan protokol Kota Sema-
buhan untuk menyesuaikan diri berbeda-beda se- rang dihitung dengan metode line intercept. Cara
hingga menyebabkan adanya tingkat kepekaan, ini terlebih dahulu ditentukan dua titik sebagai
yaitu sangat peka, peka dan kurang peka. Tingkat pusat garis transek. Panjang garis transek dapat
kepekaan tumbuhan ini berhubungan dengan ke- 10 meter, 25 m, 50 m atau 100 m. Dalam peneli-
mampuannya untuk menyerap dan mengakumu- tian ini digunakan garis transek sepanjang 100 m.
lasikan logam berat. sehingga tumbuhan adalah Pada garis transek itu kemudian dibuat segmen-
bioindikator pencemaran yang baik. Tumbuhan segmen yang panjangnya 10 m. Pengamatan ter-
akumulator mempunyai kemampuan untuk men- hadap tanaman dilakukan pada segmen-segmen
gakumulasikan unsur tertentu dalam konsentrasi tersebut. Selanjutnya mencatat jenis dan mengu-
yang tinggi tanpa menimbulkan efek toksik pada kur diameter serta tinggi semua spesies tanaman
tumbuhan Hendrasari (2007). pada segmen-segmen tersebut.
METODE HASIL DAN PEMBAHASAN
38
Nana Kariada Tri Martuti / Biosaintifika 5 (1) (2013)
Tabel 1. Jenis dan jumlah tanaman peneduh di lima jalan protokol Kota Semarang
mengkhawatirkan, hal ini dipandang dari kadar kota metropolitan yang mendapatkan perhatian
CO yang relatif tinggi. Dari 5 setasiun penelitian, serius KLH (Anonim 2010).
3 setasiun yaitu: Kalibanteng (20.610), Pemuda Hasil tersebut perlu kiranya mengupaya-
(17.175) dan Setyabudi (15.343) menunjukkan kan pengurangan atau meminimalis kandungan
kadar CO di atas ambang batas yang sudah diten- bahan pencemar udara yang ada di jalan-jalan
tukan (15.000). Pendapat ini sesuai dengan Asis- protokol Kota Semarang. Salah satu solusi yang
ten Deputi Urusan Pengendalian Pencemaran dapat dilakukan adalah dengan melakukan peng-
Emisi Sumber Bergerak KLH, Ade Palguna di hijauan di ruas-ruas jalan protokol tersebut. Hal
Semarang. Kondisi pencermaran di kota Sema- ini sesuai dengan pendapat Kusminingrum dan
rang sudah parah yang secara angka mencapai 70 Gunawan (2008) dan Menteri Kehutanan (2004)
sampai 80%. Selain Kota Semarang ada lagi 26 yang menyampaikan, salah satu strategi yang
39
Nana Kariada Tri Martuti / Biosaintifika 5 (1) (2013)
Kualitas Baku
Stasiun
No Udara Mutu
(ppm) (ppm) 1 2 3 4 5
1 NO2 316 187,2 54,8 215,1 189,4 183,2
2 SO2 632 0,162 0,012 0,082 0,099 0,141
3 Debu 230 110 20,8 75 83,3 66,6
4 Pb 2 0,054 0,021 0,027 0,036 0,044
5 CO 15000 20610* 17175* 12022,5 6870 15343*
6 H2S 0,02 0,00008 0,000055 0,000046 0,0001 0,00009
7 NH3 0,5 0,28 0,18 0,24 0,27 0,16
Stasiun
No Parameter yang diukur
1 2 3 4 5
1 Intensitas cahaya (lux) 2240 2110 4690 6750 3810
2 Arah angin 240 220 210 210 195
3 Kelembaban (%) 70 55 44 50 45
4 Suhu (°C) 30,6 33,9 35,4 37 36,5
5 Kecepatan angin (m/det) 1,2 1 0,7 1,7 0,3
dapat diterapkan dalam upaya pengendalian juk simetris dan padat dan sistim perakaran pa-
pencemaran di ruas jalan yaitu dengan penataan dat.
dan penerapan teknologi pereduksi polusi udara Sifat biologi meliputi: tumbuh baik pada
dengan penataan land scape di ruas jalan dengan tanah padat, sistem perakaran masuk kedalam
tanaman pereduksi polusi udara. Untuk mem- tanah, tidak merusak konstruksidan bangunan,
perbaiki kondisi turus (kanan-kiri) jalan perlu fase anakan tumbuh cepat, tetapi tumbuh lam-
upaya penanaman dengan jenis tanaman yang bat pada fasedewasa, ukuran dewasa sesuai ru-
mempunyai fungsi antara lain: penahan polusi, ang yang tersedia, batang dan sistem percaban-
peneduh jalan, perbaikan iklim mikro dan pena- gan kuat, batang tegak kuat, tidak mudah patah
han longsor jalan. Sukawi Walikota Semarang dan tidak berbanir, perawakan dan bentuk tajuk
pada tahun 2008 dalam makalahnya mengata- cukup indah, tajuk cukup rindang dan kompak,
kan, tanaman dapat berfungsi sebagai pengontrol tetapi tidak terlalu gelap, ukuran dan bentuk ta-
iklim. Pengontrolan iklim ini, iklim mikro yang juk seimbang dengan tinggi pohon, daun sebaik-
diciptakan oleh tanaman mempunyai fungsi dan nya berukuran sempit (nanofill), tidak menggu-
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: pa- gurkan daun, daun tidak mudah rontok karena
nas/radiasi matahari, kontrol suhu, kontrol an- terpaan angin kencang, saat berbunga/berbuah
gin, kontrol kelembaban, dan kontrol presipitasi. tidak mengotori jalan, buah berukuran kecil dan
Berdasarkan peraturan menteri pekerjaan tidak bisa dimakan oleh manusia secara lang-
umum nomor: 05/PRT/M/2008 tentang Pedo- sung, sebaiknya tidak berduri atau beracun, mu-
man penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka dah sembuh bila mengalami luka akibat benturan
hijau di kawasan perkotaan telah ditetapkan be- dan akibat lain, tahan terhadap hama penyakit,
berapa kriteria vegetasi untuk tanaman peneduh tahan terhadap pencemaran kendaraan bermotor
jalan sebagai berikut: dan industry, mampu menyerap dan menjerap ce-
Aspek silvikultur meliputi: berasal dari biji maran udara, sedapat mungkin mempunyai nilai
terseleksi sehat dan bebas penyakit, memiliki per- ekonomi dan berumur panjang.
tumbuhan sempurna baik batang maupun akar, Hasil penelitian terhadap jenis dan den-
perbandingan bagian pucuk dan akar seimbang, sitas tanaman yang ada di jalan protokol Kota
batang tegak dan keras pada bagian pangkal, ta- Semarang, dapat diketahui jenis tanaman yang
40
Nana Kariada Tri Martuti / Biosaintifika 5 (1) (2013)
ditanam di 5 jalan protokol Kota Semarang ber- hutan kota dapat menyimpan Karbon dioksida
jumlah 29 jenis. Pada Wilayah Kalibanteng ter- (CO2) dalam bentuk biomassa sebesar ± 0,2 juta
dapat 15 jenis tanaman peneduh dengan tanaman ton. Sedangkan Chauhan (2010) dalam peneliti-
angsana sebagai tanaman dominan, yaitu 29,5% an yang dilakukan memaparkan, bahwa polusi
dari seluruh jenis tanaman lainnya. Jalan Pemu- udara yang dipancarkan oleh kendaraan bermo-
da terdapat 12 jenis tanaman peneduh dengan tor yang berbahaya akan mempengaruhi kualitas
tanaman terbanyak adalah angsana, yaitu 29,4% udara ambien dan pigmen pohon. Selain itu perlu
dari jumlah tanaman keseluruhan. Pada Jl. Brig- dicatat juga adanya polusi tersebut dapat mem-
jen Katamso terdapat 10 jenis tanaman peneduh berikan dampak yang merugikan pada kesehatan
dengan angsana sebagai tanaman terbanyak yaitu manusia.
67%. Sedangkan pada Jalan Kaligawe terdapat Hasil penelitian seperti tersebut di atas
5 jenis dan didominasi oleh jenis tanaman glo- dapat diketahu bahwa jenis maupun jumlah ta-
dokan yaitu 39,6% dan Jl. Setiyabudi memiliki naman yang ada pada masing-masing setasiun
12 jenis tanaman peneduh dengan dominasi ta- penelitian tidak berpengaruh positif terhadap
naman adalah jenis cemara dan palem raja den- kadar bahan pencemar udara yang ada. Hal ini
gan nilai masing-masing 20,3%. dikarenakan jenis dan jumlah tanaman pada
Keragaman dan jumlah jenis tanaman di masing-masing jalan protokol tidak sesuai den-
masing-masing setasiun 1 ternyata tidak berpen- gan tanaman peneduh yang mempunyai fungsi
garuh positif terhadap kadar bahan pencemar sebagai penjerap polutan udara. Untuk itu perlu
di lokasi tersebut. Hal ini dimungkinkan karena kiranya adanya penataan kembali terhadap jenis-
jenis tanaman yang ada tidak seimbang serta ti- jenis tanaman peneduh yang ditanam di ruas
dak sesuai dengan kadar bahan pencemar yang jalan-jalan protokol Semarang. Sehingga fungsi
ada, terutama kadar CO. Tanaman angsana yang tanaman sebagai peneduh dan penjerap bahan-
mendominasi di wilayah Kalibanteng atau ruas bahan pencemar benar-benar dapat maksimal
jalan lainnya ternyata mempunyai kemampuan seperti yang diharapkan.
kecil dalam menyerap CO2 (11,12 kg/pohon/
tahun). Tetapi adanya angsana ini dimungkin- SIMPULAN
kan mampu sebagai penjerap yang baik untuk
Pb, dikarenakan Pb pada lokasi penelitian sangat Kualitas maupun kuantitas tanaman yang
kecil (0,021 – 0,054) jauh di bawah baku mutu ada pada jalan-jalan protokol lokasi penelitian
yang ditentukan (2). Hal ini sesuai dengan pen- tidak berpengaruh positif terhadap kadar bahan
dapat Inayah (2010) dalam penelitiannya di Kota pencemar udara yang ada. Hal ini dikarenakan
Tangerang, bahwa Angsana (Pterocarpus indicus) jenis dan jumlah tanaman pada masing-masing
mampu mengakumulasi Pb pada kisaran 1.12- jalan protokol tidak sesuai dengan tanaman
12.38 μg/g. Kandungan Pb pada daun Angsana peneduh yang mempunyai fungsi sebagai penje-
hasil penelitian tidak mencapai 1000 ppm (μg/g). rap dan penyerap polutan udara.
Hal ini berarti kandungan Pb pada daun Angsa-
na belum melampaui ambang batas toksisitasnya daftar pustaka
terhadap tanaman.
Hal ini berbeda dengan kemampuan ta- Anonim. (2009). Daya Serap Pohon Terhadap Karbondio-
naman Trembesi (28.488,39), Cassia (5.295,47), ksida. Tunas Hijau, Indonesia, Kids and Young
kenanga (756,59), serta lainnya yang mempu- People do Actions for a Better Earth. Surabaya.
nyai kemampuan baik dalam menyerap CO2. Anonim. (2010). Jumlah Kendaraan Bermotor Harus Di-
Adanya pohon atau tanaman menjadi satu-sa- kendalikan. Diunduh dari jawa.infogue.com.
Pebruari 2011.
tunya makhluk hidup dan bahkan alat yang da-
Antari AARJ dan Sundra IK. (2002). Kandungan Ti-
pat menyerap gas karbondioksida untuk diubah mah Hitam (Plumbum) Pada Tanaman Peneduh
menjadi oksigen (Anonim 2009). Seperti dike- Jalan di Kota Denpasar. http://ejournal.unud.
tahui, karbondioksida adalah salah satu gas ru- ac.id/abstrak/4.pdf. 15 Maret 2012.
mah kaca yang prosentasenya terbesar di atmos- Chauhan A. (2010). Tree As Bio-Indicator Of Auto-
fer bumi. Yang et al. (2005) dalam penelitiannya mobile Pollution In Dehradun City:A Case
di Beijing mengatakan, bahwa adanya pohon/ Study. New York Science Journal 3 (6): 88-95.
tanaman dapat menghapus 1261,4 ton polutan Direktorat Jendral Penata Ruang Departemen Peker-
dari udara. Polutan udara yang paling berkurang jaan Umum. (2008). Pedoman Penyediaan
dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Ka-
adalah PM10 (partikulat dengan diameter aero-
wasan Perkotaan. On line at http://www.scribd.
dinamis lebih kecil dari 10 mm), dengan beban com/doc/ 54505551/permen05-2008-RTH. [diak-
penurunan sebesar 772 ton. Selain itu adanya ses tanggal 22 Mei 2011].
41
Nana Kariada Tri Martuti / Biosaintifika 5 (1) (2013)
Hendrasarie N. (2007). Kajian Efektivitas Tanaman dalam mempengaruhi lingkungan mikro dan
dalam Menjerap Kandungan Pb Udara. Jurnal kualitas udara di Kota Semarang. Jurnal Mipa
Rekayasa Perencanaan 3 (2): 2007 27 (1): 56-64.
Inayah SN, Thamzil L dan Etyn Y. (2010). Kandun- Nugrahani P dan Sukartiningrum. (2008). Indeks Tol-
gan Pb Pada Daun Angsana (Pterocarpus indi- eransi Polusi Udara (APTI) Tanaman taman
cus) dan Rumput Gajah Mini (Axonopus.Sp)Di Median Jalan Kota Surabaya. Jurnal Pertanian
Jalan Protokol Kota Tangerang. Jurnal Valensi Mapeta 10 (2): 86-92
2 (1): 340-346. Riani D. (2010). Kotornya Udara Semarang. Suara
Karliansyah NW. (1999). Klorofil Daun Angsana Dan Merdeka, 16 Januari 2011.
Mahoni Sebagai Bioindikator Pencemaran Suparwoko dan Firdaus. (2007). Profil Pencemaran
Udara, Jurnal Lingkungan Dan Pembangunan 19 Udara Kawasan Perkotaan Yogyakarta: Studi
(4): 290-305. Kasus di Kawasan Malioboro, Kridosono, dan
Kusminingrum N dan Gunawan. (2008). Polusi UGM Yogyakarta. Jurnal LOGIKA, 4 (2): 54-
Udara Akibat Aktivitas Kendaraan Bermotor 63.
di Jalan Perkotaan Pulau Jawa dan Bali. Jurnal Yang J, McBride J, Jinxing Z dan Zhenyuan S. (2005).
Jalan-Jembatan 25 (3): 314-326. The urban forest in Beijing and its role in air
Menteri Kehutanan. (2004). P.03/Menhut-V/2004, pollution reduction. Journal Urban Forestry &
Tentang Pedoman Penanaman Turus Jalan Na- Urban Greening 3 : 65–78.
sional Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan
dan Lahan. Kemenhut, Jakarta
Ngabekti S. (2004). Manfaat tanaman peneduh jalan
42