Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KETAHANAN PANGAN

“Analisis Derajat Ketahanan Pangan Rumah Tangga”

Disusun oleh :

Nurul Andriyani 180400489

PRODI S1 ILMU GIZI ALIH JENJANG

UNIVERSITAS ALMA ATA YOGYAKARTA

TAHUN 2018
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi
setiap saat. Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak asasi manusia,
sebagaimana tersebut dalam pasal 27 UUD 1945 maupun dalam Deklarasi Roma (1996).
Pertimbangan tersebut mendasari terbitnya UU No. 7/1996 tentang Pangan. Sebagai
kebutuhan dasar dan salah satu hak asasi manusia, pangan mempunyai arti dan peran
yang sangat penting bagi kehidupan suatu bangsa. Ketersediaan pangan yang lebih kecil
dibandingkan kebutuhannya dapat menciptakan ketidak-stabilan ekonomi. Berbagai
gejolak sosial dan politik dapat juga terjadi jika ketahanan pangan terganggu. Kondisi
pangan yang kritis ini bahkan dapat membahayakan stabilitas ekonomi dan stabilitas
Nasional.
Pendapatan menjadi faktor penting dalam menentukan pengeluaran rumah tangga,
termasuk pola konsumsi pangan keluarga. Apabila pendapatan meningkat, pola konsumsi
akan lebih beragam sehingga konsumsi pangan yang bernilai gizi tinggi juga akan
meningkat (Yudaningrum, 2011). Pengeluaran rumah tangga dibedakan menjadi dua
yaitu pengeluaran pangan dan pengeluaran non pangan. Pengeluaran non pangan terdiri
dari pengeluaran untuk perumahan, aneka barang dan jasa, biaya pendidikan, biaya
kesehatan, pakaian, pajak dan asuransi, serta keperluan sosial. Sedangkan pengeluaran
pangan yaitu biaya yang dikeluarkan oleh rumah tangga untuk membeli berbagai jenis
kebutuhan berupa makanan dan minuman.
Jumlah dan komposisi gizi seseorang dapat dihitung dari jumlah pangan yang
dikonsumsinya dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM).
Tercukupinya kebutuhan pangan dapat terlihat dari terpenuhinya kebutuhan energi dan
protein sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.1593/Menkes/SK/IX/2005
yaitu berdasarkan umur dan jenis kelamin. Ketahanan pangan di tingkat rumah tangga
sangat tergantung dari cukup tidaknya pangan yang dikonsumsi oleh setiap anggota
rumah tangga untuk mencapai gizi baik dan hidup sehat. Untuk mengukur derajat
ketahanan pangan tingkat rumah tangga, digunakan dua indikator ketahanan pangan,
yaitu proporsi pengeluaran pangan dan tingkat konsumsi energi (Jonsson dan Toole
dalam Rachman dan Ariani, 2002).
Dengan demikian, suatu wilayah dikatakan berhasil dalam pembangunan
ketahanan pangan jika adanya peningkatan produksi pangan, distribusi pangan yang
lancar serta konsumsi pangan yang aman dan berkecukupan gizi pada seluruh masyarakat
(Rahmawati, 2012).

B. Tujuan

1. Mengetahui pengeluaran konsumsi pangan dan non pangan pada rumah tangga
miskin dan tidak miskin.
2. Mengetahui besarnya proporsi pengeluaran konsumsi pangan pada rumah tangga
miskin dan tidak miskin.
3. Mengetahui rata – rata konsumsi energi pada rumah tangga miskin dan tidak miskin
4. Menganalisa derajat ketahanan pangan pada tingkat rumah tangga.
5. Mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat ketahanan pangan rumah
tangga.
BAB 2

ISI
A. Gambaran Lokasi

Pengambilan sampel responden untuk analisa ketahanan pangan pada tingkat


rumah tangga dilakukan di dukuh Kendal Desa Kabalan, Kecamatan Kanor, Kota
Bojonegoro Provinsi Jawa Timur.
Luas Desa Kabalan sebesar 180,2 Ha, dengan batas wilayah sebagai berikut
1. Sebelah Utara adalah Desa Tambahrejo Kecamatan Kanor
2. Sebelah Selatan adalah Desa Cangakan dan Desa Simbatan Kecamatan Kanor
3. Sebelah Barat : Kenongosari, Soko, Desa Kenongosari, Kabupaten Tuban
4. Sebelah Timur : Desa Piyak, Kecamatan Kanor
Dukuh di desa Kabalan terbagi menjadi 3 dukuh yaitu Dukuh kabalan, Dukuh
Kendal dan Dukuh Bonagung. Letak Desa Kabalan dengan Bengawan Solo dan
Bendungan Anting – Anting Desa Piyak, hampir setiap tahun dilanda banjir dan
mayoritas penduduknya bekerja sebagai nelayan. Desa Kabalan memiliki 675 KK dengan
jumlah penduduk total sebanyak 2299, untuk laki – laki sejumlah 1092 jiwa dan
perempuan sejumlah 1207 terdiri atas 5 RW 17 RT.

B. Karakteristik Sampel (Semua anggota Keluarga dalam Rumah Tangga)


Karakteristik sampel dalam dalam pengambilan data ini diambil dua anggota
keluarga berbeda, satu keluarga yang tergolong keluarga miskin dan satu keluarga
tergolong tidak miskin kemudian dilakukan analisis pada derajat ketahanan pangannya.
Karakteristik sampel terdiri atas data identitas responden, jumlah anggota keluarga
responden. Meliputi data – data nama, usia, jenis kelamin,tingkat pendidikan, pekerjaan
dan jumlah anggota keluarga.
Karakteristik dan jumlah anggota keluarga dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 1. Karakteristik Rumah Tangga Keluarga Miskin (Bapak M.S )

No. Anggota Jenis Kelamin Tingkat


Umur Pekerjaan
Keluarga (Tahun) Pendidikan
1. Bapak M.S Laki-laki 29 SMP Pedagang
2. Ibu A Perempuan 27 SMA Penjahit
3. Anak F Laki – Laki 2 - -

Tabel 2. Karakteristik Rumah Tangga Keluarga Tidak Miskin (Bp. M)


No. Anggota Jenis Tingkat
Umur Pekerjaan
Keluarga Kelamin (Tahun) Pendidikan
1. Bapak M Laki-laki 38 SMA Nelayan
2. Ibu S Perempuan 34 SMA IRT
3. Anak N Perempuan 15 SMP Pelajar

Berdasarkan data mengenai karakteristik sampel memiliki usia yang masuk dalam
kategori produktif yaitu ( 15-64 tahun) sehingga mampu bekerja dan dapat mencukupi
kebutuhan rumah tangganya, dengan usia yang masuk dalam kategori produktif maka
dapat berpengaruh pada hasil kerjanya.
Jumlah anggota keluarga antara anggota keluarga miskin dan keluarga tidak miskin
berbeda, hal pada keluarga miskin terdapat 3 anggota keluarga yang terdiri atas bapak, ibu
dan satu anak balita yang berusia 2 tahun sedangkan pada anggota keluarga tidak miskin
terdapat 3 anggota keluarga yang terdiri dari bapak, ibu dan satu anak yang masih pelajar
SMP dan ibu mengandung selama 4 bulan. Hal ini memiliki keterkaitan antara tingkat
pengeluaran dengan konsumsi energi rumah tangga, semakin banyak anggota keluarga
maka akan membutuhkan biaya pengeluaran dan konsumsi yang lebih besar pula.
Tingkat pendidikan ibu memiliki pengaruh pada konsumsi rumah tangga. Dalam rumah
tangga peran ibu sangat penting dalam pengambil keputusan konsumsi makan keluarga,
meskipun bapak yang bekerja namun peran ibu sangat besar dan tidak dapat
dikesampingkan. Hal ini sangat berkaitan dengan penyajian bahan makanan yang akan
dikonsumsi oleh seluruh anggota keluarga dalam satu rumah. Oleh karena itu semakin tinggi
tingkat pendidikan ibu dalam suatu rumah tangga dapat berpengaruh dalam memilikh dan
mengambil keputusan untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga tersebut.
Menurut Engel, Roger dan Paul (1993) keputusan konsumsi keluarga melibatkan
lima peranan yang dipegang oleh ibu yaitu: 1)Peran ibu sebagai penjaga pintu yang artinya
abu sebagai pemberi inisiatif dalam membeli suatu produk dan mencari informasi tentang
produk tersebut untuk mengambil suatu keputusan. 2)Ibu berperan dalam mempengaruhi
pembelian suatu produk yang sesuai dengan kebutuhan 3)Ibu berperan dalam menentukan
produk apa yang akan dibeli 4)Ibu berperan sebagai pembeli suatu produk 5)Peran ibu
sebagai pengguna produk.

C. Hasil dan Pembahasan

1. Pendapatan Rumah Tangga

Pendapatan keluarga adalah jumlah penghasilan riil dari seluruh anggota rumah
tangga yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan bersama maupun perseorangan dalam
rumah tangga. Pendapatan keluarga merupakan balas karya atau jasa atau imbalan yang
diperoleh karena sumbangan yang diberikan setelah bekerja (Suparyanto, 2014).

Jumlah pendapatan masing-masing keluarga dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 3. Pendapatan per Bulan Keluarga Miskin (Bp. S)
No Sumber Pendapatan Pendapatan (Rp/Bulan)
1. Bapak M.S 2.500.000
2. Ibu A 700.000

Jumlah 3.200.000

Tabel 4. Pendapatan per Bulan Keluarga Tidak Miskin (Bp. M)


No Sumber Pendapatan Pendapatan (Rp/Bulan)
1. Bapak M 4.500.000
2. Ibu S

Jumlah 4.500.000

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa rata – rata untuk keluarag miskin
sebesar Rp 3.200.000 dengan sumber pendapatan didapatkan dari bapak dan ibu yang
bekerja. Pekerjaan ayah adalah seorang pedagang dan ibu adalah seorang penjahit konveksi
sedangkan untuk keluarga tidak miskin sebesar Rp 4.500.000 dengan sumber pendapatan
rumah tangganya dari bapak yang bekerja sebagai nelayan dan ibu adalah seorang ibu rumah
tangga.
Pendapatan menjadi fakor penting dalam menentukan pengeluaran rumah tangga,
temasuk dalam pola konsumsi pangan keluarga. Rumah tangga dengan penghasilan rendah
lebih memenintingkan untuk pemenuhan pangan secara kuantitas dan masih kurang dalam
pemenuhan dalam mementingkan gizi bagi keluarganya. Sebaliknya dengan keluarag
dengan pendapatan yang tinggi tidak hanya dari segi kuantitas saja namun dari segi
kualitasnya pangannya juga diperhatikan. Perbedaan tingkat pendapatan akan
mengakibatkan perbedaan pola distribusi pendapatan termasuk pola konsumsi rumah tangga.
Dalam kondisi terbatas (pendapatan kecil), maka seseorang akan mendahulukan pemenuhan
kebutuhan makanan dan sebagian besar pendapatan tersebut dibelanjakan untuk konsumsi
makanan. Semakin rendah pangsa pengeluaran pangan, berarti tingkat kesejahteraan
masyarakat semakin baik (Ariani et al., 2007).
Teori konsumsi Keynes dalam bukunya yang berjudul The General Theory of
Employment, Interest and Money menjelaskan adanya hubungan antara pendapatan yang
diterima saat ini (pendapatan disposable) dengan konsumsi yang dilakukan saat ini juga.
Dengan kata lain pendapatan yang dimiliki dalam suatu waktu tertentu akan mempengaruhi
konsumsi yang dilakukan oleh manusia dalam waktuitu juga. Apabila pendapatan meningkat
maka konsumsi yang dilakukan juga akan meningkat, begitu pula sebaliknya (Pujoharso,
2013).

2. Pengeluaran Rumah Tangga

Pengeluaran rumah tangga adalah sejumlah uang yang dikeluarkan untuk


dikonsumsi dan kebutuhan semua anggota rumah tangga. Pengeluaran rumah tangga
terdiri dari pengeluaran untuk pangan dan non pangan. Jumlah pengeluaran masing-
masing keluarga dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 5. Pengeluaran Rata – Rata Rumah Tangga Keluarga Miskin dan Keluarga Tidak
Miskin

Keluarga Pengeluaran
Pangan Non Pangan Pengeluaran Total
Miskin Rp 1.355.000 Rp 904.000 Rp 2.259.000
Tidak Miskin Rp 1.201.000 Rp 1.395.000 Rp 2.596.000

Pengeluaran pangan meliputi sembilan bahan pokok, sayuran, lauk, buah – buahan dan lain –
lain kali ini dilihat dalam kurun waktu satu bulan. Untuk pengeluaran non pangan yang
digunakan untuk keperluan sehari hari meliputi biaya listrik, air, gas, transportasi. Pada
keluarga miskin memiliki tabungan sebanyak Rp 941.000 sedangkan pada keluarga tidak
miskin memiliki tabungan sebanyak Rp 1.904.000.

Untuk mengetahui proporsi pengeluaran pangan terhadap pengeluaran total rumah


tangga dapat dihitung dengan rumus berikut :

PF = x 100%

Dimana :
PF : Proporsi pengeluaran pangan (%)
PP : Pengeluaran pangan (Rp)
TP : Total pengeluaran (Rp)
Hasil perhitungan proporsi pengeluaran pangan antara keluarga tidak miskin dan
keluarga miskin, dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 6. Proporsi Pengeluaran Pangan Keluarga Miskin

Pengeluaran Jumlah ( Rp/Bulan ) Proporsi (%)


Pengeluaran Pangan 1.355.000 60
Pengeluaran Non Pangan 904.000 40

Pengeluaran Total 2.259.000 100 %


Tabel 7. Proporsi Pengeluaran Pangan Keluarga Tidak Miskin

Pengeluaran Jumlah ( Rp/Bulan ) Proporsi (%)


Pengeluaran Pangan 1.201.000 46
Pengeluaran Non Pangan 1.395.000 54

Pengeluaran Total 2.596.000 100 %

Berdasarkan hasil perhitungan PF (Proporsi Pengeluaran Pangan) pada tabel


diatas dapat dilihat bahwa proporsi pengeluaran keluarga miskin sebesar 60 %,
sedangkan keluarga tidak miskin sebesar 46 %. Semakin rendah persentase pengeluaran
untuk makanan terhadap total pengeluaran, maka semakin baik tingkat perekonomian
rumah tangga tersebut.

3. Konsumsi Energi Rumah Tangga

Konsumsi pangan merupakan sejumlah makanan dan minuman yang


dimakan/diminum penduduk/seseorang dalam rangka memenuhi kebutuhan fisiknya.
Konsumsi pangan dihitung dari makanan/minuman yang dimakan setiap anggota rumah
tangga tanpa memperhitungkan asal makanan tersebut (masak sendiri atau membeli).
Konsumsi pangan yang dinilai adalah konsumsi energi dan protein. Konsumsi energi
adalah sejumlah energi pangan yang dikonsumsi per orang per hari yang dinyatakan
dalam kkal/orang/hari dan Konsumsi protein adalah sejumlah protein pangan yang
dikonsumsi per orang per hari yang dinyatakan dalam kkal/orang/hari.
Tercukupinya kebutuhan pangan dapat diindikasi dari pemenuhan kebutuhan
energi dan protein (Adriani &Wirtjatmadi, 2012). Zat-zat gizi lain akan terpenuhi jika
konsumsi energi dan protein sudah terpenuhi sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG).
Angka Kecukupan Gizi (AKG) seseorang akan berbeda sesuai jenis kelamin dan umur.
Sedangkan Tingkat Konsumsi Energi (TKE) diperoleh dengan cara membandingkan
konsumsi protein maupun konsumsi energi dengan AKG yang dianjurkan.
Konsumsi protein dan energi rumah tangga dapat diperoleh dari perhitungan nilai
gizi dari bahan makanan yang dikonsumsi, mulai dari Ukuran Rumah Tangga (URT)
maupun Bagian makanan yang Dapat Dimakan (bdd). Analisis kandungan gizi tersebut
dapat menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) yang terdiri dari
susunan kandungan energi, protein, lemak, karbohidrat dan lain-lain. DKBM dikeluarkan
oleh Direktorat Gizi Depkes RI sebagai patokan. Klasifikasi tingkat konsumsi dibagi
menjadi 4, yaitu :
1. Baik : TKG ≥ 100 % AKG
2. Sedang : TKG 80 – 99 % AKG
3. Kurang : TKG 70 -80 % AKG
4. Defisit : TKG < 70 % AKG
Hasil perhitungan konsumsi energi dan protein rumah tangga dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :

Tabel 8. Konsumsi Energi Dan Protein Rumah Tangga

Keluarga Tidak
Keluarga Miskin Total AKG Miskin Total AKG
Anggota keluarga Energi Anggota keluarga Energi
(kkal) (kkal)
Bapak M S 2625 Bapak M 2513,9 2625
2270,25 S

Ibu A 2150 Ibu S 1953,9 2150


187,45
Anak F 942,04 1125 Anak N 1978,4 2125

Rata-rata ∑ Energi Rata-rata ∑ Energi

1696,58 2148,75

Sedangkan untuk melihat hasil rata-rata konsumsi energi dan protein rumah tangga
dibandingkan dengan AKG yang dianjurkan seperti perhitungan menggunakan rumus
dibawah ini :

Tingkat Konsumsi Protein :

TKE = ∑ Konsumsi Energi


x 100% TKP = ∑ Konsumsi Protein
x 100%
AKE yang dia njurka n AKP yang dianjurkan

Keterangan :
TKE : Tingkat Konsumsi Energi (%)

∑ Konsumsi Energi : Jumlah konsumsi energi (kkal/kapita/hari)


Tabel 9. Rata-Rata Konsumsi Energi Dan Protein Rumah Tangga


Rumah Konsumsi AKE yang
Tangga Energi dianjurkan TKE (%)
(kkal)
(kkal)
Miskin 1696,58 1905,68 89%

Tidak Miskin 2148,75 2300 93%

Masing-masing rumah tangga memiliki AKG yang berbeda tergantung umur dan
jenis kelamin. Perbedaan ini dikarenakan masing-masing anggota keluarga mempunyai
pemenuhan gizi yang berbeda pula.
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa besarnya rata-rata konsumsi energi
keluarga miskin adalah 1696,58 kkal/orang/hari. Sedangkan untuk rata-rata konsumsi
energi keluarga tidak miskin adalah 2148,75 kkal/orang/hari. Besarnya rata-rata konsumsi
energi pada kelurga miskin hanya 89%. Pada keluarga tidak miskin rata-rata konsumsi
energi sudah memenuhi AKE yang dianjurkan yaitu 93%.
Tingkat konsumsi energi (TKE) diperoleh dari perbandingan antara jumlah
konsumsi energi rumah tangga dengan angka kecukupan gizi (AKG) yang dianjurkan
berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin yang dinyatakan dalam persen.
Berdasarkan klasifikasi TKG apabila dilihat dari tingkat kecukupan gizinya dapat
disimpulkan bahwa kedua rumah tangga untuk tingkat konsumsi energi (TKE) termasuk
dalam kategori sedang.
Pemenuhan gizi yang diperoleh dari pangan yang dikonsumsi, akan menentukan
tingkat konsumsi. Semakin tinggi nilai gizi pangan berupa energi yang dikonsumsi, maka
tingkat konsumsi energi juga akan meningkat. Demikian juga halnya pada konsumsi
protein. Tercukupinya kebutuhan pangan dapat diindikasi dari pemenuhan kebutuhan
energi dan protein (Adriani &Wirtjatmadi, 2012). Kondisi negara yang memiliki ketahanan
yang terjamin tidak selalu mencerminkan ketahanan pangan rumah tangga. Ketahanan
pangan rumah tangga justru menjadi indikator terbentuknya ketahanan pangan daerah baik di
wilayah atau regional. Sedangkan pengeluaran pangan (pangan dan non pangan) rumah
tangga merupakan salah satu indikator ketahanan pangan rumah tangga (Pakpahan, 1993).
Semakin besar pangsa pengeluaran pangan suatu rumah tanga maka akan semakin rendah
ketahanan pangan rumah tangga tersebut. Ketahanan pangan rumah tangga juga dapat
dilihat dari indikator kecukupan gizi. Zat gizi yang hingga kini digunakan sebagai
indikator ketahanan pangan adalah tingkat kecukupan gizi makro yaitu energi dan
protein.
4. Ketahanan Pangan Rumah Tangga
Ketahanan pangan dapat diketahui dari ketersediaan, distribusi dan
konsumsi masyarakat terhadap pangan. Pada praktikum ini ketahanan pangan dilihat
dari segi konsumsi pangan dan hubungannya dengan proporsi pengeluaran pangan.
Proporsi pengeluaran pangan dan tingkat konsumsi energi merupakan komponen untuk
menentukan ketahanan pangan rumah tangga. Menurut Jonsson and Tole dalam
Maxwel dan Frankenberger (1992) terdapat empat tingkatan ketahanan pangan, yaitu :
(1) rumah tangga tahan pangan, (2) rumah tangga rentan pangan, (3) rumah tangga
kurang pangan, dan (4) rumah tangga rawan pangan.
Tabel 12. Empat Tingkatan Ketahanan Pangan

Tingkat Pengeluaran Pangan


Konsumsi Energi Rumah Rendah Tinggi
Tangga (≤ 60% Pengeluaran (> 60% Pengeluaran
Total) Total)
Cukup
Tahan Pangan Rentan Pangan
(>80% kecukupan energi)
Kurang
Kurang Pangan Rawan Pangan
(≤ 80% kecukupan energi)
Sumber : Jonsson and Tole, 1991 dalam Arini M dan Handewi PSR, 2003
Hasil analisis ketahanan pangan rumah tangga berdasarkan teori Jonsson dan Tole (1991)
dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 11. Analisis Ketahanan Pangan Rumah Tangga

Pendapatan
Proporsi Tingkat Kategori
Rumah Rumah
Pengeluaran Konsumsi Ketahanan
Tangga Tangga
Pangan (%) Energi (%) Pangan
(Rp/Bln)
Miskin 3.200.000 60 % 89% Rentan Pangan
Tidak Miskin 4.500.000 46% 93% Tahan Pangan

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa responden keluarga miskin


termasuk kategori rentan pangan, sedangkan untuk responden tidak miskin termasuk
kategori tahanpangan. Penggolongan kategori tersebut sesuai dengan penelitian
Jonsson dan Toole (1991), yang menggunakan indikator-indikator proporsi
pengeluaran pangan dan kecukupan konsumsi energi untuk mengukur derajat
ketahanan pangan rumah tangga. Tingkat kecukupan gizi dapat digunakan sebagi
indikator untuk menunjukkan tingkat kesejahteraan penduduk yang dihitung
berdasarkan banyaknya kalori dan protein yang dikonsumsi (BPS, 2014).
BAB III

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis derajat ketahanan pangan rumah tangga yang telah dilakukan,
dapat ditarik kesimpulan berikut ini :
1. Besar pendapatan rumah tangga keluarga miskin adalah Rp 3.200.000, sedangkan
untuk keluarga tidak miskin Rp 4.500.000 dan besar pengeluaran pangan pada
keluarga miskin Rp 1.355.000, sedangkan untuk kelurga tidak miskin Rp
1.201.000.
2. Proporsi pengeluaran pangan rumah tangga keluarga miskin sebesar 60 % yang
termasuk dalam kategori rendah. Sedangkan untuk keluarga tidak miskin sebesar
40 % yang termasuk dalam kategori tinggi.
3. Rata-rata konsumsi energi keluarga miskin adalah 89%, sedangkan untuk keluarga
miskin sebesar 93%.
4. Derajat ketahanan pangan pada keluarga miskin termasuk dalam rentan pangan,
sedangkan pada keluarga tidak miskin termasuk dalam tahan pangan.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan rumah tangga adalah
pendapatan, jumlah anggota keluarga, tingkat kecukupan konsumsi energi, dan
proporsi tingkat pengeluaran pangan rumah tangga tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Adriani, Merryana dan Wirjatmadi, Bambang. 2012. Pengantar Gizi Masyarakat. Kencana.
Jakarta.
Ariani, et al. 2007. Kinerja dan Prospek Pemberdayaan Rumah Tangga Rawan Pangan Dalam
Era Desentralisasi. Kerjasama Penelitian Biro Perencanaan, Departemen Pertanian, dan
Agrisep Vol (16) No. 1 , 2015 34 UNESCAP-CAPSA, Bogor. Departemen Pertanian .
2004. Kinerja Sektor Pertanian Tahun 2000-2003. Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2014. Bojonegoro Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten
Bojonegoro, Bojonegoro.
Engel, James F., Roger D.B., and Paul W.M. 1993. Perilaku Konsumsi. Penterjemah Budijanto.
Edisi keenam. Binarupa Aksara. Jakarta.
Maxwell, S. Dan T.R. Frankenberger. 1992. Household Food Security: Concepts, Indicator,
Measurements, A Technical Review. International Fund For Agricultural
Development/United Nation Childrens Fund, Rome.
Pakpahan, A.H. Saliem. 1993. Ketahanan Pangan Masyarakat Berpendapatan Rendah.
Monograph Series No. 14. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor .
Pujoharso, Cahyo. 2013. Aplikasi Teori Konsumsi Keynes Terhadap Pola Konsumsi Makan
Masyarakat Indonesia. Artikel Ilmiah. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Brawijaya. Malang.
Rahmawati, Emy. 2012. Aspek Distribusi pada Ketahanan Pangan Masyarakat di Kabupaten
Tapin. Jurnal Agribisnis Pedesaan. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Lambung
Mangkurat. Banjar Baru. Vol.2 No.3 Hal 241-251.
Suparyanto, 2014. Konsep Dasar Pendapatan Keluarga. Diakses pada tanggal 1 Febuari
2019.http://drsuparyanto.blogspot.co.id/2014/03/konsep-dasar-pendapatan-
keluarga.html.
Yudaningrum, Agnes. 2011. Analisis Hubungan Proporsi Pengeluaran dan Konsumsi Pangan
Dengan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani di Kabupaten Kulon Progo. Skripsi.
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
LAMPIRAN

1. Pengeluaran Rumah Tangga


Pengeluaran Pangan
Form Pengeluaran Pangan 1 bulan Keluarga Miskin Bp. M.S

No Jenis Bulanan Jumlah


(Rp) (Rp)

Pangan Pokok :
I
Beras 150.000 150.000
Lauk Pauk :
Ikan segar 55.000 55.000
Telur 36.000 36.000
II Daging Ayam 120.000 120.000

Bakso daging 50000 50000

Susu 80.000 80.000


Sayuran :
Sawi 12.000 12.000
Kool Putih (Kubis) 10.000 10.000
Buncis 15.000 15.000
Kacang Panjang 12000 12000
III
Kentang 15.000 15.000
Terong 8.000 8.000
Kangkung 15.000 15.000
Bayam 15.000 15.000
Wortel 13.000 13.000
Kacang-kacangan :
IV Kacang Tanah 20000 20000
kacang hijau 24.000 24.000
Buah-buahan :
Jeruk 30.000 30.000
V Pisang 30.000 30.000
Apel 12.000 12.000
Semangka 50.000 50.000
No Jenis Bulanan Jumlah
(Rp) (Rp)

Lain-lain :
Labu 30000 30000
Gula 58.000 58.000
Minyak Goreng 65.000 65.000
Bumbu 145.000 145.000
Kue/Roti 35.000 35.000
Jajan 120.000 120.000
Mie 25.000 25.000
Teh 25.000 25.000
Madu 35.000 35.000
v Kopi 45.000 45.000
Jumlah 1.355.000

Pengeluaran Non Pangan

No Jenis Bulanan Jumlah


(Rp) (Rp)

1 Listrik 100.000 100.000


2 Air PDAM - -
3 Bensin 150.000 150.000
4 LPG 40.000
Keperluan
5 85.000 85.000
mandi
6 Tabungan/arisan 200.000 200.000
Perawatan
7 - 60000
kendaraan
8 Pampers 25.000 25000
9 Rokok 144.000
Biaya
10 100.000
Komunikasi
TOTAL 904.000
Pengeluaran Pangan Keluarga Tidak Miskin

Pengeluaran Pangan

No Jenis Bulanan Jumlah


(Rp) (Rp)

Pangan Pokok :
I Beras 180.000 180.000
Jagung 25.000 25.000
Lauk Pauk :
Ikan segar 85.000 85.000
Telur 45.000 45.000
Daging Ayam 150.000 150.000
II
Bakso daging 35000 35000

Daging sapi 50000 50000


Ati Ampela 25.000 25.000
Sayuran :
Sawi 15.000 15.000
Kool Putih (Kubis) 10.000 10.000
Buncis 8.000 8.000
III Kacang Panjang 10000 10000
Kentang 10.000 10.000
Kangkung 12.000 12.000
Bayam 15.000 15.000
Wortel 13.000 13.000
Buah-buahan :
Jeruk 30.000 30.000
Pisang 30.000 30.000
IV Apel 12.000 12.000
Alpukat 30.000 30.000
Buah Naga 25.000 25.000
Semangka 20.000 20.000
Lain-lain :
Gula 56.000 56.000
V Minyak Goreng 50.000 50.000
No Jenis Bulanan Jumlah
(Rp) (Rp)

Bumbu 120.000 120.000


Kue/Roti 45.000 45.000
Mie 30.000 30.000
Teh 15.000 15.000
Kopi 50.000 50.000
Jumlah 1.201.000

Pengeluaran Non Makan

No Jenis Bulanan Jumlah


(Rp) (Rp)

1 Listrik 200.000 200.000


2 Air PDAM 150000 150000
3
4 Bensin 150.000 150.000
5 LPG 50.000
Keperluan
6 125.000 125.000
mandi
7 Tabungan/arisan 150.000
Perawatan
8 - 100000
kendaraan
9 Rokok 150000
10 Biaya Sekolah 200000
Biaya
11 Komunikasi 120000
TOTAL 1.395.000
2. Recall Makan 1x24 Jam Keluarga Miskin

a. Bapak M.S

Berat Energi
Waktu Menu Bahan
(gram) (kkal)
Makan Pagi
Nasi Nasi 150 535,5
Soto ayam Daging ayam 50 149
07.00 Minyak Goreng 5 44,2
Kerupuk 10 47,7

Pisang Hijau
Pisang hijau 150 181,5
Sub Total 957,9

Makan Siang
Nasi Nasi 150 535,5
Bandeng Goreng Bandeng 35 70,35
Minyak Goreng 5 44,2
13.00
Tahu Goreng Tahu Putih 45 36
Minyak Goreng 5 44,2
Sayur Bobor Sawi Hijau 35 9,8
Santan 5 6,1
Buah Buah Semangka 100 28
774,15
Makan Malam
Nasi Nasi 100 357
Bandeng Goreng Bandeng 35 70,35
Minyak Goreng 5 44,2
18.00
Sayur Bobor Sawi Hijau 25 7
Kacang Panjang 15 53,55
Santan 5 6,1
Sub Total 538,2
Total 2270,25
Standart Kebutuhan AKG 2625
Presentase Kebutuhan 86%
b. Ibu A

Berat Energi
Waktu Menu Bahan
(gram) (kkal)
07.00 Makan Pagi
Nasi Nasi 75 267,75
Daging
50
Soto ayam ayam 149
Bihun 15 52,2
Telur ayam 35 53,9

Minyak
5 44,2
Goreng
Kerupuk 15 71,55

Pisang Hijau Pisang


hijau 100 121
Sub Total 759,6

Makan Siang
Nasi Nasi 75 267,75
Bandeng 35 70,35
Bandeng Goreng Minyak
5 44,2
13.00 Goreng
Sawi Hijau 30 8,4
Sayur Bobor Kacang
Panjang 20 71,4
Santan 10 12,2
Buah
Buah Semangka 75 21
Sub Total 495,3
Kudapan Sore
Ubi Manis 55 46,75
15.00 Gethuk Gula Pasir 5 19,7
Teh 2 7,88
Teh Hangat Gula Pasir 5 19,7
Sub Total 94,03
Makan Malam
Nasi Nasi 75 267,75
18.00 Bandeng 50 100,5
Bandeng Goreng Minyak
5 44,2
Goreng
Berat Energi
Waktu Menu Bahan
(gram) (kkal)
Tahu 100 80
Tahu Goreng Minyak
5 44,2
Goreng
Sawi Hijau 30 8,4
Sayur Bobor Kacang
Panjang 20 71,4
Santan 5 6,1
Sub Total 622,55
Total 1877,45
Standart Kebutuhan AKG 2150
Presentase Kebutuhan 87%

c. Anak F

Berat Energi
Waktu Menu Bahan
(gram) (kkal)
Makan Pagi
Nasi Nasi 45 160,65
Soto ayam Daging ayam 25 74,5
07.00
Telur ayam 25 38,5
Pisang Hijau
Pisang hijau 35 42,35
Sub Total 316
Puding Buah
Puding Buah Semangka 45 12,6
Gula Pasir 3 11,82
Sub Total 47,7
Nasi Putih Nasi Putih 35 124,95
Ayam Goreng Daging ayam 25 74,5
Minyak Goreng 3 26,52
Sayur asam
wortel 5
1,8
12.00 Buah Pisang Pisang hijau 50 60,5
Sub Total 288,27
Kue Donat 35 9,8
17.00 Nasi Putih Nasi Putih 35 124,95
Berat Energi
Waktu Menu Bahan
(gram) (kkal)
Ayam Goreng Daging ayam 25 74,5
Minyak Goreng 3 26,52
Sayur asam wortel 10 3,6
Buah Pisang Pisang hijau 50 60,5
Sub Total 290,07
Total 942,04
Standart Kebutuhan AKG 1125
Presentase Kebutuhan 84%
Recall Makan 1x24 Jam Keluarga Tidak Miskin

a. Bapak M

Berat Energi
Waktu Menu Bahan
(gram) (kkal)
Makan Pagi
07.00
Nasi Putih Nasi Putih 150 535,5
Ikan Mujaer Tempe Kuning Ikan Mujiar 75 66,75
Tahu Putih 35 28
Tumis Sayur wortel 25 9

Tempe Goreng Tempe 100 201


Sub Total 385 840,25
Snack Pagi
10.00
Buah Potong Melon 100 70
Buah Semangka 50 14
Nagasari Pisang hijau 50 60,5
Tepung Tapioka 20 66,6
Sub Total 20 211,1
Makan Siang
Nasi Putih Nasi Putih 150 535,5
13.00 Udang 75 150,75
Pepes Udang Tahu Putih 50 40
Kelapa muda
5 3,4
Parut
Kembang Kol 35 8,75
Asem - Asem Sayur
Sawi 25 7
wortel 45 16,2
Buah Semangka Buah Semangka 100 28
789,6
16.00 Snack Sore
Kue Donat Kue Donat 150 127,5
Sub Total 127,5
18.30 Makan Malam
Nasi Putih Nasi Putih 100 357
Udang 50 100,5
Pepes Udang Tahu Putih 40 32
Kelapa muda
5 3,4
Parut
Berat Energi
Waktu Menu Bahan
(gram) (kkal)

Asem - Asem Sayur Sawi 30 8,4


wortel 45 16,2
Buah Semangka Buah Semangka 100 28
Sub Total 545,5
Total 2513,95
Standart Kebutuhan AKG 2625
Presentase Kebutuhan 96%

b. Ibu S

Berat Energi
Waktu Menu Bahan
(gram) (kkal)
Makan Pagi
07.00
Nasi Putih Nasi Putih 150 535,5
Ikan Mujaer Tempe Kuning Ikan Mujiar 45 40,05
Tahu Putih 50 40
Tumis Sayur wortel 50 18
buncis 50 17
Tempe Goreng Tempe 50 100,5
Sub Total 395 751,05
Snack Pagi
Melon 45 31,5
10.00 Buah
Sop Buah Semangka 50 14

susu Kental
Manis 20 68,6
Sub Total 20 114,1
Makan Siang
Nasi Putih Nasi Putih 75 267,75
13.00 Udang 35 70,35
Pepes Udang Tahu Putih 25 20
Kelapa muda
10 6,8
Parut
Asem - Asem Sayur Kembang Kol 50 12,5
Sawi 35 9,8
wortel 15 5,4
Pisang Pisang 75 95,25
487,85
16.00 Snack Sore
Kue Donat Kue Donat 50 42,5
Sub Total 42,5
Makan Malam
Nasi Putih Nasi Putih 100 357
Udang 50 100,5
18.30 Pepes Udang Tahu Putih 25 20
Kelapa muda
10 6,8
Parut
Kembang Kol 50 12,5
Asem - Asem Sayur
Sawi 25 7
wortel 35 12,6
Buah
Buah Semangka Semangka 150 42
Sub Total 558,4
Total 1953,9
Standart Kebutuhan AKG 2150
Presentase Kebutuhan 91%

c. Anak N

Berat Energi
Waktu Menu Bahan
(gram) (kkal)
Makan Pagi
07.00
Nasi Putih Nasi Putih 100 357
Ikan Mujaer Tempe Kuning Ikan Mujiar 75 66,75
Tempe Goreng Tempe 100 201
wortel 25 9
Tumis Sayur
buncis 50 17

Sub Total 350 650,75


10.00 Snack Pagi
Buah
Buah Potong Semangka 100 28
Kue Donat 75 63,75
Berat Energi
Waktu Menu Bahan
(gram) (kkal)

Sub Total 0 91,75


Makan Siang
Nasi Putih Nasi Putih 75 267,75
Udang 75 150,75
Pepes Udang Tahu Putih 50 40
13.00
Kelapa
5 3,4
muda Parut
Kembang
35 8,75
Asem - Asem Sayur Kol
Sawi 25 7
wortel 45 16,2
Buah
Buah Semangka Semangka 100 28
521,85
16.00 Snack Sore
Kue Bolu
Kue Donat Kukus 35 29,75
Buah
Jus Semangka Semangka 50 14
Gula Pasir 10 39,4
Sub Total 29,75
Makan Malam
18.30 Nasi Putih Nasi Putih 75 267,75
Pepes Udang Udang 45 90,45
Tahu Putih 50 40
Tempe Goreng Tempe 100 201
Asem - Asem Sayur Sawi 30 8,4
wortel 45 16,2
Buah Pisang Pisang hijau 50 60,5
Sub Total 684,3
Total 1978,4
Standart Kebutuhan AKG 2125
Presentase Kebutuhan 93%
DOKUMENTASI

Keluarga Bapak M.S

Foto Rumah
Keluarga Bapak M.S

Keluarga Bapak M

Anda mungkin juga menyukai