Disusun oleh :
TAHUN 2018
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi
setiap saat. Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak asasi manusia,
sebagaimana tersebut dalam pasal 27 UUD 1945 maupun dalam Deklarasi Roma (1996).
Pertimbangan tersebut mendasari terbitnya UU No. 7/1996 tentang Pangan. Sebagai
kebutuhan dasar dan salah satu hak asasi manusia, pangan mempunyai arti dan peran
yang sangat penting bagi kehidupan suatu bangsa. Ketersediaan pangan yang lebih kecil
dibandingkan kebutuhannya dapat menciptakan ketidak-stabilan ekonomi. Berbagai
gejolak sosial dan politik dapat juga terjadi jika ketahanan pangan terganggu. Kondisi
pangan yang kritis ini bahkan dapat membahayakan stabilitas ekonomi dan stabilitas
Nasional.
Pendapatan menjadi faktor penting dalam menentukan pengeluaran rumah tangga,
termasuk pola konsumsi pangan keluarga. Apabila pendapatan meningkat, pola konsumsi
akan lebih beragam sehingga konsumsi pangan yang bernilai gizi tinggi juga akan
meningkat (Yudaningrum, 2011). Pengeluaran rumah tangga dibedakan menjadi dua
yaitu pengeluaran pangan dan pengeluaran non pangan. Pengeluaran non pangan terdiri
dari pengeluaran untuk perumahan, aneka barang dan jasa, biaya pendidikan, biaya
kesehatan, pakaian, pajak dan asuransi, serta keperluan sosial. Sedangkan pengeluaran
pangan yaitu biaya yang dikeluarkan oleh rumah tangga untuk membeli berbagai jenis
kebutuhan berupa makanan dan minuman.
Jumlah dan komposisi gizi seseorang dapat dihitung dari jumlah pangan yang
dikonsumsinya dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM).
Tercukupinya kebutuhan pangan dapat terlihat dari terpenuhinya kebutuhan energi dan
protein sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.1593/Menkes/SK/IX/2005
yaitu berdasarkan umur dan jenis kelamin. Ketahanan pangan di tingkat rumah tangga
sangat tergantung dari cukup tidaknya pangan yang dikonsumsi oleh setiap anggota
rumah tangga untuk mencapai gizi baik dan hidup sehat. Untuk mengukur derajat
ketahanan pangan tingkat rumah tangga, digunakan dua indikator ketahanan pangan,
yaitu proporsi pengeluaran pangan dan tingkat konsumsi energi (Jonsson dan Toole
dalam Rachman dan Ariani, 2002).
Dengan demikian, suatu wilayah dikatakan berhasil dalam pembangunan
ketahanan pangan jika adanya peningkatan produksi pangan, distribusi pangan yang
lancar serta konsumsi pangan yang aman dan berkecukupan gizi pada seluruh masyarakat
(Rahmawati, 2012).
B. Tujuan
1. Mengetahui pengeluaran konsumsi pangan dan non pangan pada rumah tangga
miskin dan tidak miskin.
2. Mengetahui besarnya proporsi pengeluaran konsumsi pangan pada rumah tangga
miskin dan tidak miskin.
3. Mengetahui rata – rata konsumsi energi pada rumah tangga miskin dan tidak miskin
4. Menganalisa derajat ketahanan pangan pada tingkat rumah tangga.
5. Mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat ketahanan pangan rumah
tangga.
BAB 2
ISI
A. Gambaran Lokasi
Berdasarkan data mengenai karakteristik sampel memiliki usia yang masuk dalam
kategori produktif yaitu ( 15-64 tahun) sehingga mampu bekerja dan dapat mencukupi
kebutuhan rumah tangganya, dengan usia yang masuk dalam kategori produktif maka
dapat berpengaruh pada hasil kerjanya.
Jumlah anggota keluarga antara anggota keluarga miskin dan keluarga tidak miskin
berbeda, hal pada keluarga miskin terdapat 3 anggota keluarga yang terdiri atas bapak, ibu
dan satu anak balita yang berusia 2 tahun sedangkan pada anggota keluarga tidak miskin
terdapat 3 anggota keluarga yang terdiri dari bapak, ibu dan satu anak yang masih pelajar
SMP dan ibu mengandung selama 4 bulan. Hal ini memiliki keterkaitan antara tingkat
pengeluaran dengan konsumsi energi rumah tangga, semakin banyak anggota keluarga
maka akan membutuhkan biaya pengeluaran dan konsumsi yang lebih besar pula.
Tingkat pendidikan ibu memiliki pengaruh pada konsumsi rumah tangga. Dalam rumah
tangga peran ibu sangat penting dalam pengambil keputusan konsumsi makan keluarga,
meskipun bapak yang bekerja namun peran ibu sangat besar dan tidak dapat
dikesampingkan. Hal ini sangat berkaitan dengan penyajian bahan makanan yang akan
dikonsumsi oleh seluruh anggota keluarga dalam satu rumah. Oleh karena itu semakin tinggi
tingkat pendidikan ibu dalam suatu rumah tangga dapat berpengaruh dalam memilikh dan
mengambil keputusan untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga tersebut.
Menurut Engel, Roger dan Paul (1993) keputusan konsumsi keluarga melibatkan
lima peranan yang dipegang oleh ibu yaitu: 1)Peran ibu sebagai penjaga pintu yang artinya
abu sebagai pemberi inisiatif dalam membeli suatu produk dan mencari informasi tentang
produk tersebut untuk mengambil suatu keputusan. 2)Ibu berperan dalam mempengaruhi
pembelian suatu produk yang sesuai dengan kebutuhan 3)Ibu berperan dalam menentukan
produk apa yang akan dibeli 4)Ibu berperan sebagai pembeli suatu produk 5)Peran ibu
sebagai pengguna produk.
Pendapatan keluarga adalah jumlah penghasilan riil dari seluruh anggota rumah
tangga yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan bersama maupun perseorangan dalam
rumah tangga. Pendapatan keluarga merupakan balas karya atau jasa atau imbalan yang
diperoleh karena sumbangan yang diberikan setelah bekerja (Suparyanto, 2014).
Jumlah pendapatan masing-masing keluarga dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 3. Pendapatan per Bulan Keluarga Miskin (Bp. S)
No Sumber Pendapatan Pendapatan (Rp/Bulan)
1. Bapak M.S 2.500.000
2. Ibu A 700.000
Jumlah 3.200.000
Jumlah 4.500.000
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa rata – rata untuk keluarag miskin
sebesar Rp 3.200.000 dengan sumber pendapatan didapatkan dari bapak dan ibu yang
bekerja. Pekerjaan ayah adalah seorang pedagang dan ibu adalah seorang penjahit konveksi
sedangkan untuk keluarga tidak miskin sebesar Rp 4.500.000 dengan sumber pendapatan
rumah tangganya dari bapak yang bekerja sebagai nelayan dan ibu adalah seorang ibu rumah
tangga.
Pendapatan menjadi fakor penting dalam menentukan pengeluaran rumah tangga,
temasuk dalam pola konsumsi pangan keluarga. Rumah tangga dengan penghasilan rendah
lebih memenintingkan untuk pemenuhan pangan secara kuantitas dan masih kurang dalam
pemenuhan dalam mementingkan gizi bagi keluarganya. Sebaliknya dengan keluarag
dengan pendapatan yang tinggi tidak hanya dari segi kuantitas saja namun dari segi
kualitasnya pangannya juga diperhatikan. Perbedaan tingkat pendapatan akan
mengakibatkan perbedaan pola distribusi pendapatan termasuk pola konsumsi rumah tangga.
Dalam kondisi terbatas (pendapatan kecil), maka seseorang akan mendahulukan pemenuhan
kebutuhan makanan dan sebagian besar pendapatan tersebut dibelanjakan untuk konsumsi
makanan. Semakin rendah pangsa pengeluaran pangan, berarti tingkat kesejahteraan
masyarakat semakin baik (Ariani et al., 2007).
Teori konsumsi Keynes dalam bukunya yang berjudul The General Theory of
Employment, Interest and Money menjelaskan adanya hubungan antara pendapatan yang
diterima saat ini (pendapatan disposable) dengan konsumsi yang dilakukan saat ini juga.
Dengan kata lain pendapatan yang dimiliki dalam suatu waktu tertentu akan mempengaruhi
konsumsi yang dilakukan oleh manusia dalam waktuitu juga. Apabila pendapatan meningkat
maka konsumsi yang dilakukan juga akan meningkat, begitu pula sebaliknya (Pujoharso,
2013).
Keluarga Pengeluaran
Pangan Non Pangan Pengeluaran Total
Miskin Rp 1.355.000 Rp 904.000 Rp 2.259.000
Tidak Miskin Rp 1.201.000 Rp 1.395.000 Rp 2.596.000
Pengeluaran pangan meliputi sembilan bahan pokok, sayuran, lauk, buah – buahan dan lain –
lain kali ini dilihat dalam kurun waktu satu bulan. Untuk pengeluaran non pangan yang
digunakan untuk keperluan sehari hari meliputi biaya listrik, air, gas, transportasi. Pada
keluarga miskin memiliki tabungan sebanyak Rp 941.000 sedangkan pada keluarga tidak
miskin memiliki tabungan sebanyak Rp 1.904.000.
PF = x 100%
Dimana :
PF : Proporsi pengeluaran pangan (%)
PP : Pengeluaran pangan (Rp)
TP : Total pengeluaran (Rp)
Hasil perhitungan proporsi pengeluaran pangan antara keluarga tidak miskin dan
keluarga miskin, dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Keluarga Tidak
Keluarga Miskin Total AKG Miskin Total AKG
Anggota keluarga Energi Anggota keluarga Energi
(kkal) (kkal)
Bapak M S 2625 Bapak M 2513,9 2625
2270,25 S
1696,58 2148,75
Sedangkan untuk melihat hasil rata-rata konsumsi energi dan protein rumah tangga
dibandingkan dengan AKG yang dianjurkan seperti perhitungan menggunakan rumus
dibawah ini :
Keterangan :
TKE : Tingkat Konsumsi Energi (%)
∑
Rumah Konsumsi AKE yang
Tangga Energi dianjurkan TKE (%)
(kkal)
(kkal)
Miskin 1696,58 1905,68 89%
Masing-masing rumah tangga memiliki AKG yang berbeda tergantung umur dan
jenis kelamin. Perbedaan ini dikarenakan masing-masing anggota keluarga mempunyai
pemenuhan gizi yang berbeda pula.
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa besarnya rata-rata konsumsi energi
keluarga miskin adalah 1696,58 kkal/orang/hari. Sedangkan untuk rata-rata konsumsi
energi keluarga tidak miskin adalah 2148,75 kkal/orang/hari. Besarnya rata-rata konsumsi
energi pada kelurga miskin hanya 89%. Pada keluarga tidak miskin rata-rata konsumsi
energi sudah memenuhi AKE yang dianjurkan yaitu 93%.
Tingkat konsumsi energi (TKE) diperoleh dari perbandingan antara jumlah
konsumsi energi rumah tangga dengan angka kecukupan gizi (AKG) yang dianjurkan
berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin yang dinyatakan dalam persen.
Berdasarkan klasifikasi TKG apabila dilihat dari tingkat kecukupan gizinya dapat
disimpulkan bahwa kedua rumah tangga untuk tingkat konsumsi energi (TKE) termasuk
dalam kategori sedang.
Pemenuhan gizi yang diperoleh dari pangan yang dikonsumsi, akan menentukan
tingkat konsumsi. Semakin tinggi nilai gizi pangan berupa energi yang dikonsumsi, maka
tingkat konsumsi energi juga akan meningkat. Demikian juga halnya pada konsumsi
protein. Tercukupinya kebutuhan pangan dapat diindikasi dari pemenuhan kebutuhan
energi dan protein (Adriani &Wirtjatmadi, 2012). Kondisi negara yang memiliki ketahanan
yang terjamin tidak selalu mencerminkan ketahanan pangan rumah tangga. Ketahanan
pangan rumah tangga justru menjadi indikator terbentuknya ketahanan pangan daerah baik di
wilayah atau regional. Sedangkan pengeluaran pangan (pangan dan non pangan) rumah
tangga merupakan salah satu indikator ketahanan pangan rumah tangga (Pakpahan, 1993).
Semakin besar pangsa pengeluaran pangan suatu rumah tanga maka akan semakin rendah
ketahanan pangan rumah tangga tersebut. Ketahanan pangan rumah tangga juga dapat
dilihat dari indikator kecukupan gizi. Zat gizi yang hingga kini digunakan sebagai
indikator ketahanan pangan adalah tingkat kecukupan gizi makro yaitu energi dan
protein.
4. Ketahanan Pangan Rumah Tangga
Ketahanan pangan dapat diketahui dari ketersediaan, distribusi dan
konsumsi masyarakat terhadap pangan. Pada praktikum ini ketahanan pangan dilihat
dari segi konsumsi pangan dan hubungannya dengan proporsi pengeluaran pangan.
Proporsi pengeluaran pangan dan tingkat konsumsi energi merupakan komponen untuk
menentukan ketahanan pangan rumah tangga. Menurut Jonsson and Tole dalam
Maxwel dan Frankenberger (1992) terdapat empat tingkatan ketahanan pangan, yaitu :
(1) rumah tangga tahan pangan, (2) rumah tangga rentan pangan, (3) rumah tangga
kurang pangan, dan (4) rumah tangga rawan pangan.
Tabel 12. Empat Tingkatan Ketahanan Pangan
Pendapatan
Proporsi Tingkat Kategori
Rumah Rumah
Pengeluaran Konsumsi Ketahanan
Tangga Tangga
Pangan (%) Energi (%) Pangan
(Rp/Bln)
Miskin 3.200.000 60 % 89% Rentan Pangan
Tidak Miskin 4.500.000 46% 93% Tahan Pangan
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis derajat ketahanan pangan rumah tangga yang telah dilakukan,
dapat ditarik kesimpulan berikut ini :
1. Besar pendapatan rumah tangga keluarga miskin adalah Rp 3.200.000, sedangkan
untuk keluarga tidak miskin Rp 4.500.000 dan besar pengeluaran pangan pada
keluarga miskin Rp 1.355.000, sedangkan untuk kelurga tidak miskin Rp
1.201.000.
2. Proporsi pengeluaran pangan rumah tangga keluarga miskin sebesar 60 % yang
termasuk dalam kategori rendah. Sedangkan untuk keluarga tidak miskin sebesar
40 % yang termasuk dalam kategori tinggi.
3. Rata-rata konsumsi energi keluarga miskin adalah 89%, sedangkan untuk keluarga
miskin sebesar 93%.
4. Derajat ketahanan pangan pada keluarga miskin termasuk dalam rentan pangan,
sedangkan pada keluarga tidak miskin termasuk dalam tahan pangan.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan rumah tangga adalah
pendapatan, jumlah anggota keluarga, tingkat kecukupan konsumsi energi, dan
proporsi tingkat pengeluaran pangan rumah tangga tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Adriani, Merryana dan Wirjatmadi, Bambang. 2012. Pengantar Gizi Masyarakat. Kencana.
Jakarta.
Ariani, et al. 2007. Kinerja dan Prospek Pemberdayaan Rumah Tangga Rawan Pangan Dalam
Era Desentralisasi. Kerjasama Penelitian Biro Perencanaan, Departemen Pertanian, dan
Agrisep Vol (16) No. 1 , 2015 34 UNESCAP-CAPSA, Bogor. Departemen Pertanian .
2004. Kinerja Sektor Pertanian Tahun 2000-2003. Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2014. Bojonegoro Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten
Bojonegoro, Bojonegoro.
Engel, James F., Roger D.B., and Paul W.M. 1993. Perilaku Konsumsi. Penterjemah Budijanto.
Edisi keenam. Binarupa Aksara. Jakarta.
Maxwell, S. Dan T.R. Frankenberger. 1992. Household Food Security: Concepts, Indicator,
Measurements, A Technical Review. International Fund For Agricultural
Development/United Nation Childrens Fund, Rome.
Pakpahan, A.H. Saliem. 1993. Ketahanan Pangan Masyarakat Berpendapatan Rendah.
Monograph Series No. 14. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor .
Pujoharso, Cahyo. 2013. Aplikasi Teori Konsumsi Keynes Terhadap Pola Konsumsi Makan
Masyarakat Indonesia. Artikel Ilmiah. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Brawijaya. Malang.
Rahmawati, Emy. 2012. Aspek Distribusi pada Ketahanan Pangan Masyarakat di Kabupaten
Tapin. Jurnal Agribisnis Pedesaan. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Lambung
Mangkurat. Banjar Baru. Vol.2 No.3 Hal 241-251.
Suparyanto, 2014. Konsep Dasar Pendapatan Keluarga. Diakses pada tanggal 1 Febuari
2019.http://drsuparyanto.blogspot.co.id/2014/03/konsep-dasar-pendapatan-
keluarga.html.
Yudaningrum, Agnes. 2011. Analisis Hubungan Proporsi Pengeluaran dan Konsumsi Pangan
Dengan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani di Kabupaten Kulon Progo. Skripsi.
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
LAMPIRAN
Pangan Pokok :
I
Beras 150.000 150.000
Lauk Pauk :
Ikan segar 55.000 55.000
Telur 36.000 36.000
II Daging Ayam 120.000 120.000
Lain-lain :
Labu 30000 30000
Gula 58.000 58.000
Minyak Goreng 65.000 65.000
Bumbu 145.000 145.000
Kue/Roti 35.000 35.000
Jajan 120.000 120.000
Mie 25.000 25.000
Teh 25.000 25.000
Madu 35.000 35.000
v Kopi 45.000 45.000
Jumlah 1.355.000
Pengeluaran Pangan
Pangan Pokok :
I Beras 180.000 180.000
Jagung 25.000 25.000
Lauk Pauk :
Ikan segar 85.000 85.000
Telur 45.000 45.000
Daging Ayam 150.000 150.000
II
Bakso daging 35000 35000
a. Bapak M.S
Berat Energi
Waktu Menu Bahan
(gram) (kkal)
Makan Pagi
Nasi Nasi 150 535,5
Soto ayam Daging ayam 50 149
07.00 Minyak Goreng 5 44,2
Kerupuk 10 47,7
Pisang Hijau
Pisang hijau 150 181,5
Sub Total 957,9
Makan Siang
Nasi Nasi 150 535,5
Bandeng Goreng Bandeng 35 70,35
Minyak Goreng 5 44,2
13.00
Tahu Goreng Tahu Putih 45 36
Minyak Goreng 5 44,2
Sayur Bobor Sawi Hijau 35 9,8
Santan 5 6,1
Buah Buah Semangka 100 28
774,15
Makan Malam
Nasi Nasi 100 357
Bandeng Goreng Bandeng 35 70,35
Minyak Goreng 5 44,2
18.00
Sayur Bobor Sawi Hijau 25 7
Kacang Panjang 15 53,55
Santan 5 6,1
Sub Total 538,2
Total 2270,25
Standart Kebutuhan AKG 2625
Presentase Kebutuhan 86%
b. Ibu A
Berat Energi
Waktu Menu Bahan
(gram) (kkal)
07.00 Makan Pagi
Nasi Nasi 75 267,75
Daging
50
Soto ayam ayam 149
Bihun 15 52,2
Telur ayam 35 53,9
Minyak
5 44,2
Goreng
Kerupuk 15 71,55
Makan Siang
Nasi Nasi 75 267,75
Bandeng 35 70,35
Bandeng Goreng Minyak
5 44,2
13.00 Goreng
Sawi Hijau 30 8,4
Sayur Bobor Kacang
Panjang 20 71,4
Santan 10 12,2
Buah
Buah Semangka 75 21
Sub Total 495,3
Kudapan Sore
Ubi Manis 55 46,75
15.00 Gethuk Gula Pasir 5 19,7
Teh 2 7,88
Teh Hangat Gula Pasir 5 19,7
Sub Total 94,03
Makan Malam
Nasi Nasi 75 267,75
18.00 Bandeng 50 100,5
Bandeng Goreng Minyak
5 44,2
Goreng
Berat Energi
Waktu Menu Bahan
(gram) (kkal)
Tahu 100 80
Tahu Goreng Minyak
5 44,2
Goreng
Sawi Hijau 30 8,4
Sayur Bobor Kacang
Panjang 20 71,4
Santan 5 6,1
Sub Total 622,55
Total 1877,45
Standart Kebutuhan AKG 2150
Presentase Kebutuhan 87%
c. Anak F
Berat Energi
Waktu Menu Bahan
(gram) (kkal)
Makan Pagi
Nasi Nasi 45 160,65
Soto ayam Daging ayam 25 74,5
07.00
Telur ayam 25 38,5
Pisang Hijau
Pisang hijau 35 42,35
Sub Total 316
Puding Buah
Puding Buah Semangka 45 12,6
Gula Pasir 3 11,82
Sub Total 47,7
Nasi Putih Nasi Putih 35 124,95
Ayam Goreng Daging ayam 25 74,5
Minyak Goreng 3 26,52
Sayur asam
wortel 5
1,8
12.00 Buah Pisang Pisang hijau 50 60,5
Sub Total 288,27
Kue Donat 35 9,8
17.00 Nasi Putih Nasi Putih 35 124,95
Berat Energi
Waktu Menu Bahan
(gram) (kkal)
Ayam Goreng Daging ayam 25 74,5
Minyak Goreng 3 26,52
Sayur asam wortel 10 3,6
Buah Pisang Pisang hijau 50 60,5
Sub Total 290,07
Total 942,04
Standart Kebutuhan AKG 1125
Presentase Kebutuhan 84%
Recall Makan 1x24 Jam Keluarga Tidak Miskin
a. Bapak M
Berat Energi
Waktu Menu Bahan
(gram) (kkal)
Makan Pagi
07.00
Nasi Putih Nasi Putih 150 535,5
Ikan Mujaer Tempe Kuning Ikan Mujiar 75 66,75
Tahu Putih 35 28
Tumis Sayur wortel 25 9
b. Ibu S
Berat Energi
Waktu Menu Bahan
(gram) (kkal)
Makan Pagi
07.00
Nasi Putih Nasi Putih 150 535,5
Ikan Mujaer Tempe Kuning Ikan Mujiar 45 40,05
Tahu Putih 50 40
Tumis Sayur wortel 50 18
buncis 50 17
Tempe Goreng Tempe 50 100,5
Sub Total 395 751,05
Snack Pagi
Melon 45 31,5
10.00 Buah
Sop Buah Semangka 50 14
susu Kental
Manis 20 68,6
Sub Total 20 114,1
Makan Siang
Nasi Putih Nasi Putih 75 267,75
13.00 Udang 35 70,35
Pepes Udang Tahu Putih 25 20
Kelapa muda
10 6,8
Parut
Asem - Asem Sayur Kembang Kol 50 12,5
Sawi 35 9,8
wortel 15 5,4
Pisang Pisang 75 95,25
487,85
16.00 Snack Sore
Kue Donat Kue Donat 50 42,5
Sub Total 42,5
Makan Malam
Nasi Putih Nasi Putih 100 357
Udang 50 100,5
18.30 Pepes Udang Tahu Putih 25 20
Kelapa muda
10 6,8
Parut
Kembang Kol 50 12,5
Asem - Asem Sayur
Sawi 25 7
wortel 35 12,6
Buah
Buah Semangka Semangka 150 42
Sub Total 558,4
Total 1953,9
Standart Kebutuhan AKG 2150
Presentase Kebutuhan 91%
c. Anak N
Berat Energi
Waktu Menu Bahan
(gram) (kkal)
Makan Pagi
07.00
Nasi Putih Nasi Putih 100 357
Ikan Mujaer Tempe Kuning Ikan Mujiar 75 66,75
Tempe Goreng Tempe 100 201
wortel 25 9
Tumis Sayur
buncis 50 17
Foto Rumah
Keluarga Bapak M.S
Keluarga Bapak M