Anda di halaman 1dari 17

Makalah Identitas Nasional dan Pembangunan Politik

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH


Di era globalisasi ini identitas suatu bangsa adalah hal yang mutlak harus dimiliki oleh suatu bangsa. Adanya identitas suatu
bangsa menunjukan bahwa bangsa tersebut adalah bangsa yang tidak mudah dipengaruhi oleh bangsa lain. Tak lain Indonesia, negara yang terletak di jalur
transit perdagangan (singapura) memiliki sebuah identitas nasional yang sangat khas. Dari ideologi yang dianut dan dimiliki hanya oleh indonesia, lambang
negara, bahasa persatuan, keanekaan suku bangsa adalah ciri khas Indonesia. Yang dijadikan identitas nasional.
p
Di tengah arus globalisasi seperti sekarang ini, identitas yang dimiliki bangsa kita akan sangat mudah terkikis dengan adanya
pengaruh yang timbul dari pihak luar. Karena tidak mengenali jati diri bangsanya dengan baik, masyarakat seakan-akan kehilangan arah. Sehingga ketika
budaya-budaya barat masuk ke negara kita ini, rasanya begitu sangat cepat di serap oleh berbagai lapisan masyarakat.Arus Globalisasi yang sangat kuat
akan mempercepat disintegrasi nasional dan mengancam hilangnya jati diri bangsa akibat perkembangan zaman. Dimulai dengan muncunya efek-efek
negatif globalisasi. Meskipun ada efek baiknya, namun efek negatif lebih banyak terjadi .
Pada zaman sekarang kita, khususnya generasi muda telah menjalani hidup berdampingan dengan globalisasi. Kita sadari atau tidak, inilah
kenyataan. Perkembangan teknologi, dunia informasi, perubahan lingkungan sosial budaya, pergaulan, dan jati diri terhadap nasionalisme yang sudah
mengalami degradasi. Globalisasi tentunya bak mata pisau bagi kita generasi muda, di satu sisi aman namun di satu sisi lagi sungguh sangat
membahayakan. Hal positif dari globalisasi dapat kita sadari, yaitu dapat membantu serta memudahkan kita dalam berkomunikasi, memperoleh ilmu dan
wawasan secara luas, dapat berinteraksi dengan masyarakat luar lainnya, dapat memudahkan kita dalam berbisnis, dan dapat mengetahui kualitas serta daya
saing dari masyarakat lain baik luar ataupun dalam. Namun, globalisasi jika tidak kita pahami betul, tentunya akan sangat mengancam jati diri kita sendiri.
Sebagai contoh yaitu: masalah psitropika, sex bebas, degradasi moral, degradasi penghormatan terhadap nilai-nilai moral yang ada, serta minimnya rasa
cinta pada budaya bangsa sendiri. Baru-baru ini kita mendapatkan contoh banyak pelaku-pelaku teror banyak yang berasal dari generasi muda. Hal ini
terjadi karena rendahnya pemahaman ideologi serta pedoman hidup yang ada pada setiap generasi muda, mudah terbujuk, terbawa hasutan, dan lain-lain.
Efek lainnya adalah globalisasi dapat memberikan efek negatif bagi kehidupan masyarakat indonesia dimana banyak aset indonesia yang “dicuri”
oleh negara lain dan diklaim sebagai milik bangsa tersebut,banyak kasus yang terjadi seperti pengkaliman wilayah indonesia.Masih ingatkah kita
pada kasus kepulauan sipadan dan ligitan yang diklaim oleh malaysia sebagai miliknya,pengkaliman kebudayaan indonesia diantaranya tarian reog
ponorogo yang diklaim malaysia sebagai tarian barongan,dan pengklaiman makanan serta alat musik khas indonesia oleh bangsa lain padahal sebagai
warisan dari leluhur bangsa indonesia semestinya dilestarikan bukan malah membiarkan di caplok oleh bengsa lain
Tapi sebenarnya siapa yang bertanggung jawab atas fenomena ini? Arus globalisasinya kah? Atau pemerintah Indonesia yang kurang sigap
mendidik masyarakatnya untuk mengenal jati diri bangsanya? Atau masyarakat Indonesia yang kurang selektif dalam menanggapi globalisasi itu sendiri?
Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu dikembalikan kepada diri pribadi kita masing-masing. Globalisasi itu mutlak dan harus terjadi. Kehadirannya
merupakan bagian yang krusial bagi perkembangan zaman menuju peradaban yang lebih baik. Yang menjadi permasalahan adalah mampu atau tidaknya
kita, baik sebagai bangsa maupun sebagai individu, menyaring efek-efek negatif yang inheren dalam arus globalisasi itu sendiri.
Secara makro, diperlukan sebuah diskusi panjang mengenai strategi kebudayaan nasional yang diharapkan mampu memberi kontribusi nyata
bagi pudarnya identitas bangsa ini. Sudah saatnya bagi pemerintah kita mulai bergerak, mensosialisasikan dan menggalakkan kembali nilai-nilai dan
budaya yang menjadi identitas bangsa kita melalui aksi-aksi nyata.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Permasalahan yang akan kita bahas dalam makalah ini meliputi beberapa hal sebagai berikut;
1.2.1 Bagaimana kondisi Identitas Nasional bangsa Indonesia?
1.2.2 Permasalahan apa saja yang mengancam identitas nasional Indonesia?
1.2.3 Upaya-upaya apa saja yang dilakukan pemerintah dan masyarakat dalam menghadapi permasalahan tersebut?
1.2.4 Bagaimana keterkaitan antara identitas nasional Indonesia dengan pembangunan politik?

1.3 TUJUAN PENULISAN


Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1.3.1 Mengetahui kondisi identitas nasional Indonesia.
1.3.2 Mengetahui permasalahan-permasalahan yang mengancam identitas nasional Indonesia.
1.3.3 Mengetahui upaya apa saja yang harus dilakukan masyarakat dan pemerintah dalam menghadapi ancaman tersebut.
1.3.4 Meningkatkan pemahaman akan keterkaitan antara identitas nasional dalam konteks pembangunan politik.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFENISI IDENTITAS NASIONAL

Secara terminologi, Identitas Nasional adalah suatu ciri yang dimiliki oleh
suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan
bangsa yang lain. Dengan demikian, setiap bangsa didunia ini akan memiliki identitas
sendiri-sendiri sesuai dengan keunikan,sifat,ciri-ciri serta karakter dari
bangsa tersebut.Berdasarkan hakikat pengertian identitas nasional sebagai
mana dijelaskan di atas maka identitas nasional suatu Bangsa tidak dapat
dipisahkan dengan jati diri suatu bangsa ataulebih populer disebut dengan
kepribadian suatu bangsa.
- Identitas (harfiah) : ciri, tanda atau jati diri yang melekat pada
seseorang,kelompok, atau sesuatu sehingga membedakan dengan yang lain.
- Kata nasional berasal dari bahasa Inggris yang berarti bangsa.Bangsa
menunjuk pada kelompok-kelompok persekutuan hidup manusia yang lebih
besar dari sekedar pengelompokkan berdasar ras, agama, budaya, bahasa,
dansebagainya.Kata nasional sendiri tidak bisa dipisahkan dari kemunculan
konsep nasionalisme.
IdentitasNasional pada hakikatnya merupakan “manifestasinilai-
nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam aspek kehidupan suatu
nation (bangsa)denganciri-ciri yang khas tadi suatu bangsa berbeda dengan
bangsa lain dalamhidupdankehidupannya”.(WibisonoKoento : 2005)
Bila dilihat dalam konteks Indonesia, Identitas Nasional itu merupakan
manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam berbagai
aspek kehidupan dari ratusan suku yang “dihimpun” dalam satu kesatuan
Indonesia menjadi kebudayaan nasional dengan acuan Pancasila dan roh
“Bhinneka Tunggal Ika” sebagai dasar dan arah pengembangannya.Dengan
kata lain, dapat dikatakan bahwa hakikat Identitas Nasional kita sebagai
bangsa di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara adalah Pancasila yang
aktualisasinya tercermin dalam penataan kehidupan dalam arti luas.
Misalnya, dalam aturan perundang-undangan atau hukum, system
pemerintahan yang diharapkan, serta dalam nilai-nilai etik dan moral yang
secara normatif diterapkan di dalam pergaulan, baik dalam tataran nasional
maupun internasional.

2.2 UNSUR-UNSUR PEMBENTUK IDENTITAS NASIONAL

Identitas Nasional Indonesia merujuk pada suatu bangsa yang


majemuk. Kemajemukan itu merupakan gabungan dari unsur-unsur
pembentuk identitas, antara lain:
a. Suku Bangsa
Suku Bangsa adalah golongan sosial khusus yang bersifat askriptif (ada sejak
lahir), yang sama coraknya dengan golongan, umur, dan jenis kelamin. Di
Indonesia terdapat banyak sekali suku bangsa atau kelompok etnis dengan
tidak kurang 300 dialek bahasa.
b. Agama
Bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang agamis. Agama-agama
yang tumbuh dan berkembang di Nusantara adalah agama Islam, Kristen,
Katolik, Hindu, Buddha, dan Kong Hu Cu. Agama Kong Hu Cu pada masa
Orde Baru tidak diakui sebagai agama resmi negara, tetapi sejak
pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, istilah agama resmi negara
dihapuskan.
c. Kebudayaan
Kebudayaan adalah pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang isinya
adalah perangkat-perangkat atau model-model pengetahuan yang secara
kolektif digunakan oleh pendukung-pendukungnya untuk menafsirkan dan
memahami lingkungan yang dihadapi dan digunakan sebagai rujukan atau
pedoman untuk bertindak (dalam bentuk kelakuan dan benda-benda
kebudayaan) sesuai dengan lingkungan yang dihadapi.
d. Bahasa
Bahasa merupakan unsur pendukung identitas nasional yang lain. Bahasa
dipahami sebagai sistem perlambang yang secara arbitrer dibentuk atas
unsur-unsur bunyi ucapan manusia dan yang digunakan sebagai sarana
berinteraksi antar manusia.

2.3 FAKTOR PEMBENTUK IDENTITAS NASIONAL


Adapun fakto-faktor penbentuk identitas nasional sebagai berikut;
1. Primordial
Factor yang merupakan identitas yang menyatukan masyarakat sehingga
mereka dapat membentuk bangsa-negara. yang meliputi kesamaan suku
bangsa, daerah asal,bahasa dan adat istiadat.Contoh : Bangsa Yahudi
membentuk Negara Israel.
2. Sakral
Factor sacral dapat berupa kesaam agama yang dipeluk masyarak atau
ideology doktriner yang diakui oleh masyarakat yang bersangkutan.Misalnya
: factor agama katholik mampu membentuk beberapa Negara di Amerika
Lathin.Negara Uni Sovyet diikat oleh kesamaan ideology komunity.
3.Tokoh
Kepemimpinan dari para tokoh yang disegani oleh masyarakat dapat
menjadi factor yang menyatukan bangsa Negara sebagai lidah rakyat,
pemersatu rakyat,dan symbol persatuan bangsa yang
bersangkutan.Misalnya : Mahatmah Gandhi di India,Soekarno di
Indonesia,dan sebagainya.
4.Bhineka Tunggal Ika
Prinsip Bhineka Tunggal Ika pada dasarnya adalah kesedian warga bangsa
untuk bersatu dalam perbedaan (unity in diversity ) yang dimaksud bersatu
dalam perbedaan adalah kesediaan warga bangsa untuk setia pada lembaga
yang disebut Negara dan pemerintahannya, tanpa menghilangkan
keterikatannya pada suku bangsa,adat,ras,dan agamanya.
5.Sejarah
Persepsi yang sama diantara warga masyarakat tentang sejarah mereka
dapat menyatuka diri dapat suatu bangsa.seperti persamaan masa
lalu,sama-sama menderita karena penjajahan.
6.Perkembangan Ekonomi
Semakin tinggi mutu dan variasi kebutuhan masyarakat ,semakin
saling bergantung diantara jenis pekerjaan,semakin kuat saling
ketergantungan anggota masyarakat karena perkembangan ekonomi,akan
semakin besar solidaritas dan persatuan dalam masyarakat.
7.Kelembagaan
Lembaga-lembaga dalam suatu Negara melayani dan mempertemukan
warga tanpa membeda-bedakan asal usul dan golongannnya dalam
masyarakat.
2.4 PARAMETER IDENTITAS NASIOANAL
Parameter Identitas Nasional adalah suatu ukuran atau patokan yang dapat digunakan untuk menyatakan sesuatu menjadi ciri khas bangsa.
Sesuatu yang diukur adalah unsur suatu identitas seperti kebudayaan yang menyangkut norma, bahasa, adat istiadat dan teknologi, sesuatu yang alami atau
ciri-ciri yang sudah terbentuk seperti geografi. Pada dasarnya parameter identitas nasional meliputi :
1. Pola perilaku yang terwujud melalui aktifitas masyarakat sehari-hari; menyangkut adat istiadat, tata kelakuan, dan
kebiasaan. Ramah tamah hormat kepada orang tua dan gotong royong.
2. Lambang-lambang yang merupakan ciri dari bangsa dan secara simbolik menggambarkan tujuan dan fungsi bangsa.
3. Alat-alat perlengkapan yang digunakan untuk mencapai tujuan seperti bangunan teknologi dan peralatan manusia.
Peralatan manusia seperti pakaian adat, teknologi, bercocok tanam dan teknologi seperti pesawat terbang, kapal laut dan
lain-lain.
4. Tujuan yang ingin dicapai suatu bangsa, identitas yang bersumber dari tujuan ini bersifat dinamis dan tidak tetap
seperti prestasi dalam bidang tertentu.
Bagi bangsa Indonesia pengertian parameter Identitas Nasional tidak merujuk pada individu (adat istiadat dan tata laku), tetapi berlaku pula
pada suatu kelompok Indonesia sebagai suatu bangsa yang majemuk maka kemajemukan itu merupakan unsur-unsur atau parameter pembentuk identitas
yang melekat dan diikat oleh kesamaan-kesamaan yang terdapat pada segenap warganya. Unsur pembentuk nasional Indonesia berdasarkan ukuran
parameter sosiologis adalah : suku bangsa, kebudayaan, dan bahasa maupun fisik seperti kondisi geografi.

2.5 PEMBAGIAN IDENTITAS NASIONAL


1. Identitas Fundamental,
Identitas fundamental bangsa Indonesia adalah Pancasila yang merupakan Falsafah
Bangsa, Dasar Negara, dan ldeologi Negara.
2. Identitas Instrumental,
Identitas instrumental bangsa Indonesia berisi UUD 1945 dan Tata Perundangannya,
Bahasa Indonesia, Lambang Negara, Bendera Negara, Lagu Kebangsaan
“Indonesia Raya”.
3. Identitas Alamiah
Identitas alamiah bangsa Indonesia meliputi Negara Kepulauan (archipelago) dan
pluralisme dalam suku, bahasa, budaya, serta agama dan kepercayaan
(agama).

2.6 KARAKTERISTIK IDENTITAS NASIOANAL


Bangsa memiliki 2 konsep, yaitu Cultural Unitiy dan Political Unitiy,
maka identitas nasional juga terdiri dari dua, yaitu identitas kesukubangsaan
dan identitas kebangsaan.
2.6.1 Identitas Cultural Unity atau Identitas Kesukubangsaan
Cultural Unity merujuk pada bangsa dalam pengertian
kebudayaan atau bangsa dalam arti sosiologis antropoligis. Cultural unitiy
disatukan oleh adanya kesamaan ras, suku, agama, adat dan budaya,
keturunan dan daerah asal. Unsur-unsur ini menjadi identitas kelompok
bangsa yang bersangkutan sehingga bisa dibedakan dengan bangsa lain.
Identitas yang dimiliki oleh sebuah cultural unity kurang lebih bersifat
askriptif (sudah ada sejak lahir), bersifat alamiah/bawaan, primer dan etnik.
Identitas kesukubangsaan dapat diketahui dari sisi budaya orang yang
bersangkutan.
Setiap anggota cultur unity memiliki kesetiaan atau loyalitas pada
identitasnya. Misalnya, setia pada suku, agama, budaya, kerabat, daerah
asal dan bahasanya. Identitas ini sering disebut sebagai identitas kelompok
atau identitas primordial. Dalam hal ini loyalitas pada primodialnya memiliki
ikatan emosional yang kuat serta melahirkan solidaritas erat.
2.6.2 Identitas Political Unity atau Identitas Kebangsaan
Political Unity merujuk pada bangsa dalam pengertian
politik, yaitu bangsa-negara. Kesamaan primordial dapat saja menciptakan
bangsa tersebut untuk bernegara namun dewasa ini negara yang relatif
homogen yang hanya terdiri dari satu bangsa tidak banyak terjadi. Negara
baru perlu menciptakan identitas yang baru pula untuk bangsanya yang di
sebut juga sebagai identitas nasional.
Identitas kebangsaan merupakan kesepakatan dari banyak bangsa
didalamnya. Identitas kebangsaan bersifat buatan, sekunder, etis dan
nasional. Beberapa bentuk identitas nasional adalah bahasa nasional,
lambang nasional, semboyan nasional, bendera nasional dan ideologi
nasional.

2.7 IDENTITAS NASIONAL INDONESIA

Identitas Nasional Indonesia yang dimaksud adalah identitas


sebagai bangsa yang telah bernegara (political unity) bukan lagi bangsa
yang masih bertebaran sebagai cultural unity. Oleh karena itu identitas ini
dapat dikatakan sebagai identitas nasional. Identitas nasional bersifat
buatan karena identitas nasional itu dibuat, dibentuk, dan disepakati oleh
warga bangsa sebagai identitasnya setelah mereka bernegara.
Identitas Nasional bersifat sekunder karena lahirnya belakangan bila
dibandingkan dengan identitas kesukubangsaan yang telah dimiliki warga
bangsa itu secara askriptif, yaitu identitas primer atau identitas
kesukubangsaan. Beberapa bentuk Identitas Nasional Indonesia adalah :
a. Pancasila sebagai dasar falsafah negara,
b. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional atau bahasa persatuan,
c. Bendera merah putih sebagai bendera negara,
d. Lagu kebangsaan yaitu Indonesia Raya,
e. Lambang Negara yaitu Garuda Pancasila,
f. Semboyan Negara yaitu Bhineka Tunggl Ika,
g. Konstitusi negara yaitu UUD 19945,
h. Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
Berkedaulatan Rakyat,
i. Konsepsi wawasan nusantara
j. Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai kebudayaan nasional

Pembentukan dan kesepakatan bangsa Indonesia atas


sejumlah Identitas Nasional secara relatif tidak menimbulkan pertentangan
yang serius, justru Indonesia malah berhasil dalam menentukan beberapa
bentuk identitas nasionalnya, meskipun dalam sejarahnya pernah ada
pertetangan ketika bangsahendak menyepakati Pancasila
sebagai Identitas Ideologi Nasional.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 KONDISI IDENTITAS NASIONAL BANGSA INDONESIA

Identitas nasional pada hakikatnya merupakan manifestasi


nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam berbagai aspek
kehidupan suatu bangsa dengan ciri-ciri khas. Dengan ciri-ciri khas tersebut,
suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain dalam hidup dan kehidupannya.
Diletakkan dalam konteks Indonesia, maka Identitas Nasional itu merupakan
manifestasi nilai-nilai budaya yang sudah tumbuh dan berkembang sebelum
masuknya agama-agama besar di bumi nusantara ini dalam berbagai aspek
kehidupan dari ratusan suku yang kemudian dihimpun dalam satu kesatuan
Indonesia menjadi kebudayaan Nasional dengan acuan Pancasila dan roh
Bhinneka Tunggal Ika sebagai dasar dan arah pengembangannya dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan perkataan lain, dapat
dikatakan bahwa hakikat identitas asional kita sebagai bangsa di dalam
hidup dan kehidupan berbangsa dan bernegara adalah Pancasila yang
aktualisasinya tercermin dalam berbagai penataan kehidupan kita dalam arti
luas, misalnya dalam Pembukaan beserta UUD kita, sistem pemerintahan
yang diterapkan, nilai-nilai etik, moral, tradisi, bahasa, mitos, ideologi, dan
lain sebagainya yang secara normatif diterapkan di dalam pergaulan, baik
dalam tataran nasional maupun internasional.
Jadi, yang dimaksud dengan Identitas Nasional Indonesia adalah ciri-ciri atau sifat-sifat khas bangsa Indonesia yang membedakannya
dengan bangsa-bangsa lain di dunia.Uraiannya mencakup :1.identitas manusia Manusia merupakan makhluk yang multidimensional, paradoksal
dan monopluralistik. Keadaan manusia yang multidimensional, paradoksal dan sekaligus monopluralistik tersebut akan mempengaruhi eksistensinya.
Eksistensi manusia selain dipengaruhi keadaan tersebut juga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianutnya atau pedoman hidupnya.
Beragamnya suku bangsa serta bahasa di Indonesia, merupakan suatu
tantangan besar bagi bangsa ini untuk tetap dapat mempertahankan
identitasnya, terlebih di era globalisasi seperti saat ini. Globalisasi diartikan
sebagai suatu era atau zaman yang ditandai dengan perubahan tatanan
kehidupan dunia akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
khususnya teknologi informasi sehingga interaksi manusia menjadi sempit,
serta seolah-olah dunia tanpa ruang. Era Globalisasi dapat berpengaruh
terhadap nilai-nilai budaya bangsa Indonesia. Era Globalisasi tersebut mau
tidak mau, suka tidak suka telah datang dan menggeser nilai-nilai yang
telah ada. Anak – anak sebagai generasi penerus nantinya kini mulai tak
mengenal identitas bangsanya sendiri. Di tengah arus perdagangan bebas,
Jati Diri Bangsa Indonesia sebagai cepat dibawa arus globalisasi. Identitas
diri kita mulai berbalik dan digantikan dengan “identitas nasional di negeri
ini dari waktu ke waktu. Menyedihkan memang. Tapi jangan hanya melihat
bahwa hanya generasi muda kehilangan identitas nasional. Tua, pejabat dan
pemimpin korup tidak akan mengembalikan jati diri bangsa yang telah
hilang.Muncul pula berbagai permasalahan yang mengancam Identitas
Nasional dalam pembangunan politik dewasa ini.

3.2 PERMASALAHAN-PERMASALAHAN YANG MENGANCAM IDENTITAS


NASIONAL BANGSA INDONESIA

Sangat disayangkan ternyata pada saat ini bangsa Indonesia cenderung


kehilangan jati dirinya. Banyak permasalahan yang berkaitan dengan
identitas nasional yang dialami oleh bangsa ini, diantaranya:
 Pengklaiman tanah air oleh Negara-negara tetangga contohnya kasus
Kepulauan Sipadan dan Ligitan serta Pulau Ambalat yang diklaim oleh
Malaysia.

 Pencampuradukan bahasa Indonesia dengan bahasa asing dan daerah

 Kecenderungan untuk lebih mencintai produk luar negeri daripada produk


buatan dalam negeri

 Pengklaiman kebudayaan oleh bangsa lain,Contohnya tarian Reog Ponorogo


yang diklaim Malaysia sebagai tarian barongan dan pengklaiman makanan
khas dan lagu daerah,dan

 Penganiayaan TKI di luar negeri


Berbagai permasalahan di atas akan di bahas lebih lanjut dalam
penjelasan di bawah ini:
1. Kasus Sipadan dan Ligitan

Sipadan ligitan merupakan salah satu pulau Indonesia yang masuk dalam zona rawan intervensi. Walaupun pulau ini bukanlah pulau yang luas,
sipadan ligitan, kerapkali menimbulkan intervensi dan pengklaiman sepeihak terhadap kepemilikian pulau tersebut.Hal ini dikarenakan masih sangat
lemahnya sistem hukum, dan pertahanan dan keamanan Negara.Pada kekade 2000 lalu, sipadan ligitan kembali mengundang polemik terhadap Negara lain.
Kali ini adalah negeri jiran malaysia yang mengklaim, atas kepemilikan dua pulau tersebut. Mereka mengeluarkan sebuah pernyataan yang sangat
menyakitkan bangsa Indonesia. Kepemilikan Indonesia atas sipadan ligitan tidak diakui malahan mereka mengakui bahwa merekalah yang berhak atas
kepemilikan sipadan dan ligitan.Hal ini mengundang reaksi keras dari pihak Indonesia maupun pihak luar. Berbagai bentuk protes dan upaya telah di
lancarkan sebagai upaya Indonesia mempertahankan hak dan kedaulatanya. Namun upaya-upaya tersebut harus terhenti ketika PBB menyatakan
kepemilikan sipadan dan ligitan sebagai bagian dari wilayah Malaysia.

2. Kasus Pulau Ambalat

Ambalat adalah blok laut luas mencakup 15.235 kilometer persegi


yang terletak di Laut Sulawesi atau Selat Makassar dan berada di dekat
perpanjangan perbatasan darat antara Sabah,Malaysia, dan Kalimantan
Timur, Indonesia. Penamaan blok laut ini didasarkan atas kepentingan
eksplorasi kekayaan laut dan bawah laut, khususnya dalam
bidang pertambanganminyak. Blok laut ini tidak semuanya kaya akan
minyak mentah.Kali ini juga Indonesia dan Malaysia kini menghadapi persoalan wilayah Ambalat akibat pemberian konsesi untuk
ekplorasi minyak oleh perusahaan minyak Malaysia (Petronas) pada 16 Februari 2005 kepada perusahaan Shell asal Inggris/Belanda di Laut Sulawesiyang
berada di sebelah timur Pulau Kalimantan. Indonesia menyebut wilayah yang diklaim Malaysia itu blok Ambalat dan blok East Ambalat.
Di blok Ambalat, Indonesia telah memberikan konsesi kepada ENI (Italia) pada tahun 1999 dan sekarang dalam tahapeksplorasi. Sedangkan blok
East Ambalat diberikan kepada Unocal (AS) pada tahun2004.Untuk blok East Ambalat, kontrak baru ditandangani 13 Desember 2004. Namun kontrak ini
menjadi bermasalah ketika Malaysia mengklaim masalah tersebut sebagai wilayahnya dan menolak klaim Indonesia.
Malaysia mengklaim Ambalat wilayahnya dengan pertimbangan berada dalam teritorial Malaysia sebagai implikasi lepasnya Sipadan-Ligitan yang
tentu berdampak kepada luas batas perairannya.Parahnya, kedua negara belum menuntaskan garis batas teritorial laut.Perdana menteri Abdullah Ahmad
Badawi dengan tegas mengklaim wilayah East Ambalat adalah wilayahnya, sebaliknya dan patut diherankan adalah pernyataan Menteri Pertahanan
Juwono Sudarsono yang tidak menganggap sikap Malaysia tersebut sebagai ancaman. Pernyataan tersebut tentu mempunyai banyak interpretasi.Sebagai
salah satu bentuk sikap politik yang bersahabat dan etis mungkin hal itu dapat dibenarkan, namun dalam kondisi keterpurukan Indonesia seperti sekarang,
ketegasan sangat diperlukan untuk mengatakan sikap Malaysia tersebut dapat menjadi ancaman bagi Indonesia.
Belajar dari pengalaman Sipadan-Ligitan, sikap Indonesia yang kurangtegas dan tanggap menghasilkan lepasnya kedua pulau tersebut dari
pangkuan Indonesia.Tentu Indonesia tidak rela Ambalat jatuh ke tangan Malaysia, karena bukan tidak mungkin akan menyusul penguasaan wilayah
Indonesia oleh negara tetangga terhadap pulau-pulau kecil dan wilayah perairannya yang diperkirakan mencapai 92 buah pulaukecil perbatasan. Jika
Ambalat lepas dari Indonesia, hal itu semakin membuktikan kedaulatan negara terancam dan harga diri serta martabat bangsa rendah di mata
dunia.Kegagalan Pemerintah.Kasus Ambalat muncul seiring dengan lepasnya Sipadan-Ligitan lewat Mahkamah Internasional tahun 2002.
Kasus ini sebagai bukti kegagalan pemerintah dalammemberikan perhatian yang serius terhadap pulau-pulau kecil perbatasan dan wilayah perairan
di dalamnya. Berdasarkan daftar koordinat geografis titik-titik garis pangkal kepulauan Indonesia telah diundangkan pada peraturan Nomor 38 tahun 2002
terdapat 183 titik dasar (TD) dan lebih dari 50 persen TD berada di pulau-pulau kecil atau berjumlah sekitar 92 pulau kecil. Dari 92 Pulau-Pulau Kecil
Terluar (PPKT) terdapat sekitar 88 pulau yang berbatasan langsung dengan negara tetangga. Berdasarkan data DKP, 21 pulau berbatasan dengan Malaysia,
25 dengan Australia, 12 dengan Filipina, 11dengan India, 7 dengan Palau, 5 dengan Timor Leste, 4 dengan Singapura, 2 denganVietnam dan 1 dengan
Papua New Guinue. Sebanyak 50 persen berpenduduk denganluas wilayah 0,02-200 km2, sisanya belum berpenduduk.Pulau-pulau tersebut mempunyai
nilai strategis bagi eksistensi dan kedaulatan bangsaIndonesia sekaligus juga merupakan sumber baru pertumbuhan ekonomi bangsa.Terdapat tiga fungsi
penting PPKT tersebut. Pertama, sebagai fungsi pertahanan dan keamanan. PPKT memiliki peran penting keluar masuknya orang dan barang.Praktik-
praktik penyelundupan senjata, barang-barang illegal, obat-obatan terlarang, pemasukanuang dolar palsu, perdagangan wanita, pembajakan, pencurian
hasil laut dan menjadi lalulintas kapal-kapal asing.Contoh Pulau Miangas dan Palmas, yang sampai kini masih dipersoalkan Filipina.Kedua, sebagai fungsi
ekonomi.

3. Pencampuradukan Bahasa Indonesia dengan bahasa asing dan daerah.

Identitas nasional bangsa Indonesia yang paling umum adalah bahasa


Indonesia. Namun,melihat riil masa kini (atau bisa jadi masa lalu), ikatan
primordial malah bisa mengacaukan penggunaan bahasa Indonesia sebagai
bahasa pemersatu, sekaligus identitas nasional. Ikatan primordial yang lebih
dulu ada sebelum Indonesia menjadi suatu wilayah yang berdaulat,justru
hingga sekarang masih tetap bertahan, terbukti dengan masih adanya
penggunaan bahasa kesukuan hingga sekarang ini, jika dibandingkan
dengan penggunaan bahasa Indonesia.
Namun dengan demikian penggunaan bahasa serapan, khususnya
yang berasal dari bahasa Inggris pada masyarakat Indonesia sangat
berkembang hingga saat ini. Masyarakat yang mengenal bidang teknologi
tentu tidak asing lagi dengan kata download atau upload pada situs-situs
internet. Terlebih, dengan maraknya situs jejaring sosial saat ini secara tidak
langsung berdampak pada penggunaan bahasa serapan yang semakin
berkembang. Selain itu, pada teknologi komunikasi juga tidak asing lagi
dengan kata SMS (Short Message System), missed call, e-mail dan sim card.
Pada kenyataannya, bahasa serapan telah muncul jauh sebelum teknologi
berkembang pesat, contohnya penggunaan kata shampo, aktif, sistem dan
sukses. Bahasa Inggris diserap sedemikian rupa dengan bentukan yang lebih
sederhana hingga sangat mudah diucapkan dan digunakan oleh masyarakat.
Fakta tersebut secara kasat mata memang terlihat memberi
kemudahan masyarakat dalam proses komunikasi. Namun, secara tidak
langsung penyerapan bahasa Inggris secara utuh dan terus-menerus akan
mengikis kosa kata bahasa Indonesia yang sudah jarang digunakan. Bahasa
Inggris sebagai bahasa yang digunakan dalam teknologi sangat sering
memunculkan istilah-istilah baru. Jika masyarakat menerima begitu saja,
maka kosa kata bahasa Indonesia yang sebenarnya mampu
mengungkapkan makna istilah tersebut akan dibuang begitu saja dan akan
hilang dengan sendirinya.
Bahasa serapan dari bahasa Inggris seharusnya diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia asli, bukan bahasa Inggris yang diubah
penulisannya. Masyarakat sering menggunakan kosa kata bahasa Inggris ke
dalam kata yang sama hanya pengucapannya yang diubah agar lebih mudah
diucapkan seperti pada kata sukses. Dalam hal ini, seharusnya masyarakat
menerjemahkan kata tersebut ke dalam kosa kata bahasa Indonesia agar
bahasa Indonesia benar-benar memiliki karakteristik yang khas, juga
sebagai bukti bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa Indonesia asli, bukan
bahasa campuran yang asal digunakan.
4. Budaya Indonesia Yang Di Klaim Malaysia

Ada puluhan budaya yg telah diklaim oleh negara sebelah. Dan berikut
ini daftarnya :
 Naskah Kuno dari Riau oleh Pemerintah Malaysia
 Naskah Kuno dari Sumatera Barat oleh Pemerintah Malaysia
 Naskah Kuno dari Sulawesi Selatan oleh Pemerintah Malaysia
 Naskah Kuno dari Sulawesi Tenggara oleh Pemerintah Malaysia
 Rendang dari Sumatera Barat oleh Oknum WN Malaysia
 Lagu Rasa Sayang Sayange dari Maluku oleh Pemerintah Malaysia
 Tari Reog Ponorogo dari Jawa Timur oleh Pemerintah Malaysia
 Lagu Soleram dari Riau oleh Pemerintah Malaysia
 Lagu Injit-injit Semut dari Jambi oleh Pemerintah Malaysia
 Alat Musik Gamelan dari Jawa oleh Pemerintah Malaysia
 Tari Kuda Lumping dari Jawa Timur oleh Pemerintah Malaysia
 Tari Piring dari Sumatera Barat oleh Pemerintah Malaysia
 Lagu Kakak Tua dari Maluku oleh Pemerintah Malaysia
 Lagu Anak Kambing Saya dari Nusa Tenggara oleh Pemerintah Malaysia
 Motif Batik Parang dari Yogyakarta oleh Pemerintah Malaysia
 Badik Tumbuk Lada oleh Pemerintah Malaysia
 Musik Indang Sungai Garinggiang dari Sumatera Barat oleh Malaysia
 Kain Ulos oleh Malaysia
 Alat Musik Angklung oleh Pemerintah Malaysia
 Lagu Jali-Jali oleh Pemerintah Malaysia
 Tari Pendet dari Bali oleh Pemerintah Malaysia
5. Kecenderungan memakai produk luar negeri dibandingkan dalam negeri

Penggunaan produk asing seringkali tidak dianggap serius oleh


sebagian besar orang, terutama oleh pemerintah indonesia. Kebanggan
terhadap produk-produk asing seperti telah menggerogoti nilai-nilai
nasionalisme kita sebagai anak bangsa ini. Rasa malu dan tidak adanya
kebanggaan menggunakan produk dalam negeri telah melahirkan masalah
yang dilematis dan kompleks sehingga perlu langkah-langkah cerdas dan
cepat guna mengantisipasi hal tersebut. Banyak produksi dalam negeri yang
dari segi kualitas tidak kalah dengan produk luar negeri. tapi hanya ada satu
kebodohan para produsen memberi keterangan "Made In [luar negeri]".
langkah ini sangat salah besar. Mungkin para produsen memberi keterangan
seperti itu agar para konsumen tidak ragu untuk memebeli produk mereka.
tetapi cara seperti ini hanya membuat opini masyarakat tentang produksi
dalam negeri semakin memburuk. masyarakat hanya mengira, produk yang
mereka beli adalah produk luar negeri, yang berkualitas tinggi. padahal itu
adalah produk dalam negeri tidak sedikit diantara kita yang lebih bangga
menggunakan produk luar negeri. menyukai boleh saja, asal jangan lupakan
produk negara anda sendiri. Pemerintah harus bergerak cepat untuk
menyelesaikan persoalan hilangnya kebanggaan menggunakan produk
dalam negeri guna terbangunnya masyarakat untuk lebih berinovasi dan
kreatif untuk membendung arus globalisasi yang semakin kencang.
6. Kasus-kasus penganiayaan TKI di luar negeri

Data dari LSM Migrant Care, hingga Oktober 2010, kekerasan


terhadap TKI di Arab Saudi mencapai 5.336 kasus. Data versi Kompas
(2010), kasus kekerasan TKI di Arab Saudi berada pada angka 22.035
kasus. Jumlah kasus kekerasaan ini merupakan terbanyak kedua setelah
kasus kekerasan TKI di Malaysia.Peristiwa penganiayaan terhadap TKI di
luar negeri bukan hanya terjadi di Arab Saudi Saja. Kasus penganiayaan
juga terjadi di berbagai negara tujuan TKI seperti Malayasia, Singapura,
Hongkong maupun negara lainnya. Bentuk penganiayaan majikan terhadap
TKI bermacam macam-macam, dari kekerasan fisik seperti dipukul, dipecut,
disiram air panas, diseterika, ataupun kekerasan psikis seperti tidak
dibayarkan gajinya, dan lain-lain.
Begitu seringnya terjadi peristiwa penganiyaan TKI di luar negeri,
anehnya tetap saja banyak yang tertarik untuk bekerja di luar negeri,
meskipun dengan resiko yang sangat besar. Iming-iming gaji yang jauh
lebih besar tentu membuat semangat tersendiri bagi para calon TKI. Tenaga
Kerja Indonesia yang ada di luar negeri khususnya dikawasan Timur Tengah
dan sebagian wilayah Asia setiap tahun jumlahnya bertambah diantaranya
Tenaga Kerja Wanita (TKW) khususnya perempuan bekerja sebagai
Pembantu Rumah Tangga (PRT), dan hanya sepertiganya yang bekerja
diluar sektor rumah tangga karena persoalan kualifikasi danketerampilan.

3.3 ANTISIPASI TERHADAP PERMASALAHAN YANG MENGANCAM


IDENTITAS NASIONAL

Kita tidak perlu mengingkari bahwa rusaknya karakter bangsa


mungkin secara tidak langsung disebabkan oleh krisis,tetapi akar
permasalahannya ada pada diri manusia Indonesia itu sendiri.Bukan tidak
mungkin apa yang telah kita lakukan selama ini juga merupakan penunjang
dari’hilangnya jati diri dan rusaknya karakter bangsa.apabila kita cermati
,ternyata sejak 60 tahun terakhir di Indonesia tidak lagi dilakukan apa yang
disebut membangun karakter,bahkan cenderung diabaikan.Padahal
seharusnya pembangunan karakter dilakukan kontinyu,mmulai dari usia
dini,remaja ,hingga dewasa.

3.3.1 Upaya yang dilakukan sebagai warga Negara yang baik dalam menghadapi permasalahan
yang mengancam identitas nasional:
1. Berusaha menemukan kembali dan membangun jati
diri yang berarti membangun karakter yaitu dengan
menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-
hari
2. Mengembangkan jati diri dan siap menjadi pemimpin
yang berkarakter,Dn siap menggemakan semangat bangkit
dari keterpurukan
3. Mencintai dan menggunakan produk dalam
negeri,dan mengurangi konsumsi dan ketergantungan
terhadap produk luar negeri
4. Menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan
benar sesuai dengan kaidah kebahasaan,dan menghindari
pencampuradukan bahasa
Mencintai,menjaga,mengembangkan dan
5.
melestarikan kebudayaan daerahSemoga dengan upaya-
upaya tersebut kita bisa meningkatkan nasionalisme.
3.3.2 Upaya-upaya yang harus dilakukan oleh pemerintah Indonesia
menghadapi permasalahan-permasalahan yang mengancam
identitas nasional Indonesia :
 Menghadapi kasus pengklaiman terhadap pulau terluar
Indonesia
Kasus Ambalat tentu harus diselesaikan secara damai. Pengerahan angkatan perang AL telah menunjukkan keseriusan Indonesia dalam
menjaga wilayahnya. Setidaknya terdapat beberapa langkah lain yang dipandang perlu dilakukan antara lain:
1. diplomasi langsung antarpemerintah, kalau perlu antarkepala negara tanpa harusmerasa rendah diri. Hal ini penting segera dilakukan karena peluang
Malaysiamendapatkan Ambalat terbuka lebar, belajar dari skema penyelesaian Sipadan-Ligitan.Diplomasi dilakukan dengan tetap menggunakan landasan
internasional. Langkah pertama ini harus dengan tegas dan kalau perlu Indonesia harus ngotot mempertahankannya.
2. pemberdayaan Pulau-Pulau Kecil Perbatasan. Tugas ini menjadi kewajibanDepartemen Kelautan dan Perikanan. Sampai saat ini pemberdayaan PPKT
belumoptimal dan masih banyak yang berupa profil pulau-pulau kecil.
3. pengawasan dan pengamanan kawasan laut terpadu. Pengerahan satuan keamanan laut harus dilakukansecara terpadu dengan sistem yang terkoordinir
secara terpusat. Dengan keterbatasankapal pengaman diperlukan strategi yang efektif. Penempatan kapal-kapal TNI AL di laut perbatasan dan koordinasi
antarpihak dapat menjadi solusi untuk efektifitas pengamananlaut Indonesia.

 Menghadapi penggunaan produk luar negeri yang semakin marak


Peran pemerintah diharapkan lebih maksimal dalam melindungi warganya. Penulis memiliki beberapa gagasan untuk melindungi produk-
produk dalam negeri guna kepentingan bangsa dan Negara, antara lain :
1. Dukungan terhadap pegusaha-pengusaha kecil dan menengah dirasa sangat penting. Karena osha mikro rumah tangga
seringkali menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Hal-hal yang terjadi di lapangan bahwa pemerintah seringkali masih
mendahulukan pengusaha besar sehingga menyebabkan perhatian terhadap pengusaha ekonomi mikro menjadi kurang.
2. Untuk melindungi pasar dalam negeri terhadap gangguan luar, maka pemerintah perlu melakukan pembatasan impor
untuk komoditi tertentu seperti garmen, footwear, elektronik, mainan anak, produk makanan dan minuman yang hanya boleh
diimpor oleh Importir Terdaftar (IT) melalui pelabuhan-pelabuhan yang telah ditentukan. Trade remedy berupa safeguards untuk
garmen dan lampu hemat energi, anti dumping untuk HRC dan HRP, pengendalian impor untuk produk-produk baja dan
harmonisasi tarif untuk paku
3. Untuk memberantas impor ilegal, pemerintah melakukan penambahan pembatasan pelabuhan untuk produk tertentu,
impor melalui TI/IP, penetapan jumlah pelabuhan internasional, dan kewajiban verifikasi impor di negara asal dan didalam negeri
untuk produk seperti kosmetika, keramik, baja, LHE, handphone, komponen otomotif (busi dan filter) serta sepeda yang digunakan
untuk kehidupan sehari-hari.
4. Perusahan-perusahan baik itu yang berskala besar ataupun yang bersekala menengah dan kecil seharusnya tidak
dipusatkan di jakarta karena membuat ongkos kirim mejadi mahal ketika produk-produk tersebut dikirim keluar jawa.
5. Dan yang terakhir adalah dibutuhkan peran yang sungguh-sungguh dari pemerintah untuk melindungi produksi dalam
nageri serta produk-produknya.pemerintah harus mampu mengatakan “tidak” terhadap intervensi yang seringkali dilakukan oleh
segelintir pengusaha untuk mendapatkan keuntungan bagi mereka. Karena dengan kesungguhan pemerintah. Produk-produk asing
yang dijual sembarangan dan bebas bisa ditertibkan.
 Menghadapi kasus penganiayaan terhadap TKI

Persoalan TKI bukan hanya dibebankan dan harus dikontrol


oleh pemerintah sendiri, tetapi peran serta masyarakat terutama para calon
TKI sangat diperlukan, paling tidak mereka harus paham betul seluk-beluk
di negeri orang, bagaimana jika terjadi sesuatu, harus melapor kemana, dan
sebagainya. Artinya antara pemerintah dan masyarakat harus bersama-
sama untuk mencegah kejadian-kejadian serupa kembali terulang.
Diharapkan agar para calon TKI melewati jalur yang legal bukan illegal agar
mudah dimonitor oleh pemerintah akan keberadaannya dan mempermudah
pengawasan oleh pemerintah.Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah kekerasan TKI. Diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Menertibkan PJTKI ;Inilah langkah awal yang perlu dilakukan pemerintah. Yaitu melakukan pembenahan terhadap
para pemilik perusahaan jasa penyedia tenaga kerja. Penertiban ini misalnya berupa sanksi yang tegas kepada mereka ketika jelas-jelas
melakukan pelanggaran terhadap peraturan yang berlaku.Pemerintah mesti bertindak tegas dalam memberikan sanksi terhadap mereka.
Kalau tidak para pemilik PJKTI ini akan seenaknya saja menjalankan usahakanya asalkan mereka untung besar.

2. Memberikan keterampilanbahasa;Dengan demikian akan mempermudah mereka berkomunikasi dengan


pihak-pihak yang menggunakan jasa TKI.Dengan begitu misalnya tidak akan terjadi kasus seperti majikan yang melakukan tindakan
fisik kepada TKI dengan alasan mereka tidak memahami dan mengerti apa yang mereka maksudkan karena terkendala bahasa.

3. Memberikan keterampilan atau skill kepada mereka, para TKI. Sehingga dengan bekal keterampilan tersebut
mereka akan bisa bekerja secara profesional dan pekerjaannya akan dihargai juga secara profesional.Dengan demikian, para pengguna
juga tidak bisa seenaknya berbuat kekerasan karena kerja para TKI tersebut memang bagus dan professional.
 Menghadapi pencampuradukan bahasa asing dengan bahasa Indonesia

Pemerintah Indonesia hartus lebih tegas dengan mengembangkan


bahasa Indonesia dalam komunikasi kehidupan sehari-hari maupun dalam
perannya sebagai bahasa internasional. Untuk mencapai tujuan tersebut,
bahasa Indonesia sebaiknya digunakan untuk mengungkapkan konsep baru
yang dibawa oleh bahasa Inggris, bukan malah menyerap bahasa Inggris
secara terus menerus. Bahasa Inggris yang terus tertanam dalam kosa kata
bahasa Indonesia akan membuat bahasa Indonesia seperti campuran
bahasa yang tidak memiliki karakter.

 Menghadapi pengklaiman terhadap budaya Indonesia

Klaim yang dilakukan pihak asing tidak terlepas dari kelemahan


masyarakat Indonesia dalam menjaga dan melestarikan kearifan budaya
lokal. Padahal, hanya dengan cara demikian, masyarakat Indonesia dapat
mempertahankan apa yang menjadi miliknya.Pengiat Komunitas Kuliner
Nusantara, Arie Paringkesit menuturkan ada tiga alasan mengapa bangsa
Indonesia lemah dalam menjaga dan melestarian kearifan budaya lokal. Tiga
alasan inilah yang perlu jadi introspeksi masyarakat Indonesia.Pertama,
masyarakat Indonesia belum menjadikan usaha menjaga dan melestarikan
sebagai sebuah kebutuhan. Kedua, informasi terkait kearifan budaya lokal
belumlah menyebar luas. Terakhir, rasa ingin tahu yang kurang.
Upaya-upaya yang dilakukan pemerintah menghadapi hal ini
sebagai berikut:
1. Pemerintah harus lebih memperkenalkan dan mempromosikan
kebudayaan – kebudayaan bangsa Indonesia ke negara – negara
lain lewat iklan di media televisi atau media cetak.
2. Membuat acara pergelaran kebudayaan Indonesia di negara
sendiri maupun di negara lain.
3. Memberikan hak paten terhadap setiap kebudayaan yang
dimiliki bangsa Indonesia, seperti Tari – tarian, produk dalam negeri,
lagu kebangsaan ataupun lagu daerah, dan barang-barang sejarah
bangsa Indonesia.
4. Menjaga dan mempertahankan kesatuan Negara Indonesia,
dengan memberikan keamanan dan penjagaan di suatu daerah /
pulau, terutama di daerah atau pulau – pulau terpencil yang masih
kurang mendapat perhatian dari pemerintah agar tidak terjadi
perampasan daerah / pulau oleh negara lain.
5. Memperkenalkan dan mempromosikan tempat – tempat wisata
yang ada di Indonesia.
6. Menjalin kerja sama atau hubungan baik dengan negara lain di
seluruh bidang, baik di bidang pariwisata, bidang politik, bidang
pengetahuan dll.
7. Membuat pameran – pameran khusus untuk produk – produk
dalam negeri saja.
8. Pemerintah daerah harus lebih mengembangkan dan
memajukan daerah – daerah terpencil di seluruh bidang terutama di
bidang ekonomi, pendidikan dan Teknologi agar tidak tertinggal oleh
daerah/ kota besar lainnya yang ada di Indonesia.
Dari kasus-kasus tersebut dapat menjadi pelajaran bagi kita, tentang pentingnya semangat nasionalisme, cinta tanah air dan patriotisme. Kita
tentunya berharap tidak akanlagi terjadi kasus-kasus yang merugikan Indonesia. Hal ini dapat kita siasati dengan peningkatan semua aspek kehidupan dan
kenegaraan. Nasionalisme adalah paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatansebuah negara dengan mewujudkan satu konsep identitas
bersama untuk sekelompok manusia.Nasionalisme merupakan rasa cinta terhadap tanah air dan gambaran semangat juang bangsa dalam mempertahankan
hak-hak bangsanya sebagai bangsa yang berdaulat.Bentuk-bentuk dari gambaran jiwa nasionalis yang dapat digambarkan pada era yangsekarang ini
diantaranya dengan keteladanan, keuletan dan semangat juang yang tinggi,yang diperlihatkan dalam proses belajar mengajar oleh guru dan siswa yang
mana mereka berjuang untuk masa depan bangsa yang lebih baik. Juga diwujudkan dalam bentuk kebudayaan dan seni yang mana mereka selalu berusaha
dan berjuang untuk mempertahankan melestarikan dan membudayakan kebudayaan derah mereka.Gambaran tersebut terlihat dari kasus-kasus yang
melibatkan Indonesia dengan Negara tetangga, dimana Indonesia dengan segala komponen yang ada didalamnya berjuang mempertahankan hak-haknya
yang akan dirampas Negara lain.Tentunya bagi kita generasi penerus dapat mengambil pelajaran dari kasus-kasus tersebut demi menegakan kebenaran dan
keadilan.

3.4 KETERKAITAN IDENTITAS NASIONAL DAN PEMBANGUNAN POLITIK


Pembangunan politik yang dilakukan Negara pada upaya
menciptakan nation building (identitas nasional) merupakan kompleksitas
dari persoalan budaya politik, sosial politik, partisipasi politik, stabilitas
politik, nasionalisme, institusi politik, pembangunan administrasi, hukum
dan juga demokrasi. Kesemuanya adalah perubahan yang multidimensional
dari keberadaan kelompok-kelompok masyarakat yang ada dengan
seperangkat nilai kediriannya (identitas lokalnya) yang bersifat etnosentris.
Nation building, sebagai proses perubahan multidimensional yang
bersifat etnosentris merupakan sebuah pemaknaan stabilisasi menuju
demokratisasi, yang di dalamnya memungkinkan hadirnya kekuatan-
kekuatan politik di luar kekuasaan negara, yakni “civil society”. Disini tentu
saja mengedepankan tuntutan atas relasi-relasi diantaranya hubungan
Negara dengan masyarakatnya, terutama tentang bentuk partisipasi politik
masyarakat. Hubungan antar kelompok-kelompok sosial yang ada sebagai
bingkai pewujudan kesatuan dan loyalitas kepada kekuasaan Negara,
termasuk hubungan masyarakt (civil society) dengan kekuatan militer.
Namun kesemuanya mengarah pada dua aktor politik yang kondusif untuk
berpartisipasi dalam bentuk-bentuk pembangunan politik, sekaligus sebagai
dinamika menuju demokratisasi, yaitu negara (state) dan masyarakat sipil
(Civil society).
Identitas nasional mencakup suku bangsa, agama, kebudayaan, dan bahasa. Wilayah Indonesia merupakan kepulauan yang masing-masing
daerahnya memiliki karakteristik yang khas dan tidak dimiliki oleh daerah lainnya. Dalam hal ini kekhasan tersebut dapat disebut dengan identitas daerah.

Setiap daerah memiliki bahasa daerah yang sudah mereka gunakan sebelum Indonesia merdeka. Agama yang berkembang di setiap daerah juga
berbeda-beda. Ada daerah yang masyarakatnya dominan menganut agama Islam atau Kristen. Kebudayaan masing-masing daerah juga berbeda-beda sesuai
dengan adat yang masyarakat setempat anut. Indonesia memiliki banyak suku bangsa yang tersebar di seluruh wilayah negara. Suku bangsa itu kebanyakan
identik dengan suatu daerah.Adanya identitas nasional menyatukan identitas daerah yang bermacam-macam tersebut.Pembangunan politik juga
memperkuat keberadaan identitas nasional.
Pembangunan bangsa mengacu pada proses membangun atau penataan identitas nasional dengan menggunakan kekuasaan negara. Proses ini
bertujuan pada penyatuan orang-orang atau orang-orang dalam Negara sehingga tetap stabil dan layak secara politik dalam jangka panjang. Pembangunan
bangsa dapat melibatkan penggunaan propaganda atau pembangunan infrastruktur utama untuk mengembangkan harmoni sosial dan pertumbuhan
ekonomi.Salah satu upaya paling mendasar untuk melakukan pembangunan bangsa adalah dengan menciptakan perlengkapan nasional seperti bendera,
lagu kebangsaan, hari nasional, stadion nasional, dan maskapai penerbangan nasional.

Sedangkan Lucian Pye melihat pembangunan bangsa lebih kepada pembangunan politik. Menurutnya pembangunan politik diidentifikasikan antara
lain: (1) sebagai prasyarat untuk pembangunan ekonomi, (2) sebagai khas politikmasyarakat industri, (3) modernisasi politik, (4) administrasi dan
pembangunan hukum ,(5) sebagai mobilisasi massa dan partisipasi, (6) sebagai pembangunan demokrasi, (7) sebagai perubahan stabilitas dan ketertiban
nasionalnya.
Identitas kebangsaan (political unity) merujuk pada bangsa dalam pengertian politik, yaitu bangsanegara. Bisa saja dalam negara hanya ada satu bangs
a
(homogen), tetapi umumnya terdiri dari banyak bangsa (heterogen). Karena itu negara perlu menciptakan identitas kebangsaan atau identitas nas
ional,
yangmerupakan kesepakatan dari banyak bangsa di dalamnya. Identitas nasional dapat berasal dari identitas satu bangsa yang kemudian disepakati
oleh bangsa-bangsa lainnya yang ada dalam negara itu, atau juga dari identitas beberapa bangsa yang ada kemudian disepakati untuk dijadikan
identitas bersama sebagai identitas bangsa-negara.
Identitas nasional tidak terlepas dari pengembangan budaya yang ada di indonesia yang bisa mengganggu/menghambat ataupun bisa
mendukung pembsngunan politik.seputar
identitas di tengah serbuan globalisasi memang
sangat valid. Namun hal lain yang kerap menantang hidup publik yang
makin global adalah isu seputar budaya dan pengembangan masyarakat.
Itulah sebabnya di tengah kemajemukan budaya, dunia tampak memasuki
sebuah ajang politik identitas dengan pertanyaan besar seputar identitas
dan bagaimana identitas itu terus dipegang atau dibiarkan beradaptasi
dengan konteks hidup tertentu.Adakah hubungan antara identitas nasional dan
pembangunan politik? Perlukah identitas dipertimbangkan dalam sebuah proses
pembangunan politik? Apakah yang bakal terjadi bila identitas dilekatkan pada
kebijakan-kebijakan penting menyangkut pembangunan dan pengembangan
masyarakat? Apakah yang terjadi bila pembangunan politik menelantarkan
aspekidentitas nasional sebuah masyarakat? Pertanyaan-pertanyaan ini selalu saja
menarik perhatian para pengamat, peminat dan pengambil keputusan dalam
pembangunan masyarakat.
Dengan demikian dalam makalah ini kami dapat mengambil suatu pernyataan bahwa dalam suatu Negara identitas nasional itu sangat diperlukan
dalam pengembangan budaya,karana secara tidak langsung akan berkaitan dengan pembangunan politik.

Identitas nasional suatu bangsa dikatakan mendukung pembangunan politik di suatu Negara jika tetap utuh dan terjaga karena menyatukan orang-
orang atau orang-orang dalam Negara sehingga tetap stabil dan layak secara politik dalam jangka panjang.Identitas nasional dikatakan dapat mengganggu
pembangunan politik jika timbul berbagai permasalahan yang mengancam identitas nasional dengan kata lain identitas nasional yang melambangkan jati
diri bangsa sudah mulai terkikis dari kehidupan masyarakat Indonesia dengan demikian akan mengganggu pembangunan politik Indonesia.

BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Proses pembentukan identitas nasional umumnya membutuhkan waktu dan perjuangan panjang di antara warga bangsa-negara yang bersangkutan.
Hal ini disebabkan identitas nasional adalah hasil kesepakatan masyarakat bangsa itu. Setiap kelompok bangsa di dalam negara, umumnya menginginkan
identitasnya dijadikan atau diangkat sebagai identitas nasional yang tentu saja belum tentu diterima oleh kelompok bangsa lain.
Menghadapi berbagai kasus-kasus yang mengancam identitas nasional tersebut dapat menjadi pelajaran bagi kita, tentang pentingnya semangat
nasionalisme, cinta tanah air dan patriotisme. Kita tentunya berharap tidak akan lagi terjadi kasus-kasus yang merugikan Indonesia. Hal ini dapat kita
siasati dengan peningkatan semua aspek kehidupan dan kenegaraan.

Pembangunan politik mengacu pada proses membangun atau penataan identitas nasional dengan menggunakan kekuasaan negara. Proses ini
bertujuan pada penyatuan orang-orang atau orang-orang dalam Negara sehingga tetap stabil dan layak secara politik dalam jangka panjang. Identitas
nasional itu sangat diperlukan dalam pengembangan budaya,karana secara tidak langsung akan berkaitan dengan pembangunan politik.

Identitas nasional suatu bangsa dikatakan mendukung pembangunan politik di suatu Negara jika tetap utuh dan terjaga karena menyatukan orang-
orang atau orang-orang dalam Negara sehingga tetap stabil dan layak secara politik dalam jangka panjang.Identitas nasional dikatakan dapat mengganggu
pembangunan politik jika timbul berbagai permasalahan yang mengancam identitas nasional dengan kata lain identitas nasional yang melambangkan jati
diri bangsa sudah mulai terkikis dari kehidupan masyarakat Indonesia dengan demikian akan mengganggu pembangunan politik Indonesia.

4.2 SARAN
Dengan membaca makalah ini, pembaca disarankan agar bisa mengambil manfaat tentang pentingnya identitas nasional bagi bangsa dan negara
Indonesia dan diharapkan dapat diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat sehingga kehidupan berbangsa dan bernegara dapat berjalan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Kaelandan Zubaidi.2007. Pendidikan Kewarganegaraan.Yogyakarta: Paradigma,Edisi pertama


Karim,M.R. “Arti Keberadaan Nasionalisme”. Analsis CSIS XXV (2). 1996.

http://ipdn-artikelgratis.blogspot.com/2008/09/ketrekaitan-identitas-
nasional-dengan.html

http://cetak.bangkapos.com/opini/read/235/Pembangunan+Politik+.html
https://www.google.co.id/search?hl=id&output=search&sclient=psyabq=pencampuran+bahasa+i
ndonesia+dengan+bahasa+asing&btnG
www.geocities.com/apii-berlin/aktual/identitas_0600.html

Diposkan oleh Agusstyn chest di 19.01


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

2 komentar:
1.
Anonim7 Maret 2013 19.52

thanks..menambah ilmu bwtku.


Balas

2.
mifta mahardhika13 Februari 2014 08.39
masih brooo,

bisa bantu tgas pkn ku neehh,, :D

hahha

Anda mungkin juga menyukai