Anda di halaman 1dari 7

Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas ISSN 2087-3557

Vol. 18, No. 3, Juli 2017

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA


BERBASIS INKUIRI PADA KURIKULUM 2013

Sumiat
SMA Negeri 11 Batam

Abstrak
Berubahnya kurikulum dari KTSP ke Kurikulum 2013, tentu modul yang digunakan juga harus
disesuaikan dengan silabus yang mengikuti kurikulum tersebut. Untuk kelancaran pembelajaran
dibuatlah pengembangan modul bahasa Indonesia berbasis inkuiri pada kurikulum 2013. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah modul layak dipakai atau sebaliknya. Jenis
penelitian yang digunakan adalah pengembangan model IDI (Instructional Development Institute).
Subyek penelitian yaitu siswa kelas X. Teknis analisis data menggunakan analisis deskriptif
kuantitatif dan analisis kualitatif. Dasar kajiannya adalah mencari tingkat validitas, praktikalitas
dan efektifitas dari modul yang dikembangkan. Final dari penelitian menjelaskan bahwa modul
pembelajaran bahasa Indonesia yang berbasis inkuiri berdasarkan kurikulum 2013 dinyatakan valid
hasil dari kajian validator ahli, pengembangannya dikategorikan sangat praktis hasil uji kelas
sampel saat mengisi instrumen kajian, dan efektif untuk digunakan oleh siswa berdasarkan
perbandingan hasil angket kelas sampel pada pre test (penerapan modul tanpa inkuiri) dan post test
(penggunaan modul pakai inkuiri).

© 2017 Didaktikum

Kata Kunci: Inkuiri; Kurikulum; Pengembangan.

PENDAHULUAN
Dikalangan pelajar dan guru sendiri, modul hanya digunakan pada saat belajar mengajar,
itupun tidak dianggap menarik. Artinya sangat membosankan. Bagaimana jika di luar sekolah bahkan
di rumah tentu tidaklah menjadi media yang berarti. Jadi modul belum mengambil peranan yang
penting di bidang pendidikan. Sesungguhnya tidak boleh dipungkiri bahwa modul termasuk pilihan
dari salah satu media pendukung yang harus berperan penting dalam pembelajaran khususnya dan
pendidikan pada umumnya. Oleh karena itu untuk menjadikan daya tarik, sebuah modul tidak harus
monoton pada materi dan soal-soal latihan saja, tetapi dilakukanlah proses kolaborasi antara materi
dengan aplikasi yang berisi tentang langkah-langkah: (1) petunjuk penggunaan modul, (2) tujuan yang
harus dicapai, (3) kegiatan belajar, (4) rangkuman materi, (5) tugas dan latihan, (6) sumber bacaan,
(7) item-item tes, (8) kriteria keberhasilan.
Karakterisik pengembangan modul untuk menjadi daya tarik juga memiliki tingkat efektifitas
dan praktikalitas yang tinggi, sehingga memungkinkan siswa dan guru dapat menggunakannya
melalui arahan yang berkaitan dengan pembelajaran baik kapanpun dan dimanapun, apakah dipandu
guru ataupun tidak dipandu oleh guru. Intinya mudah sekali dipahami atas modul yang sudah
dikembangkan.
Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan secara acak di sekolah SMA Negeri 11 Batam,
belumlah tergambar, justru kebanyakan siswa dan guru masih menggunakan cara belajar pola lama
(metode konvensional) dengan menyampaikan materi, mencatat materi, kontinyu menerangkan dan
PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIABERBASIS
INKUIRI PADA KURIKULUM 2013 1
Sumiat
memberikan tugas berupa soal-soal. Intinya guru belum bisa membangkitkan keefektifan dan interaksi
siswa dengan baik, sehingga tidak menarik dan bahkan menjenuhkan. Sesungguhnya sekolah tersebut
sudah menggunakan kurikulum 2013 yang orientasi pembelajaran seharusnya lebih banyak kearah
pemecahan permasalahan dalam belajar. Metode yang tepat menjadikan peserta didik merasa tertarik
dengan apa yang dipelajari. Siswa semakin semangat dalam belajar ketika guru dapat memberikan
pembelajaran menggunakan metode yang mudah diterima (Syaerozi, dkk, 2015:50).
Penulis yakin solusi dari semua ini adalah dengan menggunakan media ajar dari
Pengembangan modul berbasis inkuiri pada pembelajaran Bahasa Indonesia yang berdasarkan
Kurikulum 2013, akan mampu menjadikan media lengkap, dilengkapi dengan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai, uraian materi, contoh-contoh soal yang bervariasi dan pembahasannya, adanya
tes formatif sampai pada kesimpulan materi ajar secara lengkap dan ringkas.
Permasalahan demi permasalahan yang muncul dari pembelajaran dapatlah ditangkap oleh
penulis bagaimana mengatasinya. Diperlukan media pembelajaran berupa Modul dengan proses
pengembangan berbasis Inkuiri yang Valid, praktis dan efektif. Modul yang dikembangkan melalui
model 4D yang terdiri atas 4 tahap pengembangan yaitu define (pembatasan), design (perancangan),
develop (peengembangan) dan disseminate (penyebaran).
Purwanto, Aristo, dan Suharto (2007: 9) mendefinisikan modul sebagai bahan belajar yang
dirancang secara sistematis berdasarkan kurikulum tertentu dan dikemas dalam bentuk satuan
pembelajaran terkecil dan memungkinkan dipelajari secara mandiri dalam satuan waktu tertentu.
Sedangkan menurut Andi Prastowo (2011) bahwa modul adalah sebuah bahan ajar yang disusun
secara sistimatis dengan bahasa yang mudah dipahami oleh peserta didik sesuai tingkat pengetahuan
dan usia mereka, agar mereka dapat belajar sendiri (mandiri) dengan bantuan atau bimbingan yang
minimal dari pendidik. Kemudian, dengan modul, peserta didik juga dapat mengukur sendiri tingkat
penguasaan mereka terhadap materi yang dibahas pada setiap satuan modul, sehingga apabila setelah
menguasainya, maka mereka dapat melanjutkan pada satu satuan modul tingkat berikutnya.
Menurut Penulisan Modul Departemen Pendidikan Nasional (2008: 3) modul merupakan alat
atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang
dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan
tingkat kompleksitasnya dan kemandiriannya. Selanjutnya dapat ditinjau kesesuaian dengan
tingkatannya, dan tingkat kedisiplinannya. Menurut Andi prastowo (2011: 109) “Setiap ragam bahan
ajar umumnya memiliki sejumlah karakteristik tertentu yang membedakannya dalam bentuk bahan
ajar yang lain. Begitu pula untuk modul, bahan ajar ini memiliki karakteristik antara lain dirancang
untuk system pembelajaran mandiri, merupakan program pembelajaran yang utuh dan sistematis,
mengandung tujuan, bahanatau kegiatan dan evaluasi, disajikan secara komunikatif (dua arah),
diupayakan agar dapat mengganti beberapa peran pengajar, cakupan bahasan terfokus dan terukur,
serta mementingkan aktivitas belajar pemakai”.
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) (dalam Buletin BSNP, Vol II, Januari
2007: 21), buku teks yang berkualitas memenuhi empat unsur kelayakan yaitu, kelayakan isi/materi,
kebahasaan, penyajian dan kegrafikkan/ tampilan. Penilaian buku teks tersebut digunakan sebagai acuan
penilaian modul agar hasil dari pengembangan tidak menyimpang dari harapan BSNP.
Modul dapat dikembangkan dengan berbagai cara, yaitu adaptasi, kompilasi, dan menulis
sendiri. Modul adaptasi adalah modul yang dikembangkan dengan menentukan salah satu buku yang
ada di pasaran, kemudian menggunakannya secara utuh atau sebagian materi yang relevan. Modul
kompilasi adalah modul yang dikembangkan berdasarkan materi dalam buku-buku yang ada di
pasaran, artikel jurnal ilmiah, atau modul yang sudah ada sebelumnya dengan menggunakan garis-
garis besar program pembelajaran atau silabus yang disusun penulis sebelumnya.
Modul dengan menulis sendiri yaitu penulis menulis sendiri modul yang dipergunakan dalam
pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa dalam suatu mata pelajaran (Purwanto, Aristo, dan
Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas
2 Vol. 18, No. 3, Juli 2017
Suharto, 2007: 10- 12). Dalam penelitian ini penulis menggunakan cara pengembangan kompilasi,
yaitu menggunakan beberapa referensi untuk menyusun kegiatan pembelajaran. Menurut Depdiknas
dalam Penulisan Modul (2008: 12-16) disebutkan bahwa langkah pengembangan modul adalah: 1)
Analisis Kebutuhan, 2) Desain Produk/Penyusunan Draft, 3) Validasi dan Evaluasi, dan 4) Revisi
dan Produksi.
Analisis kebutuhan modul merupakan kegiatan menganalisis kompetensi/ tujuan untuk
menentukan jumlah dan judul modul yang dibutuhkan untuk mencapai suatu kompetensi tersebut.
Analisis kebutuhan untuk pengembangan modul “Hidrosfer sebagai Sumber Kehidupan” ini
bertujuan untuk memperoleh informasi yang akan digunakan untuk mengidentifikasi materi,
kompetensi, jumlah bab, judul modul, dan konsep desain modul yang akan dikembangkan.
Draft Penyusunan draft modul merupakan proses penyusunan dan pengorganisasian materi
pembelajaran dari suatu kompetensi atau sub kompetensi menjadi satu kesatuan yang sistematis
(Depdiknas, 2008: 13).
Validasi adalah proses permintaan persetujuan atau pengesahan terhadap kesesuaian modul
dengan kebutuhan. Untuk mendapatkan pengakuan kesesuaian tersebut, maka validasi perlu
dilakukan dengan melibatkan pihak praktisi yang ahli sesuai dengan bidang-bidang terkait dalam
modul (Depdiknas, 2008: 14).
Evaluasi terhadap modul dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan dan kebaikan dari
modul. Sasaran evaluasi dapat berupa efektifitas modul dan evaluasi terhadap kualitas modul itu
sendiri (Chomsin S Widodo, 2008: 71).
Revisi, perbaikan merupakan proses penyempurnaan modul setelah memperoleh masukan dari
kegiatan uji coba dan validasi sehingga modul siap diproduksi sesuai dengan masukkan yang
diperoleh dari kegiatan sebelumnya (Depdiknas, 2008: 15).
Sund, seperti yang dikutip oleh Suryosubroto menyatakan bahwa discovery merupakan bagian
dari inkuiri, atau inkuiri merupakan perluasan proses discovery yang digunakan lebih mendalam.
Inkuiri yang dalam bahasa inggris inkuiri, berarti pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan. Inkuiri
sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi.
Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri adalah (1) keterlibatan siswa secara maksimal
dalam proses kegiatan belajar; (2) keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan
pembelajaran, (3) mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam
proses inkuiri.
Tujuan utama pembelajaran melalui metode inkuiri adalah menolong siswa untuk dapat
mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan berpikir dengan memberikan pertanyaan-
pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar ingin tahu mereka.
Pembelajaran inkuiri ini merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi
kepada siswa (student centered approach). Dikatakan demikian karena dalam metode ini siswa
memegang peran yang sangat dominan dalam proses pembelajaran.
Tujuan penelitian yang dilakukan adalah untuk mengembangkan modul pembelajaran Bahasa
Indonesia berbasis inkuiri berdasarkan kurikulum 2013, untuk mencari kevalidan hasil pengembangan
modul berbasis inkuiri dalam pembelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan kurikulum 2013, untuk
mengetahui praktikalitas pengembangan modul Bahasa Indonesia sebagai media pendukung
pembelajaran di sekolah, untuk mengetahui efektifitas penggunaan modul berbasis inkuiri dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan kurikulum 2013 terhadap siswa didik di SMA, dan untuk
memberikan kemudahan bagi guru dalam menyampaikan materi pembelajaran Bahasa Indonesia
berdasarkan kurikulum 2013.

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIABERBASIS


INKUIRI PADA KURIKULUM 2013 3
Sumiat
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Research and Development
R&D). Penelitian dan Pengembangan (Research and Development) adalah suatu proses atau langkah –
langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada,
yang dapat dipertanggung jawabkan. Selanjutnya penelitian dan pengembangan (R & D) adalah
penelitian yang secara sengaja, sistematis, bertujuan/diarahkan untuk mencari temuan, merumuskan,
memperbaiki, mengembangkan, menghasilkan, menguji keefektifan produk, model,
metode/strategi/cara, jasa, prosedur tertentu yang lebih unggul, baru, efektif, efisien, produktif, dan
bermakna (Putra, 2012:67).
Model pengembangan modul ini menggunakan model IDI (Instruksional Development Institute).
Model IDI menetapkan prinsip-prinsip pendekatan sistem yang meliputi tiga tahap yaitu define,
develop, dan evaluate (Grabowski, 2003:3). Tahap pertama yaitu tahap define (penentuan) yang
berisikan langkah-langkah mengidentifikasi masalah, menganalisis kurikulum, menganalisis
karakteristik siswa, menganalisis konsep/materi pembelajaran. Tahap kedua, tahap develop
(pengembangan) yang berisikan penyusunan bentuk awal (prototipe) produk dan validasi produk.
Tahap ketiga yaitu tahap evaluate (penilaian) yang berisikan langkah-langkah uji coba dan analisis
hasil uji coba.
Dalam penelitian pengembangan modul diperlukan perancangan yang matang (design) dimana
proses pengembangannya menggunakan model IDI, yang terdiri dari: tahap penentuan (define) yaitu
menentukan masalah dasar untuk dapat menggambarkan proses pembelajaran yang dihadapi dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia. Berikutnya tahap pengembangan (develop) yaitu memodifikasi yang
bertujuan untuk menghasilkan produk modul lebih valid, praktis, terakhir tahap evaluasi (evaluate)
yaitu bagaimana dapat membedakan hasil penilaian pembelajaran dengan melakukan pre test dan
post validitas.
Subjek penelitian dalam pengembangan modul pembelajaran Bahasa Indonesia berbasis inkuiri
berdasarkan kurikulum 2013 adalah kelas X di SMA Negeri 11 Batam. Subjek penelitian diambil
random sampling atau secara acak dengan ketentuan dari Sembilan kelas keseluruhan kelas X sebagai
populasi, hanya diambil tiga kelas sebagai sampel dan dari empat jurusan sebagai populasi diambil
tiga jurusan saja sebagai sampel.
Jenis data yang digunakan dalam pengembangan modul pembelajaran Bahasa Indonesia yang
berbasis inkuiri ini adalah data primer, artinya data yang langsung didapatkan dari subjek penelitian,
yakni dari pakar/ ahli materi, media dan bahasa, ahli konten angket, dan ditambah dengan guru
bidang studi bahasa Indonesia serta siswa sebagai responden dalam kelas sampel.
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan teknik
pengumpulan data berbentuk kuesioner berupa angket, dan soal hasil evaluasi siswa pada saat
pengambilan nilai Pre Test setelah menggunakan Modul tanpa inkuiri dan pengambilan nilai Post
Test setelah menggunakan modul berbasis inkuiri berdasarkan kurikulum 2013 yang dalam
pengelolaan data akan diperbandingkan dengan hasil kedua nilai tersebut.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data deskriptif, yaitu
dengan mendeskripsikan kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan menggunakan Modul..

HASIL DAN PEMBAHASAN


Beberapa deskripsi uji coba dari hasil penelitian ini ditinjau dari masing-masing pengujian
kelayakan media. Analisis kebutuhan modul yang dikembangkan berbasis inkuiri ini, setiap angket
kemudian dilakukan validasi dengan melibatkan 4 validator untuk mengetahui kelayakan dan
kevalidan media.

Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas


4 Vol. 18, No. 3, Juli 2017
Selanjutnya disiapkan instrument (angket) dengan sejumlah indikator yang berbeda untuk diisi
oleh 4 orang guru dan 60 siswa sebagai responden. Tujuannya adalah untuk mendapatkan hasil
jawaban angket dan kemudian dikaji pada tahap mencari kepraktikalan modul bagi guru dan siswa.
Setelah divalidasi, lanjutnya diuji cobakan kepada siswa yang terdiri dari 3 kelas sampel dengan
dua kegiatan yaitu: 1) setiap kelas mendapatkan perlakuan belajar yang sama-sama menggunakan
modul tanpa inkuiri, kemudian akhir pembelajaran dari 2 kali pertemuan diberikan Pre Test. 2) dari
kelas yang sama dilanjutkan dengan pertemuan 3 dan 4, prosedurnya juga mendapatkan perlakuan
sama, dengan menggunakan modul yang sudah berbasis inkuiri. Hasil pembelajaran pada kegiatan
kedua diadakan Post Test. Dari kedua hasilnya diperbandingkan, untuk mencari efektifitas modul.
Berikut hasil dari masing-masing kajian secara perhitungan statistik dan dilanjutkan dengan
uraikan secara deskriptif yang dijabarkan satupersatu. Hasil data di lapangan yang bersumber dari
instrumen berupa angket disimpulkan bahwa untuk pembelajaran Bahasa Indonesia dibutuhkan
media pembelajaran berupa modul hasil pengembangan, ini terbukti dengan adanya hasil rekapitulasi
kebutuhan siswa yang menyatakan setuju mencapai 62.1% dan guru mencapai 61,5%.
Tabel 1. Praktikalitas Modul Berbasis Produk Berdasarkan Respon Siswa
Rata-rata Kategori

78,18% Praktis

33,33% Sangat Praktis

Berdasarkan tabel hasil penelitian terlihat bahwa praktikalitas modul berbasis produk
berdasarkan respon siswa melalui angket. Persentase rata-rata 78,18% dengan kategori Praktis, antara
lain 33,33 % dengan kategori sangat praktis dan 66,67 dengan kategori praktis. Hasil ini menunjukkan
bahwa modul berbasis produk yang dikembangkan mempermudah siswa dalam membantu belajar
mandiri serta membantu dalam memahami konsep materi pembelajaran.

Praktikalitas Modul Berbasis Produk


Berdasarkan Respon Guru

100%

Praktis
50%
Sangat Praktis
praktis
0%
Rata-rata

Gambar 1. Grafik Hasil Praktikalitas Modul Berbasis Produk Berdasarkan Respon Guru
Berdasarkan hasil penelitian dilihat bahwa praktikalitas modul berbasis produk berdasarkan
respon guru melalui angket. Persentase rata-rata 80,99% dengan kategori Praktis, antara lain 25 %
dengan kategori sangat praktis dan 75% dengan kategori praktis. Hasil ini menunjukkan bahwa guru
berkeyakinan modul berbasis produk yang dikembangkan mempermudah siswa dalam membantu
belajar mandiri serta membantu dalam memahami konsep materi pembelajaran.

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIABERBASIS


INKUIRI PADA KURIKULUM 2013 5
Sumiat
Berdasarkan perhitungan efektifitas menggunakan uji gain score diperoleh nilai gain score 0,38
% berada pada interval 0,30 < g < 0,69 maka dikategorikan sedang. Untuk semua responden
dilakukan perhitungan yang sama maka diperoleh hasil keseluruhan seperti yang disajikan pada tabel
4.16. Kategori Gain Score, yaitu hasilnya dapat dijelaskan sebagai berikut: Dari keseluruhan
responden diperoleh rata-rata Pre Test 54,25 dan rata-rata nilai Post Test 75,67 diperoleh nilai gain
score 0,468 berada pada interval 0,30 < g < 0,69 maka dikategorikan sedang untuk semua
responden.mbar observasi. Adapun hasil observasi aktivitas siswa tiap siklusnya dapat dilihat pada
tabel berikut.

SIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa pengembangan
modul pembelajaran bahasa Indonesia berbasis inkuiri berdasarkan kurikulum 2013, menggunakan
tiga ahli untuk mengukur tingkat kevalidan yaitu dari validator ahli materi, validator ahli bahasa dan
validator ahli media yang ketiganya telah dinyatakan valid, dengan penjabaran. Validasi materi, dari
aspek kelayakan isi modul bahasa Indonesia berbasis produk adalah valid dengan nilai Aiken’s V
sebesar 0,693, dan aspek kelayakan penyajian dinyatakan valid dengan nilai Aiken’s V sebesar 0,651.
Validasi bahasa, bahwa penilaian uji validasi bahasa pada modul bahasa Indoneia berbasis produk
adalah valid dengan nilai Aiken’s V sebesar 0,709. Validasi media/modul, dari aspek ketermanfaatan
media/modul adalah valid dengan nilai Aiken’s V sebesar 0,852. pada indikator dengan kategori
valid, dan validasi pengembangan media/modul berbasis produk adalah valid dengan nilai Aiken’s V
sebesar 0,806.
Kepraktisan modul pembelajaran bahasa indonesia berasis inkuiri berdasarkan kurikulum 2013
hasil pengembangan dapat dikategorikan sangat praktis setelah melalui uji coba di kelas sampel
dengan mengambil 60 siswa sebagai responden dan 4 orang guru dibidang studi bahasa Indonesia
sebagai objek untuk mengisi angket pada instrument kajian. Persentase rata-rata 78,18% dengan
kategori praktis, antara lain 33,33 % dengan kategori sangat praktis dan 66,67 dengan kategori praktis.
Hasil ini menunjukkan bahwa modul berbasis produk yang dikembangkan mempermudah siswa
dalam membantu belajar mandiri serta membantu dalam memahami konsep materi pembelajaran.
Keefektifan modul pembelajaran bahasa indonesia berbasis inkuiri berdasarkan kurikulum
2013 hasil pengembangan dapat dikategorikan efektif, karena penyampaian kata dan teknisnya benar-
benar lugas, simple sehingga mudah dimengerti dan dipahami. Hal ini terlihat setelah melalui
perbandingan hasil angket kelas sampel yang menggunakan modul tidak berbasis inkuiri dan kelas
sampel yang sama menggunakan modul dengan penerapan inkuiri, hal ini terlihat bahwa praktikalitas
modul berbasis produk berdasarkan respon guru melalui angket dimana persentase rata-rata 80,99%
dengan kategori praktis, antara lain 25 % dengan kategori sangat praktis dan 75% dengan kategori
praktis. Hasil ini menunjukkan bahwa guru berkeyakinan modul berbasis produk yang dikembangkan
mempermudah siswa dalam membantu belajar mandiri serta membantu dalam memahami konsep
materi pembelajaran..

DAFTAR PUSTAKA

Andi Prastowo. (2011). Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan


Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) (dalam Buletin BSNP, Vol II, Januari 2007: 21).
Chomsin S Widodo. 2008. Panduan Menyusun Bahan Ajar Berbasis Kompetensi. Jakarta: PT Elek Media
Komputindo.
Depdiknas. 2008. Teknik Penyusunan Modul. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.
Grabowski, Sarah. 2003. Teaching &Media: A Systematic Approach. The Gerlach& Ely Model.
Penelitian. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas
6 Vol. 18, No. 3, Juli 2017
Purwanto, Aristo, dan Suharto. 2007. Pengembangan Modul. Depdiknas PUSTEKKOM.

Putra, Nusa. 2012. Research & Development. Jakarta: Rajawali Pers.


Syaerozi, S., Supraptono, E., & Sutarno, S. (2015). Penerapan Metode Pembelajaran Drill Berbantuan
Multimedia Interaktif untuk Meningkatkan Keterampilan Mengolah Data Menggunakan Microsoft Excel
2007. Edu Komputika Journal, 2(2).

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIABERBASIS


INKUIRI PADA KURIKULUM 2013 7
Sumiat

Anda mungkin juga menyukai