Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan salah satu kebutuhan manusia secara berkelanjutan.


Penggunaan air pada bidang sanitasi sangatlah penting. Dalam proses penciptaan
sanitasi yang baik, jumlah air bersih yang dibutuhkan cukup besar. Semakin banyak
penggunaan air bersih untuk sanitasi dalam kehidupan sehari- hari. Seharusnya sudah
dimulai pemikiran sebagai jalan keluar untuk menangani masalah tersebut. Indonesia
merupakan negara dengan wilayah curah hujan yang cukup tinggi. Air hujan dengan
kuantitas cukup tinggi yang turun lima sampai enam bulan dalam satu tahun di
Indonesia merupakan potensi yang luar biasa, yang seharusnya dapat dimanfaatkan
untuk kebutuhan sanitasi. Sebaliknya, kondisi penyediaan air bersih di Indonesia dari
tahun ke tahun semakin berkurang akibat kegiatan manusia. Pada saat ini, kebutuhan
akan penyediaan air bersih semakin meningkat yang terkadang tidak diimbangi oleh
kemampuan pelayanan. Sampai saat ini kebutuhan air pertanian (untuk keperluan
irigasi) memegang porsi paling besar yaitu 76% dari total kebutuhan air, untuk sektor
lain seperti industri mencapai 11% dan domestik mencapai 3% (Desaku hijau, 2011).

Untuk itulah dibutuhkan manajemen air yang terpadu sehingga dapat tercipta
keseimbangan dalam pemanfaatan air. Salah satu cara untuk mewujudkan gagasan
tersebut adalah dengan menerapkan konsep pemanenan air hujan (rainwater
harvesting), yaitu konsep pengumpulan air hujan yang ditampung oleh atap bangunan
untuk kemudian dimanfaatkan sebagai salah satu alternatif sumber air bersih yang
dapat mengurangi penggunaan air tanah. Pemanenan hujan melalui atap-atap gedung
menjadi penting untuk dipertimbangkan dengan kondisi yang ada mengingat semakin
sadarnya manusia akan pentingnya menyelamatkan lingkungan seiring
berkembangnya informasi berkurangnya air bersih akibat pemanasan global yang
memicu pasokan air permukaan menguap lebih cepat dan mayoritas air tersalurkan

1
dengan cepat sebagai air permukaan menuju ke laut. Dengan pemanenan air hujan juga
dapat mengurangi volume banjir dan dapat dimanfaatkan menjadi kebutuhan air sehari-
hari.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan manajemen air?

2. Apa saja aspek dan prinsip manajemen air?

3. Bagaimana bentuk manajemen air?

4. Bagaimana status pengembangan sumber daya air di Indonesia?

5. Bagaimana pengelolaan sumber daya air?

6. Bagaimana masalah-masalah pengelolaan sumber daya air?

7. Bagaimana konservasi sumber daya air?

1.3 Tujuan

1. Menjelaskan pengertian manajemen air

2. Menjelaskan aspek dan prinsip manajemen air

3. Menjelaskan bagaimana bentuk manajemen air

4. Menjelaskan status pengembangan sumber daya air di Indonesia

5. Menjelaskan pengelolaan sumber daya air

6. Menjelaskan masalah-masalah pengelolaan sumber daya air

7. Menjelaskan bagaimana konservasi sumber daya air

2
1.4 Manfaat

1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan manajemen air

2. Untuk mengetahui aspek dan prinsip manajemen air

3. Untuk mengetahui bagaimana bentuk manajemen air

4. Untuk mengetahui status pengembangan sumber daya air di Indonesia

5. Untuk mengetahui bagaimana pengelolaan sumber daya air

6. Untuk mengetahui masalah-masalah pengelolaan sumber daya air

7. Untuk mengetahui bagaimana konservasi sumber daya air

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manajemen Air


Air adalah zat yang paling melimpah di permukaan bumi kita sekitar tiga
perempat permukaan bumi yaitu 70,8% ditutupi oleh air. Selebihnya berupa daratan
29,2%. Volume air di permukaan bumi ini kurang lebih adalah sekitar 1,4 miliar km3,
tetapi 97% air tersebut adalah berupa air asin di lautan. Hanya 3% saja air dimuka bumi
ini yang berupa air tawar, yang di antaranya sebanya 68,7% berupa es di kutub utara
dan kutub selatan, serta di puncak gunung-gunung yang tinggi sebagai salju abadi.

Manajemen air adalah usaha-usaha menjaga dan mengatur air yang ada di muka
bumi ini agar dapat terjaga keberadaannya dan dapat bermanfaat bagi kehidupan
manusia. Beberapa tahun terakhir, manajemen air menjadi satu isu yang banyak
dibahas di berbagai belahan dunia termasuk di negara Indonesia sendiri.
Secara umum, Indonesia menjadi satu dari sedikit negara yang memiliki sumber
daya air berlimpah. Berbagai laporan mengenai kondisi neraca air Indonesia
menunjukkan bahwa Indonesia masih mengalami surplus air. Meskipun demikian,
terdapat beberapa pulau di Indonesia yang telah mengalami defisit air. Untuk
memenuhi kebutuhan air tawar bersih, secara konvensional masyarakat mendapatkan
air dari air sungai, air danau, atau mata air. Akan tetapi, jumlah air tawar bersih yang
tersedia dari sumber-sumber ini semakin lama semakin berkurang akibat adanya
deforestasi, pencemaran air, dan meningkatnya populasi manusia.
Semakin berkurangnya jumlah air di permukaan yang dapat digunakan
dibandingkan dengan semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap air tawar
bersih terutama dari kalangan industri memaksa dilakukannya pencarian terhadap
sumber air tawar bersih yang lain, yaitu dengan melakukan pengeboran sumur untuk
mengambil air tanah. Pengambilan air tanah ini di satu sisi menguntungkan manusia
karena masalah kebutuhan air tawar bersih dapat teratasi. Akan tetapi, seiring dengan

4
bertambahnya jumlah populasi manusia dan bertambahnya industri-industri yang
membutuhkan air sebagai bahan baku produksi membuat pengambilan air tanah
semakin kerap terjadi dengan jumlah pengambilan air yang semakin banyak. Hal ini
membuat cadangan air tanah yang ada semakin menipis.
Dari kenyataan-kenyataan tersebut, maka diperlukan adanya manajemen
terhadap air yang ada agar ketersediaan air dan kebutuhan terhadapnya dapat seimbang.
Dengan seimbangnya ketersediaan air dan kebutuhan air, maka kekhawatiran terhadap
sulitnya air di masa depan dapat dihilangkan.

2.2 Aspek dan Prinsip Manajemen Air


Berikut merupakan aspek-aspek manajemen air:
1) Aspek Pengelolaan
Pada umumnya pengelolaan sumber daya air (khususnya air tanah)
berangkat hanya dari satu sisi saja yakni bagaimana memanfaatkan dan
mendapatkan keuntungan dari adanya air. Namun untuk tidak dilupakan
bahwa jika adanya keuntungan pasti ada kerugian. Tiga aspek dalam
penelolaan air bawah tanah yang tidak boleh dilupakan yakni aspek
pemanfaatan, aspek pelestarian dan aspek pengendalian.
2) Aspek Pemanfaatan
Hal ini biasanya terlintas dalam pikiran manusia jika berhubungan dengan
air. Baru setelah terjadi ketidakseimbangan antara kebutuhan dengan air
yang tersedia, maka manusia mulai sadar atas aspek yang lain.
3) Aspek Pelestarian
Agar pemanfaatan tersebut bisa berkelanjutan, maka air perlu dijaga
kelestariannya baik dari segi jumlah maupun mutunya. Menjaga daerah
tangkapan hujan di hulu maupun daerah penambilan merupakan salah satu
bagian pengelolaan. Sehingga perbedaan debit air musim kemarau dan
musim hujan tidak besar. Demikian pula menjaga air dari pencemaran
limbah.

5
4) Aspek Pengendalian
Perlu disadari bahwa selain memberi manfaat, air juga memiliki daya rusak
fisik maupun kimiawi akibat ulah manusia. Oleh karena itu, dalam
pengelolaan air tanah, yang tidak boleh dilupakan adalah pengendalian
terhadap daya rusak yang berupa pencemaran air tanah. Dalam pengelolaan
air tanah, ketiga aspek penting tesebut harus menjadi satu kesatuan, tidak
dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya.
Adapun prinsipnya, yaitu:
1) Konservasi, yang berarti menggunakan air hanya secukupnya saja untuk
memenuhi kebutuhan yang senyatanya, tanpa pemborosan. Ini berarti
menggunakan air hanya secukupnya saja untuk memenuhi kebutuhan yang
senyatanya, tanpa pemborosan. Konservasi yang efektif biasanya meliputi
suatu paket langkah pengendalian yang terdiri dari :
 Perlindungan dan Pelestarian Sumber Air, antara lain :
a. Pemeliharaan kelangsungan fungsi resapan air
b. Pengendalian pemanfaatan sumber air
c. Pengaturan daerah sempadan sumber air
d. Rehabilitasi hutan dan lahan.
 Pengawetan Air, antara lain :
a. Menyimpan air yang berlebihan dimusim hujan
b. Penghematan air
c. Pengendalian penggunaan air tanah.
 Pengelolaan Kualitas air, dengan cara memperbaiki kualitas air pada
sumber air antara lain dilakukan melalui upaya aerasi pada sumber air
dan prasarana sumber daya air.
 Pengendalian Pencemaran Air, dengan cara mencegah masuknya
pencemaran air pada sumber air dan prasarana sumber daya air .
 Kampanye untuk mendorong konsumen lebih sadar terhadap akibat
penggunaan yang boros.

6
2) Pendayagunaan Sumber Daya Air Tanah adalah pemanfaatan air tanah
secara optimal dan berkelanjutan. Pendayagunaan sumber daya air tanah
dilakukan melalui kegiatan inventarisasi potensi air tanah, perencanaan
pemanfaatan air tanah, perizinan, pengawasan, dan pengendalian.
3) Pengendalian Daya Rusak Air, dilakukan secara menyeluruh yang
mencakup upaya pencegahan, penanggulangan, dan pemulihan air tanah.
4) Sistem Informasi Sumber Daya Air Tanah, yang berarti penggunaan
teknologi dan sistem yang selalu siap bekerja dengan sumber-sumber daya
yang dapat diperoleh dari lingkungan masyarakat yang dilayani, tanpa
ketergantungan yang berlebih pada masukan dari luar.
5) Sistem Melingkar (Circular System) yaitu, Dengan meningkatnya tekanan
jumlah penduduk terhadap sumber-sumber daya yang terbatas, maka kita
perlu memikirkan sistem melingkar, bukan garis lurus. Kota yang
membuang polusinya ke saluran air dan menyebabkan masalah bagi orang
lain tidak bisa diterima lagi. Sebaliknya, air limbah yang telah diolah
seharusnya dianggap sebagai suatu sumber bernilai yang dapat dipakai.
Dalam pengelolaan air tanah, semua aspek penting tesebut, harus menjadi satu
kesatuan, tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Salah satu aspek saja
terlupakan akan mengakibatkan tidak lestarinya pemanfaatan air dan bahkan akan
membawa akibat buruk. Jika semua pihak kurang benar dalam mengelola sumber daya
air, tidak hanya saat ini kita akan menerima akibat, tetapi juga generasi mendatang.

2.3 Bentuk Manajemen Air


Bentuk manajemen air yang dapat diterapkan di Indonesia antara lain adalah
menetapkan regulasi terhadap penggunaan air. Dalam hal ini, pemerintah telah
mengeluarkan Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Selain
itu, bentuk lain dari manajemen air adalah menerapkan diversifikasi sumber air tawar
bersih.

7
Salah satu bentuk diversifikasi yang dapat dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan air tawar yang bersih adalah dengan melakukan rain harvesting atau
penadahan air hujan. Dengan menadahkan air hujan dan menyimpannya di suatu kolam
penyimpanan, daerah yang mengalami defisit neraca air maupun daerah-daerah yang
kesulitan air tawar bersih dapat memenuhi kebutuhannya terhadap air tawar bersih.
Di beberapa kota di Indonesia, manajemen air kurang mendapat perhatian dari
pemerintah pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Pemerintah dan
masyarakat cenderung tak acuh dengan manajemen air . Hal ini tercermin salah satunya
dari perilaku masyarakat yang membuang sampah ke aliran sungai. Bahkan beberapa
industri liar membuang limbah produksinya ke dalam sungai. Hal ini bukan saja
mengotori dan mencemari air sungai, tetapi juga membuat jumlah air tawar bersih yang
dapat diperoleh dari sungai semakin berkurang. Selain itu, cerminan akan kurangnya
kesadaran masyarakat dan pemerintah adalah dari menjamurnya sumur-sumur bor.
Menjamurnya sumur bor ini sampai sekarang belumlah ditindak tegas pemerintah.
Entah ada unsur politik atau murni karena kurangnya kesadaran pemerintah. Jika hal
ini terus berlanjut, maka akan terjadi ketidakseimbangan antara air tanah yang masuk
ke dalam tanah dari daerah resapan dengan air tanah yang dikuras di daerah limpasan
yang ada di perkotaan.
Jika saja menjamurnya sumur bor diiringi dengan perluasan dan pelestarian
daerah resapan, mungkin jumlah air di dalam tanah dapat diseimbangkan antara air
yang masuk dan air yang keluar. Tetapi, yang terjadi saat ini adalah daerah resapan
semakin sempit dengan dibangunnya gedung-gedung, perumahan, dan pembukaan
sawah/perkebunan. Hal ini justru memperparah air tanah yang. Semakin lama semakin
sedikit jumlahnya.
Untuk memanajemen air di kota-kota besar, diperlukan penyadaran kepada
pemerintah dan masyarakat secara umum. Penyadaran ini perlu agar keseimbangan
antara air yang masuk dan air yang keluar dapat terjaga dengan baik. Penyadaran ini
dapat dilakukan dari diri kita sendiri dengan memberi contoh kepada keluarga kita,
teman kita, ataupun tetangga kita. Selain penyadaran, perlu adanya pemberian contoh
kepada pemerintah dan masyarakat akan manajemen air yang baik. Seperti telah

8
disebutkan di atas bahwa salah satu bentuk manajemen air adalah dengan melakukan
diversifikasi air. Di sini, pemberian contoh dapat dilakukan dengan membangun
gedung-gedung dengan instalasi tadah hujan di atapnya. Air dari atap ini dialirkan ke
sebuah tangki besar di bawah tanah untuk menampung air hujan. Air hujan ini
kemudian dapat dijadikan sebagai sumber air bersih yang murah dan ramah lingkungan
serta tidak mengganggu keseimbangan air sungai maupun air tanah.

2.4 Status Pengembangan Sumber Daya Air di Indonesia


Kebijakan pembangunan infrastruktur di Indonesia telah dimulai sejak masa
Hindia-Belanda, terutama untuk sektor sumber daya air dengan dikeluarkannya
Peraturan Umum tentang Air (Algemeene Water Reglement (AWR) pada tahun 1936
dan Algemeene Waterbeheersverordening pada tahun 1937) dan diikuti dengan
Peraturan Air tingkat Propinsi Provinciale Water Reglement (Jawa Timur dan Jawa
Barat) pada tahun 1940. Pada masa setelah kemerdekaan, peraturan yang ditetapkan
sejalan dengan UUD 1945.
Pembangunan infrastruktur secara menyeluruh selanjutnya dimulai dengan
disusunnya Rencana Pembangunan Lima Tahun - I (REPELITA I) periode 1968/1969
– 1973/1974 termasuk sektor sumber daya air, transportasi, dan listrik. Pembangunan
infrastruktur dilaksanakan secara cepat selama pelaksanaan REPELITA I hingga VI.
Pembangunan infrastruktur di sektor sumber daya air telah berhasil meningkatkan
produksi pangan hingga mencapai swasembada pangan pada tahun 1980. Sejalan
dengan pertumbuhan penduduk, telah dikembangkan juga infrastruktur pengairan dan
sanitasi terutama sejak pelaksanaan REPELITA III. Namun demikian, pembangunan
tidak dapat mengimbangi pertumbuhan penduduk dimana cakupan pelayanan hanya
dapat mencapai sekitar 55% dari jumlah penduduk di Indonesia.
Mengingat pengembangan sumber daya air di Indonesia selalu mengalami
peningkatan dan perubahan dari waktu ke waktu, maka dari itu sangat diperlukan untuk
melakukan pengembangan dan peningkatan sektor sumber daya air baik dari segi
kebijakan, peraturan dan perundang-undangan, aspek kelembagaan, maupun

9
pelaksanaan di lapangan. Hal tersebut perlu diintegrasikan dengan paradigma
pembangunan nasional dan pembangunan sumber daya air secara keseluruhan.
Secara umum, sektor sumber daya air di Indonesia menghadapi permasalahan
jangka panjang terkait dengan pengelolaan dan tantangan investasi, yang akan
mempengaruhi pembangunan ekonomi negara dan menyebabkan berkurangnya
keamanan pangan, kesehatan masyarakat, dan kerusakan lingkungan. Pada tingkat
kebijakan dan pelaksanaan, Indonesia menghadapi beberapa permasalahan spesifik
seperti sebagai berikut:

1) Ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan dalam perspektif ruang


dan waktu. Indonesia yang terletak di daerah tropis merupakan negara
kelima terbesar di dunia dalam hal ketersediaan air.
2) Meningkatnya ancaman terhadap keberlanjutan daya dukung sumber daya
air, baik air permukaan, maupun air tanah.
3) Menurunnya kemampuan penyediaan air. Berkembangnya daerah
permukiman dan industri telah menurunkan area resapan air dan
mengancam kapasitas lingkungan dalam menyediakan air.
4) Meningkatnya potensi konflik air. Sejalan dengan meningkatnya jumlah
penduduk dan kualitas kehidupan masyarakat, jumlah kebutuhan air baku
bagi rumah tangga, permukiman, pertanian, maupun industri juga semakin
meningkat.
5) Kurang optimalnya tingkat layanan jaringan irigasi.
6) Makin meluasnya abrasi pantai. Perubahan lingkungan dan abrasi.
7) Lemahnya koordinasi, kelembagaan, dan ketatalaksanaan. Perubahan
paradigma pembangunan sejalan dengan semangat reformasi memerlukan
beberapa langkah penyesuaian tata kepemerintahan, peran masyarakat,
peran BUMN/BUMD, dan peran swasta dalam pengelolaan infrastruktur
sumber daya air.

2.5 Pengelolaan Sumber Daya Air

10
Kebijakan Pengelolaan Air Tanah setelah Undang-undang Nomor 7 Tahun
2004 tentang Sumber daya Air. Air tanah merupakan kebutuhan pokok hidup bagi
semua makhluk hidup. Oleh karena itu, dalam pengelolaannya harus dapat menjamin
pemenuhan kebutuhan yang berkecukupan secara berkelanjutan. Keberadaan air tanah
mempunyai fungsi sosial, lingkungan, dan ekonomi. Oleh karena itu, pengelolaannya
harus dapat menjamin kelestarian dan ketersediannya secara berkesinambungan.

Air tanah terdapat di bawah permukaan tanah baik berada di daratan maupun di
bawah dasar laut, mengikuti sebaran karakteristik tempat keberadaannya, yaitu dalam
lapisan tanah atau batuan pada cekungan. Keberadaan air tanah di Indonesia cukup
melimpah, akan tetapi tidak di setiap tempat terdapat air tanah, tergantung pada kondisi
geologi, yang meliputi proses pengendapan dan struktur geologi yang berpengaruh
terhadap sifat fisik tanah dan batuan serta curah hujan. Pengambilan air tanah dalam
upaya pemanfaatan atau penggunaannya memerlukan proses sebagaimana dilakukan
pada kegiatan pertambangan yang mencakup kegiatan penggalian atau pengeboran.

1) Konsepsi Pengelolaan Air Tanah


Sesuai pasal 12 ayat (2) Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang
Sumber daya Air, dikatakan bahwa didalam pengelolaan ar tanah
didasarkan pada konsep Cekungan Air Tanah (CAT) yaitu suatu wilayah
yang dibatasi oleh batas hidrogeologis tempat semua kejadian
hidrogeologis seperti proses pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan air
tanah berlangsung. CAT meliputi CAT lintas Negara, CAT lintas Provinsi,
CAT lintas Kabupaten/Kota, dan CAT dalam satu Kabupaten/Kota. CAT
ditetapkan dengan Keputusan Presiden atas usul Menteri (pasal 13 ayat (1)
Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Landasan
Kebijakan Air tanah mempunyai peran yang penting bagi kehidupan dan
penghidupan rakyat, mengingat fungsinya sebagai salah satu kebutuhan
pokok hidup. Air Tanah harus dikelola secara bijaksana, menyeluruh,
terpadu, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan. Pengelolaan air tanah
secara teknis perlu disesuaikan dengan perilaku air tanah meliputi

11
keterdapatan, penyebaran, ketersediaan dan kualitas air tanah, serta
lingkungan keberadaannya. Pengelolaan air tanah perlu diarahkan pada
keseimbangan antara konservasi dan pendayagunaan air tanah yang
terintegrasi dalam kebijakan dan pola pengelolaan sumber daya air.
Kegiatan utama dalam pengelolaan air tanah yang mencakup konservasi
dan pendayagunaan air tanah diselenggarakan untuk mewujudkan
kelestarian dan keseimbangan ketersediaan air tanah dan kemanfaatan air
tanah yang berkelanjutan untuk sebesar-besarnya kemakmuran dan
kesejahteraan rakyat.
2) Prinsip Kebijakan Pengelolaan Air Tanah
Prinsip dari kebijakan pengelolaan air tanah meliputi :
 Kelestarian kondisi dan lingkungan air tanah ;
 Prioritas kebutuhan air pokok hidup sehari-hari dan pertanian
rakyat ;
 Kesejahteraan masyarakat Provinsi atau Kabupaten/Kota pada CAT;
 Keadilan dalam memenuhi kebutuhan air ;
 Penggunaan yang saling menunjang antara air tanah dan air
permukaan dengan mengutamakan penggunaan air permukaan ;
 Keseimbangan antara konservasi dan penggunaan air tanah.

2.6 Masalah Pengelolaan Sumber Daya Air


Secara umum masalah pengelolaan sumber daya air dapat dilihat dari
kelemahan mempertahankan sasaran manfaat pengelolaan sumber daya air dalam hal
pengendalian banjir dan penyediaan air baku bagi kegiatan domestik, municipal, dan
industri. Masalah pengendalian banjir sebagai bagian dari upaya pengelolaan
pengelolaan sumber daya air, sering mendapatkan hambatan karena adanya
pemukiman padat di sepanjang sungai yang cenderung mengakibatkan terhambatnya
aliran sungai karena banyaknya sampah domestik yang dibuang ke badan sungai

12
sehingga mengakibatkan berkurangnya daya tampung sungai untuk mengalirkan air
yang datang akibat curah hujan yang tinggi di daerah hulu.
Pada sisi lain penyediaan air baku yang dibutuhkan bagi kegiatan rumah tangga,
perkotaan, dan industri sering mendapatkan gangguan secara kuantitas – dalam arti
terjadinya penurunan debit air baku akibat terjadinya pembukaan lahan-lahan baru bagi
pemukiman baru di daerah hulu yang berakibat pada pengurangan luas catchment area
sebagai sumber penyedia air baku. Di samping itu, secara kualitas penyediaan air baku
sering tidak memenuhi standar karena adanya pencemaran air sungai oleh limbah
rumah tangga, perkotaan, dan industri.
Perubahan peran pemerintah dari institusi penyedia jasa (service provider)
menjadi institusi pemberdayaan masyarakat dan dunia usaha (enabler) agar memiliki
kemampuan dalam menyediakan kebutuhan air dan menunjang kegiatan usahanya
secara mandiri dan berkelanjutan, sehingga perlu adanya upaya-upaya pemberdayaan
masyarakat pengguna air untuk mengelola dan melestarikan potensi-potensi sumber
daya air.

2.7 Konservasi Sumber Daya Air

Konservasi adalah upaya yang dilakukan untuk melestarikan lingkungan


namun tetap memperhatikan manfaat yang didapat dengan tetap mempertahankan
keberadaan setiap komponen lingkungan untuk dimanfaatkan di masa mendatang.
Sedangkan konservasi sumber daya alam adalah pengelolaan untuk berbagai jenis SDA
yang dilakukan secara bijak dengan tujuan untuk menjamin ketersediaan dengan cara
meningkatkan kualitas dan memelihara keanekaragaman dan nilainya. Jadi, konservasi
sumber daya air adalah upaya mengelola sumber daya air yang dilakukan secara bijak
dengan memperhatikan manfaat yang didapat serta mempertahankan komponen
penyusunnya agar dapat dinikmati di masa mendatang.

Konsep dasar konservasi air adalah jangan membang-buang sumber daya air.
Pada awalnya konservasi air diartikan sebagai menyimpan air dan menggunakannya
untuk keperluan yang produktif di kemudian hari. Konsep ini disebut konservasi segi

13
suplai. Perkembangan selanjutnya konservasi lebih mengarah kepada pengurangan dan
pengefisienan penggunaan air dan dikenal sebagai konservasi sisi kebutuhan.

Konservasi air yang baik merupakan gabungan dari kedua konsep tersebut,
yaitu menyimpan air dikala berlebihan dan menggunakannya sesedikit mungkin untuk
keprluan tertentu yang produktif. Sehingga konservasi air domestik berarti
menggunakan air sesedikit mungkin untuk mandi, mencuci, menggelontor toilet, dan
penggunaan-penggunaan rumah tangga lainnya. Konservasi air industri berarti
pemakaian air sesedikit mungkin untuk menghasilkan suatu produk. Konservasi air
pertanian pada dasarnya berarti penggunaan air sesdikit mungkin untuk menghasilkan
hasil pertanian yang sebanyak-banyaknya.

Konservasi air dapat dilakukan dengan cara:


1) Meningkatkan pemanfaatan air permukaan dan air tanah,
2) Meningkatkan efisiensi air irigasi, dan
3) Menjaga kualitas air sesuai dengan peruntukannya.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat di tarik dari pembahasan di muka tadi bahwasanya


manajemen air adalah usaha-usaha menjaga dan mengatur air yang ada di muka bumi
ini agar dapat terjaga keberadaannya dan dapat bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Secara umum masalah pengelolaan sumber daya air dapat dilihat dari
kelemahan mempertahankan sasaran manfaat pengelolaan sumber daya air dalam hal
pengendalian banjir dan penyediaan air baku bagi kegiatan domestik, municipal, dan
industri.
Konsep dasar konservasi air adalah jangan membang-buang sumber daya air.
Pada awalnya konservasi air diartikan sebagai menyimpan air dan menggunakannya
untuk keperluan yang produktif di kemudian hari. Konsep ini disebut konservasi segi
suplai. Perkembangan selanjutnya konservasi lebih mengarah kepada pengurangan dan
pengefisienan penggunaan air dan dikenal sebagai konservasi sisi kebutuhan.

15
DAFTAR PUSTAKA

 https://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_sumber_daya_air
 https://environment-indonesia.com/training/aspek-dan-prinsip-pengelolaan-
sumber daya-air/
 https://dokumen.tips/documents/manajemen-air.html
 https://karyatulisilmiah.com/sumber-daya-air/
 https://www.scribd.com/document/52057194/Pengantar-Manajemen-Sumber
daya-Air
 http://water-management.chemical.web.id/id3/998-882/water-
management_30982_water-management-chemical.html

16

Anda mungkin juga menyukai