Oleh:
Mukharradhi Nanza
Pembimbing :
dr. Erjan Fikri Sp.B Sp.BA M.ked(Surg)
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Teori alternatif untuk etiologi Constriction Band Syndrom dijelaskan oleh
Torpin pada tahun 1965. Dia mengusulkan teori ekstrinsik, di mana pecahnya
amnion membentuk pita yang mengikat, melibatkan, dan mengamputasi anggota
badan. Ketika amnion pecah, maka terlepaslah chorion untuk membentuk
pelepasan helai-helai fibrosa mesoblastik. Helai ini kemudian menjadi terjerat di
sekitar ekstremitas atau anggota badan. Chorion kemudian menyerap cairan
ketuban dan menyebabkan oligohidramnion. Teori ekstrinsik Torpin didukung
oleh temuan banyak penulis. Penelitian lainnya berhasil menghasilkan
acrosyndactyly dalam percobaan hewan yang melibatkan tusukan kantung
ketuban, dan menyimpulkan bahwa anomali ini disebabkan oleh pendarahan.
Ketuban pecah dini sebelum kehamilan 7 minggu lebih mungkin menghasilkan
pemendekan ekstremitas, polysyndactyly, dan sindactyly sekunder yang terjadi
kareana gangguan segmentasi, sedangkan pecahnya ketuban pada minggu –
minggu setelahnya menghasilkan deformasi mekanik dari amniotik band, kaki
pengkor, hipoplasia distal, limfedema, dan amputasi intrauterin. Terjadinya
deformitas asimetris dengan distribusi nonembriologis juga mendukung teori
ekstrinsik Torpin. Meskipun ada banyak perdebatan tentang Penyebab
Constriction Band Syndrom, mayoritas penulis kontemporer telah
menggambarkan teori ekstrinsik Torpin sebagai penjelasan yang paling tepat
untuk seluruh spektrum klinis Constriction Band Syndrom.3
4
polimorfik.4
Gbr.1. Seorang anak laki-laki berusia 4 tahun dengan Constriction Band Syndrom (A) Tangan kanan
menunjukkan amputasi ibu jari dan jari manis dan Acrosyndactyly jari telunjuk dan jari tengah, tangan kiri
menunjukkan amputasi jari tengah dan jari manis, angulasi jari telunjuk dan jari kelingking, disertai
limfedema jari kelingking. (B) Radiografi pasien yang sama menunjukkan Acrosyndactyly jari telunjuk kanan
dan jari tengah kanan dengan amputasi distal.
5
Regio lainnya gastroschisis, atresia intestin, agenesis ginjal, Sindrom Patau, displasia septo-
optik
Defek pada tangan memeliki predileksi yang khas. Jari-jari diarea tengah
paling sering terlibat, sedangkan frekuensi dan tingkat keparahan keterlibatan ibu
jari minimal, bahkan ketika semua jari-jari sangat terpengaruh. Sebuah studi
melaporkan bahwa di antara 93 tangan yang terkena penyempitan, jari manis
paling sering terlibat (89,2%) diikuti oleh jari tengah (86%), jari telunjuk (71%),
dan jari kelingking (51,6%). Keterlibatannya ibu jari hanya 21,5%. Beberapa
alasan telah diusulkan untuk menjelaskan minimnya keterlibatan ibu jari. Pertama,
selama masa intra uterin, posisi ibu jari terkatup di telapak tangan, ibu jari
dilindungi oleh jari- jari yang lain; Kedua, perbedaan kecepatan perkembangan
setiap jari-jari mungkin memiliki korelasi dengan kecenderungan penyempitan.
Perkembangan ibu jari lebih awal dari jari-jari di area tengah, dan diasumsikan
bahwa sindrom pita penyempitan terjadi pada tahap lanjut dari perkembangan
anggota gerak; Ketiga, perbedaan anatomi juga dipertimbangkan. Ibu jari dan jari
kelingking memiliki suplai darah independen yang terpisah dari pembuluh digital.
Jika etiologi sindrom pita penyempitan adalah karena pendarahan dalam masa
perkembangan ekstremitas, seperti yang diusulkan oleh teori Kino, perbedaan
anatomi ini mungkin memiliki peran penting dalam kecenderungan untuk
predileksi penyempitan di jari-jari tangan.2
II.c. Klasifikasi
6
severe acrosyndactyly
4. amputasi intrauterin
Sebagai tambahan, Patterson lebih lanjut membagi CBS yang terkait dengan
acrosyndactyly menjadi tiga jenis: 4
Tipe I, ujung jari menyatu dengan bentuk selaput yang baik dan kedalaman
yang sesuai;
Tipe II, ujung jari menyatu, tetapi pembentukan selaput tidak sempurna
Tipe III, ujung jari yang menyatu, disertai sinus diantara jari, dan tidak
terdapat selaput.
II.d. Diagnosa
7
diagnosis neonatal seringnya sulit dilakukan dan hanya dicapai secara akurat
sebanyak 29% –50% dari kasus dengan tanpa adanya konsultasi konsultasi
genetik. Dilaporkan bahwa Hanya 13% dari kasus CBS dengan kelainan
kraniofasial yang parah yang didiagnosis dengan benar. Sebanyak 1 dari 20 bayi
anencephaly mungkin mengalami sindrom pita konstriksi. Adanya pita berserat
pada titik penyempitan sangat membantu dalam diagnosis.4
Untuk defek yang terisolasi hanya di ekstremitas, diagnosis banding yang
penting dari CBS diantaranya symbrachydactyly dan Transverse Deficiency.
Symbrachydactyly biasanya mempengaruhi seluruh tangan, dan pasien biasanya
memiliki tangan yang kecil dengan sindactyly tipe sederhana. Kasus bilateral
symbrachydactyly jarang, berkisar dari 1,6% - 10%, sedangkan keterlibatan
banyak area, lebih dari satu ekstremitas biasanya lebih condong ke CBS.
Symbrachydactyly diyakini sebagai cacat mesodermal, ditandai dengan adanya
struktur ektodermal jari distal seperti lipatan kuku, dan kuku. Transverse
Deficiency lebih sering unilateral, sedangkan CBS bersifat bilateral. Transverse
Deficiency cenderung lebih banyak diarea proksimal, dan pembentukan kuku yang
belum sempurna umum terlihat. Hipoplasia tulang dapat ditemukan pada jari-jari
tetangga atau proksimal pada Transverse Deficiency. Amputasi pada CBS
cenderung memiliki stump tulang yang menonjol, sedangkan Transverse
Deficiency lebih sering berbentuk disartikulasi.5
II.e. Tatalaksana
8
fungsi pada kasus dengan hipoplasia digital dan amputasi. Pada pasien dengan
acrosyndactyly, diperlukan pemisahan jari dan rekonstruksi selaput.
Perkembangan terkini dalam diagnosis prenatal dan pembedahan fetoscopy
memungkinkan terapi CBS selama masa intra uterin.
Terlepas dari teknik yang digunakan untuk rilis Constriction Band, semua
penulis setuju bahwa pita harus dipotong dan dibuang, dan tidak digunakan
sebagai bagian dari flap rekonstruktif. Bagian yang tersisa dari pita tetap cacat
selama transposisi dan dapat menambah cacat sisa. pertimbangan bedah lainnya
termasuk preservasi dari setidaknya satu atau dua vena subkutan besar di
sepanjang bundel neurovaskular untuk mencegah kongesti vena distal
postoperatif. pada kasus dengan pita penyempitan yang dalam, sering ada
9
kekurangan vena dorsal, karenanya pelepasan dua tahap seharusnya
dipertimbangkan.4,5
Gambar 3. Lengan (A) dan kaki (B) dengan Constriction Band melingkar
yang dalam. (C),(D) Tungkai yang sama setelah eksisi dua tahap dengan
penutupan langsung
10
eksisi pita dan debulking jaringan adiposa berlebihan, flap adiposa yang mobile di
tarik ke area defek sebagai sebuah lapisan terpisah, dimana Z-plastiy yang tipis
juga dilakukan secara terpisah. 5
Gambar 3. (A) Penyempitan cincin lengan bawah kanan distal. (B) Disain Z-plasties
ditampilkan. (C) Hasil setelah eksisi alur dan penjahitan dengan Z-plasties.
Acrosyndactyly adalah suatu kondisi di mana dua jari atau lebih yang
11
menyatu di bagian terminal dengan celah epitel berjajar proksimal atau sinus di
antara jari-jari. Tujuan operasi untuk Acrosyndactyly adalah memisahkan jari dan
menciptakan ruang untuk memberikan hasil fungsional terbaik. Perencanaan
bedah harus di tentukan oleh diktum bahwa jumlah jari tidak lebih penting dari
jarak, panjang, bulk, stabilitas, dan kontrol dari jari-jari itu sendiri. Secara umum,
jari-jari dipisahkan dengan zig-zag yang direncanakan dengan sayatan yang
cerma, dan ruang komisura yang luas dibuat dengan flap kulit dorsal. Pembedahan
Seharusnya hanya dilakukan pada satu sisi jari pada satu waktu. Sebagian besar
pasien dengan Acrosyndactyly terkait CBS memiliki cacat tipe III (gabungan
ujung jari, saluran sinus antara jari dan tidak adanya selaput) menurut klasifikasi
Patterson. Jika saluran sinus tidak cukup untuk berfungsi sebagai ruang selaput
karena lokasinya yang jauh dan memiliki ruang sempit, bagian tersebut dapat
dipotong dan dapat digunakan sebagai cangkok kulit. Terkadang, sinus dapat
mengandung kulit yang cukup di dasarnya; kulit ini dapat dipertahankan untuk
berfungsi sebagai ruang selaput kulit. Pemisahan jari paling mudah dilakukan dari
proksimal ke arah distal. Namun, teknik pemisahan sindaktily standar kadang-
kadang tidak dapat digunakan pada area distal karena jari distal ke titik fusi
mungkin tidak begitu jelas menjadi bagian dari jari yang mana.6
Gambar 4. Gambar skematis untuk merilis Constriction Band, dengan teknik Upton. (A)
Eksisi semua kulit di dinding samping. (B) Debulking dari jaringan adiposa yang
berlebih. (C) Flap adiposa subkutan dimobilisasi sesuai kebutuhan untuk memperbaiki
kelainan bentuk kontur. (D) Penutupan kulit dan subkutan lebih baik miring.
12
Setelah diseksi distal dilakukan, keputusan harus dibuat mengenai ujung
jari mana yang akan disatukan. Alokasi kemudian harus dibuat dengan
mempertimbangkan ketahanan bagian distal dan juga panjang dan stabilitas yang
dihasilkan. Preservasi ujung distal lebih disukai daripada amputasi karena
ujungnya mungkin mengandung ujung phalang yang memiliki ruang artikular di
bagian proksimalnya. Osteotomi dapat dilakukan untuk meluruskan jari-jari yang
sangat bersudut. Setiap upaya dilakukan untuk mempreservasi panjang jari, yang
bisa direkonstruksi ketika anak lebih besar. Full-thickness skin grafts digunakan
untuk menutupi area terbuka. Perawatan pasca operasi sama dengan prosedur
bedah sindaktili lainnya.
13
signifikan lebih tinggi dari pada bayi dan balita. Tahap tunggal pemanjangan harus
dihindari karena komplikasi yang sering dijumpai, termasuk kematian tulang yang
dicangkokkan, nonunion, dan malunion. On-top Plasty dianjurkan ketika tulang
metacarpal jari telunjuk di hilangkan untuk menyediakan ruang selaput pada ibu
jari pada kasus absennya beberapa jari lainnya. On-top Plasty dapat dilakukan
dengan mentransfer jari telunjuk atau jari manis yang diamputasi sebagian ke atas
jari tengah yang diamputasi. Meskipun aplikasi On-top Plasty biasanya adalah
untuk membentuk stump pada ibu jari dengan menggunakan metacarpal jari
telunjuk ketika jari telunjuk itu sendiri tidak ada, pemanjangan jari tengah juga
bisa dilakukan dengan prosedur ini untuk kasus dengan ibu jari yang utuh disertai
absennya beberapa jari. Transfer jari parsial ini dapat memperpanjang jari dan
memperdalam ruang selaput pada jari pertama jika
dikombinasikan dengan pemendekan metacarpal kedua. 5,6
Gbr. 5. (A) Acrosyndactyly pada jari telunjuk dan jari tengah. (B) Penampilan setelah
pemisahan jari.
Ketika ibu jari adalah satu-satunya jari yang terlibat, prosedur finger
pollicization terhadap jari telunjuk atau prosedur lengthening pada ibu jari
jari dapat dilakukan. Toe-to-hand transfer adalah pilihan lain untuk
merekonstruksi kekurangan ibu jari. Tidak adanya ibu jari di area sendi
metacarpophalangeal adalah indikasi kuat untuk Toe-to-hand transfer.
14
BAB III
KESIMPULAN
Constriction Band Syndrom adalah kelainan bawaan yang jarang dengan cacat
multipel dengan manifestasi yang bervariasi dan menyebabkan disabilitas. Hingga
saat ini, ruptur Amnion dini diikuti dengan terikat/terlilitnya bagian janin oleh
untaian amniotik adalah teori utama yang menjelaskan perkembangan sindrom ini.
Manajemen Constriction Band Syndrom difokuskan pada peningkatan fungsi dan
perkembangan disamping itu juga mengupayakan tampilan estetika yang lebih
dapat diterima. Perawatan harus disesuaikan dengan individu. Timing pembedahan
dan perencanaan pembedahan sangat penting untuk memberikan hasil fungsional
terbaik untuk ekstremitas yang terlibat.
15
DAFTAR PUSTAKA
16