Anda di halaman 1dari 32

PROPOSAL PENELITIAN

Strategi Filipina Dalam Menghadapi Ancaman Keamanan Non-Traditional

( Studi Kasus : Kebijakan Perang Terhadap Narkoba Presiden Rodrigo


Duterte Tahun 2016-2018)

Oleh:

ISLAMI YANTI
C1A4 15 093

Proposal ini diajukan guna memenuhi salah satu syarat memeperoleh gelar
sarjana administrasi publik (S.AP) pada fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Narkoba merupakan persoalan besar yang dihadapi oleh hampir semua

Negara. Sasaran pengguna narkoba tidak pandang siapa saja baik wakil

rakyat, hakim, artis, pilot, mahasiswa, buruh bahkan ibu rumah tangga

sekalipun. Dari sisi usia narkoba juga tidak memilih korbannya mulai dari

remaja, dewasa bahkan lanjut usia. Penyalahgunaan narkoba di kalangan

generasi muda dapat membahayakan keberlangsungan hidup bangsa di

kemudian hari kerena pemuda sebagai generasi penerus bangsa telah

terjerumus oleh narkoba dan tidak dapat berfikir jernih lagi1. Selain itu

dampak negatif narkoba lainnya yaitu bisa mematikan kreatifitas anak

bangsa, yang seharusnya anak muda memiliki kreatifitas tinggi untuk

menemukan pemikiran-pemikiran baru, menemukan inovasi dan beprestasi

tapi mereka dapat kehilangan itu semua akibat narkoba2.

Penyalahgunaan narkotika dan obat-obat berbahaya yang sejenis

menimbulkan ancaman yang berdampak pada keamanan sebuah Negara

sebab fenomena ini merupakan kejahatan lintas Negara (Transnational

Crime). Perkembangan zaman tidak hanya meningkatkan komunikasi lintas

1
I.B.Amahoru, ‘ Pengaruh narkoba di kalangan remaja,’ News Rakyatku(daring), 22 Agustus
2017,<http://news.rakyatku.com/amp/62133>, diakses 26 Oktober 2018.
2
J.Liberty, ‘ Narkoba menghantui generasi muda,’ Geotimes (daring), November
2017,<http://geotimes.co.id/opini/narkoba-menghantui-generasi-muda/ap/>, diakses 26 Oktober
2018.
batas Negara saja tetapi juga memberi kesempatan kejahatan lintas batas

Negara. Penyalahgunaan narkoba menarik perhatian global salah satunya di

asia tenggara yang turut menghadapi permasalahan terkait penyalahgunaan

narkoba3.

Salah satu Negara di asia tenggara yang mengalami ancaman kejahatan

narkoba adalah Negara Filipina. Tingginya kasus peredaran narkoba membuat

Negara Filipina menjadi salah satu Negara darurat narkoba. Untuk

memerangi narkoba mulai dari Bandar, pemakai dan pengedar Presiden

Filipina Rodrigo Duterte menerapkan kebijakan perang terhadap narkoba.

Sebelum menjadi Presiden, Duterte sudah menyatakan dalam kampanyenya

bahwa akan membunuh para pengedar narkotika tanpa proses hukum4.

Duterte dalam kampanyenya berjanji akan membersihkan pengguna narkoba,

korupsi dan penyalahgunaan obat bius. Duterte dikenal berkuasa dengan

tangan besi selama 28 tahun menjabat sebagai walikota Davao 5. Kebijakan

yang diterapkan ini ternyata mendapat reaksi berbeda dari dunia

internasional.

Presiden Duterte tidak hanya membidik pengedar saja, tapi

memerintahkan kepolisian untuk menembak mati pengguna narkoba.

3
D.Anggraeni, Kebijakan ASEAN Dalam Menanggulangi Penyalahgunaan Narkotika dan Obat-
obatan Berbahaya di Asia Tenggara, Journal, 2015, <http://www.journal.unair.ac.id/download-
fullpapers > diakses 27 Oktober 2018.
4
R.Rahman, “Presiden Duterte akui membunuh tiga orang dengan tangannya sendiri,’BBCNEWS
(daring), 17 Desember 2016, <https://www.bbc.com/indonesia/dunia-38350280> diakses 27
Oktober 2018.
5
C. Julio, Teehankee, R. Mark, Thompson, The Vote in the Philippines: Electing a Strongman’
Journal of Democracy vol. 27, no. 4, 2016, p. 125-134
<https://dspace.library.uu.nl/bitstream/handle/1874/353553/MASTERCOPY%20Thesis%20Stansf
ield.pdf?sequence=1&isAllowed=y>, diakses 28 Oktober 2018.
Hasilnya 114.833 pecandu melaporkan diri ke kepolisian untuk menjalani

proses rehabilitasi. Namun karena kekurangan fasilitas, sebagian diinapkan di

berbagai penjara di dalam negeri6. Perang narkoba yang diterapkan presiden

Filipina Duterte mengancam ekonomi Filipina dan membahayakan institusi

demokrasi. Hal itu dinyatakan lewat survey dari badan internasional credit,

Standard and Poor’s (S&P). Kondisi ekonomi nasional dan para investor

mengharapkan rasa aman publik dan kepastian hukum akan tetapi langkah

yang diambil Duterte menyebabkan hilangnya rasa kepercayaan kalangan

bisnis baik di dalam maupun luar negeri. Dalam kebijakan luar negerinya,

Presiden Duterte juga megambil sikap bermusuhan dengan Amerika Serikat

(AS) yang merupakan sekutu lama dan pendukung ekonomi utama selain itu

Duterte juga membuat tawaran ke Tiongkok yang berselisih dengan Negara di

kawasan lainnya terkait Laut China Selatan (LCS)7. Data resmi dari bursa

Filipina menunjukkan transaksi bersih asing di bursa efek Filipina (PSE)

jatuh setiap pekan sejak 15 agustus-16 september. Hal yang sama terjadi pada

mata uang Peso yang turun 3,37% terhadap Dolar Amerika Serikat. Namun

hal ini berbanding terbalik dengan lembaga riset dan ekuitas nomura yang

menyatakan posisi netral Duterte justru menguatkan ekonomi Filipina karena

berhasil melepas diri dari dari ketergantungan. Selain itu ketua umum kamar

dagang dan industry Filipina, George Barcelon menyatakan kebijakan luar

6
DW, Sisi gelap perang narkoba di filipina, 2016, DW.Sisi gelap perang narkoba di filiphina,
<https://m.dw.com/id/sisi-gelap-perang-narkoba-di-filiphina/g-19446295>, diakses 2 November
2018
7
Suara Pembaruan Memihak Kebenaran.Perang narkoba duterte ancam ekonomi filiphina, 2016,
<http://sp.beritasatu.com/home/perang-narkoba-duterte-ancam-ekonomi-filiphina/116931>,
diakses 2 November 2018
negeri Duterte adalah kebijakan luar negeri yang independen yang tidak

menyakiti sentiment investor asing. Filipina tidak pro-China atau pro-

Amerika tetapi pro-Filipina8.

Dari paparan di atas penulis tertarik untuk mengangkat judul tentang

Strategi Filipina Dalam Menghadapi Ancaman Keamanan Non-Traditional (

Studi Kasus : Kebijakan Perang Terhadap Narkoba Presiden Rodrigo Duterte

Tahun 2016-2018).

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah penulis paparkan munculah rumusan masalah

untuk materi penulis, yaitu :

1) Mengapa narkoba mengancam keamanan Filipina ?

2) Bagaimana strategi Filipina dalam menghadapi ancaman kejahatan

narkoba ?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Untuk mengetahui dan menjelaskan bahaya narkoba yang

mengancam keamanan Filipina

8
B. Ventura, SindoNews, Investor Asing Goyang Kebijakan Duterte, 2016,
<https:ekbis.sindonews.com/read/1140754/35/invetor-asing-goyang-kebijakan-duterte-
1474355109>, diakses 2 November 2018.
2) Untuk mengetahui dan menjelaskan bagaimana penerapan strategi

Filipina untuk memerangi narkoba di bawah kepemimpinan

Presiden Rodrigo Duterte

1.3 Manfaat Penelitian

1.3.2.1 Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi

pengembangan kajian keilmuan yang tertarik mengkaji penerapan

Strategi Filipina Dalam Menghadapi Ancaman Keamanan Non-

Traditional terutama dalam Studi Hubungan Internasional dan

memperkaya hasil penelitian tentang Penerapan Strategi Perang

Terhadap Narkoba Presiden Rodrigo Duterte.

1.3.2.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini menjadi salah satu syarat akademis dan tugas akhir

program Studi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu

Politik Universitas Haluoleo. Maka sasaran akhir dari penelitian ini

adalah mengembangkan wawasan mengenai mengenai Perang

Terhadap Narkoba bagi para mahasiswa/i dalam rangka mengkaji dan

memahami Strategi Perang Terhadap Narkoba.

1.3.2.3 Manfaat Metodologis

Diharapkan dalam penelitian ini dapat menjadi rujukan bagi peneliti yang

akan melakukan peneltian yang sejenis dengan apa yang peneliti teliti. Tentang

strategi perang terhadap narkoba Filipina.


1.3 Sistematika Penulisan

Guna memudahkan dalam pembahasan penulisan dan pemahaman terhadap

pemikiran yang ingin penulis tuangkan dalam penulisan ini maka perlu

dibuat sistematika penuisan sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan

Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah,

tujuan dan manfaat serta sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan Pustaka

Bab ini berisi pengertian konsep keamanan Non-

Traditional, konsep keamanan nasional, karangka

pikir, argumen utama dan penelitian terdahulu.

BAB III : Metode Penelitian

Bab ini berisi jenis penelitian, lokasi penelitian,

subjek dan objek penelitian, jenis dan sumber data,

teknik pengumpulan data, teknik analisis data, desain

penelitian, dan konseptualisasi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KARANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Landasan Konsep dan Teori

Dalam menjawab rumusan masalah sebelumnya penulis menggunakan

konsep keamanan nasional dan konsep keamanan Non-Traditional yang

dianggap sangat relevan untuk menjelaskan permasalahan yang akan diteliti.

2.1.1.1 Keamanan Nasional

Keamanan nasional (National Security) secara sederhana diartikan

sebagai kebijakan publik untuk memastikan keselamatan dan keamanan

negara melalui penggunaan kuasa militer dan diplomasi baik dalam keadaan

damai maupun perang. Ancaman keamanan tidak hanya datang dari negara

lain tapi bisa juga dari orang atau organisasi di luar sistem diplomatik seperti

bandar narkoba, perusahaan multinasional dan lembaga swadaya masyarakat

yang berlainan dengan pemerintah. Dalam konsep traditional keamanan

diartikan secara sederhana sebagai suasana yang bebas dari segala bentuk

ancaman bahaya, kecemasan dan ketakutan sebagai kondisi tidak adanya

ancaman fisik (militer) yang berasal dari luar9. Teori keamanan nasional

pertama kali diperkenalkan oleh Buzan dalam edisi pertama pada tahun 1983.

Pada dasarnya wilayah keamanan berasal dari fakta bahwa keamanan

internasional adalah masalah relasional. Cara-cara kolektif membahas hal


9
P. D.P. Priyodanu, National Security, Dictio, September 2017, p.1<https://www.dictio.id>,
diakses 8 oktober 2018
yang terkait dengan ancaman tentang lingkungan alam. Salah satu tujuannya

adalah untuk memberikan ruang kepada para ahli agar dapat mengimbangi

peranan penting tingkat regional dalam urusan keamanan internasional. Tetapi

karena sebagian besar ancaman politik dan militer lebih mudah diselesaikan

dalam jangka pendek daripada jangka panjang serta ketidakamanan sering

dikaitkan dengan kedekatan, maka Sebagian besar negara takut kepada negara

tetangga mereka yang memiliki kekuatan yang lebih besar. Pola

interdependensi keamanan yang normal dalam sistem geografis yang beragam

dan anarkis adalah salah satu ancaman berbasis regional. Keamanan nasional

di definisikan sebagai seperangkat negara yang persepsi dan kekhawatiran

utamanya saling terkait sehingga masalah keamanan nasional mereka tidak

dapat diselesaikan dengan adil, antara satu dengan yang lain. Keamanan

nasional tidak hanya memainkan peranan penting antar anggota saja tetapi

juga menentukan kondisi apakah kekuatan luar yang lebih kuat dapat

menguasai suatu wilayah10.

Keamanan nasional menganggap ancaman militer terhadap keamanan

negara sebagai salah satu ancaman yang sangat diprioritaskan karena dapat

menjadi ancaman serius bagi negara dan keamanan manusia. Keamanan

nasional mengutamakan perlindungan kedaulatan suatu negara dari ancaman

perang dan kekerasan sebagai satu-satunya masalah. Aktor utama dalam

konsep keamanan nasional adalah negara. Oleh sebab itu negara berkewajiban

10
B.Buzan, O.Waefer, J. D. Wilde, Security A New Framework For Analysis, Lynne Rienner
Publishers, Inc.Boulder, 1998, p. 10-13<http://b-ok.cc/book/2691078/b8deaepada>, diakses 4
November 2018.
melindungi wilayah, sumber daya, dan seluruh warga yang ada dalam suatu

negara dari ancaman baik dari luar (eksternal) maupun dari dalam (internal).

Dari kedua definisi para ahli diatas mempunyai kesamaan yaitu keamanan

nasional adalah kewajiban suatu negara untuk melindungi wilayahnya dan

memastikan keamanan bagi warganya dari segala bentuk ancaman bahaya.

Tetapi, kedua definisi diatas berbeda dari segi ancaman dimana keamanan

nasional menurut Priyodanu adalah kewajiban suatu negara melindungi

wilayahnya dari ancaman militer yang datang dari luar sedangkan menurut

Buzan keamanan nasional adalah kewajiban suatu negara untuk melindungi

wilayahnya dari ancaman militer maupun non militer yang datang baik dari

dalam maupun dari luar.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keamanan nasional

adalah keselamatan dan keamanan terhadap kedaulatan suatu negara dari

segala bentuk ancaman bahaya, ketakutan dan kecemasan baik dari dalam

maupun dari luar negara itu sendiri. Aktor utama dalam konsep keamanan

nasional adalah negara, sehingga negara wajib melindungi wilayahnya dari

ancaman eksternal maupun internal.

Dalam hal kebijakan perang terhadap narkoba oleh Presiden Filipina

Rodrigo Duterte memutuskan kebijakan yang diambil untuk menyatakan

perang terhadap narkoba. Hal ini disebabkan masalah narkoba telah

mengganggu keamanan nasional Filipina akibat banyaknya bahaya yang

ditimbulkan. Salah satunya adalah meningkatnya kekerasan akibat pengguna

narkoba yang sudah ketergantungan dan menghalalkan cara apa saja untuk
bisa mendapatkan barang haram tersebut. Oleh sebab itu konsep keamanan

nasional dianggap bisa menjawab rumusan masalah terkait kebijakan perang

terhadap narkoba dan diharapkan dapat mengurangi ancaman nasional di

Filipina.

2.1.1.2 Non-Traditional Security

Menurut Kolodziej keamanan adalah bentuk dari politik yang menjadi

isu utama sengketa politik ketika aktor politik tertentu mengancam atau

menggunakan kekuatan untuk mendapatkan apa yang di inginkan dari pihak

lain11. Sejak berakhirnya perang dingin, kesadaran mengenai konsep

keamanan semakin meningkat untuk membedakan antara ancaman keamanan

Traditional dan keamanan Non-Traditional12. Keamanan Non-Traditional

yang kemudian berkembang menjadi transnasional lebih terstuktur dan

menjadi ancaman terhadap keamanan pasca perang dingin13. Keamanan Non-

Traditional tidak terfokus pada ancaman militer (keamanan Traditional) tetapi

fokus pada isu-isu baru yang berkembang seperti perdagangan manusia, isu

lingkungan, narkoba, terorisme, kejahatan transnasional serta keamanan

manusia yang berpotensi mengancam keamanan14. Pembubaran uni soviet dan

11
D.Setiawan, Pengaruh Implementasi Kebijakan Desentralisasi Terhadap Tumbuhnya Potensi
Ancaman Non-Tradisional di Indonesia, 2010,
p.58<http://eprints,upnjatim.ac.id/6260/1/file1.pdf>, pada 25 november 2018
12
N.Swanstrom, Journal, Traditional And Non-Traditional Security Threats In Central Asia:
Connecting The New And The Old, vol. 8, no. 2, 2010, p.36-37
<https://Www.Researchgate.Net/Publication/262420563_Security_Threats_In_Central_Asia_Con
necting_The_New_And_The_Old>, diakses 4 November 2018.
13
N. Swanstrom, Journal, The Narcotics Trade: A Threats To Security ? National And
Transnational Implications, Global Crime vol 8, no. 2, 2007, p.1-25;
<https://Www.Researchgate.Net/Publication/262420563_Security_Threats_In_Central_Asia_Con
necting_The_New_And_The_Old>, diakses 4 November 2018.
14
S. Berdkeeva, Organized Crime In Central Asia: A Threats Assessment,:China And Eurasia
Forum Quarterly vol. 7, no. 2, 2009, p.75-100.
berakhirnya perang dingin pada tahun 1991 juga mengubah pandangan dari

keamanan militer (Traditional) ke masalah (Non-Traditional) yang

menyangkut keamanan sosial, politik, lingkungan dan ekonomi. Munculnya

keamanan Non-Traditional adalah akibat dari faktor kegagalan negara untuk

memenuhi harapan individu dan aktor internasional serta kapasitas yang

mengaturnya. Dampak perdagangan narkoba dapat mempengaruhi kehidupan

warga negara dan kinerja negara yang gagal mengatur kapasitas ekonomi

akibat korupsi, sehingga kelemahan regional berpotensi memunculkan

kejahatan terorganisasi yang dapat mencegah kerjasama multilateral. Semakin

lemah fungsi ekonomi politik dalam negara berdampak pada persepsi

keamanan dan dampak dari ancaman tersebut pada negara lain. Struktur

ekonomi dapat merusak wilayah atau negara yang lemah sehingga dapat

memunculkan perdagangan dan penyalahgunaan narkoba serta meningkatkan

terorisme. Kelemahan negara berdampak pada ketidaknyamanan negara itu

sendiri dan negara-negara di sekitarnya. Ancaman keamanan yang tinggi dapat

meluas dari negara yang lemah ke negara tetangga yang lainnya. Buzan

berpendapat bahwa negara dianggap kuat ketika “keamanan nasional dapat

dilihat terutama dalam hal melindungi negara dari ancaman dan gangguan dari

luar, dimana wilayah dan lembaga-lembaganya menjadi jelas dan stabil di

dalam negara itu sendiri”15.

<https://Www.Researchgate.Net/Publication/262420563_Security_Threats_In_Central_Asia_Con
necting_The_New_And_The_Old>, diakses 5 November 2018.
15
B. Libert, E. Orolbaev, And Y. Steklov, Journal, Water And Energy Crisis In Central Asia,
China And Eurasia Forum Quarterly, vol. 6, no. 3, 2008, p, 9-20
<https://Www.Researchgate.Net/Publication/262420563_Security_Threats_In_Central_Asia_Con
necting_The_New_And_The_Old>, diakses 4 November 2018.
Menurut Buzan, Waever dan De Wilde dalam Security : A New

Framework For Analysis, keamanan yang dimaksud dalam pendekatan ini

tidak sebatas pada satu sektor saja, tetapi mencakup :

1. Keamanan Militer (forceful coercion) mencakup interaksi antara

dua tingkat dan kekuatan, yaitu kemampuan defensif dan

persepsi militer mengenai intensi masing-masing pihak

2. Keamanan Politik (otoritas, status pemerintah, dan pengakuan),

mencakup kesinambungan dan stabilitas organisasi suatu negara

atau sistem pemerintahan serta ideologi yang melegitimasi kedua

hal tadi.

3. Keamanan Ekonomi (perdagangan, produksi dan finansial),

mencakup akses pada sumber daya finansial maupun pasar yang

diperlukan untuk mempertahankan tingkat kesejahteraan dan

kekuatan negara.

4. Keamanan Sosial (collective identity), mencakup kemampuan

untuk mempertahankan dan menghasilkan pola-pola tradisional

dalambidang bahasa, budaya, agama, dan identitas nasional

5. Keamanan Lingkungan (aktifitas manusia dan planetary

biosphere), mencakup pemeliharaan lingkungan lokal sebagai

pendukung utama kelangsungan hidup manusianya16

16
B.Buzan, O.Waefer, J. D. Wilde, Security A New Framework For Analysis, Lynne Rienner
Publishers, Inc.Boulder, 1998, p. 7-8<http://b-ok.cc/book/2691078/b8deaepada>, diakses 25
November 2018.
Penyalahgunaan narkoba berkaitan erat dengan peredaran gelap sebagai

bagian dari dunia kejahatan internasional. Mafia perdagangan gelap memasok

narkoba agar orang memiliki ketergantungan sehingga jumlah suplai

meningkat. Terjalin hubungan antara pengedar atau bandar dan korban.

Korban sulit melepaskan diri dari mereka bahkan banyak korban yang terlibat

peredaran gelap karena meningkatnya kebutuhan narkotika17.

Tindak pidana penyalahgunaan narkoba saat ini tidak lagi dilakukan

secara sembunyi-sembunyi, tetapi sudah dilakukan terang-terangan oleh para

pemakai dan pengedar dalam menjalankan operasi barang berbahaya tersebut.

Dari fakta yang disaksikan hampir setiap hari baik melalui media cetak

maupun elektronik ternyata barang haram tersebut telah tersebar tidak peduli

siapa saja termasuk diantaranya generasi remaja yang diharapkan menjadi

penerus bangsa dalam membangun negara di masa yang akan datang.

Kekhawatiran masyarakat semakin meningkat terutama keluarga para korban,

mereka bahkan bersedia menceritakan keadaan anggota keluarga mereka yang

menderita karena kecanduan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya18.

Pada awalnya narkotika hanya digunakan dalam ritual keagamaan dan

digunakan untuk pengobatan dalam dunia kedokteran khususnya dalam

proses pembiusan sebelum pasien menjalani operasi. Pada awalnya jenis

narkoba yang digunakan adalah candu atau dikenal dengan madat atau

17
L.H.Martono, S.Joewana, Menangkal Narkoba dan Kekerasan, Jakarta, Balai Pustaka, 2008,
hlm.43<https://media.neliti.com/media/publications/170095-ID-penyalahgunaan-narkoba-di-
kalangan-remaj.pdf>, diakses 8 November 2018.
18
M.T.Makarao, Suhasril, H.M. Zakky, Tindak Pidana Narkotika, Jakarta, Ghalia Indonesia, 2003,
hlm.1<https://media.neliti.com/media/publications/170095-ID-penyalahgunaan-narkoba-di-
kalangan-remaj.pdf>, diakses 8 November 2018.
opium19. Narkotika memiliki daya ketagihan, penyesuaian, dan kebiasaan

yang sangat kuat sehingga menyebabkan pemakainya tidak bisa berhenti

menggunakan barang haram tersebut20. Banyaknya kasus penyalahgunaan

narkoba yang semakin memprihatinkan harus ditangani secara sunguh-

sungguh bukan hanya penanganan terhadap penggunya saja tapi juga

bagaimana cara memusnahkan bisnis narkoba.

Narkoba dan golongannya adalah zat yang sangat berbahaya bagi tubuh

apabila dikonsumsi secara berlebihan dan terus menerus dalam jangka waktu

yang lama. Narkoba mengandung zat psikoaktif yang apabila masuk kedalam

tubuh terutama otak dapat mempengaruhi perasaan (mood), pikiran, persepsi,

bahkan sampai prilaku penggunanya21.

Dari kedua definisi para ahli diatas mempunyai kesamaan yaitu

keamanan telah berkembang seiring kemajuan zaman tidak seperti yang terjadi

pada saat perang dingin yang hanya terfokus pada militer dan perang saja,

adapun perbedaan kedua definisi diatas terkait aktor politik yang terlibat

dalam isu keamanan untuk mengambil suauatu tertentu dari pihat lain.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa keamanan tidak terfokus

pada perang/militer (traditional) saja tetapi telah berkembang pada isu-isu

baru seperti perdagangan manusia, isu lingkungan, narkoba, terorisme,

19
K.Adi, Diversi sebagai upaya alternatif penanggulangan tindak pidana narkotika oleh anak,
Umm Press, Malang, 2009, hlm.3<https://media.neliti.com/media/publications/170095-ID-
penyalahgunaan-narkoba-di-kalangan-remaj.pdf,>, diakses 8 November 2018.
20
J.N.S. Gono, Narkoba : Bahaya penyalahgunaan dan pencegahannya, Forum,
2011<https://scholar.google.co.id/scholar?safe=strict&client=ucweb-b-
bookmark&um=1&ie=UTF-8&lr&q=related:a14N1J64wcVtM:scholar.google.com/>, diakses 8
November 2018.
21
A.A. Setiawan, remaja Indonesia dan penyalahgunaan narkoba, program beasiswa akademik, 5
April 2017<https://researchgate.net/publication/315784207>, diakses 8 November 2018
kejahatan transnational serta keamanan manusia yang berpotensi mengancam

keamanan yang menyangkut keamanan sosial, politik, lingkungan dan

ekonomi.

Konsep Non-Traditional security dianggap dapat menjawab rumusan

masalah kebijakan perang terhadap narkoba karena sesuai dengan definisi di

atas bahwa kasus narkoba termasuk dalam konsep keamanan Non-Traditional

yang mengancam keamanan suatu negara seperti yang terjadi di Filipina.

Selain itu Filipina dianggap sebagai negara Narco-Politik karena setiap bandar

pasti ada aparat keamanan yang terkait untuk memberi jasa keamanan bagi

para pengedar. Filipina adalah negara dengan penduduk terbanyak pengguna

narkoba di Asia Tenggara22. Narkoba juga termasuk dalam kejahatan lintas

negara seperti yang dikatakan oleh Presiden Duterte bahwa kartel narkoba asal

meksiko, Sinaloa berperan aktif dalam peredaran obat-obatan terlarang di

Filipina23.

22
A.F. Hanifan, Habisi Pemakai, Habisi Pengedar, Habisi Jendral, Tirto.ID,
2016<https://tirto.id/habisi-pemakai-habisi-pengedar-habisi-jendral-bzlD>, diakses pada 18
November 2018
23
K. Ferida, Presiden Duterte : Kartel Narkoba Meksiko ‘Bermain ‘ di Filipina, Liputan6.com,
2016<https:www.liputan6.com/global/read/2568919/presiden-duterte-kartel-narkoba-meksiko-
bermain-di-filipina>, diakses pada 8 November 2018
2.2 Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini, penulis mengambil beberapa rujukan penelitian

terdahulu agar dapat membedakan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini.

Berikut beberapa penelitian terdahulu yang penulis gunakan :

Pertama, Natiqoh “Kerjasama ASEAN Dalam Menangani Masalah Drugs

Trafficking Di Indonesia periode 2003-2008”. Metode penelitian menggunakan

deskriptif kualitatif dan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi

pustaka yang merujuk pada data sekunder yaitu berupa buku-buku, jurnal, artikel,

makalah, skripsi, tesis dan situs internet yang relevan dengan masalah yang

dibahas. Sedangkan data primer diperoleh melalui serangkaian wawancara kepada

pihak yang mendalami masalah kerjasama ASEAN dalam menangani drugs

trafficking tersebut. Teori yang digunakan untuk menjelaskan rumusan masalah

adalah kerjasama regional, keamanan dan human security. Rujukan penelitian

pertama ini membahas permasalahan drugs trafficking di kawasan regional

ASEAN khususnya di segitiga emas dan dampaknya terhadap human security

yang mengancam keamanan manusia yang dapat dilihat dari berbagai dimensi

yaitu, seperti dimensi politik, ekonomi, sosial, budaya, kesehatan, keamanan dan

penegak hukum. Hasil dari penelitian ini adalah kerjasama ASEAN dalam

menangani masalah drugs trafficking merupakan suatu proses pelaksanaan

kebijakan bersama negara-negara di Asia Tenggara. Kebijakan tersebut adalah

pada tahun 1981 dibentuk ASEAN Drug Experts sebagai subkomite dibawah

Cominttee On Social Development (CSOD) dan Narcotic Desk disekertariat

ASEAN. ASEAN Drug Experts berubah menjadi ASEAN Senior Official On


Drug Matters (ASOD), tugasnya adalah menyelaraskan pandangan, pendekatan

dan strategi dalam menangani masalah drugs trafficking. ASEAN Plan Of Acction

Drugs Abuse Control meliputi empat kegiatan utama : pendidikan, pencegahan

penyalahgunaan narkoba, perawatan dan rehabilitasi, pemberdayaan dan

penelitian. Guna merealisasikan visi ASEAN 2020, maka melalui The ASEAN

minister of interior/home affairs pada tanggal 20 desember 1997 dan dihasilkan

ASEAN Declaration On Transnational Crime, yang menghasilkan keputusan

ASEAN berupa pendekatan Komperhensif untuk melawan kejahatan transnational

melalui kolaborasi regional dan kerjasama internasional. Khusus untuk melakukan

tindakan-tindakan kepolisian yang dianggap penting dalam memerangi kejahatan

transnational di bentuk ASEAN Chiefs Of National Police (ASEANAPOL)

bekerja dalam hal pencegahan pemberdayaan dan aspek operasional kerjasama

dalam menghadapi kejahatan transnasional24.

Kedua, Marsiana Marnitta Saga “Upaya Jepang Dalam Menjaga Stabilitas

Kawasan Asia Tenggara”. Metode penelitian menggunakan kualitatif dan teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan dimana data

sekunder diperoleh dari berbagai literatur, buku-buku, makalah, majalah, jurnal,

internet, surat kabar dan tulisan lain yang sesuai dengan topik. Teori yang

digunakan untuk menjelaskan rumusan masalah adalah Komprehensive Security.

Hasil dari penelitian ini yaitu : upaya Jepang di dalam menjaga stabilitas

keamanan kawasan Asia Tenggara dalam bidang politik dan keamanan ini

berkaitan pula dengan kepentingan politik terhadap kawasan ini, dimana Jepang

24
Natiqoh, Kerjasama ASEAN Dalam Menangani Masalah Drugs Trafficking Di Indonesia
periode 2003-2008, 2011
ingin menaikkan citranya kembali di negara-negara kawasan Asia Tenggara

sebagai negara dengan kekuatan ekonomi terbesarnya, dimana saat ini peran Cina

dan Korea Selatan juga mulai diperhitungkan di kawasan ini dalam perindustrian

dan perdagangannya di Kawsan Asia Tenggara. Kepentingan politik tersebut

dikaitkan dengan kepentingan hubungan antara Jepang dan negara-negara di

Kawasan Asia Tenggara, mengingat posisi strategis kawasan Asia Tenggara, baik

secara geografis maupun sumber daya alamnya. Dengan adanya upaya jepang di

dalam menjaga stabilitas keamanan kawasan Asia Tenggara, membentuk bahwa

konstruksi bahwa Jepang adalah mitra strategis bagi negara-negara di kawasan

Asia Tenggara. Oleh karena itu, Asia Tenggara dapat membantu Jepang dalam

mengimplementasikan kepentingan-kepentingan praktis Jepang, baik secara

politik dan ekonomi di kawasan Asia Tenggara. Jepang mampu mengamankan

posisinya sebagai salah satu kekuatan dunia, termasuk di kawasan Asia Tenggara

dengan posisi strategisnya maupun ekonomi, meskipun tak dapat dipungkiri

bahwa yang dilakukan Jepang ini adalah adanya upaya keterkaitan untuk

menyaingi hegemoni Cina dan Korea Selatan di kawasan Asia Tenggara. Selain

usahanya di dalam menguatkan eksistensinya Jepang di Asia Tenggara sebagai

tujuan politiknya, jepang juga secara tidak langsung meminta dukungan kepada

negara-negara di kawasan Asia Tenggara dalam keanggotaannya di dewan

keamanan PBB sebagai anggota tetap di luar “big five” (Amerika Serikat, Inggris,

Rusia, Prancis, China), dan juga upaya Jepang dalam memulihkan statusnya di
dewan Keamanan PBB sebagai negara musuh menjadi nogara normal, seperti

negara-negara anggota PBB pada umumnya25.

Ketiga, Enggra Mamonto “Kerjasama Indonesia Dan Australia Dalam

Bidang Keamanan Untuk Menangani Kasus Ilegal Fishing Di Perbatasan Kedua

Negara”. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dan teknik

pengumpulan data menggunakan Library Research dan wawancara. Data

diperoleh melalui buku, jurnal, dokumen, artikel, internet, majalah, ataupun surat

kabar. Teori yang digunakan adalah kerjasama keamanan dan Transnational

Crime. Hasil dari penelitian ini adalah kerjasama Indonesia dan Australia telah

menetapkan beberapa langkah dalam kegiatan pengawasan perikanan dan

penanggulanagan kegiatan ilegal fishing, berbagi informasi, kegiatan

terkoordinasi, jaringan informasi, kunjungan kapal pengawas perikanan antar

kedua negara, bantuan teknis serta opsi-opsi pendanaan untuk kegiatan-kegiatan

tersebut. Salah satu hasil utama dari AIFSF adalah sebuah program kegiatan

patroli terkoordinasi yang menunjukkan suatu penerapan praktis dari komitmen

kedua negara untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan penegakan hukum dibidang

perikanan di wilayah-wilayah yang menjadi pusat perhatian bersama untuk

mencapai tujuan dalam melaksanakan patroli terkoordinasi sesuai dengan sasaran

dan cita-cita yang ingi dicapai oleh masing-masing negara. Hal ini kemudian

25
Marsiana.M.Saga, Upaya Jepang Dalam Menjaga Stabilitas Kawasan Asia Tenggara, 2011
menjadi peluang kerjasama yang lebih erat lagi bagi kedua negara dalam

menangnai kasus ilegal fishing yang terjadi di perbatasan kedua negara26.

Keempat, Bimasakti Aryo Bandung “Efektifitas Kerjasama Indonesia-

Tiongkok Dalam Upaya Pemberantasan Jaringan Sindikat Narkoba Di Wilayah

Indonesia Tahun 2012-2014”. Hasil penelitian ini yaitu : Kerjasama Indonesia-

Tiongkok yang terimplimentasi dalam kerja sama BNN-NNCC-NBHP merupakan

kerjasama yang efektif dan dapat dikategorikan kedalam kerjasama segitiga emas

2012-2014. Hal tersebut dapat dilihat melalui tiga aspek yaitu : intensitas

komunikasi, tindak lanjut yang berupa penangkapan,dan apresiasi. Peningkatan

pemberantasan sindikat narkoba yang dilakukan oleh BNN pasca adanya

kerjasama dengan Tiongkok dan Hong Kong semakin terlihat berdasarkan

persentase pencapaian pengungkapan sindikat dan penangkapan tersangka BNN

sejak 2012-201427.

Kelima, Dewi Iriani, M.H. “Kejahatan Narkoba : Penanggulangan,

Pencegahan, dan Penerapan Hukuman Mati”. Teori yang digunakan adalah

pendekatan hukum positif. Hasil penelitian ini adalah Perspektif hukum positif ,

seorang pecandu dikategorikan menjadi dua, pertama tidak bermasalah dengan

hukum dan yang kedua bermasalah dengan hukum. Pada prinsipnya pecandu

dalam dua kategori tersebut berhak mendapatkan layanan rehabilitasi. Meskipun

pecandu yang bermasalah dengan hukum memerlukan penanganna yang lebih

26
E.Mamonto, Kerjasama Indonesia dan Australia Dalam Bidang Keamanan Untuk Menangani
Kasus Ilegal Fishing Di Perbatasan Kedua Negara, 2017
27
B.A.Bandung, Efektifitas Kerjasama Indonesia-Tiongkok Dalam Upaya Pemberantasan
Jaringan Sindikat Narkoba Di Wilayah Indonesia Tahun 2012-2014, 2016
serius karena harus menjalani proses peradilan yang berlaku. Hukuman mati

termasuk dalam hukum positif tapi dalam memutus hukuman mati terhadap para

pelaku kejahatan narkoba perlu memprhatikan tiga unsur yang menjadi

pertimbangan yaitu landasan filosofis, landasan yuridis dan landasan sosiologis.

Landasan filosofisnya yaitu siapa yang bersalah harus dihukum, landasan

yuridisnya dalam undang-undang narkotika diatur untuk perbuatan itu bisa

dihukum mati. Dalam pertimbangan landasan sosiologisnya masyarakat menuntut

agar pelaku kejahatan berat dihukum maksimal28.

Perbedaan antara kelima penelitian dengan penelitian yang penulis teliti

adalah perbedaan dengan penelitian pertama terletak pada konsep yang

digunakan, penelitian pertama menggunakan konsep Kerjasama Regional,

Keamanan dan Human Security sedangkan penelitian penulis menggunakan

konsep Non-Traditional Security dan Keamanan nasional, adapun hasil penelitian

pertama adalah kebijakan ASEAN terhadap Drugs Trafficking di negara Asia

Tenggara sedangkan penulis hanya fokus pada perang narkoba di Filipina.

Perbedaan dengan penelitian kedua terletak pada Upaya menjaga suatu kawasan

dimana dalam penelitian kedua adalah upaya Jepang Dalam Menjaga Stabilitas

Kawasan Asia Tenggara, sedangkan yang penulis teliti adalah bagaimana Filipina

menjaga keamanan nasional di dalam negaranya. Meskipun konsep yang

digunakan hampir sama. Hasil penelitian kedua adalah bagaimana Jepang ingin

menjaga stabilitas kawasan Asia Tenggara karena mempunyai kepentingan

terhadap kawasan tersebut sedangkan hasil yang ingin penulis capai adalah

28
D.Iriani, M.H, Kejahatan Narkoba : Penanggulangan, Pencegahan, dan Penerapan Hukuman
Mati, 2011
bagaimana strategi Filipina dalam menjaga keamanan negaranya dari ancaman

penyalahgunaan narkoba. Perbedaan dengan penelitian ketiga terletak pada

kebijakan yang dilakukan dimana dalam penelitian ketiga Indonesia dan Australia

bekerjasama untuk menyelesaikan masalah penyalahgunaan narkoba sedangkan

yang penulis teliti adalah bagimana Filipina berperang melawan penyalahgunaan

narkoba di negaranya sendiri. Hasil dari penelitian ketiga adalah bagaimana

kerjasama yang dilakukan Indonesia dan Australia dapat menyelesaikan masalah

naarkoba terutama di perbatasan kedua negara, ini berbeda dengan penelitia

penulis dimana Filipina tidak melakukan kerjasama dengan negara manapun

untuk mengatasi darurat narkoba di negaranya. Perbedaan yang keempat terletak

pada kerjasama yang dilakukan Indonesia dan Tiongkok untuk memeberantas

narkoba di negaranya sedangkan di Filipina Presiden yang mengkampanyekan

sendiri perang terhadap narkoba. Hasil penelitian keempat adalah dengan adanya

kerjasama kedua negara diharapkan dapat dengan mudah menangani masalah

narkoba di kedua negara karena lebih banyak informasi yang diperoleh,

sedangkan hasil yang ingin penulis capai bagaimana Filipina menghadapi

ancaman penyalahgunaan narkoba serta bagaimana reaksi dunia internasional

terkait kebijakan yang diterapkan di Filipina pada masa pemerintahan Presiden

Rodrigo Duterte. Perbedaan dengan penelitia kelima adalah dari segi hukuman

dimana pada penelitian kelima di Indonesia tersangka penyalahgunaan narkoba

dapat dihukum mati apabila telah memenuhi syarat hukum yang telah ditetapkan,

ini berbeda dengan yang penulis teliti dimana di Filipina tersangka

penyalahgunaan narkoba langsung ditembak mati tanpa harus melalui proses


hukum. Konsep yang digunakan pada penelitian kelima ini adalah hukum positif

dan masih memiliki pertimbangan yang sesuai dengan peraturan perundang-

undangan sehingga dapat diterima oleh dunia internasional berbeda halnya dengan

Filipina yang melakukan tembak mati tanpa prosedur hukum yang didukung oleh

perundang-undangan yang berlaku sehingga hal ini memicu penolakan dari dunia

internasional yang merasa bahwa kebijakan tersebut telah melanggar HAM.

Matriks Penelitian Terdahulu

Nama / Judul Teori /


No Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Penelitian Konsep
1 Natiqoh Kerjasama Kebijakan ASEAN Kedua konsep yang

“Kebijakan Regional, yang diterapkan penelitian digunakan

ASEAN Dalam Keamanan adalah Drug sama-sama penelitian

Menangani dan Human Experts sebagai menerapkan pertama

Masalah Drugs Security subkomite dibawah kebijakan adalah

Trafficking Di Cominttee On untuk konsep

Indonesia Social menangani Kerjasama

periode 2003- Development masalah Regional,

2008” (CSOD) dan narkoba Keamanan

Narcotic Desk dan Human

disekertariat Security

ASEAN serta

ASEAN Chiefs Of
National Police

(ASEANAPOL)

2 Marsiana Komprehensi upaya Jepang di Kedua Jepang

Marnitta Saga ve Security dalam menjaga penelitian Dalam

“Upaya Jepang stabilitas keamanan sama-sama Menjaga

Dalam Menjaga kawasan Asia ingin Stabilitas

Stabilitas Tenggara dalam menjaga Kawasan

Kawasan Asia bidang politik dan keamanan Asia

Tenggara” keamanan ini wilayah/neg Tenggara

berkaitan dengan aranya, dan

kepentingan politik konsep

terhadap kawasan yang

ini, dimana Jepang digunakan

ingin menaikkan juga

citranya di negara- hamppir

negara kawasan sama

Asia Tenggara

sebagai negara

dengan kekuatan

ekonomi terbesar

3 Enggra Kerjasama kerjasama Kedua Indonesia dan

Mamonto Keamanan Indonesia dan penelitian Australia

“Kerjasama dan Australia telah sama-sama bekerjasama


Indonesia Dan Transnationa menetapkan mengupaya untuk

Australia Dalam l Crime beberapa langkah kan menyelesaika

Bidang dalam kegiatan penyelesaia n masalah

Keamanan pengawasan n masalah penyalahguna

Untuk perikanan dan kasus n markoba

Menangani penanggulanagan penyalahgu

Kasus Ilegal kegiatan ilegal naan

Fishing Di fishing, berbagi narkoba

Perbatasan informasi, kegiatan

Kedua Negara” terkoordinasi,

jaringan informasi,

kunjungan kapal

pengawas

perikanan antar

kedua negara,

bantuan teknis serta

opsi-opsi

pendanaan untuk

kegiatan-kegiatan

tersebut

4 Bimasakti Aryo Kepentingan Kerjasama Kedua kerjasama

Bandung Nasional Indonesia- penelitian yang

“Efektifitas Tiongkok yang sama-sama dilakukan


Kerjasama terimplimentasi ingin Indonesia dan

Indonesia- dalam kerja sama meberantas Tiongkok

Tiongkok BNN-NNCC- penyalahgu untuk

Dalam Upaya NBHP merupakan naan memebrantas

Pemberantasan kerjasama yang narkoba di narkoba di

Jaringan efektif dan dapat negaranya negaranya

Sindikat dikategorikan

Narkoba Di kedalam kerjasama

Wilayah segitiga emas

Indonesia Tahun 2012-2014

2012-2014”

5 Dewi Iriani, Positivisme Perspektif hukum Kedua di Indonesia

M.H. Hukum/Huku positif , seorang penelitian tersangka

“Kejahatan m Positif pecandu sama-sama penyalahguna

Narkoba : dikategorikan menerapkan an narkoba

Penanggulangan menjadi dua yaitu hukuman dapat

, Pencegahan, yang bermasalah mati dihukum mati

dan Penerapan dengan hukum dan apabila telah

Hukuman Mati” tidak bermaslah memenuhi

dengan hukum syarat hukum

serta hukuman mati yang telah

yang diterapkan ditetapkan

harus memenuhi
unsur yang menjadi

pertimbangan yaitu

landasan filosofis,

landasan yuridis

dan landasan

sosiologis

2.3 Karangka Pikir

Berdasarkan landasan konsep dan teori yang digunakan dapat dijelaskan

karangka pikir sebagai berikut :

Strategi Filipina Dalam Menghadapi Ancaman Keamanan Non-


Traditional (Studi Kasus : Kebijakan Perang Terhadap Narkoba Presiden
Rodrigo Duterte Tahun 2016-2018)

Kasus kejahatan 1.Non-Traditional


narkoba di Security
Filipina 2.National Security

Penerapan Strategi
Reaksi Dunia
Perang Terhadap Narkoba
Internasional
Presiden Rodrigo Duterte

Berkurangnya
Setuju Tidak setuju penyalahgunaan
narkoba di
Perhimpunan Advokat Dewan HAM PBB Filipina
Indonesia (peradi)
Penelitian ini menjelaskan mengenai bagaimana strategi filipina dalam

menghadapi ancaman keamanan non-traditional (studi kasus : kebijakan perang

terhadap narkoba presiden rodrigo duterte tahun 2016-2018) yang menjadi objek

penelitian.

Kasus kejahatan narkoba di Filipina selanjutnya dianalisis menggunakan

teori Non-Traditional security dan National security yang kemudian menghasilkan

penerapan strategi perang terhadap narkoba presiden rodrigo duterte. Kebijakan

ini dianggap berhasil karena berkurangnya kasus penyalahgunaan narkoba di

Filipina, Meskipun kebijakan tersebut mendapat reaksi berbeda dari dunia

internasional seperti dewan HAM PBB yang tidak setuju dan Perhimpunan

Advokat Indonesia (peradi) yang setuju dengan kebijakan tersebut.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder atau data

yang didapat melaluipihak lain atau tangan kedua yang telah diteliti dan

dikumpulkan yang bersangkutan dengan permasalahan yang diteliti. Data

sekunder diperoleh melalui studi kepustakaan dan internet. Penulis menggunakan

penelitian kualitatif dengan metode deskriptif dimana data yang diperoleh

dianalisis untuk dapat menggambarkan/mengetahui bagaimana strategi Filipina

dalam menghadapi ancaman keamanan Non-Traditional (Studi Kasus : Kebijakan

Perang Terhadap Narkoba Presiden Rodrigo Duterte Tahun 2015-2017).

3.2 Lokasi Penelitian

Penulis mengambil lokasi penelitian di Filipina karena penulis tertarik

meneliti mengenai kebijakan perang terhadap narkoba pada masa pemrintahan

Rodrigo Duterte.

3.3 Subjek dan Objek Penelitian

3.4 Jenis dan Sumber Data

3.4.1 Jenis Data

Dalam memperoleh data, penelitian ini menggunakan jenis data kualitatif

yakni data yang diperoleh berdasarkan hasil observasi dari objek yang diteliti.
3.4.2 Sumber Data

Materi penelitian yang disajikan oleh penulis kali ini bersumber dari

internet. Yang dimana pengumpulan data dan informasi dengan berbasis internet

baik dari journal, situs berita, buku, penelitian ilmiah dan sumber lainnya.

Penggunaan internet bertujuan mengumpulkan informasi faktual tentang topik

atau informasi atas peristiwa tertentu yang ingin kita cari sehingga dapat

mendukung penelitian penulis. Berbagai sumber di internet yang dapat kita

jadikan acuan.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Peneliti memilih teknik pengumpulan data melalui studi kepustakaan

(library research), yaitu memanfaatkan sumber-sumber data serta informasi-

informasi dari berbagai studi pustaka yang ada kaitannya dengan masalah-

masalah yang akan dibahas. Sumber data ini meliputi buku, jurnal, surat kabar,

artikel, berita, laporan-laporan, internet dan sumber lainnya yang dianggap ada

kaitannya dengan masalah yang akan dibahas.

3.6 Desain Penelitian

3.7 Konseptualisasi

3.7.1 Batasan Waktu

Agar materi yang disampaikan penulis lebih terfokus, mendalam dan

sempurna. Oleh sebab itu penulis mengambil materi dari tahun 2016 – 2018.
3.7.2 Batasan Materi

Dalam pembatasan materi yang penulis sajikan sangat diperlukan

untuk membuat materi terfokus, mendalam dan sempurna. Oleh sebab itu,pada

penulisan kali ini penulis hanya menyajikan materi mengenai strategi Filipina

dalam menghadapi ancaman narkoba pada masa pemerintahan Rodrigo Duterte.

Kebijakan yang diterapkan mendapat reaksi berbeda dari dunia internasional.

Kebijakan tersebut berhasil menurunkan penyalahgunaan narkoba di Filipina

terbukti dari banyaknya tersangka yang menyerahkan diri karena takut akan

kebijakan tersebut.

3.8 Teknik Analisis Data

Peneliti menggunakan teknik analisa data kualitatif dengan menggunakan

metode pengumpulan data yang mendukung teori-teori dan konsep kemudian

diuraikan dan dijelakan sehingga mendapat kesimpulan.

Anda mungkin juga menyukai